Sahabat Senandika - Yayasan Spiritia

advertisement
Yayasan Spiritia
No. 40, Maret 2006
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Wilayah
Jawa (2006)
Oleh: Siradj Okta
Pada pertengahan bulan Maret tahun 2006,
Yayasan Spiritia menyelenggarakan Pertemuan
Odha Wilayah Jawa di kota Surabaya, Jawa Timur.
Pertemuan wilayah Jawa ini merupakan yang kedua
kalinya, yang pertama sudah dilakukan pada tahun
2005 di Semarang, Jawa Tengah.
Pertemuan Odha Wilayah, merupakan salah satu
kegiatan rutin Spiritia sebagai pengembangan
Pertemuan Nasional Odha. Pertemuan seperti ini
sekarang dilakukan di tingkat wilayah agar semakin
banyak orang yang dapat merasakan manfaatnya
dengan terlibat menjadi peserta. Pertemuan Odha
bertujuan agar teman-teman Odha yang menjadi
peserta tidak merasa sendiri lagi, percaya dirinya
meningkat dengan adanya pemberian informasi,
dan pertemanan sesama peserta sebagai bentuk
awal dalam berjejaring.
Pertemuan di Surabaya diikuti oleh 23 peserta
dari 16 kabupaten/kota di Jawa yang sebagian besar
baru mengetahui statusnya, belum pernah terlibat
dalam kegiatan HIV/AIDS, belum banyak
mendapat informasi, dan di tempatnya belum ada
kelompok dukungan sebaya. Sebagian besar peserta
adalah Odha dan sebagian kecilnya adalah Ohidha.
Pertemuan dilakukan selama tiga hari.
Penyelenggaraan dan persiapan pertemuan
dilakukan bekerjasama dengan beberapa kelompok
dukungan sebaya yang ada di Jawa (Bandung Plus
Support, Semarang Plus, Surabaya Positive
Community, Sidoarjo Plus, JOY, Victory Plus, dan
Kasih Plus Kediri). Pertemuan tersebut
mengangkat masalah HIV/AIDS dari segala
aspeknya secara umum, seperti HIV/AIDS dasar,
pengobatan ARV dan infeksi oportunistik (oleh dr.
Ronald Jonathan-Bandung), hak asasi manusia,
terapi tertawa dan motivasi diri (oleh dr. Bumbunan
Sitorus-Pontianak). Pada hari terakhir, diadakan
acara Malam Keakraban yang mengundang temanteman Odha di Jawa Timur, LSM, donor, dan
Pemerintah setempat. Acara tersebut menampilkan
sumbangan drama, puisi, tarian baik oleh peserta
pertemuan maupun dari teman-teman di Jawa
Timur.
Pertemuan tersebut secara umum diakui oleh
peserta dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kualitas hidupnya sebagai Odha, akan
tetapi kegiatan ini tetap harus dikembangkan agar
dapat lebih baik lagi. Untuk beberapa daerah/
provinsi, sudah waktunya untuk menyelenggarakan
pertemuan ini dalam lingkup yang lebih kecil dan
lebih sering, mengingat semakin banyak orang yang
mengetahui dirinya HIV positif. Dalam kegiatan ini
juga Spiritia lebih berfokus pada pengembangan di
tingkat kabupaten karena di tingkat kabupaten
mengalami tantangan yang lebih besar dalam
pendukungan dan pemberdayaan Odha dibanding
kota-kota besar yang sudah cukup maju kegiatan
penanggulangan HIV/AIDS-nya.
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Wilayah Jawa (2006)
Pengetahuan adalah kekuatan
Vaksin Terapeutik HIV Menimbulkan
Harapan
Kehilangan antibodi HIV tidak menandai
pemberantasan HIV, bahkan setelah
dua tahun
Vitamin D Mungkin Mencegah Infeksi TB
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Tips
Tips untuk Odha
1
1
2
2
3
4
4
4
5
5
Tanya-Jawab
5
Tanya-Jawab
5
Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund
6
6
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Pengetahuan
adalah kekuatan
Vaksin Terapeutik HIV
Menimbulkan Harapan
Oleh Sabin Russell, San Francisco
Chronicle, 29 November 2004
Peneliti Perancis melaporkan bahwa vaksin AIDS
yang diciptakan untuk mengobati penyakit, bukan
mencegahnya, menunjukkan keberhasilan awal
dengan menekan virus hingga satu tahun di antara
sekelompok kecil pasien yang mencobanya.
