Konservasi Tanaman Aren, Pala dan Karumenga di

advertisement
MATERI PELATIHAN
KEPADA MASYARAKAT
KONSERVASI TANAMAN AREN , PALA DAN KARUMENGA DI
SULAWESI UTARA
KERJASAMA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
DAN
UNIVERSITAS TEXAS A & M
DESEMBER 2011
DISCLAIMER
This publication is made possible by the generous
support of the American people through the United
States Agency for International Development (USAID).
The contents are the responsibility of Texas A&M University
and Sam Ratulangi University as the USAID Tropical Plant
Curriculum Project partners and do not necessarily reflect
the views of USAID or the United States Government.
Kata Pengantar
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas hikmat dan pertolonganNya sehingga
penyusunan modul ini dapat terselesaikan.
Modul ini disusun oleh Tim The Tropical Plant Curriculum Project “Extension”. Terima kasih
disampaikan kepada USAID dan Universitas TEXAS A & M atas dukungan dana bagi
penyusunan modul ini.
Modul ini ditujukan sebagai bahan pelatihan konservasi tanaman , Pala dan Karumenga
bagi masyarakat di Sulawesi Utara. Modul ini dapat digunakan oleh tenaga pengajar
(dosen) maupun penyuluh bahkan mahasiswa sebagai bahan acuan untuk memperkaya
pengetahuan masyarakat.
Penyusunan Modul ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan modul ini.
Terima kasih..
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
 Tanaman , Pala dan Karumenga merupakan
tanaman yang perlu dikonservasi karena sudah
mulai menurun populasinya di Sulawesi Utara.
 Tanaman-tanaman ini bukan saja mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi tapi juga mempunyai nilai
budaya.
 Di daerah Minahasa, tanaman sudah menjadi
sumber mata pencaharian masyarakat yang khas.
Variasinya dalam bentuk produk tidak hanya gula
tetapi juga menjadi minuman saguer (sejenis tuak)
dan captikus (alkohol berkadar tinggi).
 Saat ini di Kabupaten Minahasa Selatan telah
dibangun proyek percontohan pengolahan Saguer
(nira ) menjadi bioetanol.
 Kapasitas produksi satu alat destilasi skala rumahan
(perkelompok terdiri dari dua petani/penyadap )
saat ini mencapai lima liter per jam. Dalam masa
operasi 10 jam per hari bisa dihasilkan 90 persen
bioethanol. Sementara dari 10 alat destilasi
dihasilkan sekitar 13 ton per bulan untuk 26 hari
kerja.
 Perlu diketahui gula cetak biasanya dijual seharga
Rp 8-9 ribu per kilogram. Adapun harga gula semut
bisa mencapai Rp 20-25 ribu per kilogram, dan jahe
bisa mencapai Rp 8 ribu per bungkus ukuran
seperempat kilogram.
 Menyangkut tanaman Pala, jenis yang banyak
diusahakan adalah terutama Myristica fragrans,
sebab jenis Pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih
tinggi daripada jenis lainnya.
 Selain sebagai rempah-rempah, Pala juga berfungsi
sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang
banyak digunakan dalam industri pengalengan,
minuman dan kosmetik.
 Tanaman Karumenga mempunyai khasiat sebagai
tanaman obat yaitu sebagai obat penenang, obat
lambung dan obat limpa, di samping itu merupakan
bahan baku kosmetika.
AREN
(Arenga pinnata)
 Adalah termasuk plasma nutfah tanaman
perkebunan yang sudah banyak dikenal oleh
masyarakat karena memiliki banyak kegunaan.
 Hampir semua bagian tanaman ini berguna, baik
untuk pangan, bahan baku industri maupun energi
terbarukan.
 Aren juga memiliki kemampuan fungsi hidrologi yang
tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman
konservasi.
 Belakangan ini pamor semakin ngetren seiring
dengan “Revolusi Aren” terkait dengan pemanfaatan
niranya untuk bahan bio-etanol.
 Pohon Aren atau Enau mudah tumbuh. Memiliki
asal-usul dari wilayah Asia tropis, enau diketahui
menyebar alami mulai dari India timur di sebelah
barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan
Filipina di sebelah timur.
 Di Indonesia, Aren tumbuh liar atau ditanam, sampai
ketinggian 1.400 m. Biasanya banyak tumbuh di
lereng-lereng atau tebing sungai.
