MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD Parongpong, Jl. Kolonel Masturi km. 7 Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat pada Juli sampai dengan Agustus 2010. Materi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kalkulator. Data yang digunakan adalah data primer berupa informasi struktur populasi, kuda yang cacat akibat kelainan genetik dan manajemen perkawinan. Selain itu juga digunakan data sekunder berupa data bobot badan dan tinggi pundak anak kuda yang baru lahir dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir serta catatan silsilah dari Buku Register Kuda (BRK) di Denkavkud. Kuda yang menjadi sampel adalah semua kuda remaja di setiap kompi, yaitu kuda umur 1-3 tahun baik jantan maupun betina. Prosedur Data primer didapatkan dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan pemelihara, staf, dokter hewan yang terdapat disana. Data sekunder didapatkan melalui catatan atau recording yang dimiliki pihak Denkavkud berupa Buku Register Kuda (BRK), kemudian silsilah dianalisis untuk perhitungan koefisien inbreeding pada setiap individu (Fx), sedangkan laju inbreeding dihitung berdasarkan data struktur populasi yaitu jumlah pejantan, calon pejantan dan induk. Jumlah total kuda yang terdapat di Denkavkud adalah 196 ekor dan terbagi ke dalam dua unit, yaitu 91 ekor kuda di Kompi Kavaleri (Kikav) dan 105 ekor di Kompi Peternakan (Kinak). Stuktur populasi dalam Kikav terdiri dari 37 ekor kuda betina, 43 ekor jantan kebiri dan satu ekor kuda jantan yang hanya memiliki satu testis. Berdasarkan populasi tersebut, sampel diambil dari kuda umur satu sampai dengan tiga tahun, sehingga didapat delapan ekor kuda dari populasi Kikav. Populasi kuda dalam Kinak terdiri dari 3 ekor stud, 8 ekor foals, 4 ekor colt, 16 ekor gelding, 18 ekor filly, 32 ekor mare, 15 ekor dewasa betina, 2 ekor pony dan 7 ekor kuda tua (afkir). Sampel yang digunakan adalah kuda umur satu sampai dengan tiga tahun, sehingga sampel yang diperoleh dari Kinak berjumlah 22 ekor. 18 Masing-masing kuda dianalisis berdasarkan silsilahnya, jika terdapat tetuanya yang inbred, maka ditambahkan nilai koefisien inbreeding dari tetua tersebut. Analisis Data Koefisien Inbreeding Penghitungan koefisien inbreeding menggunakan metode analisis silsilah yang dikembangkan oleh Allendorf dan Luikart (2008). Langkah pertama menggambar silsilah, dimana setiap individu hanya muncul satu kali, dibuat dalam bentuk alokade dan tanda panah (Gambar 1). Selanjutnya, dianalisis silsilah leluhur (moyang) dari induk dan pejantannya. Jika tidak memiliki moyang bersama, individu tersebut bukanlah hasil perkawinan sedarah, dan nilai koefisien inbreeding (Fx) = 0. Namun, jika memiliki moyang bersama, telusuri semua silsilah dari mulai orangtua individu tersebut, lalu menuju moyang bersama dan kembali lagi ke orangtua yang lain dari individu tersebut (Tabel 4). Koefisien inbreeding dari individu dihitung dengan menentukan n, yaitu banyaknya individu dalam alur (tidak termasuk individu yang diperhatikan) yang terdiri dari moyang bersama dari tetua yang kawin sedarah (inbred). Nilai koefisien inbreeding dihitung dengan rumus (Allendorf dan Luikart, 2008): F = Σ[(½n+1) (1+FCA)] Keterangan :F = Nilai koefisien inbreeding n = Banyaknya garis dalam alur FCA = Koefisien moyang bersama Sebagai contoh, perhitungan koefisien inbreeding dari seekor ternak X yang dihasilkan dari satu generasi perkawinan saudara kandung dimana moyang bersamanya bukan inbred dapat digambarkan sebagai berikut: A X X B { B { { C D C D A C B D X Gambar 1. Silsilah dalam Bentuk Alokade dan Tanda Panah Sumber: Warwick et al. (1990) 19 Tabel 4. Perhitungan Koefisien Inbreeding dari Individu X Moyang Bersama C D Lintasan A–C–B A–D–B N 1 1 n’ 1 1 n+n’+1 3 3 Jumlah Kontribusi (½)3 = 0,125 (½)3 = 0,125 0,25* Keterangan: *Nilai koefisien inbreeding Fx = 0,25 x 100% = 25% Sumber: Warwick et al. (1990) Laju Inbreeding Laju inbreeding per generasi dihitung dengan rumus yang dikembangkan oleh Wiener (1994): Laju Inbreeding = + Keterangan: Nm = Jumlah pejantan dan calon pejantan Nf = Jumlah betina yang dapat dikawinkan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Anak Kuda yang Baru Lahir Pengukuran tinggi pundak menggunakan tongkat ukur sederhana yang telah diberi skala atau penggaris kayu dengan cara mengukur tinggi dari permukaan tanah hingga pundak, sedangkan bobot badan diketahui dengan melakukan penimbangan. Data yang digunakan adalah data kelahiran selama sepuluh tahun terakhir, kemudian data tersebut dirata-ratakan dengan rumus (Walpole, 1993): ∑ Keterangan: µ : Rataan sampel xi : Data sejumlah i n : Ukuran sampel 20