Walaupun teknik ini tidak praktis dan mahal,
percobaan yang diterbitkan dalam jurnal Inggris
Nature Medicine versi online digembar-gemborkan
sebagai “bukti pertama adanya vaksin terapeutik
yang efisien terhadap AIDS.”
Vaksin tersebut diuji coba di Brasil pada 18
relawan yang sudah terinfeksi HIV, tetapi belum
memakai terapi antiretroviral (ART). Setelah empat
bulan, tingkat HIV dalam darahnya dikurangi ratarata 80 persen. Setelah satu tahun, delapan pasien
dalam kelompok itu menahan penurunan 90 persen
pada viral load-nya.
Berbeda dengan vaksin konvensional, vaksin ini
tidak dapat mencegah infeksi. Namun, bila teknik
Perancis ini dapat disempurnakan, teknik Perancis
ini berpotensi untuk memungkinkan beberapa
Odha tetap sehat tanpa memakai kombinasi tiga
obat antiretroviral setiap hari. Sebagai pengganti,
sebuah seri suntikan, mungkin setahun sekali,
diharapkan dapat menekankan infeksi kronisnya.
Peneliti utama pada penelitian Perancis ini adalah
Dr. Jean-Marie Andrieu dan Dr. Wei Lu dari
Institute of Research for Vaccines and
Immunotherapies for Cancer and AIDS, di Paris.
Dalam wawancara, Andrieu memperkirakan
bahwa biaya terapi ini untuk satu tahun dapat
menjadi 4.000-8.000 dolar AS, lebih murah daripada
ART untuk satu tahun di negara maju. Dia
mengatakan bahwa satu-satunya efek samping
terapi adalah pembengkakan pada kelenjar getah
bening, yang tidak menimbulkan rasa sakit.
Pembengkakan ini, sebetulnya, adalah tanda bahwa
vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan virus.
Percobaan tersebut belum melibatkan pasien
baru, tetapi Andrieu mengatakan bahwa penelitian
lanjutan akan coba mengerti “mengapa terapi ini
2
berhasil untuk beberapa orang tetapi tidak untuk
yang lain.”
Walaupun tidak dapat dianggap sebagai
pemecahan terhadap AIDS, percobaan ini adalah
berita yang baik, yang sangat jarang didengar dalam
bidang penelitian vaksin. Beberapa tahun
belakangan ini, bidang ini ditandai dengan
serangkaian kemerosotan.
“Ini baru penelitian awal, tetapi menjanjikan,”
mengatakan ahli virologi Dr. Jay Levy dari UCSF
AIDS Research Institute. Levy tidak terlibat dalam
penelitian, tetapi mengetahui tentang penemuan ini.
Dia mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk mengerti persisnya mengapa
vaksin bekerja lebih baik daripada versi serupa yang
lain. Satu langkah yang sangat penting adalah untuk
menentukan apakah vaksin ini juga mengurangi
tingkat virus dalam cairan kelamin. Bila begitu,
kemungkinan Odha yang diobati dengan vaksin
terapeutik ini akan menularkan virusnya pada orang
lain adalah lebih kecil. “Maksud vaksin sebenarnya
adalah untuk melindungi populasi. Vaksin ini dapat
mempunyai manfaat ini,” kata Levy.
Namun saat ini, vaksin sulit dibuat, dan tidak
praktis diberikan pada sejumlah besar orang. Vaksin
terapeutik ini pada pokoknya dibuat secara khusus
untuk setiap pasien yang memakainya. Untuk
membuat satu dosis vaksin, dokter Perancis
mengambil contoh sel dendritik dari masing-masing
pasien HIV-positif. Sel tersebut berbentuk bintang
laut memainkan peranan khusus dalam sistem
kekebalan tubuh manusia. Dokter juga mengambil
contoh virus dari darah masing-masing pasien.
