BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia usaha semakin pesat. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi pengguna. Perkembangan ini diiringi dengan persaingan usaha yang begitu ketat dan kompetitif. Persaingan usaha yang ada perlu diimbangi dengan suatu pemikiran yang kritis dan pemanfaatan sumber daya perusahaan secara optimal. Dengan demikian, perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri. BEI memilah dan mengelompokan saham berdasarkan sektor industrinya guna memudahkan analisis pergerakan usaha. 10 sektor yang ada di BEI saat ini. Salah satu sektor industri yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor industri property dan Real Estate. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan jumlah emiten sektor industri property dan real estate yang cukup besar. Property dan real estate merupakan salah satu sektor bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari sektor ini, misalnya kantor atau pabrik tempat kita bekerja, pusat perbelanjaan tempat kita membeli keperluan sehari-hari, rumah sakit tempat kita, keluarga, maupun kerabat dirawat ketika sakit, taman hiburan tempat kita 1 2 mengisi waktu libur, sekolah atau universitas tempat kita menimba ilmu, serta property dan real estate lainnya yang selalu berhubungan dengan aktivitas manusia sehari-hari, dan yang paling penting adalah rumah atau apartemen tempat kita tinggal. Property dan real estate khususnya perumahan merupakan kebutuhan papan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia, disamping kebutuhan akan pangan dan sandang, sehingga setiap orang harus berhubungan dengan bagian dari property dan real estate yang satu ini. Bagaimanapun kondisi perekonomian yang sedang terjadi, semua orang haruslah memiliki rumah tempat ia tinggal untuk memenuhi salah satu kebutuhan utamanya. Pertumbuhan sektor property dan real estate yang dihargai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin banyak investor yang tertarik untuk melakukan investasi di sektor ini. Property dan real estate yang memiliki nilai investasi yang tinggi, dan dinilai cukup aman dan stabil. Harga property dan real estate (khususnya rumah) mengalami kenaikan sekitar 10% setiap tahunnya. Sebab itu, sebuah rumah memiliki potensi mengalami kenaikan harga dua kali lipat dalam 5-10 tahun ke depan. Kenaikan harga ini disebabkan oleh ketersediaan tanah bersifat tetap, sementara permintaan nya cenderung meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sector property dan real estate lainnya juga 3 mengalami kenaikan. Selain itu, harga tanah tidaklah ditentukan oleh pasar, tetapi oleh orang-orang yang memiliki tanah. Akhir-akhir ini property dan real estate tumbuh dengan pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan rumah dan toko (ruko), apartemen, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, dan perumahan. Maraknya pembangunan ini menandakan bahwa terdapat pasar yang cukup besar bagi sektor property dan real estate di Indonesia. Hal ini merupakan informasi yang positif bagi para investor, yang kemudian meresponnya dengan membeli saham perusahaan property dan real estate di pasar modal. Sektor property memperlihatkan investasinya yang menghasilkan banyak keuntungan, tetapi memiliki risiko yang tinggi sehingga bisnis property harus mempertimbangkan pasar, sumber dana, kiat pemasaran, serta pengambilan keputusan berdasarkan prinsip Security of Investment, meskipun property memiliki resiko terbesar dalam penginvestasian dana, tetapi banyak pengembang yang tetap melakukan investasi di bidang tersebut, penyebabnya karena adanya alternatif investasi di bidang properti secara umum, investasi jenis lain yang dimiliki investor, tingkat pengembalian masing-masing menguntungkan, dan perbedaan risiko untuk alternatif investasi-investasi yang diperbandingkan tersedia bagi para investor (Nugroho, 2009) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014). Perusahaan property dipercaya membutuhkan image yang lebih baik dari masyarakat karena rentan terhadap pengaruh politik dan kritikan dari aktivis – aktivis sosial, maka diasumsikan yang diungkapkan Sukarmi (2010) tuntutan 4 masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial. Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Kesalahan dalam penentuan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas. Terutama dengan adanya hutang yang sangat besar, akan memberikan beban tetap yang semakin besar. Yuliana, et al. (2013) Perbandingan modal pinjaman dengan modal sendiri haruslah tepat karena perbandingan tersebut akan berakibat langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan usahanya. Sebagai upaya untuk mengembangkan tersebut, maka perusahaan memerlukan adanya suatu kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan keputusan yang penting mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan nanti. Secara umum terdapat dua bentuk sumber pendanaan pada perusahaan yaitu sumber pendanaan internal dan eksternal. Sumber pendanaan internal yaitu suatu dana yang berasal dari dalam perusahaan yaitu modal sendiri, laba ditahan. Modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan berasal dari sumber dana yang diperoleh dari usaha perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan, akan tetapi seiring dengan 5 perkembangan ekonomi serta adanya tuntutan perkembangan usaha, dana yang berasal dari dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha mencari lagi tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan eksternal. Pemenuhan kebutuhan dana secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang diperoleh melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau penerbitan saham. Berikut ini adalah tabel nilai struktur modal perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR). Struktur Modal 0,44 0,42 0,42 0,40 0,38 0,40 0,41 0,41 0,38 0,36 0,34 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016) Gambar 1.1 Struktur Modal Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 Gambar 1.1 menunjukan nilai struktur modal dari setiap perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima periode yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2014, dari gambar diatas menunjukan bahwa struktur modal perusahaan property dengan menggunakan DAR di BEI tahun 6 2010-2014 diduga mengalami peningkatan. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal atau hutang juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Ukuran perusahaan menunjukan nilai aset perusahaan dalam peningkatan aktivitas operasional perusahaan. Besarnya hutang yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal. Kebijakan hutang merupakan penentuan berapa besarnya hutang akan digunakan perusahaan dalam mendanai aktivanya yang ditunjukan oleh rasio antara total hutang dengan total aktiva. Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal (Ni Wayan dan Luh Gede, 2014). Kesalahan menentukan struktur modal mempunyai dampak luas, terutama bila perusahaan menggunakan hutang yang besar. Beban yang ditanggung perusahaan akan semakin besar, dan meningkatkan risiko financial, yaitu perusahaan tidak bisa membayarkan beban bunga dan angsuran hutang (Ni Wayan dan Luh Gede, 2014). Faktor yang mempengaruhi struktur modal, pengendalian, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, sikap pemberian pinjaman, profitabilitas pajak, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan, struktur aktiva, leverage operasi, kondisi pasarr, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Houton dan Brigham, 2009:39) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dengan 7 periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan menarik investor menanamkan dananya guna memperluas usahanya. Menurut Indrajaya dan Salehi (2011) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan Hardianto (2008) dan Najjar (2011) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Rasio Profitabilitas menurut Kasmir (2012:178) menjelaskan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting guna mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena menunjukan prospek di masa yang akan datang. Badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, dengan harapan kelangsungan hidup lebih terjamin. Profitabilitas penting dalam perusahaan karena dapat menginformasikan jumlah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan juga menunjukan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan rasio : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets atau Return On Investment dan Return On Equity (Suteja, 2013:10). Penulis menggunakan rasio profitabilitas khususnya Return On Assets (ROA). Return On Assets adalah perbandingan antara laba sebelum pajak 8 dengan total aktiva atau dapat dikatakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Sebaliknya, bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik. Profitabilitas 8,00 6,00 5,05 4,58 6,44 6,31 2013 2014 3,79 4,00 2,00 0,00 2010 2011 2012 Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016) Gambar 1.2 Rasio Profitabilitas Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 Gambar 1.2 menunjukan bahwa perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya, profitabilitas diduga memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Besaran profitabilitas akan mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan pendanaan dari luar atau tidak, juga akan mempengaruhi keputusan manajemen menggunakan dana dalam operasionalnya, sebuah perusahaan memerlukan dana untuk membiayai. Dengan demikian, profitabilitas sebuah perusahaan memiliki 9 daya dorong atau daya tarik yang tinggi bagi investor mengingat profitabilitas yang dihasilkan juga tinggi (Amalia dan Alfianto, 2014) Struktur aset merupakan seluruh sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya, Menurut Priatna R.B Abdulah dan Suryana (2010:36). Struktur aset perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang yang tinggi, dikarenakan permintaan akan produk mereka tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan utang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kestabilan tingkat profitabilitas, tidak terlalu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. struktur aset 0,60 0,48 0,40 0,37 0,38 0,39 0,38 2011 2012 2013 2014 0,20 0,00 2010 Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016) Gambar 1.3 Struktur Aset Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 Gambar 1.3 menunjukan struktur aset perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami penurunan, struktur aset diduga yang mempengaruhi struktur modal, dalam penelitiannya (Undang, 2010) signifikansi struktur aset diduga disebabkan 10 karena dalam perusahaan property banyak perusahaan yang aset tetapnya tidak dapat ditutup menggunakan modal sendiri, yang membuat sebagian dana untuk aset tetap memerlukan dana yang besar karena aset tetap tersebut digunakan untuk keperluan ekspansi, penambahan variasi produk dan modernisasi perusahaan. Terlebih dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat pada saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dan menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Penggunaan modal asing terutama utang jangka panjang yang tinggi akan meningkatkan struktur modal perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Riyanto (2001:298) dalam (Undang, 2010 ) bahwa kebanyakan perusahaan property dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aset tetap (fixed aset), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai pelengkap. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar dari asetnya terdiri atas aset lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek. Risiko Bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Nuswandari, 2013). Risiko bisnis merupakan risiko yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan operating leverage risk. Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor, yaitu variabilitas penjualan, variabilitas biaya operasi, dan operating leverage. Jika ketiga variabilitas tersebut meningkat, maka risiko bisnis juga meningkat. Apabila manajer perusahaan menginginkan mengurangi risiko bisnis tindakan yang dilakukan adalah menstabilkan penjualan, menstabilkan biaya operasi, dan menurunkan leverage operasi (Brigham dan Houston, 2011 : 157). 11 Menurut Najah dan Jarboui (2013) dalam Zohreh dan Bahman (2014) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mengurangi risiko bisnis perusahaan, Ahmadpour et al.(2010) dalam Zohreh dan Bahman (2014) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan kinerja sosial yang tinggi memiliki risiko yang lebih rendah, dan biaya modal yang lebih rendah. Menurut Kamus Bisnis, resiko bisnis adalah Probabilitas yang gagal dalam operasi organisasi dan lingkungan (seperti persaingan dan kondisi ekonomi yang buruk) yang dapat mengganggu kemampuan organisasi perusahaan untuk pengembalian investasi. Atau dengan kata lain adalah suatu keadaan tertentu yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut. Risiko Bisnis 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,52 0,12 2010 2011 0,17 0,15 2013 2014 0,06 2012 Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016) Gambar 1.4 Risiko Bisnis Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 Gambar 1.4 Menunjukan bahwa risiko bisnis pada perusahaan property dan real estate pada tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami fluktuasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Brigham dan Houston, 2010:155) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan bahwa risiko bisnis 12 mempengaruhi sruktur modal. Risiko bisnis merupakan risiko perusahaan saat tidak dapat menutupi biaya operasional dan dipengaruhi oleh pendapatan yang stabil dan biaya. Ahmed, Indrajaya, Seftianne (2011) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) dalam penelitiannya menyatakan risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Firnanti, yuliati dan Joni (2011) menyatakan risiko tidak berpengaruh secara signifikan sedangkan menurut penelitian Memon (2012) dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014) menyatakan hasil penelitian adanya pengaruh positif signifikan antara risiko bisnis dengan struktur modal. Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab social sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Berbagai tekanan pun muncul, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate social responsibility, hingga kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing (Laras dab Basuki, 2012:178) Pandangan dalam dunia usaha dimana hanya bertujuan mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Perkembangan dunia bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada 13 lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemillik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya. Perkembangan dunia bisnis saat ini juga mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang, maka tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan pun semakin tinggi karena adanya aktivitas perusahaan yang tidak terkendali terhadap berbagai sumber daya untuk meningkatkan laba perusahaan. Selain pihak yang terkait langsung dengan perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan pun merasakan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Oleh sebab itu, tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada para shareholder, tetapi juga kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, seperti pelanggan, pemilik atau investor, supplyer, komunitas dan juga pesaing keberhasilan dunia bisnis ditentukan oleh bagaimana kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat umum, bukan hanya untuk warga bisnis itu sendiri. Suatu entitas dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. Perusahaan membutuhkan suatu respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh perusahaan kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar (Kamil dan Antonius, 2012). CSR adalah gagasan yang membuat perusahaan tidak hanya bertanggungjawab dalam hal keuangannya saja, tetapi juga terhadap masalah sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan, seperti pendapat sari (2012) yang menyatakan bahwa 14 tanggung jawab perusahaan lebih luas lagi, sampai pada kemasyarakatan. Perkembangan CSR terkait semakin banyaknya masalah lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib menggunakan CSR. Praktik pengungkapkan CSR mendorong pemerintah untuk memberlakukan peraturan yang mengatur praktik tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah UndangUndang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pasal 74 dan pasal 66 ayat (2) poin c. Pasal 74 menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila praktik tanggung jawab sosial dan lingkungan tidak dilaksanakan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sementara itu, pasal 66 ayat (2) poin c yang menyebutkan bahwa laporan tahunan perusahaan harus memuat laporan pertanggung jawaban sosial dan lingkungan. Untuk melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam UU PT No.40 Tahun 2007, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang diresmikan pada April 2012. Pada pasal 6 PP ini menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perusahaan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Dijelaskan pula pada pasal 7 bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 15 Corporate Social Responsibility dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep CSR ini mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilainilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Suatu perusahaan memang tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawabnya terhadap sosial dan lingkungan. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan property yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam masalah-masalah sosial, limbah, keamanan produk, tenaga kerja dan lingkungan. Dengan proses operasional paling banyak menghasilkan limbah tersebut akan berdampak pada kerusakan lingkungan disekitar perusahaan tersebut berdiri. Namun bagaimana dengan pengungkapan CSR perusahaan-perusahaan tersebut? Meskipun belum bersifat Mandatory, tetapi dapat dikatakan hampir semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya. Dampak dari aktivitas sosial perusahaan yang berbeda-beda tergantung pada karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang digunakan yaitu Struktur Modal / Leverage, Profitabilitas, Struktur Aset, dan Risiko Bisnis. 16 Table 1.1 berikut merupakan jumlah dari perusahaan property yang melakukan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan mempublikasikan laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2010 hingga tahun 2014 yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Perusahaan Property yang melakukan Corporate Sosial Responsibility (CSR) secara konsisten dari tahun 2010 hingga tahun 2014 Keterangan 2010 2011 2013 2014 Perusahaan property yang menyediakan laporan tahunan lengkap dan dapat di akses dari internet periode 2010-2014 42 41 49 48 Perusahaan property yang melakukan CSR pada periode 2010-2014 37 38 45 45 Perusahaan property yang memenuhi kriteria GRI periode 2010-2014 30 30 30 30 Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah tahun 2016) Tabel 1.1 merupakan jumlah perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) khususnya yang menyediakan laporan tahunan secara lengkap dan dapat di akses dari internet serta melakukan Corporate Social Responsibility secara konsisten dari tahun 2010 hingga 2014 dan memenuhi Indikator GRI. Dari data tabel di atas, terlihat bahwa tingkat kesadaran dari perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI priode 2010-2014 setiap tahunnya mengalami peningkatan, dengan adanya pelaksanaan CSR dapat memberikan image yang baik bagi perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dan fenomena-fenomena yang terjadi serta hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR masih menunjukan hasil yang berbeda, bahkan bertentangan dengan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Maka perlu 17 dilakukan penelitian lanjutan melalui sektor properties, karena sektor ini sangat diminati oleh para investor, oleh karena keinginan dan dorongan yang kuat maka penelitian ini mengambil judul “DETERMINASI STRUKTUR MODAL DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI VARIABEL MODERATING Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20102014” 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian Dalam sub bab ini penulis akan memaparkan tentang masalah yang terdapat pada penelitian ini. Masalah tersebut akan diidentifikasi dan dirumuskan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, maka diperlukan identifikasi masalah sehingga hasil analisis selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dari latar belakang yang sebelumnya telah dipaparkan, dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan yang muncul dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengidentifikasi tinggi rendahnya kemampuan perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. 18 2. Perkembangan kuantitas maupun kualitas penerapan CSR di Indonesia mengidentifikasi bertambah aktifnya perusahaan property mengungkapkan CSR maka struktur modal perusahaan property tersebut diharapkan cenderung baik. 3. Mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan struktur modal. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, maka rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan profitabilitas, risiko bisnis, struktur asset, dan struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 2. Seberapa besar pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) periode 2010-2014 secara simultan. 3. Seberapa besar pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) periode 2010-2014 secara parsial. 4. Apakah Corporate Sosial Responsibility memoderasi risiko bisnis terhadap struktur modal. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 19 1. untuk mengetahui perkembangan profitabilitas, risiko bisnis, struktur aset, struktur modal dan Corporate Social Responsibility pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 secara simultan. 3. Untuk mengetahui dan besarnya pengaruh profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 secara parsial. 4. Untuk mengetahui Corporate Sosial Responsibility memoderasi risiko bisnis terhadap struktur modal. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, antara lain: 1.4.1 Kegunaan Akademik/Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan berdampak pada pengembangan ilmu manajemen keuangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi, baik teoritis maupun empiris kepada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian mengenai Struktur Modal dengan Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderasi. 1.4.2 Kegunaan Praktis/Empiris 1. Bagi Peneliti dan Akademisi 20 diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan sumber referensi penelitian tentang struktur modal. Selain itu, diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori mengenai hubungan struktur modal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi. 2. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan perusahaan terhadap variabel-variabel yang diteliti sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal. 3. Bagi Investor sebagai salah satu sumber informasi yang dapat membantu investor ketika akan melakukan investasi di perusahaan. 4. Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait penelitian ini diharapkan dappat membantu pemerintah atau instansi terkait dalam membuat standar dan peraturan-peraturan serta dapat memberikan informasi untuk perbaikan kualitas standar dan peraturan. 5. Bagi Masyarakat peneliti ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan property di Indonesia terhadap masyarakat dan lingkungan hidup serta kontribusi yang telah dilakukan perusahaan property untuk masyarakat.