BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia usaha semakin
pesat. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi
dan perkembangan arus informasi pengguna. Perkembangan ini diiringi dengan
persaingan usaha yang begitu ketat dan kompetitif. Persaingan usaha yang ada
perlu diimbangi dengan suatu pemikiran yang kritis dan pemanfaatan sumber
daya perusahaan secara optimal. Dengan demikian, perusahaan dapat bersaing
dengan perusahaan lain baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.
BEI memilah dan mengelompokan saham berdasarkan sektor
industrinya guna memudahkan analisis pergerakan usaha. 10 sektor yang ada di
BEI saat ini. Salah satu sektor industri yang mengalami pertumbuhan positif
adalah sektor industri property dan Real Estate. Hal ini dapat dilihat melalui
peningkatan jumlah emiten sektor industri property dan real estate yang cukup
besar.
Property dan real estate merupakan salah satu sektor bagi kehidupan
manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidak dapat
terlepas dari sektor ini, misalnya kantor atau pabrik tempat kita bekerja, pusat
perbelanjaan tempat kita membeli keperluan sehari-hari, rumah sakit tempat kita,
keluarga, maupun kerabat dirawat ketika sakit, taman hiburan tempat kita
1
2
mengisi waktu libur, sekolah atau universitas tempat kita menimba ilmu, serta
property dan real estate lainnya yang selalu berhubungan dengan aktivitas
manusia sehari-hari, dan yang paling penting adalah rumah atau apartemen
tempat kita tinggal.
Property dan real estate khususnya perumahan merupakan kebutuhan
papan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia, disamping
kebutuhan akan pangan dan sandang, sehingga setiap orang harus berhubungan
dengan bagian dari property dan real estate yang satu ini. Bagaimanapun
kondisi perekonomian yang sedang terjadi, semua orang haruslah memiliki
rumah tempat ia tinggal untuk memenuhi salah satu kebutuhan utamanya.
Pertumbuhan sektor property dan real estate yang dihargai dengan
kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap
tahunnya menyebabkan semakin banyak investor yang tertarik untuk melakukan
investasi di sektor ini. Property dan real estate yang memiliki nilai investasi
yang tinggi, dan dinilai cukup aman dan stabil. Harga property dan real estate
(khususnya rumah) mengalami kenaikan sekitar 10% setiap tahunnya. Sebab itu,
sebuah rumah memiliki potensi mengalami kenaikan harga dua kali lipat dalam
5-10 tahun ke depan.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh ketersediaan tanah bersifat tetap,
sementara permintaan nya cenderung meningkat setiap tahunnya, sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk
menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan,
taman hiburan, dan kebutuhan akan sector property dan real estate lainnya juga
3
mengalami kenaikan. Selain itu, harga tanah tidaklah ditentukan oleh pasar,
tetapi oleh orang-orang yang memiliki tanah.
Akhir-akhir ini property dan real estate tumbuh dengan pesat. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pembangunan rumah dan toko (ruko), apartemen,
pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, dan perumahan. Maraknya pembangunan
ini menandakan bahwa terdapat pasar yang cukup besar bagi sektor property dan
real estate di Indonesia. Hal ini merupakan informasi yang positif bagi para
investor, yang kemudian meresponnya dengan membeli saham perusahaan
property dan real estate di pasar modal.
Sektor property memperlihatkan investasinya yang menghasilkan
banyak keuntungan, tetapi memiliki risiko yang tinggi sehingga bisnis property
harus
mempertimbangkan pasar, sumber dana, kiat pemasaran, serta
pengambilan keputusan berdasarkan prinsip Security of Investment, meskipun
property memiliki resiko terbesar dalam penginvestasian dana, tetapi banyak
pengembang yang tetap melakukan investasi di bidang tersebut, penyebabnya
karena adanya alternatif investasi di bidang properti secara umum, investasi jenis
lain yang dimiliki investor, tingkat pengembalian masing-masing
menguntungkan,
dan
perbedaan
risiko
untuk
alternatif
investasi-investasi
yang
diperbandingkan tersedia bagi para investor (Nugroho, 2009) dalam Ni Wayan
dan Luh Gede (2014).
Perusahaan property dipercaya membutuhkan image yang lebih baik
dari masyarakat karena rentan terhadap pengaruh politik dan kritikan dari aktivis
– aktivis sosial, maka diasumsikan yang diungkapkan Sukarmi (2010) tuntutan
4
masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan
pasar bebas memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya
melaksanakan tanggung jawab sosial.
Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap
perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung
terhadap posisi finansial perusahaan. Kesalahan dalam penentuan struktur modal
akan mempunyai dampak yang luas. Terutama dengan adanya hutang yang
sangat besar, akan memberikan beban tetap yang semakin besar. Yuliana, et al.
(2013) Perbandingan modal pinjaman dengan modal sendiri haruslah tepat
karena perbandingan tersebut akan berakibat langsung terhadap posisi keuangan
perusahaan. Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan
adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu
tantangan dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan
usahanya. Sebagai upaya untuk mengembangkan tersebut, maka perusahaan
memerlukan adanya suatu kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi
kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan
keputusan yang penting mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan
kelangsungan hidup perusahaan nanti. Secara umum terdapat dua bentuk sumber
pendanaan pada perusahaan yaitu sumber pendanaan internal dan eksternal.
Sumber pendanaan internal yaitu suatu dana yang berasal dari dalam
perusahaan yaitu modal sendiri, laba ditahan. Modal sendiri berasal dari modal
saham, laba ditahan berasal dari sumber dana yang diperoleh dari usaha
perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan, akan tetapi seiring dengan
5
perkembangan ekonomi serta adanya tuntutan perkembangan usaha, dana yang
berasal dari dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan. Manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha mencari lagi
tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan eksternal. Pemenuhan
kebutuhan dana secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang
(debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan
hutang diperoleh melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal
dari emisi atau penerbitan saham. Berikut ini adalah tabel nilai struktur modal
perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diukur
dengan Debt to Asset Ratio (DAR).
Struktur Modal
0,44
0,42
0,42
0,40
0,38
0,40
0,41
0,41
0,38
0,36
0,34
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016)
Gambar 1.1
Struktur Modal Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014
Gambar 1.1 menunjukan nilai struktur modal dari setiap perusahaan
property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima periode yaitu
dari tahun 2010 hingga tahun 2014, dari gambar diatas menunjukan bahwa
struktur modal perusahaan property dengan menggunakan DAR di BEI tahun
6
2010-2014 diduga mengalami peningkatan. Semakin besar suatu perusahaan
maka kecenderungan penggunaan dana eksternal atau hutang juga akan semakin
besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan
dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia
menggunakan pendanaan eksternal. Ukuran perusahaan menunjukan nilai aset
perusahaan dalam peningkatan aktivitas operasional perusahaan. Besarnya
hutang yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu kebijakan yang
berhubungan dengan struktur modal. Kebijakan hutang merupakan penentuan
berapa besarnya hutang akan digunakan perusahaan dalam mendanai aktivanya
yang ditunjukan oleh rasio antara total hutang dengan total aktiva. Kebijakan
hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal
(Ni Wayan dan Luh Gede, 2014).
Kesalahan menentukan struktur modal mempunyai dampak luas, terutama
bila perusahaan menggunakan hutang yang
besar. Beban yang ditanggung
perusahaan akan semakin besar, dan meningkatkan risiko financial, yaitu
perusahaan tidak bisa membayarkan beban bunga dan angsuran hutang (Ni
Wayan dan Luh Gede, 2014). Faktor yang mempengaruhi struktur modal,
pengendalian, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, sikap pemberian
pinjaman, profitabilitas pajak, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan,
struktur aktiva, leverage operasi, kondisi pasarr, kondisi internal perusahaan dan
fleksibilitas keuangan (Houton dan Brigham, 2009:39) dalam Ni Wayan dan Luh
Gede (2014)
Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dengan
7
periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan
menarik investor menanamkan dananya guna memperluas usahanya. Menurut
Indrajaya dan Salehi (2011) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan Hardianto (2008) dan Najjar (2011) dalam Ni Wayan dan Luh Gede
(2014) menyatakan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur
modal.
Rasio Profitabilitas menurut Kasmir (2012:178) menjelaskan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu
perusahaan.
Profitabilitas
juga
mempunyai
arti
penting
guna
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena
menunjukan prospek di masa yang akan datang. Badan usaha akan selalu
berusaha meningkatkan profitabilitasnya, dengan harapan kelangsungan hidup
lebih terjamin.
Profitabilitas penting dalam perusahaan karena dapat menginformasikan
jumlah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan juga menunjukan
apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
datang, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kelangsungan hidup
perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas perusahaan dapat diukur
menggunakan rasio : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets
atau Return On Investment dan Return On Equity (Suteja, 2013:10).