Dalam laboratorium, dokter membiakkan sel
dendritik dan virus secara terpisah. Akhirnya virus
dibunuh dan dicampur dengan sel dendritik. Fungsi
sel ini kemudian menjadi sangat penting. Sel
tersebut memakan virus, menghancurkannya dan
memperlihatkan bagian virus pada permukaan sel.
Dokter kemudian menyuntikkan sel dendritik ini
kembali pada masing-masing pasien.
Setelah masuk ke tubuh, sel dendritik itu berjalan
pada kelenjar getah bening, sekaligus membawa
pesannya sebagai mikroba yang menyerang sel
“pembunuh” (macam sel darah putih) yang
beristirahat. Bagian HIV yang terpecah pada
permukaan sel dendritik menuntun sel pembunuh
ini untuk mengenal virus. Setelah digiatkan secara
ini, sel pembunuh akan mencari dan
menghancurkan semua sel dalam tubuh manusia
yang terinfeksi HIV.
Sahabat Senandika No. 40
Sebetulnya sistem ‘kekebalan selular’ ini dipakai
secara biasa oleh tubuh untuk melindungi dirinya.
HIV berhasil membajak proses ini dengan cara
yang belum sepenuhnya dipahami. Kebetulan, sel
dendritik adalah salah satu sasaran terpilih HIV, dan
setelah sel tersebut membawa HIV pada kelenjar
getah bening, virus tersebut menularkan sel darah
putih lain, menggandakan diri, dan akhirnya
membunuh sel itu.
Intervensi laboratorium Perancis, melalui
mencampur sel dendritik dengan HIV mati di luar
tubuh, tampaknya memulihkan peranan
pelindungan ini saat dikembalikan pada tubuh.
Fokus pada sel dendritik dan penggunaan virus
keseluruhan yang dimatikan membedakan upaya
Perancis ini dari percobaan lain untuk membuat
vaksin terapeutik.
Optimisme tentang percobaan Perancis ini harus
dibatasi dengan hati-hati. Sejarah penelitian vaksin
AIDS diwarnai dengan kemerosotan. Sebuah
percobaan oleh peneliti Inggris dan Kenya untuk
memakai kekebalan selular ini untuk membuat
vaksin pencegahan dihentikan pada Agustus 2004
setelah uji coba di Nairobi menunjukkan bahwa
tanggapan padanya tidak cukup kuat untuk
melindungi terhadap HIV. Percobaan laboratorium
dengan vaksin serupa yang menunjukkan harapan
besar pada monyet diperlambat setelah penelitian
lanjut menunjukkan bahwa virus mampu bermutasi
menjadi resistan terhadap vaksin.
URL: http://www.natap.org/2004/HIV/120104_05.htm
Kehilangan antibodi HIV
tidak menandai
pemberantasan HIV,
bahkan setelah dua tahun
Oleh Keith Alcorn, 3 Februari 2006
Kehilangan antibodi terhadap HIV tidaklah luar
biasa pada orang yang menerima pengobatan segera
setelah terinfeksi dan saat itu menunjukkan hasil tes
HIV yang positif. Namun hal ini tidak
menunjukkan pemberantasan infeksi HIV, menurut
para peneliti dari University of California San
Francisco, seperti dilaporkan pada jurnal Clinical
Infectious Diseases edisi 1 Maret 2006.
Kadang kala laporan mengenai orang yang hilang
antibodi HIV-nya setelah pengobatan mendorong
Maret 2006
pernyataan bahwa orang tersebut ‘disembuhkan’
dari infeksi HIV. Namun tidak seorang pun
mengetahui berapa sering kasus macam ini terjadi,
dan apakah kasus tersebut menunjukkan
pemberantasan HIV secara benar.
Para peneliti dari Options Project, sekelompok
pasien di San Francisco dilibatkan saat infeksi HIV
primer untuk mulai terapi antiretroviral (ART).
Mengetahui 87 orang yang mulai ART dalam 28
hari setelah didiagnosis dengan infeksi HIV melalui
tes viral load setelah tes antibodi yang negatif, atau
dengan tes antibodi HIV yang positif.
12 orang baru-baru terinfeksi HIV (yang
diketahui hanya dengan tes viral load atau dengan tes
antibodi yang indeterminate dan tes viral load yang
positif). Sisanya mempunyai infeksi HIV dini,
diketahui melalui tes antibodi yang positif.