Tanaman Aren
Buah tanaman Aren
 Meskipun getahnya amat gatal, buah Aren yang
masak banyak disukai hewan. Musang (luwak)
diketahui sebagai salah satu hewan yang
menyukai buah Aren ini, dan secara tidak
langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji
aren. Di Bangka, pada masa lalu orang-orang
Tionghoa memasang perangkap di bawah pohon
aren yang tengah berbuah, untuk menangkap
rombongan babi hutan yang berpesta buah Aren
yang berjatuhan. Aren dapat dikembang biakkan
secara generatif yaitu melalui bijinya.
 Dari pohon Aren, manusia bisa mengambil ijuk,
daun untuk atap rumah, batang dan pelepah
untuk bahan bangunan, buah muda untuk kolangkaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan
manis (nira) segar yang langsung bisa diteguk. Dari
cairan manis berwarna putih ini, penduduk juga
membuat minuman keras lewat proses
penyulingan.
 Penduduk di sejumlah wilayah Indonesia timur
menyebut minuman yang sudah disuling ini
dengan sebutan tuak. Di Manado, minuman keras
dari nira ini populer dengan nama Cap Tikus.
 Pohon Aren merupakan tanaman yang banyak
manfaatnya. Buahnya (kolang-kaling) dapat
dipakai untuk campuran minuman, niranya dapat
disadap dari batang bunganya, dan kayunya dapat
diolah menjadi tepung sagu (aci Aren).
Kolang-kaling
 Bila dihitung, pohon Aren mampu memberi
penghasilan bagi pemiliknya hingga Rp 12 juta
selama tiga tahun.
 Contoh di daerah Tumenggung dari luas dan
produksi Aren saat ini telah ada perusahan kecil
pengolah gula Aren yang mampu merekrut tenaga
kerja 3.356 dengan produksi gula aren 850 ton/th
dengan nominal Rp 5.525.000.000,- industri sapu
ijuk produksi 364.000 buah dengan nominal sebesar
Rp 566.000.000,-
PALA
1. SEJARAH SINGKAT
Pala (Myristica Fragans Haitt) merupakan
tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia,
karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku.
Tanaman Pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat
perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati
pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295
pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai
Sumatera.
2. JENIS TANAMAN PALA
Tanaman Pala memiliki beberapa jenis, antara
lain:
a. Myristica fragrans Haitt,
b. Myristica argentea Ware,
c. Myristica fattua Haitt,
d. Myristica specioga Ware,
e. Myristica Sucedona BL,
f. Myristica malabarica Lam.
Jenis Pala yang banyak diusahakan adalah terutama
Myristica fragrans, sebab jenis Pala ini mempunyai
nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua.
Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan
Myristica malabarica produksinya rendah sehingga
nilai ekonomisnya pun rendah pula.
3. MANFAAT TANAMAN PALA
Selain sebagai rempah-rempah, Pala juga berfungsi
sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak
digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan
kosmetik.
a. Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon Pala yang disebut dengan “kino”
hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang
dan daun tanaman Pala menghasilkan minyak atsiri
b. Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah
Pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut
“Bunga Pala”. Bunga Pala ini dalam bentuk kering
banyak dijual di dalam negeri.
Fuli Pala
c. Biji Pala
Biji Pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orangorang pribumi sebagai rempah rempah. Buah Pala
sesungguh-nya dapat meringankan semua rasa
sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh
kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan
usus. Biji Pala sangat baik untuk obat pencernaan
yang terganggu, obat muntah muntah dan lainlainya.
Biji Pala
d. Daging Buah
Daging buah Pala sangat baik dan sangat
digemari oleh masyarakat jika telah diproses
menjadi makanan ringan, misalnya: asinan Pala,
manisan Pala, marmalade, selai Pala, kristal daging
buah Pala.
4. SYARAT TUMBUH
4.1. Iklim
a. Tanaman Pala juga membutuhkan iklim yang panas
dengan curah hujan yang tinggi dan agak
merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
b. Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C, curah hujan
teratur sepanjang tahun. Tanaman Pala tergolong
jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering
selama beberapa bulan.
4.2. Media Tanam
a. Tanaman Pala membutuhkan tanah yang gembur,
subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang
mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman
Pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir
sampai lempung dengan kandungan bahan organik
yang tinggi.
b. Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman Pala
adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap
gangguan air, maka untuk tanaman ini harus
memiliki saluran drainase yang baik.
c. Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng
pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi
sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka
perlu dibuat teras-teras melintang lereng.
4.3. Ketinggian Tempat
Tanaman Pala dapat tumbuh baik di daerah yang
mempunyai ketinggian 500-700 mdpl. Sedangkan
pada ketinggian di atas 700 m, produktivitas
tanaman akan rendah.
