Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 DAFTAR ISI Faktor

advertisement
Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (Erc)
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Arya Pradipta ......................................................................
1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit
pada Kantor Akuntan Publik
Dewi Agustina .....................................................................
11
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia
Dewi Sari Wijoyo ..................................................................
31
Pengaruh Return On Equity, Net Profit Margin, Current Ratio,
Long Term Liabilities To Total Assets Dan Total Asset Turnover
Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Edison ...............................................................................
49
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Elizabeth Linandi .................................................................
61
Pengaruh Current Rtio, Debt To Totl Asset, Firm Size, Growth
Opportunity Dan Price Earning Ratio Terhadap Dividend
Payout Ratio Pada Perusahaan Industri Barang Dan Konsumsi
Yang Terdaftar Di Bei
Erika Djimena Arilyn .............................................................
75
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Pada Perusahaan Non Keuangan Di Bursa Efek Indonesia
Deasy Aryanti Rahayuningsih ..................................................
85
The Influence Of Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity,
Profitability, Corporate Tax Rate, And Non-Debt Tax Shield Torward Debt
Policy On Food And Beverages
Hendra ..............................................................................
111
Faktor – Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Share Return
Bino Sulaksono ....................................................................
131
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Anwar Harsono ....................................................................
141
Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 1-10
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS RESPONSE
COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ARYA PRADIPTA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: This research is conduct to get empirical evidence of factors that
influence earnings response coefficient (ERC). Those factors are leverage,
price to book value, beta, timeliness, profitability, and audit quality. This
research take all of manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange as a sample from period 2008 until 2011. This research using
purposive sampling on sample selection. There were 64 companies which
meet the criteria. Data collected using secondary data and hypotheses tested
using multiple regression analysis. The result shows that beta and
profitability have influence to earnings response coefficient, while leverage,
price to book value, timeliness, and audit quality have no influence to
earnings response coefficient.
Keywords: Earnings Response Coefficient, Leverage, Price to Book Value,
Beta, Profitability, Audit Quality
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris dari
faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC). Faktor-faktor
tersebut adalah leverage, price to book value, beta, ketepatan waktu,
profitabilitas, dan kualitas audit. Penelitian ini mengambil semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel dari
periode 2008 sampai 2011. Penelitian ini menggunakan purposive sampling
pada pemilihan sampel. Ada 64 perusahaan yang memenuhi kriteria. Data
dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder dan hipotesis diuji dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beta dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba,
sedangkan leverage, price to book value, ketepatan waktu, dan kualitas audit
tidak memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba.
Kata kunci:
Koefisien respon laba, Leverage, Price to Book Value, Beta,
Profitabilitas, Kualitas Audit
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN
Laporan
keuangan
merupakan suatu sarana atau
media informasi penting bagi para
stakeholder.
Informasi
dalam
laporan
keuangan
perusahaan
merupakan
kebutuhan
yang
mendasar bagi investor dan calon
investor
untuk
pengambilan
keputusan investasi (Pradipta dan
Purwaningsih, 2011).
Keputusan yang dibuat oleh
pelaku pasar berdasarkan informasi
yang
diperoleh
dari
laporan
keuangan
umumnya
tercemin
dalam tindakan pelaku pasar yang
disebut reaksi pasar. Reaksi pasar
dipicu oleh berbagai hal, salah
satunya adalah pengumuman yang
berkaitan dengan laba (Susanto,
2012). Tujuan penelitian adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai pengaruh leverage, price
to
book
value,
beta,
ketidaktepatwaktuan penyampaian
laporan keuangan, profitability dan
audit quality terhadap earnings
response coefficient.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Efisiensi Pasar
Ambarwati
(2008)
mengungkapkan
bahwa
teori
efisiensi pasar juga merupakan
salah satu dasar keberadaan
akuntansi yaitu adanya asimetri
informasi. Pelaku pasar yang
mengetahui informasi yang lebih
banyak daripada orang lain akan
menimbulkan tekanan bagi orang
lain untuk mendapatkan informasi
yang lebih baik sehingga terhindar
dari kerugian.
2
November 2014
Teori Signaling
Teori signaling salah satu
fungsinya untuk menilai adanya
informasi.
Manajemen
selalu
berusaha untuk mengungkapkan
informasi
yang
menurut
pertimbangannya akan diminati
oleh
para
pemegang
saham
(Suwarjono, 2006 dalam Susanto,
2012). Upaya yang dilakukan
manager
untuk
meningkatkan
kemakmuran
pemegang
saham
adalah
dengan
memberikan
informasi tentang laba kepada
pasar untuk meningkatkan harga
saham (Jaswadi, 2004 dalam
Susanto 2012).
Earnings Response Coefficient
Menurut
Susanto
(2012),
Earnings
Response
Coefficient
(ERC) merupakan besaran yang
menunjukkan hubungan antara laba
dan return saham. Hubungan
tersebut digunakan untuk mengukur
seberapa reaksi pasar terhadap
informasi mengenai perusahaan
yang
tercemin
dengan
dikeluarkannya laporan keuangan,
terutama informasi laba. Laba
diproksikan dengan menggunakan
Unexpected Earnings sedang return
diproksikan dengan Cummulative
Abnormal Return (CAR).
Leverage dan Earnings Response
Coefficient
Menurut
Pradipta
dan
Purwaningsih
(2011)
leverage
merupakan
suatu
rasio
yang
menunjukkan sejauh mana bisnis
bergantung
pada
pembiayaan
utang.
Hasil penelitian Cahyaningsih
(2011)
menunjukkan
bahwa
leverage
tidak
mempunyai
pengaruh terhadap ERC, sedangkan
ISSN: 1410 -9875
Arya Pradipta
Susanto (2012) menyatakan bahwa
struktur
modal
yang
diukur
menggunakan
leverage
tidak
berpengaruh terhadap ERC.
berpengaruh
Ha1: Leverage
terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC).
Price to book value dan Earnings
Response Coefficient
Menurut Cahyaningsih (2011)
price to book value adalah rasio
yang menunjukkan sejauh mana
perusahaan menciptakan nilai bagi
perusahaan itu melalui total modal
yang diinvestasikan.
Penelitian Cahyaningsih (2011)
sesuai
dengan
penelitian
Imroatussolihah
(2013)
yang
menyatakan bahwa peluang untuk
bertumbuh yang diukur dengan PBV
tidak berpengaruh terhadap ERC.
Penelitian yang dilakukan Mulyani,
Asyik,
dan
Andayani
(2007)
menyatakan bahwa kesempatan
bertumbuh yang diukur dengan PBV
mempunyai pengaruh terhadap
ERC.
to
Book
Value
Ha2: Price
berpengaruh
terhadap
Earnings Response Coefficient
(ERC).
Beta dan
Coefficient
Earnings
Response
Menurut
Jogiyanto
(2009)
dalam
Indra,
Zahron
dan
Rosianawati (2011) beta adalah
pengukur risiko sistematik dari
suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap respon pasar.
Penelitian yang dilakukan oleh
Palupi (2006) menyatakan bahwa
beta
secara
signifikan
mempengaruhi ERC. Penelitian
yang dilakukan oleh Indra, Zahron,
dan Rosianawati (2011) menyatakan
bahwa beta juga berpengaruh
terhadap ERC.
Ha3: Beta berpengaruh terhadap
Earnings Response Coefficient
(ERC).
Ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan
dan Earnings Response
Coefficient
Ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan
adalah waktu ketika perusahaan
mendistribusikan
atau
menyampaikan
laporan
keuangannya
di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI) setelah tanggal yang
telah ditetapkan oleh BAPEPAM
(Syafrudin, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh
Syafrudin
(2004),
Daud
dan
Syarifuddin
(2008),
dan
Murwaningsari (2008) menyatakan
bahwa
ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan
berpengaruh terhadap earnings
response coefficient.
Ha4: Ketidaktepatwaktuan
Penyampaian
Laporan
Keuangan
berpengaruh
terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC)
Profitability dan Earnings
Response Coefficient
Profitabilitas
adalah
kemampuan menghasilkan laba
(profit) selama periode tertentu
dengan menggunakan aktiva atau
modal,
baik
modal
secara
keseluruhan maupun modal sendiri
(Van Horn dan Wachowicz, 1997
dalam Leunupun, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh
Naimah
dan
Utama
(2006)
menyatakan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
ERC. Hasil yang berbeda ditujukkan
oleh penelitian Susanto (2012) yang
menyatakan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap ERC.
berpengaruh
Ha5: Profitability
terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC).
Audit quality dan Earnings
Response Coefficient
Pemakai laporan keuangan
lebih
percaya
pada
laporan
keuangan auditan yang diaudit oleh
auditor yang dianggap berkualitas
tinggi karena mereka menganggap
bahwa untuk mempertahankan
kredibilitasnya auditor akan akan
lebih berhati-hati dalam melakukan
proses audit untuk mendeteksi
salah
saji
atau
kecurangan
(Mulyani, Asyik, dan Andayani,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh
Susanto (2012) menyatakan bahwa
audit quality mempunyai pengaruh
November 2014
terhadap
ERC.
Hasil
lain
ditunjukkan oleh Mulyani, Asyik,
dan
Andayani
(2007)
yang
menyatakan bahwa audit quality
tidak berpengaruh terhadap ERC.
Ha6: Audit Quality berpengaruh
terhadap Earnings Response
Coefficient (ERC).
METODA PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini
adalah semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011. Sampel dari
penelitian ini yaitu perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 yang memenuhi kriteria
sampel. Sampel dipilih secara
purposive
sampling.
Proses
pemilihan sampel dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel
Kriteria sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2011
Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember setiap
tahunnya antara tahun 2008-2011
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk mata uang rupiah
Perusahaan manufaktur yang tidak memperoleh laba
positif secara konsisten selama periode penelitian
Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel
Jumlah data penelitian (64x4)
4
Jumlah
perusahaan
121
(2)
(17)
(38)
64
256
ISSN: 1410 -9875
Arya Pradipta
Earnings Response Coefficient
(ERC) diperoleh dengan melakukan
beberapa tahap perhitungan. Tahap
pertama menghitung Cummulative
Abnormal Return (CAR) dan tahap
kedua menghitung Unexpected
Earnings (UE) sampel. ERC diukur
menggunakan slope koefisien dari
regresi abnormal stock return dan
unexpected earnings (Cahyaningsih,
2011). ERC diukur menggunakan
skala rasio.
CARit � � � ����� � �
1. Mengukur Cummulative
Abnormal Return (CAR)
CAR adalah akumulasi dari
Abnormal
return
suatu
perusahaan
yang
dihitung
menggunakan
rumus
sesuai
dengan
penelitian
Hartono
(2003)
dalam
Cahyaningsih
(2011) sebagai berikut:
����� � � �� ��
a.
Abnormal Return
Abnormal
Return
merupakan selisih antara
return saham dan return
pasar, pengukuran tersebut
sesuai dengan pengukuran
pada penelitian Hartono
(2003) dalam Cahyaningsih
(2011) sebagai berikut:
��it � ��� � ���
1)
Stock Return
Pengukuran ini sesuai
dengan
pengukuran
pada
penelitian
Hartono (2003) dalam
Cahyaningsih (2011):
��� �
��� � ���-1
���-1
2)
Market return
Pengukuran ini sesuai
dengan
pengukuran
pada
penelitian
Hartono (2003) dalam
Cahyaningsih (2011).
����� � �����-1
��� �
�����-1
2. Mengukur Unexpected Earnings
(UE)
Unexpected Earnings (UE)
merupakan
proksi
laba
akuntansi yang menunjukkan
hasil
kerja
perusahaan
selama periode tertentu,
dalam penelitian ini UE
dihitung
dengan
menggunakan
metoda
random walk (Palupi, 2006):
���� � ����-1
���� �
����-1
Leverage dihitung dengan
menggunakan rasio total utang
terhadap total aset perusahaan
(Susanto, 2012). Skala pengukuran
leverage menggunakan skala rasio.
TUit
LEVit �
TAit
Price-to-Book-Value
(PBV)
adalah rasio perbandingan antara
nilai pasar akuitas dibagi dengan
nilai buku ekuitas perusahaan pada
akhir periode laporan keuangan,
pengukuran ini sesuai dengan
penelitian Mulyani Asyik dan
Andayani (2007). Skala pengukuran
price to book value menggunakan
skala rasio.
Nilai Pasar Ekuitas
PBVit �
Nilai buku ekuitas
Beta
diukur
dengan
menggunakan
market
model
menggunakan rumus Capital Asset
Pricing Model (CAPM). Risiko
sistematik ditunjukkan dari slope
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
regresi pada persamaan return
perusahaan dengan return pasar
(Susanto, 2012). Skala pengukuran
beta menggunakan skala rasio.
�� � �� � �� . ��
Ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan
diukur menggunakan variabel
dummy. Variabel tidak tepat waktu
diberi notasi 1, sedang tepat waktu
diberi notasi 0 (Syafrudin, 2004).
Pengukuran ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan
menggunakan skala nominal.
November 2014
publik. (Hilmi dan Ali, 2008 dalam
Daud dan Syarifuddin, 2008).
Profitability
perusahaan
diukur dengan rasio laba terhadap
nilai buku ekuitas (Naimah dan
Utama, 2006). Skala pengukuran
profitability menggunakan skala
rasio.
��� �
Laporan keuangan dikatakan
tepat waktu apabila laporan
keuangan yang telah diaudit
diserahkan sebelum atau paling
lambat pada akhir bulan ketiga (90)
hari
setelah
tanggal
laporan
keuangan
tahunan
perusahaan
��
����� ������
Audit quality dalam penelitian
ini diukur menggunakan variabel
dummy dengan skala nominal.
Sampel perusahaan diaudit oleh
salah satu dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) big four diberi nilai 1,
sedangkan yang bukan diaudit oleh
KAP big four diberi nilai 0 (Susanto,
2012).
HASIL PENELITIAN
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel N
Minimum
Maksimum
Rata-rata
CAR
256
0,842470
0,00860736
UE
256
91,203765
1,22072591
6,088380465
LEV
PBV
256
256
0,948193
39,948697
0,43724897
2,62381680
0,189019547
4,498143359
BETA
256
8,594000
0,15576445
1,890585951
TIME
PROF
AUD
256
256
256
0,425363
0,983122
0,073899
4,885200
7,227000
0,000000
0,006546
0,000000
Deviasi
Standar
0,113721878
1,000000
3,235954
1,000000
0,12500000
0,20308849
0,42968750
0,331366748
0,291613667
0,496001166
Sumber: Output Data SPSS 19
6
ISSN: 1410 -9875
Arya Pradipta
Tabel 3
Hasil Uji Statistik t
Variabel
Constant
UE
LEV
PBV
BETA
TIME
PROF
AUD
UE*LEV
UE*PBV
UE*BETA
UE*TIME
UE*PROF
UE*AUD
Β
0,015
0,008
-0,012
-0,004
0,012
0,014
0,024
-0,010
-0,032
0,004
-0,010
0,005
0,014
-0,001
T
0,694
0,651
-0,298
-1,592
2,888
0,589
0,518
-0,611
-1,715
0,785
-4,368
0,601
1,984
-0,198
Sig
0,489
0,516
0,766
0,113
0,004
0,556
0,605
0,542
0,088
0,433
1,860502E-5
0,549
0,048
0,843
Kesimpulan
Tidak berpengaruh
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Sumber: Output Data SPSS 19
Berdasarkan tabel diatas
maka dapat disimpulkan variabel
beta dan profitability memiliki
nilai signifikan lebih kecil dari
alpha
(α=0,05),
hal
ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
terhadap
earnings
response
coefficient.
Variabel
leverage, price to book value,
ketidaktepatwaktuan penyampaian
laporan keuangan, dan audit
quality memiliki nilai signifikan
lebih besar dari alpha (α=0,05), hal
ini menunjukan bahwa tidak
terdapat
pengaruh
terhadap
earnings response coefficient.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan yang telah
dikemukakan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa beta dan
profitability berpengaruh terhadap
earnings
response
coefficient
sedangkan leverage, price to book
value,
ketidaktepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan,
dan
audit
quality
tidak
berpengengaruh terhadap earnings
response coefficient.
Penelitian
ini
memiliki
beberapa
kekurangan
dan
keterbatasan penelitian sebagai
berikut:
penelitian
ini
menggunakan periode penelitian
yang relatif pendek, yaitu tahun
2008
–
2011,
cummulative
abnormal return dihitung dengan
periode pengamatan yang relative
pendek yaitu 3 hari dari tanggal
publikasi (3 hari sebelum, 1 hari
tanggal publikasi, dan 3 hari
setelah
tanggal
publikasi),
penelitian ini hanya menggunakan
enam variabel independen, dan
dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa data tidak terdistribusi
secara normal.
Berdasarkan keterbatasan di
atas, maka dapat disampaikan
beberapa
rekomendasi
yaitu
sebagai
berikut:
penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang sehingga dapat
lebih
menggambarkan
kondisi
perusahaan, cummulative abnormal
return
diharapkan
dihitung
menggunakan periode pengamatan
yang lebih panjang, penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
November 2014
menggunakan variabel independen
lain yang belum terdapat dalam
model penelitian, dan penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
menggunakan sampel perusahaan
lain
seperti
penambahan
perusahaan sektor non manufaktur.
REFERENSI
Ambarwati, Sri. 2008. Earnings Response Coefficient. Jurnal Akuntansi, Vol.7
No.2: 128-134.
Cahyaningsih. 2011. The Effect of Leverage, Price-to-Book-Value, and Size
with Corporate Social Responsibility Disclosure as an Intervening
Variable. The 2nd International Research Symposium Service
Management Yogyakarta, 56-69.
Daud, Rulfah M. dan Nur Afni Syarifuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social
Responsibility Disclosure, Timeliness, dan Debt to Equity Ratio terhadap
Earnings Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Telaah dan
Riset akuntansi, Vol.1 No.1, Januari 2008: 82-101.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, L.J dan Chad J. Zutter. 2012. Principle of Managerial Finance.
Thirteenth Edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Godfrey et al. 2006. Accounting Theory. Sixth Edition. USA: John Wiley and
Sons.
Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Imroatussolihah, E. 2013. Pengaruh Resiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan,
Persistensi Laba dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
terhadap Earning Response Coefficient pada Perusahaan High Profile.
Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 3 No.1 (Januari) : 75-87.
Indra, Zubaidi., Agus Zahron, dan Ana Rosianawati. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) pada Perusahaan
Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Volume 16 No.1, Januari-Juni: 1-22.
Irawati, Dhian Eka. 2012. Pengaruh Sturktur Modal, pertumbuhan Laba,
Ukuran Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Accounting
Analysis Journal 1 (2):1-6.
Leunupun, Pieter. 2003. Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya (Studi pada Beberapa KUD di Kota Ambon). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol.5 No.2, November 2003: 133-149.
Mulyani, Sri., Nur F. Asyik, dan Andayani. 2007. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang
8
ISSN: 1410 -9875
Arya Pradipta
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal 1 Stiesia surabaya, Volume 11,
No 1: 34-45.
Murwaningsari, Etty. 2008. Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Earnings Response Coeficient (ERC). Simposium Nasional
Akuntansi XI.
Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan, dan Profitabitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon
Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nsional Akuntansi 9
Padang, 1-26.
Palupi, MJ. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon
Laba: Bukti Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal EKUBANK, Vol. 3:
9-25.
Pradipta, Dyah Hayu, dan Anna Purwaningsih. 2011. Pengaruh Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) dengan Ukuran
Perusahaan dan Leverage sebagai Variabel Kontrol. Artikel. Universitas
Atmajaya. Yogyakarta.
Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistika Parametrik. Edisi 1. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sekaran, Umar dan Roger Bougie. 2011. Research Methods for Business. Fifth
Edition. USA: Wiley.
Susanto, Yulius Kurnia. 2012. Determinan Koefisien Respon Laba. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, Vol 23, No.3: 153-163.
Syafrudin, M. (2004). Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan
Keuangan pada Earnings Response Coefficient: Studi di BEJ. Simposium
Nasional Akuntansi, VII: 754-765.
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
10
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 11-30
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DEWI AGUSTINA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract:The purpose of this research is to examine and investigate
empirical evident on effect of independency, experience, due professional
care, competency, accountability, and reputation of Public Accountant Firms
to audit quality on Public Accountant Firms.Population in this study are
entire auditors who work in Public Accounting Firms in DKI Jakarta. This
study used convenience sampling method. There are 127 questionnaires
distributed, however 105 questionnaires was returned. The data used in this
research is cross sectional data and this research used descriptive statistic,
normality test, and multiple linier regression.The result of this research
show that independency, due professional care, competency, and
accountability significantly influence the audit quality, but experience and
reputation of Public Accountant Firms don’t significantly influence the audit
quality.
Keywords: Independency, Experience, Due Professional Care, Competency,
Accountability, Reputation of Public Accountant Firms, and Audit
Quality.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan melakukan
penyelidikan empiris mengenai pengaruh independensi, pengalaman, due
professsional care, kompetensi, akuntabilitas, dan reputasi Kantor Akuntan
Publik pada kualitas audit Kantor Akuntan Publik. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di DKI
Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling. Terdapat
127 kuesioner yang dibagikan, namun hanya 105 kuesioner yang dikembalikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross sectional dan
penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas, dan regresi
linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, due
professional care, kompetensi, dan akuntabilitas berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit, tetapi pengalaman dan reputasi Kantor Akuntan
Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Kata kunci: Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Kompetensi,
Akuntabilitas, Reputasi Kantor Akuntan Publik, dan Kualitas
Audit.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN
Laporan
keuangan
menyediakan berbagai informasi
yang diperlukan sebagai sarana
pengambilan keputusan baik oleh
pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan. Menurut
FASB, dua karakteristik terpenting
yang harus ada dalam laporan
keuangan
adalah
relevan
(relevance) dan dapat diandalkan
(reliable).
Kedua
karakteristik
tersebut sangatlah sulit untuk
diukur, sehingga para pemakai
informasi membutuhkan jasa pihak
ketiga yaitu auditor independen
untuk memberi jaminan bahwa
laporan keuangan tersebut relevan
dan dapat diandalkan, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan
semua pihak yang berkepentingan
dengan
perusahaan
tersebut.
Dengan demikian perusahaan akan
semakin mendapatkan kemudahankemudahan dalam menjalankan
operasi perusahaannya (Singgih dan
Bawono 2010).
Namun, di era persaingan
yang sangat ketat seperti sekarang
ini, perusahaan dan profesi auditor
sama-sama
dihadapkan
pada
tantangan-tantangan yang berat.
Mereka
sama-sama
harus
mempertahankan eksistensinya di
peta persaingan dengan perusahaan
kompetitor
atau
rekan
seprofesinya.
Perusahaan
menginginkan Unqualified Opinion
sebagai hasil dari laporan audit,
agar
performance-nya
terlihat
bagus di mata publik sehingga ia
dapat
menjalankan
operasinya
dengan lancar (Singgih dan Bawono
2010).
Disinilah
auditor
berada
dalam situasi yang dilematis, di
satu sisi auditor harus bersikap
12
November 2014
independen dalam memberikan
opini mengenai kewajaran laporan
keuangan yang berkaitan dengan
kepentingan banyak pihak, namun
di sisi lain auditor juga harus bisa
memenuhi tuntutan yang diinginkan
oleh klien yang membayar fee atas
jasanya agar kliennya puas dengan
pekerjaannya
dan
tetap
menggunakan jasanya di waktu
yang akan datang. Posisinya yang
unik
seperti
itulah
yang
menempatkan auditor pada situasi
yang dilematis sehingga dapat
mempengaruhi kualitas auditnya
(Singgih dan Bawono 2010).
Auditor
independen
menghadapi berbagai pertimbangan
yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang sangat bervariasi,
dari yang benar-benar objektif
sampai
kadang-kadang
secara
ekstrem berupa pertimbangan yang
disengaja menyesatkan. Auditor
diminta untuk melakukan audit dan
memberikan
pendapatnya
atas
laporan keuangan suatu perusahaan
(SPAP 2011).
Dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai faktor – faktor
apa saja yang mempengaruhi
kualitas audit di KAP. Alasan
dipilihnya topik ini karena kualitas
audit memegang peranan penting
untuk memunculkan kepercayaan
publik terhadap laporan keuangan
yang diaudit oleh kantor akuntan
publik.
Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Singgih dan Bawono
(2010).
Alasan
mereplikasi
penelitian
ini
adalah
karena
kualitas audit merupakan suatu hal
yang sangat penting dan hasil audit
dipakai oleh banyak pihak sebagai
langkah
dalam
mengambil
keputusan. Hal yang berbeda dari
ISSN: 1410 -9875
penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penambahan
dua variabel independen lain yaitu
kompetensi dan reputasi KAP.
Penambahan variabel kompetensi
dikarenakan
kompetensi
juga
memegang peranan penting dalam
menentukan kualitas audit. Seorang
auditor
diharapkan
memiliki
kemampuan
dan
pengetahuan
dalam memahami kriteria dan
menentukan bahan bukti audit
untuk mendukung kesimpulan yang
diambilnya agar laporan keuangan
yang
diperiksa
mencerminkan
kondisi yang sebenarnya dan tidak
menyesatkan pihak yang membaca
laporan keuangan tersebut. Alasan
penambahan variabel reputasi KAP
adalah
karena
reputasi
KAP
menentukan
kredibilitas
dan
kualitas dari laporan keuangan yang
diaudit.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen.
Manfaat dari hasil penelitian ini
adalah penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi dan
menambah informasi bagi peneliti
selanjutnya,
dapat
membuka
cakrawala
akademisi
sehingga
dapat
mempersiapkan
mahasiswanya untuk bekerja di
kantor akuntan publik sebagai
auditor,
dan
dapat
menjadi
pedoman dalam melakukan evaluasi
bagi kantor akuntan publik.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan
yaitu pertama
pendahuluan yang menguraikan
tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat
penelitian,
dan
sistematika
penulisan. Kedua yaitu rerangka
teoritis yang membahas mengenai
landasan teori yang digunakan
Dewi Agustina
untuk mengembangkan hipotesis.
Ketiga yaitu metoda penelitian
yang menguraikan tentang bentuk
dan obyek penelitian, definisi
operasional, teknik pengumpulan
data, dan metoda analisis data.
Keempat yaitu hasil penelitian yang
menguraikan tentang analisis dan
pembahasan
hasil
temuan
penelitian.
Kelima
membahas
tentang kesimpulan, keterbatasan
penelitian, dan saran untuk peneliti
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Independensi dan Kualitas Audit
Standar Auditing Seksi 220
(SPAP 2011) menyebutkan bahwa
independen bagi seorang akuntan
publik
artinya
tidak
mudah
dipengaruhi
karena
auditor
melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Penelitian yang
dilakukan oleh Singgih dan Bawono
(2010) menunjukkan hasil yang
konsisten dengan Ahmad et al.
(2011),
Christiawan
(2002),
Castellani (2007), Alim et al.
(2007), dan Carolina et al. (2010)
yang menyatakan independensi
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit, tetapi tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mabruri dan Winarna (2010)
dan Sukriah et al. (2009) yang
menyatakan independensi tidak
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit. Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha1 : Independensi berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Pengalaman dan Kualitas audit
Kebanyakan
orang
memahami bahwa semakin banyak
jumlah
jam terbang seorang
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
auditor,
tentunya
dapat
memberikan kualitas audit yang
lebih baik daripada seorang auditor
yang baru memulai kariernya atau
dengan kata lain auditor yang
berpengalaman diasumsikan dapat
memberikan kualitas audit yang
lebih baik dibandingkan dengan
auditor yang belum berpengalaman
(Singgih
dan
Bawono
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh
Mabruri dan Winarna (2010),
Singgih dan Bawono (2010), dan
Sukriah et al. (2009) menyatakan
bahwa pengalaman berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha2 : Pengalaman berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Due
Professional
Care
dan
Kualitas Audit
Due
professional
care
memiliki arti kemahiran profesional
yang cermat dan seksama. Menurut
PSA No. 4 SPAP (2011), kecermatan
dan
keseksamaan
dalam
penggunaan kemahiran profesional
menuntut
auditor
untuk
melaksanakan
skeptisme
profesional, yaitu suatu sikap
auditor
yang
berpikir
kritis
terhadap bukti audit dengan selalu
mempertanyakan dan melakukan
evaluasi terhadap bukti audit
tersebut. Penggunaan kemahiran
profesional dengan cermat dan
seksama memungkinkan auditor
untuk
memperoleh
keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun
kecurangan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Singgih
dan
Bawono
(2010)
menunjukkan
bahwa
due
14
November 2014
professional
care
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha3 : Due professional care
berpengaruh terhadap kualitas
audit.
Kompetensi dan Kualitas Audit
Kompetensi adalah suatu
kemampuan,
keahlian,
dan
berpengalaman dalam mamahami
kriteria dan dalam menentukan
jumlah
bahan
bukti
yang
dibutuhkan untuk dapat mendukung
kesimpulan yang akan diambilnya.
Kompetensi
berkaitan
dengan
pendidikan
dan
pengalaman
memadai yang dimiliki akuntan
publik dalam bidang auditing dan
akuntansi. Dalam melaksanakan
audit,
akuntan
publik
harus
bertindak sebagai seorang yang ahli
di bidang akuntansi dan auditing.
Pencapaian
keahlian
dimulai
dengan pendidikan formal, yang
selanjutnya
diperluas
melalui
pengalaman dalam praktik audit
(Christiawan 2002). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Christiawan
(2002), Alim et al. (2007), Ahmad
et al. (2011), Catellani (2007), dan
Sukriah et al. (2009) menyatakan
bahwa kompetensi berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha4 : Kompetensi berpengaruh
terhadap Kualitas Audit.
Akuntabilitas dan Kualitas Audit
Tetclock dan Kim (1987)
mendefinisikan
akuntabilitas
sebagai bentuk dorongan psikologi
yang membuat seseorang berusaha
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
mempertanggungjawabkan semua
tindakan dan keputusan yang
diambil kepada lingkungannnya.
Akuntan memiliki kewajiban untuk
menjaga standar perilaku etis
tertinggi mereka kepada organisasi
dimana mereka berlindung, profesi
mereka, masyarakat dan pribadi
mereka sendiri (Nugrahaningsih
2005).
Hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Mardisar dan Sari
(2007), Anto (2011), dan Singgih
dan Bawono (2010) menyatakan
bahwa akuntabilitas berpengaruh
terhadap
kualitas
audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis akternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha5 : Akuntabilitas berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Reputasi KAP dan Kualitas Audit
Reputasi
auditor
sangat
menentukan kredibilitas laporan
keuangan.
Independensi
dan
kualitas auditor akan berdampak
terhadap pendeteksian earnings
management. Terdapat dugaan
bahwa auditor yang bereputasi baik
dapat mendeteksi kemungkinan
adanya
earnings
management
secara lebih dini (Widyaningdyah
2001). Ukuran KAP menunjukkan
kemampuan auditor untuk bersikap
independen
dan
melaksanakan
audit secara profesional, sebab KAP
menjadi kurang tergantung secara
ekonomi kepada klien. Klien juga
kurang dapat mempengaruhi opini
auditor. KAP besar cenderung
memberikan opini kebangkrutan
perusahaan klien (Lenox 1999).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Giri (2010) dan Deis dan Giroux
(1992) menyatakan bahwa reputasi
KAP berpengaruh terhadap kualitas
audit. Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut:
Ha6 : Reputasi KAP berpengaruh
terhadap kualitas audit.
METODA PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah auditor dari tingkatan
partner, manajer, senior, dan
junior yang bekerja di KAP yang
ada di Jakarta. Metode pemilihan
sampel yang digunakan adalah
convenience
sampling
dengan
sampel auditor yang bekerja di
kantor
akuntan
publik
yang
bersangkutan.
Data
penelitian
bersumber dari kuisioner yang
disebarkan ke auditor di kantor
akuntan publik. Adapun hasil dari
distribusi sampel adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian
Jumlah
Keterangan
Persentase
Kuisioner yang disebarkan
127
100%
Kuisioner yang tidak kembali
(22)
(17,32%)
Kuisioner yang tidak dapat digunakan
(3)
(2,36%)
Kuisioner yang dapat digunakan
102
80,32%
Kualitas Audit merupakan
sikap auditor dalam melaksanakan
tugasnya yang tercermin dalam
hasil pemeriksaannya yang dapat
diandalkan sesuai dengan standar
yang berlaku. Kualitas audit diukur
dengan 4 aspek kualitas audit
berdasarkan Financial Reporting
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Council (2006, 16) yaitu: budaya
dalam KAP, keahlian dan kualitas
personal rekan dan staff audit,
efektivitas proses audit, serta
keandalan dan manfaat laporan
audit. Instrumen yang digunakan
adalah instrumen yang telah
dikembangkan oleh Mansur (2007)
yang menggunakan skala likert.
Independensi
merupakan
sikap bebas dan tidak memihak
yang dimiliki auditor terkait dengan
penugasan
auditnya.
Variabel
independensi
auditor
dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan oleh Trisnaningsih
(Sukriah et al. 2009), yaitu:
independensi penyusunan program,
independensi
pelaksanaan
pekerjaan,
dan
independensi
pelaporan yang menggunakan skala
likert.
Pengalaman
merupakan
keterampilan dan pengetahuan
yang di peroleh seseorang setelah
mengerjakan sesuatu hal. Variabel
pengalaman akan diukur dengan
menggunakan indikator lamanya
bekerja,
frekuensi
pekerjaan
pemeriksaan yang telah dilakukan
dengan mengunakan instrument
yang berdasarkan acuan yang
ditetapkan oleh BPKP (Sukriah et
al. 2009) yang menggunakan skala
likert.
Due
Professional
Care
merupakan kemahiran profesional
yang cermat dan seksama. Variabel
due professional care akan diukur
dengan
aspek-aspek
due
professional
care
yang
dikembangkan oleh Mansur (2007)
yaitu sikap skeptis dan keyakinan
yang memadai yang menggunakan
skala likert.
Kompetensi
merupakan
kualifikasi yang dibutuhkan oleh
16
November 2014
auditor untuk melaksanakan audit
dengan benar, yang diukur dengan
indikator
mutu
personal,
pengetahuan umum dan keahlian
khusus yang menggunakan skala
likert.
Akuntabilitas
merupakan
permintaan
pertanggungjawaban
atas pemenuhan tanggung jawab
yang
diserahkan
kepadanya.
Akuntabilitas diukur menggunakan
indikator
pertanyaan
yang
dikembangkan oleh Kalbers dan
Forgaty
(1995),
yang
telah
diterjemahkan dan dimodifikasi
oleh Aji (2009, 51-52) yaitu
meliputi 3 dimensi: motivasi,
pengabdian pada profesi dan
kewajiban sosial yang menggunakan
skala likert.
Reputasi KAP diukur dengan
jenis KAP (berafiliasi dengan KAP
internasional atau tidak). Jenis KAP
apakah terafiliasi
atau tidak
terafiliasi dengan KAP internasional
merupakan variabel dummy dengan
menggunakan skala nominal, yaitu
digit “1” untuk KAP berafiliasi
dengan KAP internasional dan “0”
untuk sebaliknya.
Penelitian ini menggunakan
uji regresi berganda (multiple
regression)
dalam
pengujian
hipotesisnya.
Pengujian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Model empiris dalam
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +
b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε
Dalam hal ini,
Y : Kualitas Audit; a : Konstanta; X1
: Independensi; X2 : Pengalaman; X3
: Due Professional Care; X4 :
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Kompetensi; X5 : Akuntabilitas; X6 :
Reputasi KAP; dan ε : error.
HASIL PENELITIAN
Menurut
Ghozali
(2011)
statistik deskriptif memberikan
gambaran mengenai suatu data.
Hasil statistik deskriptif dibagi
menjadi 2 yaitu statistik deskriptif
responden pada tabel 2 dibawah ini
dan statistik deskriptif variabel di
tabel 3, terdapat pada lampiran:
Tabel 2 Demografi Responden
Jumlah
Keterangan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Usia
< 30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
> 50 tahun
Total
Pendidikan
SMA/Diploma
S1
S2
S3
Total
Jabatan
Partner
Manajer
Staf Auditor
Total
Persentas
e
52
50
102
50,98%
49,02%
100%
90
12
0
0
102
88,24%
11,76%
0%
0%
100%
3
99
0
0
102
2,94%
97,06%
0%
0%
100%
0
1
101
102
0%
0,98%
99,02%
100%
Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel
Uji Kualitas Data
dinyatakan valid dan reliabel
Uji Normalitas
karena nilai sig. dibawah 0,05 dan
Hasil uji kolmogorv smirnov
nilai cronbach alpha lebih besar
pada tabel 4, menunjukkan nilai
dari 0,6.
Asymp sig. > 0,05 sehingga dapat
Tabel 5 Uji Validitas dan
disimpulkan
data
residual
Reliabilitas
terdistribusi secara normal.
Uji Asumsi klasik
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 6 menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil pengujian
independensi, pengalaman, due
validitas dan reliabilitas pada tabel
professional care, kompetensi,
5, maka semua butir pertanyaan
akuntabilitas, dan reputasi KAP
yang terdapat pada kuisioner
tidak terdapat multikolinearitas.
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan
tabel
7
menunjukkan
bahwa
variabel
independensi, kompetensi, dan
akuntabilitas mengalami masalah
heteroskedastisitas dengan nilai
signifikan dibawah 0,05.
Tabel 7 Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis
Uji R
Tabel 8 menunjukkan bahwa
nilai koefisien korelasi adalah
sebesar 0,650. Hal ini menunjukkan
bahwa korelasi antara variabel
independen
dengan
variabel
dependen adalah kuat dan positif
karena nilai R lebih besar dari 0,5.
Uji Adjuster R2
Nilai Adjusted R Square pada
tabel 8 sebesar 0,386 yang
menunjukkan
bahwa
variabel
dependen (kualitas audit) dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen
(independensi,
pengalaman, due professional care,
kompetensi, akuntabilitas, dan
reputasi KAP) sebesar 38,6% dan
sisanya sebesar 61,4% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
terdapat dalam model regresi.
Tabel 8 Hasil Uji R dan Adjusted R
Square
Uji F
Pada tabel 9 nilai signifikan
berada jauh dibawah 0,05 yaitu
sebesar
0,000.
Jadi
dapat
disimpulkan bahwa secara simultan
variabel independen mempunyai
pengaruh
terhadap
variabel
dependen dan model regresi layak
dan fit untuk dilakukan penelitian.
Tabel 9 Hasil Uji F
Uji t
Berdasarkan tabel 10, maka
multiple regression dapat
disimpulkan senagai berikut :
18
KLTS
November 2014
= 28,138+ 0,377IND –
0,246PENG + 0,364DPC +
0,230KOMP + 0,251AKUN +
1,020REP + ε
Tabel 10 menunjukan hasil uji t
yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh secara individual variabel
independen terhadap variabel
dependen.
Tabel 10 Hasil Uji t
Berdasarkan hasil uji t pada tabel
10 maka dapat disimpulkan:
Pengaruh
independensi
terhadap kualitas audit dalam
penelitian ini signifikan karena nilai
signifikan lebih kecil daripada
tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar
0,004. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha1 yang menyatakan
independensi berpengaruh terhadap
kualitas audit diterima. Artinya,
semakin
tinggi
independensi
seorang auditor, maka kualitas
audit yang dihasilkannya juga
meningkat.
Pengaruh
pengalaman
terhadap kualitas audit dalam
penelitian ini tidak signifikan
karena nilai signifikan sebesar
0,081 lebih besar daripada tingkat
signifikan. Hal ini berarti Ha2 gagal
diterima
dengan
kata
lain
pengalaman tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukkan bahwa lamanya jam
terbang dan frekuensi pekerjaan
pemeriksaan yang telah dilakukan
seorang auditor tidak menjamin
bahwa
kualitas
audit
yang
dihasilkan
semakin
baik.
