BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Laba Laporan keuangan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Laba
Laporan keuangan adalah cerminan dari kondisi perusahaan karena memuat informasi
mengenai laporan kinerja manajemen, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan
perusahaan. Laporan keuangan juga menunjukkan sejauh mana kinerja manajemen dan
merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya
yang dijadikan parameter utama adalah besarnya laba perusahaan. Dengan adanya penilaian
kinerja manajemen tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku menyimpang dari pihak
manajemen perusahaan yang salah satu bentuknya adalah manjemen laba (earnings
management). Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi dari suatu standar tertentu untuk mempengaruhi laba yang akan terjadi menjadi
seperti yang mereka inginkan melalui “pengelolaan” faktor internal yang dimiliki atau
digunakan perusahaan.
Scott, (2000) mendefinisikan earnings management sebagai “earnings management is
the choice by a manager of accounting policies so aslo achieve some specific objective”.Yang
artinya earnings management adalah pilihan yang dilakukan oleh manajemen dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Menurut Sugiri (1998), defenisi earnings management dibagi dalam duadefenisi, yaitu
:
a. Defenisi Sempit
Bahwa earnings management hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.
Selain itu juga diartikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain ”dengan komponen
discretionary accrual dalam menetukan earnings.
b. Defenisi Luas
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau
mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung
jawab tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka
panjang tersebut. Pola earnings management yang biasa dilakukan menurut Scott
(2000) yaitu :
1. Taking a Bath
Yaitu manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini agar
memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akandatang.
Biasanya dilakukan bila perusahaan mengadakan restrukturisasi ataureorganisasi.
2. Income Minimization
Yaitu manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang
yang lebih besar mendapatkan laba di masa mendatang.
3. Income Maximization
Yaitu manajemen mencoba meningkatkan laba masa kini dengan memindahkan beban
ke masa mendatang. Biasanya dilakukan manajer dalamrangka memperoleh bonus
tahunan.
4. Income Smoothing
Yaitu tindakan dimana manajemen memperhalus fluktuasi laba dari periode ke periode
dengan cara memindahkan laba dari periode yang memiliki laba tinggi ke periode yang
memiliki laba rendah.
Menurut Gumanti (2000) ada tiga faktor penyebab terjadinya earnings management, yaitu :
1. Manajemen akrual
Earnings management biasanya dikaitkan dengan semua aktivitas yang dapat
dipengaruhi aliran kas dan keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari
para manajer.
2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
Earnings management berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu
kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, yaitu antara
menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat
berlakunya kebijaksanaan tersebut.
3. Perubahan akuntansi secara sukarela
Earnings management berkaitan dengan upaya manajer untuk mengantiatau mengubah
suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang
tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada.
2.1.2 Insentif Pajak
Menurut T. Hani Handoko (2002), insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada
para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang
telah ditetapkan. Sedangkan insentif pajak sendiri berarti bahwa suatu perangsang yang
ditawarkan kepada wajib pajak, dengan harapan wajib pajak termotivasi untuk patuh terhadap
ketentuan pajak.Macam insentif pajak diantaranya adalah pembebasan pajak (tax holiday) dan
pemotongan pajak (tax allowance). Namun dalam penelitian Yin dan Cheng (2004) proksi yang
digunakan untuk mengukur insentif pajak adalah perencanaan pajak.Yin dan Cheng (2004)
berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh
perencanaan pajaknya (Subagyo dan Oktavia, 2010).
2.1.3 Insentif Non Pajak
Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh insentif pajak
namun juga dipengaruhi oleh insentif non pajak.Insentif non pajak, adalah insentif yang
dilakukan oleh perusahaan itu sendiri gunameningkatkan produktifitas karyawan dan
mempertahankan karyawan yang berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan. Insentif nonpajak dapat berupa fasilitas yang diberikan selain dari pajak. Misalnya yang dikemukakan oleh
Yin dan Cheng (2004) dan Guenther (1994) meliputi:
1. Earnings pressure
Earnings pressure didefinisikan sebagai tindakan untuk melakukan penurunan akrual yang
bersifat menurunkan laba sehingga pajak yang akan dibayarkan menjadi kecil (Yin dan Cheng,
2004). Untuk perusahaan yang labanya telah mencapai target (minimal dengan laba tahun lalu),
laba perusahaan dapat dikurangi dengan earnings pressure guna melakukan income smoothing.