Penulis menggunakan rasio profitabilitas khususnya Return On Assets
(ROA). Return On Assets adalah perbandingan antara laba sebelum pajak
8
dengan total aktiva atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan
total aset, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset. Sebaliknya, bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Profitabilitas
8,00
6,00
5,05
4,58
6,44
6,31
2013
2014
3,79
4,00
2,00
0,00
2010
2011
2012
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016)
Gambar 1.2
Rasio Profitabilitas Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014
Gambar 1.2 menunjukan bahwa perusahaan property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya, profitabilitas diduga
memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Besaran
profitabilitas akan mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan
pendanaan dari luar atau tidak, juga akan mempengaruhi keputusan manajemen
menggunakan dana dalam operasionalnya, sebuah perusahaan memerlukan dana
untuk membiayai. Dengan demikian, profitabilitas sebuah perusahaan memiliki
9
daya dorong atau daya tarik yang tinggi bagi investor mengingat profitabilitas
yang dihasilkan juga tinggi (Amalia dan Alfianto, 2014)
Struktur aset merupakan seluruh sumber daya ekonomi yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya, Menurut Priatna R.B
Abdulah dan Suryana (2010:36). Struktur aset perusahaan memainkan peranan
penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki
aktiva tetap jangka panjang yang tinggi, dikarenakan permintaan akan produk
mereka tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan utang jangka
panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan
barang yang nilainya sangat tergantung pada kestabilan tingkat profitabilitas,
tidak terlalu tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
struktur aset
0,60
0,48
0,40
0,37
0,38
0,39
0,38
2011
2012
2013
2014
0,20
0,00
2010
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016)
Gambar 1.3
Struktur Aset Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014
Gambar 1.3 menunjukan struktur aset perusahaan property yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami
penurunan, struktur aset diduga yang mempengaruhi struktur modal, dalam
penelitiannya (Undang, 2010) signifikansi struktur aset diduga disebabkan
10
karena dalam perusahaan property banyak perusahaan yang aset tetapnya tidak
dapat ditutup menggunakan modal sendiri, yang membuat sebagian dana untuk
aset tetap memerlukan dana yang besar karena aset tetap tersebut digunakan
untuk keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi
perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada
saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan
produk yang bermutu tinggi. Penggunaan modal asing terutama utang jangka
panjang yang tinggi akan meningkatkan struktur modal perusahaan.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Riyanto
(2001:298) dalam (Undang, 2010 ) bahwa kebanyakan perusahaan property
dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aset tetap (fixed aset),
akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu
modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Sedangkan
perusahaan yang sebagian besar dari asetnya terdiri atas aset lancar akan
mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.
Risiko Bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya (Nuswandari, 2013). Risiko bisnis merupakan
risiko yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan
operating leverage risk. Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, yaitu
variabilitas penjualan, variabilitas biaya operasi, dan operating leverage. Jika
ketiga variabilitas tersebut meningkat, maka risiko bisnis juga meningkat.
Apabila manajer perusahaan menginginkan mengurangi risiko bisnis tindakan
yang dilakukan adalah menstabilkan penjualan, menstabilkan biaya operasi, dan
menurunkan leverage operasi (Brigham dan Houston, 2011 : 157).
11
Menurut Najah dan Jarboui (2013) dalam Zohreh dan Bahman (2014)
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mengurangi risiko bisnis
perusahaan, Ahmadpour et al.(2010) dalam Zohreh dan Bahman (2014)
menyimpulkan bahwa perusahaan dengan kinerja sosial yang tinggi memiliki
risiko yang lebih rendah, dan biaya modal yang lebih rendah. Menurut Kamus
Bisnis, resiko bisnis adalah Probabilitas yang gagal dalam operasi organisasi dan
lingkungan (seperti persaingan dan kondisi ekonomi yang buruk) yang dapat
mengganggu kemampuan organisasi perusahaan untuk pengembalian investasi.
Atau dengan kata lain adalah suatu keadaan tertentu yang dapat mempengaruhi
kemampuan perusahaan tersebut.