Pengalaman
kerja
tidak
menjanjikan kemampuan auditor
dalam
mendeteksi
kesalahan,
memahami kesalahan, mencari
penyebab dari kesalahan tersebut,
dan mengambil keputusan yang
dapat menentukan kualitas audit
yang dihasilkan.
ISSN: 1410 -9875
Pengaruh due professional
care terhadap kualitas audit dalam
penelitian ini signifikan karena nilai
signifikan sebesar 0,016 yang lebih
kecil daripada tingkat signifikan
0,05. Hal ini berarti bahwa Ha3 yang
menyatakan due professional care
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit diterima. Artinya, semakin
tinggi due professional care yang
dimiliki oleh seorang auditor, maka
kualitas audit yang dihasikannya
juga meningkat.
Pengaruh
kompetensi
terhadap kualitas audit dalam
penelitian ini signifikan karena nilai
signifikan sebesar 0,041 lebih kecil
daripada tingkat signifikan 0,05.
Hal tersebut berarti bahwa Ha4 yang
menyatakan
kompetensi
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit diterima. Artinya, semakin
tinggi kompetensi yang dimiliki
seorang auditor, maka kualitas
audit yang dihasilkannya juga
meningkat.
Pengaruh
akuntabilitas
terhadap kualitas audit dalam
penelitian ini signifikan karena nilai
signifikan lebih kecil daripada
tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar
0,013. Hal ini berarti bahwa Ha5
yang menyatakan akuntabilitas
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit diterima. Artinya, semakin
tinggi akuntabilitas yang dimiliki
oleh seorang auditor, maka kualitas
audit yang dihasilkannya juga akan
meningkat.
Reputasi
KAP
tidak
berpengaruh signifikan karena nilai
signifikan sebesar 0,132 lebih besar
daripada tingkat signifikan 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa Ha6
yang menyatakan reputasi KAP
berpengaruh
terhadap
kualitas
audit gagal diterima. Hal ini dapat
terjadi karena jika KAP yang
Dewi Agustina
berafiliasi dengan KAP internasional
dan KAP yang tidak berafiliasi
dengan KAP internasional samasama menerapkan standar audit
yang sama dan memiliki auditor
yang kompeten maka kualitas audit
yang dihasilkan oleh KAP tersebut
tidak akan jauh berbeda, sehingga
reputasi
KAP
tidak
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini menyebabkan
reputasi yang dimiliki oleh kantor
akuntan publik yang dimiliki oleh
kantor
akuntan
publik
tidak
menjamin kualitas audit yang
dihasilkan oleh kantor akuntan
publik tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
yang dilakukan terhadap 102
kuesioner yang terkumpul di Kantor
Akuntan Publik Jakarta tahun 2013
dapat
disimpulkan
bahwa
independensi, due professional
care, kompetensi, dan akuntabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas
audit.
Sedangkan
pengalaman dan reputasi KAP tidak
memiliki pengaruh secara individual
terhadap kualitas audit.
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan diantaranya adalah
jumlah sampel yang terbatas
karena banyak auditor yang sedang
menjalankan tugasnya di luar kota
sehingga banyak kantor akuntan
publik yang menolak menyebarkan
kuisioner
kepada
auditornya
sehingga menimbulkan masalah
heteroskedastisitas pada variabel
independensi, kompetensi, dan
akuntabilitas. Penelitian ini hanya
menggunakan
enam
variabel
independen dan ruang lingkup
penelitian hanya auditor di kantor
akuntan publik yang ada di Jakarta
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
sehingga kurang bisa mewakili
auditor di seluruh Indonesia.
Dari
keterbatasanketerbatasan yang ada dalam
penelitian ini, maka peneliti ingin
memberikan
rekomendasi
bagi
peneliti
selanjutnya,
yaitu
menambah
sampel
penelitian
sehingga dapat lebih baik lagi
dalam
menganalisis
pengaruh
variabel-variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini dan
dapat
mengatasi
masalah
November 2014
heteroskedastisitas yang muncul
dalam
beberapa
variabel
independen dalam model regresi
agar model regresi baik digunakan
dalam penelitian, menambahkan
variabel independen lainnya untuk
melihat
pengaruhnya
terhadap
kualitas audit dan memperluas
lokasi
penelitiaan,
misalnya
menyebar kuisioner pada auditor di
bandung, Surabaya, dan sebagainya
sehingga kesimpulan yang diperoleh
dapat lebih digeneralisasi.
REFERENSI:
Ahmad, Afridian Wirahadi, Fera Sriyunianti, Nurul Fauzi, dan Yosi Septriani.
2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi
pada Inspektorat Kabupaten Pasaman. Jurnal Akuntansi & Manajemen,
Vol. 6, No. 2, Desember 2011: 63-67.
Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh
Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika
Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X,
Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Anto, La Ode. 2011. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap
Kualitas Hasil Kerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan-Tahun
I/01/Juni/2011.
Arens, Alvin A, Randal J. E dan Mark S. B. 2010. Auditing and Assurance
Services. 13th Edition. New Jersey. Pearson Education.
Bonner, S. E dan Barry L. Lewis. 1990. Determinat of Audit Expertise. Journal
of Accounting Research, Vol. 28 Suplement 1990.
Carolina, Verani, Lili Marlen Saragi, Rapina. 2010. Pengaruh Independensi
Eksternal Auditor Terhadap kualitas Pelaksanaan Audit (Studi Kasus
Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Bandung). Jurnal Ilmiah
Akuntansi, No. 2, Mei-Agustus 2010.
Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
pada Kualitas Audit. Trikonomika, Vol. 7, No. 2, Desember 2008.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4,
No. 2, Nopember 2002: 79-92.
____________________. 2005. Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan
Keuangan Historis. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 7, No. 1, Mei
2005: 61-88.
Deis, D. R. dan Gary. A. Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in The
Public Sector. The Accounting Review. Juli: 462-479.
20
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, edisi kelima, cetakan kelima. Semarang. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor
Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment.
Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
IAI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat
Ida, Suraida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3,
November 2005: 186-202.
Lenox, C. S. 1999. Auditor quality and auditor size: an evaluation of
reputation and deep pockets hypotheses. Journal of Business Finance &
Accounting 26 (Sept): 779-805.
Libby, R. dan Joan Luft. 1993. Determinants of Judgement Performance in
Accounting Settings: Ability, Knowledge, Motivation and Environment.
Accounting, Organizations and Society, Vol. 18, No. 5: 425-450.
Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan
Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional
Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Nugrahaningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP
dalam Etika Profesi (Studi terhadap Peran Faktor-Faktor Individual:
Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender, dan Equity
Sensitivity). SNA VIII Solo, 15-16 September 2005.
Santosa, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif
dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business, 4th edition. Jakarta.
Salemba Empat.
Shockley, R. A. 1981. Perceptions of Auditors Independen: An Empirical
Analysis. The Accounting Review, Vol. LVI, No. 4, Oktober 1981.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap
Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia).
Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. “Pengaruh Pengalaman
Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII
Palembang.
Tan, Tong Han dan Alison Kao. 1999. Accountability Effect on Auditor’s
Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and
Task Complexity. Journal of Accounting Reseach 2: 209-223.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tetclock, P.E dan J. L. Kim. 1987. Accountability and Judgment Processes in a
Personality Prediction Task. Journal of Personality and Social
psychology, Vol. 52, No. 4: 700-709.
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di
Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, November 2001:
89-101.
22
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Independensi
Tabel 3. Statistik Deskriptif
Standar
N
Mean
Minimum
Deviasi
102
65,72
4,297
56
102
33,56
3,088
24
Pengalaman
102
Variabel
Kualitas Audit
Due
Professional 102
Care
Kompetensi
102
Maksimum
77
42
33,84
2,954
27
40
28,23
2,897
22
35
42,31
3,585
35
50
Akuntabilitas
102
50,88
4,208
40
61
Reputasi KAP
102
0,46
0,501
0
1
Uji Kualitas Data
Tabel 4. Uji Normalitas
Unstandardized Residual
102
N
Mean
0,0000000
Std. Deviation
Absolute
3,26407522
0,101
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Variabel
Independen
si
0,057
-0,101
1,021
0,248
Tabel 5. Uji Validitas dan Reliabilitas
No.
Sig.
Pearson
Cronbac
Pernyataa Correlatio
(2h Alpha
n
tailed)
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0,758
0,713
0,790
0,585
-0,482
0,634
0,584
0,550
0,564
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,6794
Keteranga
n
Valid dan
Reliabel
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
24
November 2014
Pengalaman
Kerja
1
2
3
4
5
6
7
8
0,706
0,626
0,670
0,512
0,575
0,622
0,681
0,623
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,7689
Valid dan
Reliabel
Due
Professional
Care
1
2
3
4
5
6
7
0,708
0,655
0,702
0,636
0,608
0,708
0,774
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,8147
Valid dan
Reliabel
Kompetensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,564
0,372
0,618
0,656
0,633
0,482
0,616
0,712
0,690
0,651
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,8076
Valid dan
Reliabel
Akuntabilita
s
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
0,552
0,629
0,388
0,673
0,622
0,691
0,554
0,681
0,603
0,599
0,442
-0,470
0,532
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,7362
Valid dan
Reliabel
ISSN: 1410 -9875
Kualitas
Audit
Dewi Agustina
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0,421
0,334
0,624
0,492
0,609
0,615
0,434
0,599
0,606
0,242
0,510
0,472
0,559
0,346
0,403
0,405
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,014
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,7728
Valid dan
Reliabel
Uji Asumsi Klasik
Tabel 6. Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
Independensi
0,731
Pengalaman
0,661
Due Professional Care
0,603
Kompetensi
0,707
Akuntabilitas
0,636
Reputasi KAP
0,990
VIF
1,369
1,514
1,658
1,415
1,572
1,010
Tabel 7. Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig.
Independensi
0,043
Pengalaman
0,902
Due Professional Care
0,591
Kompetensi
0,023
Akuntabilitas
0,001
Reputasi KAP
0,419
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Uji Hipotesis
Tabel 8. Uji Koefisien Korelasi dan Adjusted R Square
Model
1
Model
1
R
0,650
R Square
0,423
Sum of
Squares
Regressio
n
Residual
Total
Std. Error of
the
Estimate
3,366
Adjusted R
Square
0,386
Tabel 9. Uji F
Mean
df
Square
788,682
6
131,447
1076,073
1864,755
95
101
11,327
F
Sig.
11,605
0,000
Tabel 10. Uji T
Variabel
(Constant)
Independensi
Pengalaman
Due Professional Care
Kompetensi
Akuntabilitas
Reputasi KAP
B
28,138
0,377
-0,246
0,364
0,230
0,251
1,020
t
5,361
2,973
-1,766
2,443
2,072
2,518
1,518
Sig.
0,000
0,004
0,081
0,016
0,041
0,013
0,132
KUESIONER
Profil Responden
Mohon tandai jawaban paling tepat untuk tiap pertanyaan berikut ini dengan dengan
memberikan tanda silang (X) pada kotak yang tersedia
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Kelamin
: 1) Pria £
2) Wanita £
Usia (tahun)
: 1) < 30 £
2) 31– 40 £
3) 41–50 £
4) > 50 £
Pendidikan terakhir : 1) SMA/Diploma £
2) Sarjana (S1) £
3) S2 £ 4) S3 £
Bekerja pada KAP :
Jabatan sekarang : 1) Partner £ 2) Manajer £
3) Audit In-charge £
4) Staf auditor £
Petunjuk Pengisian
Mohon tandai jawaban paling tepat untuk tiap pertanyaan berikut ini dengan memberikan
tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia dan yang menurut Bapak / Ibu paling tepat
atau paling sesuai dengan pendapat Bapak / Ibu. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu
jawaban, dengan skala penilaian :
1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
4 : Setuju (S)
2 : Tidak Setuju (TS)
5 : Sangat Setuju (SS)
3 : Netral
26
ISSN: 1410 -9875
KUALITAS AUDIT
No.
Dewi Agustina
Pernyataan
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Budaya dalam KAP
1.
2.
3.
4.
Pimpinan KAP selalu meminta pentingnya melaksanakan tugas
sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya sebagai auditor.
Dalam situasi tertentu, dimana kebijakan internal KAP tidak
diatur, KAP selalu mengacu pada kode etik, standar
profesional akuntan publik dan sistem pengendalian mutu.
Menurut pendapat saya, training yang diselenggarakan KAP,
counselling, appraisal, promosi dan struktur gaji yang baik
meningkatkan karakter personal auditor (seperti integritas,
objektifitas, independensi, sikap skeptis, kerja keras dan
kematangan).
Menurut pendapat saya, memberikan fasilitas finansial jangka
pendek (seperti pinjaman lunak) kepada staff auditor
merupakan bagian dari peningkatan kinerja auditor.
Keahlian dan Kualitas Personal Staff dan Partner Audit
5.
6.
7.
8.
Menurut pendapat saya, bagian dari peningkatan keahlian
dalam bidang akuntansi dan auditing perlu diselenggarakan
on the job training berkelanjutan untuk seluruh jenjang
jabatan agar isu-isu mutakhir dapat diserap oleh auditor.
Menurut pendapat saya, Partner dan Manajer perlu
melakukan penilaian dan seleksi atas isu-isu akuntansi dan
auditing mutakhir agar training sesuai dengan kebutuhan
auditor.
Menurut pendapat saya, KAP perlu menjaga dan
mempertahankan staff yang memiliki pengalaman cukup,
keahlian khusus dan memiliki kompetensi ini (karena turnover
yang tinggi staff ahli dan berpengalaman berdampak pada
kualitas audit).
Menurut pendapat saya, KAP perlu memberikan mentoring
(nasihat yang bijak) dan memberikan penilaian setelah
dilakukannya training tersebut untuk mengukur kemampuan
dan menilai keberhasilan post training.
Efektivitas Proses Audit
9.
10.
11.
12.
13.
Pada tahap pelaksanaan audit, saya selalu menerapkan
teknik-teknik audit, seperti melakukan pengamatan,
mengajukan pertanyaan,
menganalisis, memverifikasi,
menginvestigasi dan mengevaluasi pada berbagai kondisi.
Pemerolehan bukti audit yang kompeten selalu mengacu pada
teknik dan prosedur audit yang telah ditetapkan KAP dan
sistem pengendalian mutu (SPM).
Saya selalu mendiskusikan setiap ada permasalahan
pemeriksaan dan atasan saya selalu mereview dan supervisi
secara memadai hasil pekerjaan saya (KKP).
Kertas kerja (audit documentation) mengacu pada standar
KKP KAP dan selalu saya administrasikan dengan tertib dan
rapi agar dapat dibaca oleh auditor berikutnya.
Setiap kali ada perbedaan pertimbangan profesional terkait
dengan adjustment antara saya dengan tim selalu
diselesaikan dengan baik oleh atasan saya.
Keandalan dan Manfaat Laporan Audit
14.
Saya yakin bahwa pekerjaan lapangan audit (audit field) yang
saya laksanakan telah sesuai dengan SPAP dan SPM KAP.
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
15.
16.
Opini yang tercantum dalam setiap kertas kerja benar-benar
telah mendukung laporan audit yang saya terbitkan (karena
selalu saya lampiri kecukupan bukti audit yang memadai) dan
laporan tersebut sesuai dengan SPAP dan SPM KAP.
Temuan audit (audit finding) selalu saya diskusikan terlebih
dahulu dengan klien agar klien memahami kelemahan sistem
pengendalian internnya.
INDEPENDENSI
No.
Pernyataan
November 2014
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Independensi Penyusunan Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penyusunan program audit bebas dari campur tangan
pimpinan
untuk
menentukan,
mengeliminasi
atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.
Penyusunan program audit bebas dari intervensi pimpinan
tentang prosedur yang dipilih auditor.
Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain
untuk menentukan subyek pekerjaan pemeriksaan.
Independensi Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeriksaan bebas dari usaha-usaha manajerial (obyek
pemeriksaan) untuk menen-tukan atau menunjuk kegiatan
yang diperiksa.
Pelaksanaan pemeriksaan harus bekerjasama dengan
manajerial selama proses pemeriksaan.
Pemeriksaan bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak
lain untuk membatasi segala kegiatan pemeriksaan.
Independensi Pelaporan
Pelaporan bebas dari kewajiban pihak lain untuk
mempengaruhi fakta-fakta yang dilaporkan.
Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa atau istilah-istilah
yang menimbulkan multi tafsir.
Pelaporan bebas dari usaha pihak tertentu untuk
mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan
pemeriksaan.
PENGALAMAN
No.
Pernyataan
Lamanya Bekerja sebagai Auditor
1.
2.
3.
4.
5.
28
Semakin lama menjadi auditor, semakin mengerti bagaimana
menghadapi entitas/obyek pemeriksaan dalam memperoleh
data dan informasi yang dibutuhkan.
Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat
mengetahui informasi yang relevan untuk mengambil
pertimbangan dalam membuat keputusan.
Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat
mendeteksi kesalahan yang dilakukan obyek pemeriksaan.
Semakin lama menjadi auditor, semakin mudah mencari
penyebab munculnya kesalahan serta dapat memberikan
rekomendasi untuk menghilangkan/memperkecil penyebab
tersebut.
Banyaknya Tugas Pemeriksaan
Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan ketelitian dan
kecermatan dalam menyelesaikannya.
ISSN: 1410 -9875
6.
7.
8.
Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta
informasi
dapat
menghambat
proses
penyelesaian
pekerjaan.
Banyaknya tugas yang dihadapi memberikan kesempatan
untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah
dialami.
Banyaknya tugas yang diterima dapat memacu auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi
penumpukan tugas.
DUE PROFESSIONAL CARE
No.
Sikap Skeptis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dewi Agustina
Pernyataan
Saya selalu tidak puas dengan bukti-bukti yang kurang
persuasif dari klien saya (seperti bukti transaksi transfer
pricing atau debt to equity swap)
Setiap ada transaksi yang mencurigakan, saya selalu
mempertanyakan kepada manajemen dan melakukan
evaluasi secara kritis bukti audit tersebut.
Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif
menuntut saya mempertimbangkan kompetensi dan
kecukupan bukti tersebut.
Keyakinan yang Memadai
Untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kekeliruan (error) atau kecurangan (irregularities),
saya selalu menggunakan kemahiran profesional saya dengan
cermat, teliti, dan seksama.
Dalam merumuskan suatu pendapat / opini atas laporan
keuangan, saya harus memperoleh bukti kompeten yang
cukup (sebagai contoh bukti-bukti kompeten atas transaksi
keuntungan pelepasan joint venture atau bukti transaksi
lindung nilai valas).
Audit yang telah saya rencanakan dan dilaksanakan mungkin
tidak dapat mendeteksi salah saji material terutama yang
melibatkan penyembunyian dan pemalsuan dokumen (kolusi)
di antara personel klien dan pihak ketiga atau diantara
manajemen atau karyawan klien.
Penemuan kemudian salah saji material, yang disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan dalam laporan keuangan
tidak berarti dengan sendirinya bahwa saya telah gagal
menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama atau gagal mematuhi standar auditing yang
ditetapkan IAI.
KOMPETENSI
No.
Pernyataan
Mutu Personal
1.
Auditor harus memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran
luas dan mampu menangani ketidakpastian.
2.
Auditor harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang
mudah, serta menyadari bahwa beberapa temuan dapat
bersifat subyektif.
3.
Auditor harus mampu bekerjasama dalam tim.
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Pengetahuan Umum
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Auditor harus memiliki kemampuan untuk melakukan review
analitis.
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang teori organisasi
untuk memahami organisasi.
Auditor harus memiliki pengetahuan auditing dan
pengetahuan tentang sektor publik.
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang
akan membantu dalam mengolah angka dan data.
Keahlian Khusus
Auditor harus memiliki keahlian untuk melakukan
wawancara serta kemampuan membaca cepat.
Auditor harus memahami ilmu statistik serta
mempunyai keahlian menggunakan komputer.
Auditor memiliki kemampuan untuk menulis dan
mempresentasikan laporan dengan baik.
AKUNTABILITAS
No.
Pernyataan
Motivasi
1.
Pekerjaan saya, mendorong saya untuk menunjukkan
kemampuan terbaik saya.
2.
Pekerjaan saya dihargai karena prestasi kerja saya yang
baik.
3.
Saya melaksanakan pekerjaan dengan penuh rasa tanggung
jawab untuk mendapat imbalan yang pantas dan wajar.
4.
Saya merasa senang karena ada perhatian pimpinan atas
prestasi kerja saya.
5.
Saya merasa senang dengan pencapaian kerja karena sudah
menjadi tugas dan tanggung jawab saya.
Pengabdian pada Profesi
6.
Saya menggunakan pengetahuan semaksimal mungkin dalam
profesi ini.
7.
Saya antusias terhadap pekerjaan yang saya lakukan.
8.
Menjadi auditor merupakan kepuasan batin, sehingga akan
melaksanakan profesi dengan baik meski imbalan ekstrinsik
berkurang.
9.
Saya bersedia mengutamakan kepentingan profesi daripada
kepentingan pribadi dalam menjalankan profesi ini.
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
STS
TS
N
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Kewajiban Sosial
10.
11.
12.
13.
30
Auditor memiliki peranan penting bagi masyarakat atau
perusahaan.
Auditor seharusnya memberikan pelayanan kepada pengguna
jasanya dengan cara meningkatkan sumber daya secara
efektif dan efisien.
Tidak banyak yang menyadari bagaimana pentingnya
pelayanan yang diberikan auditor.
Auditor harus menghindari kegiatan ilegal yang dapat
merugikan masyarakat.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 31-48
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
DEWI SARI WIJOYO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to analyze factors affecting on the
firm value of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange. For this research eight independent variables are used. These
variables are financial leverage, profitability, board size, audit committee,
firm size, insider holding, investment decision, and liquidity. The research
examined the effect of these factors to firm value. The population in this
research is collected from all manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange with the period 2011 until 2013 as the population.
The sample of this research are 68 manufacturing companies with the total
of 204 data that meet the criteria and took as samples. Samples of this
research is collected by using purposive sampling method. The statistical
method of this study is using multiple regression. The result of this research
shows that financial leverage have significant influence on firm value.
Profitability and firm size also have significant influence on firm value. While
board size, audit committee, insider holding, investment decision and
liquidity have no significant influence on firm value.
Keywords:
Firm Value, Financial Leverage,
Investment Decision, and Liquidity.
Profitability,
Firm
Size,
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indoensia. Untuk penelitian ini delapan variabel independen digunakan.
Variabel yang digunakan adalah financial leverage, profitabilitas, ukuran
dewan, komite audit, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, keputusan
investasi, dan likuiditas. Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap nilai perusahaan. Populasi pada penelitian ini dikumpulkan
dari semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2011 sampai 2013 sebagai populasi. Sampel penelitian ini
adalah 68 perusahaan manufaktur dengan total 204 data yang memenuhi
kriteria dan digunakan sebagai sampel. Sampel penelitian ini dikumpulkan
dengan metode purposive sampling. Metode statistik yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan financial leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Profitabilitas dan ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran dewan, komite audit,
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
kepemilikan manajerial, keputusan investasi, dan likuiditas tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci: Nilai Perusahaan, Financial Leverage, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, keputusan investasi, dan likuiditas.
PENDAHULUAN
Suatu
perusahaan
didirikan
dengan tujuan untuk menarik
perhatian pemegang saham, hal ini
merupakan hal yang sangat penting
dalam jalanya perusahaan. Dalam
rangka menarik perhatiaan investor
maupun calon investor suatu
perusahaan harus menunjukkan
keadaan perusahaan dalam kondisi
yang baik dan memiliki prospek
yang baik kedepanya kepada
investor. Selain itu di sisi lain
investor juga memerlukan informasi
sebagai dasar pertimbangan dalam
mengambil keputusan investasi
sehingga
perusahaan
perlu
menunjukkan kondisi perusahaan
yang
mencerminkan
keadaan
perusahaan baik untuk masa
depanya maupun masa kini.
Selain
menarik
perhatian
investor,
tujuan
dari
suatu
perusahaan
beroperasi
yaitu
memperoleh
keuntungan
dan
memaksimalkan
kemakmuran
investor hal ini merupakan tujuan
perusahaan yang tidak dapat
diabaikan.
Mengingat
terdapat
hubungan
antara
perusahaaan
dengan investor dimana perusahaan
ingin memperoleh laba sebesar
mungkin
dan
investor
ingin
memaksimalkan
kemakmuranya
sehingga dalam memenuhi tujuan
perusahaan dalam memaksimalkan
kemakmuran tersebut, investor
maupun calon investor memerlukan
penilaian terhadap perusahaan
dalam pengukuran kemakmuran
32
sebagai pemegang saham dimana
nilai yang dimaksud yaitu nilai
perusahaan.
Dalam mengukur kemakmuran
dari
pemegang
saham
nilai
perusahaan
terdapat
beberapa
pencerminanan
salah
satunya
adalah nilai pasar perusahaan
dimana pada nilai pasar perusahaan
terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan
oleh
perusahaan.
Salah satunya adalah tata kelola
perusahaan yang baik, kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan,
rasio keuangan, dan keputusankeputusan
perusahaaan
dan
manajemen yang menjadi perhatian
perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang
baik
atau
good
corporate
governance
merupakan
set
peraturan
hubungan
pemilik,
manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan
dan
pemangku
kepentingan (Ratih 2011). Oleh
karena itu, tata kelola perusahaan
memainkan peranan penting dalam
mempengaruhi
nilai
suatu
perusahaan. Dalam tata kelola
perusahaan terdapat beberapa hal
yang merupakan bagian dari tata
kelola perusahaan salah satunya
adalah ukuran dewan, komite audit
dan lain-lain. Selain hal tersebut
investor juga perlu memperhatikan
faktor lain seperti kepemilikan
manajerial dan ukuran besar
kecilnya perusahaan.
Rasio
keuangan
memainkan
peranan penting dan menjadi
perhatian investor dimana investor
ISSN: 1410 -9875
melihat
rasio
keuangan
dari
perusahaan dan menggunakanya
sebagai penilaian atas kelayakan
untuk investasi dan menilai kinerja
dari perusahaan. Rasio keuangan
yang sering dilihat oleh investor
adalah likuiditas dan profitabilitas.
Likuiditas
digunakan
dalam
mengukur
kemampuan
jangka
pendek
perusahaan
untuk
membayar kewajiban jatuh tempo
dan kebutuhan kas yang tidak
diperkirakan (Weygandt et al. 2013)
dan Profitabilitas adalah hubungan
pendapatan dan biaya yang timbul
dengan memakai aset dalam
kegiatan produktif
(Gitman dan
Zutter 2012).
Keputusan
dan
kebijakan
perusahaan yang perlu diperhatikan
adalah
kebijakan
struktur
pendanaan dan keputusan investasi.
Dalam
kebijakan
pendanaan
investor
perlu
memperhatikan
financial leverage perusahaan,
financial leverage menggambarkan
mengenai
faktor
penggunaan
hutang
perusahaan
dalam
operasinya
(Sudiyatno
dan
Puspitasari 2010) dan keputusan
investasi
adalah
keputusan
mengenai pengeluaran dana dimasa
sekarang ini untuk memperoleh
hasil atau keuntungan untuk masa
yang akan datang (Setiani 2013).
Penelitian
ini
merupakan
replikasi penelitian dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Obradovich dan Gill (2013) dengan
hasil
penelitian
menunjukkan
ukuran dewan, CEO duality, komite
audit, financial leverage, ukuran
perusahaan, return on asset dan
insider holding memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian
yang
dilakukan
Obradovich dan Gill (2013) yaitu
Dewi Sari Wijoyo
terdapat pada objek penelitian,
variabel
independen
yang
digunakan,
dan
periode
pengamatan. Peneliti menggunakan
objek dari perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
sedangkan
objek
penelitian
yang
dilakukan
penelitian
sebelumnya
adalah
perusahaan yang tercatat pada New
York Stock Exchange dan variabelvariabel yang digunakan Obradovich
dan Gill (2013) adalah CEO Duality,
ukuran dewan, komite audit,
financial
leverage,
ukuran
perusahaan, return on assets
(profitabilitas),
kepemilikan
manajerial (Insider holding) dan
industry dummy. Penelitian ini
menggunakan variabel independen
ukuran dewan, komite audit,
financial
leverage,
ukuran
perusahaan, profitabilitas (return
on assets), kepemilikan manajerial
(Insider holding) dan menambahkan
variabel independen keputusan
investasi
(Setiani
2013)
dan
likuiditas (Lusiyanti 2014). Variabel
dependen yang digunakan tetap
menggunakan variabel dependen
yang sama seperti penelitian
sebelumnya yaitu nilai perusahaan.
Periode pengamatan yang dilakukan
pada penelitian sebelumnya yaitu
pada periode tahun 2009-2011 dan
periode
pengamatan
oleh
penelitian ini selama periode tahun
2011-2013.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976)
dalam Godfrey et al. (2010)
menjelaskan agency relationship
sebagai sebuah kontrak dimana
salah satu pihak (principles)
melibatkan orang lain (agent) untuk
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
melakukan beberapa pekerjaan
atas principles yang melibatkan
delegasi
wewenang
dalam
pengambilan keputusan kepada
agent.
Jensen dan Meckling (1976)
dalam Sudiyatno dan Puspitasari
(2010) menjelaskan teori keagenan
(agency theory) sebagai hubungan
antara pemilik dan manajemen
yang mempunyai kepentingan yang
berbeda. Prinsip dari teori tersebut
adalah hubungan kerja dari pihak
yang
memberi
wewenang
(principal) yaitu pemilik dengan
pihak yang menerima delegasi
wewenang (agent) yaitu manajer.
Dengan
adanya
kepentingan
tersebut
masing-masing
pihak
berusaha
untuk
memperbesar
keuntungan bagi dirinya sendiri.
Jensen dan Meckling (1976)
dalam Sudiyatno dan Puspitasari
(2010)
menyatakan
manajer
sebagai insider diberi amanat oleh
pemilik modal untuk mengamankan
modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan sehingga insider berhak
atas gaji, bonus, insentif dan
kompensasi lainnya karena manajer
menjalankan
amanat
dan
mengambil keputusan bisnis yang
diharapkan terbaik bagi pemilik
modal sehingga pihak insider
berkerja dalam memaksimumkan
nilai perusahaan atau kemakmuran
dari pemegang saham dan oleh
karena itu manajer sebagai insider
disebut sebagai agen.
Teori Signalling
Pada teori ini manajer akan
menggunakan akun sebagai sinyal
ekspektasi dan keinginan pada
masa akan datang. Manajer pada
perusahaan yang dalam kinerja baik
dan
mengharapkan
tingkat
pertumbuhan yang tinggi akan
memberikan sinyal kepada investor
34
November 2014
melalui akun yang menunjukkan
bahwa perusahaan dalam keadaan
baik
dan
dalam
tingkat
pertumbuhan yang juga baik.
Manajer
perusahaan
juga
menginginkan untuk memberikan
informasi
yang
baik
untuk
menunjukkan perusahaan tidak
dalam keadaan hasil yang buruk
(Godfrey et al. 2010)
Godfrey
et
al.
(2010)
mengemukakan,
pada
teori
signalling manajer sebagai pihak
yang memberikan informasi bahwa
perusahaan dalam keadaan akan
memperoleh
keuntungan
akan
memperoleh insentif jika investor
mempercayai informasi tersebut.
Sehingga
hal
ini
akan
mempengaruhi
nilai
saham
meningkat
dan
memberikan
keuntungan terhadap investor dan
manajer.
Nilai Perusahaan
Nilai
perusahaan
adalah
penilaian investor tentang seberapa
baik kondisi perusahaan yang
tercermin dari harga pasar saham
perusahaan
(Setiani
2013).
Pengertian nilai perusahaan pada
perusahaan yang sudah go public di
pasar modal tercermin dari harga
saham perusahaan dan untuk
pengertian nilai perusahaan yang
belum go public nilai perusahaan
tercermin dari nilai jual perusahaan
jika di jual (total aktiva), prospek
perusahaan,
risiko
usaha,
lingkungan usaha dan lain-lain
dikemukakan
oleh
Margaretha
(2004) dalam Mardiyati et al.
(2012).
Menurut Setiani (2013), nilai
perusahaan merupakan hal yang
penting baik bagi investor maupun
manajer. Nilai perusahaan bagi
manajer merupakan tolak ukur atas
ISSN: 1410 -9875
prestasi kerjanya. Jika manajer
mampu
meningkatkan
nilai
perusahaan
maka
hal
ini
menunjukkan
bahwa
manajer
tersebut menghasilkan kinerja yang
baik,
sehingga
secara
tidak
langsung manajer meningkatkan
kemakmuran pemegang saham yang
merupakan tujuan perusahaan. Bagi
investor
peningkatan
nilai
perusahaan
merupakan
suatu
pandangan yang baik sehingga
investor
akan
tertarik
untuk
berinvestasi dan hal ini mampu
membuat peningkatan pada harga
saham perusahaan.
Financial Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan
Financial
leverage
adalah
magnifikasi
risiko
dan
pengembalian melalui penggunaan
pendanaan biaya tetap seperti
hutang
dan
saham
preferen
(Gitman dan Zutter 2012). Trade
off theory menjelaskan dengan
makin tinggi penggunaan hutang
maka makin tinggi juga risiko untuk
mengalami
kesulitan
keuangan
untuk membayar bunga tetap yang
besar untuk dibayarkan kepada
debtholders setiap periode dalam
kondisi laba bersih yang belum
pasti (bancruptcy cost of debt)
(Mardiyati et al. 2012).
Teori signaling menjelaskan
bagaimana manajer yakin mengenai
prospek baik perusahaan dan
manajer ingin agar harga saham
mengalami peningkatan sehingga
manajer
ingin
untuk
mengkomunikasikan
kepada
investor.
Manajer
perusahaan
dalam hal ini dapat menggunakan
utang sebagai sinyal yang lebih
terpercaya kepada investor dan
menggambarkan bahwa perusahaan
Dewi Sari Wijoyo
dalam kondisi prospek yang baik di
masa depan sehingga investor akan
melihat
sinyal
tersebut
dan
mengindikasikan
bahwa
perusahaaan yakin dengan prospek
yang baik di masa depan karena
perusahaan meningkatkan hutang.
Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa hutang merupakan signal
positif
dari
perusahaan
bagi
investor (Mardiyati et al. 2012).
Ha1 : Terdapat pengaruh Financial
Leverage terhadap Nilai perusahaan
Profitabilitas
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Profitabilitas adalah hubungan
antara pendapatan dan biaya yang
dihasilkan dengan menggunakan
aset perusahaan baik yang lancar
maupun tetap dalam kegiatan
produktif,
perusahaan
mampu
meningkatkan
profit
dengan
meningkatkan
pendapatan
dan
mengurangi biaya dan salah satu
rasio profitabilitas yang digunakan
untuk
mengukur
efektivitas
manajemen dalam menghasilkan
laba dengan asset yang dimiliki
adalah Return on Total Asset
(Gitman dan Zutter 2012). Alasan
utama
perusahaan
beroperasi
adalah menghasilkan laba yang
bermanfaat bagi pemegang saham
hal tersebut ditunjukkan dengan
makin besar pengembalian yaitu
ROE dan ROA yang menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan
bagi
pemegang saham sehingga hal ini
berdampak pada nilai perusahaan
(Wardoyo dan Veronica 2013).
Laba
perusahaan
sebagai
informasi bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi
yaitu investor berasumsi bahwa
dengan laba perusahaan yang besar
maka investor juga akan menerima
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
36
November 2014
laba
yang
juga
besar
dan
profitabilitas menjadi aspek yang
dilihat investor dalam menilai
kesehataan
perusahaan
karena
dengan pengembalian profitabilitas
yang tinggi pengembalian terhadap
investor juga tinggi (Nafi’ah 2013).
:
Terdapat
pengaruh
Ha2
Profitabilitas
terhadap
Nilai
perusahaan.
ini menunjukkan bahwa dengan
makin besar jumlah dewan direksi
pada suatu perusahaan maka makin
besar pula kemungkinan strategi
perusahaan akan tercapai sehingga
mempengaruhi nilai perusahaan di
mata investor maupun calon
investor.
Ha3 : Terdapat pengaruh Ukuran
Dewan terhadap Nilai perusahaan.
Ukuran Dewan Terhadap Nilai
Perusahaan
Ukuran dewan yaitu diukur
berdasarkan jumlah total dari
anggota direksi yang melayani atau
merupakan bagian dari dewan
(Obradovich dan Gill 2013). Jumlah
anggota direksi yang ada pada
suatu perusahaan harus disesuaikan
dengan kondisi perusahaan karena
hal
ini
berdampak
pada
pengelolaan perusahaan yang akan
mempengaruhi kinerja perusahaan
yang
pada
akhirnya
akan
mempengaruhi nilai perusahaan
(Wardoyo dan Veronica 2013). Hal
ini sesuai dengan pernyataan
Obradovich
dan
Gill
(2013)
mengenai jumlah dari dewan
direksi pada perusahaan bahwa
jumlah dewan direksi yang ada
harus optimum dan berdasarkan
dengan
ukuran
perusahaan
tersebut.
Wardoyo dan Veronica (2013)
menyatakan, dewan direksi adalah
bagian penentu pada pelayanan
dimana
dewan
direksi
akan
menjalankan
tata
kelola
perusahaan yang lebih baik selain
itu dewan direksi juga memiliki hak
untuk menentukan kebijakan yang
akan diambil dan juga memastikan
perusahaan sudah menjalankan
seluruh ketentuan sesuai peraturan
yang diatur dan peraturan undangundang yang berlaku, sehingga hal
Komite Audit Terhadap Nilai
Perusahaan
Komite Audit adalah komite
yang
dibentuk
oleh
dan
bertanggung jawab kepada dewan
komisaris
dalam
membantu
melaksanakan tugas dan fungsi
dewan komisaris (Keputusan Ketua
Bapepam dan LK Nomor KEP643/BL/2012
Peraturan
Nomor
IX.I.5). Komite audit memiliki
tanggung jawab dalam jalanya
pengawasan laporan keuangan,
mengawasi
audit
luar,
dan
mengamati sistem pengendalian
internal sehingga dengan fungsi
pengawasan ini diharapkan akan
mengurangi sifat manajemen dalam
melakukan tindakan memanfaatkan
peluang (oppurtinistic) manajemen
dalam melakukan manajemen laba
(Rupilu 2011).
Komite
audit
dapat
meminimalkan Agency Problem dan
meningkatkan nilai perusahaan
karena dengan adanya komite audit
yang
melakukan
pengawasan
mendorong CEO dan dewan direksi
untuk
berkerja
dalam
menyenangkan pemegang saham
dan memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham dan sebagai
tambahan untuk meminimalkan
Agency Problem yaitu dengan
meningkatkan arus informasi antara
manajer dan pemegang saham
(Obradovich dan Gill 2013).
ISSN: 1410 -9875
Ha4 : Terdapat pengaruh Komite
Audit terhadap Nilai perusahaan.
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan
Perusahaan dapat dinilai dari
seberapa besar aktiva yang dimiliki
perusahaan makin besar ukuran
suatu perusahaan, makin baik
struktur pengendalian internalnya
sehingga mengurangi kesalahan
pada laporan keuangan (Carslaw
dan Kaplan 1991 dalam Rupilu
2011).
Hubungan antara besar aktiva
dengan nilai perusahaan terwujud
dengan kondisi ukuran perusahaan
dimana makin besar aktiva maka
makin tinggi keyakinan investor
dalam memperoleh pengembalian
atas investasinya (Sofyaningsih dan
Hardiningsih 2011). Perusahaan
dengan ukuran besar cenderung
memberikan hasil operasi yang
lebih besar sehingga mampu
memberikan imbal balik investasi
yang
lebih
mengunguntungkan
daripada
perusahaan
kecil
(Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
2011).
Ha5: Terdapat pengaruh Ukuran
Perusahaan
terhadap
Nilai
perusahaan.