2. Tingkat utang
Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari
transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan
datang. Dalam hal ini utang berbanding terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar
maka laba akan semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan pajak,
semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya. Oleh
karena itu, manajer akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi pajak yang harus
dibayarkan salah satunya adalah dengan menurunkan laba atau memanipulasi laba. Manipulasi
laba ini dapat dilakukan dengan menaikkan utang.
3. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala pengklasifikasikan besarkecilnya perusahaan.
Semakin besar ukuran perusahaan biasanya laba yang dihasilkan juga akan semakin besar.
Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka pajak yang harus dibayarkan juga
akansemakin besar. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan
cenderung menggeser labanya ke tahun setelah diefektifkannya tarif pajak 2008 supaya
pembayaran pajaknya menjadi lebih kecil.
4. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan
atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam
laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan
keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Kepemilikan manajerial akanmempengaruhi kinerja perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan
manajerial maka manajer akan semakin merasa memiliki perusahaan sehingga tidak akan
melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan termasuk manajemen laba. Karena manajemen
laba menyebabkan laporan keuangan menjaditidak dapat dipercaya sehingga investor akan
mengurungkan niatnya untukberinvestasi karena mereka tidak percaya dengan laporan
keuangan yang dibuat. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial akan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
2.1.4 Manajemen Laba dan Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Dengan diberlakukannya tarif PPh Badan 2008, yaitu: (1) 28% mulai berlaku pada
tahun fiskal 2009 dan 25% mulai berlaku pada tahun fiskal tahun 2010; dan (2) bagi WP badan
yang telah go public diberikan pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling
sedikit 40% saham dimiliki oleh sedikitnya 300 pemegang saham, perusahaan khususnya yang
telah go public akan sangat diuntungkan karena tarif pajak efektif perusahaan akan menjadi
lebih kecil. Secara umum, perubahan tarif PPh Badan ini menguntungkan bagi perusahaanperusahaan besar yang biasanya kena tarif lapisan tertinggi 30%. Jika manajer berupaya untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan beban pajak, maka perubahan tarif ini
akan memberikan insentif bagi manajer untuk menurunkan laba perusahaan pada tahun
sebelum diefektifkannya perubahan tarif pajak tersebut (Subagyo dan Oktavia, 2010).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan untuk mendeteksi perilaku manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merespon 20 perubahan tarif pajak antara lain
penelitian yang dilakukan Guenther (1994) di Amerika Serikat, mengenai perilaku yang
memanfaatkan perubahan peraturan perpajakan kaitannya dengan minimalisasi pajak, atau
lebih dikenal dengan istilahTax Reform Act (TRA). TRA dipublikasikan pada bulan September
1986 danefektif pada 1 Juli 1987, dimana terjadi penurunan tarif pajak penghasilan dari 46%
menjadi 34%. Dan ini menjadi salah satu peluang untuk menunda pelaporan laba.Dalam
penelitian Guenther (1994), menemukan bukti empiris bahwa discretionary current accruals
negatif pada tahun sebelum diberlakukannya pengurangan tarif. Hal ini mengindikasikan
adanya manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan menunda earnings pada periode
sebelum diefektifkannya pengurangan tarif. Kelemahan dari penelitian Guenther (1994) ini
adalah hanya menggunakan insentif non pajak saja dalam mendeteksi perilaku manajemen laba
perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya Subagyo dan Oktavia (2010) melakukan penelitian tentang
manajemen laba yang digunakan sebagai respon atas perubahan tarif pajak penghasilan badan
pada perusahaan manufaktur periode 2008-2009.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perusahaan manufaktur yang melakukan manajemen laba dalam rangka merespon perubahan
tarif pajak badan di Indonesia adalah perusahaan yang memperoleh laba, sedangkan
perusahaan yang mengalamai kerugian tidak melakukan manajemen laba dalam rangka
merespon perubahan tarif pajak badan. Selain itu diketahui pula bahwa manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan yang memperoleh laba dipengaruhi oleh insentif pajak dan non
pajak, sedangkan manajemen laba yang dilakukan perusahaan yang mengalami kerugian hanya
dipengaruhi oleh insentif non pajak.