Contoh darah dari orang yang diobati dites untuk
antibodi HIV dua kali: 48 minggu setelah mulai
terapi, dan pada saat terakhir viral load-nya
terdeteksi (rata-rata 105 minggu setelah mulai
ART). Pada kasus terjadinya seroreversion (hasil tes
antibodi mengubah dari positif menjadi negatif),
contoh darah yang disimpan dites lebih sering,
dengan memakai beberapa jenis tes antibodi.
Tes antibodi dilakukan dengan empat tes ELISA
generasi kedua dan ketiga yang berbeda (tes
antibodi lini pertama adalah yang baku), dan dua tes
konfirmasi Western Blot yang berbeda.
Dari 12 orang tidak menunjukkan tanggapan
antibodi sebelum mulai ART, hanya satu tidak
membentuk antibodi yang dapat dilihat oleh tes
baku. Satu pasien itu, antibodi-negatif pada awal
tetapi dengan viral load di atas 500.000,
menunjukkan tes positif hanya dengan tes antibodi
generasi ketiga. Dia dinyatakan positif oleh
Western Blot pada minggu ke-16, tetapi hasil tes
Western Blot kembali indeterminate pada minggu
ke-24. Namun tes antibodi generasi ketiga tetap
menunjukkan hasil positif pada 60 minggu
pemantauan selama diobati.
Lima orang yang dites antibodi-positif pada awal
mengalami hasil tes antibodi yang negatif dengan
tes generasi kedua sedikitnya pada satu tes setelah
mulai terapi, dan semuanya mempunyai status
antibodi-negatif pada saat tes viral load terakhir
yang tidak terdeteksi. Namun hasil positif pada tes
Western Blot tetap dilihat untuk protein amplop
HIV gp160 dan protein inti p24, walaupun lambat
laun tidak bereaksi pada protein HIV lain
misalnnya gp120 dan gp41.
Saat tiga orang yang menunjukkan seroreversion
dites untuk tanggapan T-sel yang HIV-spesifik, satu
3
ditemukan tidak menanggapi pada protein HIV
pada awal dan pada akhir pemantauan. Pasien ini
adalah yang mempunyai viral load pada awal di atas
500.000 dan hasil tes Western Blot yang
indeterminate setelah minggu ke-24. Pasien ini
tetap memakai ART pada akhir masa pemantauan.
Namun, semua sisa lima pasien yang mengalami
seroreversion waktu memakai ART memilih berhenti
ART, dan semuanya mengalami peningkatan
kembali pada viral load dan muncul kembali
tanggapan antibodi.
Kejadian seroreversion pada kelompok yang
ditelitikan adalah 7 persen selama masa pengobatan
rata-rata 105 minggu, dengan cenderung mengarah
ke kemungkinan seroreversion yang lebih tinggi
dengan masa pengobatan lebih lama.
Satu-satunya faktor yang meramalkan seroreversion
adalah angka antibodi yang rendah pada ‘detuned’ tes
pada awal. Tes ‘detuned’ dirancang untuk
menentukan apakah infeksi baru terjadi dalam
enam bulan sebelumnya, tetapi tes ini tidak dipakai
untuk tes diagnosis biasa.
Referensi: Hare CB et al. Seroreversion in subjects receiving
antiretroviral therapy during acute/early HIV infection. Clin Inf Dis 42
(online edition, March 1), 2006.
URL: http://www.aidsmap.com/en/news/5FE2063D-85864324-8FE2-805EF7460EEA.asp
Vitamin D Mungkin
Mencegah Infeksi TB
Vitamin D mungkin membantu sistem kekebalan
tubuh untuk melawan infeksi TB melalui
menggiatkan sebuah protein yang membunuh
bakteri. Hal ini dilaporkan pada jurnal Science edisi
23 Februari. Menurut Robert Modlin – kepala
dermatologi di David Geffen School of Medicine
di University of California-Los Angeles – sistem
kekebalan tubuh dapat merangsang sel darah putih
untuk mengubah vitamin D menjadi bentuk yang
dipakai untuk membuat sebuah protein yang
melawan bakteri TB.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang kulit
hitam – yang mempunyai risiko lebih tinggi
terhadap infeksi TB dan sering mengembangkan
penyakit yang lebih berat – mempunyai tingkat
vitamin D yang lebih rendah dalam darahnya.