Kepemilikan Manajerial Terhadap
Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial adalah
situasi dimana manajer memiliki
saham perusahaan atau dengan
kata
lain
manajer
tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan (Mardiyati et al. 2012).
Pada
kepemilikan
manajerial
terdapat
suatu
teori
dalam
hubunganya
dengan
nilai
perusahaan yaitu Agency teory.
Agency teory merupakan pemisahan
antara
kepemilikan
dan
Dewi Sari Wijoyo
pengelolaan perusahaan sehingga
dapat menimbulkan suatu konflik
yaitu konflik keagenan, konflik
keagenan timbul akibat perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan
agen dalam memenuhi keinginanya
dan kepuasanya masing-masing.
Perbedaan
ini
mengakibatkan
manajemen melakukan kecurangan
sehingga
merugikan
pemegang
saham
(Sofyaningsih
dan
Hardiningsih 2011).
Kepemilikan
manajerial
menyebabkan
manajer
yang
sekaligus pemegang saham akan
berusaha
meningkatkan
nilai
perusahaan karena dengan hal
tersebut kekayaaan manajer akan
meningkat yang disebabkan oleh
kepemilikan
manajerial
(Sofyaningsih
dan
Hardiningsih
2011).
Hal
ini
menjelaskan
mengenai manajer dan karyawan
yang
berkerja
keras
untuk
memaksimalkan nilai perusahaan
sehingga
akan
meningkatkan
kemakmuran
pemegang
saham
(Obradovich dan Gill 2013).
Terdapat
pengaruh
Ha6:
Kepemilikan Manajerial terhadap
Nilai perusahaan.
Keputusan Investasi Terhadap
Nilai Perusahaan
Keputusan
investasi
adalah
keputusan mengenai pengeluaran
dana dimasa sekarang ini untuk
memperoleh hasil atau keuntungan
untuk masa yang akan datang
(Setiani 2013). Hubungan antara
keputusan investasi dan nilai
perusahaan
seperti
yang
di
kemukakan oleh Hasnawati (2005),
Hapsari (2000), Widyantoro (1995)
dalam Ansori dan Denica (2010)
sesuai
dengan
teori-teori
sebelumnya yang dilakukan pada
penelitian
sebelumnya,
yang
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
mengungkapkan bahwa hubungan
antara keputusan investasi dengan
nilai perusahaan yang menunjukkan
keterkaitan.
Investasi
modal
merupakan salah satu aspek utama
dalam keputusan investasi dimana
keputusan
investasi
yang
manfaatnya dirasakan pada masa
depan
sehingga
harus
dipertimbangkan dengan cermat
supaya mempunyai nilai perusahaan
(Ansori dan Denica 2010). Pada saat
manajer melaksanakan keputusan
investasi
yang
tepat
akan
menciptakan kinerja yang optimal
dari aset sehingga muncul sinyal
positif
kepada
investor
yang
akhirnya akan mempengaruhi harga
saham
dan
nilai
perusahaan
(Prasetyo 2011 dalam Setiani 2013).
:
Terdapat
pengaruh
Ha7
Keputusan Investasi terhadap Nilai
perusahaan.
Likuiditas Terhadap Nilai
Perusahaan
Rasio likuiditas merupakan alat
ukur
yang
digunakan
dalam
mengukur
kemampuan
jangka
pendek
perusahaan
untuk
membayar kewajiban perusahaan
yang jatuh tempo dan kebutuhan
perusahaan atas kas yang tidak
diperkirakan (Weygandt et al.
2013). Rasio likuiditas sebagai
bagian dari rasio keuangan berguna
untuk melakukan analisis internal
dalam
membantu
manajemen
mengevaluasi
tentang
hasil
perusahaan,
memperbaiki
kesalahan dan menghindari keadaan
yang dapat menyulitkan keuangan
(Lusiyanti 2014). Perusahaan yang
dalam keadaan likuid dipercaya
��
38
November 2014
oleh investor karena mampu
melunasi
seluruh
kewajiban
perusahaan tepat pada waktunya
dan para investor yakin dan tidak
merasa takut akan kemampuan
perusahaan
tersebut
sehingga
investor memiliki rasa percaya akan
perusahaan
tersebut
untuk
berinvestasi atau menanamkan
dananya di perusahaan (Septiono et
al. 2013).
Ha8: Terdapat pengaruh Likuiditas
terhadap Nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah
seluruh
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2011
sampai dengan 2013. Pemilihan
sampel menggunakan purposive
sampling
dengan
berdasarkan
kriteria pemilihan sampel. Sehingga
diperoleh 68 perusahaan sebagai
sampel penelitian. Hasil data yang
diperoleh
berdasarkan
kriteria
tersebut dicantumkan pada tabel 1.
Nilai
perusahaan
adalah
penilaian investor tentang seberapa
baik kondisi perusahaan yang
tercermin dari harga pasar saham
perusahaan (Setiani 2013). Dalam
rangka mengukur nilai perusahaan
dapat menggunakan Tobin’s Q.
Tobin’s Q adalah perbandingan
antara nilai pasar ekuitas ditambah
nilai buku utang dengan nilai buku
total aset (Obradovich dan Gill
2013) dan skala yang digunakan
pada nilai perusahaan adalah skala
rasio sehingga nilai perusahaan
yang diukur melalui Tobin’s Q
dapat
diformulasikan sebagai
berikut:
������� ����� �� ������ � ���� ����� �� �����
���� ����� �� ����� ������
ISSN: 1410 -9875
Dewi Sari Wijoyo
Dimana Q = Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q
Financial
leverage
adalah
magnifikasi
risiko
dan
pengembalian melalui penggunaan
pendanaan biaya tetap seperti
hutang
dan
saham
preferen
(Gitman dan Zutter 2012). Proksi
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah financial leverage yang
menggunakan skala rasio. Financial
leverage adalah perbandingan total
liabilities dengan total aset. Rumus
financial
leverage
dapat
diformulasikan
sebagai
berikut
(Obradovich dan Gill 2013):
����� �����������
��������� �������� ��� � �
����� ������
Profitabilitas adalah hubungan
Assets (ROA). Skala yang digunakan
antara pendapatan dan biaya yang
pada ROA adalah skala rasio. ROA
dihasilkan dengan menggunakan
diukur
dengan
melakukan
aset perusahaan baik yang lancar
perbandingan antara laba bersih
maupun tetap dalam kegiatan
dengan total aset yang dimiliki
produktif (Gitman dan Zutter
perusahaan (Obradovich dan Gill
2012).
Dalam
penelitian
ini
2013).
Rumus
ROA
dapat
profitabilitas di ukur dengan
diformulasikan sebagai berikut:
menggunakan proksi Return on
��� ������
������ �� ������ ����� �
����� ������
Ukuran dewan adalah jumlah
total direktur yang melayani di
dewan direksi. Sehingga ukuran
dewan direksi dapat diukur dengan
menghitung jumlah total satuan
direksi yang melayani di dewan
(Obradovich dan Gill 2013). Skala
yang digunakan adalah skala rasio.
Dalam penelitian ini ukuran dewan
dapat
diformulasikan
sebagai
berikut (Obradovich dan Gill 2013):
Board size (BS) = Total number of directors serving on board
Komite Audit adalah komite
IX.I.5). Komite audit diukur dengan
yang
dibentuk
oleh
dan
melakukan perhitungan terhadap
bertanggung jawab kepada dewan
jumlah satuan anggota komite audit
komisaris
dalam
membantu
(Obradovich dan Gill 2013). Komite
melaksanakan tugas dan fungsi
audit
pada
penelitian
ini
dewan komisaris (Keputusan Ketua
menggunakan skala rasio. Komite
Bapepam dan LK Nomor KEPaudit dapat diformulasikan sebagai
643/BL/2012
Peraturan
Nomor
berikut:
Audit Committee (AC) = Total Number of Audit Committee Members
Ukuran
perusahaan
ukuran perusahaan diukur dengan
menunjukkan
seberapa
besar
log dari total assets dan merupakan
perusahaan yang dinilai dari total
skala rasio. Ukuran perusahaan
aktiva yang dimiliki perusahaan
dapat
diformulasikan
sebagai
(Carslaw dan Kaplan 1991 dalam
berikut (Obradovich dan Gill 2013):
Rupilu 2011). Dalam penelitian ini
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Firm Size (FS) = log Total Assets
Kepemilikan manajerial atau
Insider Holding adalah situasi
dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham
perusahaan (Mardiyati et al. 2012).
Kepemilikan
manajerial
ditunjukkan dari besar persentase
pemegang
saham
insider
(Obradovich dan Gill 2013). Pada
penelitian
ini
kepemilikan
manajerial
merupakan
dummy
variabel, jika perusahaan terdapat
kepemilikan manajerial maka diberi
angka 1 dan 0 bila tidak terdapat
kepemilikan
manajerial.
Kepemilikan
manajerial
menggunakan skala nominal.
Keputusan
investasi
adalah
keputusan mengenai pengeluaran
dana dimasa sekarang ini untuk
memperoleh keuntungan untuk
masa yang akan datang (Setiani
2013). Keputusan investasi diukur
dengan Total Asset Growth (TAG)
dan merupakan skala rasio. TAG
adalah besar pertumbuhan total
aset dari periode sebelumnya dan
dibandingkan dengan total aset
periode sebelumnya, keputusan
investasi
dapat
diformulasikan
sebagai berikut (Setiani 2013):
����� ����� ������ ����� �
Likuiditas
adalah
kemampuan
jangka
pendek
perusahaan
untuk
membayar
kewajiban perusahaan yang jatuh
tempo dan kebutuhan perusahaan
atas kas yang tidak diperkirakan
(Weygandt et al. 2013). Dalam
penelitian ini likuiditas diukur
dengan Current Ratio, current ratio
adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
������� �������� � �
Pengujian
ini
dilakukan
menggunakan
metode
regresi
berganda. Model regresi dari
penelitian ini sebagai berikut:
FVALUE = β0 + β1 FL + β2 PROFIT
+ β3 BSIZE + β4 AC + β5 FSIZE +
β6 INSDHOLD + β7
INVSDEC + β8 LIKUID + e
Keterangan model regresi;
40
����� ����� � ����� ��������
����� ��������
dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan
(Lusiyanti 2014). Likuiditas diukur
dengan menggunakan skala rasio
dimana current ratio diukur dengan
membandingkan
current
asset
dengan current liabilities dan
diformulasikan
sebagai
berikut
(Lusiyanti 2014):
������� �����
������� �����������
FVALUE
Value)
Nilai perusahaan (Firm
β0
Konstanta
β1…..β8
Koefisien regresi
FL
Financial Leverage
PROFIT
on Asset)
Profitabilitas (Return
ISSN: 1410 -9875
BSIZE
size)
Ukuran dewan (Board
AC
Komite audit (Audit
committee)
FSIZE
(Firm size)
Ukuran Perusahaan
INSDHOLD
Kepemilikan
manajerial (Insider Holding)
INVSDEC
Keputusan investasi
(Investment Decision)
LIKUID Likuiditas
e
Error
HASIL PENELITIAN
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi financial leverage lebih
kecil daripada 0,05 yaitu sebesar
0,000 dengan nilai koefisien sebesar
3,410. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha1 diterima, sehingga
financial
leverage
memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
positif dari variabel financial
leverage terhadap nilai perusahaan,
sehingga makin tinggi financial
leverage akan diikuti dengan
kenaikan nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan
peningkatan
penggunaan
hutang
mampu
meningkatkan nilai perusahaan
karena
dengan
meningkatnya
penggunaan hutang maka risiko
juga akan lebih besar namun
manajer yakin akan prospek baik
perusahaan di masa depan dan
tetap
menggunakan
hutang,
sehingga investor yang melihat hal
tersebut menilai bahwa perusahaan
dalam kondisi prospek yang baik.
Dewi Sari Wijoyo
Hal
ini
membuktikan
bahwa
meningkatnya financial leverage
mampu
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi profitabilitas lebih kecil
daripada 0,05 yaitu sebesar 0,000
dengan nilai koefisien sebesar
20,313. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha2 diterima, sehingga
profitabilitas memiliki pengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
positif dari variabel profitabilitas
terhadap nilai perusahaan, sehingga
makin
tinggi
profitabilitas
perusahaan akan diikuti dengan
kenaikan nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa profitabilitas
di lihat investor dalam menilai
prospek dan hasil perusahaan, jika
perusahaan mampu menghasilkan
laba yang besar dan memiliki
prospek baik serta manajemen yang
efektif maka investor juga akan
memperoleh pengembalian yang
juga besar dan menilai prospek
perusahaan baik sehingga hal ini
mampu menarik perhatian investor
untuk investasi karena hal ini
berhubungan
dengan
penilaian
perusahaan sebelum pengambilan
keputusan investasi. Oleh karena
itu
hal
ini
membuktikan
meningkatnya profitabilitas mampu
meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi ukuran dewan lebih
besar daripada 0,05 yaitu sebesar
0,134 dengan nilai koefisien sebesar
0,075. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha3 tidak diterima, sehingga
ukuran dewan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
positif dari variabel ukuran dewan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan dengan makin besar
jumlah anggota dewan direksi maka
pengelolaan terhadap perusahaan
juga makin baik dan tujuan dari
perusahaan akan tercapai sehingga
akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi komite audit lebih besar
daripada 0,05 yaitu sebesar 0,130
dengan nilai koefisien sebesar 0,392. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha4 tidak diterima, sehingga
komite audit tidak
memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
negatif dari variabel komite audit
terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan jumlah komite audit
mengurangi nilai perusahaan, hal
ini mungkin disebabkan oleh komite
audit yang seharusnya berkerja
secara independen dan profesional
tidak menjalankan fungsinya secara
baik
dalam
pengawasan
dan
pengamatan sehingga hal ini
membuat pemegang saham yang
melihat hal tersebut tidak senang
sehingga nilai perusahaan menurun.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi
ukuran
perusahaan
lebih kecil daripada 0,05 yaitu
sebesar 0,011 dengan nilai koefisien
sebesar
0,461.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa Ha5 diterima,
sehingga
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien
terdapat arah pengaruh positif dari
variabel
ukuran
perusahaan
terhadap nilai perusahaan, sehingga
makin besar ukuran perusahaan
akan diikuti dengan kenaikan nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan
42
November 2014
ukuran perusahaan yang digunakan
investor dalam melihat prospek dari
perusahaan dan keyakinan investor
atas risiko sebelum berinvestasi.
Dimana perusahaan yang memiliki
ukuran lebih besar diyakini investor
atas
prospek,
struktur
pengendalian, dan pengembalian
atas investasi lebih baik sehingga
hal ini membuktikan meningkatnya
ukuran perusahaan atau makin
besar ukuran perusahaan mampu
meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi kepemilikan manajerial
lebih besar daripada 0,05 yaitu
sebesar 0,090 dengan nilai koefisien
sebesar
0,322.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa Ha6 tidak
diterima, sehingga kepemilikan
manajerial tidak memiliki pengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
positif. Hal ini menunjukkan, nilai
perusahaan meningkat disebabkan
oleh manajer yang juga pemegang
saham berusaha berkerja keras
dalam
meningkatkan
dan
memaksimalkan nilai perusahaan
karena manajer dalam hal ini juga
memiliki
kepemilikan
pada
perusahaan sehingga jika nilai
perusahaan naik maka kemakmuran
mereka sebagai pemegang saham
juga akan meningkat.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi keputusan investasi
lebih besar daripada 0,05 yaitu
sebesar 0,462 dengan nilai koefisien
sebesar
-0,426.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa Ha7 tidak
diterima,
sehingga
keputusan
investasi tidak memiliki pengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
negatif antara variabel keputusan
ISSN: 1410 -9875
investasi
terhadap
nilai
perusahaan. Hal ini menunjukkan
keputusan investasi dilihat investor
menyangkut manfaat masa depan
perusahaan, oleh karena itu ketika
manajer
mengambil
keputusan
investasi yang menguntungkan dan
tepat akan ada sinyal baik kepada
investor.
Menurunya
nilai
perusahaan dapat disebabkan oleh
pengambilan keputusan investasi
yang tidak tepat atau merugikan
oleh perusahaan maupun manajer.
Hasil uji t menunjukkan nilai
signifikansi likuiditas lebih besar
daripada 0,05 yaitu sebesar 0,497
dengan nilai koefisien sebesar
0,004. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Ha8 tidak diterima, sehingga
likuiditas tidak memiliki pengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
Berdasarkan
nilai
koefisien terdapat arah pengaruh
positif antara likuiditas terhadap
nilai perusahaan, naiknya nilai
perusahaan
menunjukkan
perusahaan
yang
likuid
atau
perusahaan yang mampu melunasi
kewajiban jangka pendeknya yang
jatuh
tempo
memperoleh
kepercayaan dari investor sehingga
investor
tertarik
melakukan
investasi dan hal ini meningkatkan
nilai perusahaan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan,
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
variabel
independen financial leverage,
Dewi Sari Wijoyo
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan mempengaruhi variabel
dependen
nilai
perusahaan.
Sedangkan variabel independen
ukuran dewan, komite audit,
kepemilikan manajerial, keputusan
investasi dan likuiditas tidak
mempengaruhi variabel dependen
nilai perusahaan.
Penelitian memiliki beberapa
keterbatasan.
Berikut
keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitian
ini:
(1)
Periode
penelitian yang singkat yaitu
selama 3 tahun, yaitu pada periode
2011-2013 dan, (2) Hasil data
penelitian yang tidak berdistribusi
normal
dan
hasil
uji
yang
menunjukkan
bahwa
beberapa
variabel
terjadi
heteroskedastisitas.
Variabel
independen
yang
terjadi
heteroskedastisitas adalah Financial
Leverage, Profitabilitas, dan ukuran
perusahaan.
Berdasarkan hasil kesimpulan
dan keterbatan yang ada, peneliti
memberikan beberapa saran untuk
penelitian
selanjutnya
yang
menggunakan topik yang sama,
saran penelitian adalah sebagai
berikut: (1) Penelitian selanjutnya
dapat
menambahkan
periode
penelitian untuk hasil yang lebih
baik dan akurat, (2) Penelitian
selanjutnya dapat menambahkan
sampel
penelitian
untuk
menghilangkan
keterbatasan
seperti data tidak berdistribusi
normal
dan
masalah
heteroskedastisitas.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
REFERENSI
Ansori, Mokhamat., dan Denica H.N. 2010. Pengaruh Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Jakarta Islamic
Index Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Analisis Manajemen, Vol.
4, No. 2, Juli 2010, hal: 153-175. ISSN: 1411-1799.
Badan Pengawas Pasar Modal Nomor IX.I.5, Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-643/BL/2012 Tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Bursa Efek Indonesia. http:// www.idx.co.id/
Dj, Alfredo Mahendra., Luh Gede Sri Artini, dan A.A Gede Suarjaya. 2012.
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen,
Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2012, hal:
130-138. ISSN: 2302-8890.
Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, thirteenth edition. United States of America: Pearson
Education Addison Wesley, inc. Global Edition: Pearson Education
Limited.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes.
2010. Accounting Theory, seventh edition. Australia: John Wiley &
Sons Ltd.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, seventh edition.
United States of America: Pearson Education, Inc.
Hermuningsih, Sri., dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, Vol.
13, No. 2, Agustus 2009, Hal: 173–183. ISSN:0853-7665.
Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Eugene F. Brigham, Michael C. Ehrhardt. 2014.
Financial Management Theory and Practice, an Asian Edition.
Singapore: Cengage Learning Asia.
Lusiyanti, Retnaning. 2014. Pengaruh Rasio Likuiditas dan Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. AKUNESA, Vol 2, No 3.
ISSN: 2302-1195.
Mardiyati, Umi., Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan
Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20052010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1,
ISSN: 2301-8313, http://www.jrmsi.com/.
Nafi’ah, Zumrotun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun
44
ISSN: 1410 -9875
Dewi Sari Wijoyo
2008-2010. Jurnal STIE Semarang, Vol 5, No 3, Oktober 2013, ISSN:
2252-7826.
Obradovich, John., dan Amarjit Gill. 2013. The Impact of Corporate
Governance and Financial Leverage on the Value of American Firms.
International Research Journal of Finance and Economics, issue 91,
ISSN:
1450-2887,
http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com
Ratih, Suklimah. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada
Perusahaan Peraih the Indonesia Most Trusted Company-CGPI. Jurnal
Kewirausahaan, Vol 5, No 2, Desember 2011, ISSN: 1978-4724.
Rompas, Gisela Prisilia. 2013. Likuiditas Solvabilitas dan Rentabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan BUMN yang Terdaftar diBursa Efek
Indonesia. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hal: 252-262,
ISSN: 2303-1174.
Rupilu, Wilsna. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis
dan Sektor Publik (JAMBSP), Vol. 8, No. 1, Oktober 2011, Hal: 101 –
127, ISSN 1829 – 9857.
Samisi, Komang., dan Putu Agus Ardiana. 2013. Pengaruh Struktur pendanaan
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai
Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 23028556.
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sari, A.A Pt Agung Mirah Purnama., dan Putu Agus Ardiana. 2014. Pengaruh
Board Size Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Hal: 177-191, ISSN: 2302-8556.
Sari, Oktavina Tiara. 2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan.
Management
Analysis
Journal.
ISSN:
2252-6552,
journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, sixth
edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Septiono, Rizqy Wahyu., Suhadak, dan Darminto. 2013. Analisis Faktor Mikro
Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Non-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Indeks LQ 45 Periode
2009-2011). PROFIT Jurnal Administrasi Bisnis.Vol 7, No 1. ISSN: 1978743X.
Setiani, Rury. 2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen:
Alumni
Fakultas
Ekonomi
UNP,
Vol
2,
No
1,
ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/312.
Siahaan, Fadjar O.P. 2013. The Effect of Good Corporate Governance
Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value. GSTF Journal on
Business Review, Vol 2 No 4, July 2013. ISSN:2010-4804.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Sofyaningsih, Sri., dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol 3, No 1, Mei 2011, Hal:68-87. ISSN: 19794878.
Sudiyatno, Bambang., dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan
sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia). Dinamika Keuangan dan Perbankan, vol 2, No 1,
Mei 2010, Hal 1-22. ISSN 1979-4878.
Wardoyo., dan Theodora Martina Veronica. 2013. Pengaruh Good Corporate
Governance, Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, vol 4, No 2,
Hal 132-149. ISSN Cetak: 2086-0668, ISSN Online: 2337-5434.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso. 2013. Financial
Accounting IFRS Edition 2e. United States of America: John Wiley & Sons,
Inc.
Wongso, Amanda. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Struktur Kepemilikan,
dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Perspektif
Teori Agensi dan Teori Signaling. Jurnal Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya, Vol 1 No 5. ISSN: 2303-162X.
46
ISSN: 1410 -9875
Dewi Sari Wijoyo
Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel
No.
Keterangan
Total
Total
Perusahaan Data
1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
417
139
Bursa Efek Indonesia pada periode 20112013
2.
Perusahaan manufaktur yang tidak
(45)
(15)
terdaftar berturut-turut di Bursa Efek
Indonesia pada periode pengamatan 20112013
3.
Perusahaan manufaktur yang tidak
(12)
(4)
menerbitkan laporan keuangan yang
berakhir pada tanggal 31 desember 20112013.
4.
Perusahaan manufaktur yang tidak
(75)
(25)
menerbitkan laporan keuangan dalam mata
uang Rupiah berturut-turut pada periode
2011-2013
5.
Perusahaan manufaktur yang tidak
(27)
(81)
menghasilkan laba selama tahun 2011 –
2013
6.
Sample yang digunakan
68
204
Sumber: Data yang dikumpulkan dan pengolahan data
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Mean
Std.
Maksimum
Deviation
204 2,0757511 2,26166354
FVALUE
15,54320
204 0,4195177
FL
0,17856593
0,88090
0,1051942
204
PROFIT
0,08958342
0,41620
5,33
204
BSIZE
2,530
13
3,14
204
AC
0,398
5
204 12,2194873
FSIZE
0,71299555
14,33040
0,51
204
INSDHOLD
0,501
1
204 0,1922524
INVSDEC
0,17136445
0,85359
204 3,6086598 17,24197353
LIKUID
247,44406
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19
Minimum
0,28660
0,03723
0,00093
2
2
10,94161
0
-0,12160
0,40314
Tabel 3. Frekuensi Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
Frekuensi Persentase Persentase Persentase
Manajerial
Valid
Kumulatif
Valid Tidak memiliki
99
48,5
48,5
48,5
kepemilikan manajerial.
Memiliki kepemilikan
105
51,5
51,5
100,0
manajerial.
Total
204
100,0
100,0
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Sumber:Pengolahan data SPSS IBM 19
Variabel
(Constant)
Tabel 4. Hasil Uji Statistik t
B
Sig.
Kesimpulan
-6,389
0,001
3,410
0,000
Ha1 diterima
20,313
0,000
Ha2 diterima
0,075
0,134
Ha3 tidak diterima
-0,392
0,130
Ha4 tidak diterima
FSIZE
0,461
0,011
Ha5 diterima
INSDHOLD
0,322
0,090
Ha6 tidak diterima
-0,426
0,462
Ha7 tidak diterima
FL
PROFIT
BSIZE
AC
INVSDEC
Ha8 tidak diterima
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19
LIKUID
48
0,004
0,497
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 49-60
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH RETURN ON EQUITY, NET PROFIT MARGIN, CURRENT
RATIO, LONG TERM LIABILITIES TO TOTAL ASSETS DAN TOTAL ASSET
TURNOVER TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
EDISON
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and investigate the influence
of return on equity, net profit margin, current ratio, long term liabilities to
total assets and total asset turnover towards bond ratings. The population of
this research is manufacturing companies listed in the Indonesia Stock
Exchange over the 5 years period 2008-2012. Samples consist of 9
manufacturing companies, selected using purposive sampling method. The
data type is secondary data which collected from Indonesia Stock Exchange.
Data was analyzed using ordinal logistic regression (ordered logit).The result
shows that return on equity, long term liabilities to total assets and total
asset turnover have influences towards bond ratings. Otherwise, net profit
margin and current ratio do not have influences towards bond ratings.
Keywords: Bond Ratings, Return on Equity, Net Profit Margin, Current Ratio,
Long Term Liabilities to Total Assets, Total Asset Turnover,
Ordinal Logistic Regression.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on equity,
net profit margin, current ratio, long term liabilities to total assets dan total
asset turnover terhadap bond ratings. Populasi dalam penelitian ini
merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia
pada periode 2008-2012. Sampel penelitian terdiri atas 9 perusahaan
manufaktur yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Data
penelitian diuji dengan menggunakan ordinal logistics regression.Hasil
penelitian menunjukan bahwa return on equity, long term liabilities to total
assets dan total asset turnover memiliki pengaruh terhadap bond ratings.
Sementara net profit margin dan current ratio tidak berpengaruh terhadap
bond ratings.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Kata kunci: Bond Ratings, Return on Equity, Net Profit Margin, Current
Ratio, Long Term Liabilities to Total Assets, Total Asset
Turnover, Ordinal Logistic Regression.
PENDAHULUAN
Kehadiran
pasar
modal
sangat penting bagi perusahaan dan
investor. Pada dasarnya setiap
perusahaan
membutuhkan
pendanaan dalam menjalankan
usahanya yang dapat berasal dari
internal perusahaan dan atau
eksternal.
Pendanaan
internal
dapat
berupa
laba
ditahan.
Sedangkan
dari
eksternal,
perusahaan dapat menghimpun
dana melalui pasar modal dengan
menjual sahamnya kepada publik,
dan menerbitkan surat hutang
(obligasi). Di sini, investor sebagai
pihak yang memiliki dana dapat
mempergunakan
pasar
modal
sebagai salah satu alternatif
investasi
untuk
memperoleh
keuntungan.
Salah satu investasi yang
banyak diminati oleh para investor
adalah investasi dalam obligasi.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2012, 12), obligasi adalah surat
berharga yang menunjukkan bahwa
penerbit
obligasi
meminjam
sejumlah dana kepada masyarakat
dan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga secara berkala
dan kewajiban melunasi pokok
utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
Alasan mengapa obligasi
banyak diminati adalah karena
instrumen obligasi menawarkan
pendapatan tetap
yaitu jenis
pendapatan yang diberikan kepada
investor obligasi didasarkan pada
tingkat suku bunga yang telah
50
ditentukan. Selain itu, keuntungan
yang diperoleh dari investasi
obligasi adalah pemegang obligasi
memiliki hak pertama atas aset
perusahaan jika perusahaan yang
bersangkutan mengalami likuidasi.
Setiap
investor
selalu
mengharapkan keuntungan dari
kegiatan
investasi
yang
dilakukannya.
Namun,
dalam
investasi selalu terdapat resiko
begitu pula dengan obligasi, salah
satu resiko yang harus diwaspadai
oleh para investor adalah resiko
gagal bayar atau yang sering
disebut
default
risk,
yaitu
ketidakmampuan
perusahaan
penerbit obligasi (issuer) membayar
kembali utang pokok (principal)
dan bunganya sebagaimana yang
dijanjikan.
Maka dari itu, seorang
investor yang berminat berinvestasi
pada
obligasi
seharusnya
memperhatikan peringkat obligasi
(bond ratings) suatu perusahaan.
Menurut Hartono (2008, 166)
peringkat obligasi (bond rating)
adalah simbol-simbol karakter yang
diberikan oleh agen pemeringkat
untuk menunjukkan risiko dari
obligasi. Maka dari itu, peringkat
obligasi akan memberikan informasi
berupa gambaran tingkat resiko dan
tingkat kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajibannya.
Pemberian peringkat pada
perusahaan dilakukan oleh pihak
institusi
yang
sering
disebut
lembaga
pemeringkat
(rating
company). Lembaga ini bertugas
untuk melakukan evaluasi dan
ISSN: 1410 -9875
analisis
atas
kemungkinan
macetnya pembayaran surat utang
atau obligasi oleh perusahaan.
Beberapa lembaga pemeringkat
yang terkenal di dunia antara lain:
Standard and Poor’s dan Moody’s
Ratings. Di Indonesia sendiri diakui
beberapa perusahaan pemeringkat
yaitu Fitch Ratings, Kasnic Credit
Rating Indonesia dan PT. PEFINDO
(Pemeringkat
Efek
Indonesia).
Dalam penelitian ini, peneliti
memilih PEFINDO sebagai lembaga
pemeringkat utama karena PEFINDO
merupakan lembaga pemeringkat di
Indonesia yang memiliki default
data dan default study yang sering
dipakai oleh lembaga dan institusi
termasuk Bank Indonesia serta
tingkat kepercayaan yang tinggi
terhadap
peringkat
yang
dikeluarkan oleh PEFINDO.
Untuk mengetahui keamanan
obligasi suatu perusahaan, terdapat
penilaian
berdasarkan
analisis
terhadap
prospek
bisnis
dan
perkembangan indikator-indikator
bisnis seperti rasio keuangan (Zubir
2012, 8). Permasalahan pada
penelitian ini adalah apakah Return
on Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), Current Ratio (CR), Long
Term Liabilities to Total Assets
(LTLTA), dan Total Asset Turnover
(TAT)
berpengaruh
terhadap
peringkat obligasi perusahaan.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Trade-off Theory
Miller (1977) dalam Brigham
dan
Houston
(2010,
472)
menyatakan bahwa, ”trade off
theory states that firms trade off
the tax benefits of debt financing
against
problems
caused
by
potential bankruptcy. The fact that
interest paid is a deductible
Edison
expense makes debt less expensive
than common or preferred stock.”
Sjahrial
(2009,
203)
menyatakan bahwa semakin besar
penggunaan
utang,
maka
keuntungan dari perlindungan pajak
akan semakin besar. Penggunaan
utang akan meningkatkan nilai
perusahaan tetapi hanya sampai
titik tertentu, di mana titik
tersebut adalah struktur modal
yang optimal.
Trade-off
theory
pada
penelitian ini mengacu kepada
perusahaan menggunakan utang
untuk
meningkatkan
nilai
perusahaan
dengan
cara
menyeimbangkan
keuntungan
perlindungan pajak dengan beban
biaya akibat penggunaan utang
yang semakin besar.
Return on Equity
Peringkat Obligasi
(ROE)
dan
Gitman dan Zutter (2012, 82)
menyatakan bahwa ”Return on
common equity measures the
return earned on the common
stockholders’ investment in the
firm. Generally, the owners are
better off the higher is this
return.”
Return
on
Equity
merupakan rasio profitabilitas yang
mengukur sejauh mana tingkat
pengembalian
yang
diperoleh
pemegang saham dari investasinya
di perusahaan. Semakin tinggi nilai
ROE berarti semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan sehingga
perusahaan
semakin
mampu
memenuhi kewajibannya dalam
obligasi beserta bunga yang harus
dibayarkan
(interest)
yang
mengakibatkan peringkat obligasi
perusahaan akan semakin baik.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Manurung et al.
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
(2009) menunjukkan bahwa return
on equity tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Hasil
penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kors et al. (2012) yang
menemukan
adanya
pengaruh
positif dan signifikan antara return
on equity dan peringkat obligasi.
Ha1 : Return on equity
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
Net Profit Margin (NPM) terhadap
Peringkat Obligasi
Fahmi
(2011,
136)
menyatakan bahwa margin laba
bersih menunjukkan kestabilan
perusahaan untuk menghasilkan
laba
pada
tingkat
penjualan
tertentu.
Dengan
memeriksa
margin
laba
perusahaan
dan
industri, perusahaan dapat menilai
efisiensi operasi dan strategi
penetapan
harga
maupun
persaingan
perusahaan
dengan
perusahaan yang lain. Rasio Net
Profit Margin yang tinggi berarti
perusahaan memiliki keuntungan
yang tinggi dari setiap penjualan
yang dilakukannya sehingga para
investor
optimis
terhadap
pengembalian yang didapatnya dan
peringkat obligasi perusahaan akan
semakin tinggi.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Manurung et al.
(2009) menunjukkan bahwa net
profit margin tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Hasil
penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kors et al. (2012) yang
menemukan
adanya
pengaruh
negatif dan signifikan antara net
profit
margin
dan
peringkat
obligasi.
52
November 2014
Ha2 : Net profit margin
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
Current Ratio (CR) dan Peringkat
Obligasi
Weygandt et al. (2013, 696)
menyatakan bahwa “Current Ratio
is a measure for evaluating a
company’s liquidity and short term
debt paying ability, computed by
dividing its current assets by
current liabilities.” Current ratio
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendek, semakin
tinggi nilai Current Ratio maka
semakin baik, artinya perusahaan
memiliki kemampuan membayar
utang jangka pendeknya atau
perusahaan
likuid
sehingga
resikonya akan semakin kecil dan
peringkat obligasinya akan semakin
tinggi.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan
oleh
Magreta
dan
Nurmayanti (2009) menunjukkan
bahwa
current
ratio
tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raharja dan Sari
(2008) yang menemukan adanya
pengaruh positif dan signifikan
antara current ratio dan peringkat
obligasi.
Ha3 : Current ratio berpengaruh
terhadap peringkat obligasi.
Long Term Liabilities to Total
Assets (LTLTA) dan Peringkat
Obligasi
Long Term Liabilities to
Total Assets merupakan rasio yang
menunjukkan sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dari hutang
jangka
panjang
perusahaan.
Semakin tinggi nilai rasio ini berarti
ISSN: 1410 -9875
perusahaan menggunakan sebagian
besar hutang dalam membiayai
aktivanya yang digunakan untuk
menghasilkan
keuntungan
perusahaan.
Semakin
tinggi
penggunaan hutang perusahaan
maka akan semakin meningkatkan
resiko perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya sehingga peringkat
obligasinya akan turun.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan
oleh
Kilapong
dan
Setiawati
(2012)
menunjukkan
bahwa long term liabilities to total
assets tidak berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Hasil penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Raharja dan Sari (2008) yang
menemukan
adanya
pengaruh
negatif dan signifikan antara long
term liabilities to total assets dan
peringkat obligasi.
Ha4 : Long term liabilities to total
assets berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
Total Asset Turnover (TAT) dan
Peringkat Obligasi
Harahap
(2011,
309)
menyatakan bahwa Total Asset
Turnover merupakan rasio yang
menunjukkan
perputaran
total
aktiva diukur dari volume penjualan
perusahaan,
seberapa
jauh
Edison
kemampuan
semua
aktiva
menciptakan penjualan. Semakin
tinggi nilai TAT maka perusahaan
semakin efisien dalam beroperasi
yang membuat perusahaan semakin
mampu memenuhi business cost
dan financial cost, yang akan
menurunkan resiko perusahaan dan
meningkatkan
peringkat
obligasinya.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan
oleh
Magreta
dan
Nurmayanti (2009) menunjukkan
bahwa
total
asset
turnover
berpengaruh
positif
terhadap
peringkat obligasi. Hasil penelitian
ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kors
et al. (2012) yang menemukan
bahwa total asset turnover tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
Ha5 : total asset turnover
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Pemilihan
sampel
pada
penelitian ini dilakukan dengan
metode purposive sampling di
mana prosedur pemilihan sampel
tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan
peringkatnya diumukan berturut-turut oleh PEFINDO dari
tahun 2008-2012
Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI selama 5
tahun berturut-turut dari tahun 2008-2012
Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel
Jumlah data selama 5 tahun penelitian
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti.
Jumlah
12
3
9
45
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Definisi Operasional dan
Pengukurannya
Peringkat obligasi
Variabel dependen pada
penelitian ini adalah peringkat
obligasi
yaitu
simbol-simbol
karakter
berupa
huruf
yang
diberikan oleh agen pemeringkat
yang menggambarkan kualitas dan
risiko
dari
obligasi.
Variabel
dependen ini diukur dengan skala
ordinal dimana dengan skala ini
peneliti
menetapkan
4
nilai
numerik yaitu: 4 untuk rating yang
sama dengan atau lebih dari AA; 3
untuk rating A; 2 untuk rating BBB;
��� �
dan rating yang sama dengan atau
dibawah BB akan ditetapkan
dengan angka 1. Penelitian ini
dilakukan dengan alat uji ordinal
logistic regression.
Return on Equity
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 82), Return on Equity
mengukur tingkat pengembalian
yang diperoleh atas investasi
pemegang saham di perusahaan.
Skala
pada
variabel
ini
menggunakan skala rasio. Return
on Equity diukur dengan rumus
(Gitman dan Zutter 2012, 82):
�������� ��������� ��� ������ ������������
������ ����� ������
Net Profit Margin
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 81), Net Profit Margin
mengukur keuntungan perusahaan
dengan membagi laba setelah
bunga
dan
pajak
(dikurangi
��� ������ ������ �
preferred
dividend)
dengan
penjualan. Skala pada variabel ini
merupakan skala rasio. Net Profit
Margin dihitung dengan rumus
(Gitman dan Zutter 2012, 81):
�������� ��������� ��� ������ ������������
�����
Current Ratio
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 71), Current Ratio mengukur
likuiditas
atau
kemampuan
perusahaan
dalam
melunasi
kewajiban jangka pendeknya pada
������� ����� �
54
November 2014
saat jatuh tempo. Skala pada
variabel ini merupakan skala rasio.
Current Ratio dihitung dengan
rumus (Gitman dan Zutter 2012,
71):
������� ������
������� �����������
ISSN: 1410 -9875
Edison
Long Term Liabilities to Total
Assets
Menurut Raharja dan Sari
(2008), Long Term Liabilities to
Total
Asset
Ratio
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajiban keuangan
jangka panjangnya (lebih dari satu
tahun). Skala pada variabel ini
merupakan skala rasio. Dengan
rumus (Kors, 2012):
���� ���� ����������� �� ����� ������ �
Total Asset Turnover
Menurut Fahmi (2011, 35),
Total Asset Turnover adalah rasio
yang mengukur sejauh mana
keseluruhan aset yang dimiliki oleh
perusahaan mengalami perputaran
secara efektif. Skala pada variabel
ini merupakan skala rasio, dengan
rumus sebagai berikut (Gitman dan
Zutter 2012, 74):
����� ����� �������� �
Hasil Penelitian
Hasil
statistik
deskriptif
sampel penelitian menunjukkan
jumlah sampel yang digunakan
dalam
penelitian
ini,
nilai
Variabel
N
�����
����� ������
minimum, nilai maksimum, nilai
mean dan nilai standar deviasi
masing-masing
variabel.