Ringkasan hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel2.2 sebagai
berikuti ini:
Tabel 2.2
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Guenther
(1994)
Judul
Earnings
Management In
Response To
Corporate Tax
Rate Changes :
Evidence From
The 1986 Tax
Reform Act.
Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Menguji apakah
perusahaan yang
tidak mengalami
net operating loss
melakukan
penurunan akrual
untuk
Memaksimumkan
penghematan
pajak.
Tidak berhasil
membuktikan
bahwa
satuperiode
sebelum TRA
1986
perusahaan
melakukan
penurunan akrual
untuk
memaksimumkan
penghematan
pajak.
2.
Yin dan
Cheng
(2004)
Earnings
Management of
Profit Firms
and Loss Firms
in Response to
Tax Rate
Reductions
Menguji perilaku
manajemen laba
yang dipengaruhi
oleh insentif
pajak dan
noninsentif
pajak
yang dilakukan
oleh perusahaan
dalam rangka
merespon
perubahan tarif
pajak di Amerika
Serikat.
Dengan
menggunakan
pendekatan
discretionary
current accrual
dalam
mendeteksi
manajemen laba
dan menemukan
buktiempiris,
yaitu:
(1)Manajemen
laba yang
dilakukan oleh
perusahaan laba
(profit firm)
berhubungan
signifikan
dengan
insentif pajak dan
insentif nonpajak; dan (2)
Manajemen
laba yang
dilakukan
oleh perusahaan
rugi(loss firm)
hanya
berhubungan
signifikan
dengan insentif
non-pajak saja.
Sambungan Tabel 2.2
No.
3.
Peneliti
Yamashita
danOtogawa
(2007)
Judul
Do Japanese
Firms Manage
Earnings In
Response To
Tax Rate
Reduction In
Tujuan Penelitian
Menginvestigasi
Pengaruh publikasi
Perubahan UU tarif
pajak Penghasilan
badan terhadap
perusahaan Jepang.
Hasil Penelitian
Terdapat
signifikansi
negatif
discretionary
Accrual untuk
tahun
The Late 1990s?
4.
Setiawati
(2001)
5.
Hidayatidan
Zulaikha
(2003)
6.
Subagyo dan
Oktavia
(2010)
Sebelum
penurunan
tarif pajak
Rekayasa
Menguji apakah
Tidak terbukti
Akrual untuk
ada perilaku
adanya perilaku
Meminimalkan
earningmanagement perusahaan
Pajak
di perusahaan
yang berusaha
manufaktur yang
untuk
terdaftar di Bursa
menurunkan
Efek Jakarta
laba pada tahun
dalam merespon
1994
perubahan Undang- dengan tujuan
Undang pajak
untuk
penghasilan1994
mendapatkan
yang mulai berlaku penghematan
tahun 1995.
pajak tahun
yang
bersangkutan.
AnalisisPerilaku
Menguji apakah
Perubahan
Earning
dengan adanya
UndangManagement :
perubahan UU
Undang
Motivasi
Pajak Penghasilan
Perpajakan
Minimalisasi
tahun 2000
khususnya
Income Tax
direspon oleh
Pajak
wajibpajak untuk
Penghasilan
melakukan
tahun 2000
earning
tidak direspon
management guna
oleh Wajib
meminimalkan
Pajak
beban pajak
Badan untuk
penghasilan melalui melakukan
rekayasa
earning
discretionary
management
accrual, serta
melalui
menguji apakah
rekayasa
ada perbedaan
discretionary
discretionary
accrual dengan
accrual sebelum
motivasi untuk
dan sesudah
meminimumkan
diberlakukannya
beban pajak
UU PPh tahun
penghasilan
2000.
perusahaan.
Manajemen
Menguji apakah
Perusahaan
Laba Sebagai
perusahaan akan
manufaktur
Respon Atas
melakukan
yang melakukan
PerubahanTarif
manajemen laba
manajemen laba
Pajak Penghasilan sebagai respon
dalam rangka
Badan
atas
merespon
DiIndonesia.
perubahan tarif
perubahan tarif
pajak badan di
pajak Badan di
Indonesia, serta
menguji apakah
manajemen laba
yang dilakukan
oleh perusahaan
dimotivasi oleh
insentif pajak
atau non pajak.