Modlin menambahkan bahwa melanin, pigmen
yang membuat kulit lebih gelap, mengurangi
pembuatan vitamin D pada orang kulit hitam
karena senyawa tersebut menyerap cahaya
ultraviolet matahari, dan vitamin D terutama dibuat
4
oleh pajanan pada terang matahari.
Para peneliti menemukan bahwa sel yang diambil
dari serum darah orang kulit hitam membuat 63
persen lebih sedikit protein pembunuh bakteri
dibandingkan sel diambil dari orang kulit putih.
Menurut Modlin, sel tersebut meningkatkan
pembuatan protein tersebut waktu para peneliti
menambahkan vitamin D pada pembiakan.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk
meyakinkan apakah minum suplemen vitamin D
dapat memberikan hasil serupa, kata Modlin,
dengan menambahkan bahwa para peneliti sedang
menyelidiki efek vitamin D pada sistem kekebalan
tubuh.
URL: http://www.kaisernetwork.org/daily_reports/
rep_index.cfm?DR_ID=35627
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Pada Maret 2006, Yayasan Spiritia telah menerbitkan
delapan lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 473—Sindrom Pemulihan
Kekebalan
• Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 501—Virus Sitomegalia
(CMV)
Lembaran Informasi 503—Meningitis
Kriptokokus
Lembaran Informasi 507—HPV, Kutil Kelamin
& Displasia
Lembaran Informasi 519—Herpes Simpleks
• Efek Samping
Lembaran Informasi 551—Kelelahan
Lembaran Informasi 552—Anemia
Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini atau
seri Lembaran Informasi komplet, silakan hubungi
Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman
belakang. Anggota milis WartaAIDS dapat akses
file ini dengan browse ke:
<http://groups.yahoo.com/group/wartaaids/files/
Lembaran%20Informasi/>
Sahabat Senandika No. 40
Tips
Tanya-Jawab
Tips untuk Odha
Tanya-Jawab
Tertawa bisa memiliki banyak keuntungan seperti:
memperkuat sistem imunitas kita, meningkatkan
performa intelektual, membantu mengatasi stress
(karena otak kita akan mengeluarkan endorphin—
neurotransmitter yang membantu mengontrol rasa
sakit), dll. Semakin hari, semakin banyak dampak
positif yang diberikan oleh tertawa. Teman-teman
Odha bisa menggunakan video, buku bacaan,
gambar lucu, mendengarkan kaset lucu, atau
apapun untuk mendapat ‘efek’ dari tertawa ini.
Berikut ini merupakan salah satu contoh efek
samping dari tertawa: Beberapa tahun yang lalu,
Norman Cousin didiagnosis sakit di masa terminal.
Dokter memberitahukan bahwa ia hanya memiliki
kurang lebih 6 bulan untuk hidup. Kesempatan dia
untuk sembuh hanya 1 banding 500. Ia dapat
melihat bahwa kekuatiran, depresi dan kemarahan
menyumbang kepada tingkat ke‘parah’an
penyakitnya. Ia memikirkan bahwa mungkin energi
positif bisa membuatnya cepat sembuh atau paling
tidak memperpanjang hidupnya. Ia tergerak untuk
melakukan percobaan kepada dirinya sendiri
dengan cara menonton semua film lucu yang dia
bisa dapatkan, membaca cerita lucu dan meminta
teman-temannya untuk menelpon dia jika ada cerita
yang lucu. Setelah beberapa bulan ia tidak
meninggal dan bahkan dia masih hidup sampai 20
tahun sesudahnya. (Sumber: Chicken Soup for the
Surviving Soul)
Teman-teman mau mencobanya? Lagipula tidak
ada ruginya kan?
T: Apakah kelelahan itu? Apa penyebabnya dan
bagaimana kelelahan diobati?