Risiko Bisnis
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
0,52
0,12
2010
2011
0,17
0,15
2013
2014
0,06
2012
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016)
Gambar 1.4
Risiko Bisnis Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014
Gambar 1.4 Menunjukan bahwa risiko bisnis pada perusahaan property
dan real estate pada tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami fluktuasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Brigham dan Houston, 2010:155)
dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan bahwa risiko bisnis
12
mempengaruhi sruktur modal. Risiko bisnis merupakan risiko perusahaan saat
tidak dapat menutupi biaya operasional dan dipengaruhi oleh pendapatan yang
stabil dan biaya. Ahmed, Indrajaya, Seftianne (2011) dalam Ni Wayan dan Luh
Gede (2014) dalam penelitiannya menyatakan risiko berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal. Firnanti, yuliati dan Joni (2011) menyatakan
risiko tidak berpengaruh secara signifikan sedangkan menurut penelitian Memon
(2012) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan hasil penelitian
adanya pengaruh positif signifikan antara risiko bisnis dengan struktur modal.
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat
liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan
dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab
social sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Berbagai tekanan pun muncul, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya
saing, tuntutan untuk menerapkan corporate social responsibility, hingga
kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha
perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder
agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya
agar tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu
bersaing (Laras dab Basuki, 2012:178)
Pandangan dalam dunia usaha dimana hanya bertujuan mendapatkan laba
yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam
kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Perkembangan dunia
bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada
13
lingkungan
sosial.
Perusahaan
diharapkan
tidak
hanya
mementingkan
kepentingan manajemen dan pemillik modal (investor dan kreditor) tetapi juga
karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya.
Perkembangan dunia bisnis saat ini juga mengalami kemajuan yang sangat
pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang,
maka tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan pun semakin tinggi
karena adanya aktivitas perusahaan yang tidak terkendali terhadap berbagai
sumber daya untuk meningkatkan laba perusahaan. Selain pihak yang terkait
langsung dengan perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan pun
merasakan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Oleh
sebab itu, tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada para shareholder,
tetapi juga kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan,
seperti pelanggan, pemilik atau investor, supplyer, komunitas dan juga pesaing
keberhasilan dunia bisnis ditentukan oleh bagaimana kontribusinya terhadap
kesejahteraan masyarakat umum, bukan hanya untuk warga bisnis itu sendiri.
Suatu entitas dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari masyarakat dan
lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan timbal balik antara
masyarakat dan perusahaan. Perusahaan membutuhkan suatu respon yang positif
dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh perusahaan
kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar (Kamil
dan Antonius, 2012). CSR adalah gagasan yang membuat perusahaan tidak
hanya bertanggungjawab dalam hal keuangannya saja, tetapi juga terhadap
masalah sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat tumbuh
secara berkelanjutan, seperti pendapat sari (2012) yang menyatakan bahwa
14
tanggung jawab perusahaan lebih luas lagi, sampai pada kemasyarakatan.
Perkembangan CSR terkait semakin banyaknya masalah lingkungan yang terjadi
akibat aktivitas operasional perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, perusahaan
yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib menggunakan CSR.
Praktik
pengungkapkan
CSR
mendorong
pemerintah
untuk
memberlakukan peraturan yang mengatur praktik tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah UndangUndang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pasal 74 dan pasal 66
ayat (2) poin c. Pasal 74 menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila praktik tanggung
jawab sosial dan lingkungan tidak dilaksanakan akan dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Sementara itu, pasal 66 ayat (2) poin c
yang menyebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan harus memuat laporan
pertanggung jawaban sosial dan lingkungan.
Untuk melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam UU PT No.40 Tahun
2007, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang diresmikan pada April 2012. Pada
pasal 6 PP ini menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan
dimuat
dalam
laporan
tahunan
perusahaan
dan
dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Dijelaskan pula pada pasal 7 bahwa
perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
15
Corporate Social Responsibility dimaksudkan untuk mendorong dunia
usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau
berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep CSR ini
mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum diartikan sebagai
kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilainilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,
serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan.
Suatu perusahaan memang tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawabnya
terhadap sosial dan lingkungan. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan property
yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan
yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam masalah-masalah sosial,
limbah, keamanan produk, tenaga kerja dan lingkungan. Dengan proses
operasional paling banyak menghasilkan limbah tersebut akan berdampak pada
kerusakan lingkungan disekitar perusahaan tersebut berdiri. Namun bagaimana
dengan pengungkapan CSR perusahaan-perusahaan tersebut? Meskipun belum
bersifat Mandatory, tetapi dapat dikatakan hampir semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengungkapkan informasi
mengenai CSR dalam laporan tahunannya.
Dampak dari aktivitas sosial perusahaan yang berbeda-beda tergantung
pada karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan yang menghasilkan
dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial
yang digunakan yaitu Struktur Modal / Leverage, Profitabilitas, Struktur Aset,
dan Risiko Bisnis.