Indonesia
adalah
profit
firm,
sedangkan
loss firm tidak
akan merespon
perubahan tarif
pajak Badan
dengan
melakukan
manajemen
laba.
Ditemukan pula
bukti bahwa
manajemen laba
yang dilakukan
oleh profit firm
dipengaruhi
oleh
insentif
pajak dan non
pajak,sedangkan
loss
firm
hanya
dipengaruhi
oleh insentif non
pajak saja.
Sumber : Diringkas dari berbagai jurnal
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan telaah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian iniakan
menganalisis indikasi manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif PPh Badan tahun
2008 pada perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali sektor perbankan dan keuangan. Model
penelitian yang diajukan dalam gambar berikut ini merupakan kerangka konseptual dan sebagai
alur pemikiran dalam menguji hipotesis.
Gambar 2.3
Kerangka pemikiran
1. Insentif Pajak
H1
2. Earning pressure
H2
H3
Manajemen Laba
3. Tingkat utang
H4
4. Ukuran Perusahaan
H5
5. Kepemilikan
Manajerial
6. Insentif Pajak, Earning
Perssure, Tingkat Utang,
2.4 Hipotesis
Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial
H6
2.3.1 Hubungan Intensif Pajak denganManajemen Laba
Penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) menggunakan proksi
perencanaan pajak sebagai ukuran dari insentif pajak. Meskipun banyak penelitian di luar
negeri yang meneliti mengenai perilaku manajemen laba dikaitkan dengan perubahan tarif
pajak (Scholes et al, 1992; Guenther, 1994; Maydew, 1997), tetapi hanya penelitian Yin dan
Cheng (2004) saja yang memasukkan unsur insentif pajak dalam penelitiannya. Yin dan Cheng
(2004) berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran pajak perusahaan dibatasi oleh
perencanaan pajaknya.Insentif pajak yang dimaksud adalah dengan menurunkan tarif Pajak
Penghasilan yang dikenai tarif 28 % mulai berlaku pada tahun fiskal 2009 danakan menjadi 25
% mulai berlaku pada tahun fiskal 2010. Dengan adanya penurunan tarif pajak maka akan
berkurang juga pajak yang harus dibayarkan. Kewajiban pajak yang turun akan menaikkan
laba. Oleh karena itu manajer berusaha memanfaatkan insentif pajak untuk memperoleh laba
yang lebih tinggi dengan cara memanipulasi laba atau mengecilkan laba sehingga pajaknya
akan semakin lebih rendah. Dengan demikian dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H1: Insentif pajak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.3.2 Hubungan Intensif non Pajak dengan Manajemen Laba
Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh insentif non
pajak.Guenther (1994) menemukan bukti empiris bahwa insentif non pajak (ukuran perusahaan
dan kepemilikan manajerial) berpengaruh signifikan terhadap discretionary current accrual.
Menurut Yin dan Cheng (2004), perbedaan dalam insentif non pajak di antara perusahaan yang
memperoleh laba dengan perusahaan yang mengalami kerugian menentukan bahwa
manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak, berbeda di antara
keduajenis perusahaan tersebut. Insentif non pajak dalam penelitian Yin dan Cheng (2004)
meliputi: earnings pressure, tingkat utang, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial.
Berdasarkan ukuran dari insentif non pajak yang digunakan oleh Yin dan Cheng (2004)
maupun Guenther (1994), maka insentif non pajak pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Earnings pressure
Insentif pajak mengimplikasikan bahwa perusahaan akan memilih untuk menurunkan laba
sebagai respon atas penurunan tarif pajak. Untuk perusahaanyang labanya tidak mencapai
target, penurunan laba yang dilakukan untuk tujuan pajak dapat dikurangi oleh earnings
pressure guna meningkatkan laba akuntansi.
2. Tingkat utang
Dalam konteks penurunan tarif pajak, keputusan untuk melakukan manajemen laba sangat erat
kaitannya dengan tingkat utang perusahaan.