5. PEDOMAN BUDIDAYA
5.1. Pembibitan
1) Perbanyakan Cara Generatif (Biji)
a. Pemilihan Biji
Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan
dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji
yang digunakan berasal dari:
Biji sapuan:
Biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa
diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon
induknya.
Biji terpilih:
Biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui
dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih,
yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yang diketahui
dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas
diketahui);
(2) biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari
tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya
jelas diketahui;
(3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi
hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua
klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus
berasal dari buah Pala yang benar-benar masak.
Buah Pala bijinya akan digunakan sebagai benih
berasal dari pohon Pala yang mempunyai sifat-sifat:
(1) pohon dewasa yang tumbuhnya sehat;
mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya baik.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan Nomor: KB.010/42/SK/ DJ.BUN/9/1984,
telah ditetapkan dan dipilih pohon induk yang dapat
dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di
4 propinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat,
Sulawesi Utara dan Maluku.
Biji-biji dari pohon induk terpilih yang akan
digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih
biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot
minimum 50 gram/biji, berbentuk agak bulat dan
simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman
dan mengkilat, tidak terserang oleh hama dan
penyakit.
Buah Pala yang dipetik dari pohon dan akan
dijadikan benih harus segera diambil bijinya, paling
lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus
sudah disemaikan.
Hal ini disebabkan oleh sifat biji Pala yang daya
berkecambahnya dapat cepat menurun.
b.
Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air
untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman
pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk
penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan
gembur.
Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman
olahan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan
ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm,
tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan
dibuat membujur Utara-Selatan.
Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut
dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi
(sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata
secukupnya supaya tanah bedengan tersebut
menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan
kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun
kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2
m dan sebelah Barat 1 m. agar pesemaian hanya
terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang
siang hari dan pada siang hari yang panas terik
persemaian terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit
sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai
terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian bijibiji Pala disemaikan dengan membenamkan biji Pala
sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan
tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah
15 X 15 cm.
Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat,
yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah.
Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga
tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram
dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap
bersih dari gulma.
Setelah biji media tumbuh berupa tanah gembur yang
subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan
bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus
dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak
rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus
diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari/diletakkan berderet-deret dan di atasnya
diberi atap pelindung berupa anyaman daun
kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah
menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari
gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan
tetap basah namun tidak tergantung air.
Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari
polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air
siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan,
yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sekitar
1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas
permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram.
Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada
awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah
bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka
bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
KARUMENGA
(ACORUS CALAMUS L.)
Botani
Sinonim : Acorus terreestris Spreng.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Warga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Nama umum/dagang : Dlingo
Nama daerah
Sumatera : Jeurunger (Aceh) Jerango (Gayo) Jerango
(Batak) Jarianggu (Minangkabau)
Jawa : Daringo (Sunda) Dlingo {Jawa Tengah) Jharango
(Madura)
Bali : Jangu
Nusa Tenggara : Kaliraga (Flores) Jeringo (Sasak)
Sulawesi : Kareango (Makasar) Kalamunga (Minahasa)
Areango (Bugis)
Maluku : Ai wahu (Ambon) Bila (Buru)
Deskripsi
Habitus : Herba, (ahunan, tinggi + 75 cm
Batang :
Basah, pendek, membentuk rimpang, putifi kotor.
Daun :
Tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal
memeluk batang, panjang ± 60 cm, lebar ± 5 cm,
pertulangan sejajar, hijau.
Bunga :
Majemuk, bentuk bongkol, ujung meruncing, panjang 2025 cm, di ketiak daun, tangkai sari panjang ± 2,75 mm,
kepala sari panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5
mm, putik 1-1,5 mm, kepala putik meruncing, panjang ±
0,5 mm, mahkota bulat panjang, panjang 1-1,5 mm,
puith.
Khasiat
Rimpang Acorus calamus berkhasiat sebagai obat
penenang, obat lambung dan obat limpa, di samping itu
merupakan bahan baku kosmetika.
Untuk obat penenang dipakai ± 3 gram rimpang Acorus
calamus, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian
direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Hasil
rebusan diminum sehari dua kali 1/2 gelas pagi dan sore.
Kandungan kimia
Rimpang dan daun tanaman Karumenga mengandung
saponin dan flavonoida, di samping rimpangnya
mengandung minyak atsiri.
PENUTUP
Usaha Konservasi untuk tanaman Aren, Pala dan
Karumenga sudah perlu dilakukan karena keberadaan
tanaman ini sudah mulai menurun populasinya.
Tanaman-tanaman ini bukan saja mempunyai nilai
ekonomis tinggi, tetapi juga mempunyai nilai budaya.
Download