Hasil
statistik deskriptif dapat dilihat
pada
tabel
berikut:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Mean
Maksimum
Peringkat Obligasi
45 2.866667
Return on Equity
45 0.158835
Net Profit Margin
45 0.007977
Current Ratio
45 2.359043
Long Term Liabilities to 45 0.308585
Total Assets
Total Asset Turnover
45 1.173125
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Variabel
ROE
Limit_2:C(2)
Limit_3:C(3)
Limit_4:C(4)
���� ���� �����������
����� ������
4.000000
0.697419
0.151618
13.65451
0.593379
1.000000
-0.16807
-1.72541
0.841257
0.040658
Standar
Deviasi
1.035725
0.165992
0.267356
2.214342
0.144708
2.362431
0.015799
0.617957
Tabel 3
Uji Hipotesis
Coefficients
8.374277
-1.178795
0.709286
2.042997
Minimum
Prob.
0.0036
Kesimpulan
Berpengaruh
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
NPM
2.946885
-2.155185
-0.426526
0.692524
0.2272
Tidak
Berpengaruh
-0.167788
Limit_2:C(2)
-2.606637
Limit_3:C(3)
-0.948330
Limit_4:C(4)
0.215918
LTLTA
-4.856894
Limit_2:C(2)
-3.765216
Limit_3:C(3)
-1.958274
Limit_4:C(4)
-0.783221
TAT
2.499660
Limit_2:C(2)
0.049136
Limit_3:C(3)
2.382204
Limit_4:C(4)
3.889126
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
0.1387
Tidak
Berpengaruh
0.0181
Berpengaruh
0.0001
Berpengaruh
Limit_2:C(2)
Limit_3:C(3)
Limit_4:C(4)
CR
Model regresi yang digunakan
dalam persamaan ini adalah regresi
ordinal logistik. Nilai Konstanta
dalam regresi diproksikan masingmasing sesuai dengan kategori
peringkatnya. Dalam penelitian ini,
terdapat 4 kategori peringkat
obligasi di mana setelah dilakukan
pengumpulan dan pengolahan data,
ternyata sampel obligasi yang
terkumpul tidak dapat memenuhi
seluruh kategori peringkat. Dari
tabel 3, terlihat bahwa hanya
terdapat 3 kategori peringkat yang
berhasil diprediksi yang berasalah
dari 9 perusahaan manufaktur yaitu
kategori 2, 3, dan 4. (Agresti 2007,
180)
Hasil
Penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
probabilitas variabel return on
equity sebesar 0.0036 lebih kecil
dari alpha 0.05 maka dapat
disimpulkan Ha1 dapat diterima
artinya terdapat pengaruh variabel
return
on
equity
terhadap
peringkat
obligasi
perusahaan
56
November 2014
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hasil
Penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
probabilitas variabel net profit
margin sebesar 0.2272 lebih besar
dari alpha 0.05 maka dapat
disimpulkan Ha2 tidak dapat
diterima artinya tidak terdapat
pengaruh variabel net profit
margin terhadap peringkat obligasi
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012.
Hasil
Penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
probabilitas variabel current ratio
sebesar 0.1387 lebih besar dari
alpha 0.05 maka dapat disimpulkan
Ha3 tidak dapat diterima artinya
tidak terdapat pengaruh variabel
current ratio terhadap peringkat
obligasi perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012.
Hasil
Penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
ISSN: 1410 -9875
Edison
probabilitas variabel long term
liabilities to total assets sebesar
0.0181 lebih kecil dari alpha 0.05
maka dapat disimpulkan Ha4 dapat
diterima artinya terdapat pengaruh
variabel long term liabilities to
total assets terhadap peringkat
obligasi perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012.
Hasil
Penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
probabilitas variabel total asset
turnover sebesar 0.0001 lebih kecil
dari alpha 0.05 maka dapat
disimpulkan Ha5 dapat diterima
artinya terdapat pengaruh variabel
total asset turnover terhadap
peringkat
obligasi
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hasil
persamaan
ordinal
logistic regression secara simultan
pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Analisis Koefisien Regresi H6
Variable
Coefficient
Prob
ROE
3.081012
0.3426
NPM
1.824347
0.4684
CR
-0.216307
0.1340
LTLTA
-4.932256
0.0470
TAT
1.385814
0.1052
LIMIT_2:C(6)
-3.068769
LIMIT_3:C(7)
-0.395241
LIMIT_4:C(8)
1.203803
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Kategori 2 memiliki persamaan regresi sebagai berikut:
Logit [P(Y ≤ j)] = ‐3.068769 + 3.081012 ROE + 1.824347 NPM – 0.216307 CR ‐
4.932256 LTLTA + 1.385814 TAT+ e
Arti dari persamaan regresi
kategori 2 di atas adalah sebagai
berikut:
C = -3.068769
artinya
jika
variabel ROE, NPM, CR,
LTLTA, dan TAT adalah nol,
maka
variabel
peringkat
obligasi bernilai -3.068769.
artinya
jika
β1 = 3.081012
variabel ROE naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
3.081012.
artinya
jika
β2 = 1.824347
variabel NPM naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.824347.
artinya
jika
β3 = -0.216307
variabel CR naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan turun sebesar
0.216307.
artinya
jika
β4 = -4.932256
variabel LTLTA naik satu
satuan,
maka
variabel
peringkat obligasi akan turun
sebesar 4.932256.
artinya
jika
β5 = 1.385814
variabel TAT naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.385814.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Kategori 3 memiliki persamaan
regresi sebagai berikut:
Logit [P(Y ≤ j)] = ‐0.395241 +
3.081012 ROE + 1.824347 NPM
– 0.216307 CR - 4.932256
LTLTA + 1.385814 TAT+ e
Arti dari persamaan regresi kategori
3 di atas adalah sebagai
berikut:
C = -0.395241
artinya
jika
variabel ROE, NPM, CR,
LTLTA, dan TAT adalah nol,
maka
variabel
peringkat
obligasi bernilai -0.395241.
artinya
jika
β1 = 3.081012
variabel ROE naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
3.081012.
artinya
jika
β2 = 1.824347
variabel NPM naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.824347.
artinya
jika
β3 = -0.216307
variabel CR naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan turun sebesar
0.216307.
artinya
jika
β4 = -4.932256
variabel LTLTA naik satu
satuan,
maka
variabel
peringkat obligasi akan turun
sebesar 4.932256.
artinya
jika
β5 = 1.385814
variabel TAT naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.385814.
Kategori 4 memiliki persamaan
regresi sebagai berikut:
Logit [P(Y ≤ j)] =
1.203803 +
3.081012 ROE + 1.824347 NPM
– 0.216307 CR - 4.932256
LTLTA + 1.385814 TAT+ e
58
November 2014
Arti dari persamaan regresi kategori
4 di atas adalah sebagai
berikut:
C = 1.203803
artinya
jika
variabel ROE, NPM, CR,
LTLTA, dan TAT adalah nol,
maka
variabel
peringkat
obligasi bernilai 1.203803.
artinya
jika
β1 = 3.081012
variabel ROE naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
3.081012.
artinya
jika
β2 = 1.824347
variabel NPM naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.824347.
artinya
jika
β3 = -0.216307
variabel CR naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan turun sebesar
0.216307.
artinya
jika
β4 = -4.932256
variabel LTLTA naik satu
satuan,
maka
variabel
peringkat obligasi akan turun
sebesar 4.932256.
artinya
jika
β5 = 1.385814
variabel TAT naik satu satuan,
maka
variabel
peringkat
obligasi akan naik sebesar
1.385814.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis
dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah return on
equity, long term liabilities to
total assets, dan total asset
turnover berpengaruh terhadap
peringkat obligasi. Sedangkan net
profit margin dan current ratio
tidak
berpengaruh
terhadap
peringkat obligasi.
ISSN: 1410 -9875
Beberapa
keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
pertama, terbatasnya perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang menggunakan
jasa
PT.
PEFINDO
untuk
memeringkatkan obligasi mereka
sehingga data yang dihasilkan masih
terbatas.
Kedua,
Terbatasnya
variabel di dalam penelitian di
mana
hanya
menggunakan
5
variabel saja yaitu return on
equity, net profit margin, current
ratio, long term liabilities to total
assets, dan total asset turnover.
Edison
Berdasarkan
keterbatasan
yang ada maka penulis memberikan
beberapa rekomendasi, antara lain
yaitu
pertama,
penelitian
selanjutnya diharapkan tidak hanya
menggunakan hasil peringkat dari
PT. PEFINDO tetapi juga hasil
peringkat
dari
perusahaan
pemeringkatan yang lain seperti
Fitch Rating dan Kasnic Credit
Rating.
Kedua,
penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
menambah variabel-variabel lain
selain variabel rasio keuangan
misalnya variabel cash flow, umur
obligasi, atau jaminan obligasi.
REFERENSI
Agresti, Alan. 2007. An Introduction to Categorical Data Analysis. New Jersey:
John Willey&Sons.
Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial
Management. 2010. Singapore: Cengage Learning.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia
(Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. England: Pearson.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Kilapong, Greacee Janly Victoria, Lulu Setiawati. 2012. The Effect of
Accounting and Non-Accounting information to the Rating of Company’s
Bond. 6th Asian Business Research Conference, Bangkok.
Kleinbaum, David G., Mitchel Klein. 2010. Logistic Regression. New York:
Springer.
Kors, Murat, Ramazan Aktas, M. Mete Doganay. 2012. Predicting the Bond
Ratings of S&P 500 Firms. The IUP Journal of Applied Finance. Vol. 18,
No.4.
Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non
AKuntansi. Jurnal Bisnis dan akuntansi. Universitas Riau.
Manurung, Adler H., Desmon Silitonga, Wilson R. L. Tobing. 2008. Hubungan
Rasio-Rasio Keuangan dengan Rating Obligasi. Jurnal Keuangan.
Miller, Merton H. 1977. Debt and Taxes. The Journal of Finance. Vol. 32, No.
2.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Raharja dan Sari P. S. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi. Jurnal Maksi. Vol. 8 No. 2: 212-232.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Weygandt, Jerry, Paul Kimmel, and Don Kieso. 2013. Financial Accounting
IFRS Edition. New York: John Wiley and Sons.
Zubir, Zalmi. 2012. Portofolio Obligasi. Jakarta: Salemba Empat.
60
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 61-74
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG
ELIZABETH LINANDI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence of the
presence or influence of independent variables on the dependent variable.
Independent variables used are dividend policy, institutional ownership,
managerial ownership, firm size, growth, profitability, and asset structure,
while the dependent variable of the study is the debt policy. The object of
research used in this study is number of companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) from the year 2011 to the year 2013, amounting to 125
companies. A total of 38 companies were selected as sample obtained by
using purposive sampling method. This study uses multiple regression studies.
Based on the analysis of data, it is known that there are influence
institutional ownership, firm size, growth, profitability, and asset structure
to the debt policy. Other results also found that there was no effect of
dividend policy and managerial ownership of the debt policy.
Keywords:
Debt Policy, Dividend Policy, Institutional Ownership, Managerial
Ownership, Profitability, Asset Structure
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel
independen yang digunakan adalah kebijakan dividen, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan,
profitabilitas, dan struktur aset, sedangkan variabel dependen dari
penelitian ini adalah kebijakan hutang. Objek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2011 ke tahun 2013, sebesar 125 perusahaan.
Sebanyak 38 perusahaan yang dipilih sebagai sampel diperoleh dengan
menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa
terdapat pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan,
pertumbuhan, profitabilitas, dan struktur aktiva terhadap kebijakan utang.
Hasil lainnya juga menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh kebijakan
dividen dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang.
Kata kunci: Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Struktur Aset
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN
Perusahaan-perusahaan tidak
hanya
berjuang
menghadapi
kuatnya persaingan, tetapi juga
menghadapi
kendala
dalam
kebutuhan dana yang bahkan
seringkali jumlahnya tidak sedikit.
Ketersediaan sumber dana akan
sangat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan serta kekuatan
perusahaan untuk berkembang.
Keberadaan manajer bagi
perusahaan
sangatlah
penting,
karena selain menjadi pihak yang
dipercaya
dalam
mengambil
keputusan bagi operasional dan
pengelolaan perusahaan, manajer
juga diberi wewenang untuk
mengambil keputusan dalam bidang
keuangan/ pendanaan perusahaan.
Dalam hal kebijakan tersebut,
manajer
haruslah
berhati-hati
dalam mempertimbangkan dan
menganalisis
sumber-sumber
pendanaan
tersebut
sebagai
pengambilan keputusan pendanaan
karena
masing-masing
sumber
pendanaan
memiliki
dampak
finansial yang berbeda. Oleh karena
itu, manajer sebagai orang yang
diberi wewenang dan kepercayaan
untuk mengatur dan membuat
keputusan pendanaan yang tepat
bagi perusahaan, harus tahu dan
memahami segala sifat, biaya dan
konsekuensi/ risiko dari sumber
pendanaan itu.
Sumber
dana
bagi
perusahaan dapat diperoleh dari
dalam perusahaan (internal) dan
dari luar perusahaan (external).
Sumber
dana
dari
dalam
perusahaan merupakan sumber
dana yang didapatkan dari dalam
perusahaan itu sendiri. Dana ini
didapatkan dari laba ditahan, dan
dana dari pemilik perusahaan.
62
November 2014
Sedangkan sumber dana dari luar
perusahaan merupakan sumber
dana yang berasal dari luar
perusahaan.
Dana
ini
bisa
didapatkan dari bank, investor, dan
kreditur
yang
didapat
dari
pembentukan
hutang
atau
penerbitan saham. Pada umumnya,
hutang jangka panjang digunakan
untuk kegiatan ekspansi perusahaan
karena
merupakan
kewajiban
perusahaan yang berjumlah besar
serta memiliki waktu yang panjang
(lebih dari satu tahun).
Keputusan pendanaan dapat
dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan
kebijakan hutang. Kebijakan hutang
adalah kebijakan yang diambil oleh
manajer dalam rangka memperoleh
sumber pendanaan bagi perusahaan
untuk
membiayai
aktivitas
operasionalnya. Kebijakan hutang
penting karena berkaitan dengan
komposisi hutang perusahaan dan
berfungsi
untuk
menentukan
kemampuan perusahaan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya
serta dapat menjadi alat penilaian
terhadap kinerja manajemen dalam
melakukan
tugasnya
dengan
membayarkan pokok pinjaman dan
bunga karena hal tersebut akan
mempengaruhi struktur modal.
Keputusan pendanaan juga harus
sesuai
dengan
tujuan
utama
perusahaan yaitu, meningkatkan
dan memaksimalkan kemakmuran
para pemegang saham perusahaan
selain
untuk
memaksimalkan
keuntungan.
Kebijakan
hutang
akan
menimbulkan biaya hutang yang
dapat
meningkatkan
risiko
keuangan (financial), di mana jika
perusahaan tidak mampu melunasi
hutang tersebut, kewajiban itu
tetap ada dan harus dibayar.
ISSN: 1410 -9875
Semakin besar penggunaan hutang
oleh perusahaan, maka beban
bunga dan pokok pinjaman yang
harus dibayar juga semakin besar.
Namun, menghindari hutang dan
hanya menggunakan dana internal
yang
jumlahnya
kecil
akan
mengurangi
kesempatan
perusahaan untuk berkembang dan
memperoleh keuntungan sesuai
harapan.
Penelitian ini membahas
faktor
kebijakan
dividen,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, serta
struktur aset sebagai variabel
independen.
Penelitian
ini
merupakan replikasi dari jurnal
penelitian Santosa dan Nugroho
(2014).
Perbedaan
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
bahwa
penelitian
sebelumnya
hanya menggunakan tiga variabel
independen
yaitu,
kebijakan
dividen, kepemilikan institusional,
dan kepemilikan manajerial, serta
tiga variabel kontrol yaitu, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, dan profitabilitas.
Sedangkan dalam penelitian ini,
penulis menjadikan tiga variabel
kontrol tersebut sebagai variabel
independen. Selain itu, penulis juga
menambahkan
satu
variabel
independen lainnya, yaitu struktur
aset (Yeniatie dan Destriana, 2010).
Motivasi
dilakukannya
penelitian ini adalah untuk menguji
variabel-variabel
yang
mempengaruhi kebijakan hutang
pada perusahaan publik sektor
manufaktur.
Penelitian
ini
bertujuan untuk mendapatkan bukti
empiris ada atau tidak pengaruh
kebijakan dividen, kepemilikan
institusional,
kepemilikan
Elizabeth Linandi
manajerial, ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan,
profitabilitas, dan struktur asset
terhadap kebijakan hutang.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan
suatu kontrak dimana satu atau
lebih pemilik (principal) menyewa
orang lain (agent) untuk membantu
memenuhi kepentingan mereka
dengan mendelegasikan beberapa
wewenang
untuk
membuat
keputusan agen (Jensen dan
Meckling, 1976 dalam Yeniatie dan
Destriana, 2010). Secara teori,
banyak manajer keuangan setuju
dengan tujuan
memaksimalkan
kekayaan pemilik/ para pemegang
saham. Namun dalam praktiknya,
manajer
juga
berkonsentrasi
dengan
kekayaan
personalnya,
keamanan pekerjaan, serta adanya
harapan balas jasa.
Hal-hal
tersebut
dapat
menyebabkan manajer menjadi
enggan mengambil risiko yang
cukup
tinggi
karena
dapat
membahayakan pekerjaan mereka
atau mengurangi kekayaan mereka
(Gitman dan Zutter, 2012). Perilaku
tersebut
menimbulkan
konflik
kepentingan yang dikenal sebagai
konflik keagenan. Konflik ini terjadi
ketika
manajemen
condong
menyukai investasi yang berisiko
rendah daripada pemegang saham
yang
menginginkan
investasi
berisiko tinggi dengan harapan
pengembalian yang tinggi juga
(Jensen, 1986 dalam Santosa dan
Nugroho, 2014).
Pecking Order Theory
Menurut Gitman dan Zutter
(2012), teori pecking order adalah
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
hierarki pendanaan yang dimulai
dengan laba ditahan, yang diikuti
dengan pendanaan hutang dan
pendanaan
ekuitas
eksternal.
Menurut Siregar (2005) dalam
Steven dan Lina (2011), teori
pecking order memprediksi bahwa
perusahaan lebih mengutamakan
dana internal daripada dana
eksternal
dalam
aktivitas
pendanaan. Teori ini menilai bahwa
perusahaan cenderung memilih
pendanaan sesuai dengan urutan
risiko.
Ide
dasar
teori
ini
sederhana,
yaitu
perusahan
memerlukan dana eksternal jika
dana
internal
yang
dimiliki
perusahaan tidak mencukupi dan
sumber dana yang diutamakan
adalah hutang bukan saham.
Kebijakan
Dividen
terhadap
Kebijakan Hutang
Kebijakan
dividen
merupakan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pembayaran
dividen oleh perusahaan dalam
bentuk menentukan jumlah dividen
yang
akan
dibagikan
kepada
pemegang saham (Rosdini, 2009
dalam Santosa dan Nugroho, 2014).
Dividen merupakan bagian dari laba
yang diterima oleh pemegang
saham yang jumlah dibagikannya
tergantung pada keputusan yang
diambil oleh pemegang saham
dalam rapat umum pemegang
saham (Wiagustini, 2009 dalam
Santosa dan Nugroho, 2014).
Dividen
berkontribusi
dalam
memberikan nilai positif terhadap
peningkatan arus kas di masa depan
dan informasi ini digunakan oleh
investor untuk melakukan kegiatan
investasi di perusahaan, seperti
yang dikemukakan oleh Mursalim
(2009) dalam Santosa dan Nugroho
(2014). Pembayaran dividen akan
64
November 2014
mengurangi arus kas perusahaan.
Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhannya, perusahaan akan
mencari pendanaan alternatif yang
relevan, seperti hutang.
dividen
Ha1 Kebijakan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Kepemilikan
Institusional
terhadap Kebijakan Hutang
Kepemilikan
institusional
berguna
untuk
kegiatan
pengawasan terhadap manajemen
dalam penggunaan dana atau
hutang
perusahaan.
Jika
kepemilikan
institusional
perusahaan lebih tinggi, diharapkan
bahwa
pengendalian
internal
perusahaan akan menjadi lebih
kuat, seperti yang dikemukakan
oleh Djabid (2009) dalam Santosa
dan Nugroho (2014). Kontrol yang
tinggi dari pihak institusional/
kelembagaan
akan
membuat
manajemen
lebih
berhati-hati
dalam penggunaan dana dan hutang
untuk perusahaan. Selain itu,
manajemen
dapat
cenderung
menggunakan hutang pada tingkat
yang
rendah
sebagai
bentuk
antisipasi dari risiko kebangkrutan.
institusional
Ha2 Kepemilikan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Kepemilikan Manajerial terhadap
Kebijakan Hutang
Kepemilikan
manajerial
menunjukkan peran ganda yang
dimiliki oleh manajemen dimana
manajemen juga bertindak sebagai
pemegang
saham
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial
juga
berguna untuk mengurangi konflik
keagenan yang sering terjadi antara
pemegang saham dan manajemen,
karena manajemen juga akan
ISSN: 1410 -9875
berada di posisi sebagai pemegang
saham yang akan menyelaraskan
kepentingan
mereka
sebagai
manajemen dan pemegang saham
(Djabid, 2009 dalam Santosa dan
Nugroho, 2014). Manajemen yang
juga menjadi pemegang saham
tidak ingin mengalami masalah
kesulitan dalam keuangan dalam
perusahaan. Oleh karena itu, untuk
mengurangi risiko, mereka akan
mengurangi
jumlah
hutang
perusahaan. Manajemen juga akan
lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan kebijakan hutang agar
perusahaan
tidak
mengalami
kesulitan
keuangan
atau
kebangkrutan.
manajerial
Ha3 Kepemilikan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Kebijakan Hutang
Sudiyatno dan Sari (2013)
menyatakan bahwa, semakin besar
ukuran perusahaan, akan semakin
besar pula kebutuhan dana suatu
perusahaan. Salah satunya bisa
berasal dari pendanaan eksternal,
yaitu
hutang.
Perusahaanperusahaan
besar
memiliki
keunggulan serta kegiatan yang
lebih dikenal masyarakat daripada
perusahaan
kecil,
sehingga
kebutuhan hutang perusahaan besar
akan
lebih
tinggi
daripada
perusahaan kecil. Selain itu,
semakin besar ukuran perusahaan,
perusahaan lebih transparan dalam
mengungkapkan
kinerja
perusahaan, sehingga perusahaan
lebih
mudah
mendapatkan
pinjaman karena semakin dipercaya
oleh kreditur. Perusahaan besar
lebih mudah mengakses pasar
modal
yang
berarti
bahwa
perusahaan memiliki fleksibilitas
Elizabeth Linandi
dan
kemampuan
mendapatkan
dana. (Wahidahwati, 2002 dalam
Steven dan Lina, 2011).
perusahaan
Ha4 Ukuran
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Pertumbuhan
Perusahaan
terhadap Kebijakan Hutang
Tingkat pertumbuhan suatu
perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan
sedang
melakukan
ekspansi,
dan
kegiatan
ini
membutuhkan dana yang besar.
Menurut Bringham dan Gapensky
(1996) dalam Murni dan Andriana
(2007) dalam Steven dan Lina
(2011), perusahaan yang sedang
tumbuh membutuhkan sumber dana
eksternal yang lebih besar. Oleh
karena itu, perusahaan akan
memenuhi
kebutuhan
pendanaannya dengan berbagai
cara, salah satunya dengan hutang
dan laba ditahan. Perusahaan yang
sedang dalam tingkat pertumbuhan
yang tinggi dari penjualan dan laba,
cenderung menggunakan hutang
sebagai
sumber
pendanaan
eksternal
daripada
dengan
perusahaan
yang
tingkat
pertumbuhannya rendah (Sudiyatno
dan Sari, 2013).
perusahaan
Ha5 Pertumbuhan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Profitabilitas terhadap Kebijakan
Hutang
Profitabilitas merefleksikan
laba untuk pendanaan investasi.
Menurut Ismiyanti dan Hanafi
(2003) dalam Steven dan Lina
(2011), tingkat profitabilitas yang
rendah
menunjukkan
bahwa
perusahaan menggunakan hutang
untuk membiayai operasionalnya,
sebaliknya tingkat profitabilitas
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan
mengurangi
penggunaan hutang. Hal ini karena
perusahaan dengan profitabilitas
tinggi diasumsikan mengalokasikan
sebagian besar keuntungannya pada
laba
ditahan
sehingga
mengandalkan
sumber
dana
internal dan menggunakan hutang
dalam tingkat yang rendah. Namun,
saat
profitabilitas
perusahaan
rendah,
perusahaan
akan
menggunakan hutang yang tinggi
sebagai
mekanisme
transfer
kekayaan antara kreditur kepada
prinsipal (Ismiyanti dan Hanafi,
2003 dalam Steven dan Lina, 2011).
berpengaruh
Ha6 Profitabilitas
terhadap kebijakan hutang.
Struktur Aset terhadap Kebijakan
Hutang
Perusahaan dengan kekayaan
sebagai
jaminan
yang
lebih
fleksibel
akan
cenderung
menggunakan hutang lebih besar
daripada perusahaan yang struktur
aktivanya tidak fleksibel. Brigham
dan Houston (2001) dalam Junaidi
(2006)
dalam
Yeniatie
dan
Destriana (2010) mengemukakan
bahwa perusahaan yang aktivanya
sesuai untuk dijadikan jaminan
kredit
akan
lebih
banyak
menggunakan
hutang
karena
investor akan selalu memberikan
pinjaman
apabila
mempunyai
jaminan. Menurut Yeniatie dan
Destriana (2010), struktur aset
perusahaan
memiliki
pengaruh
positif terhadap kebijakan hutang
���� ����� �
perusahaan
terutama
bagi
perusahaan yang memiliki aktiva
tetap berjumlah besar. Aktiva
tetap tersebut dapat dijadikan
sebagai jaminan oleh manajer
kepada kreditor sehingga manajer
dapat
memperoleh
pinjaman
dengan mudah.
Ha7 Struktur aset berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
METODA PENELITIAN
Populasi
penelitian
ini
meliputi perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011 hingga
2013. Jumlah sampel penelitian ini
adalah sebanyak 38 perusahaan
yang dipilih menggunakan metode
purposive
sampling
yaitu
berdasarkan
kriteria pemilihan
sampel yang dicantumkan dalam
tabel 1.
Kebijakan Hutang merupakan
alat untuk mendisiplinkan manajer
karena manajer harus bekerja lebih
keras untuk membayar hutang dan
bunganya,
seperti
yang
dikemukakan oleh Jensen (1986)
dalam Santosa dan Nugroho (2014).
Proksi kebijakan hutang yang
digunakan
dalam
pengukuran
penelitian ini adalah rasio hutang
(debt ratio). Djabid (2009) dalam
Santosa
dan
Nugroho
(2014)
memberikan
konsep
kebijakan
hutang yang dapat diukur dengan
membagi jumlah hutang jangka
panjang dengan hutang jangka
panjang ditambah ekuitas.
�������� ����
�������� ���� � ������
Kebijakan
Dividen
merupakan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pembayaran
66
November 2014
dividen oleh perusahaan dalam
bentuk menentukan jumlah dividen
yang
akan
dibagikan
kepada
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
pemegang saham (Rosdini, 2009
dalam Santosa dan Nugroho, 2014).
dalam Santosa dan Nugroho, 2014).
Pengukuran ini sama dengan
Kebijakan dividen dapat diukur
pengukuran yang digunakan dalam
dengan
menggunakan
rasio
penelitian Dwi K.S et al. (2012).
pembayaran dividen (Djabid, 2009
��������
�������� ������ ����� �
��� ������ ����� ���
Kepemilikan
Institusional
serta
Djabid
(2009)
dalam
adalah kepemilikan yang dimiliki
Murtiningtyas (2012).
oleh perusahaan investasi, bank,
Menurut Djabid (2009) dalam
perusahaan
asuransi
dan
Murtiningtyas (2012), kepemilikan
kepemilikan institusional lainnya
institusional
menunjukkan
dalam
bentuk
perusahaan
persentase saham yang dimiliki oleh
(Anggarini dan Srimindarti, 2009
pihak institusional pada akhir
dalam Santosa dan Nugroho, 2014).
tahun. Kepemilikan institusional
Pengukuran ini sama dengan
diukur dengan pembagian jumlah
pengukuran yang digunakan dalam
saham
yang
dimiliki
oleh
penelitian Dwi K.S et al. (2012)
institusional dengan jumlah saham
yang beredar.
��� ������ �� ������ ����� �� ��� �����������
������������� ��������� �
����� ����������� ������
Kepemilikan
Manajerial
Djabid (2007) juga mengungkapkan
merupakan besarnya kepemilikan
bahwa
ukuran
perusahaan
manajemen yang secara aktif ikut
mencerminkan
besar
kecilnya
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan yang diukur dengan
perusahaan (direktur dan komisaris)
skala rasio dan rumus log total
yang
dapat
diukur
dengan
aktiva.
menggunakan variabel dummy yang
Perusahaan yang besar akan
diwakili dengan angka 0 dan 1
lebih mudah memasuki pasar
(Yeniatie dan Destriana, 2010).
modal, menerima penilaian kredit
Nilai 0 menunjukkan perusahaan
yang tinggi dari bank komersial
yang tidak memiliki kepemilikan
serta membayar tingkat bunga
manajerial dan nilai 1 menunjukkan
lebih rendah pada hutangnya. Hal
perusahaan
yang
memiliki
ini dikarenakan perusahaan besar
kepemilikan
manajerial.
memiliki nilai aktiva yang besar
Pengukuran ini sama dengan
untuk dijadikan jaminan, serta
penelitian yang dilakukan Dwi K.S
tingkat kepercayaan bank juga
et
al.
(2012),
Surya
dan
lebih tinggi (Soesetio, 2008 dalam
Rahayuningsih (2012) serta Steven
Surya dan Rahayuningsih, 2012).
dan Lina (2011).
���� � ��� �� ����� ������
Ukuran
Perusahaan
Pertumbuhan
Perusahaan
merupakan ukuran dari sebuah
dapat diukur dengan menggunakan
perusahaan yang dapat diukur
perbedaan antara aset pada tahun
dengan nilai total aset perusahaan
dipelajari
dan
aset
tahun
(Djabid, 2009 dalam Santosa dan
sebelumnya
dan
dibandingkan
Nugroho, 2014). Dalam penelitian
dengan
total
aset
tahun
Surya dan Rahayuningsih (2012),
sebelumnya
(Anggraini
dan
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Srimindarti, 2009 dalam Santosa
dan Nugroho, 2014). Pengukuran ini
sama dengan pengukuran yang
digunakan Yeniatie dan Destriana
(2010) dalam penelitiannya.
Yeniatie
dan
Destriana
(2010)
menjelaskan
bahwa,
pertumbuhan
perusahaan
merupakan tingkat perubahan total
aset dari tahun ke tahun yang
dapat diukur dengan membagi total
aktiva akhir tahun dengan total
aktiva awal tahun.
������ �
����� ������ ��� � ����� ������ �����
����� ������ �����
Profitabilitas penelitian ini
menggunakan rasio Basic Earning
Power (BEP) yang dihitung dengan
membagi laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dengan total aktiva
(Koh et al., 2014). Djabid (2009)
dalam Santosa dan Nugroho (2014)
juga menyatakan hal yang sama
untuk
mengukur
profitabilitas.
Pengukuran ini sama dengan
pengukuran yang digunakan Dwi K.S
et al. (2012) serta Sartono (2000)
dalam Inneke dan Supatmi (2008)
dalam Steven dan Lina (2011).
Sartono (2000) dalam Inneke
dan Supatmi (2008) dalam Steven
dan Lina (2011) juga menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
Debt =
Debt
Ratio
(proksi
Kebijakan Hutang)
α
= Konstanta
β1-7 = Koefisien regresi masingmasing variabel independen
e
= Variabel residual
DIV
= Kebijakan Dividen
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil uji t pada
tabel 3, nilai signifikan kebijakan
68
November 2014
hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri.
����
������������� �
����� ������
Struktur Aset merupakan
komposisi jumlah aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan yang dapat
diukur dengan membagi aktiva
tetap dengan total aktiva (Yeniatie
dan Destriana, 2010). Pengukuran
ini sama dengan yang digunakan
dalam penelitian Dwi K.S et al.
(2012) dan Harjopranoto (2006)
dalam Steven dan Lina (2011).
Struktur
aset
adalah
penentuan berapa besar jumlah
alokasi
untuk
masing-masing
komponen aktiva baik dalam aktiva
lancar maupun aktiva tetap, seperti
yang dikemukakan oleh Syamsudin
(1985) dalam Mardiana (2005)
dalam Steven dan Lina (2011).
������ �����
����� ��������� �
����� ������
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah model persamaan regresi
berganda.
Persamaan
regresi
penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Debt = α + β1DIV + β2INST + β3MAN +
β4SIZE + β5GRO + β6PROF + β7AST +
e
Deskripsi :
INST
MAN
SIZE
GRO
PROF
AST
= Kepemilikan Institusional
= Kepemilikan Manajerial
= Ukuran Perusahaan
= Pertumbuhan Perusahaan
= Profitabilitas
= Struktur Aset
dividen lebih besar dari 0.05 yaitu
sebesar 0.231, maka hipotesis
alternatif pertama ditolak, yang
berarti bahwa kebijakan dividen
ISSN: 1410 -9875
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Variabel
kebijakan
dividen
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang kemungkinan dikarenakan
informasi kebijakan dividen belum
menjadi dasar bagi perusahaan
dalam
menentukan
kebijakan
hutang. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya
perusahaan
yang
menetapkan kebijakan dividen yang
tetap
dibayarkan
meskipun
perusahaan mendapat keuntungan
rendah atau perusahaan memiliki
hutang.
Nilai signifikan kepemilikan
institusional lebih kecil dari 0.05
yaitu sebesar 0.003, maka hipotesis
alternatif kedua diterima, yang
berarti
bahwa
kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Nilai signifikan kepemilikan
manajerial lebih besar dari 0.05
yaitu sebesar 0.494, maka hipotesis
alternatif ketiga ditolak, yang
berarti
bahwa
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Variabel kepemilikan manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang kemungkinan
dikarenakan
pihak
manajerial
perusahaan manufaktur yang go
public di Indonesia bukanlah
sebagai faktor penentu dalam
pengambilan kebijakan hutang.
Nilai
signifikan
ukuran
perusahaan lebih kecil dari 0.05
yaitu sebesar 0.007, maka hipotesis
alternatif keempat diterima, yang
berarti bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.
Nilai signifikan pertumbuhan
perusahaan lebih kecil dari 0.05
yaitu sebesar 0.009, maka hipotesis
alternatif kelima diterima, yang
Elizabeth Linandi
berarti
bahwa
pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Nilai signifikan profitabilitas
lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar
0.002, maka hipotesis alternatif
keenam diterima, yang berarti
bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Nilai signifikan struktur aset
lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar
0.007, maka hipotesis alternatif
ketujuh diterima, yang berarti
bahwa struktur aset berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah diuraikan,
dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemilikan institusional, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas, dan
struktur
asset
berpengaruh
terhadap
kebijakan
hutang.
Kebijakan dividen dan kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan hutang.
Penelitian
ini
memiliki
beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan
dari
kesempurnaannya.
Adapun
keterbatasan-keterbatasan tersebut
adalah terdapat variabel-variabel
lain yang tidak digunakan dalam
penelitian
yang
juga
dapat
memberikan pengaruh terhadap
kebijakan
hutang,
periode
penelitian yang dilakukan terlalu
singkat yaitu dari tahun 2011
hingga tahun 2013 sehingga tidak
dapat memprediksi kecenderungan
dalam
jangka
panjang,
dan
penelitian hanya mengambil data
dari
perusahaan
manufaktur
sehingga
belum
mencakup
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
keseluruhan jenis perusahaan yang
ada.
Berdasarkan hasil penelitian
dan pengolahan data yang telah
dilakukan,
penulis
memiliki
beberapa
rekomendasi
untuk
mengatasi keterbatasn di atas yang
dapat digunakan bagi penelitian
selanjutnya adalah peneliti perlu
menambahkan
variabel-variabel
lain selain yang digunakan dalam
penelitian ini yang diduga memiliki
pengaruh
terhadap
kebijakan
hutang, seperti risiko bisnis, free
November 2014
cash flow, peluang investasi, dan
non-debt tax shield, peneliti perlu
menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang dari tiga tahun
sehingga hasil penelitian dapat
digunakan untuk analisa jangka
panjang,
dan
peneliti
perlu
memperluas
sampel
penelitian
dengan mengambil data dari
perusahaan yang bergerak di sektor
industri lainnya selain hanya
perusahaan manufaktur agar hasil
penelitian dapat mencerminkan
berbagai jenis industri lain.
REFERENSI
Dwi K.S, Christine, Lidya Agustina, dan Se Tin. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol. 16, No. 2: 1-20.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gitman, Lawrence, J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, Thirteenth Edition. Global Edition. New York: Pearson
Education Limited.
Indahningrum, Rizka P. dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3,
Desember 2009, Hlm. 189-207.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Eugene F. Brigham, and Michael C. Ehrhardt. 2014.
Financial Management Theory and Practice, An Asia Edition.
Singapore: Cengange Learning.
Murtiningtyas, Andhika I. 2012. Kebijakan Deviden, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap
Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2. ISSN
2252-6765.
Santosa, Marcella F. dan Paskah I. Nugroho. 2014. The Effects of Dividend
Policy and Ownership Structure towards Debt Policy. International
Journal of Economics and Finance Studies. Vol. 6, No. 2. ISSN: 13098055.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
70
ISSN: 1410 -9875
Elizabeth Linandi
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, A
Skill-Building, Sixth Edition. West Sussex: Wiley.
Setiana, Esa, dan Reffina Sibagariang. 2013. Pengaruh Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Telaah Akuntansi, Vol. 15, No. 01, Juni 2013, Hlm. 16-33.
Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3,
Desember 2011, Hlm. 163-181.
Sudiyatno, Bambang, dan Septavia M. Sari. 2013. Determinants of Debt Policy:
An Empirical Studying Indonesia Stock Exchange. Educational Research
(ISSN: 2141-5161), Vol. 4, No. 1, PP. 98-108, February 2013.
Surya, Dennys, dan Deasy A. Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan yang
Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 14, No. 3, Desember 2012, Hlm. 213-225.
Tjeleni, Indra E. 2013. Kepemilikan Manajerial dan Institusional Pengaruhnya
terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hlm. 12-139.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi
Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April
2010, Hlm. 1-16.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tabel 1. Pemilihan Sampel
Jumlah
Perusahaan
Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia berturut-turut dari tahun 2011 hingga tahun 2013.
Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai akhir tahun
fiskal 31 Desember.
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dalam satuan mata uang rupiah.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data EBIT dan
EAT positif pada tahun 2011 hingga tahun 2013.
Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama tahun
2011 hingga tahun 2013.
Perusahaan yang tidak memiliki struktur kelembagaan.
Total perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel.
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel untuk penelitian
tahun 2011-2013.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif
Std.