3. Ukuran perusahaan
Scholes et al. (1992) menemukan bahwa perusahaan besar cenderung menggeser laba
kotornya.Sedangkan Guenther (1994) menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan
mempengaruhi discretionary accrual.
4. Kepemilikan manajerial
Perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi diharapkan memiliki
discretionary accrual yang negatif untuk memperoleh keuntungan pajak.Berdasarkan uraian
di atas, maka untuk sampel perusahaan yang memperoleh laba (profit firm) maupun sampel
perusahaan yang memperoleh kerugian (loss firm) dikembangkan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Earnings pressure
Yin dan Cheng (2004) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang labanya telah
mencapai target, penurunan laba yang dilakukan dapat dikurangi dengan earnings pressure.
Jika laba tahun berjalan telah melebihi target yang ditetapkan manajer (misalnya minimal sama
dengan laba tahun lalu) maka perusahaan akan tertarik untuk melakukan penurunan akrual
yang bersifat menurunkan laba sehingga pajak yang akan dibayarkan menjadi kecil. Atas dasar
alasan tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H2: Earnings pressure berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Tingkat utang
Utang berbanding terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar maka laba akan
semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan pajak, semakin besar laba
yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya. Oleh karena itu, manajer
akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi pajak yang harus dibayarkan salah satunya
adalah dengan menurunkan laba atau memanipulasi laba. Manipulasi laba ini dapat dilakukan
dengan menaikkan utang. Dalam Guenther (1994), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan dalam bentuk pengurangan pajak
yang
berhubungan dengan pembayaran bunga atas utang. Perusahaan akanmenyesuaikan tingkat
utangnya kepada tingkat rata-rata utangnya dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena adanya
pengaruh pajak, yaitu sebagai faktor yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan
utangnya.Perusahaan meningkatkan utangnya karena bunga pinjaman merupakan biaya yang
dapat mengurangi pajak perusahaan. Dalam hal ini utang bertindak sebagai tax shields karena
dapat mengurangi pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran
bunga kepada pihak yang memberikan utang. Atas dasar alasan tersebut maka dibuatlah
hipotesis sebagai berikut:
H3: Tingkat utang berpengaruh terhadap manajemen laba
3. Ukuran perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan biasanya laba yang dihasilkan juga akansemakin besar.
Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka pajak yang harus dibayarkan juga akan
semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan cenderung
menggeser labanya ke tahun setelah diefektifkannya tarif pajak 2008 supaya pembayaran
pajaknya menjadi lebih kecil.Atas dasar alasan tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai
berikut:
H4: Ukuran Perusahaanberpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan
manajerial maka manajer akan semakin merasa memiliki perusahaan sehingga tidak akan
melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan termasuk manajemen laba. Karena manajemen
laba menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak dapat dipercaya sehingga investor akan
mengurungkan niatnya untuk berinvestasi karena mereka tidak percaya dengan laporan
keuangan yang dibuat. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial akan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Atas dasar alasan tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.3.3 Tarif pajak penghasilan untuk perusahaan go public dan minimal 40% saham
disetornya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, terdapat perbedaan
tarif pajak penghasilan Badan, yaitu (1) 28% (efektif pada tahun 2009) dan 25% (efektif pada
tahun 2010) untuk perusahaan yang belum go public maupun perusahaan yang telah go public
tetapi saham disetor yang diperdagangkan di BEI kurang dari 40%; dan (2) 5% lebih rendah
daripada tarif pada huruf (1) untuk perusahaan go public yang minimal 40% sahamnya
diperdagangkan di BEI.
Dengan adanya peraturan tersebut, maka perusahaan yang memiliki minimal 40%
saham yang diperdagangkan di BEI akan memperoleh keuntungan berupa penurunan tarif 5%
lebih rendah. Hal ini akan membuat pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil karena
memperoleh penurunan tarif. Pajak yang semakin rendah akan membuat laba semakin tinggi.
Manajer diduga akan memanfaatkan penurunan tarif tersebut untuk melakukan manajemen
laba agar pajak yang dibayarkan menjadi semakin rendah. Oleh karena itu, maka
dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H6: Insentif Pajak, Earning Perssure, Tingkat Utang, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba.
Download