TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA PADA PT SANG HYANG SERI (PERSERO) KANTOR REGIONAL VI Oleh : KASMARIA Email : [email protected] Pembimbing I : FARIDAH Email : [email protected] Pembimbing II : THANWAIN Email : [email protected] Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa ABSTRACT The Company is a group of people working together to achieve the goals set. In order to achieve these objectives, companies need a good management. Accounting is one part of management accounting is an accounting system that recognizes the existence of the centers of responsibility in a company. Accounting arise as a result of the authority granted and how to account for it in writing. The report in the form of an accountability report that can be used as a basis for analysis of performance measurement performance for each responsibility center manager. Profit centers in the accounting system associated with a manager who has the authority to set the overall organizational unit, in this case the manager is that the leadership of the company / organization unit. PT Sang Hyang Seri (Persero) Regional Office VI Sidrap as a profit center. The aim of this research was to determine how the application of accounting in the performance appraisal profit center manager at PT Sang Hyang Seri (Persero) Regional Office VI Sidrap. The results showed that the accounting is applied PT Sang Hyang Seri (Persero) Regional Office VI Sidrap have been useful in evaluating performance profit center manager. This is supported by the fulfillment of the terms of accounting and accountability reports profit center. --------------------Keywords: Responsibility Accounting, Profit Center, Budget. Performance. PENDAHULUAN Perusahaan adalah sekolompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut, sebuah perusahaan memerlukan sebuah manajemen yang baik. Sebuah perusahaan Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 48 tidak akan berjalan dengan mulus tanpa adanya manajemen. Kegiatan-kegiatan yang berjalan dengan lancar dicapai oleh orang-orang yang aktivitasnya direncanakan secara cermat. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan pihak manajemen memiliki peranan yang sangat penting. Salah satu bagian dari akuntansi manajemen adalah akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang ditujukan mengukur prestasi kerja tiap bagian yang berfokus pada pengendalian biaya. Pengelompokan dan pelaporan biaya dilakukan tiap tingkatan manajemen yang hanya dibebani dengan biaya yang berada dibawah tanggungjawabnya. Menurut sistem ini, tiap bagian yang ada dalam organisasi dibagi menjadi pusat pertanggungjawaban. Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hierarki dalam organisasi. Akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi bagian organisasi yang mempunyai tanggungjawab untuk setiap tujuan, mengembangkan ukuran dan target untuk dicapai, dan menciptakan laporan ukuran oleh bagian kecil organisasi pusat pertanggungjawaban. Dengan ditetapkannya akuntansi pertanggungjawaban maka dapat diketahui siapa saja orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas kinerja yang hubungannya dengan wewenang yang dimiliki tiap-tiap manager. Untuk evaluasi keuangan, pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan menjadi empat bagian, yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investasi. Dalam penelian ini penulis akan membahas mengenai pusat laba. Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab untuk biaya-biaya dan pendapatan secara bersama-sama. Manajer yang bertanggungjawab pada pusat laba diharuskan untuk membuat suatu laporan pertanggungjawaban yang berisi target laba dan realisasinya, sehingga melalui laporan tersebut akan dapat diketahui selisih (variance) dari target laba yang telah ditetapkan, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan. Untuk mengetahui seberapa baik manajer pusat laba melaksanakan tanggungjawabnya tersebut, maka perusahaan memerlukan suatu alat pengukuran kinerja yaitu salah satunya dengan menggunakan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 49 Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan dengan cara menyelenggarakan perencanaan suatu sistem pencatatan atas biayabiaya yang dapat dikendalikan. Dari sistem pencatatan ini akan dihasilkan laporanlaporan biaya yang menunjukkan bagaimana manajer memenuhi tanggung jawabnya atas biaya-biaya yang terjadi dalam unit organisasinya. Dengan adanya laporan pertanggunggungjawaban laba, manajer dapat mengetahui besarnya perbedaan antara laba yang sebenarnya (realisasi) dengan laba yang dianggarkan sebelumnya, sehingga perusahaan dapat menganalisis penyebab terjadinya perbedaan dan mengambil tindakan koreksi apabila diperlukan. PT Sang Hyang Seri (Persero) adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam penyediaan benih. Selain perbenihan, PT Sang Hyang Seri juga bergerak dalam penyediaan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian, serta penelitian dan pengembangan. Kepemilikan saham Sang Hyang Seri sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Seperti halnya perusahaan-perusahaan lainnya, PT Sang Hyang Seri juga dihadapkan pada pemikiran untuk memperoleh laba sebagai tujuan utama perusahaan. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi kerja. Adapun upayaupaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh laba yaitu dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memperbesar volume penjualan dan meminimalisir biaya. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teori Menurut Thomas Sumarsan (2012:1) “Akuntansi dapat diartikan sebagai seni untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mencatat dan menghasilkan laporan, yaitu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) baik pihak dalam perusahaan atau pihak diluar perusahaan.” Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 50 Akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat yang dipakai untuk mengendalikan biaya, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya-biaya diakumulasikan dan dilaporkan dalam suatu pusat pertanggungjawaban tertentu. Hansen dan Mowen (2011:116) mengemukakan bahwa “Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.” Menurut L.M. Samryn (2012:261) tujuan akuntansi pertanggungjawbaan yaitu “Untuk memberikan keleluasaan kepada manajer untuk mengelola bagian organisasi yang dipimpinnya secara optimal sebagai salah satu model desentralisasi.” Manfaat akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran, sedangkan berdasarkan informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasian manajer. Menurut Mulyadi (2001:191) dalam kutipan Skripsi Erida Arni (2011:16) terdapat empat karakteristik sistem akuntansi pertanggungjawaban yaitu : 1. 2. 3. 4. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi. Menurut Mulyadi (1997:348) dalam kutipan Skripsi Erida Arni (2011:17) diperlukan beberapa persyaratan agar akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Adapaun persyaratan yang dimaksud yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajemen. Anggaran biaya disusun menurut pusat pertanggungjawaban. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat tidaknya dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Sistem akuntansi yang disesuaikan dengan struktur organisasi. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 51 Beberapa syarat di atas harus diterapkan agar suatu perusahaan dapat menjalankan sistem akuntansi pertanggungjawaban dengan efisien dan benar-benar dapat dijadikan sebagai alat pengukuran kinerja. Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban terdapat sistem pembentukan unitunit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk guna mencapai tujuan tertentu yang secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi secara keseluruhan. Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan olah para manager untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Empat jenis pusat pertanggungjawaban utama terdiri dari pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi. Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan dan merupakan salah satu syarat dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban. Untuk mencapai tujuan perusaahan tidak terlepas dari pembentukan struktur organisasi. Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan jenjang dan tanggungjawab dan pendelegasian wewenang yang dibuat berdasarkan suatu sistem yang mengarah pada tujuan perusahaan secara keseluruhan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator komprehensif, dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator. Menurut Hery (2013:155) laba dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu laba kotor, laba operasi, laba sebelum pajak dan laba bersih. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 52 L.M. Samryn (2012:264) mengemukakan bahwa “Pusat laba yaitu suatu pusat pertanggungjawaban di mana manajer bertanggungjawab untuk biaya-biaya dan pendapatan secara bersama –sama.” Banyak keputusan manajemen yang melibatkan beban dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam pendapatan penjualan. Keputusan semacam ini disebut dengan pertimbangan biaya/pendapatan (expense/revenue trade off). Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan itu dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan. 2. Kecepatan dalam pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. 3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat berkonsentrasi kepada hal-hal yang lebih luas. Selain manfaat yang diperoleh, pusat-pusat laba juga memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai berikut : 1. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian. 2. Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang. 3. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga tarnsfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis. Menurut Irham Fahmi (2014:237) “Penilian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini telah melakukan pekerjaannya.” Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 53 Menilai kinerja manajer merupakan salah satu fungsi akuntansi pertanggungjawaban. Penilaian kinerja penting dalam rangka pengembangan karyawan yang berkinerja tinggi maupun rendah. Adapun beberapa manfaat penilaian kinerja oleh manajemen yaitu: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. Kinerja manajer setiap pusat pertanggungjawaban dapat dievaluasi sesuai dengan jenis ukuran kinerja di masing-masing pusat pertanggungjawaban. Demikian pula manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas yaitu laba kontribusi, laba langsung, laba terkendali, laba sebelum pajak dan laba bersih. Dengan demikian informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi biaya yang sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggungjawab, untuk memungkinkan setiap manajer mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran mereka dan memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggarannya. METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode analisis sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif, yaitu analisis untuk mengetahui penerapan akuntansi pertanggungjawabaan yang dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 54 2. Analisis selisih , yaitu analisis untuk mengetahui selisih antara anggaran dan realisasinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Klasifikasi dan Kode Rekening Salah satu syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban adalah adanya klasifikasi dan kode rekening perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI telah melakukan pengkodean rekening untuk setiap perkiraan dengan cukup memadai. Adapun pengklasifikasian kode rekening pada PT Sang Hyang Seri Kanroe Regional VI Sidrap yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Golongan dan Jenis Rekening pada Masing-masing Digit Golongan Jenis Rekening 11 Aktiva Lancar 12 Aktiva Tetap 21 Hutang Lancar 22 Pinjaman Jangka Panjang 31 Modal 32 Cadangan-Cadangan 34 Laba/Rugi 40 Hasil Penjualan Usaha 71 Biaya Usaha 91 Pendapatan(Biaya) Lain-lain Biaya Terkendali dan Biaya Tidak terkendali Manajer memiliki wewenang sehingga dapat mengendalikan sesuatu yang berada di bawah kewenangannya. Oleh sebab itu, ada atau tidaknya wewenang manajer dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap suatu biaya. Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: (1) biaya terkendali dan (2) biaya tidak terkendali oleh manajer tersebut. Biaya terkendali adalah biaya yang dapat Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 55 dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu. Suatu biaya tidak akan dapat dipengaruhi secara penuh oleh seorang manajer. Deskripsi Data Proses penyusunan anggaran pada PT Sang Hyang Seri didasarkan pada pendekatan Top Down dan Bottom Up. Pimpinan perusahaan menetapkan kebijakan pokok perusahaan dan berdasarkan kebijakan pokok perusahaan, para manajer yang dibantu oleh para bawahannya mengajukan usulan anggaran yang diperlukan dalam melaksanakan aktivitas operasional. Dalam hal ini PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI sebagai pusat laba menyusun anggaran labanya dengan memperhatikan anggaran dan realisasi dari tahun sebelumnya dan juga dalam penyusunan anggaran laba, semua item yang terkait dengan laba perusahaan akan dicantumkan seperti halnya harga pokok penjualan, biaya administrasi & umum, biaya pemasaran, pendapatan dan biaya lain-lain. Adapun anggaran dan realisasi laba pada PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI Sidrap Tahun 2011 sampai dengan 2014 dapat dilihat sebagai berikut: Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 56 Tabel di atas menunjukkan laporan laba/rugi PT Sang Hyang Seri (Persero) KR VI Sidrap Tahun 2011 sampai dengan 2014. Jumlah yang dicantumkan pada kolom anggaran dan realisasi untuk masing-masing item yang berpengaruh pada laporan laba/rugi merupakan total dari berbagai produk yang dihasilkan. Untuk rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 1 (Perhitungan Harga Pokok Penjualan), Lampiran 2 (Perhitungan Biaya Administrasi dan Umum) sedangkan untuk rincian laba/rugi dari setiap produk yang dihasilkan, dapat dilihat pada Lampiran 3 (Perhitungan Laba/Rugi PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI). Dari tabel diatas diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Tahun 2011dan 2012 Perusahaan memperoleh laba dan tidak terdapat subsidi. Sedangkan untuk tahun 2013 dan 2014 Perusahaan mengalami rugi dan terdapat subsidi. Pada tahun 2011 nampak bahwa laba bersih sebesar Rp 33.437.526.391 dan pada tahun 2012 laba bersih sebesar Rp 29.996.681.630 yang dihasilkan perusahaan merupakan laba bersih tanpa adanya subsidi, dikarenakan pada tahun ini jumlah rekening pendapatan lebih besar daripada rekening biaya. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 57 2. Laba (Rugi) bersih yang nampak pada tahun 2013 dan 2014 merupakan laba(rugi) bersih setelah adanya subsidi untuk menutupi kerugiannya. Sedangkan perusahaan sebenarnya mengalami rugi. Pada tahun 2013 nampak bahwa rugi bersih sebesar Rp 57.587.743.446 merupakan angka terakhir pada perhitungan laba/rugi perusahaan. Dapat ditelusuri pada laporan laba/rugi bahwa nilai tersebut merupakan hasil dari rugi kotor usaha di tambah dengan subsidi dari pemerintah sebesar Rp 35.920.452.063, namun subsidi tersebut belum dapat menutupi kerugian perusahaan yang sangat besar. Beda halnya dengan tahun 2014, pada tahun ini terlihat bahwa laba bersih sebesar Rp 10.406.310.617 merupakan laba bersih dari hasil perhitungan rugi kotor di tambah dengan subsidi dari pemerintah sebesar Rp 72.759.431.986. Jumlah subsidi tersebut dapat menutupi kerugian yang yang terjadi pada tahun 2014. 3. Subsidi yang nampak pada laporan keuangan laba/rugi pada tahun 2013 dan 2014 merupakan bantuan dari pemerintah, dikarenakan PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa perusahaan-perusahaan negara yang merugi besar, akan mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan beberapa syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI merupakan salah satu BUMN sehingga disaat perusahaan merugi, pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk subsidi dana. 4. Dari tabel di atas dapat pula dilihat bahwa setiap tahunnya, laba yang dianggarakan lebih besar dari pada laba yang terealisasi. Laba yang dianggarkan setiap tahun lebih besar daripada laba yang terealisasi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu besarnya biaya yang dianggarkan jauh lebih kecil dibanding dari tahun sebelumnya, sedangkan biaya yang terealisasi cukup besar. Selain itu juga terdapat kenaikan pada biaya-biaya yang berperan penting dalam harga pokok produksi. Hal ini dapat ditelusuri pada perhitungan harga pokok penjualan (Lampiran 1). 5. Tidak nampak adanya pajak perseroan pada setiap laporan keuangan laba/rugi perusahaan. Pada umumnya, perusahaan menghitung pajaknya sendiri, namun pada kasus PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap, Pajak Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 58 Perseroan tidak dihitung. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan dari Kantor Pusat Bahwa untuk Pajak Perseroan setiap Kantor Regional akan dihitung oleh Kantor Pusat. Jadi, setiap kantor regional setiap tahunnya akan mengirimkan laporan keuangannya ke kantor pusat kemudian di hitung berapa pajak perseroan secara keseluruhan. Pengendalian Laba Perusahaan Laba yang telah direncanakan, harus diikuti dengan pengendalian. Tanpa pengendalian, rencana menjadi tidak berarti. Sebagai alat analisis diperlukan keuangan yang selenggarakan secara rapi dan teratur. Sasaran pengendalian adalah tingkat penjualan dan perputaran dana sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghasilkan laba. Jika penjualan semakin kecil, maka laba akan semakin menurun. Penurunan laba dapat juga disebabkan oleh meningkatnya biaya, misalnya pemborosan, kenaikan harga(bahan baku, upah kerja dan lain sebagainya). Analisi Data Bahwa sesuai dengan metode analisis yang digunakan oleh penulis, dimana analanisis deskriptif untuk menggambarkan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT Sang Hyang Seri Kantor Regional VI Sidrap dan analisis varians (selisih) untuk menilai kinerja General Manajer, maka penulis menggunakan alat analisis sebagai berikut: 1. Margin Kontribusi 2. Laba Langsung 3. Laba Yang Dapat Dikendalikan 4. Laba Sebelum Pajak 5. Laba Bersih Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 59 Berdasarkan laporan di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 hingga 2014 perusahaan terus menerus mengalami penurunan laba (diluar subsidi). Dilihat pada tahun 2011 perusahaan mengalami laba sebesar Rp 33.437.526.391 kemudia pada tahun 2012 perusahaan mengalami penurunan laba sebesar Rp 3.440.844.761, pada tahun 2013 perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 93.508.195.508 dan pada tahun 2014 juga mengalami rugi sebesar Rp 62.353.121.370. Kinerja GM KR VI Sidrap dapat diukur sampai laba langsung. Hal disebabkan karena tidak adanya biaya kantor pusat yang dapat dikendalikan oleh Kantor Regional VI. Demikian pula halnya dengan pajak perseroan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di atas bahwa pajak perseroan dihitung oleh kantor pusat. Kantor pusat menghimpun laporan keuangan dari masing-masing kantor regionalnya, kemudian menhitungkan laba perseroan secara keseluruhan, sehingga untuk masing-masing kantor regional tidak menghitung pajaknya secara individu. Dibandingkan dengan laporan laba/rugi perusahan, jumlah perhitungan terakhir jelas berbeda. Dikemukakan sebelumnya bahwa salah satu cara mengukur kinerja manajer pusat laba yaitu dengan melihat laporan