Minimum
N
Mean
Deviation
DEBT
114
0.146087
0. 1347945
0.0154
DIV
114
0.438301
0. 3336837
0.0233
INST
114
0.721716
0. 1749963
0.3222
SIZE
114
12.486656
0. 7548313
10.9913
GRO
114
0.186328
0. 1323540
-0.1216
PROF
114
0.202449
0. 1211936
0.0186
AST
114
0.333341
0. 1720491
0.0507
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20
125
(4)
(26)
(25)
(30)
(2)
38
114
Maximum
0.5379
2.0751
1.0000
14.3304
0.5947
0.5656
0.8303
Tabel 3. Frekuensi untuk Kepemilikan Manajerial
Frequency
Percent
Valid
tidak ada kepemilikan
55
48,2%
manajerial
ada kepemilikan manajerial
59
51,8%
Total
114
100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20
Model Variabel
1
Constant
72
Tabel 4. Hasil Uji t
B
Sig.
-0.257
0.176
DIV
0.043
0.231
INST
-0.193
0.003
Kesimpulan
Ha1 tidak
diterima
Ha2 diterima
ISSN: 1410 -9875
MAN
Elizabeth Linandi
-0.015
0.494
SIZE
0.039
0.007
GRO
0.234
0.009
0.002
PROF
-0.292
AST
0.170
0.007
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20
Ha3 tidak
diterima
Ha4 diterima
Ha5 diterima
Ha6 diterima
Ha7 diterima
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
74
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 75-84
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH CURRENT RTIO, DEBT TO TOTL ASSET, FIRM SIZE,
GROWTH OPPORTUNITY DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG
DAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
ERIKA DJIMENA ARILYN
[email protected]
Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically
the influence of current ratio, debt to total asset, firm size, growth
opportunity and price earning ratio toward dividend payout ratio. This study
was also to compare the result of previous research with this research.
Sample used in this research is industries consumer and goods companies
listed in Indonesia Stock Exchange for period 2008-2013. The purposive
sampling is used as sampling technique to obtain 11 companies met the
criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data
regression with random effect model to test the hypotheses. The result of
this research shows that current ratio, debt to total asset and firm size do
not influence dividend payout ratio, while growth opportunity and price
earning ratio influence dividend payout ratio. In addition, overall the
independent variables influence return on equity simultaneously.
Keywords: Current Ratio, Debt to Total Asset, Firm Size, Growth
Opportunity, Price Earning Ratio and Dividend Payout Ratio.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji empiris terhadap
pengaruh current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity dan
price earning ratio terhadap dividend payout ratio. Sampel dalam penelitian
ini menggunakan perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2013. Sebelas perusahaan dipilih sesuai dengan
kriteria dalam penelitian menggunakan purposive sampling. Data yang
dikumpulkan dianalisa menggunakan deskriptif statistic dan panel data
regresi. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari growth
opportunity dan price earning ratio terhadap dividend payout ratio..
Sementara current ratio, debt to total asset dan firm size terbukti tidak
berpengaruh terhadap dividend payout ratio
Kata Kunci:
Current Ratio, Debt to Total Asset, Firm Size, Growth
Opportunity, Price Earning Ratio and Dividend Payout Ratio.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memiliki
tujuan masing – masing yang ingin
dicapai. Namun, tujuan utama dari
sebuah
perusahaan
adalah
mendapatkan
keuntungan
bagi
perusahaan tersebut. Keuntungan
tersebut dapat diperoleh dari
kegiatan operasional perusahaan.
Untuk dapat memenuhi target
perusahaan,
perusahaan
juga
mengharapkan bantuan dana dari
pihak eksternal untuk mendukung
kegiatan
perusahaan.
Pihak
eksternal yang dimaksud adalah
kreditur
dan
investor.
Pihak
eksternal tersebut, mengharapkan
pula feed back dari perusahaan.
Dividen
yang
diberikan
oleh
perusahaan
diharapkan
oleh
Investor
sedangkan
Kreditur
mengharapkan bunga.
Tujuan investor menanamkan
dananya kepada perusahaan adalah
untuk mendapatkan pengembalian
atau return, yang berupa dividen
maupun dalam bentuk capital gain.
Dividen merupakan informasi yang
memberikan sinyal kepada investor
di pasar modal. Dividen yang
dibayarkan
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan laba dan prospek
yang baik di masa yang akan
datang.
Perusahaan
berusaha
mempertahankan tingkat dividen
yang dibayarkan karena penurunan
dividen akan memberikan sinyal
yang
buruk
(perusahaan
membutuhkan dana). Perusahaan
yang mempunyai fluktuasi laba
tinggi
kemungkinan
juga
mempunyai fluktuasi pembayaran
dividen yang tinggi, hal ini akan
memberikan sinyal yang tidak baik,
khususnya jika dividen turun. Untuk
menghindari hal itu, perusahaan
76
November 2014
yang mempunyai fluktuasi laba
yang
tinggi
(berisiko
tinggi)
biasanya cenderung membayarkan
dividen rendah, agar tidak terjadi
pemotongan dividen apabila laba
perusahaan turun.
Kebijakan dividen terkait
juga dengan hubungan antara
manajer dengan pemegang saham.
Kepentingan pemegang saham dan
manajer
dapat
berbeda
dan
mungkin bisa menimbulkan konflik.
Manajer
cenderung
mengambil
keputusan untuk menginvestasikan
kembali keuntungan yang diperoleh
dengan tujuan agar perusahaan
mengalami pertumbuhan tinggi.
Kepentingan ini seringkali tidak
sejalan dengan keinginan pemegang
saham. Semakin tinggi dividen yang
dibagikan berarti semakin sedikit
laba yang ditahan, akibatnya
menghambat tingkat pertumbuhan
perusahaan dalam pendapatan dan
harga
saham.
Perbedaan
kepentingan antara manajer dan
pemegang saham sangat mungkin
terjadi, karena para pengambil
keputusan tidak perlu menanggung
risiko
sebagai
akibat
adanya
kesalahan
dalam
pengambilan
keputusan bisnis. Begitu pula jika
mereka tidak dapat meningkatkan
nilai perusahaan, risiko sepenuhnya
ditanggung oleh para pemilik.
Karena tidak menanggung risiko dan
tidak mendapat tekanan dari pihak
lain dalam mengamankan investasi
para pemegang saham, maka pihak
manajemen cenderung membuat
keputusan yang tidak optimal,
sehingga menimbulkan masalah
keagenan.
Konflik yang terjadi akan
menimbulkan biaya keagenan. Pada
sudut pandang pemilik, upaya
untuk mengurangi biaya yang
timbul dengan kebijakan dividen.
ISSN: 1410 -9875
Erika Djimena Arilyn
Pembayaran dividen secara tidak
langsung
menghasilkan
proses
monitoring
yang
lebih
dekat
terhadap investasi yang dilakukan
pihak
manajemen.
Tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham,
tetapi
kenyataannya
masalah
keagenan dapat terjadi pada saat
tujuan tersebut diimplementasikan.
Kebijakan dividen suatu perusahaan
dapat dianalisis melalui rasio
pembayaran
dividen
(dividend
payout ratio). Dividend payout
ratio menunjukkan presentase laba
yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas.
Kebijakan dividen yang optimal
adalah kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan antara
dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang yang dapat
memaksimumkan
harga
saham
perusahaan (Bringham dan Houston,
2010:490).
Dalam melakukan investasi
seorang investor selalu melihat
indeks
harga
saham
sebagai
indikator atau tolak ukur untuk
mengamati pergerakan harga dari
sekuritas (Jogiyanto, 2013:101).
Indeks harga saham juga dijadikan
pedoman oleh para investor untuk
melakukan investasi di pasar
modal. Dapat dilihat dibawah ini
mengenai Indeks Harga Saham
Sektoral tahun 2008 hingga 2013:
Tabel 1 Perkembangan indekk sektoral
SEKTOR
2008
2009
Pertanian
918,77 1753,09
Pertambangan 877,68 2203,48
Industri dasar
134,99 273,93
aneka industri
214,94 601,47
Ind.konsumsi
326,84 671,31
Properti
103,49 146,80
Infrastruktur
490,35 238,18
Keuangan
176,33 125,09
Perdagangan
148,33 275,76
Sumber: OJK
Pada tabel 1 diketahui
selama tahun 2008 sampai 2013
harga saham sektor industri barang
dan konsumsi selalu mengalami
kenaikan
dibandingkan
dengan
sektor lainnya. Seiring dengan
peningkatan pada indeks harga
saham tersebut dapat memberikan
sinyal positif kepada para investor
untuk melakukan invetasi di sektor
2010
2011
2012
2013
2181,91 2146,04 2062,94 2139,96
3147,29 2532,38 1863,67 1429,31
381,40
408,27
526,55
480,74
937,55
1311,15 1336,52 1205,01
1058,21 1315,96 1565,88 1782,09
199,96
229,25
326,55
337,00
801,64
699,45
907,52
930,40
459,80
491,78
550,10
540,33
463,12
582,19
740,95
776,79
ini, dimana kenaikan harga saham
sering diikuti dengan kenaikan
dividen (Sjahrial, 2009:313).
Tetapi jika dilihat
dari pergerkan dividend
ratio pada sektor industri
dan konsumsi yang dapat
pada gambar dibawah ini:
dengan
payout
barang
dilihat
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
DPR
80
60
40
DPR
20
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1 Pergerakan dividend Payout Ratio
Sektor Industri Barang dan Konsumsi
Dapat dilihat dari gambar 1
pergerakan dividend payout ratio
pada sektor industri barang dan
konsumsi mengalami penurunan
pada tahun 2008 dan 2013. Dari
data pergerakan index harga saham
menunjukan kemampuan sektor
industri barang dan konsumsi dalam
menghasilkan profit yang cukup
tinggi seharusnya hal tersebut
tercermin dari kinerja perusahaan
yang dapat dilihat dari pembagian
dividen secara rutin dan meningkat.
Namun nilai dividend payout ratio
pada tahun 2008 dan 2013
mengalami penurunan. Dugaan
peningkatan yang cukup tinggi pada
profit
dapat
meningkatkan
pembayaran dividen, tidak selalu
benar jika dilihat dari index harga
saham.
Pada
kenyataannya
dividend payout ratio dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Index hargsa
saham merupakan salah satu faktor
yang diduga dapat berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Untuk itu peneliti ingin meneliti
lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang
memepengaruhi
dividend
payout ratio. Faktor-faktor tersebut
diantaranya Current Ratio, Debt to
Total Asset, Firm Size, Growth
78
Opportunities dan Price Earning
Ratio.
Signaling Theory
Gitman dan Zutter (2012,
534) menjelaskan mengenai teori
sinyal sebagai konsep bahwa
perusahaan dapat mengirimkan
sinyal-sinyal
tertentu
kepada
investor
melalui
keputusan
pendanaan yang dilakukan oleh
pihak
manajemen.
Hal
ini
dikarenakan
pihak
manajemen
mengetahui kondisi dan kinerja
perusahaan yang sebenarnya
Agency Theory
Menurut manurung (2007,
41) dalam Jensen dan Meckling
(1986), mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai suatu kontrak
yang mana satu orang atau lebih
(principal) memperkerjakan orang
lain (agen) untuk menjalankan
aktivitas
perusahaan
dan
mendelegasikan
wewenang
pengambilan keputusan kepada
agen tersebut. Principal adalah
pemegang
saham
yang
menyediakan fasilitas dan dana
untuk menjalankan perusahaan,
ssedangkan agen adalah pengelola
perusahaan
yang
mempunyai
kewajiban untuk mengelola apa
ISSN: 1410 -9875
Erika Djimena Arilyn
yang
diamankan
oleh
para
pemegang
saham
kepadanya.
Principal akan memperoleh hasil
berupa
pembagian
dividen,
sedangkan
agen
memperoleh
berupa gaji, bonus, dan berbagai
macam
kompensasi
lainnya.
Manajer
cenderung
berusaha
mengutamakan
kepentingan
pribadi,
sedangkan
pemegang
saham tidak menyukai kepentingan
pribadi
manajer
karena
hal
tersebut
akan
menambah
cost/biaya bagi perusahaan dan
akan menurunkan keuntungan yang
akan diterima oleh pemegang
saham. Akibat dari perbedaan
itulah maka terjadi konflik yang
biasa disebut agency conflict
Jensen & Meckling (1976) dalam
Susilawati (2000). Untuk mengawasi
dan
mengahalangi
perilaku
opportunis
manajer
maka
pemegang saham harus bersedia
mengeluarkan
cost/biaya
pengawasan tersebut, cost/biaya
tersebut disebut biaya keagenan
atau agency cost.
KERANGKA
TEORITIS
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Dividend
payout
ratio
menurut gitman (2012) adalah
menunjukan
presentase
pendapatan
perusahaan
yang
didistribusikan
kepada
pemilik
dalam bentuk kas atau tunai.
Dividend payout diperoleh dengan
cara membagi dividen per lembar
saham dengan laba per lembar
saham. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dividend payout
ratio yang pertama adalah current
ratio menurut Harahap (2011, 301),
rasio
lancar
atau
current
menunjukan sejauh mana aktiva
lancar
menutupi
kewajiban-
kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan
hutang lancar semakin tinggi
kemmpuan
perusahaan
dalam
menutupi
kewajiban
jangka
pendeknya. Dengan kata lain,
seberapa banyak aset lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh
tempo. Semakin besar current ratio
menunjukkan
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya. Faktor kedua adalah
debt to total asset Menurut
Harahap (2011, 304) Debt to total
asset atau rasio utang atas aktiva
menunjukan sejauh mana hutang
dapat ditutupi oleh aktiva lebih
besar rasionya akan lebih aman.
Bisa juga dibaca berapa porsi
hutang dibanding dengan aktiva.
Supaya aman porsi hutang terhadap
aktiva harus lebih kecil. . Rasio ini
memfokuskan pada sisi kanan atau
kewajiban perusahaan. Tingkat
debt to total asset yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan
menggunakan hutang yang tinggi.
Tingkat hutang yang semakin besar
akan meningkatkan besarnya beban
bunga, yang pada akhirnya akan
mengurangi tingkat keuntungan
perusahaan. Sebaliknya, tingkat
leverage yang kecil menunjukkan
kinerja yang semakin baik, karena
menyebabkan tingkat pengembalian
yang tinggi.
Faktor ketiga adalah firm
size Menurut Karjono (2010, 39),
Perusahaan yang lebih besar dan
berkembang akan memiliki akses
yang mudah menuju pasar modal,
sementara perusahaan yang baru
dan masih kecil akan mengalami
banyak kesulitan untuk menuju
akses
menuju
pasar
modal.
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Kemudahan akses ke pasar modal
berarti
fleksibilitas
dan
kemampuannya untuk memperoleh
dana yang lebih besar, sehingga
perusahaan mampu memiliki rasio
pembayaran deviden yang lebih
tinggi daripada perusahaan yang
masih kecil. Ukuran perusahaan
dapat di ukur oleh natural log
asset. Faktor ke empat yaitu
growth opportunitis Maladjian and
Khoury dalam (2014, 244) dalam
(Chang & Rhee, 1990), Kesempatan
pertumbuhan
adalah
ketika
perusahaan berkembang pesat,
maka perusahaan akan semakin
membutuhkan
dana
untuk
membiayai
ekspansi
dan
perusahaan
lebih
baik
mempertahankan
penghasilannya
daripada membayar dividen. Dan
faktor kelima adalah price earning
ratio menurut Gitman dan Zutter
(2012, 82), Price earning ratio
adalah perhitungan seberapa besar
jumlah yang ingin dibayarkan oleh
investor terhadap satu dolar
penghasilan perusahaan. Semakin
tinggi nilai price earning ratio,
membuat pasar semakin ingin
membayar pendapatan tersebut.
Berdasarkan
faktor-faktor
yang mempengaruh dividend payout
ratio tersebut, maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H01 : tidak terdapat pengaruh
current ratio terhadap dividend
payout ratio
Ha1 : terdapat pengaruh current
ratio terhadap dividend payout
ratio
H02 : tidak terdapat pengaruh debt
to total asset terhadap dividend
payout ratio
80
November 2014
Ha2 : terdapat pengaruh debt to
total asset terhadap dividend
payout ratio
H03 : tidak terdapat pengaruh firm
size terhadap dividend payout ratio
Ha3 : terdapat pengaruh firm size
terhadap dividend payout ratio
H04 : tidak terdapat pengaruh
growth
opportunity
terhadap
dividend payout ratio
Ha4 : terdapat pengaruh growth
opportunity
terhadap
dividend
payout ratio
H05 : tidak terdapat pengaruh price
earning ratio terhadap dividend
payout ratio
Ha5 : terdapat pengaruh price
earning ratio terhadap dividend
payout ratio
H06 : tidak terdapat pengaruh
antara current ratio, debt to
total asset, firm size, growth
opportunity dan price earning
ratio
secara bersama-sama
terhadap dividend payout
ratio
Ha6 : terdapat pengaruh antara
current ratio, debt to total
asset, firm size, growth
opportunity dan price earning
ratio secara bersama-sama
terhadap dividend payout
ratio
METODA PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah
perusahaan industri barang dan
konsumsi yang terdaftar dibursa
efek jakarta dari tahun 2008
sampai 2013. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu populasi yang
dijadikan sampel penelitian ini
adalah populasi yang memenuhi
kriteria tertentu sesuai dengan
penelitian. Sampel penelitian ini
adalah perusahaan industri barang
ISSN: 1410 -9875
dan konsumsi yang membayar
dividen
tunai
berturut-turut,
menyediakan laporan keuangan
secara lengkap dan terdaftar di
bursa
efek
indonesia selama
periode
2008
sampai
2013.
Berdasarkan kriteria terdapat 11
perusahaan yang menjadi sampel
dalam
penilitian
ini.
Pada
penelitian ini seluruhnya adalah
data sekunder, data sekunder
merupakan data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung
atau melalui media perantara.
Penelitian ini di analisis dengan
Erika Djimena Arilyn
menggunakan
model
regresi
berganda linear dengan persamaan
sebagai berikut:
DPR = b0 + b1CR + b2DTA + b3SZ +
b4GO + b5PER + eit
HASIL PENELITIAN
Sebelum pengujian regresi,
dilakukan
pengujian
asumsi
multikoinearitas
dan
heteroskedastisitas. Hasil pengujian
untuk uji multikolinearitas dapat
dilihat pada tabel 2 sebagai berikut
:
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas
SZ
GO
PER
CR
DTA
CR
1.000000 -0.780723 -0.377092 -0.158149 -0.239753
DTA
-0.780723 1.000000
0.333135
0.134033
0.427953
SZ
-0.377092 0.333135
1.000000 -0.114991 0.030615
GO
-0.158149 0.134033 -0.114991 1.000000 -0.031982
PER
-0.239753 0.427953
0.030615 -0.031982 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Software Eviews-7
Multikolinearitas
terjadi
variabel independen dalam model
ketika hubungan antara variabel
regresi. Dan data pada tabel 2 tidak
independen lebih besar daripada
ada yang terjadi multikolinearitas.
0.85. Data yang baik pada model
Berikut ini adalah hasil pengujian
regresi menunjukan bahwa tidak
heteroskedastisitas pada tabel 3
terdapat multikolinearitas atau
sebagai berikut :
tidak terdapat hubungan antar
Tabel 3 Hasil Heteroskedastisitas
t-Statistic
Prob.
Variable
Coefficient
C
-5.619393
-1.356494
0.1800
CR
-0.106640
0.971552
0.3352
DTA
1.393621
0.859764
0.3933
SZ
0.215456
1.551664
0.1260
GO
0.103798
0.113149
0.9103
PER
-0.004419
-0.229698
0.8191
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Software Eviews-7
Berdasarkan Tabel 3 diatas,
dapat dijelaskan variabel current
ratio
(CR)
memiliki
nilai
probabilitas 0.3352, variabel debt
to total asset (DTA) memiliki nilai
probabilitas 0.3933, variable Firm
Size (SZ) memiliki nilai probabilitas
0.1260,
variabel
Growth
Opportunity (GO) memiliki nilai
probabilitas 0.9103, dan variabel
price earning ratio (PER) memiliki
nilai probabilitas 0.8191.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Semua variabel independen
current ratio, debt to total asset,
firm size, growth opportunity dan
price earning ratio memiliki nilai
probabilitas lebih besar dari alpha
(0.05), berarti tidak terdapat
heteroskedasitas.
Dengan
menggunakan uji Glejser dapat
disimpulkan
tidak
terdapat
heteroskedastisitas dalam model
regresi.
Pada tabel 4 terlihat bahwa
koefisien determinasi (adjusted R
square) pada hasil pengujian adalah
0.302758 dapat diartikan bahwa
November 2014
30.2758% variasi variabel dividend
payout ratio (DPR) dapat dijelaskan
oleh variasi variabel current ratio
(CR), debt to total asset (DTA),
firm size (SZ), growth opportunity
(GO) dan price earning ratio (PER)
dan sisanya sebesar 69.7242%
dijelaskan oleh variasi variabel lain
yang tidak termasuk dalam model
regresi. Nilai signifikan sebesar
0,000055 untuk uji F menunjukan
bahwa
model
regresi
dapat
menjelaskan pengaruh variabel
independen
terhadap
variabel
dependen.
Tabel 4 hasil pengujian hipotesis
t-statistik
Prob
variabel
Coefficient
konstanta
0.505081
4.440692
0.0000
CR
-0.003004
-0.125017
0.9009
DTA
0.070840
0.217305
0.8287
SZ
-0.016506
-0.329241
0.7430
GO
-0.419353
-2.658487
0.0099
PER
0.017782
4.830744
0.0000
Adjusted R2 0.302758 F5,60 2,37 prob(F-statistic) 0.000055
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis pada tabel 4 menunujan
bahwa tidak terdapat pengaruh
yang siginifikan current ratio
terhadap dividend payot ratio,
dengan nilai signifikan sebesar
0.9009 lebih besar dari 0,05,
berarti H1 TIdak dapat diterima.
Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan debt to total asset
terhadap dividend payout ratio,
dengan nilai signifikan 0,8287 lebih
besar dari 0,05, berarti H2 tidak
dapat diterima. Tidak terdapat
pengaruh yang signifikan firm size
terhadap dividend payout ratio,
dengan nilai signifikan 0,7430,
berarti H3 tidak dapat diterima.
Terdapat pengaruh yang signifikan
growth
opportunity
terhadap
82
dividend payout ratio dengan nilai
signifikan 0.0099, berarti H4 dapat
diterima. Terdapat pengaruh yang
signifikan price earning ratio
terhadap dividend payout ratio
dengan nilai signifikan 0,0000,
berarti H5 dapat diterima.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis
dapat
diperoleh
kesimpulan sebagai berikut tidak
terdapat pengaruh yang signifikan
current ratio, debt to total asset
dan firm size terhadap dividend
payout ratio, terdapat pengaruh
yang signifikan growth opportunity
dan price earning ratio terhadap
dividend payout ratio. Beberapa
ISSN: 1410 -9875
saran yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya. Pertama
Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menambah periode waktu
untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih akurat dan memperluas
perusahaan ke scope yang lebih
luas, kedua Penelitian selanjutnya
Erika Djimena Arilyn
diharapkan
dapat
menambah
beberapa
variabel
dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
Terakhir, Penelitian selanjutnya
sebaiknya
mempertimbangkan
sampel yang lebih luas. Hal ini
bertujuan agar simpulan yang
dihasilkan nanti memiliki cakupan
REFERENSI
Ahmad, Nazir Gatot and Wardani Vina Kusuma. 2014. The Effect Of
Fundamental Factor To Dividend Pollicy: Evidence In Indonesia Stock
Exchange. International Journal of Business and Commerce. Vol. 4, No.
02, Hal 14-25.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams. 2011. Statistics
for Business and Economics, 11th edition. International Edition. SouthWestern Cengage Learning.
Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial
Management. 2010. Singapore: Cengage Learning.
Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Indeks Produksi Industri
Manufaktur Besar dan Sedang.
Detiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan akuntansi. Vol. 11, No. 1, Hal 57-64.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. England: Pearson.
Gujarati, Demodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Hardinugroho, Agung and Chabachib. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2010. Diponegoro Journal Of Management.
Vol.1, No.1, hlm 1-11.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2011. Metode Penelitian Bisnis Unttuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika & Bisnis
UGM.
Indonesian Commercial Newsletter. 2010. Saatnya Investasi Di Sektor
Manufaktur Bangkit.
Karjono, Albertus & Rony Frans Donal Matondang. 2010. Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang
terdaftar di BEI. Vol. 13, No.1.
Lopolusi, Ita. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2011.
Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya. Vol. 2, No.1.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Maladjian, Christopers & Khoury, Rim el. 2014. Determinants Of The Dividend
Policy: An Empirical Study on The Lebanese Listed Bank. International
Journal of Economic and Finance. Vol. 6, No.4.
Mehta, Anupam. 2012. An Empirical Analysis of Determinants of Dividend
Policy-Evidence from the UAE Companies. Global Review of Accounting
and Finance. Vol. 3, No. 1, Hal 18-31.
Pribadi, Anggit Satri dan Sampurno, R. Djoko. 2012. Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership dan Return On
Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal Of
Management. Vol. 1, No. 1, Hal 212-211.
Prawira et al. 2014. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Dan ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Vol. 15. No.1.
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2009. Investment Analysis and Portofolio
Management, 8th Ediation. USA: Thomson South-Western.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Smart, Scott B and Graham, John. 2012. Introduction to Financial
Management. Edition Third. South Western.
Swastyastu et al. 2014. Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend
Payout Ratio Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Vol.2 No.1.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta
: Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Weygandt, Jerry, Paul Kimmel, and Don Kieso. 2011. Financial Accounting
IFRS Edition. New York: John Wiley and Sons.
White et al. 2003. The Analysis and Use Financial Statement. Edition third.
Referensi Web :
http://www.ojk.go.id/desember-minggu-4-2013
84
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 85-100
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE
EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN
DI BURSA EFEK INDONESIA
DEASY ARYANTI RAHAYUNINGSIH
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to test and analyze the influence
of debt to equity ratio, earnings growth, dividend payout ratio, return on
equity, firm size, inventory turnover, and current ratio towards price earning
ratio. This research was using sixty seven non-financing companies in
Indonesia Stock Exchange during 2009 until 2012. The data are collected using
purposive sampling method. The analysis and decision making about the
hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research
indicate that debt to equity ratio, dividend payout ratio, and inventory
turnover do not influence price earning ratio. Otherwise, earnings growth,
return on equity, firm size, and current ratio have an influence toward price
earning ratio.
Keywords: Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Earnings Growth,
Dividend Payout Ratio, Return on Equity, Firm Size
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh rasio hutang terhadap ekuitas, pertumbuhan laba, rasio
pembayaran dividen, return on equity, ukuran perusahaan, perputaran
persediaan, dan rasio lancar terhadap price earning ratio. Penelitian ini
menggunakan 67 perusahaan non - keuangan di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2009 hingga 2012. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan tentang
hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rasio hutang terhadap ekuitas, rasio pembayaran
dividen, dan perputaran persediaan tidak mempengaruhi price earning ratio.
Namun, pertumbuhan laba, return on equity, ukuran perusahaan, dan rasio
lancar memiliki pengaruh terhadap price earning ratio.
Kata kunci:
Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Laba,
Dividen Payout Ratio, Return on Equity, Ukuran Perusahaan
PENDAHULUAN
kepala dari bursa saham NASDAQ.
Pada tahun 1960, ia membangun
sebuah firma Wall Street dengan
nama Bernard L. Madoff Investment
Bernard Lawrence Madoff
adalah pengusaha sekaligus mantan
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Securities LLC dan di firma tersebut
ia menjabat sebagai direktur
sampai tanggal 11 Desember 2008,
karena ia ditahan dan didakwa atas
penipuan sekuritas. Setelah sekian
lama akhirnya pada tanggal 12
Maret 2009, Madoff mengaku
bersalah atas 11 tuduhan kejahatan
menipu ribuan investor melalui
skema Ponzi secara besar-besaran.
Skema Ponzi adalah suatu
sistem investasi palsu dimana
perusahaan investasi membayar
keuntungan atau bunga kepada
investor dari uang si investor itu
sendiri, atau dari uang investor
berikutnya. Dikatakan palsu, karena
dana yang dihimpun dari investor
tidak pernah ia digunakan untuk
membiayai usaha tertentu untuk
menghasilkan keuntungan. Pada
investasi
ini
menawarkan
keuntungan yang luar biasa dalam
waktu singkat dengan risiko yang
sangat kecil.
Akhir dari kejadian ini
biasanya modal yang ditanamkan
para investor lenyap, karena
dilarikan
oleh
Direktur
atau
siapapun dari perusahaan investasi
yang
bersangkutan.
Untuk
meminimalisir
risiko
terhadap
penipuan investasi sebaiknya para
investor terlebih dahulu mengenal
perusahaan
yang
akan
diinvestasikan. Menurut Sukamdiani
(2008), investor dalam mengambil
keputusan investasi yang baik
terhadap suatu perusahaan harus
terlebih dahulu melakukan analisis
kinerja perusahaan tersebut.
Menurut Suharli dan Arisandi
(2009), kinerja perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan
perusahaan. Di dalam laporan
keuangan
terdapat
informasi
mengenai earnings yang dihasilkan
perusahaan, dimana earnings dapat
86
November 2014
mereflesikan proses peningkatan
ekuitas dari berbagai sumber
transaksi kecuali transaksi dengan
pemegang saham dalam suatu
periode tertentu. Menurut Hayati
(2010), selain informasi laba
investor juga biasanya mencari
informasi yang berkaitan dengan
dinamika harga saham suatu
perusahaan untuk menilai apakah
saham tersebut layak untuk dipilih.
Menurut Sunariyah (2004),
terdapat dua pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis harga
saham yaitu analisis teknikal dan
analisis
fundamental.
Analisis
teknikal (technical analysis) adalah
analisis
yang
menggunakan
pergerakan harga saham di masa
lalu untuk memprediksi harga
saham di masa yang akan datang.
Sedangkan, analisis fundamental
berfokus pada nilai intrinsik suatu
saham dan mempertimbangkan
tingkat risiko yang akan timbul
terhadap investasi saham tersebut.
Menurut Kurniawan et al
(2013), untuk melakukan analisis
fundamental
investor
dapat
menggunakan data yang berasal
dari
keuangan
perusahaan,
misalnya: laba, dividen yang
dibayar, penjualan, dll. Terdapat
dua pendekatan fundamental yang
biasa digunakan dalam menilai
saham, yaitu pendekatan harga
laba (price earning ratio) dan
pendekatan nilai sekarang (present
value approach). Dari kedua
pendekatan tersebut yang sangat
populer dan dikenal dibanyak
negara adalah pendekatan Price
Earning Ratio (PER).
Adapun motivasi peneliti
melakukan penelitian mengenai
price earning ratio adalah untuk
dapat
menganalisa
kinerja
perusahaan dalam menjalankan
ISSN: 1410 -9875
kegiatan operasinya dimana hal
tersebut
akan
mempengaruhi
keputusan investasi yang dilakukan
investor. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Ayundhasurya dan
Murtaqi
(2012)
dengan
menambahkan beberapa variabel
independennya. Dalam penelitian
Ayundhasurya dan Murtaqi (2012)
menggunakan tiga indikator yang
dianggap
mempengaruhi
price
earning ratio perusahaan, yaitu:
debt to equity ratio, earnings
growth, dan dividend payout ratio.
Namun, variabel independen yang
dimasukkan
dalam
penelitian
tersebut tidak banyak sehingga
informasi yang diberikan dinilai
kurang
membantu
investor
mengenai price earning ratio
perusahaan. Oleh karena itu,
penelitian
ini
mencoba
menambahkan
variabel-variabel
lainnya
yang
mungkin
dapat
memperjelas faktor-faktor yang
mempengaruhi price earning ratio.
Penelitian ini berbeda dari
penelitian
sebelumnya
dalam
beberapa hal yaitu penambahan
variabel baru yang dimasukkan
dalam penelitian ini adalah return
on equity yang mengacu pada
penelitian Lusiana dan Chabachib
(2009), dimana pada rasio return
on
equity
digunakan
untuk
mengukur efektivitas manajemen
perusahaan
berdasarkan
hasil
pengembalian yang dihasilkan dari
penjualan
dan
investasi.
Selanjutnya, variabel firm size yang
mengacu pada penelitian Arisona
(2013), dimana firm size turut
menentukan
tingginya
tingkat
kepercayaan
investor
pada
perusahaan. Ukuran perusahaan
yang
semakin
besar,
maka
perusahaan tersebut akan semakin
Deasy Aryanti Rahayuningsih
dikenal oleh masyarakat sehingga
mudah
untuk
mendapatkan
informasi mengenai perusahaan.
Penambahan
variabel
inventory turnover dan current
ratio diperoleh dari penelitian
Lusiana dan Chabachib (2009).
Rasio
inventory
turnover
ini
digunakan
untuk
mengukur
efektivitas manajemen perusahaan
dalam memanfaatkan sumber daya
yang dikelolanya. Sedangkan, untuk
penambahan variabel current ratio
Lusiana dan Chabachib (2009)
berpendapat
bahwa
variabel
current ratio merupakan suatu
indikator mengenai kemampuan
perusahaan untuk membayar semua
kewajiban keuangan jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang
tersedia.
Jika
perusahaan
menggunakan
aktiva
lancarnya
dengan
baik
serta
tidak
mengkhawatirkan
utang-utang
jangka pendeknya, maka hal ini
dapat
meningkatkan
laba
perusahaan. Laba yang meningkat
akan berakibat nilai PER menjadi
naik.
Perbedaan
lain
dari
penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah dari periode
penelitian dan obyek penelitian
yang digunakan. Pada penelitian ini,
periode penelitian yang digunakan
adalah dari tahun 2009 sampai 2012,
sementara penelitian Ayundhasurya
dan Murtaqi (2012) dari tahun 2007
sampai
2011.
Sedangkan,
perbedaan obyek penelitian ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah pada penelitian ini obyek
penelitian
yang
digunakan
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
sementara penelitian Ayundhasurya
dan Murtaqi (2012) melakukan
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
penelitian dengan obyek yang
digunakan
adalah
perusahaan
pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai pengaruh debt to equity
ratio, earnings growth, dividend
payout ratio, return on equity,
firm size, inventory turnover, dan
current ratio terhadap price
earning ratio. Penelitian ini disusun
dengan urutan penulisan sebagai
berikut: pertama, pendahuluan
menjelaskan
mengenai
isu
penelitian, motivasi penelitian,
tujuan penelitian, dan organisasi
penulisan. Kedua, memaparkan
rerangka teoritis sebagai landasan
logis
untuk
mengembangkan
hipotesis atau model penelitian.
Ketiga,
membahas
metode
pemilihan sampel dan pengumpulan
data, definisi operasional dan
pengukurannya. Keempat, hasil
penelitian yang berisi statistik
deskriptif
serta
hasil
dan
interpretasi pengujian hipotesis.
Kelima, penutup yang terdiri dari
simpulan, keterbatasan dan saran
untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Western and Copeland Theory
Dalam
penelitian
Yumettasari et al (2008) dijelaskan
mengenai tentang Teori Western
and
Copeland
(1992)
yang
menyatakan bahwa pendekatan
price earning ratio adalah rasio
pengukur yang paling komprehensif
tentang perkembangan dan kinerja
perusahaan, dimana pendekatan
tersebut digunakan untuk menilai
harga saham suatu perusahaan. Hal
tersebut
disebabkan
karena
pendekatan price earning ratio
88
November 2014
mencerminkan perpaduan antara
pengaruh
rasio
risiko
(rasio
likuiditas dan rasio solvabilitas)
dengan rasio pengembalian (rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas).
Dengan kata lain, price earning
ratio dipengaruhi oleh banyak
variabel yang digolongkan menjadi
rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio
aktivitas
dan
rasio
profitabilitas.
Agency Theory
Berdasarkan
penelitian
Suharli
dan
Arisandi
(2009),
munculnya agency theory akibat
adanya konflik kepentingan antara
manajer (agent) dengan pemilik
(principal). Dengan adanya agency
theory, manajer akan membuat
keputusan untuk memaksimumkan
utility dan kekayaannya. Seorang
manajer yang mengambil keputusan
mempunyai tanggung jawab untuk
menyiapkan data akuntansi, dimana
hal tersebut akan mempengaruhi
bagaimana
praktik
akuntansi
dilaksanakan.
Menurut Godfrey et al (2010),
akibat dari munculnya agency
theory, dimana terdapat konflik
kepentingan
antara
prinsipal
dengan
agen
maka
juga
menimbulkan agency problem. Di
dalam agency problem mengandung
tiga jenis biaya yang muncul akibat
dari konflik kepentingan (agency
cost). Tiga jenis biaya tersebut
adalah Monitoring Cost, Bonding
Cost, dan Residual Loss. Monitoring
Cost adalah biaya untuk melakukan
pengawasan yang dikeluarkan oleh
prinsipal untuk memastikan agen
bertindak
atas
kepentingan
prinsipal. Bonding Cost adalah
biaya yang dikeluarkan oleh agen
untuk memastikan bahwa dirinya
bertindak atas nama prinsipal.
ISSN: 1410 -9875
Sedangkan, Residual Loss adalah
adanya
kemungkinan
agen
membuat beberapa keputusan yang
tidak
sepenuhnya
untuk
kepentingan prinsipal.
Signaling Theory
Menurut Megginson (1997),
teori signaling menyatakan bahwa
perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan
sinyal-sinyal pada pasar yang
berupa informasi, dengan harapan
pasar
dapat
membedakan
perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk. Agar sinyal tersebut
efektif, maka informasi yang
ditangkap pasar akan membentuk
suatu persepsi yang baik, serta
tidak mudah ditiru oleh perusahaan
yang berkualitas buruk.
Menurut
Agustin
(2013),
manajer
sebagai
pengelola
perusahaan
lebih
banyak
mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu,
sebagai
pengelola,
manajer
berkewajiban
memberikan
informasi
mengenai
kondisi
perusahaan
kepada
pemilik.
Informasi yang diberikan oleh
manajer merupakan sinyal bagi
para investor dan akan direspon
investor
dengan
pengambilan
keputusan investasi. Informasi yang
disampaikan
manajemen
akan
diterima oleh pemegang saham dan
direspon melalui mekanisme pasar,
sehingga
harga
saham
akan
menunjukkan nilai perusahaan.
Positive Accounting Theory
Menurut penelitian Suharli
dan Arisandi (2009), positive
accounting theory merupakan suatu
teori yang berusaha menjelaskan
Deasy Aryanti Rahayuningsih
dan
menguraikan
apa
dan
bagaimana
praktik
akuntansi
dilakukan berdasarkan pengalaman
masa lalu yang dapat diuji secara
empiris
sehingga
dapat
menyelesaikan masalah praktik
akuntansi. Dalam teori positif
membahas
tiga
hal
yaitu
menjelaskan,
mengawasi,
dan
memprediksi. Tujuan dari teori
positif adalah untuk menjelaskan
mengapa
praktik
akuntansi
mencapai bentuk seperti sekarang.
Menurut Godfrey et al (2010),
ruang
lingkup
dari
positive
accounting theory adalah perilaku
pelaku pasar modal, dimana pelaku
pasar yang dimaksudkan adalah
investor dan perusahaan. Baik
investor maupun perusahaan di
dalam pasar modal keduanya saling
membutuhkan satu sama lainnya,
sehingga kedua pelaku pasar ini
tidak
dapat
dipisahkan
dari
transaksi yang terjadi di pasar
modal.
Trade-off Theory
Menurut Furi dan Saifudin
(2012), perusahaan besar akan
lebih banyak menggunakan utang
dalam struktur modalnya jika
dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Hal ini disebabkan karena
semakin besar perusahaannya maka
arus kas yang terjadi semakin stabil,
yang dapat mengurangi risiko dari
penggunaan utang. Selain itu,
perusahaan besar juga memiliki
probabilitas kebangkrutan yang
lebih rendah daripada perusahaan
kecil, sehingga menurut trade-off
theory, semakin besar perusahaan
maka perusahaan dapat memakai
utang yang lebih banyak, hal ini
terkait rendahnya risiko perusahaan
besar.