J: Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak
hilang waktu kita istirahat. Kelelahan dapat berupa
kelelahan fisik maupun mental. Orang dengan HIV
dan kelelahan cenderung lebih cepat menjadi
semakin sakit dibanding dengan orang tanpa
kelelahan. Kelelahan terus menerus juga dapat
memperlemah sistem kekebalan tubuh. Orang
dengan HIV sebaiknya mengetahui apa yang
menyebabkan kelelahan dan bagaimana kelelahan
diobati.
Kelelahan disebabkan oleh beraneka ragam
faktor. Kita sebaiknya bekerja sama dengan dokter
untuk mengetahui penyebab kelelahan dan cara
terbaik untuk mengobatinya.
y Infeksi HIV aktif. Bila HIV cepat
menggandakan dirinya, tubuh kita memakai
banyak tenaga untuk memerangi HIV. Sebagian
besar orang mempunyai lebih banyak tenaga
setelah merela mulai memakai terapi anti-HIV.
y Infeksi aktif lain. Infeksi lain dapat
melelahkan kita, bahkan tanpa gejala yang jelas.
Parasit pada sistem pencernaan, bronchitis,
infeksi lain dan alergi dapat menyebabkan
kelelahan. Jika infeksi ini diketahui dan diobati,
tenaga kita seharusnya kembali pulih.
y Kurang gizi. Orang dengan HIV
membutuhkan lebih banyak tenaga dibanding
orang sehat. Jika kita tidak menyerap gizi
secukupnya, tingkat tenaga kita akan menurun.
Diare dapat mengeluarkan gizi dari tubuh kita
dan menyebebkan kelelahan. Jika
memungkinkan, kita bisa bertemu dengan ahli
gizi yang mengetahui tentang penyakit HIV
untuk membahas kebiasaan makan kita. Untuk
beberapa orang, suplemen vitamin B12 atau
gizi yang lebih baik dapat menghilangkan
kelelahan.
y Anemia. Tugas utama sel darah merah adalah
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
semua bagian tubuh lain. Jika kita tidak
mempunyai cukup sel darah merah, atau jika sel
darah merah, atau jika sel darah merah kita
tidak mengangkut cukup oksigen, kelelahan
mungkin disebabkan anemia. Sebuah tes darah
yang sederhana dapat menunjukkan apakah kita
anemia. Jika kita nemia, dokter akan
Maret 2006
5
y
y
menentukan apa penyebabnya. Anemia itu
mungkin disebabkan oleh kehilangan darah,
kerusakan pada sumsum tulang akibat obat
anti-HIV atau kekurangan vitamin, atau karena
kekurangan hormon eritropoietin yang
membantu pembentukan sel darah merah.
Tingkat hormon yang rendah. Kekurangan
hormon seks testosteron dapat menyebabkan
kelelahan dan kekurangan nafsu seks dan
kegiatan wajar lain, terutama pada laki-laki.
Kekurangan hormon lain yang penting seperti
DHEA, kortisol atau tiroid dapat menyebabkan
masalah serupa. Tingkat hormone bisa
diperiksa dengan tes darah. Pil, tempelan, krim
atau suntikan dapat meningkatkan tingkat
hormone.
Depresi. Ini lebih dari sekedar merasa sedih.
Perubahan kimia pada otak dapat
menyebabkan kelelahan dan kurang perhatian
pada kegiatan sehari-hari. Tidak ada tes darah
untuk depresi. Depresi dapat diobati. Namun
beberapa obat antidepresi juga dapat
menyebabkan masalah fungsi seksual. Juga
beberapa obat antidepresi bis aberinteraksi
dengan obat anti-HIV, jadi harus minta
pendapat dokter dan jangan lupa memberitahu
dokter jika kita memakai obat lain.
Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode Maret 2006
Saldo awal 1 Maret 2006
12,369,375
Penerimaan di bulan
Maret 2006
300,000+
____________
Total penerimaan
12,669,375
Pengeluaran selama bulan Maret :
Item
Pengobatan
Jumlah
577,000
Transportasi
Komunikasi
0
0
Peralatan / Pemeliharaan
Modal Usaha
0
0
_______+
577,000-
Total pengeluaran
Saldo akhir Positive Fund per
31 Maret 2006
12,092,375
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
THE FORD
ATION
FOUNDA
FOUND
Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: [email protected]
Editor:
Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
6
Sahabat Senandika No. 40
Download