laba/rugi. Dengan anggapan bahwa semakin besar labanya maka kinerja pimpinan perusahaan tersebut semakin baik, begitu pula sebaliknya. Jika laporan laba/rugi menunjukkan angka minus, berarti kinerja dari pimpinan perusahaan kurang baik. Akan tetapi, informasi Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 60 yang ditunjukan pada laporan laba/rugi belum tentu menjamin kinerja dari pimpinan perusahaan tersebut. Cara lain untuk mengukur kinerja manajer pusat laba (dalam hal ini pimpinan kantor regional VI yaitu General Manager) digunakan lima pendekatan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa hasil perhitungan akhir yang ditunjukkan jelas berbeda dengan hasil perhitungan akhir pada laporan laba/rugi. Hal ini disebabkan karena adanya Subsidi yang dapat menutupi kerugian perusahaan. Jika kinerja manajer pusat laba dinilai sebatas dari perhitungan laba/rugi perusahaan, maka kita hanya perlu melihat angka terakhir pada perhitungan laba/rugi perusahaan. Namun hal ini kurang efektif dikarenakan adanya sebuah rekening yaitu Subsidi yang dapat mempengaruhi perhitungan akhir dari laba/rugi perusahaan. Berdasarkan alat analisis yang digunakan, maka penulis memperoleh informasi bahwa ukuran kinerja pusat laba pada PT Sang Hyang Seri Kantor Regionall VI Sidrap hanya dapat diukur sampai Laaba Langsung. Dan pengukuran kinerja tersebut mencerminkan bahwa General manager PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap masih kurang baik. hal ini tercermin dari laba/rugi perusahaan yang dari tahun ke tahun semakin merosot. Hal lain yang diperoleh penulis berdasarkan analisis data dan penjelasan di atas yaitu hampir seluruh kriteria penerapan akuntansi pertanggungjawaban terdapat PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap, maka : 1. Hipotesis “Diduga Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap belum memadai ” tidak dapat diterima. 2. Hipotesis “Diduga Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban belum bermafaat dalam Penilaian Kinerja Pusat Laba pada PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap” tidak dapat diterima. Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan pada PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap sebagian besar telah memenuhi syarat penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu akuntansi Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 61 pertanggungjawaban dapat digunakan untuk mengukur kinerja PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap. Berdasarkan hasil perhitungan kinerja yang telah sesuai dengan alat analisis yang penulis gunakan, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja General Manager sebagai pimpinan tertinggi PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap sebagi Pusat Laba masing kurang baik. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap mengenai tinjauan tehadap penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat laba, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap telah memadai. Hal ini didukung dengan terpenuhinya sebagian besar syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban antara lain : struktur organisasi dan pendelegasian wewenang, anggaran biaya pusat pertanggungjawaban, sistem organisasi yang disesuaikan dengan struktur organisasi, dan sistem pelaporan biaya kepada manajemen yang bertanggungjawab. b. Akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap telah bermanfaat dalam penilaian kinerja pusat laba. Hal tersebut terbukti dengan adanya laporan pertanggungjawaban pusat laba yang dapat mencerminkan kinerja General Manajer PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional VI Sidrap yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA Dermawan Syahrial. Purba Djahotman. 2012, Akuntansi Manajemen, Mitra Wacana Utama, Jakarta Erida Arni. 2011. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian Manajamen pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Utama VII Makassar. Skripsi Universitas Hasanuddin. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 62 Hansen. Mowen. 2011. Managerial Accounting, Salemba Empat, Jakarta. Hery. 2013. Teori Akuntansi, Suatu Pengantar, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Irham Fahmi. 2014. Manajemen. Teori, Kasus, dan Solusi, Alfabeta, Bandung. L.M. Samryn. 2012. Akuntansi Manajemen, Kencana, Jakarta. Rahman Pura. 2013. Pengantar Akuntansi I, Pendekatan Siklus Akuntansi, Erlangga, Jakarta Anthony, N. Robert dan Vijay. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen, Salemba Empat, Jakarta. Rudianto. 2011. Akuntansi Manajemen, Erlangga. Jakarta Slamet Sugiri Sodikin. 2015. Akuntansi Manajemen. Sebuah Pengantar, Edisi Revisi, UPP STIM YKPN, Yogyakarta Sofyan Syahri Harahap. 2011. Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, Rajawali Pers, Jakarta. Thomas Sumarsan. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen, Indeks, Jakarta. Vol 1, No. 012 (2016) Sri Handayani 63