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Efficient Market Theory
Berdasarkan penelitian Aji
dan Pangestuti (2012) definisi dari
efficient
market
theory
menyatakan bahwa investor selalu
memasukkan faktor informasi yang
tersedia dalam keputusan mereka
berinvestasi
sehingga
dapat
tercerminkan pada harga saham
yang mereka transaksikan. Jadi,
harga saham yang berlaku di pasar
modal sudah mengandung faktor
informasi tersebut.
Price Earning Ratio
Menurut Kurniawan et al
(2013),
price
earning
ratio
merupakan suatu alat ukur yang
paling sering digunakan oleh
investor
dalam
menentukan
keputusan
berinvestasi
apakah
menguntungkan atau tidak jika
melakukan suatu investasi modal.
Price Earning Ratio (PER) juga
digunakan sebagai alat pengukur
kinerja perusahaan, sehingga dapat
menunjukkan seberapa besar para
investor bersedia dibayar untuk
setiap keuntungan yang dilaporkan
perusahaan setiap periodenya.
Menurut
Arisona
(2013),
pendekatan price earning ratio
merupakan salah satu pendekatan
populer yang menggunakan nilai
earnings untuk mengestimasi nilai
intrinsik saham dan PER juga
digunakan oleh investor sebagai
pedoman
untuk
menganalisis
sekuritas. Suatu perusahaan yang
sedang
berada
dalam
masa
pertumbuhan cenderung memiliki
nilai price earning ratio yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan
perusahaan yang sudah mapan.
90
November 2014
Debt to Equity Ratio dan Price
Earning Ratio
Menurut
Arisona
(2013)
dengan adanya peningkatan jumlah
utang pada struktur modal dapat
menggambarkan
peluang
pertumbuhan
perusahaan
yang
cukup tinggi, sehingga penambahan
utang dan proporsi utang pada
suatu
struktur
modal
akan
memberikan gains from leverage
dan
juga
hal
ini
dapat
meningkatkan
pertumbuhan.
Kepercayaan para investor mungkin
akan lebih cenderung dengan
perusahaan yang memiliki nilai
debt to equity rationya tinggi.
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hayati (2010), Marli et al
(2010), serta Sartono dan Munir
(1997), yang memberikan hasil
bahwa debt to equity ratio
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio. Sedangkan, hasil
yang
berbeda
muncul
dari
penelitian
Ayundhasurya
dan
Murtaqi (2012), Arisona (2013), Aji
dan
Pangestuti
(2012),
Ratnaningrum dan Susilowati (2010),
serta Lusiana dan Chabachib (2009)
yang menunjukkan bahwa debt to
equity ratio tidak berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Ha1 Terdapat pengaruh debt to
equity ratio terhadap price earning
ratio.
Earnings
Growth
dan
Price
Earning Ratio
Menurut Kurniawan et al
(2013), pertumbuhan laba yang
berfluktuasi diakibatkan adanya
pengumuman laba maka dengan
kata lain laba dapat mempengaruhi
PER
suatu
perusahaan. Pada
umumnya para pemegang saham
dan calon pemegang saham sangat
tertarik dengan EPS (laba per
ISSN: 1410 -9875
saham), karena hal ini merupakan
indikator
keberhasilan
emiten
didalam menjalankan usahanya
menghasilkan laba.
Hal ini sejalan dengan
penelitian Sartono dan Munir (1997)
serta
Mubarok
(2010)
yang
menunjukkan hasil bahwa earnings
growth berpengaruh terhadap price
earning ratio. Sedangkan, hasil
penelitian
Ayundhasurya
dan
Murtaqi (2012), Kurniawan et al
(2013), Sari (2013), Arisona (2013),
dan Marli et al (2010) menunjukkan
hasil bahwa earnings gowth tidak
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio.
Ha2 Terdapat pengaruh earnings
grwoth terhadap price earning
ratio.
Dividend Payout Ratio dan Price
Earning Ratio
Menurut Aji dan Pangestuti
(2012)
berpendapat
bahwa
perubahan yang terjadi pada
dividen
payout
ratio
dapat
mempengaruhi perubahan price
earning ratio. Karena jika laba
ditahan
semakin
kecil
maka
pertumbuhan laba yang dibagikan
kepada investor akan semakin
meningkat. Menurut Jones (1996),
hal tersebut akan menyebabkan
penilaian saham terhadap price
earning ratio akan meningkat.
Hasil
penelitian
Ayundhasurya dan Murtaqi (2012),
Mubarok (2010), Sartono dan Munir
(1997) serta Afza dan Tahir (2012)
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh dividend payout ratio
terhadap price earning ratio.
Sedangkan, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Aji dan Irene
(2012), Handayani et al (2010),
Ratnaningrum dan Susilowati (2010)
serta
penelitian
Sari
(2013),
Deasy Aryanti Rahayuningsih
memberikan hasil bahwa dividend
payout ratio tidak berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Ha3 Terdapat pengaruh dividend
payout ratio terhadap price earning
ratio.
Return on Equity dan Price
Earning Ratio
Menurut Dharmastuti dan
Leimena (2005), rasio return on
equity yang semakin tinggi akan
memberikan harapan masa depan
yang baik. Penelitian Riadi (2013)
berpendapat bahwa perusahaan
yang memiliki nilai return on equity
yang tinggi akan menarik minat
investor
untuk
menanamkan
modalnya
pada
perusahaan
tersebut karena keuntungan yang
akan diterima besar sehingga dapat
meningkatkan
harga
saham
perusahaan.
Pendapat
diatas
sejalan
dengan hasil penelitian Kurniawan
et al (2013), Hayati (2010), Sari
(2013), Lusiana dan Chabachib
(2009),
Ratnaningrum
dan
Susilowati (2010), Dharmastuti dan
Leimena (2005), serta Sartono dan
Munir (1997) yang mempunyai hasil
return on equity memiliki pengaruh
terhadap price earning ratio.
Namun,
hasil
yang
berbeda
terdapat pada penelitian Adhitama
dan
Sudaryono
(2005)
yang
menyatakan bahwa return on
equity tidak berpengaruh terhadap
price earning ratio.
Ha4 Terdapat pengaruh return on
equity terhadap price earning ratio.
Firm Size dan Price Earning Ratio
Menurut Aji dan Pangestuti
(2012), ukuran (size) perusahaan
secara
umum
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam
mendanai operasi dan investasi
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
yang
menguntungkan
bagi
perusahaan,
sehingga
semakin
besar sebuah perusahaan maka
akan
semakin
besar
pula
penjualannya. Hal ini berdampak
pula
pada
laba
perusahaan,
sehingga peningkatan ini akan
berdampak positif pada PER pada
masa yang akan datang karena akan
dinilai positif oleh para investor.
Hasil penelitian Mpataa dan
Sartono (1997), Aji dan Pangestuti
(2012), Febrianty dan Santioso
(2011), serta Afza dan Tahir (2012)
sejalan dengan pendapat diatas
dengan memberikan hasil bahwa
firm
size
memiliki
pengaruh
terhadap price earning ratio.
Sedangkan, hasil berbeda muncul
dari Arisona (2013), dan Sharma
(2011) dengan memberikan hasil
bahwa variabel firm size tidak
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio.
Ha5 Terdapat pengaruh firm size
terhadap price earning ratio.
Inventory Turnover dan Price
Earning Ratio
Menurut Yumettasari et al
(2008), jika nilai inventory turnover
semakin
besar
maka
berarti
semakin baik dalam hal suatu
perusahaan
tersebut
dapat
memperoleh laba yang tinggi
karena
penjualan
perusahaan
semakin meningkat. Tetapi, jika
rasio ini terlalu tinggi juga tidak
baik bagi perusahaan karena ini
berarti
perusahaan
mengalami
kekurangan persediaan yang cukup
untuk
memenuhi
permintaan
pelanggan. Hal ini berarti rasio
inventory turnover yang terlalu
tinggi tidak selalu mendatangkan
laba yang tinggi pula, karena hal
tersebut tergantung persediaan
yang dimiliki perusahaan.
92
November 2014
Pendapat
diatas
sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lusiana dan Chabachib (2009)
yang menyatakan bahwa inventory
turnover memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap price earning
ratio. Sedangkan, hasil penelitian
Yumettasari et al (2008), serta
Ratnaningrum dan Susilowati (2010),
yang memberikan hasil berbeda
yaitu inventory turnover tidak
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio.
Ha6 Terdapat pengaruh inventory
turnover terhadap price earning
ratio.
Current Ratio dan Price Earning
Ratio
Menurut Furi dan Saifudin
(2012), jika suatu perusahaan
memiliki aset lancar yang besar
dapat
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tersebut
dapat
mengurangi jumlah proporsi utang
dalam
struktur
modalnya.
Sementara menurut Yumettasari et
al (2008), current ratio merupakan
salah satu elemen yang menentukan
tingkat pertumbuhan perusahaaan.
Current ratio tinggi berpeluang akan
memperbesar ROE, sehingga akan
meningkat tingkat pertumbuhan laba
perusahaan.
Hasil penelitian Yumettasari
et al (2008), Aji dan Pangestuti
(2012), serta Ratnaningrum dan
Susilowati (2010) yang menyatakan
bahwa
current
ratio
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
price earning ratio. Sedangkan,
menurut penelitian Lusiana dan
Chabachib
(2009),
Sukamdiani
(2008) yang memberikan hasil
berbeda bahwa current ratio
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap price earning ratio.
ISSN: 1410 -9875
Ha6 Terdapat pengaruh current
ratio terhadap price earning ratio.
Deasy Aryanti Rahayuningsih
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode
purposive
sampling
sehingga
menghasilkan
kriteria
sampel dan jumlah data sebagai
berikut:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
Jumlah
Jumla
Kriteria Sampel
Perusahaa h Data
n
Sampel yang dipilih adalah perusahaan non
1268
317
keuangan yang secara konsisten terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai
2012.
Perusahaan
non
keuangan
yang
tidak
(6)
(24)
menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember.
Perusahaan
non
keuangan
yang
tidak
(124)
(31)
menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan
keuangannya.
Perusahaan
non
keuangan
yang
tidak
(340)
(85)
memperoleh laba bersih positif secara konsiten
selama periode penelitian.
Perusahaan
non
keuangan
yang
tidak
(492)
(123)
membagikan dividen secara konsisten selama
periode penelitian.
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki
(5)
(20)
nilai inventory selama periode penelitian.
Jumlah Sampel Penelitian
67
268
Data yang outlier
27
Price
earnings
ratio
Debt to Equity Ratio merupakan
digunakan
untuk
mengukur
variabel yang berskala rasio.
Debt
seberapa besar harga yang harus
DER
=
dibayar untuk setiap laba per
Equity
lembar saham (Ayundhasurya dan
Earnings Growth adalah rasio
Murtaqi, 2012). Price Earning Ratio
yang mengukur pertumbuhan laba
merupakan variabel yang berskala
perusahaan
setiap
tahunnya
rasio.
(Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012).
Market Price per Share
Dalam penelitian ini, pertumbuhan
PER =
laba dilihat dari nilai laba per
Earnings Per Share
lembar saham (earnings per share)
Debt
to
Equity
Ratio
tahun sebelumnya dengan tahun
merupakan rasio yang digunakan
berjalan.
Earnings
Growth
untuk mengetahui berapa besar
merupakan variabel yang berskala
proporsi jumlah utang dari modal
rasio.
yang
dimiliki
perusahaan
EPS� � EPS���
(Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012).
EG =
EPS���
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Keterangan:
EPSt
earning per share pada
tahun berjalan
EPSt-1 earning per share pada
tahun sebelumnya
Dividend
Payout
Ratio
merupakan
suatu
rasio
yang
mengukur
seberapa
besar
perusahaan dapat membagikan
dividen setiap tahunnya kepada
pemegang saham dari laba bersih
yang didapat oleh perusahaan
(Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012).
Dividend Payout Ratio merupakan
variabel yang berskala rasio.
�������� ��� ����
DPR =
Net Income
Return on Equity merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur efektivitas manajemen
perusahaan berkaitan dengan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari
penjualan dan investasi. Return on
equity diukur dengan perbandingan
antara laba setelah pajak (laba
bersih) dengan modal yang dimiliki
perusahaan (Lusiana dan Chabachib,
2009). Return on Equity merupakan
variabel yang berskala rasio.
Laba setelah pajak
ROE =
Equity
Firm Size merupakan salah
satu tolak ukur yang menunjukkan
besar kecilnya perusahaan dengan
cara menghitung nilai logaritma
natural dari total aset (Arisona,
November 2014
2013).
Firm
Size
merupakan
variabel yang berskala rasio.
Size = ln�Total Aset�
Inventory Turnover adalah
rasio yang mengukur keefektifan
suatu
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber daya yang
dikelolanya. Inventory turnover
dihitung
dengan
cara
membandingkan penjualan dengan
persediaan (Lusiana dan Chabachib,
2009).
Inventory
Turnover
merupakan variabel yang berskala
rasio.
Penjualan
ITO =
Persediaan
Current Ratio adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur
seberapa
jauh
aktiva
lancar
perusahaan bisa dipakai untuk
memenuhi kewajiban lancarnya
(Lusiana dan Chabachib, 2009).
Current Ratio merupakan variabel
yang berskala rasio.
Aktiva Lancar
CR =
Hutang Lancar
HASIL PENELITIAN
Hasil
pengujian
statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel
2 dan hasil pengujian hipotesis
pada tabel 3 yang terdapat dibawah
ini:
Tabel 2 Statistik Deskriptif
PER
DER
EG
DPR
ROE
SIZE
ITO
94
N
241
241
241
241
241
241
241
Minimum Maximum
Mean
0,0883
34,6675 10,876319
0,1292
3,2358 0,913682
-0,8907
2,8182 0,248696
0,0254
1,2381 0,402840
0,0170
0,6067 0,191697
25,6868
32,8365 28,768626
0,2191 463,8642 21,101680
Std.
Deviation
7,3696788
0,7426253
0,5770266
0,2199212
0,0883300
1,4910973
56,7975543
ISSN: 1410 -9875
CR
Valid N
(listwise)
Deasy Aryanti Rahayuningsih
241
241
0,5463
7,8161
2,494279
1,7002510
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
B
T
Sig.
Constant -51,518 -6,025 0,000
DER
-0,235 -0,339 0,735
EG
-2,235 -3,155 0,002
DPR
2,146 1,038 0,300
ROE
-13,190 -2,582 0,010
SIZE
2,130 7,506 0,000
ITO
-0,001 -0,114 0,909
CR
1,431 4,693 0,000
Debt
to
equity
ratio
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar
0,735,
dimana
nilai
tersebut diatas dari nilai alpha
yaitu sebesar 0,05, maka Ha1 tidak
diterima. Hal ini berarti variabel
debt to equity ratio tidak
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio.
Earnings
Growth
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,002, dimana nilai ini
lebih kecil dari nilai alpha 0,05,
maka Ha2 diterima. Hal ini berarti
earnings growth
berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Menurut Arisona (2013), para calon
pemegang saham tertarik dengan
laba per lembar saham yang besar,
karena hal tersebut merupakan
salah
satu
indikator
yang
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan. Dengan pertumbuhan
laba per lembar saham dapat
menggambarkan
prospek
perusahaan di masa mendatang
sehingga
dapat
mempengaruhi
keputusan
investor
dalam
berinvestasi.
Dividend
Payout
Ratio
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,300, dimana nilai ini
lebih besar dari nilai alpha 0,05,
maka Ha3 tidak diterima. Hal ini
berarti dividend payout ratio tidak
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio.
Return
on
Equity
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,010, dimana nilai ini
lebih kecil dari nilai alpha 0,05,
maka Ha4 diterima. Hal ini berarti
return on equity berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Menurut Riadi (2013), return on
equity digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan modal yang
dimiliki perusahaan. Jika rasio ini
meningkat,
maka
manajemen
dipandang sudah efisien dalam
mengelola modalnya.
Size
menunjukkan
nilai
signifikansi sebesar 0,000, dimana
nilai ini lebih kecil dari nilai alpha
0,05, maka Ha5 diterima. Hal ini
berarti size berpengaruh terhadap
price earning ratio. Menurut
Arisona (2013), ukuran perusahaan
mencerminkan
kekayaan
perusahaan yang dapat dilihat dari
total
aktivanya.
Hal
ini
menyebabkan perusahaan besar
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
memiliki risiko yang lebih kecil
daripada perusahaan kecil. Pada
umumnya perusahaan besar lebih
mudah mengakses pasar modal,
sehingga risiko kebangkrutan relatif
kecil. Hal ini akan menjadi faktor
pertimbangan
investor
dalam
melakukan pengambilan keputusan
investasi.
Inventory
Turnover
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,909, dimana nilai ini
lebih besar dari nilai alpha 0,05,
maka Ha6 tidak diterima. Hal ini
berarti variabel inventory turnover
tidak berpengaruh terhadap price
earning ratio.
Sementara untuk variabel
Current Ratio menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000, dimana
nilai ini lebih kecil dari nilai alpha
0,05, maka Ha7 diterima. Hal ini
berarti variabel current ratio
berpengaruh
terhadap
price
earning ratio. Menurut Aji dan
Pangestuti (2012), current ratio
mengukur seberapa jauh aktiva
lancar perusahaan bisa dipakai
untuk
memenuhi
kewajiban
lancarnya. Jika perusahaan mampu
memenuhi segala kewajibannya
maka perusahaan tersebut dapat
dikatakan likuid. Namun, jika
current
ratio
terlalu
tinggi
mengindikasikan adanya dana yang
menganggur
sehingga
akan
menyebabkan
tingkat
laba
berkurang
serta
menyebabkan
menurunkan PER.
96
November 2014
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
diatas dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio, dividend
payout
ratio,
dan
inventory
turnover
tidak
berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Sedangkan, untuk variabel earnings
growth, return on equity, firm size,
dan current ratio berpengaruh
terhadap price earning ratio.
Penelitian ini masih memiliki
beberapa
keterbatasan
dalam
penelitian
ini
yaitu
periode
penelitian yang relatif pendek yaitu
dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012. Penelitian ini juga
hanya menggunakan tujuh variabel
independen yaitu debt to equity
ratio, earnings growth, dividend
payout ratio, return on equity,
firm size, inventory turnover, dan
current
ratio
yang
dianggap
mempengaruhi keputusan investor
dalam berinvestasi.
Berdasarkan
keterbatasan
tersebut maka rekomendasi untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
penelitian selanjutnya diharapkan
menggunakan
data
keuangan
perusahaan
dalam
periode
penelitian yang lebih panjang
sehingga lebih menggambarkan
kondisi perusahaan. Selain itu,
penelitian selanjutnya diharapkan
dapat
menggunakan
variabel
independen lain yang dianggap
memiliki pengaruh terhadap price
earning ratio, misalnya Price to
Book Value, pemilihan metode
penilaian persediaan, Asset Growth,
dan Long Term Capital to Fixed
Asset.
ISSN: 1410 -9875
Deasy Aryanti Rahayuningsih
REFERENSI
Adhitama, Wiwin, dan Eko Arif Sudaryono. 2005. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 5,
No.2: 211-222.
Afza, Talat, and Samya Tahir. 2012. Determinants Of Price Earning Ratio: The
Case Of Chemical Sector Of Pakistan. International Journal of Academic
Reseacrh in Business and Social Sciences.Vol. 2, No.8. ISSN: 2222-6990.
Agustin, Rr. Fitria. 2013. Analisis Pengaruh PBV, EPS, DER, dan ROA Terhadap
Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2012. Dinamika Manajemen. Vol.3, No.2,
halaman 65-8
Aji, Meygawan Nurseto, dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 20072010). Diponegoro Journal of Management. Volume 1, Nomor 1, halaman
382-391.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, dan Thomas A. William. 2011.
th
Statistics for Business and Economics. 11 International Edition SouthWestern Cengage Learning.
Arisona, Vivian Firsera. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio Pada Indek LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen.
Vol. 1, No.1: 103-112.
Arista, Desy, dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham (Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI
Periode tahun 2005-2009). Jurnal Ilmu dan Manajemen dan Akuntansi
Terapan. Vol. 3, Nomor 1.
Ayundhasurya, De Rembulan, and Isrochmani Murtaqi. 2012. The Effect Of
Debt To Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, And Earnigns Growth On
Price Earnings Ratio In Indonesia’s Mining Sector. Journal of Business and
Management. Vol. 1, No.3: 177-182.
Dharmastuti, Ch. Fara dan Inggrid Levietha Leimena. 2005. Analisis Pengaruh
Return on Equity, Asset Growth, dan Net Gearing pada Price Earning
Ratio dan Dampaknya Terhadap Expected Return. Balance. Vol. 2, No.2:
1-9.
Febrianty, Levina, dan Linda Santioso. 2011. Analisis Pengaruh Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan, Ukuran Perusahaan, dan Laba Bersih
Terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Jurnal Akuntansi.
Volume 11, Nomor 1, halaman 376-396.
Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1, No.2. ISSN: 2301-9328.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
2010. Accounting Theory (7th ed.). Australia: John Wiley & Sons, Inc.
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2010. Essential of Econometrics.
Fourth Edition McGraw Hill International Edition.
Handayani, Wiwid, Ubud Salim, dan Chandra Fajri Ananda. 2010. Analisis
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Dasar
Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi/Kimia Yang
Go Public Di Bursa Efek Jakarta (1996-2000). Wacana Vol. 13, No.3. ISSN:
1411-0199.
Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
(PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan
Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi. Vol. 11 No. 1.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Keputusan Jangka
Panjang). Edisi Keempat. Cetakan Ketiga, Yogyakarta: BPFE.
Jones, Charles P.. 1996. Investment Analysis and Management. Fifth Edition.
Singapore: John Wiley and Sons, Inc.
Kurniawan, Fentri, M. Rasuli, dan Nurazlina. 2013. Pengaruh Earnings Growth
Rate (EGR), Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE)
terhadap Price Earnings Ratio (PER) pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2011.
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1970/1/jurnal%20fen
tri%20kurniawan.pdf (accessed April 7, 2013).
Lusiana, Farida Wahyu, dan M. Chabachib. 2009. Analisis Pengaruh Rasio
Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas
Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar
Di
Bursa
Efek
Indonesia.
http://eprints.undip.ac.id/27414/1/JURNAL.pdf (accessed April 15,
2013).
Marli, Soemarsono dan M. Ismail. 2010. Analisis Variabel Yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio dalam Penilaian Harga Saham di Bursa Efek Indonesia
(Tahun 1998-2001). Wacana Vol. 13, No.2. ISSN: 1411-0199.
Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. Addison-Wesley
Educational Publishers Inc.
Mpaata, Kaziba A dan Agus Sartono. 1997. Faktor Determining Price-Earnings
(P/E) Ratio, Kelola. No. 15/VI/1997, hal 133-150.
Mubarok, Mufti. 2011. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Lembaga Keuangan
dan Real Estate pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Berkala Ilmu Ekonomi.
Volume 5, No.2
Qomariyah, Nurul. 2008. Madoff dan Tipu-tipu Investasi ala Skema Ponzi.
Website detikFinance, diposting tanggal 17 Desember 2008.
http://finance.detik.com/read/2008/12/17/114324/1055003/68/madof
f-dan-tipu-tipu-investasi-ala-skema-ponzi (accessed June 4, 2013).
Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price
Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu
Manajemen. Volume 1, Nomor 1.
98
ISSN: 1410 -9875
Deasy Aryanti Rahayuningsih
Ratnaningrum, dan Heni Susilowati. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi PER antara Saham Yang Tercatat Dalam Index Syariah dan
Saham Biasa (Studi pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek
Indonesia 2006-2008). BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. Volume 14,
Nomor 1, halaman: 1-12.
Riadi, Elon Davit. 2013. Pengaruh Faktor Debt To Equity Ratio, Return On
Equity Dan Total Asset Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada
Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen. Vol. 2, No.1.
Sari, Indah Maha. 2013. Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Return on
Equity (ROE), Price to Book Value (PBV), Financial Leverage (FL), dan
Earnings Growth (EG) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada
Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011.
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3231/1/Jurnal%20Ind
ah%20Maha%20Sari.pdf (accessed June 13, 2013).
Sartono, Agus dan Misbahul Munir. 1997. Pengaruh Kategori Industri Terhadap
Price Earning (P/E) Ratio dan Faktor-Faktor Penentunya. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia. Vol.12, No. 3.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Method for Business,
th
5 edition. John Wiley and Sons Inc.
Sharma, Sanjeet. 2011. Determinants of Equity Share Prices in India. Journal
of Arts, Science & Commerce. Vol. 2, Issue-4. ISSN: 2231-4172.
Singgih, Marmono. 2012. Penilaian Kewajaran Harga Saham Sebagai
Pertimbangan Investasi Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. Vol. 6, No.1, hal.69-78.
Subramanyam, K.R., dan Wild J.J. 2009. Financial Statement Analysis. Tenth
Edition McGraw Hill International Edition.
Suharli, Michell dan Ani Arisandi. 2009. Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi
atas Biaya Research and Development (R&D) terhadap Price Earning
Ratio (Studi Empirik pada Perusahaan Sektor Industri Periode 2002-2005).
Journal of Applied Finance and Accounting. Vol. 1, No.2: 368-390.
Sukamdiani, MG.. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Price Earning Ratio Saham Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2007. Jurnal Forum Akademika. Vol.15.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 4. Yogyakarta :
UPP-AMP YKPN.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial
Accounting, IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Wibowo, Zaenuar Arif. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011). Jurnal Q-MAN. Vol.2, No.6, halaman: 01-16.
Yumettasari, Putri, Endang Tri Widiastuti, dan Wisnu Mawardi. 2008. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER Antara Saham Syariah dan Saham
Non
Syariah.
http://eprints.undip.ac.id/18024/1/jsmov5n2_2.pdf
(accessed April 8, 2013).
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
100
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 111-130
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE INFLUENCE OF GROWTH, TANGIBILITY, FIRM SIZE, BUSINESS
RISK, LIQUIDITY, PROFITABILITY, CORPORATE TAX RATE,
AND NON-DEBT TAX SHIELD TORWARD DEBT POLICY
ON FOOD AND BEVERAGES
HENDRA
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically
the influence of growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity,
profitability, corporate tax rate, and non-debt tax shield toward debt
policy. This study was also to compare result of the previous research
within the research. Sample of this research is food and beverages sector
companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2013. The
purposive sampling is used as sampling technique, where 7 companies met
the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data
regressions with fixed effect model to test the hypothesis. The result of this
research shows that growth,tangibility, firm size, liquidity, profitability
and non-debt tax shield does influence debt policy, while business risk and
corporate tax rate do not influence debt policy. Overall, the independent
variables influence debt policy simultaneously.
Keywords:
Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity,
Profitability, Corporate Tax Rate, and Non-debt Tax Shield ,
Debt Policy.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh
growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability,
corporate tax rate, and non-debt tax shield terhadap debt policy. Data
penelitian menggunakan perusahaan di sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2013. Tujuh buah
perusahaan dipilih dan ditentukan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Analisa deskriptif dan panel data regresi digunakan
untuk menguji pengaruh antar variable. Hasil penelitian menunjukan
variable growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability,
corporate tax rate, dan non-debt tax shield memiliki pengaruh terhadap
debt policy sementara
business risk dan corporate tax rate tidak
berpengaruh terhadap debt policy.
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Kata kunci:
Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity,
Profitability, Corporate Tax Rate, and Non-debt Tax Shield ,
Debt Policy.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha
yang cukup pesat seiring dengan
munculnya era globalisasi yang
marak
dengan
persaingan,
menuntut manajemen perusahaan
untuk
memperkuat
struktur
permodalan. Dalam menjalankan
aktivitasnya
sehari-hari,
perusahaan memerlukan modal
tambahan yang tidak sedikit.
Dimana sumber pembiayaan ini
menurut sifatnya terdapat dua
macam pendanaan, pendanaan dari
luar dan dari dalam.
Perusahaan akan berusaha
untuk menciptakan struktur modal
yang optimal bagi perusahaan atau
lebih tepatnya dilakukan oleh para
manajer
keuangan.
Manajer
keuangan
lebih
menyukai
pendanaan dari dalam yaitu laba
ditahan karena perusahaan tidak
harus menanggung atau menambah
biaya tetap atas pendanaan seperti
hutang
dan
mengharuskan
membayar
bunga.
Sedangkan
terdapat informasi yang asimetri
atas penerbitan saham baru. Sesuai
dengan pendapat Gitman dan
Zutter (2012,535) yang menyatakan
bahwa, “the value of the firm is
maximized when the cost of capital
is minimized.”
Urutan sumber pendanaan
tersebut sesuai dengan teori
pecking order yang menyatakan
bahwa jika laba ditahan tidak
mencukupi sumber pendanaan,
maka perusahaan akan mencari
sumber dana dari eksternal, dengan
prioritas atau urutan pertama
112
November 2014
adalah berhutang baru dilanjutkan
dengan
menerbitkan
saham.
Dengan
menggunakan
hutang
perusahaan juga mengharapkan
dapat
mengurangi
konflik
keagenan.
Kondisi
berhutang
menyebabkan
manajer
harus
bekerja keras untuk meningkatkan
laba sehingga dapat memenuhi
kewajiban dari penggunaan hutang.
Selain itu dengan menggunakan
hutang perusahaan juga akan
mendapatkan benefit berupa tax
saving yang berasal dari beban
bunga. Namun sesuai dengan trade
off theory perusahaan harus
menyeimbangkan antara benefit
tax saving dengan biaya atau risiko
kebangkrutan yang ditimbulkan
akibat beban bunga dan hutang itu
sendiri.
Penelitian
mengenai
kebijakan hutang telah dilakukan
oleh banyak peneliti, diantaranya
adalah Hastalona (2013), Alkhatib
(2012), Hardiningsih dan Oktaviani
(2012), Sari (2012), Yeniantie dan
Destriana (2010), Sultera et. al
(2012), Damayanti dan Hartini
(2013), Diana dan Irianto (2008),
Sugiarti dan Fongnawati (2007).
Pada penelitian ini peneliti akan
melakukan replikasi dari penelitian
Hastalona (2013) sebagai jurnal
utama, dan penelitian Alkhatib
(2012) sebagai jurnal pendukung
dengan melakukan penggabungan
variabel independen dan juga
melakukan
perubahan
objek
penelitian.
ISSN: 1410 -9875
Peneliti mendapatkan data
bahwa di Indonesia penyumbang
produk
domestik
bruto
dari
komponen
konsumsi
selalu
menempati posisi tertinggi dari
tahun 2005-2013, disusul dengan
komponen pembentukan modal
tetap
bruto
yang
konsisten
menempati posisi kedua dari tahun
2005-2013. Ini menunjukan bahwa
sektor yang mempunyai nilai PDB
tertinggi mempunyai prospek bisnis
yang
baik
(konsumsi),
dan
membutuhkan
dana
untuk
melakukan pembelian modal tetap
(pembentukan modal tetap bruto).
Peneliti mendapatkan data bahwa
sektor
manufaktur
sebagai
penyumbang tertinggi pada PDB
Indonesia, setelah ditelaah lebih
lanjut didapatkan pula bahwa
sektor Food dan Beverages dan
Tobacco yang menempati posisi
teratas dalam sub sektor yang ada
di sektor manufaktur. Antara sektor
Food dan Beverages dan Tobacco,
sektor Food dan Beverages yang
selalu
mempunyai
angka
pembentukan modal tetap bruto
tertinggi dari tahun 2005-2013,
sehingga menjadi alasan peneliti
dalam
menentukan
objek
penelitian.
Permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini adalah apakah
growth,
tangibility,
ukuran
perusahaan, risiko bisnis, likuiditas,
profitabilitas, corporate tax rate,
dan
non-debt
tax
shield
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
Hendra
empiris
mengenai
pengaruh
growth,
tangibility,
ukuran
perusahaan, risiko bisnis, likuiditas,
profitabilitas, corporate tax rate,
dan
non-debt
tax
shield
berpengaruh terhadap kebijakan
hutang.terhadap kebijakan hutang.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Problem
Menurut Keown et al.
(2005,17) “agency problem is
problem resulting from conflict of
interest between the manager (the
stockholder’s agent) and the
stockholders.” Gitman dan Zutter
(2012, 22) menyatakan bahwa,
“agency problems arise when
managers deviate from the goal of
maximization of shareholder wealth
by placing their personal goals
ahead of the goal of shareholder”.
Trade-Off Theory
Pendapat
Brigham
dan
Enrhardt (2005, 560) mengenai
Trade-off theory “In Which firms
trade off the benefits of debt
financing (favorable corporate tax
treatment) againist the higher
interest rates and bankruptcy
cost.”
Trade
off
theory
menjelaskan
bahwa
ketika
perusahaan melakukan pembiayaan
melalui
hutang,
biaya
dan
keuntungannya
juga
harus
diperhitungkan.
Keuntungannya
adalah penghematan pajak, dimana
bunga dari hutang dapat menjadi
pengurang penghasilan kena pajak.
Sedangkan kelemahannya adalah
kemungkinan kebangkrutan jika
perusahaan
gagal
dalam
menjalankan kewajibannya dalam
melunasi hutang.
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Pecking Order Theory
Gitman dan Zutter (2012,
534) yang menyatakan bahwa,
“Pecking order meaning a hierarchy
of financing that begins with
retained
earnings,
which
is
followed by debt financing and
finally external equity financing.”
Alasan didahulukannya pendanaan
internal dan kurang diminatinya
pendanaan dari eksternal yaitu
terdapat informasi yang asimetri.
Pengaruh
Growth
terhadap
Kebijakan Hutang
Growth adalah persentase
perubahan
total
aktiva
yang
dimiliki perusahaan pada saat
tertentu
terhadap
tahun
sebelumnya. Brigham dan Gapenski
(1996) dalam Indahningrum dan
Handayani
(2009)
menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki
tingkat pertumbuhan (Growth) yang
tinggi cenderung membutuhkan
dana dari sumber ekstern yang
lebih besar. Dalam pendanaan dari
eksternal
perusahaan
akan
dihadapkan dalam dua alternatif
dan akan memilih pendanaan yang
murah.
Dalam hal ini, pendanaan
dari
hutang
lebih
disukai
dibandingkan dengan pendanaan
dengan menerbitkan saham baru
karena biaya pendanaan melalui
penerbitan saham baru akan lebih
besar daripada pendanaan dari
penggunaan
hutang.
Dengan
demikian tingkat pertumbuhan
(Growth) yang tinggi cenderung
lebih banyak menggunakan hutang
sehingga memiliki hubungan positif
atas besarnya kebijakan hutang.
Alkhatib(2012) mendapatkan
hasil penelitian bahwa growth tidak
berpengaruh signifikan terhadap
114
November 2014
kebijakan
hutang.
Sedangkan
Yeniati dan Destriana (2010)
mendapatkan
hasil
growth
berpengaruh positif dan signifikan,
juga Sari (2012) serta Hardiningsih
dan
Oktaviani
(2012)
yang
mendapatkan
hasil
growth
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H1 : Terdapat pengaruh growth
terhadap kebijakan hutang.
Pengaruh Tangibility terhadap
Kebijakan Hutang
Tangibility adalah penentuan
seberapa besar aktiva tetap yang
ada dalam keseluruhan total aktiva
yang
dimiliki
perusahaan.
Tangibility atau struktur aktiva
yang dimiliki perusahaan akan
mempunyai pengaruh perusahaan
terhadap
hubungannya
dengan
pihak lain. Struktur aktiva sebuah
perusahaan dapat diukur dengan
perbandingan aktiva tetap dengan
total aktiva perusahaan. Aktiva
tetap sendiri merupakan aktiva
yang digunakan untuk keperluan
operasi perusahaan, bersifat jangka
panjang dan memiliki bentuk fisik
(berwujud).
Aktiva
tetap
merupakan salah satu jaminan yang
bisa meyakinkan kreditor untuk bisa
memberikan
pinjaman
kepada
perusahaan, sehingga perusahaan
yang mempunyai aktiva sesuai
dengan jaminan kredit dapat lebih
banyak
menggunakan
hutang
karena
kreditor
akan
selalu
memberikan
pinjaman
apabila
mempunyai jaminan.
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Alkhatib (2012) mendapatkan
hasil penelitian bahwa Tangibility
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
kebijakan
hutang
didukung oleh Sari (2012) dan
Yeniatie dan Destriana (2010).
Sedangkan Sultera et. al (2012)
mendapatkan
hasil
tangibility
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
pengaruh
H2 : Terdapat
tangibility
terhadap
kebijakan hutang.
akan semakin besar juga potensi
penggunaan hutang yang lebih
besar.
Hastalona(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang didukung oleh
Alkhatib (2012), Damayanti dan
Hartini (2013), Sultera et. al
(2012). Sedangkan Sari (2012) dan
Diana
dan
Irianto
(2008)
mendapatkan hasil bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
terhadap Kebijakan Hutang
Ukuran perusahaan sebagai
suatu pengambaran besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat
dinyatakan total aktiva atau total
penjualan dari suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan
yang
dapat
dinyatakan
total
penjualan bersih. Semakin besar
penjualan maka semakin besar pula
suatu perusahaan. Semakin banyak
penjualan maka semakin banyak
juga perputaran uang dalam
perusahaan. Ukuran perusahaan
secara langsung mencerminkan
tinggi rendahnya aktivitas operasi
suatu perusahaan. Menurut Weston
dan
Copeland
(1995)
dalam
Hastalona
(2013)
menyatakan
bahwa suatu perusahaan yang besar
dan mapan (stabil) akan lebih
mudah untuk masuk ke pasar
modal. Kemudahan akses masuk ke
pasar modal dapat diartikan adanya
fleksibilitas
dan
kemampuan
perusahaan untuk menciptakan
hutang. Semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin mudah
mendapatkan hutang, sehingga
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti membuat hipotesis sebagai
berikut.
H3 : Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan
terhadap
kebijakan hutang.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap
Kebijakan Hutang
Risiko
bisnis
merupakan
suatu resiko atau ketidakpastian
kemampuan perusahaan dalam
membiayai biaya operasionalnya
sehingga
berdampak
pada
ketidakpastian
kemampuan
perusahaan menciptakan earnings.
Ketika perusahaan tidak mampu
mendapatkan
laba,
maka
perusahaan
akan
kehilangan
kemampuannya dalam memenuhi
biaya finansial perusahaan yang
salah satunya adalah beban bunga
atas hutang yang mengakibatkan
perusahaan
akan
mengalami
kebangkrutan. Sehingga semakin
tinggi risiko bisnis maka perusahaan
akan menghindari hutang dalam
arti lain, akan rendah rasio
hutangnya.
Hastalona(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
bahwa
risiko
bisnis
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang yang didukung
oleh Yeniatie dan Destriana (2010).
Sedangkan
Sultera
et.
al
mendapatkan hasil risiko bisnis
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H4 : Terdapat pengaruh risiko
bisnis terhadap kebijakan
hutang.
Pengaruh
Likuiditas
terhadap
Kebijakan Hutang
Likuiditas merupakan tingkat
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
Investor
dalam
berinvestasi memberikan modal
kepada suatu perusahaan dalam
bentuk pemberian pinjaman baik
jangka pendek atau jangka panjang
akan mempertimbangkan likuiditas
dari suatu perusahaan. Likuiditas
secara umum dapat diartikan
sebagai tingkat kemampuan suatu
perusahaan untuk dapat membayar
hutang yang telah jatuh tempo.
Perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas
yang
tinggi,
akan
mengurangi
kebijakan
hutang
karena
perusahaan
memiliki
kemampuan mendanai aktifitas dan
investasi dengan aktiva lancarnya.
Di tambahkan lagi pendapat Brown
dan Reilly (2012, 43) “Investor may
have liquidity needs that the
invesment plant must consider”.
Hastalona
(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
bahwa
likuiditas
berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang, yang didukung
oleh Sultera etl. al (2012) dan
Damayanti dan Hartini (2013).