16
Table 1.1 berikut
merupakan jumlah dari perusahaan property yang
melakukan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan mempublikasikan
laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2010 hingga tahun 2014 yang
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.1
Perusahaan Property yang melakukan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
secara konsisten dari tahun 2010 hingga tahun 2014
Keterangan
2010
2011
2013
2014
Perusahaan property yang menyediakan laporan tahunan lengkap dan
dapat di akses dari internet periode 2010-2014
42
41
49
48
Perusahaan property yang melakukan CSR pada periode 2010-2014
37
38
45
45
Perusahaan property yang memenuhi kriteria GRI periode 2010-2014
30
30
30
30
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016)
Tabel 1.1 merupakan jumlah perusahaan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) khususnya yang menyediakan laporan tahunan secara
lengkap dan dapat di akses dari internet serta melakukan Corporate Social
Responsibility secara konsisten dari tahun 2010 hingga 2014 dan memenuhi
Indikator GRI. Dari data tabel di atas, terlihat bahwa tingkat kesadaran dari
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI priode 2010-2014
setiap tahunnya mengalami peningkatan, dengan adanya pelaksanaan CSR dapat
memberikan image yang baik bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dan fenomena-fenomena yang terjadi serta hasil
penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR masih menunjukan hasil yang berbeda, bahkan bertentangan
dengan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Maka perlu
17
dilakukan penelitian lanjutan melalui sektor properties, karena sektor ini sangat
diminati oleh para investor, oleh karena keinginan dan dorongan yang kuat maka
penelitian ini mengambil judul “DETERMINASI STRUKTUR MODAL
DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
VARIABEL MODERATING Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan
Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20102014”
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian
Dalam sub bab ini penulis akan memaparkan tentang masalah yang
terdapat pada penelitian ini. Masalah tersebut akan diidentifikasi dan
dirumuskan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.
1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya, maka diperlukan identifikasi masalah sehingga hasil analisis
selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dari latar
belakang yang sebelumnya telah dipaparkan, dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan yang muncul dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi tinggi rendahnya kemampuan perusahaan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien.
18
2. Perkembangan kuantitas maupun kualitas penerapan CSR di Indonesia
mengidentifikasi bertambah aktifnya perusahaan property mengungkapkan CSR
maka struktur modal perusahaan property tersebut diharapkan cenderung baik.
3. Mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan antara tanggung jawab
sosial perusahaan dan struktur modal.
1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan profitabilitas, risiko bisnis, struktur asset, dan struktur
modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014.
2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap
struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi
(BEI) periode 2010-2014 secara simultan.
3. Seberapa besar pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap
struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi
(BEI) periode 2010-2014 secara parsial.
4. Apakah Corporate Sosial Responsibility memoderasi risiko bisnis terhadap
struktur modal.
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
19
1. untuk mengetahui perkembangan profitabilitas, risiko bisnis, struktur aset,
struktur modal dan Corporate Social Responsibility pada perusahaan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur
aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 secara simultan.
3. Untuk mengetahui dan besarnya pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan
struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 secara parsial.
4. Untuk mengetahui Corporate Sosial Responsibility memoderasi risiko bisnis
terhadap struktur modal.
1.4
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan serta
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan, antara lain:
1.4.1 Kegunaan Akademik/Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan berdampak
pada pengembangan ilmu manajemen keuangan. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi informasi, baik teoritis maupun empiris kepada pihak-pihak yang
akan melakukan penelitian mengenai Struktur Modal dengan Corporate Social
Responsibility sebagai variabel moderasi.
1.4.2 Kegunaan Praktis/Empiris
1. Bagi Peneliti dan Akademisi
20
diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan sumber
referensi penelitian tentang struktur modal. Selain itu, diharapkan dapat
berkontribusi dalam pengembangan teori mengenai hubungan struktur modal
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi.
2. Bagi Perusahaan
penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan perusahaan
terhadap variabel-variabel yang diteliti sebagai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi struktur modal.
3. Bagi Investor
sebagai salah satu sumber informasi yang dapat membantu investor
ketika akan melakukan investasi di perusahaan.
4. Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait
penelitian ini diharapkan dappat membantu pemerintah atau instansi
terkait dalam membuat standar dan peraturan-peraturan serta dapat memberikan
informasi untuk perbaikan kualitas standar dan peraturan.
5. Bagi Masyarakat
peneliti ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan property di Indonesia terhadap masyarakat
dan lingkungan hidup serta kontribusi yang telah dilakukan perusahaan property
untuk masyarakat.
Download