116
November 2014
Sedangkan
Alkhatib
(2012)
mendapatkan
hasil
likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H5 : Terdapat pengaruh likuiditas
terhadap kebijakan hutang.
Pengaruh Profitabilitas terhadap
Kebijakan Hutang
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh laba dari aktiva yang
digunakan baik aktiva lancer
maupun aktiva tetap. Perusahaan
yang memiliki profitabilitas yang
tinggi cenderung menggunakan
hutang yang relatif kecil karena
keuntungan
atau
laba
yang
diperoleh perusahaan tidak semua
dibayarkan kepada investor dalam
bentuk
dividen
tetapi
juga
disimpan dalam bentuk
laba
ditahan yang merupakan sumber
pendanaan
internal
bagi
perusahaan. Sesuai dengan Pecking
Order Theory yang menetapkan
suatu urutan keputusan dimana
para manager pertama kali akan
memilih untuk menggunakan laba
ditahan, hutang, dan penerbitan
saham sebagai pilihan terakhir.
Hastalona(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
bahwa
profitabilitas
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang yang didukung
oleh Alkhatib (2012). Sedangkan
Damayanti dan Hartini (2013),
Sari(2012), Yeniatie dan Destriana
(2010) mendapatkan hasi bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kebijakan
hutang.
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
pengaruh
H6 : Terdapat
profitabilitas
terhadap
kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H7 : Terdapat pengaruh corporate
tax rate terhadap kebijakan
hutang.
Pengaruh Corporate Tax Rate
terhadap Kebijakan Hutang
Tax
rate
merupakan
konstribusi yang harus dibayarkan
kepada pemerintah, baik secara
pribadi maupun badan usaha yang
telah terdaftar. Jika kewajiban
tersebut
dikenakan
kepada
perusahaan maka akan disebut
dengan
corporate
tax
rate.
Meningkatkan
hutang
dapat
mengurangi beban pajak yang akan
ditanggung perusahaan. Salah satu
biaya yang bisa dikurangkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak
adalah biaya bunga pinjaman.
Penggurangan ini sangat bernilai
bagi perusahaan yang terkena tarif
tertinggi. Semakin tinggi tarif pajak
maka semakin besar keuntungan
yang diperoleh perusahaan dari
penggunaan hutang. Oleh karena
itu perusahaan lebih memilih untuk
menambah hutang untuk mendapat
modal
dibanding
menerbitkan
saham karena atas dividen yang
dibayarkan
kepada
pemegang
saham
biasa
tidak
menjadi
penggurang pajak.
Hasalona
(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
corporate
tax
rate
tidak
berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang yang di dukung
juga oleh Diana dan Irianto (2008).
Sedangkan Sugiarto dan Fongnawati
(2007)
mendapatkan
hasil
penelitian corporate tax rate
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Pengaruh Non-debt Tax Shield
terhadap Kebijakan Hutang
Non-debt
tax
shield
merupakan
hal-hal
selain
perlindungan
pajak
dari
penggunaan
hutang
seperti
depresiasi, amortisasi, dan biaya
pengembangan. Berdasarkan tradeoff theory, menunjukan bahwa nondebt tax shield berhubungan
negatif terhadap tingkat hutang
dalam struktur modal perusahaan.
Karena
manfaat
penghematan
pajak yang mampu dilakukan oleh
non-debt tax shield menghilangkan
salah satu alasan penggunaan
hutang
untuk
melakukan
penghematan pajak dan dapat
menggurangi risiko kebangkrutan
karena
beban
finansial
yang
dihasilkan dari hutang.
Hastalona(2013)
mendapatkan
hasil
penelitian
bahwa
non-debt
tax
shield
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
kebijakan
hutang
sedangkan Sari (2012) mendapatkan
hasil berpengaruh negatif dan
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H8 : Terdapat pengaruh non-debt
tax
shield
terhadap
kebijakan hutang.
Peneliti juga menguji pengaruh
growth,
liquidity,
ukuran
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
perusahaan,
resiko
bisnis,
likuiditas, profitabilitas, corporate
tax rate, dan non-debt tax shield
secara bersama-sama terhadap
kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti membuat hipotesis
sebagai berikut.
H9 : Terdapat pengaruh growth,
liquidity, ukuran perusahaan,
resiko
bisnis,
likuiditas,
profitabilitas, corporate tax
rate, dan non-debt tax shield
secara
bersama-sama
terhadap kebijakan hutang.
November 2014
METODA PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan
Pengumpulan Data
Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan food dan beverages
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2005 sampai
2013.
Peneliti
menggunakan
tekhnik non-probability sampling,
yakni purposive sampling, sebagai
metode pengambilan sampel.
Prosedur pemilihan sampel
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah
ini, yakni sebagai berikut:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah
Perusahaan
Perusahaan food dan beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia secaara berturut-turut dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2013.
Perusahaan food dan beverages yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan tahunan secara berturut-turut dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2013.
Perusahaan food dan beverages yang tidak menerbitkan
laporan keuangannya per-31 Desember.
Perusahaan food dan beverages yang tidak menerbitkan
laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah.
Perusahaan food dan beverages yang tidak konsisten memiliki
laba bersih dari tahun 2005 sampai 2013.
Jumlah Perusahaan terpilih menjadi sampel
Jumlah data penelitian (7 perusahaan x 9 tahun )
Sumber-sumber
data
sekunder yang digunakan oleh
penulis adalah Fact Book IDX,
laporan tahunan atau keuangan
yang dapat diunduh atau dilihat
dari situs www.idx.co.id dan
laporan
keuangan
dari
yang
tersedia di software JSX Laporan
Keuangan.
118
11
(0)
(0)
(0)
(4)
7
63
Variabel Dependen
Kebijakan hutang adalah
kebijakan yang diambil perusahaan
untuk menentukan seberapa besar
kebutuhan pendanaan yang dibiayai
oleh hutang. Kebijakan hutang
merupakan variabel dependen yang
menunjukan seberapa besar aset
perusahaan diperoleh atau didanai
oleh hutang. Variabel ini diukur
ISSN: 1410 -9875
Hendra
dengan membagi nilai buku seluruh
hutang
dengan
total
aktiva.
(Hastalona, 2013)
��� �
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
����� ����
����� ������
Variabel Independen
Growth adalah persentase
perubahan
total
aktiva
yang
dimiliki perusahaan pada saat
tertentu
terhadap
tahun
sebelumnya.
Menurut
Alkhatib
(2012) Growth dihitung dengan
Growtht =
persentase pertumbuhan tahunan
total aktiva perusahaan antara dua
tahun berturut-turut dibagi dengan
tahun sebelumnya.
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
����� ����� � ������ ����� ���
����� ����� ���
Tangibility
adalah
penentuan seberapa besar aktiva
tetap yang ada dalam keseluruhan
total
aktiva
yang
dimiliki
perusahaan.
Menurut
Alkhatib
����������� �
Ukuran perusahaan sebagai
suatu pengambaran besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat
dinyatakan total aktiva atau total
penjualan dari suatu perusahaan.
(2012), tangibility dihitung dengan
membagi asset tetap dengan total
asset.
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
����� ������
����� ������
Menurut Hastalona (2013) ukuran
perusahaan diproksikan dengan nlai
logaritma natural dari penjualan
(Sales) : Skala yang digunakan
adalah skala rasio.
Firm Size = Ln of Sales
Risiko bisnis merupakan
suatu resiko atau ketidakpastian
kemampuan perusahaan dalam
membiayai biaya operasionalnya
sehingga
berdampak
pada
ketidakpastian
kemampuan
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
perusahaan menciptakan earnings.
Risiko bisnis pada penelitian ini
diproksikan dengan standar deviasi
dari EBIT (Hastalona, 2013).
November 2014
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
������ ������ � ��� ����
Likuiditas
merupakan
tingkat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Dalam penelitian ini
proksi yang digunakan untuk
mengukur likuiditas adalah current
ratio. Ukuran Likuiditas perusahaan
yang sering digunakan adalah
������� ����� �
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh laba dari aktiva yang
digunakan baik aktiva lancer
maupun aktiva tetap. Dalam
penilitan ini proksi yang digunakan
untuk
mengukur
profitabilitas
��� �
120
������� ������
������� �����������
adalah return on assets (ROA).
Menurut Gitman dan Zutter (2012,
81) rumus untuk menghitung ROA
adalah sebagai berikut :
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
�������� ��������� ��� ������ ������������
����� ������
Tax
rate
merupakan
konstribusi yang harus dibayarkan
kepada pemerintah, baik secara
pribadi maupun badan usaha yang
telah terdaftar. Jika kewajiban
tersebut
dikenakan
kepada
perusahaan maka akan disebut
dengan corporate tax rate.
��� �
curent ratio yang merupakan
perbandingan antara aktiva lancar
(current asset) dengan hutang
lancar(current
liabilities)
(Hastalona, 2013) :
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
Menurut
Parlak
(2010,
150)
corporate tax rate dihitung dengan
selisih antara laba sebelum pajak
dengan laba setelah pajak yang
dibagi dengan laba sebelum pajak.
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
������� ������ ����� � ������� ����� �����
������� ������ �����
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Non-debt
tax
shield
merupakan
hal-hal
selain
perlindungan
pajak
dari
penggunaan
hutang
seperti
depresiasi, amortisasi, dan biaya
pengembangan. Menurut Hastalona
(2013)
Non-Debt
tax
shield
merupakan keuntungan pajak yang
diperoleh perusahaan selain bunga
pinjaman yang diproksikan dengan
depresiasi aktiva tetap, yakni
depresiasi dibandingkan dengan
EBDIT :
Skala yang digunakan adalah skala
rasio.
��� � ���� ��� ������ �
Metoda Analisis Data
Dalam penelitian ini, metoda
analisis data yang digunakan adalah
�������������
�����
analisis regresi berganda (multiple
regression analysis), dimana model
persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Y
Y = b0 +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
: Variabel dependen (kebijakan hutang / DTA)
b0 – b8
: Konstanta atau intersep
X1
: Growth (GROW)
X2
: Tangibility (TANG)
X3
: Ukuran Perusahaan (FIRM)
X4
: Risiko Bisnis (RBIS)
X5
: Likuiditas (CR)
X6
: Profitabilitas (ROA)
X7
: Corporate tax rate (CTR)
X8
: Non-debt tax shield (NDTS)
℮
: Kesalahan error
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas nilai rata-rata (mean),
maksimum, minimum, dan
simpangan baku (standar deviasi).
Nilai untuk masing-masing statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel
2 dibawah ini, yakni sebagai
berikut:
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel
n
Mean
Maximum Minimum
Std. Dev.
DTA
63
0.380964
0.739884
0.165513
GROW
63
0.178676
0.927799
TANG
FIRM
RBIS
CR
ROA
63
63
63
63
63
0.387833
27.83854
1.82E+10
2.179401
0.084344
0.632632
31.68683
1.45E+11
6.330808
0.936484
CTR
63
0.20336
0.889432
NDTS
63
0.284843
0.677852
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H1
Tabel 3
R
R2 ( R-squared )
Variabel Growth mempunyai
hubungan yang sangat kuat dan
positif dengan R sebesar 0.869080,
0.101393
0.129269
0.107352
22.17512
2.21E+09
0.752015
9.66E-05
1.862263
0.003472
0.217899
0.137636
1.99884
3.28E+11
1.254297
0.125634
0.310912
0.159258
0.869080
0.755300
serta dapat menjelaskan variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang)
sebesar 75,53%.
Tabel 4
Variable
C
GROW
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.343664 0.026225
0.208756 0.093510
13.10451
2.232434
Prob.
0.0000
0.0293
Kebijakan Hutang (DTA)= 0.343664 + 0.208756GROW + e
Nilai statistik t dari growth
probabilitas dari growth sebesar
berada di region rejection, dimana
0.0302 yang lebih kecil dari nilai α
nilai t ≥tα/2 (2.232434 ≥ 2.000)
(0.0293
<
0,05).
Hal
ini
pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05.
menunjukkan bahwa H0 ditolak,
Dengan
demikian,
dapat
sehingga dapat disimpulkan bahwa
disimpulkan bahwa H0 ditolak.
terdapat pengaruh growth terhadap
Hasil ini didukung oleh nilai
kebijakan hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H2
Tabel 5
R
R2 ( R-squared )
122
0.927270
0.859830
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Variabel
Tangibility
mempunyai hubungan yang sangat
kuat dan positif dengan R sebesar
Tabel
Variable
C
TANG
0.927270, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 85,98%.
6
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.286722 0.043293
0.242996 0.110328
6.622891
2.202476
Prob.
0.0000
0.0318
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.286722 + 0.242996TANG + e
Nilai statistik t dari tangibility
probabilitas dari tangibility sebesar
berada di region rejection, dimana
0.0318 yang lebih kecil dari nilai α
nilai t ≥tα/2 (2.202476 ≥ 2.000)
(0.0318
<
0,05).
Hal
ini
pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05.
menunjukkan bahwa H0 ditolak,
Dengan
demikian,
dapat
sehingga dapat disimpulkan bahwa
disimpulkan bahwa H0 ditolak.
terdapat
pengaruh
tangibility
Hasil ini didukung oleh nilai
terhadap kebijakan hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H3
Tabel 7
R
R2 ( R-squared )
Variabel Ukuran Perusahaan
mempunyai hubungan yang rendah
dan positif dengan R sebesar
Tabel
Variable
C
FIRM
0.328396
0.107844
0.328396, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 10,78%
8
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.262694 0.239253 -1.097976
0.022761 0.008382 2.715461
Prob.
0.2765
0.0086
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.262694 + 0.022761FIRM + e
Nilai statistik t dari ukuran
perusahaan sebesar 0.0086 yang
perusahaan berada di region
lebih kecil dari nilai α (0.0086 <
rejection, dimana nilai t ≥tα/2
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
(2.715461 ≥ 2.000) pada d.f.= n–p‐
H0
ditolak,
sehingga
dapat
1= 61, dan α = 0,05. Dengan
disimpulkan
bahwa
terdapat
demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh
ukuran
perusahaan
H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh
terhadap kebijakan hutang.
nilai probabilitas dari ukuran
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H4
Tabel 9
R
0.794459
2
R ( R-squared )
0.631165
Variabel
Risiko
Bisnis
mempunyai hubungan yang kuat
dan positif dengan R sebesar
0.794459, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 63,11%
Tabel 10
Variable
C
RBIS
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.371625 0.022512 16.50797
5.14E-14 9.94E-14 0.517216
Prob.
0.0000
0.6071
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.371625 + 5.14E-14RBIS + e
Nilai statistik t dari risiko bisnis
oleh nilai probabilitas dari risiko
berada di region of acceptance
bisnis (0.6071) > dari nilai α (0.05).
dimana ‐tα/2 ≤ t ≤tα/2 (‐2.000 ≤
Hal ini menunjukkan bahwa H0
0.517216 ≤ 2.000) pada d.f.= n–p‐1=
tidak dapat ditolak, sehingga dapat
61, dan α= 0,05. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa tidak terdapat
dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
pengaruh risiko bisnis terhadap
dapat ditolak. Hasil ini didukung
kebijakan hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H5
Tabel 11
R
R2 ( R-squared )
Variabel
Likuiditas
mempunyai hubungan yang sangat
kuat dan negatif dengan R sebesar
0.856072
0.732860
0.856072, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 73,28%
Tabel 12
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
C
CR
0.595733 0.047914 12.43328
-0.098545 0.021349 -4.615925
Prob.
0.0000
0.0000
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.595733- 0.098545CR + e
Nilai statistik t dari likuiditas
disimpulkan bahwa H0 ditolak.
berada di region rejection, dimana
Hasil ini didukung oleh nilai
nilai t ≤ tα/2 (‐4.615925 ≤ ‐2.000)
probabilitas dari likuiditas sebesar
pada d.f.= n–p‐1 = 61, dan α = 0,05.
0.00000 yang lebih kecil dari nilai α
Dengan
demikian,
dapat
(0.0000
<
0,05).
Hal
ini
124
ISSN: 1410 -9875
Hendra
menunjukkan bahwa H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat
pengaruh
likuiditas
terhadap kebijakan hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H6
Tabel 13
R
R2 ( R-squared )
Variabel
Profitabilitas
mempunyai hubungan yang sangat
kuat dan positif dengan R sebesar
Tabel
Variable
C
ROA
0.812636, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 66,03%
14
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.359777 0.015996
0.251194 0.112098
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.359777
Nilai statistik t dari profitabilitas
berada di region rejection, dimana
nilai t ≥tα/2 (2.240847 ≥ 2.000)
pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak.
Hasil ini didukung oleh nilai
Variabel corporate tax rate
mempunyai hubungan yang kuat
dan positif dengan R sebesar
Tabel
C
CTR
22.49180
2.240847
Prob.
0.0000
0.0291
+ 0.251194ROA + e
probabilitas
dari
profitabilitas
sebesar 0.0291yang lebih kecil dari
nilai α (0.0291 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh profitabilitas
terhadap kebijakan hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H7
Tabel 15
R
R2 ( R-squared )
Variable
0.812636
0.660378
0.793415
0.629508
0.793415, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 62,95%.
16
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.379612 0.016481
0.006646 0.046651
23.03392
0.142453
Prob.
0.0000
0.8872
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.379612 + 0.006646CTR + e
Nilai statistik t dari corporate tax
61, dan α= 0,05. Dengan demikian,
rate berada di region of acceptance
dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
dimana ‐tα/2 ≤ t ≤tα/2 (‐2.000 ≤
dapat ditolak. Hasil ini didukung
0.142453 ≤ 2.000) pada d.f.= n–p‐1=
oleh
nilai
probabilitas
dari
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
corporate tax rate (0.8872) > dari
nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa H0 tidak dapat ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh corporate
tax
rate terhadap
kebijakan
hutang.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H8
Tabel 17
R
R2 ( R-squared )
Variabel non-debt tax shield
mempunyai hubungan yang sangat
kuat dan negatif dengan R sebesar
Tabel
November 2014
0.837278
0.701035
0.837278, serta dapat menjelaskan
variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang) sebesar 70,10%.
18
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
C
NDTS
0.461367 0.038477 11.99067
-0.282272 0.127017 -2.222305
Prob.
0.0000
0.0311
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.461367- 0.282272NDTS + e
Nilai statistik t dari non debt tax
shield sebesar 0.0311 yang lebih
shield berada di region rejection,
kecil dari nilai α (0.0311 < 0,05).
dimana nilai t ≤ tα/2 (‐2.222305 ≤
Hal ini menunjukkan bahwa H0
‐2.000) pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α
ditolak, sehingga dapat disimpulkan
= 0,05. Dengan demikian, dapat
bahwa terdapat pengaruh non debt
disimpulkan bahwa H0 ditolak.
tax shield terhadap kebijakan
Hasil ini didukung oleh nilai
hutang.
probabilitas dari non debt tax
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H9
Tabel 19
R
0.881334
Adjusted R2
0.711635
Variabel growth, tangibility,
ukuran perusahaan, resiko bisnis,
likuiditas, profitabilitas, corporate
tax rate,dan non debt tax shield
mempunyai hubungan yang sangat
126
kuat dengan R sebesar 0.881334,
serta dapat menjelaskan variabel
dependen
(Kebijakan
Hutang)
sebesar 71,16%.
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Tabel 20
Variable
C
GROW
TANG
FIRM
RBIS
CR
ROA
CTR
NDTS
Coefficient Std. Error t-Statistic
0.490615
-0.009902
-0.032552
0.002873
2.67E-14
-0.106078
0.319332
0.016648
0.072930
0.435696
0.075337
0.225110
0.012929
8.88E-14
0.023340
0.133464
0.049186
0.142892
1.126048
-0.131436
-0.144605
0.222212
0.301032
-4.544832
2.392654
0.338463
0.510382
Prob.
0.2657
0.8960
0.8856
0.8251
0.7647
0.0000
0.0207
0.7365
0.6121
Kebijakan Hutang (DTA) = 0.490615 - 0.009902GROW - 0.032552TANG +
0.002873FIRM – 2.67E-14RBIS - 0.106078CR +
0.319332ROA + 0.016648CTR + 0.072930NDTS
F-Statistic
Prob (F-Statistic)
Diketahui bahwa nilai F
statistik atau F hitung (11.92897) ≥
dari nilai Fα atau F kritis (2.12)
dengan dfnum = p = 8 dan dfden =
n – p ‐ 1 = 63‐8‐1 = 54 pada α =0,05.
Nilai p adalah jumlah variabel
independen. Sedangkan n adalah
jumlah data dari sampel. Sehingga,
nilai F statistik berada di region of
rejection dan
dapat dikatakan
bahwa H0 ditolak. Hal ini sejalan
dengan nilai dari probabilitas yang
lebih kecil dari nilai α (0,000 ≤
0,05). Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh growth,
tangibility, ukuran perusahaan,
resiko
bisnis,
likuiditas,
profitabilitas, corporate tax rate,
dan non debt tax shield secara
bersama-sama terhadap kebijakan
hutang.
PENUTUP
dan
Berdasarkan hasil analisis
pembahasan
yang
telah
11.92897
0.000000
diuraikan diatas, maka dapat
diperoleh
kesimpulan
bahwa
terdapat 6 dari 8 variabel
independen
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang, yakni variable growth,
tangibility, ukuran perusahaan,
likuiditas, profitabilitas, dan nondebt tax shield. Sisanya, yakni
variabel risiko bisnis dan corporate
tax rate tidak berpengaruh secara
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang.
Peneliti
menghadapi
sejumlah
keterbatasan
dalam
melakukan
penelitian
ini.
Terbatasnya perusahaan yang dapat
dijadikan sebagai sampel, dimana
penelitian ini hanya berfokus pada
perusahaan food dan beverages
saja. Terbatasnya jumlah variabel
independen yang digunakan dalam
penelitian ini, dimana penulis
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
hanya menggunakan 8 variabel
independen,
yakni
growth,
tangibility, ukuran perusahaan,
risiko
bisnis,
likuiditas,
profitabilitas, corporate tax rate,
dan
non-debt
tax
shield.
Terbatasnya periode penelitian
yang digunakan dalam penelitian
ini, yakni hanya dari tahun 20052013 saja.
Berdasarkan
keterbatasanketerbatasan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa rekomendasi
bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kebijakan hutang.
November 2014
Rekomendasi tersebut antara lain
menggunakan obyek penelitian lain
yang lebih luas sehingga jumlah
sampel penelitian menjadi lebih
besar,
memasukkan
variabelvariabel independen lain yang
mungkin berpengaruh terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan,
seperti kepemilikan manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan dividen dan variabel
lainnya, serta menambah periode
penelitian sampai dengan yang
paling update, yakni tahun 2014
dan 2015 dan seterusnya.
DAFTAR REFERENSI
Alkhatib, Khalid. 2012. The Determinants of Leverage of Listed Companies.
International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 24.
Brigham, E. F. Dan Michael C. Enrhardt. 2005. Financial Management : Theory
and Practice. 11th Edition. Infotrac.
Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of invesment and
Management of portofolio, 9th edition. Canada : South Western.
Diana Dan Irianto. 2008. Pengaruh , Kepemilikan Institusional, dan Sebaran
Kepemilkan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori
Keagenan. Emisi, April, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-16.
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, Thirteenth Edition. United States : Pearson Education.
Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinan
Kebijakan Hutang. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Hal.
11-24.
Hastalona, Dina. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5,No. 1, Maret 2013.
Keown, Arthur J., John D. Martin., J. William Petty., and David F. Scott, Jr.
2005. Financial Management : Principles and Applications, Tenth
Edition.
Parlak, Deniz Dogus. 2010. Determinants of Capital Structure Polices of
Turkish Manufacturing Firm. The Business Review, Chambridge, Vol 14
Num 2.
Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat
Hutangnya. Ilmiah, Vol. 5, No. 1, Hlm. 20-29.
128
ISSN: 1410 -9875
Hendra
Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telaahan Indikasi Keagenan pada
Kebijakan Levarage Perusahaan Keluarga di BEJ. Akuntabilitas. Maret,
Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178.
Yeniantie, dan Nicken Destriana. 2010. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1 : 1 –
16.
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
130
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 131-140
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR – FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI
SHARE RETURN
BINO SULAKSONO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to examine some variables that
influencing share return. The variables are price earnings ratio, debt to
equity ratio, earnings per share, price book value, return on equity, and net
profit margin. This research was using 72 manufacturing companies in
Indonesia Stock Exchange during 2009-2012. The data are collected using
purposive sampling method. The analysis and decision making about the
hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research
indicate that price earnings ratio, debt to equity ratio, earnings per share,
price book value, return on equity, and net profit margin have no influence
to the share return.
Keywords: Share Return, Price Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio,
Earnings Per Share, Price Book Value, Return on Equity, Net
Profit Margin.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa variabel
yang mempengaruhi return saham. Variabel tersebut adalah price earning
ratio, rasio hutang terhadap ekuitas, laba per saham, price book value,
return on equity, dan net profit margin. Penelitian ini menggunakan 72
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama 2009-2012. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan
pengambilan keputusan tentang hipotesis menggunakan analisis regresi
berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio, rasio
hutang terhadap ekuitas, laba per saham, price book value, return on equity,
dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham.
Kata kunci:
Return Saham, Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Laba
Per Saham, Price Book Value, Return on Equity, Net Profit
Margin.
PENDAHULUAN
pasar
mempertimbangkan
beberapa
pendekatan
dan
faktor-faktor
beberapa rasio
tertentu. Ada
keuangan yang dianggap penting
Dalam melakukan investasi di
modal,
investor
perlu
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
dalam menganalisis return dan risk
yang
akan
diterima
saat
berinvestasi seperti melalui rasio
profitabilitas
dan
solvabilitas.
Terdapat
perbedaan
pendapat
dalam
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu sehingga menimbulkan
hasil yang tidak konsisten. Hal
inilah yang mendorong penulis
tertarik
untuk
melakukan
pengembangan penelitian yang
berjudul
“Faktor
–
Faktor
Fundamental yang Mempengaruhi
Share Return”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bukti
empiris pengaruh price earnings
ratio, debt to equity ratio,
earnings per share, price to book
value, return on equity, net profit
margin terhadap share return.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Signaling Theory
Signaling Theory mengemukakan
tentang
bagaimana
seharusnya
sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan
keuangan.
Sinyal
ini
berupa
informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik.
Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih
baik dari pada perusahaan lain
(Wardjono, 2010).
Share Return
Share
adalah
tanda
bukti
kepemilikan
atau
penyertaan
pemegangnya atas perusahaan yang
mengeluarkan
saham
tersebut
(emiten).
Saham
merupakan
sebagai tanda bukti kepemilikan
dalam bentuk perusahaan PT
132
November 2014
(Perseroan Terbatas) dan return
merupakan
presentase
pengembalian dari investasi yang
diterima oleh investor dalam dalam
kurung waktu 1 tahun buku.
Price Earning Ratio (PER)
Price
earnings
ratio
(PER)
merupakan salah satu variabel yang
dipertimbangkan oleh para investor
dalam menentukan saham mana
yang akan dibeli, karena PER
mengindikasikan
kepada
masyarakat dan pihak investor pada
khususnya tentang prestasi dan
prospek
perusahaan
yang
bersangkutan. Menurut Ganto et al.
(2008) PER adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur nilai
pasar yang mengaitkan harga saham
perusahaan dengan labanya.
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER)
merupakan
salah
satu
ratio
solvabilitas yang penting digunakan
untuk
mengukur
tingkat
penggunaan total hutang yang
dibandingkan
dengan
total
shareholders equity yang dimiliki
oleh perusahaan. Menurut Riyanto
(2008) dalam Hermawan (2012) ,
DER adalah rasio total hutang
perbandingan
dengan
modal
sendiri.
Earning Per Share (EPS)
Earnings
per
share
(EPS)
menggambarkan
profitabilitas
perusahaan yang tergambar pada
setiap lembar saham. Makin tinggi
nilai
EPS
tentu
saja
menggembirakan pemegang saham
karena makin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham
dan
kemungkinan
peningkatan
jumlah dividen yang diterima
pemegang saham.
ISSN: 1410 -9875
Price to Book Value (PBV)
Debt equity ratio dipergunakan
untuk
mengukur
tingkat
penggunaan hutang terhadap total
shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan. Semakin tinggi DER
menunjukkan
tingginya
ketergantungan
permodalan
perusahaan terhadap pihak luar
sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Dengan kata lain,
DER berpengaruh negatif terhadap
kinerja perusahaan (Stella 2009).
Price Earnings Ratio (PER)
Menurut Poernamawatie (2008),
PER adalah perbandingan antara
harga saham pada saat penutupan
(closing price) dengan pendapatan
per lembar saham perusahaan
(EPS). PER merupakan salah satu
rasio keuangan perusahaan yang
dapat mempengaruhi harga saham
lebih dominan dibanding EPS.
Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value (PBV)
digunakan untuk mengukur kinerja
harga pasar saham terhadap nilai
bukunya. PBV juga menunjukkan
seberapa jauh perusahaan mampu
menciptakan
nilai
perusahaan
relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan (Wardjono, 2010).
Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan
suatu pengukuran dari penghasilan
yang tersedia dari para pemilik
(pemegang saham) perusahaan atas
modal
yang
diinvestasikannya
dalam perusahaan (Ganto et al.
2008).
Net Profit Margin (NPM)
Return (kembalian) adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi yang
dilakukannya. Komponen return
saham terdiri dari dua jenis yaitu
Bino Sulaksono
current
income
(pendapatan
lancar)
dan
capital
gain
(keuntungan
selisih
harga)
(Susilowati dan Turyanto 2011).
Pengembangan Hipotesis
earnings
ratio
Ha1 Price
berpengaruh
terhadap
Share
return.
to
equity
ratio
Ha2 Debt
berpengaruh terhadap Share
return.
per
share
Ha3 Earnings
berpengaruh terhadap Share
return.
to
book
value
Ha4 Price
berpengaruh terhadap Share
return.
on
equity
Ha5 Return
berpengaruh terhadap Share
return.
Ha6 Net profit margin
berpengaruh terhadap Share
return
METODA PENELITIAN
Sampel
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012. Kriteria yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dari tahun 2009
- 2012.
2. Perusahaan manufaktur yang
mempunyai akhir tahun buku
per 31 Desember.
3. Perusahaan manufaktur yang
memperoleh laba bersih setelah
pajak.
4. Perusahaan manufaktur yang
memiliki laporan keuangan
dengan mata uang Rupiah.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Jumlah
Jumlah
Perusahaa
n
Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2009-2012.
124
496
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak
berakhir 31 Desember.
(4)
(16)
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang
rupiah.
(7)
(28)
Perusahaan yang earnings after tax-nya negatif.
(41)
(164)
72
288
Keterangan
Total data yang digunakan dalam penelitian
Sumber: Hasil Pengumpulan Data SPSS 19
Rumus untuk menghitung Price
Gitman dan Zutter (2012, 82)
Earning Ratio (PER) menurut
adalah:
Market price per share of common stock
PER =
Earnings Per Share
Debt to equity ratio adalah
shareholders equity yang dimiliki
salah satu ratio solvabilitas yang
oleh perusahaan. Dalam Arista dan
penting digunakan untuk mengukur
Astohar (2012) debt to equity ratio
tingkat penggunaan total hutang
dapat diukur menggunakan:
yang dibandingkan dengan total
Total Utang
DER =
Total Ekuitas Pemegang Saham
Earnings per share dari suatu
perusahaan
dapat
ditentukan
dengan
cara
membandingkan
antara laba bersih setelah pajak
dan jumlah lembar saham biasa
yang beredar (Ganto et al. 2008).
Menurut Ganto et al. (2008) untuk
menghitung earnings per share
digunakan rumus sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak
EPS =
Jumlah Saham yang Beredar
Price to Book Value (PBV)
menunjukkan perbandingan harga
134
saham terhadap nilai buku saham
perusahaan (Ganto et al. 2008).
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Menurut Ganto et al. (2008) untuk
digunakan rumus sebagai berikut:
menghitung Price to book value
Market price per share of common stock
PBV =
Book value per share of common stock
Menurut Gitman et al. (2012, 82) untuk menghitung return on equity
digunakan rumus sebagai berikut:
Earnings availables for common stockholder
ROE =
Common stock equity
Net Profit Margin adalah
Menurut Kieso et al. (2010, 1352)
rasio yang menunjukkan berapa
merumuskan perhitungan net profit
besar persentase laba bersih yang
margin sebagai berikut:
diperoleh dari setiap penjualan.
Net Income
NPM =
Net Sales
Menurut Ganto et al. (2008)
beberapa kelompok saham melalui
return saham adalah suatu tingkat
suatu portofolio. Menurut Alroaia et
pengembalian
saham
yang
al. (2012) dalam mengukur share
diharapkan atas investasi yang
return digunakan rumus sebagai
dilakukan dalam saham atau
berikut:
Rt
=
P
t
P
t-1
Ln
Keterangan:
Rt
return total saham
Ln
Logarithma Natural
Pt
Harga saham pada tahun ini
P t-1
Harga saham pada tahun lalu
HASIL PENELITIAN
Hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
PER
DER
EPS
PBV
ROE
NPM
N
288
288
288
288
288
288
Minimum
0,7881
-1,5330
0,2985
-0,4121
-0,0594
0,0007
Maximum
1.193,8896
10,1578
14.593,073
40,0884
1,2195
0,3512
Mean
24,9444
0,9345
808,2384
2,4372
0,1724
0,08
Std. Deviation
90,0003
0,9893
2.162,2320
4,38
0,1655
0,0675
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
RETURN
288
-2,2759
3,1209
0,2811
0,6127
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji t
1
Unstandardized
Coefficients
B
1
Std.
Error
(Constant)
,136
,075
PER
,000
,000
DER
,016
EPS
t
Sig.
Beta
1,817
,070
-,046
-,756
,451
,043
,026
,372
,710
3,060E-5
,000
,108
1,538
,125
PBV
-,009
,015
-,063
-,593
,554
ROE
,552
,490
,149
1,126
,261
NPM
,499
,825
,055
,605
,546
a Dependent Variable: RETURN
Persamaan model regresi
yang dihasilkan dalam penelitian ini
adalah:
Return = 0,136 + 0,000 PER + 0,016
DER + 0,00003060 EPS – 0,009 PBV +
0,552ROE + 0,499 NPM + Ɛ
Dari tabel di atas menunjukkan
hasil uji t untuk setiap variabel
sebagai berikut:
1. Price earnings ratio (PER)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,451 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha1 tidak
diterima.
2. Debt
equity
ratio
(DER)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,710 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha2 diterima.
136
Standardize
d
Coefficients
3. Earnings
per
share
(EPS)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,125 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha3 tidak
diterima.
4. Price
book
value
(PBV)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,554 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha4 tidak
diterima.
5. Return
on
equity
(ROE)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,261 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha5 tidak
diterima
6. Net
profit
margin
(NPM)
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,546 yang lebih besar
dari 0,05 sehingga Ha6 tidak
diterima.
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa PER, DER, EPS,
PBV, ROE, dan NPM secara statistik
tidak berpengaruh terhadap share
return. Hasil ini tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Alroaia et al. (2012), Ganto et
al. (2008), Farkan dan Ika (2013),
Margaretha dan Damayanti (2008),
Susilowati dan Turyanto (2011),
Arista dan Astohar (2012), Kristiana
dan Sriwidodo (2012), Hermawan
(2012), Wardjono (2010), dan Rinati
(2009) yang menunjukkan bahwa
PER, DER, EPS, PBV, ROE, dan NPM
mempunyai pengaruh terhadap
share
return.
Namun
hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Magdalena dan Tjahjono (2013),
Meythi
dan
Mathilda
(2012),
Hermawan (2012), Yunanto dan
Medyawati (2009), Farkan dan Ika
(2013), Arista dan Astohar (2012),
Susilowati dan Turyanto (2011),
Ganto et al. (2008), Iswadi (2012),
dan Harjito dan Aryayoga (2009)
yang menunjukkan bahwa PER,
DER, EPS, PBV, ROE, dan NPM tidak
mempunyai pengaruh terhadap
share return.
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa keterbatasan antara lain
sebagai berikut:
1. Periode
penelitian
yang
digunakan dalam melakukan
pengujian hanya mencakup 4
tahun yaitu dari periode 20092012.
2. Penelitian
ini
hanya
menggunakan enam variabel
independen yang terdiri dari
Bino Sulaksono
rasio profitabilitas dan rasio
solvabilitas,
sedangkan
terdapat
variabel-variabel
independen
lain
yang
dimungkinkan
berpengaruh
terhadap return saham.
3. Model regresi dalam penelitian
ini
mengandung
heteroskedastisitas
terdapat
pada variabel debt to equity
ratio.
4. Penelitian
ini
hanya
menggunakan
sampel
dari
perusahaan manufaktur yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia,
sehingga
objek
penelitiannya belum mencakup
keseluruhan jenis perusahaan
yang ada.
Dari
keterbatasanketerbatasan yang disebutkan di
atas,
maka
peneliti
ingin
memberikan beberapa rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya dapat
memperpanjang jangka waktu
penelitian.
2. Penelitian
selanjutnya
diharapkan memperluas sektor
industri penelitian seperti dalam
bidang non keuangan dan jasa.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menambahkan
jumlah
data
sehingga
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
4. Penelitian selanjutnya dapat
menambah
variabel-variabel
lain yang berpengaruh terhadap
return saham seperti rasio
likuiditas,
dividen
yield,
operating cash flow, serta
rasio- rasio keuangan lainnya.
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
REFERENSI
Astuti, dan Herlin Tundjung Setijaningsih. 2009. Analisis Pengaruh Corporate
Governance Perception Index (CGPI) Terhadap Return On Equity (ROE)
Dan Debt To Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ
(Periode 2005-2006). Jurnal Akuntansi Tahun XIII, No. 02, Mei, Hlm.
174-186.
Astuti, Tri. 2010. Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap
Return Saham Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi Dan
Manajemen, Vol. 21, No.1, April, Hal. 81-104.
Arista, Desy Dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Terapan, Vol. 3,
No.1, Mei.
Alroaia, Younos Vakil, Hossein Eslami Mofid Abadi and Arezo Khosravani. 2012.
The Investigation of Price Earnings Ratio and Return on Stock: The Case
of Tehran Stock Exchange. Journal Asian Dev. Stud, Vol. 1, Issue 2,
June.
Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus Untuk Ekonomi Dan Bisnis, edisi I.
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN: Yogyakarta.
Farkan dan Ika. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Value Added, Vol. 9,
No. 1. Stikubank: Semarang.
Ganto, Jullimursyida, Muammar Khadafi, Wahyuddin Albra, Dan Gazali
Syamni. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur
Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia. Media Riset
Akuntansi, Auditing Dan Informasi, Vol. 8, No. 1, April, Hlm. 85-96.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, edisi V. Undip: Semarang.
Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance, edisi XIII. Pearson: United States of America.
Hermawan, Dedi Aji. 2012. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Earning Per Share
dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham. Management Analysis
Journal 1, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj.
Kristiana, Vera Anis Dan Untung Sriwidodo. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Return Saham Investor Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, Vol. 12, No.
1, April, Hlm. 1-11.
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman, edisi I. BPFE-YOGYAKARTA: Yogyakarta.
Meythi dan Mariana Mathilda. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio dan Price To
Book Value Terhadap Return Saham Indeks LQ 45. Jurnal Akuntansi,
Vol. 4, No. 1, Mei, Hlm. 1-21.
Magdalena, Renna dan Josephine Kurniawati Tjahjono. 2013. Market Ratios On
Bank Stock Returns In Indonesia Stock Exchange For The Years 20082010. Global Network Journal, Vol. 6, No. 1, March.
138
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Margaretha, Farah Dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earning Ratio,
Dividend Yield dan Market To Book Ratio Terhadap Stock Return Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 10, No. 3,
Desember, Hlm. 149-160.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental
Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di BEI. Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis, Vol. 2, No. 2, Juli, Hlm. 101-113.
Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Retrun On Assets (ROA),
dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan
yang tercantum dalam indeks LQ45. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi,
Universitas
Gunadarma.
papers.gunadarma.ac.id/index.php/economy/article/ view/348/316
Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Industri Food & Beverages Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, Nopember, Hlm. 99-116.
Susilowati, Yeye dan Tri turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas Dan
Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika
Keuangan Dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Mei, Hlm. 17-37.
Suarjaya, I Wayan Adi dan Henny Rahyuda. Pengaruh Faktor Fundamental
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di BEI.
E-Jurnal
Manajemen
Universitas
Udayana,
Vol.2,
No.
3,
http://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/4626/3731
(accessed Febuary 12, 2013).
Trisnawati, Ita. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi,
Residual Income, Earnings, Operating Leverage, Dan Market Value
Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11,
No. 1, April, Hlm. 65-78.
Wardjono. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price To Book
Value Dan Implikasinya Pada Return Saham. Dinamika Keuangan Dan
Perbankan, Vol. 2, No. 1, Mei, Hlm. 83-96..
Weygandt, Jerry J., Terry D. Warfield, and Donald E. Kieso. 2010.
Intermediate Accounting, IFRS edition, Vol. 2, Wiley: International.
Yunanto, Muhammad Dan Henny Medyawati. 2009. Studi Empiris Terhadap
Faktor Fundamental Dan Teknikal Yang Mempengaruhi Return Saham
Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, April.
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
140
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 141-158
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN DIVIDEN
ANWAR HARSONO
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to examine whether return on
equity, earning per share, size, cash position, debt to equity ratio, collateral
assets, managerial ownership, and institutional ownership have influenced to
dividend policy. Data is collected from manufacturing companies in
Indonesian Stock Exchange for four years (2008-2011). Sample selected by
using purposive sampling method. Only 33 companies meet the criteria and
taken as sample. The statistical method used in this research is multiple
regression. Result of this research showed that earning per share and
institutional ownership have influence to dividend policy but return on
equity, size, cash position, debt to equity ratio, collateral assets, and
managerial ownership have no influence to dividend policy.
Keywords: Dividend Policy, Institutional Ownership, Earning per Share, Cash
Position, Managerial Ownership, Return on Equity
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah return on
equity, laba per saham, ukuran perusahaan, posisi kas, rasio hutang terhadap
ekuitas, aset jaminan, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional
mempengaruhi kebijakan dividen. Data dikumpulkan dari perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun (2008-2011). Sampel
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Hanya 33
perusahaan memenuhi kriteria dan diambil sebagai sampel. Metode statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa laba per saham dan kepemilikan institusional
memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tetapi return on equity,
ukuran perusahaan, posisi kas, rasio hutang terhadap ekuitas, aset jaminan,
dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan
deviden .
Kata kunci: Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional, Laba per Saham,
Posisi Kas, Kepemilikan Manajerial, Return on Equity
PENDAHULUAN
banyak cara, salah satunya dengan
mengetahui tingkat perkembangan
dunia pasar modal dan industriindustri sekuritas pada negara
Perkembangan
ekonomi
suatu negara dapat diukur dengan
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
tersebut (Marlina dan Danica
2009). Pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk
instrumen
keuangan
jangka
panjang dalam bentuk ekuitas dan
hutang yang jatuh tempo lebih
dari satu tahun (Marlina dan
Danica 2009).
Tujuan
utama
investor
menanamkan modalnya adalah
untuk mendapatkan pengembalian
investasi
(return)
tanpa
mengabaikan risiko yang akan
dihadapinya (Arilaha 2009). Salah
satu bentuk investasi di pasar
modal adalah saham. Investor
saham dapat mengharapkan return
dalam bentuk capital gain dan
atau
dividen.
Capital
gain
merupakan selisih positif antara
harga perolehan saham dengan
harga pasar saham, sedangkan
dividen merupakan bagian dari
laba bersih perusahaan kepada
pemegang saham (Wahyudi dan
Baidori 2008).
Kebijakan
dividen
suatu
perusahaan akan melibatkan dua
pihak yang berkepentingan dan
saling
bertentangan,
yaitu
kepentingan pemegang saham yang
mengharapkan dividen, dengan
kepentingan perusahaan terhadap
laba ditahan (Arilaha 2009).
Dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan
tergantung
pada
kebijakan dividen masing-masing
perusahaan (Arilaha 2009).
Kebijakan
dividen
perusahaan
dipengaruhi
oleh
konflik keagenan (Fauz dan Rosidi
2007). Konflik antara pemegang
saham dan manajer terjadi karena
ada
perbedaan
tujuan
dari
keduanya . Pemegang saham
menginginkan peningkatan nilai
perusahaan melalui peningkatan
kesejahteraan
mereka
namun
142
November 2014
pihak
manajemen
seringkali
mempunyai tujuan lain yang
bertentangan dengan pemegang
saham. Konflik kepentingan ini
dapat
diminimalkan
dengan
mekanisme pengawasan, namun
mekanisme ini akan menimbulkan
agency cost (Fauz dan Rosidi
2007).
Indikator yang digunakan
untuk mengukur kebijakan dividen
adalah rasio pembayaran dividen
(Dividend Payout Ratio). Rasio
pembayaran dividen menunjukkan
berapa banyak dividen yang harus
dibagikan
kepada
pemegang
saham.
Peneliti
mencoba
menganalisis faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kebijakan
dividen.
Peneliti termotivasi untuk
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen
untuk mengetahui pengaruh return
on equity, earning per share, size,
cash position, debt to equity ratio,
collateral
asset,
kepemilikan
manajerial,
dan
kepemilikan
institusional sebagai faktor yang
akan
diteliti
secara
parsial
terhadap
kebijakan
dividen
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan
bukti
empiris
pengaruh
variabel
independen
tersebut
terhadap
variabel
dependen yaitu kebijakan dividen.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan yaitu pertama
pendahuluan yang menguraikan
mengenai isu penelitian, motivasi
penelitian, rumusan masalah dan
tujuan serta organisasi penelitian.
Kedua yaitu rerangka teoritis yang
memaparkan mengenai landasan
teori
yang
digunakan
untuk
mengembangkan hipotesis. Ketiga
ISSN: 1410 -9875
yaitu metoda penelitian yang
memuat metoda pemilihan sampel
dan pengumpulan data, definisi
operasional,
dan
pengukuran
variabel. Keempat yaitu hasil
penelitian
yang
menguraikan
analisis dan pembahasan temuan
penelitian. Kelima yaitu bagian
penutup
yang
menguraikan
mengenai
simpulan,
implikasi,
keterbatasan penelitian, dan saran
bagi penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bird-In-The-Hand-Theory
Model ini menganggap bahwa
dividen yang diterima saat ini lebih
baik daripada capital gain di masa
yang akan datang karena dividen
yang diterima saat ini bersifat lebih
pasti dibandingkan capital gain
yang diterima di masa mendatang
yang mengandung ketidakpastian
(Rahmawati dan Akram 2007).
Menurut Wahyudi dan Baidori
(2008), investor saham umumnya
lebih menyukai dividen karena
merupakan unsur pendapatan yang
pasti dibayarkan perusahaan pada
tahun berjalan sedangkan capital
gain bersifat tidak pasti.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976)
mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak dimana satu
atau
lebih
orang
(principal)
melibatkan orang lain (agent) untuk
bertindak atas nama mereka,
dimana principal mendelegasikan
pembuatan
keputusan
kepada
agent. Hubungan principal dan
agent adalah untuk memaksimalkan
utilitas, dimana agent dipercayai
Anwar Harsono
tidak
selalu
bertindak
untuk
kepentingan principal.
Menurut Jensen dan Meckling
(1976) terdapat konflik kepentingan
antara principal dan agent dimana
principal ingin memaksimalkan
kesejahteraan mereka sedangkan
agent ingin melakukan ekspansi
perusahaan. Untuk meminimalisir
masalah tersebut maka dilakukan
mekanisme
pengawasan
yang
menimbulkan agency cost. Menurut
Dewi (2008), ada beberapa cara
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengurangi agency cost yaitu
dengan meningkatkan kepemilikan
manajerial
dan
mengaktifkan
pengawasan
melalui
investorinvestor institusional.
Teori Preferensi Pajak
Model
ini
menganggap
dengan
adanya
pajak,
maka
investor akan lebih menyukai
capital gain dibandingkan dengan
dividen karena dividen dikenakan
pajak yang lebih tinggi daripada
capital gain (Rahmawati dan Akram
2007). Menurut Suwaldiman dan
Aziz (2006) ada tiga alasan yang
berhubungan dengan pajak yang
beranggapan bahwa investor lebih
menyukai dividen yang rendah
daripada yang tinggi. Pertama, tarif
pajak untuk capital gain lebih
rendah daripada tarif pajak untuk
dividen. Kedua, ada efek nilai
waktu karena pajak untuk capital
gain tidak dibayarkan sampai saham
terjual. Ketiga, apabila selembar
saham dimiliki seseorang sampai
orang tersebut meninggal dunia,
maka tidak ada pajak capital gain
yang terutang.
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
Return on Equity dan Kebijakan
Dividen
Menurut Adil et al. (2011)
return on equity menunjukkan
besarnya nilai laba bersih yang
dapat
dikembalikan
kepada
pemegang saham yang ditunjukkan
dalam persentase. Semakin besar
nilai rasio ini menunjukkan semakin
besar tingkat pengembalian kepada
pemegang saham, dan semakin
kecil nilai rasio ini menunjukkan
semakin kecil tingkat pengembalian
kepada pemegang saham.
Menurut Deitiana (2009),
Return on equity mengukur berapa
besar pengembalian yang diperoleh
pemilik bisnis (pemegang saham)
atas modal yang dia setorkan untuk
bisnis tersebut. Return on equity
merupakan indikator yang tepat
untuk mengukur keberhasilan bisnis
dalam
memperkaya
pemegang
sahamnya. Jika terjadi peningkatan
laba yang mengakibatkan return on
equity meningkat, maka semakin
baik kemampuan perusahaan dalam
mengelola
modal
untuk
menghasilkan laba (Rahmawati dan
Akram 2007).
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha1 : Return on Equity berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen
Earning per Share dan Kebijakan
Dividen
Menurut Adil et al. (2011) earning
per share menunjukkan besarnya
laba perusahaan yang dialokasikan
ke tiap saham perusahaan yang
beredar di masyarakat. Semakin
besar nilai rasio ini menunjukkan
semakin besar pengembalian yang
diterima oleh tiap lembar saham
yang dimiliki oleh pemegang
saham. Semakin kecil nilai rasio ini
144
November 2014
menunjukkan
semakin
kecil
pengembalian yang diterima oleh
tiap lembar saham yang dimiliki
oleh pemegang saham. Earning per
share tidak selalu dibagikan kepada
pemegang saham, jika perusahaan
memerlukannya untuk kepentingan
perusahaan (Darminto 2007).
Rahmawati dan Akram (2007)
menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan
menggambarkan
kekayaan perusahaan. Perusahaan
besar memiliki kemudahan daripada
perusahaan
kecil
untuk
menghasilkan
keuntungan
dan
memperoleh sumber pendanaan.
Oleh karena itu, semakin besar
ukuran
perusahaan,
besarnya
dividen yang dibayarkan juga ikut
meningkat. Disisi lain, ukuran
perusahaan juga dapat berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen
karena
walaupun
perusahaan
memiliki
kemampuan
untuk
menghasilkan keuntungan lebih
besar, tapi modal yang digunakan
juga
besar,
sehingga
profitabilitasnya bisa jadi tidak
terlalu tinggi dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Dengan demikian
dana yang dapat dibagikan untuk
dividen juga tidak besar.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
:
Earning
per
Share
Ha2
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Size dan Kebijakan Dividen
Menurut Darminto (2007),
perusahaan besar akan lebih berani
untuk menggunakan modal dari
pinjaman
(eksternal)
dalam
membelanjai aktiva yang digunakan
untuk
perluasan
usaha,
dibandingkan dengan perusahaan
yang
lebih
kecil
ukurannya.
ISSN: 1410 -9875
Semakin besar kebutuhan dana dari
eksternal perusahaan maka semakin
besar bagian laba yang dapat
digunakan
untuk
membayar
dividen. Semakin besar kebutuhan
dana dari internal maka semakin
kecil bagian laba yang digunakan
untuk membayar dividen.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha3 : Size berpengaruh terhadap
Kebijakan Dividen
Cash Position dan Kebijakan
Dividen
Marlina
dan
Danica
(2009)
menyatakan bahwa posisi kas atau
likuiditas dari suatu perusahaan
merupakan faktor penting yang
harus dipertimbangkan sebelum
mengambil
keputusan
untuk
menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Pribadi dan
Sampurno
(2012)
menyatakan
bahwa besarnya dividen yang
dibayarkan
akan
dipengaruhi
besarnya posisi kas peusahaan.
Kadang posisi kas yang besar
dipandang
sebagai
sebuah
keunggulan, namun bagi investor
itu bisa saja dianggap sebagai sinyal
buruk
karena
tidak
dapat
memanfaatkan
kas
dengan
maksimal yang berakibat kecilnya
return dan berdampak pada jumlah
dividen yang diterima (Pribadi dan
Sampurno 2012).
Witantra dan Arifah (2013)
menyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki posisi kas yang kuat
akan semakin besar kemampuannya
dalam membayar dividen. Cash
position merupakan faktor internal
yang dapat dikendalikan oleh pihak
manajemen perusahaan.
Anwar Harsono
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha4 : Cash Position berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen
Debt to Equity Ratio dan
Kebijakan Dividen
Prihantoro
(2003)
menyatakan bahwa debt to equity
ratio mencerminkan kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
seluruh kewajiban yang ditunjukkan
dengan berapa bagian modal sendiri
yang digunakan untuk membayar
kewajiban.
Deitiana
(2009)
menyatakan bahwa semakin besar
rasio
ini
maka
kewajiban
perusahaan semakin besar dan rasio
yang semakin rendah menunjukkan
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajibannya.
Semakin
tinggi
kewajiban
perusahaan
maka
kemampuan
perusahaan dalam
membayar
dividen
menurun.
Sebaliknya,
semakin
rendah
kewajiban
perusahaan
maka
kemampuan
perusahaan dalam
membayarkan dividen meningkat.
Peningkatan
kewajiban
akan
mempengaruhi
besar
kecilnya
dividen yang diterima pemegang
saham
karena
pembayaran
kewajiban
lebih
diutamakan
daripada
pembagian
dividen
(Marlina dan Danica 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha5 : Debt to Equity Ratio
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Collateral Asset dan Kebijakan
Dividen
Fauz dan Rosidi (2007)
menyatakan bahwa collateral asset
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
adalah aset perusahaan yang dapat
digunakan
sebagai
jaminan
peminjaman. Kreditor seringkali
meminta jaminan berupa aset
ketika memberi pinjaman kepada
perusahaan.
Perusahaan
yang
memiliki collateral asset yang
tinggi akan mengurangi konflik
kepentingan antara kreditor dan
pemegang
saham
sehingga
perusahaan
dapat
membayar
dividen dalam jumlah besar,
sebaliknya apabila collateral asset
perusahaan rendah maka akan
meningkatkan konflik kepentingan
antara pemegang saham dan
kreditor karena kreditor akan
menghalangi perusahaan untuk
membayar dividen dalam jumlah
besar karena takut piutang mereka
tidak dibayar (Wahyudi dan Baidori
2008).
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha6 : Collateral Asset berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan
Manajerial
dan
Kebijakan Dividen
Kepemilikan
manajerial
adalah kepemilikan common share
oleh pihak manajemen perusahaan
(Fauz dan Rosidi 2007). Manajer
memperoleh kesempatan untuk ikut
terlibat dalam kepemilikan saham
sehingga
diharapkan
manajer
menghasilkan kinerja yang baik
sehingga mengarahkan dividen pada
tingkatan yang rendah. Penetapan
dividen yang rendah disebabkan
karena manajer memiliki harapan
untuk melakukan investasi di masa
mendatang dengan menggunakan
sumber dana internal (Nuringsih
2005).
Menurut Dewi (2008), apabila
sebagian pemegang saham lebih
146
November 2014
menyukai dividen tinggi maka akan
menimbulkan
perbedaan
kepentingan sehingga diperlukan
peningkatan dividen. Sebaliknya,
jika kepemilikan manajerial tinggi
maka akan terjadi kesamaan
preferensi antara pemegang saham
dan
manajer
sehingga
tidak
diperlukan peningkatan dividen.
Nuringsih (2005) menyatakan
bahwa pada tingkat kepemilikan
manajerial yang rendah perusahaan
melakukan pembayaran dividen
yang tinggi. Karena pembayaran
dividen
yang
tinggi
akan
memberikan performance yang
bagus dan meningkatkan reputasi
perusahaan di mata investor
sehingga mudah untuk melakukan
emisi saham baru. Jika perusahaan
menambah saham baru, manajer
sebagai pemegang saham lama
mendapat
pre-emptive
right
sehingga
berpeluang
untuk
meningkatkan
kepemilikan
sahamnya. Tetapi di sisi lain hal
tersebut menyebabkan perusahaan
memiliki laba ditahan rendah
sehingga bila perusahaan ingin
melakukan
ekspansi
akan
memerlukan pendanaan dari pihak
eksternal yang biayanya cenderung
mahal.
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha7 : Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Kepemilikan
Institusional
dan
Kebijakan Dividen
Menurut Fauz dan Rosidi
(2007) kepemilikan institusional
adalah kepemilikan saham oleh
pihak institusi, seperti perusahaan
lain atau bank. Biasanya institusi
tersebut
dapat
menguasai
ISSN: 1410 -9875
mayoritas saham karena mereka
memiliki sumber daya yang lebih
besar
dibandingkan
pemegang
saham lain. Terdapat pendapat
yang berbeda mengenai tujuan
investor
institusional
dalam
menanamkan modalnya di suatu
perusahaan. Menurut Crutchley et
al.
(1999),
semakin
tinggi
kepemilikan institusional maka
semakin kuat kontrol eksternal
terhadap
perusahaan
dan
mengurangi
biaya
keagenan,
sehingga perusahaan cenderung
memberikan dividen yang lebih
rendah. Investor institusional lebih
menyukai
perusahaan
menginvestasikan kembali labanya
untuk investasi jangka panjang
dibandingkan membagikan dividen
dengan jumlah besar. Hal ini
dikarenakan investor institusional
mempunyai horizon investasi yang
secara umum berjangka panjang
dan hal ini berbeda dari tujuan
investor pada umumnya (Djumahir
2009). Namun menurut Vidyantie
dan Handayani (2006), investor
institusional mungkin lebih tertarik
untuk melakukan kontrol yang ketat
dan menghasilkan dividen yang
tinggi dengan cara memiliki saham
perusahaan tersebut.
Menurut
Pribadi
dan
Sampurno
(2012),
sistem
kepemilikan institusional sebuah
perusahaan berpengaruh terhadap
keputusan yang diambil dalam
setiap periode, karena mungkin
saja keputusan yang diambil
didasarkan kemauan dari pihak
institusional
yang
mempunyai
kepemilikan lebih besar. Jika
kepemilikan institusional besar,
maka akan lebih memilih untuk
mengalokasikan laba perusahaan
dalam bentuk dividen dengan
persentase yang stabil.
Anwar Harsono
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis alternatif yang diuji
adalah sebagai berikut.
Ha8 : Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
METODA PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan go
public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2008-2011.
Penelitian ini mengambil sampel
berupa
perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
selama tahun 2008-2011. Pemilihan
sampel
menggunakan
metoda
purposive sampling yaitu pemilihan
sampel berdasarkan pertimbangan.
Adapun proses pemilihan sampel
disajikan pada tabel 1.
Data penelitian bersumber
dari laporan keuangan auditan
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008-2011 yang diperoleh
dari Pusat Referensi Pasar Modal
yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia yang diperoleh dari
www.idx.co.id.
Kebijakan dividen adalah
keputusan manajemen perusahaan
terhadap besarnya jumlah dividen
yang akan dibayarkan. Kebijakan
dividen
diukur
dengan
menggunakan dividend payout ratio
(Marlina dan Danica 2009). Skala
yang digunakan merupakan skala
rasio. Menurut Marlina dan Danica
(2009) dividend payout ratio diukur
dengan membandingkan dividen kas
per lembar saham terhadap laba
yang diperoleh per lembar saham,
formulasinya sebagai berikut:
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
DPR=
Dividen kas per lembar saham
Laba yang diperoleh per lembar saham
Return on equity mengukur
pengembalian yang diperoleh oleh
pemegang saham biasa dalam
investasi suatu perusahaan (Gitman
2012). Pada umumnya ROE yang
ROE=
Earning per share mengukur
laba bersih yang diperoleh setiap
pemegang saham biasa (Kieso et al.
2007). Skala yang digunakan
merupakan skala rasio. Earning per
share
menunjukkan
laba
perusahaan yang dialokasikan ke
tiap saham perusahaan yang
beredar di masyarakat (Adil et al.
2011). Earning per share dapat
dihitung dengan formulasi sebagai
berikut:
Net Income - Preference Dividends
Number of shares of common stock outstanding
Size menggambarkan kekayaan
yang dimiliki perusahaan. Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan log natural dari total
asset perusahaan (Vidyantie dan
Handayani 2006).
Size = Ln TA
Cash Position=
DER=
Dimana Ln TA : Log Natural Total
Assets
Cash
position
dihitung
dengan membandingkan antara
saldo kas akhir dengan laba bersih
setelah pajak (Marlina dan Danica
2009). Skala yang digunakan
merupakan
skala
rasio.
Formulasinya sebagai berikut:
Saldo kas akhir
Laba bersih setelah pajak
Debt
to
Equity
Ratio
menunjukkan
seberapa
besar
perusahaan dibiayai oleh hutang
dibandingkan dengan modal sendiri
148
lebih tinggi , lebih baik untuk
pemegang saham. Skala yang
digunakan merupakan skala rasio.
Return on equity dapat dihitung
dengan formulasi sebagai berikut:
Earning available for common stockholder
Common stock equity
Dimana :
Earning available for common
stockholders:
Net
income
–
Preferred dividend
EPS=
November 2014
(Marlina dan Danica 2009). Skala
yang digunakan merupakan skala
rasio.
Formulasinya
sebagai
berikut:
Total hutang
Total modal sendiri
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Collateral Asset adalah aset
perusahaan yang dapat digunakan
sebagai jaminan peminjaman (Fauz
dan Rosidi 2007). Skala yang
digunakan merupakan skala rasio.
Menurut Pujiastuti (2008) collateral
asset diukur dari rasio aset tetap
netto (net fixed assets) terhadap
total aset. Formulasinya sebagai
berikut:
Collateral asset=
Kepemilikan
Manajerial
adalah kepemilikan common share
oleh pihak manajemen perusahaan
(Fauz dan Rosidi 2007). Skala yang
digunakan
merupakan
skala
nominal.
Variabel
kepemilikan
manajerial menggunakan variabel
dummy untuk menunjukkan ada
tidaknya kepemilikan manajerial
yaitu 1 untuk perusahaan yang
memiliki kepemilikan manajerial
dan 0 untuk perusahaan yang tidak
memiliki kepemilikan manajerial
(Ismiyanti dan Hanafi 2003).
adalah
Kepemilikan
kepemilikan
institusional
saham oleh
Kepemilikan institusional =
b3X3
+
b4X4
pihak institusi, seperti perusahaan
lain atau bank (Fauz dan Rosidi
2007). Skala yang digunakan
merupakan skala rasio. Pengukuran
variabel kepemilikan institusional
menggunakan persentase saham
yang diperoleh dari jumlah saham
institusional dan kepemilikan oleh
blockholder dibagi dengan jumlah
keseluruhan saham yang beredar
(Ismiyanti dan Hanafi 2003).
Kepemilikan
oleh
blockholder
adalah kepemilikan individu atau
atas nama perorangan di atas 5%
tetapi tidak termasuk dalam
kepemilikan manajerial (Ismiyanti
dan Hanafi 2003).
saham institusional + kepemilikan blockholder
jumlah saham yang beredar
Penelitian ini menggunakan
uji regresi berganda (multiple
regression)
dalam
pengujian
hipotesisnya.
Pengujian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
Y = a + b1X1 + b2X2 +
Fixed Assets
Total Assets
+ b5X5 +
Dalam hal ini,
Y = Kebijakan Dividen (DPR)
a = Konstanta
X1 = Return on Equity (ROE)
X2 = Earning per Share (EPS)
X3 = Size (SIZE)
X4 = Cash Position (CP)
X5 = Debt to Equity Ratio (DER)
X6 = Collateral
Asset
(COLLATERAL)
bagaimana
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Model empiris dalam
penelitian ini adalah sebagai
berikut.
b6X6
+
b7X7
+ b8X8 + e
X7 = Kepemilikan
(INSIDE)
X8 = Kepemilikan
(INST)
e = Error Term
Manajerial
Institusional
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
HASIL PENELITIAN
Menurut
Ghozali
(2011)
statistik deskriptif memberikan
gambaran mengenai suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, skewness. Hasil statistik
deskriptif disajikan pada tabel 2.
Dari
hasil
pengujian
normalitas residual pada tabel 3,
maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,072 dimana
nilainya lebih besar dari tingkat
kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu
sebesar 0,05. Hal ini menyatakan
bahwa data residual berdistribusi
normal. Tabel 4 menunjukkan
bahwa dalam model regresi tidak
terdapat variabel yang mengalami
multikolonieritas.
Berdasarkan
tabel 5, nilai sig lebih besar dari
0,05 yang menunjukkan bahwa
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas.
Berdasarkan
tabel 6, menunjukan nilai sig. res_2
sebesar 0,935 yang lebih besar dari
0,05. Berarti model penelitian tidak
mengalami masalah autokorelasi.
Berdasarkan tabel 7, nilai
koefisien korelasi (R) adalah
sebesar 0,556. Hal ini menunjukkan
bahwa korelasi antara variabel
dependen
dengan
variabel
independen adalah kuat karena
nilai R lebih dari 0,5. Nilai Adjusted
R Square pada tabel 8 sebesar
0,264 yang menunjukan bahwa
26,4% variansi variabel kebijakan
dividen dapat dijelaskan oleh
variansi dari delapan variabel
independen, yaitu return on
equity, earning per share, size,
cash position, debt to equity ratio,
collateral
asset,
kepemilikan
manajerial,
dan
kepemilikan
institusional. Sedangkan sisanya
150
November 2014
73,6% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak terdapat dalam
penelitian.
Dari tabel 9 dapat dilihat
bahwa nilai F adalah sebesar 6,873
dengan tingkat signifikansi sebesar
0.000. Karena nilai sig pada tabel
diatas lebih rendah daripada α =
0.05, maka dapat disimpulkan
bahwa
model
regresi
yang
digunakan adalah layak dan tepat.
Tabel
10
menunjukkan
return on equity (ROE) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,130. Nilai tersebut lebih besar
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukan Ha1 gagal
diterima, artinya return on equity
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen. Return on Equity
(ROE) tidak berpengaruh karena
return yang tinggi tidak menjamin
perusahaan akan menaikkan jumlah
dividen yang akan dibagikan, bisa
saja digunakan untuk ekspansi
perusahaan.
Biasanya
manajer
hanya menaikkan dividen saat
sudah yakin bahwa laba yang
diperoleh dapat dipertahankan oleh
perusahaan (Rahmawati dan Akram
2007).
Hasil uji t menunjukkan
earning
per
share
(EPS)
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,000. Nilai tersebut lebih kecil
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha2 berhasil
diterima, artinya earning per share
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Earning
per
share
menunjukkan
besarnya
laba
perusahaan yang dialokasikan ke
tiap saham perusahaan yang
beredar di masyarakat (Adil et al.
2011). Semakin besar
nilai EPS
menunjukkan
semakin
besar
ISSN: 1410 -9875
pengembalian yang diterima oleh
tiap lembar saham yang dimiliki
oleh pemegang saham.
Hasil uji t menunjukkan size
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikan 0,119. Nilai tersebut
lebih besar dari tingkat kesalahan
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan
Ha3 gagal diterima, artinya size
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen. Size tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
karena
bervariasinya
preferensi investor. Investor yang
memilih saham perusahaan besar
cenderung menginginkan tingkat
laba yang stabil, tetapi perusahaan
besar
umumnya
tidak
bisa
menghasilkan profitabilitas yang
besar karena walaupun laba yang
dihasilkan besar tetapi modal yang
digunakan juga besar. Oleh karena
itu, investor yang melihat tingkat
profitabilitas cenderung memilih
saham
perusahaan
kecil
(Rahmawati dan Akram 2007).
Hasil uji t menunjukkan cash
position
tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan
tingkat signifikan 0,533. Nilai
tersebut lebih besar dari tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hal ini
menunjukkan Ha4 gagal diterima,
artinya
cash
position
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Cash
position
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen karena kas yang ada pada
neraca perusahaan merupakan aset
likuid
yang
digunakan
untuk
kegiatan operasional perusahaan
dalam menghasilkan laba atau
keuntungan
bagi
perusahaan
(Witantra dan Arifah 2013).
Hasil uji t menunjukkan debt
to equity ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
Anwar Harsono
dividen dengan tingkat signifikan
0,131. Nilai tersebut lebih besar
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha5 gagal
diterima, artinya debt to equity
ratio (DER) tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Debt
to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap
kebijakan
dividen
dikarenakan
pihak
manajemen
tidak
hanya
memperhatikan
kepentingan
kreditor
dengan
melunasi kewajibannya tetapi juga
kepentingan
pemegang
saham
dengan
membayarkan
dividen
(Arilaha 2009).
Hasil uji t menunjukkan
collateral asset tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan
tingkat signifikan 0,657. Nilai
tersebut lebih besar dari tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hal ini
menunjukkan Ha6 gagal diterima,
artinya collateral asset tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Collateral asset tidak
berpengaruh terhadap dividen yang
dibayarkan karena aset yang
dijaminkan tersebut berupa aset
tetap yang bersifat tidak liquid,
sehingga bukan merupakan sumber
dana untuk pembayaran dividen.
Hasil uji t menunjukkan
kepemilikan manajerial (INSIDE)
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen dengan tingkat
signifikan 0,960. Nilai tersebut
lebih besar dari tingkat kesalahan
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan
gagal
diterima,
artinya
Ha7
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Hasil uji t menunjukkan
kepemilikan institusional (INST)
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dengan tingkat signifikan
0,012. Nilai tersebut lebih kecil
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
dari tingkat kesalahan sebesar 0,05.
Hal ini menunjukkan Ha8 berhasil
diterima,
artinya
kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap
kebijakan
dividen.
Menurut
Vidyantie dan Handayani (2006),
investor institusional mungkin lebih
tertarik untuk memiliki saham
perusahaan
dengan
melakukan
kontrol
yang
ketat
untuk
menghasilkan dividen yang tinggi.
PENUTUP
Return on equity (ROE) tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati dan
Akram (2007), Deitiana (2009) dan
Adil et al. (2011). Earning per share
(EPS)
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Deitiana (2009), Adil et al. (2011)
serta Witantra dan Arifah (2013)
dan Darminto (2007). Size tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adil et al. (2011),
Nuringsih (2005), Suwaldiman dan
Aziz (2006) serta Rahmawati dan
Akram (2007). Cash Position (CP)
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Witantra dan Arifah (2013).
Debt to equity ratio (DER)
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Marlina dan Danica (2009), Deitiana
(2009), Arilaha (2009), Suharli
(2006) serta Putri dan Nasir (2006).
152
November 2014
Collateral
asset
(COLLATERAL)
tidak
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen (DPR). Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Pujiastuti
(2008).
Kepemilikan
manajerial
(INSIDE)
tidak
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi dan Baidori
(2008), Suwaldiman dan Aziz
(2006), Fauz dan Rosidi (2007),
serta Ismiyanti dan Hanafi (2003).
Kepemilikan institusional (INST)
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Pribadi
dan
Sampurno (2012), Dewi (2008),
Putri dan Nasir (2006), Han et al.
(1999) serta Short et al. (2002).
Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini adalah penelitian ini
hanya
menggunakan
periode
pengamatan selama 4 tahun, yaitu
dari tahun 2008 sampai 2011,
peneliti
hanya
menggunakan
delapan
variabel
independen,
masih terdapat variabel independen
lainnya
yang
diduga
dapat
mempengaruhi variabel dependen
dan
penelitian
ini
hanya
menggunakan
perusahaan
manufaktur
sebagai
obyek
penelitian.
Dari
keterbatasanketerbatasan
yang
ada
pada
penelitian ini, maka peneliti ingin
memberikan rekomendasi yaitu
penelitian
selanjutnya
dapat
memperpanjang periode penelitian
sehingga
lebih mencerminkan
kondisi jangka panjang, penelitian
selanjutnya dapat menambahkan
variabel-variabel lain yang belum
dimasukkan dalam penelitian ini
yang berkaitan dengan informasi
ISSN: 1410 -9875
eksternal
perusahaan
seperti
tingkat inflasi, suku bunga, nilai
tukar dan lain lain sehingga dapat
lebih
menyempurnakan
model
dividen dan penelitian selanjutnya
Anwar Harsono
dapat memperluas obyek penelitian
seperti perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
REFERENSI
Adil, C. M., Nousheen Zafar, dan Noman Yaseen. 2011. Empirical Analysis of
Determinants of Dividend Payout: Profitability and Liquidity.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research Business, May,
Vol.3, No.1, hlm. 289-300.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., dan Thomas A. William. 2011.
Statistic for Business and Economics. 11th edition. South western :
Cencage Learning.
Arilaha, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,
Likuiditas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan
dan Perbankan, Januari, Vol.13, No. 1, hlm. 78-87.
Crutchley, Claire E., Marlin R.H. Jensen, John S. Jahera, Jr., dan Jennie E.
Raymond. 1999. Agency Problems and The Simultaneity of Financial
Decision Making The Role of Institutional Ownership. International
Review of Financial Analysis 8:2, hlm. 177-197.
Darminto. 2007. Factors Influencing Dividend Policy. Jurnal Administrasi
Bisnis, Desember, Vol.1, No.2, hlm.110-122.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April, Vol. 11,
No. 1, hlm. 57-64.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April, Vol. 10,
No. 1, hlm. 47-58.
Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Peusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
September, Vol. 11, No. 2, hlm. 144-153.
Fauz, Achmad, dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral
Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen,
Juni, Vol. 8, No. 2, hlm. 259-267.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, L. J., Chad. J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th
Edition. Pearson.
Han, Ki C., Suk Hun Lee, dan David Y. Suk. 1999. Institutional Shareholder and
Dividends. Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 12, No. 1,
hlm. 53-62.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Ismiyanti, Fitri, dan Mamduh M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan
Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi
VI, Surabaya, 16-17 Oktober, hlm. 260-277.
Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, October, Vol. 3, No. 4, hlm. 305-360.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2007.
Intermediate Accounting. 12 edition, USA: Willey International Edition.
Marlina, Lisa, dan Clara Danica. 2009. Analisa Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return on Assets Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari , hlm. 1-6.
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi
1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli- Desember,
Vol. 2, No. 2, hlm. 103-123.
Pribadi, Anggit Satria, dan R. Djoko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportuniy, Ownership, dan Return on
Asset terhadap Dividend Payout Ratio. Dipenogoro Journal of
Management, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-11.
Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 14, No.1, hlm. 714.
Pujiastuti, Triani. 2008. Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Mei, Vol. 12, No. 2, hlm. 183-197.
Purwanti, Dwi, dan Peni Sawitri. 2011. Dampak Rasio Keuangan Terhadap
Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Februari, Vol. 3,
No.2.
Putra, I Nyoman Nugraha Ardana. 2006. Analisis Biaya Keagenan Terhadap
Kebijakan Dividen pada Peusahaan Manafaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi, Desember, Vol. 5, No. 2, hlm. 3747.
Putri, Imanda Firmantyas, dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan
Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko,
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori
Keagenan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26
Agustus, hlm. 1-25.
Rahmawati, Intan, dan Akram. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan-Perusahaan di BEJ Periode 2002-2004. Jurnal Riset
Akuntansi, Juni, Vol. 6, No. 1, hlm. 31-44.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business. West
Sussex: John Willey and Sons Ltd.
154
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Short, Helen, Hao Zhang, Kevin Keasey. 2002. The Link Between Dividend
Policy and Institutional Ownership. Journal of Corporate Finance 8,
hlm. 105-122.
Suharli, Michell. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, dan Harga Saham Terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi Pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEJ periode 2002-2003). Jurnal Maksi,
Vol.6, Agustus, No.2, hlm. 243-256.
Suwaldiman, dan Ahmad Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Resiko
Pasar Terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan
Manajemen, Januari, Vol. 8, No. 1, hlm. 53-64.
Vidyantie, Deasy Nathalia, dan Ratih Handayani. 2006. The Analysis of The
Effect of Debt Policy, Institutional Investor, Business Risk, Firm Size and
Earning Volatility to Managerial Ownership Based in Agency Theory
Perspective. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 8, No. 2, April, hlm.1933.
Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership,
Collateralizable Assets dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode
2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3, Desember, hlm.
474-482.
Witantra, Gemilang Padma, dan Dista Amalia Arifah. 2013. Analisis Kebijakan
Dividen di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Juli,
Vol.15, No.2, hlm. 131-142
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Jumlah
Sampel
per Tahun
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI sejak 109
tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember
2011
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (1)
keuangan setiap tanggal 31 Desember
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (12)
keuangan dalam mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak memiliki earning after tax (36)
positif secara berturut-turut selama periode
(0)
pengamatan.
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan
institusional secara konsisten selama periode
pengamatan.
Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara (27)
berturut-turut selama periode pengamatan
Jumlah perusahaan dan data yang digunakan
33
Sumber: Data yang dikumpulkan
Kriteria Sampel
Total
Sampel
436
(4)
(48)
(144)
(0)
(108)
132
Tabel 2
Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif
N
Minimun
DPR
132 0,0433145
ROE
132 0,0315145
EPS
132 7
SIZE
132 24,8502035
CP
132 0,0331229
DER
132 0,1041224
COLLATERAL
132 0,0507145
INSIDE
132 0
INST
132 0,322
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM
Maximum
1,4216662
3,2318996
24074
32,6648585
5,8480832
18,3023994
0,73132227
1
0,99
19.0
Mean
Std.
Deviation
0,4796534
0,2659051
2002,631515
28,2925194
1,4343086
0,9346223
0,3236288
0,48
0,7239243
0,3026412
0,3301529
4033,925223
1,6231012
1,1627803
1,8246371
0,1585979
0,501
0,1807192
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Residual
Asymp. Sig.(2-tailed)
Unstandardized Residual
0,072
Sumber : Pengolahan data SPSS IBM 19.0
156
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Tolerance
VIF
Variabel
ROE
0,529
1,889
EPS
0,557
1,795
SIZE
0,876
1,141
CP
0,749
1,334
DER
0,803
1,246
COLLATERAL
0,795
1,258
INSIDE
0,794
1,260
INST
0,831
1,204
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
1
Variabel
Return on equity
Earning per share
Size
Cash position
Debt to equity ratio
Collateral asset
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM
Sig.
0,8
0,619
0,176
0,622
0,223
0,807
0,995
0,156
19.0
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Model
1
Sig.
Variabel
Res_2
0,935
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Korelasi (R)
R
Model
1
0,556
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
157
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2
November 2014
Tabel 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Adjusted R Square
Model
1
0,264
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
Tabel 9
Hasil Uji F
Sig
Model
F
1
6,873
0,000
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
Tabel 10
Hasil Uji t
B
Sig
No
Variabel
1
(Constant)
-0,508
0,263
2
ROE
0,144
0,130
3
EPS
0,000027 0,00048
4
SIZE
0,023
0,119
5
CP
0,014
0,533
6
DER
-0,021
0,131
7
COLLATERAL
-0,071
0,657
8
INSIDE
-0,003
0,960
9
INST
0,352
0,012
Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0
158
Download