Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 DAFTAR ISI Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (Erc) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Arya Pradipta ...................................................................... 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik Dewi Agustina ..................................................................... 11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Dewi Sari Wijoyo .................................................................. 31 Pengaruh Return On Equity, Net Profit Margin, Current Ratio, Long Term Liabilities To Total Assets Dan Total Asset Turnover Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Edison ............................................................................... 49 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Elizabeth Linandi ................................................................. 61 Pengaruh Current Rtio, Debt To Totl Asset, Firm Size, Growth Opportunity Dan Price Earning Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Industri Barang Dan Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Erika Djimena Arilyn ............................................................. 75 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Non Keuangan Di Bursa Efek Indonesia Deasy Aryanti Rahayuningsih .................................................. 85 The Influence Of Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity, Profitability, Corporate Tax Rate, And Non-Debt Tax Shield Torward Debt Policy On Food And Beverages Hendra .............................................................................. 111 Faktor – Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Share Return Bino Sulaksono .................................................................... 131 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Anwar Harsono .................................................................... 141 Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 1-10 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARYA PRADIPTA STIE Trisakti [email protected] Abstrak: This research is conduct to get empirical evidence of factors that influence earnings response coefficient (ERC). Those factors are leverage, price to book value, beta, timeliness, profitability, and audit quality. This research take all of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as a sample from period 2008 until 2011. This research using purposive sampling on sample selection. There were 64 companies which meet the criteria. Data collected using secondary data and hypotheses tested using multiple regression analysis. The result shows that beta and profitability have influence to earnings response coefficient, while leverage, price to book value, timeliness, and audit quality have no influence to earnings response coefficient. Keywords: Earnings Response Coefficient, Leverage, Price to Book Value, Beta, Profitability, Audit Quality Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris dari faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba (ERC). Faktor-faktor tersebut adalah leverage, price to book value, beta, ketepatan waktu, profitabilitas, dan kualitas audit. Penelitian ini mengambil semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel dari periode 2008 sampai 2011. Penelitian ini menggunakan purposive sampling pada pemilihan sampel. Ada 64 perusahaan yang memenuhi kriteria. Data dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder dan hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beta dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba, sedangkan leverage, price to book value, ketepatan waktu, dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh terhadap koefisien respon laba. Kata kunci: Koefisien respon laba, Leverage, Price to Book Value, Beta, Profitabilitas, Kualitas Audit 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan suatu sarana atau media informasi penting bagi para stakeholder. Informasi dalam laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan investasi (Pradipta dan Purwaningsih, 2011). Keputusan yang dibuat oleh pelaku pasar berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan umumnya tercemin dalam tindakan pelaku pasar yang disebut reaksi pasar. Reaksi pasar dipicu oleh berbagai hal, salah satunya adalah pengumuman yang berkaitan dengan laba (Susanto, 2012). Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh leverage, price to book value, beta, ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan, profitability dan audit quality terhadap earnings response coefficient. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Efisiensi Pasar Ambarwati (2008) mengungkapkan bahwa teori efisiensi pasar juga merupakan salah satu dasar keberadaan akuntansi yaitu adanya asimetri informasi. Pelaku pasar yang mengetahui informasi yang lebih banyak daripada orang lain akan menimbulkan tekanan bagi orang lain untuk mendapatkan informasi yang lebih baik sehingga terhindar dari kerugian. 2 November 2014 Teori Signaling Teori signaling salah satu fungsinya untuk menilai adanya informasi. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi yang menurut pertimbangannya akan diminati oleh para pemegang saham (Suwarjono, 2006 dalam Susanto, 2012). Upaya yang dilakukan manager untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham adalah dengan memberikan informasi tentang laba kepada pasar untuk meningkatkan harga saham (Jaswadi, 2004 dalam Susanto 2012). Earnings Response Coefficient Menurut Susanto (2012), Earnings Response Coefficient (ERC) merupakan besaran yang menunjukkan hubungan antara laba dan return saham. Hubungan tersebut digunakan untuk mengukur seberapa reaksi pasar terhadap informasi mengenai perusahaan yang tercemin dengan dikeluarkannya laporan keuangan, terutama informasi laba. Laba diproksikan dengan menggunakan Unexpected Earnings sedang return diproksikan dengan Cummulative Abnormal Return (CAR). Leverage dan Earnings Response Coefficient Menurut Pradipta dan Purwaningsih (2011) leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis bergantung pada pembiayaan utang. Hasil penelitian Cahyaningsih (2011) menunjukkan bahwa leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap ERC, sedangkan ISSN: 1410 -9875 Arya Pradipta Susanto (2012) menyatakan bahwa struktur modal yang diukur menggunakan leverage tidak berpengaruh terhadap ERC. berpengaruh Ha1: Leverage terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Price to book value dan Earnings Response Coefficient Menurut Cahyaningsih (2011) price to book value adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menciptakan nilai bagi perusahaan itu melalui total modal yang diinvestasikan. Penelitian Cahyaningsih (2011) sesuai dengan penelitian Imroatussolihah (2013) yang menyatakan bahwa peluang untuk bertumbuh yang diukur dengan PBV tidak berpengaruh terhadap ERC. Penelitian yang dilakukan Mulyani, Asyik, dan Andayani (2007) menyatakan bahwa kesempatan bertumbuh yang diukur dengan PBV mempunyai pengaruh terhadap ERC. to Book Value Ha2: Price berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Beta dan Coefficient Earnings Response Menurut Jogiyanto (2009) dalam Indra, Zahron dan Rosianawati (2011) beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap respon pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2006) menyatakan bahwa beta secara signifikan mempengaruhi ERC. Penelitian yang dilakukan oleh Indra, Zahron, dan Rosianawati (2011) menyatakan bahwa beta juga berpengaruh terhadap ERC. Ha3: Beta berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dan Earnings Response Coefficient Ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan adalah waktu ketika perusahaan mendistribusikan atau menyampaikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah tanggal yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM (Syafrudin, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Syafrudin (2004), Daud dan Syarifuddin (2008), dan Murwaningsari (2008) menyatakan bahwa ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan berpengaruh terhadap earnings response coefficient. Ha4: Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) Profitability dan Earnings Response Coefficient Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Van Horn dan Wachowicz, 1997 dalam Leunupun, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Naimah dan Utama (2006) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 ERC. Hasil yang berbeda ditujukkan oleh penelitian Susanto (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ERC. berpengaruh Ha5: Profitability terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Audit quality dan Earnings Response Coefficient Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya auditor akan akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan (Mulyani, Asyik, dan Andayani, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2012) menyatakan bahwa audit quality mempunyai pengaruh November 2014 terhadap ERC. Hasil lain ditunjukkan oleh Mulyani, Asyik, dan Andayani (2007) yang menyatakan bahwa audit quality tidak berpengaruh terhadap ERC. Ha6: Audit Quality berpengaruh terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). METODA PENELITIAN Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Sampel dari penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 yang memenuhi kriteria sampel. Sampel dipilih secara purposive sampling. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Kriteria sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2011 Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember setiap tahunnya antara tahun 2008-2011 Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam bentuk mata uang rupiah Perusahaan manufaktur yang tidak memperoleh laba positif secara konsisten selama periode penelitian Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel Jumlah data penelitian (64x4) 4 Jumlah perusahaan 121 (2) (17) (38) 64 256 ISSN: 1410 -9875 Arya Pradipta Earnings Response Coefficient (ERC) diperoleh dengan melakukan beberapa tahap perhitungan. Tahap pertama menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR) dan tahap kedua menghitung Unexpected Earnings (UE) sampel. ERC diukur menggunakan slope koefisien dari regresi abnormal stock return dan unexpected earnings (Cahyaningsih, 2011). ERC diukur menggunakan skala rasio. CARit � � � ����� � � 1. Mengukur Cummulative Abnormal Return (CAR) CAR adalah akumulasi dari Abnormal return suatu perusahaan yang dihitung menggunakan rumus sesuai dengan penelitian Hartono (2003) dalam Cahyaningsih (2011) sebagai berikut: ����� � � �� �� a. Abnormal Return Abnormal Return merupakan selisih antara return saham dan return pasar, pengukuran tersebut sesuai dengan pengukuran pada penelitian Hartono (2003) dalam Cahyaningsih (2011) sebagai berikut: ��it � ��� � ��� 1) Stock Return Pengukuran ini sesuai dengan pengukuran pada penelitian Hartono (2003) dalam Cahyaningsih (2011): ��� � ��� � ���-1 ���-1 2) Market return Pengukuran ini sesuai dengan pengukuran pada penelitian Hartono (2003) dalam Cahyaningsih (2011). ����� � �����-1 ��� � �����-1 2. Mengukur Unexpected Earnings (UE) Unexpected Earnings (UE) merupakan proksi laba akuntansi yang menunjukkan hasil kerja perusahaan selama periode tertentu, dalam penelitian ini UE dihitung dengan menggunakan metoda random walk (Palupi, 2006): ���� � ����-1 ���� � ����-1 Leverage dihitung dengan menggunakan rasio total utang terhadap total aset perusahaan (Susanto, 2012). Skala pengukuran leverage menggunakan skala rasio. TUit LEVit � TAit Price-to-Book-Value (PBV) adalah rasio perbandingan antara nilai pasar akuitas dibagi dengan nilai buku ekuitas perusahaan pada akhir periode laporan keuangan, pengukuran ini sesuai dengan penelitian Mulyani Asyik dan Andayani (2007). Skala pengukuran price to book value menggunakan skala rasio. Nilai Pasar Ekuitas PBVit � Nilai buku ekuitas Beta diukur dengan menggunakan market model menggunakan rumus Capital Asset Pricing Model (CAPM). Risiko sistematik ditunjukkan dari slope 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 regresi pada persamaan return perusahaan dengan return pasar (Susanto, 2012). Skala pengukuran beta menggunakan skala rasio. �� � �� � �� . �� Ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan diukur menggunakan variabel dummy. Variabel tidak tepat waktu diberi notasi 1, sedang tepat waktu diberi notasi 0 (Syafrudin, 2004). Pengukuran ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan menggunakan skala nominal. November 2014 publik. (Hilmi dan Ali, 2008 dalam Daud dan Syarifuddin, 2008). Profitability perusahaan diukur dengan rasio laba terhadap nilai buku ekuitas (Naimah dan Utama, 2006). Skala pengukuran profitability menggunakan skala rasio. ��� � Laporan keuangan dikatakan tepat waktu apabila laporan keuangan yang telah diaudit diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga (90) hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan �� ����� ������ Audit quality dalam penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy dengan skala nominal. Sampel perusahaan diaudit oleh salah satu dari Kantor Akuntan Publik (KAP) big four diberi nilai 1, sedangkan yang bukan diaudit oleh KAP big four diberi nilai 0 (Susanto, 2012). HASIL PENELITIAN Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata CAR 256 0,842470 0,00860736 UE 256 91,203765 1,22072591 6,088380465 LEV PBV 256 256 0,948193 39,948697 0,43724897 2,62381680 0,189019547 4,498143359 BETA 256 8,594000 0,15576445 1,890585951 TIME PROF AUD 256 256 256 0,425363 0,983122 0,073899 4,885200 7,227000 0,000000 0,006546 0,000000 Deviasi Standar 0,113721878 1,000000 3,235954 1,000000 0,12500000 0,20308849 0,42968750 0,331366748 0,291613667 0,496001166 Sumber: Output Data SPSS 19 6 ISSN: 1410 -9875 Arya Pradipta Tabel 3 Hasil Uji Statistik t Variabel Constant UE LEV PBV BETA TIME PROF AUD UE*LEV UE*PBV UE*BETA UE*TIME UE*PROF UE*AUD Β 0,015 0,008 -0,012 -0,004 0,012 0,014 0,024 -0,010 -0,032 0,004 -0,010 0,005 0,014 -0,001 T 0,694 0,651 -0,298 -1,592 2,888 0,589 0,518 -0,611 -1,715 0,785 -4,368 0,601 1,984 -0,198 Sig 0,489 0,516 0,766 0,113 0,004 0,556 0,605 0,542 0,088 0,433 1,860502E-5 0,549 0,048 0,843 Kesimpulan Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Sumber: Output Data SPSS 19 Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan variabel beta dan profitability memiliki nilai signifikan lebih kecil dari alpha (α=0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap earnings response coefficient. Variabel leverage, price to book value, ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan, dan audit quality memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α=0,05), hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap earnings response coefficient. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa beta dan profitability berpengaruh terhadap earnings response coefficient sedangkan leverage, price to book value, ketidaktepatwaktuan penyampaian laporan keuangan, dan audit quality tidak berpengengaruh terhadap earnings response coefficient. Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan penelitian sebagai berikut: penelitian ini menggunakan periode penelitian yang relatif pendek, yaitu tahun 2008 – 2011, cummulative abnormal return dihitung dengan periode pengamatan yang relative pendek yaitu 3 hari dari tanggal publikasi (3 hari sebelum, 1 hari tanggal publikasi, dan 3 hari setelah tanggal publikasi), penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen, dan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan keterbatasan di atas, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi yaitu sebagai berikut: penelitian selanjutnya diharapkan dapat 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 menggunakan periode penelitian yang lebih panjang sehingga dapat lebih menggambarkan kondisi perusahaan, cummulative abnormal return diharapkan dihitung menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang, penelitian selanjutnya diharapkan dapat November 2014 menggunakan variabel independen lain yang belum terdapat dalam model penelitian, dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan lain seperti penambahan perusahaan sektor non manufaktur. REFERENSI Ambarwati, Sri. 2008. Earnings Response Coefficient. Jurnal Akuntansi, Vol.7 No.2: 128-134. Cahyaningsih. 2011. The Effect of Leverage, Price-to-Book-Value, and Size with Corporate Social Responsibility Disclosure as an Intervening Variable. The 2nd International Research Symposium Service Management Yogyakarta, 56-69. Daud, Rulfah M. dan Nur Afni Syarifuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure, Timeliness, dan Debt to Equity Ratio terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Telaah dan Riset akuntansi, Vol.1 No.1, Januari 2008: 82-101. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, L.J dan Chad J. Zutter. 2012. Principle of Managerial Finance. Thirteenth Edition. USA: Pearson Prentice Hall. Godfrey et al. 2006. Accounting Theory. Sixth Edition. USA: John Wiley and Sons. Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson Education. Imroatussolihah, E. 2013. Pengaruh Resiko, Leverage, Peluang Pertumbuhan, Persistensi Laba dan Kualitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient pada Perusahaan High Profile. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 3 No.1 (Januari) : 75-87. Indra, Zubaidi., Agus Zahron, dan Ana Rosianawati. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 16 No.1, Januari-Juni: 1-22. Irawati, Dhian Eka. 2012. Pengaruh Sturktur Modal, pertumbuhan Laba, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Accounting Analysis Journal 1 (2):1-6. Leunupun, Pieter. 2003. Profitabilitas Ekuitas dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya (Studi pada Beberapa KUD di Kota Ambon). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5 No.2, November 2003: 133-149. Mulyani, Sri., Nur F. Asyik, dan Andayani. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient pada Perusahaan yang 8 ISSN: 1410 -9875 Arya Pradipta Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal 1 Stiesia surabaya, Volume 11, No 1: 34-45. Murwaningsari, Etty. 2008. Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coeficient (ERC). Simposium Nasional Akuntansi XI. Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nsional Akuntansi 9 Padang, 1-26. Palupi, MJ. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba: Bukti Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal EKUBANK, Vol. 3: 9-25. Pradipta, Dyah Hayu, dan Anna Purwaningsih. 2011. Pengaruh Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) dengan Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai Variabel Kontrol. Artikel. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistika Parametrik. Edisi 1. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sekaran, Umar dan Roger Bougie. 2011. Research Methods for Business. Fifth Edition. USA: Wiley. Susanto, Yulius Kurnia. 2012. Determinan Koefisien Respon Laba. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol 23, No.3: 153-163. Syafrudin, M. (2004). Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan pada Earnings Response Coefficient: Studi di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi, VII: 754-765. 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan 10 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 11-30 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DEWI AGUSTINA STIE Trisakti [email protected] Abstract:The purpose of this research is to examine and investigate empirical evident on effect of independency, experience, due professional care, competency, accountability, and reputation of Public Accountant Firms to audit quality on Public Accountant Firms.Population in this study are entire auditors who work in Public Accounting Firms in DKI Jakarta. This study used convenience sampling method. There are 127 questionnaires distributed, however 105 questionnaires was returned. The data used in this research is cross sectional data and this research used descriptive statistic, normality test, and multiple linier regression.The result of this research show that independency, due professional care, competency, and accountability significantly influence the audit quality, but experience and reputation of Public Accountant Firms don’t significantly influence the audit quality. Keywords: Independency, Experience, Due Professional Care, Competency, Accountability, Reputation of Public Accountant Firms, and Audit Quality. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan melakukan penyelidikan empiris mengenai pengaruh independensi, pengalaman, due professsional care, kompetensi, akuntabilitas, dan reputasi Kantor Akuntan Publik pada kualitas audit Kantor Akuntan Publik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling. Terdapat 127 kuesioner yang dibagikan, namun hanya 105 kuesioner yang dikembalikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross sectional dan penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas, dan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, due professional care, kompetensi, dan akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, tetapi pengalaman dan reputasi Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kata kunci: Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Kompetensi, Akuntabilitas, Reputasi Kantor Akuntan Publik, dan Kualitas Audit. 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan akan semakin mendapatkan kemudahankemudahan dalam menjalankan operasi perusahaannya (Singgih dan Bawono 2010). Namun, di era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus mempertahankan eksistensinya di peta persaingan dengan perusahaan kompetitor atau rekan seprofesinya. Perusahaan menginginkan Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan audit, agar performance-nya terlihat bagus di mata publik sehingga ia dapat menjalankan operasinya dengan lancar (Singgih dan Bawono 2010). Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap 12 November 2014 independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang. Posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya (Singgih dan Bawono 2010). Auditor independen menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-kadang secara ekstrem berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Auditor diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan suatu perusahaan (SPAP 2011). Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas audit di KAP. Alasan dipilihnya topik ini karena kualitas audit memegang peranan penting untuk memunculkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010). Alasan mereplikasi penelitian ini adalah karena kualitas audit merupakan suatu hal yang sangat penting dan hasil audit dipakai oleh banyak pihak sebagai langkah dalam mengambil keputusan. Hal yang berbeda dari ISSN: 1410 -9875 penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan dua variabel independen lain yaitu kompetensi dan reputasi KAP. Penambahan variabel kompetensi dikarenakan kompetensi juga memegang peranan penting dalam menentukan kualitas audit. Seorang auditor diharapkan memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam memahami kriteria dan menentukan bahan bukti audit untuk mendukung kesimpulan yang diambilnya agar laporan keuangan yang diperiksa mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan tidak menyesatkan pihak yang membaca laporan keuangan tersebut. Alasan penambahan variabel reputasi KAP adalah karena reputasi KAP menentukan kredibilitas dan kualitas dari laporan keuangan yang diaudit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah informasi bagi peneliti selanjutnya, dapat membuka cakrawala akademisi sehingga dapat mempersiapkan mahasiswanya untuk bekerja di kantor akuntan publik sebagai auditor, dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi bagi kantor akuntan publik. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan yaitu pertama pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua yaitu rerangka teoritis yang membahas mengenai landasan teori yang digunakan Dewi Agustina untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga yaitu metoda penelitian yang menguraikan tentang bentuk dan obyek penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan metoda analisis data. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan tentang analisis dan pembahasan hasil temuan penelitian. Kelima membahas tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk peneliti selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Independensi dan Kualitas Audit Standar Auditing Seksi 220 (SPAP 2011) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010) menunjukkan hasil yang konsisten dengan Ahmad et al. (2011), Christiawan (2002), Castellani (2007), Alim et al. (2007), dan Carolina et al. (2010) yang menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) dan Sukriah et al. (2009) yang menyatakan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha1 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman dan Kualitas audit Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai kariernya atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman (Singgih dan Bawono 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010), Singgih dan Bawono (2010), dan Sukriah et al. (2009) menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha2 : Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit. Due Professional Care dan Kualitas Audit Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2011), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010) menunjukkan bahwa due 14 November 2014 professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha3 : Due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Kompetensi dan Kualitas Audit Kompetensi adalah suatu kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam mamahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit (Christiawan 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Alim et al. (2007), Ahmad et al. (2011), Catellani (2007), dan Sukriah et al. (2009) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha4 : Kompetensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Akuntabilitas dan Kualitas Audit Tetclock dan Kim (1987) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Akuntan memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka, masyarakat dan pribadi mereka sendiri (Nugrahaningsih 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari (2007), Anto (2011), dan Singgih dan Bawono (2010) menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis akternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha5 : Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit. Reputasi KAP dan Kualitas Audit Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Independensi dan kualitas auditor akan berdampak terhadap pendeteksian earnings management. Terdapat dugaan bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya earnings management secara lebih dini (Widyaningdyah 2001). Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor. KAP besar cenderung memberikan opini kebangkrutan perusahaan klien (Lenox 1999). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giri (2010) dan Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha6 : Reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. METODA PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah auditor dari tingkatan partner, manajer, senior, dan junior yang bekerja di KAP yang ada di Jakarta. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience sampling dengan sampel auditor yang bekerja di kantor akuntan publik yang bersangkutan. Data penelitian bersumber dari kuisioner yang disebarkan ke auditor di kantor akuntan publik. Adapun hasil dari distribusi sampel adalah sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian Jumlah Keterangan Persentase Kuisioner yang disebarkan 127 100% Kuisioner yang tidak kembali (22) (17,32%) Kuisioner yang tidak dapat digunakan (3) (2,36%) Kuisioner yang dapat digunakan 102 80,32% Kualitas Audit merupakan sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek kualitas audit berdasarkan Financial Reporting 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Council (2006, 16) yaitu: budaya dalam KAP, keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit, efektivitas proses audit, serta keandalan dan manfaat laporan audit. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang telah dikembangkan oleh Mansur (2007) yang menggunakan skala likert. Independensi merupakan sikap bebas dan tidak memihak yang dimiliki auditor terkait dengan penugasan auditnya. Variabel independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Trisnaningsih (Sukriah et al. 2009), yaitu: independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan, dan independensi pelaporan yang menggunakan skala likert. Pengalaman merupakan keterampilan dan pengetahuan yang di peroleh seseorang setelah mengerjakan sesuatu hal. Variabel pengalaman akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan dengan mengunakan instrument yang berdasarkan acuan yang ditetapkan oleh BPKP (Sukriah et al. 2009) yang menggunakan skala likert. Due Professional Care merupakan kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Variabel due professional care akan diukur dengan aspek-aspek due professional care yang dikembangkan oleh Mansur (2007) yaitu sikap skeptis dan keyakinan yang memadai yang menggunakan skala likert. Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh 16 November 2014 auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus yang menggunakan skala likert. Akuntabilitas merupakan permintaan pertanggungjawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Akuntabilitas diukur menggunakan indikator pertanyaan yang dikembangkan oleh Kalbers dan Forgaty (1995), yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Aji (2009, 51-52) yaitu meliputi 3 dimensi: motivasi, pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial yang menggunakan skala likert. Reputasi KAP diukur dengan jenis KAP (berafiliasi dengan KAP internasional atau tidak). Jenis KAP apakah terafiliasi atau tidak terafiliasi dengan KAP internasional merupakan variabel dummy dengan menggunakan skala nominal, yaitu digit “1” untuk KAP berafiliasi dengan KAP internasional dan “0” untuk sebaliknya. Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression) dalam pengujian hipotesisnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ε Dalam hal ini, Y : Kualitas Audit; a : Konstanta; X1 : Independensi; X2 : Pengalaman; X3 : Due Professional Care; X4 : ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Kompetensi; X5 : Akuntabilitas; X6 : Reputasi KAP; dan ε : error. HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011) statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data. Hasil statistik deskriptif dibagi menjadi 2 yaitu statistik deskriptif responden pada tabel 2 dibawah ini dan statistik deskriptif variabel di tabel 3, terdapat pada lampiran: Tabel 2 Demografi Responden Jumlah Keterangan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Usia < 30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun > 50 tahun Total Pendidikan SMA/Diploma S1 S2 S3 Total Jabatan Partner Manajer Staf Auditor Total Persentas e 52 50 102 50,98% 49,02% 100% 90 12 0 0 102 88,24% 11,76% 0% 0% 100% 3 99 0 0 102 2,94% 97,06% 0% 0% 100% 0 1 101 102 0% 0,98% 99,02% 100% Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel Uji Kualitas Data dinyatakan valid dan reliabel Uji Normalitas karena nilai sig. dibawah 0,05 dan Hasil uji kolmogorv smirnov nilai cronbach alpha lebih besar pada tabel 4, menunjukkan nilai dari 0,6. Asymp sig. > 0,05 sehingga dapat Tabel 5 Uji Validitas dan disimpulkan data residual Reliabilitas terdistribusi secara normal. Uji Asumsi klasik Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 6 menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil pengujian independensi, pengalaman, due validitas dan reliabilitas pada tabel professional care, kompetensi, 5, maka semua butir pertanyaan akuntabilitas, dan reputasi KAP yang terdapat pada kuisioner tidak terdapat multikolinearitas. 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa variabel independensi, kompetensi, dan akuntabilitas mengalami masalah heteroskedastisitas dengan nilai signifikan dibawah 0,05. Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Hipotesis Uji R Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar 0,650. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat dan positif karena nilai R lebih besar dari 0,5. Uji Adjuster R2 Nilai Adjusted R Square pada tabel 8 sebesar 0,386 yang menunjukkan bahwa variabel dependen (kualitas audit) dapat dijelaskan oleh variabel independen (independensi, pengalaman, due professional care, kompetensi, akuntabilitas, dan reputasi KAP) sebesar 38,6% dan sisanya sebesar 61,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Tabel 8 Hasil Uji R dan Adjusted R Square Uji F Pada tabel 9 nilai signifikan berada jauh dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dan model regresi layak dan fit untuk dilakukan penelitian. Tabel 9 Hasil Uji F Uji t Berdasarkan tabel 10, maka multiple regression dapat disimpulkan senagai berikut : 18 KLTS November 2014 = 28,138+ 0,377IND – 0,246PENG + 0,364DPC + 0,230KOMP + 0,251AKUN + 1,020REP + ε Tabel 10 menunjukan hasil uji t yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara individual variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 10 Hasil Uji t Berdasarkan hasil uji t pada tabel 10 maka dapat disimpulkan: Pengaruh independensi terhadap kualitas audit dalam penelitian ini signifikan karena nilai signifikan lebih kecil daripada tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar 0,004. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha1 yang menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit diterima. Artinya, semakin tinggi independensi seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkannya juga meningkat. Pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak signifikan karena nilai signifikan sebesar 0,081 lebih besar daripada tingkat signifikan. Hal ini berarti Ha2 gagal diterima dengan kata lain pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya jam terbang dan frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan seorang auditor tidak menjamin bahwa kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Pengalaman kerja tidak menjanjikan kemampuan auditor dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, mencari penyebab dari kesalahan tersebut, dan mengambil keputusan yang dapat menentukan kualitas audit yang dihasilkan. ISSN: 1410 -9875 Pengaruh due professional care terhadap kualitas audit dalam penelitian ini signifikan karena nilai signifikan sebesar 0,016 yang lebih kecil daripada tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha3 yang menyatakan due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit diterima. Artinya, semakin tinggi due professional care yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasikannya juga meningkat. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit dalam penelitian ini signifikan karena nilai signifikan sebesar 0,041 lebih kecil daripada tingkat signifikan 0,05. Hal tersebut berarti bahwa Ha4 yang menyatakan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit diterima. Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkannya juga meningkat. Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit dalam penelitian ini signifikan karena nilai signifikan lebih kecil daripada tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar 0,013. Hal ini berarti bahwa Ha5 yang menyatakan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit diterima. Artinya, semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkannya juga akan meningkat. Reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan karena nilai signifikan sebesar 0,132 lebih besar daripada tingkat signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha6 yang menyatakan reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit gagal diterima. Hal ini dapat terjadi karena jika KAP yang Dewi Agustina berafiliasi dengan KAP internasional dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP internasional samasama menerapkan standar audit yang sama dan memiliki auditor yang kompeten maka kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP tersebut tidak akan jauh berbeda, sehingga reputasi KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menyebabkan reputasi yang dimiliki oleh kantor akuntan publik yang dimiliki oleh kantor akuntan publik tidak menjamin kualitas audit yang dihasilkan oleh kantor akuntan publik tersebut. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap 102 kuesioner yang terkumpul di Kantor Akuntan Publik Jakarta tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa independensi, due professional care, kompetensi, dan akuntabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan pengalaman dan reputasi KAP tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap kualitas audit. Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya adalah jumlah sampel yang terbatas karena banyak auditor yang sedang menjalankan tugasnya di luar kota sehingga banyak kantor akuntan publik yang menolak menyebarkan kuisioner kepada auditornya sehingga menimbulkan masalah heteroskedastisitas pada variabel independensi, kompetensi, dan akuntabilitas. Penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen dan ruang lingkup penelitian hanya auditor di kantor akuntan publik yang ada di Jakarta 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 sehingga kurang bisa mewakili auditor di seluruh Indonesia. Dari keterbatasanketerbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti ingin memberikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, yaitu menambah sampel penelitian sehingga dapat lebih baik lagi dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dan dapat mengatasi masalah November 2014 heteroskedastisitas yang muncul dalam beberapa variabel independen dalam model regresi agar model regresi baik digunakan dalam penelitian, menambahkan variabel independen lainnya untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas audit dan memperluas lokasi penelitiaan, misalnya menyebar kuisioner pada auditor di bandung, Surabaya, dan sebagainya sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat lebih digeneralisasi. REFERENSI: Ahmad, Afridian Wirahadi, Fera Sriyunianti, Nurul Fauzi, dan Yosi Septriani. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten Pasaman. Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 6, No. 2, Desember 2011: 63-67. Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Anto, La Ode. 2011. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan-Tahun I/01/Juni/2011. Arens, Alvin A, Randal J. E dan Mark S. B. 2010. Auditing and Assurance Services. 13th Edition. New Jersey. Pearson Education. Bonner, S. E dan Barry L. Lewis. 1990. Determinat of Audit Expertise. Journal of Accounting Research, Vol. 28 Suplement 1990. Carolina, Verani, Lili Marlen Saragi, Rapina. 2010. Pengaruh Independensi Eksternal Auditor Terhadap kualitas Pelaksanaan Audit (Studi Kasus Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Bandung). Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 2, Mei-Agustus 2010. Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Trikonomika, Vol. 7, No. 2, Desember 2008. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 2, Nopember 2002: 79-92. ____________________. 2005. Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 7, No. 1, Mei 2005: 61-88. Deis, D. R. dan Gary. A. Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review. Juli: 462-479. 20 ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi kelima, cetakan kelima. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. IAI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat Ida, Suraida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005: 186-202. Lenox, C. S. 1999. Auditor quality and auditor size: an evaluation of reputation and deep pockets hypotheses. Journal of Business Finance & Accounting 26 (Sept): 779-805. Libby, R. dan Joan Luft. 1993. Determinants of Judgement Performance in Accounting Settings: Ability, Knowledge, Motivation and Environment. Accounting, Organizations and Society, Vol. 18, No. 5: 425-450. Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Nugrahaningsih, Putri. 2005. Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP dalam Etika Profesi (Studi terhadap Peran Faktor-Faktor Individual: Locus of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender, dan Equity Sensitivity). SNA VIII Solo, 15-16 September 2005. Santosa, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta. Penerbit Erlangga. Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business, 4th edition. Jakarta. Salemba Empat. Shockley, R. A. 1981. Perceptions of Auditors Independen: An Empirical Analysis. The Accounting Review, Vol. LVI, No. 4, Oktober 1981. Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. Tan, Tong Han dan Alison Kao. 1999. Accountability Effect on Auditor’s Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task Complexity. Journal of Accounting Reseach 2: 209-223. 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tetclock, P.E dan J. L. Kim. 1987. Accountability and Judgment Processes in a Personality Prediction Task. Journal of Personality and Social psychology, Vol. 52, No. 4: 700-709. Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 3, No. 2, November 2001: 89-101. 22 ISSN: 1410 -9875 Dewi Agustina Independensi Tabel 3. Statistik Deskriptif Standar N Mean Minimum Deviasi 102 65,72 4,297 56 102 33,56 3,088 24 Pengalaman 102 Variabel Kualitas Audit Due Professional 102 Care Kompetensi 102 Maksimum 77 42 33,84 2,954 27 40 28,23 2,897 22 35 42,31 3,585 35 50 Akuntabilitas 102 50,88 4,208 40 61 Reputasi KAP 102 0,46 0,501 0 1 Uji Kualitas Data Tabel 4. Uji Normalitas Unstandardized Residual 102 N Mean 0,0000000 Std. Deviation Absolute 3,26407522 0,101 Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Variabel Independen si 0,057 -0,101 1,021 0,248 Tabel 5. Uji Validitas dan Reliabilitas No. Sig. Pearson Cronbac Pernyataa Correlatio (2h Alpha n tailed) n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0,758 0,713 0,790 0,585 -0,482 0,634 0,584 0,550 0,564 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,6794 Keteranga n Valid dan Reliabel 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 24 November 2014 Pengalaman Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 0,706 0,626 0,670 0,512 0,575 0,622 0,681 0,623 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,7689 Valid dan Reliabel Due Professional Care 1 2 3 4 5 6 7 0,708 0,655 0,702 0,636 0,608 0,708 0,774 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,8147 Valid dan Reliabel Kompetensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,564 0,372 0,618 0,656 0,633 0,482 0,616 0,712 0,690 0,651 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,8076 Valid dan Reliabel Akuntabilita s 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0,552 0,629 0,388 0,673 0,622 0,691 0,554 0,681 0,603 0,599 0,442 -0,470 0,532 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,7362 Valid dan Reliabel ISSN: 1410 -9875 Kualitas Audit Dewi Agustina 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0,421 0,334 0,624 0,492 0,609 0,615 0,434 0,599 0,606 0,242 0,510 0,472 0,559 0,346 0,403 0,405 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,014 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,7728 Valid dan Reliabel Uji Asumsi Klasik Tabel 6. Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance Independensi 0,731 Pengalaman 0,661 Due Professional Care 0,603 Kompetensi 0,707 Akuntabilitas 0,636 Reputasi KAP 0,990 VIF 1,369 1,514 1,658 1,415 1,572 1,010 Tabel 7. Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig. Independensi 0,043 Pengalaman 0,902 Due Professional Care 0,591 Kompetensi 0,023 Akuntabilitas 0,001 Reputasi KAP 0,419 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Uji Hipotesis Tabel 8. Uji Koefisien Korelasi dan Adjusted R Square Model 1 Model 1 R 0,650 R Square 0,423 Sum of Squares Regressio n Residual Total Std. Error of the Estimate 3,366 Adjusted R Square 0,386 Tabel 9. Uji F Mean df Square 788,682 6 131,447 1076,073 1864,755 95 101 11,327 F Sig. 11,605 0,000 Tabel 10. Uji T Variabel (Constant) Independensi Pengalaman Due Professional Care Kompetensi Akuntabilitas Reputasi KAP B 28,138 0,377 -0,246 0,364 0,230 0,251 1,020 t 5,361 2,973 -1,766 2,443 2,072 2,518 1,518 Sig. 0,000 0,004 0,081 0,016 0,041 0,013 0,132 KUESIONER Profil Responden Mohon tandai jawaban paling tepat untuk tiap pertanyaan berikut ini dengan dengan memberikan tanda silang (X) pada kotak yang tersedia 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Kelamin : 1) Pria £ 2) Wanita £ Usia (tahun) : 1) < 30 £ 2) 31– 40 £ 3) 41–50 £ 4) > 50 £ Pendidikan terakhir : 1) SMA/Diploma £ 2) Sarjana (S1) £ 3) S2 £ 4) S3 £ Bekerja pada KAP : Jabatan sekarang : 1) Partner £ 2) Manajer £ 3) Audit In-charge £ 4) Staf auditor £ Petunjuk Pengisian Mohon tandai jawaban paling tepat untuk tiap pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia dan yang menurut Bapak / Ibu paling tepat atau paling sesuai dengan pendapat Bapak / Ibu. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban, dengan skala penilaian : 1 : Sangat Tidak Setuju (STS) 4 : Setuju (S) 2 : Tidak Setuju (TS) 5 : Sangat Setuju (SS) 3 : Netral 26 ISSN: 1410 -9875 KUALITAS AUDIT No. Dewi Agustina Pernyataan STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Budaya dalam KAP 1. 2. 3. 4. Pimpinan KAP selalu meminta pentingnya melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya sebagai auditor. Dalam situasi tertentu, dimana kebijakan internal KAP tidak diatur, KAP selalu mengacu pada kode etik, standar profesional akuntan publik dan sistem pengendalian mutu. Menurut pendapat saya, training yang diselenggarakan KAP, counselling, appraisal, promosi dan struktur gaji yang baik meningkatkan karakter personal auditor (seperti integritas, objektifitas, independensi, sikap skeptis, kerja keras dan kematangan). Menurut pendapat saya, memberikan fasilitas finansial jangka pendek (seperti pinjaman lunak) kepada staff auditor merupakan bagian dari peningkatan kinerja auditor. Keahlian dan Kualitas Personal Staff dan Partner Audit 5. 6. 7. 8. Menurut pendapat saya, bagian dari peningkatan keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing perlu diselenggarakan on the job training berkelanjutan untuk seluruh jenjang jabatan agar isu-isu mutakhir dapat diserap oleh auditor. Menurut pendapat saya, Partner dan Manajer perlu melakukan penilaian dan seleksi atas isu-isu akuntansi dan auditing mutakhir agar training sesuai dengan kebutuhan auditor. Menurut pendapat saya, KAP perlu menjaga dan mempertahankan staff yang memiliki pengalaman cukup, keahlian khusus dan memiliki kompetensi ini (karena turnover yang tinggi staff ahli dan berpengalaman berdampak pada kualitas audit). Menurut pendapat saya, KAP perlu memberikan mentoring (nasihat yang bijak) dan memberikan penilaian setelah dilakukannya training tersebut untuk mengukur kemampuan dan menilai keberhasilan post training. Efektivitas Proses Audit 9. 10. 11. 12. 13. Pada tahap pelaksanaan audit, saya selalu menerapkan teknik-teknik audit, seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menganalisis, memverifikasi, menginvestigasi dan mengevaluasi pada berbagai kondisi. Pemerolehan bukti audit yang kompeten selalu mengacu pada teknik dan prosedur audit yang telah ditetapkan KAP dan sistem pengendalian mutu (SPM). Saya selalu mendiskusikan setiap ada permasalahan pemeriksaan dan atasan saya selalu mereview dan supervisi secara memadai hasil pekerjaan saya (KKP). Kertas kerja (audit documentation) mengacu pada standar KKP KAP dan selalu saya administrasikan dengan tertib dan rapi agar dapat dibaca oleh auditor berikutnya. Setiap kali ada perbedaan pertimbangan profesional terkait dengan adjustment antara saya dengan tim selalu diselesaikan dengan baik oleh atasan saya. Keandalan dan Manfaat Laporan Audit 14. Saya yakin bahwa pekerjaan lapangan audit (audit field) yang saya laksanakan telah sesuai dengan SPAP dan SPM KAP. 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 15. 16. Opini yang tercantum dalam setiap kertas kerja benar-benar telah mendukung laporan audit yang saya terbitkan (karena selalu saya lampiri kecukupan bukti audit yang memadai) dan laporan tersebut sesuai dengan SPAP dan SPM KAP. Temuan audit (audit finding) selalu saya diskusikan terlebih dahulu dengan klien agar klien memahami kelemahan sistem pengendalian internnya. INDEPENDENSI No. Pernyataan November 2014 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Independensi Penyusunan Program 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penyusunan program audit bebas dari campur tangan pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa. Penyusunan program audit bebas dari intervensi pimpinan tentang prosedur yang dipilih auditor. Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk menentukan subyek pekerjaan pemeriksaan. Independensi Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan bebas dari usaha-usaha manajerial (obyek pemeriksaan) untuk menen-tukan atau menunjuk kegiatan yang diperiksa. Pelaksanaan pemeriksaan harus bekerjasama dengan manajerial selama proses pemeriksaan. Pemeriksaan bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain untuk membatasi segala kegiatan pemeriksaan. Independensi Pelaporan Pelaporan bebas dari kewajiban pihak lain untuk mempengaruhi fakta-fakta yang dilaporkan. Pelaporan hasil audit bebas dari bahasa atau istilah-istilah yang menimbulkan multi tafsir. Pelaporan bebas dari usaha pihak tertentu untuk mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan. PENGALAMAN No. Pernyataan Lamanya Bekerja sebagai Auditor 1. 2. 3. 4. 5. 28 Semakin lama menjadi auditor, semakin mengerti bagaimana menghadapi entitas/obyek pemeriksaan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat mengetahui informasi yang relevan untuk mengambil pertimbangan dalam membuat keputusan. Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan obyek pemeriksaan. Semakin lama menjadi auditor, semakin mudah mencari penyebab munculnya kesalahan serta dapat memberikan rekomendasi untuk menghilangkan/memperkecil penyebab tersebut. Banyaknya Tugas Pemeriksaan Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menyelesaikannya. ISSN: 1410 -9875 6. 7. 8. Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi dapat menghambat proses penyelesaian pekerjaan. Banyaknya tugas yang dihadapi memberikan kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah dialami. Banyaknya tugas yang diterima dapat memacu auditor untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi penumpukan tugas. DUE PROFESSIONAL CARE No. Sikap Skeptis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dewi Agustina Pernyataan Saya selalu tidak puas dengan bukti-bukti yang kurang persuasif dari klien saya (seperti bukti transaksi transfer pricing atau debt to equity swap) Setiap ada transaksi yang mencurigakan, saya selalu mempertanyakan kepada manajemen dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit tersebut. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut saya mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Keyakinan yang Memadai Untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kekeliruan (error) atau kecurangan (irregularities), saya selalu menggunakan kemahiran profesional saya dengan cermat, teliti, dan seksama. Dalam merumuskan suatu pendapat / opini atas laporan keuangan, saya harus memperoleh bukti kompeten yang cukup (sebagai contoh bukti-bukti kompeten atas transaksi keuntungan pelepasan joint venture atau bukti transaksi lindung nilai valas). Audit yang telah saya rencanakan dan dilaksanakan mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material terutama yang melibatkan penyembunyian dan pemalsuan dokumen (kolusi) di antara personel klien dan pihak ketiga atau diantara manajemen atau karyawan klien. Penemuan kemudian salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan dalam laporan keuangan tidak berarti dengan sendirinya bahwa saya telah gagal menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama atau gagal mematuhi standar auditing yang ditetapkan IAI. KOMPETENSI No. Pernyataan Mutu Personal 1. Auditor harus memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas dan mampu menangani ketidakpastian. 2. Auditor harus dapat menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah, serta menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subyektif. 3. Auditor harus mampu bekerjasama dalam tim. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Pengetahuan Umum 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Auditor harus memiliki kemampuan untuk melakukan review analitis. Auditor harus memiliki pengetahuan tentang teori organisasi untuk memahami organisasi. Auditor harus memiliki pengetahuan auditing dan pengetahuan tentang sektor publik. Auditor harus memiliki pengetahuan tentang akuntansi yang akan membantu dalam mengolah angka dan data. Keahlian Khusus Auditor harus memiliki keahlian untuk melakukan wawancara serta kemampuan membaca cepat. Auditor harus memahami ilmu statistik serta mempunyai keahlian menggunakan komputer. Auditor memiliki kemampuan untuk menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik. AKUNTABILITAS No. Pernyataan Motivasi 1. Pekerjaan saya, mendorong saya untuk menunjukkan kemampuan terbaik saya. 2. Pekerjaan saya dihargai karena prestasi kerja saya yang baik. 3. Saya melaksanakan pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mendapat imbalan yang pantas dan wajar. 4. Saya merasa senang karena ada perhatian pimpinan atas prestasi kerja saya. 5. Saya merasa senang dengan pencapaian kerja karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya. Pengabdian pada Profesi 6. Saya menggunakan pengetahuan semaksimal mungkin dalam profesi ini. 7. Saya antusias terhadap pekerjaan yang saya lakukan. 8. Menjadi auditor merupakan kepuasan batin, sehingga akan melaksanakan profesi dengan baik meski imbalan ekstrinsik berkurang. 9. Saya bersedia mengutamakan kepentingan profesi daripada kepentingan pribadi dalam menjalankan profesi ini. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Kewajiban Sosial 10. 11. 12. 13. 30 Auditor memiliki peranan penting bagi masyarakat atau perusahaan. Auditor seharusnya memberikan pelayanan kepada pengguna jasanya dengan cara meningkatkan sumber daya secara efektif dan efisien. Tidak banyak yang menyadari bagaimana pentingnya pelayanan yang diberikan auditor. Auditor harus menghindari kegiatan ilegal yang dapat merugikan masyarakat. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 31-48 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DEWI SARI WIJOYO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to analyze factors affecting on the firm value of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. For this research eight independent variables are used. These variables are financial leverage, profitability, board size, audit committee, firm size, insider holding, investment decision, and liquidity. The research examined the effect of these factors to firm value. The population in this research is collected from all manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange with the period 2011 until 2013 as the population. The sample of this research are 68 manufacturing companies with the total of 204 data that meet the criteria and took as samples. Samples of this research is collected by using purposive sampling method. The statistical method of this study is using multiple regression. The result of this research shows that financial leverage have significant influence on firm value. Profitability and firm size also have significant influence on firm value. While board size, audit committee, insider holding, investment decision and liquidity have no significant influence on firm value. Keywords: Firm Value, Financial Leverage, Investment Decision, and Liquidity. Profitability, Firm Size, Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indoensia. Untuk penelitian ini delapan variabel independen digunakan. Variabel yang digunakan adalah financial leverage, profitabilitas, ukuran dewan, komite audit, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, keputusan investasi, dan likuiditas. Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap nilai perusahaan. Populasi pada penelitian ini dikumpulkan dari semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai 2013 sebagai populasi. Sampel penelitian ini adalah 68 perusahaan manufaktur dengan total 204 data yang memenuhi kriteria dan digunakan sebagai sampel. Sampel penelitian ini dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Metode statistik yang digunakan pada penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan financial leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas dan ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran dewan, komite audit, 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 kepemilikan manajerial, keputusan investasi, dan likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kata kunci: Nilai Perusahaan, Financial Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, keputusan investasi, dan likuiditas. PENDAHULUAN Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menarik perhatian pemegang saham, hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam jalanya perusahaan. Dalam rangka menarik perhatiaan investor maupun calon investor suatu perusahaan harus menunjukkan keadaan perusahaan dalam kondisi yang baik dan memiliki prospek yang baik kedepanya kepada investor. Selain itu di sisi lain investor juga memerlukan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi sehingga perusahaan perlu menunjukkan kondisi perusahaan yang mencerminkan keadaan perusahaan baik untuk masa depanya maupun masa kini. Selain menarik perhatian investor, tujuan dari suatu perusahaan beroperasi yaitu memperoleh keuntungan dan memaksimalkan kemakmuran investor hal ini merupakan tujuan perusahaan yang tidak dapat diabaikan. Mengingat terdapat hubungan antara perusahaaan dengan investor dimana perusahaan ingin memperoleh laba sebesar mungkin dan investor ingin memaksimalkan kemakmuranya sehingga dalam memenuhi tujuan perusahaan dalam memaksimalkan kemakmuran tersebut, investor maupun calon investor memerlukan penilaian terhadap perusahaan dalam pengukuran kemakmuran 32 sebagai pemegang saham dimana nilai yang dimaksud yaitu nilai perusahaan. Dalam mengukur kemakmuran dari pemegang saham nilai perusahaan terdapat beberapa pencerminanan salah satunya adalah nilai pasar perusahaan dimana pada nilai pasar perusahaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Salah satunya adalah tata kelola perusahaan yang baik, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, rasio keuangan, dan keputusankeputusan perusahaaan dan manajemen yang menjadi perhatian perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance merupakan set peraturan hubungan pemilik, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan pemangku kepentingan (Ratih 2011). Oleh karena itu, tata kelola perusahaan memainkan peranan penting dalam mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Dalam tata kelola perusahaan terdapat beberapa hal yang merupakan bagian dari tata kelola perusahaan salah satunya adalah ukuran dewan, komite audit dan lain-lain. Selain hal tersebut investor juga perlu memperhatikan faktor lain seperti kepemilikan manajerial dan ukuran besar kecilnya perusahaan. Rasio keuangan memainkan peranan penting dan menjadi perhatian investor dimana investor ISSN: 1410 -9875 melihat rasio keuangan dari perusahaan dan menggunakanya sebagai penilaian atas kelayakan untuk investasi dan menilai kinerja dari perusahaan. Rasio keuangan yang sering dilihat oleh investor adalah likuiditas dan profitabilitas. Likuiditas digunakan dalam mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh tempo dan kebutuhan kas yang tidak diperkirakan (Weygandt et al. 2013) dan Profitabilitas adalah hubungan pendapatan dan biaya yang timbul dengan memakai aset dalam kegiatan produktif (Gitman dan Zutter 2012). Keputusan dan kebijakan perusahaan yang perlu diperhatikan adalah kebijakan struktur pendanaan dan keputusan investasi. Dalam kebijakan pendanaan investor perlu memperhatikan financial leverage perusahaan, financial leverage menggambarkan mengenai faktor penggunaan hutang perusahaan dalam operasinya (Sudiyatno dan Puspitasari 2010) dan keputusan investasi adalah keputusan mengenai pengeluaran dana dimasa sekarang ini untuk memperoleh hasil atau keuntungan untuk masa yang akan datang (Setiani 2013). Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Obradovich dan Gill (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan ukuran dewan, CEO duality, komite audit, financial leverage, ukuran perusahaan, return on asset dan insider holding memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Obradovich dan Gill (2013) yaitu Dewi Sari Wijoyo terdapat pada objek penelitian, variabel independen yang digunakan, dan periode pengamatan. Peneliti menggunakan objek dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan objek penelitian yang dilakukan penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang tercatat pada New York Stock Exchange dan variabelvariabel yang digunakan Obradovich dan Gill (2013) adalah CEO Duality, ukuran dewan, komite audit, financial leverage, ukuran perusahaan, return on assets (profitabilitas), kepemilikan manajerial (Insider holding) dan industry dummy. Penelitian ini menggunakan variabel independen ukuran dewan, komite audit, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas (return on assets), kepemilikan manajerial (Insider holding) dan menambahkan variabel independen keputusan investasi (Setiani 2013) dan likuiditas (Lusiyanti 2014). Variabel dependen yang digunakan tetap menggunakan variabel dependen yang sama seperti penelitian sebelumnya yaitu nilai perusahaan. Periode pengamatan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu pada periode tahun 2009-2011 dan periode pengamatan oleh penelitian ini selama periode tahun 2011-2013. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Godfrey et al. (2010) menjelaskan agency relationship sebagai sebuah kontrak dimana salah satu pihak (principles) melibatkan orang lain (agent) untuk 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 melakukan beberapa pekerjaan atas principles yang melibatkan delegasi wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent. Jensen dan Meckling (1976) dalam Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menjelaskan teori keagenan (agency theory) sebagai hubungan antara pemilik dan manajemen yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Prinsip dari teori tersebut adalah hubungan kerja dari pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemilik dengan pihak yang menerima delegasi wewenang (agent) yaitu manajer. Dengan adanya kepentingan tersebut masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri. Jensen dan Meckling (1976) dalam Sudiyatno dan Puspitasari (2010) menyatakan manajer sebagai insider diberi amanat oleh pemilik modal untuk mengamankan modal yang diinvestasikan dalam perusahaan sehingga insider berhak atas gaji, bonus, insentif dan kompensasi lainnya karena manajer menjalankan amanat dan mengambil keputusan bisnis yang diharapkan terbaik bagi pemilik modal sehingga pihak insider berkerja dalam memaksimumkan nilai perusahaan atau kemakmuran dari pemegang saham dan oleh karena itu manajer sebagai insider disebut sebagai agen. Teori Signalling Pada teori ini manajer akan menggunakan akun sebagai sinyal ekspektasi dan keinginan pada masa akan datang. Manajer pada perusahaan yang dalam kinerja baik dan mengharapkan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan memberikan sinyal kepada investor 34 November 2014 melalui akun yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan dalam tingkat pertumbuhan yang juga baik. Manajer perusahaan juga menginginkan untuk memberikan informasi yang baik untuk menunjukkan perusahaan tidak dalam keadaan hasil yang buruk (Godfrey et al. 2010) Godfrey et al. (2010) mengemukakan, pada teori signalling manajer sebagai pihak yang memberikan informasi bahwa perusahaan dalam keadaan akan memperoleh keuntungan akan memperoleh insentif jika investor mempercayai informasi tersebut. Sehingga hal ini akan mempengaruhi nilai saham meningkat dan memberikan keuntungan terhadap investor dan manajer. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah penilaian investor tentang seberapa baik kondisi perusahaan yang tercermin dari harga pasar saham perusahaan (Setiani 2013). Pengertian nilai perusahaan pada perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dari harga saham perusahaan dan untuk pengertian nilai perusahaan yang belum go public nilai perusahaan tercermin dari nilai jual perusahaan jika di jual (total aktiva), prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha dan lain-lain dikemukakan oleh Margaretha (2004) dalam Mardiyati et al. (2012). Menurut Setiani (2013), nilai perusahaan merupakan hal yang penting baik bagi investor maupun manajer. Nilai perusahaan bagi manajer merupakan tolak ukur atas ISSN: 1410 -9875 prestasi kerjanya. Jika manajer mampu meningkatkan nilai perusahaan maka hal ini menunjukkan bahwa manajer tersebut menghasilkan kinerja yang baik, sehingga secara tidak langsung manajer meningkatkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan perusahaan. Bagi investor peningkatan nilai perusahaan merupakan suatu pandangan yang baik sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi dan hal ini mampu membuat peningkatan pada harga saham perusahaan. Financial Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Financial leverage adalah magnifikasi risiko dan pengembalian melalui penggunaan pendanaan biaya tetap seperti hutang dan saham preferen (Gitman dan Zutter 2012). Trade off theory menjelaskan dengan makin tinggi penggunaan hutang maka makin tinggi juga risiko untuk mengalami kesulitan keuangan untuk membayar bunga tetap yang besar untuk dibayarkan kepada debtholders setiap periode dalam kondisi laba bersih yang belum pasti (bancruptcy cost of debt) (Mardiyati et al. 2012). Teori signaling menjelaskan bagaimana manajer yakin mengenai prospek baik perusahaan dan manajer ingin agar harga saham mengalami peningkatan sehingga manajer ingin untuk mengkomunikasikan kepada investor. Manajer perusahaan dalam hal ini dapat menggunakan utang sebagai sinyal yang lebih terpercaya kepada investor dan menggambarkan bahwa perusahaan Dewi Sari Wijoyo dalam kondisi prospek yang baik di masa depan sehingga investor akan melihat sinyal tersebut dan mengindikasikan bahwa perusahaaan yakin dengan prospek yang baik di masa depan karena perusahaan meningkatkan hutang. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hutang merupakan signal positif dari perusahaan bagi investor (Mardiyati et al. 2012). Ha1 : Terdapat pengaruh Financial Leverage terhadap Nilai perusahaan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan baik yang lancar maupun tetap dalam kegiatan produktif, perusahaan mampu meningkatkan profit dengan meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya dan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan asset yang dimiliki adalah Return on Total Asset (Gitman dan Zutter 2012). Alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham hal tersebut ditunjukkan dengan makin besar pengembalian yaitu ROE dan ROA yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham sehingga hal ini berdampak pada nilai perusahaan (Wardoyo dan Veronica 2013). Laba perusahaan sebagai informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yaitu investor berasumsi bahwa dengan laba perusahaan yang besar maka investor juga akan menerima 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 36 November 2014 laba yang juga besar dan profitabilitas menjadi aspek yang dilihat investor dalam menilai kesehataan perusahaan karena dengan pengembalian profitabilitas yang tinggi pengembalian terhadap investor juga tinggi (Nafi’ah 2013). : Terdapat pengaruh Ha2 Profitabilitas terhadap Nilai perusahaan. ini menunjukkan bahwa dengan makin besar jumlah dewan direksi pada suatu perusahaan maka makin besar pula kemungkinan strategi perusahaan akan tercapai sehingga mempengaruhi nilai perusahaan di mata investor maupun calon investor. Ha3 : Terdapat pengaruh Ukuran Dewan terhadap Nilai perusahaan. Ukuran Dewan Terhadap Nilai Perusahaan Ukuran dewan yaitu diukur berdasarkan jumlah total dari anggota direksi yang melayani atau merupakan bagian dari dewan (Obradovich dan Gill 2013). Jumlah anggota direksi yang ada pada suatu perusahaan harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan karena hal ini berdampak pada pengelolaan perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan (Wardoyo dan Veronica 2013). Hal ini sesuai dengan pernyataan Obradovich dan Gill (2013) mengenai jumlah dari dewan direksi pada perusahaan bahwa jumlah dewan direksi yang ada harus optimum dan berdasarkan dengan ukuran perusahaan tersebut. Wardoyo dan Veronica (2013) menyatakan, dewan direksi adalah bagian penentu pada pelayanan dimana dewan direksi akan menjalankan tata kelola perusahaan yang lebih baik selain itu dewan direksi juga memiliki hak untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dan juga memastikan perusahaan sudah menjalankan seluruh ketentuan sesuai peraturan yang diatur dan peraturan undangundang yang berlaku, sehingga hal Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris (Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP643/BL/2012 Peraturan Nomor IX.I.5). Komite audit memiliki tanggung jawab dalam jalanya pengawasan laporan keuangan, mengawasi audit luar, dan mengamati sistem pengendalian internal sehingga dengan fungsi pengawasan ini diharapkan akan mengurangi sifat manajemen dalam melakukan tindakan memanfaatkan peluang (oppurtinistic) manajemen dalam melakukan manajemen laba (Rupilu 2011). Komite audit dapat meminimalkan Agency Problem dan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan adanya komite audit yang melakukan pengawasan mendorong CEO dan dewan direksi untuk berkerja dalam menyenangkan pemegang saham dan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dan sebagai tambahan untuk meminimalkan Agency Problem yaitu dengan meningkatkan arus informasi antara manajer dan pemegang saham (Obradovich dan Gill 2013). ISSN: 1410 -9875 Ha4 : Terdapat pengaruh Komite Audit terhadap Nilai perusahaan. Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perusahaan dapat dinilai dari seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan makin besar ukuran suatu perusahaan, makin baik struktur pengendalian internalnya sehingga mengurangi kesalahan pada laporan keuangan (Carslaw dan Kaplan 1991 dalam Rupilu 2011). Hubungan antara besar aktiva dengan nilai perusahaan terwujud dengan kondisi ukuran perusahaan dimana makin besar aktiva maka makin tinggi keyakinan investor dalam memperoleh pengembalian atas investasinya (Sofyaningsih dan Hardiningsih 2011). Perusahaan dengan ukuran besar cenderung memberikan hasil operasi yang lebih besar sehingga mampu memberikan imbal balik investasi yang lebih mengunguntungkan daripada perusahaan kecil (Sofyaningsih dan Hardiningsih 2011). Ha5: Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Mardiyati et al. 2012). Pada kepemilikan manajerial terdapat suatu teori dalam hubunganya dengan nilai perusahaan yaitu Agency teory. Agency teory merupakan pemisahan antara kepemilikan dan Dewi Sari Wijoyo pengelolaan perusahaan sehingga dapat menimbulkan suatu konflik yaitu konflik keagenan, konflik keagenan timbul akibat perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dalam memenuhi keinginanya dan kepuasanya masing-masing. Perbedaan ini mengakibatkan manajemen melakukan kecurangan sehingga merugikan pemegang saham (Sofyaningsih dan Hardiningsih 2011). Kepemilikan manajerial menyebabkan manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan karena dengan hal tersebut kekayaaan manajer akan meningkat yang disebabkan oleh kepemilikan manajerial (Sofyaningsih dan Hardiningsih 2011). Hal ini menjelaskan mengenai manajer dan karyawan yang berkerja keras untuk memaksimalkan nilai perusahaan sehingga akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham (Obradovich dan Gill 2013). Terdapat pengaruh Ha6: Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai perusahaan. Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan investasi adalah keputusan mengenai pengeluaran dana dimasa sekarang ini untuk memperoleh hasil atau keuntungan untuk masa yang akan datang (Setiani 2013). Hubungan antara keputusan investasi dan nilai perusahaan seperti yang di kemukakan oleh Hasnawati (2005), Hapsari (2000), Widyantoro (1995) dalam Ansori dan Denica (2010) sesuai dengan teori-teori sebelumnya yang dilakukan pada penelitian sebelumnya, yang 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 mengungkapkan bahwa hubungan antara keputusan investasi dengan nilai perusahaan yang menunjukkan keterkaitan. Investasi modal merupakan salah satu aspek utama dalam keputusan investasi dimana keputusan investasi yang manfaatnya dirasakan pada masa depan sehingga harus dipertimbangkan dengan cermat supaya mempunyai nilai perusahaan (Ansori dan Denica 2010). Pada saat manajer melaksanakan keputusan investasi yang tepat akan menciptakan kinerja yang optimal dari aset sehingga muncul sinyal positif kepada investor yang akhirnya akan mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan (Prasetyo 2011 dalam Setiani 2013). : Terdapat pengaruh Ha7 Keputusan Investasi terhadap Nilai perusahaan. Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Rasio likuiditas merupakan alat ukur yang digunakan dalam mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban perusahaan yang jatuh tempo dan kebutuhan perusahaan atas kas yang tidak diperkirakan (Weygandt et al. 2013). Rasio likuiditas sebagai bagian dari rasio keuangan berguna untuk melakukan analisis internal dalam membantu manajemen mengevaluasi tentang hasil perusahaan, memperbaiki kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyulitkan keuangan (Lusiyanti 2014). Perusahaan yang dalam keadaan likuid dipercaya �� 38 November 2014 oleh investor karena mampu melunasi seluruh kewajiban perusahaan tepat pada waktunya dan para investor yakin dan tidak merasa takut akan kemampuan perusahaan tersebut sehingga investor memiliki rasa percaya akan perusahaan tersebut untuk berinvestasi atau menanamkan dananya di perusahaan (Septiono et al. 2013). Ha8: Terdapat pengaruh Likuiditas terhadap Nilai perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 sampai dengan 2013. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan berdasarkan kriteria pemilihan sampel. Sehingga diperoleh 68 perusahaan sebagai sampel penelitian. Hasil data yang diperoleh berdasarkan kriteria tersebut dicantumkan pada tabel 1. Nilai perusahaan adalah penilaian investor tentang seberapa baik kondisi perusahaan yang tercermin dari harga pasar saham perusahaan (Setiani 2013). Dalam rangka mengukur nilai perusahaan dapat menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku utang dengan nilai buku total aset (Obradovich dan Gill 2013) dan skala yang digunakan pada nilai perusahaan adalah skala rasio sehingga nilai perusahaan yang diukur melalui Tobin’s Q dapat diformulasikan sebagai berikut: ������� ����� �� ������ � ���� ����� �� ����� ���� ����� �� ����� ������ ISSN: 1410 -9875 Dewi Sari Wijoyo Dimana Q = Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q Financial leverage adalah magnifikasi risiko dan pengembalian melalui penggunaan pendanaan biaya tetap seperti hutang dan saham preferen (Gitman dan Zutter 2012). Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial leverage yang menggunakan skala rasio. Financial leverage adalah perbandingan total liabilities dengan total aset. Rumus financial leverage dapat diformulasikan sebagai berikut (Obradovich dan Gill 2013): ����� ����������� ��������� �������� ��� � � ����� ������ Profitabilitas adalah hubungan Assets (ROA). Skala yang digunakan antara pendapatan dan biaya yang pada ROA adalah skala rasio. ROA dihasilkan dengan menggunakan diukur dengan melakukan aset perusahaan baik yang lancar perbandingan antara laba bersih maupun tetap dalam kegiatan dengan total aset yang dimiliki produktif (Gitman dan Zutter perusahaan (Obradovich dan Gill 2012). Dalam penelitian ini 2013). Rumus ROA dapat profitabilitas di ukur dengan diformulasikan sebagai berikut: menggunakan proksi Return on ��� ������ ������ �� ������ ����� � ����� ������ Ukuran dewan adalah jumlah total direktur yang melayani di dewan direksi. Sehingga ukuran dewan direksi dapat diukur dengan menghitung jumlah total satuan direksi yang melayani di dewan (Obradovich dan Gill 2013). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Dalam penelitian ini ukuran dewan dapat diformulasikan sebagai berikut (Obradovich dan Gill 2013): Board size (BS) = Total number of directors serving on board Komite Audit adalah komite IX.I.5). Komite audit diukur dengan yang dibentuk oleh dan melakukan perhitungan terhadap bertanggung jawab kepada dewan jumlah satuan anggota komite audit komisaris dalam membantu (Obradovich dan Gill 2013). Komite melaksanakan tugas dan fungsi audit pada penelitian ini dewan komisaris (Keputusan Ketua menggunakan skala rasio. Komite Bapepam dan LK Nomor KEPaudit dapat diformulasikan sebagai 643/BL/2012 Peraturan Nomor berikut: Audit Committee (AC) = Total Number of Audit Committee Members Ukuran perusahaan ukuran perusahaan diukur dengan menunjukkan seberapa besar log dari total assets dan merupakan perusahaan yang dinilai dari total skala rasio. Ukuran perusahaan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat diformulasikan sebagai (Carslaw dan Kaplan 1991 dalam berikut (Obradovich dan Gill 2013): Rupilu 2011). Dalam penelitian ini 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Firm Size (FS) = log Total Assets Kepemilikan manajerial atau Insider Holding adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Mardiyati et al. 2012). Kepemilikan manajerial ditunjukkan dari besar persentase pemegang saham insider (Obradovich dan Gill 2013). Pada penelitian ini kepemilikan manajerial merupakan dummy variabel, jika perusahaan terdapat kepemilikan manajerial maka diberi angka 1 dan 0 bila tidak terdapat kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial menggunakan skala nominal. Keputusan investasi adalah keputusan mengenai pengeluaran dana dimasa sekarang ini untuk memperoleh keuntungan untuk masa yang akan datang (Setiani 2013). Keputusan investasi diukur dengan Total Asset Growth (TAG) dan merupakan skala rasio. TAG adalah besar pertumbuhan total aset dari periode sebelumnya dan dibandingkan dengan total aset periode sebelumnya, keputusan investasi dapat diformulasikan sebagai berikut (Setiani 2013): ����� ����� ������ ����� � Likuiditas adalah kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban perusahaan yang jatuh tempo dan kebutuhan perusahaan atas kas yang tidak diperkirakan (Weygandt et al. 2013). Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan Current Ratio, current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan ������� �������� � � Pengujian ini dilakukan menggunakan metode regresi berganda. Model regresi dari penelitian ini sebagai berikut: FVALUE = β0 + β1 FL + β2 PROFIT + β3 BSIZE + β4 AC + β5 FSIZE + β6 INSDHOLD + β7 INVSDEC + β8 LIKUID + e Keterangan model regresi; 40 ����� ����� � ����� �������� ����� �������� dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Lusiyanti 2014). Likuiditas diukur dengan menggunakan skala rasio dimana current ratio diukur dengan membandingkan current asset dengan current liabilities dan diformulasikan sebagai berikut (Lusiyanti 2014): ������� ����� ������� ����������� FVALUE Value) Nilai perusahaan (Firm β0 Konstanta β1…..β8 Koefisien regresi FL Financial Leverage PROFIT on Asset) Profitabilitas (Return ISSN: 1410 -9875 BSIZE size) Ukuran dewan (Board AC Komite audit (Audit committee) FSIZE (Firm size) Ukuran Perusahaan INSDHOLD Kepemilikan manajerial (Insider Holding) INVSDEC Keputusan investasi (Investment Decision) LIKUID Likuiditas e Error HASIL PENELITIAN Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi financial leverage lebih kecil daripada 0,05 yaitu sebesar 0,000 dengan nilai koefisien sebesar 3,410. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha1 diterima, sehingga financial leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh positif dari variabel financial leverage terhadap nilai perusahaan, sehingga makin tinggi financial leverage akan diikuti dengan kenaikan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan peningkatan penggunaan hutang mampu meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatnya penggunaan hutang maka risiko juga akan lebih besar namun manajer yakin akan prospek baik perusahaan di masa depan dan tetap menggunakan hutang, sehingga investor yang melihat hal tersebut menilai bahwa perusahaan dalam kondisi prospek yang baik. Dewi Sari Wijoyo Hal ini membuktikan bahwa meningkatnya financial leverage mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi profitabilitas lebih kecil daripada 0,05 yaitu sebesar 0,000 dengan nilai koefisien sebesar 20,313. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha2 diterima, sehingga profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh positif dari variabel profitabilitas terhadap nilai perusahaan, sehingga makin tinggi profitabilitas perusahaan akan diikuti dengan kenaikan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas di lihat investor dalam menilai prospek dan hasil perusahaan, jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dan memiliki prospek baik serta manajemen yang efektif maka investor juga akan memperoleh pengembalian yang juga besar dan menilai prospek perusahaan baik sehingga hal ini mampu menarik perhatian investor untuk investasi karena hal ini berhubungan dengan penilaian perusahaan sebelum pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu hal ini membuktikan meningkatnya profitabilitas mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi ukuran dewan lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,134 dengan nilai koefisien sebesar 0,075. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha3 tidak diterima, sehingga ukuran dewan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 positif dari variabel ukuran dewan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan dengan makin besar jumlah anggota dewan direksi maka pengelolaan terhadap perusahaan juga makin baik dan tujuan dari perusahaan akan tercapai sehingga akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi komite audit lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,130 dengan nilai koefisien sebesar 0,392. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha4 tidak diterima, sehingga komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh negatif dari variabel komite audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan jumlah komite audit mengurangi nilai perusahaan, hal ini mungkin disebabkan oleh komite audit yang seharusnya berkerja secara independen dan profesional tidak menjalankan fungsinya secara baik dalam pengawasan dan pengamatan sehingga hal ini membuat pemegang saham yang melihat hal tersebut tidak senang sehingga nilai perusahaan menurun. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi ukuran perusahaan lebih kecil daripada 0,05 yaitu sebesar 0,011 dengan nilai koefisien sebesar 0,461. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha5 diterima, sehingga ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh positif dari variabel ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, sehingga makin besar ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan 42 November 2014 ukuran perusahaan yang digunakan investor dalam melihat prospek dari perusahaan dan keyakinan investor atas risiko sebelum berinvestasi. Dimana perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar diyakini investor atas prospek, struktur pengendalian, dan pengembalian atas investasi lebih baik sehingga hal ini membuktikan meningkatnya ukuran perusahaan atau makin besar ukuran perusahaan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi kepemilikan manajerial lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,090 dengan nilai koefisien sebesar 0,322. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha6 tidak diterima, sehingga kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh positif. Hal ini menunjukkan, nilai perusahaan meningkat disebabkan oleh manajer yang juga pemegang saham berusaha berkerja keras dalam meningkatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan karena manajer dalam hal ini juga memiliki kepemilikan pada perusahaan sehingga jika nilai perusahaan naik maka kemakmuran mereka sebagai pemegang saham juga akan meningkat. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi keputusan investasi lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,462 dengan nilai koefisien sebesar -0,426. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha7 tidak diterima, sehingga keputusan investasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh negatif antara variabel keputusan ISSN: 1410 -9875 investasi terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan keputusan investasi dilihat investor menyangkut manfaat masa depan perusahaan, oleh karena itu ketika manajer mengambil keputusan investasi yang menguntungkan dan tepat akan ada sinyal baik kepada investor. Menurunya nilai perusahaan dapat disebabkan oleh pengambilan keputusan investasi yang tidak tepat atau merugikan oleh perusahaan maupun manajer. Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi likuiditas lebih besar daripada 0,05 yaitu sebesar 0,497 dengan nilai koefisien sebesar 0,004. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha8 tidak diterima, sehingga likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan nilai koefisien terdapat arah pengaruh positif antara likuiditas terhadap nilai perusahaan, naiknya nilai perusahaan menunjukkan perusahaan yang likuid atau perusahaan yang mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo memperoleh kepercayaan dari investor sehingga investor tertarik melakukan investasi dan hal ini meningkatkan nilai perusahaan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen financial leverage, Dewi Sari Wijoyo profitabilitas dan ukuran perusahaan mempengaruhi variabel dependen nilai perusahaan. Sedangkan variabel independen ukuran dewan, komite audit, kepemilikan manajerial, keputusan investasi dan likuiditas tidak mempengaruhi variabel dependen nilai perusahaan. Penelitian memiliki beberapa keterbatasan. Berikut keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini: (1) Periode penelitian yang singkat yaitu selama 3 tahun, yaitu pada periode 2011-2013 dan, (2) Hasil data penelitian yang tidak berdistribusi normal dan hasil uji yang menunjukkan bahwa beberapa variabel terjadi heteroskedastisitas. Variabel independen yang terjadi heteroskedastisitas adalah Financial Leverage, Profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatan yang ada, peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan topik yang sama, saran penelitian adalah sebagai berikut: (1) Penelitian selanjutnya dapat menambahkan periode penelitian untuk hasil yang lebih baik dan akurat, (2) Penelitian selanjutnya dapat menambahkan sampel penelitian untuk menghilangkan keterbatasan seperti data tidak berdistribusi normal dan masalah heteroskedastisitas. 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 REFERENSI Ansori, Mokhamat., dan Denica H.N. 2010. Pengaruh Keputusan Investasi Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Jakarta Islamic Index Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Analisis Manajemen, Vol. 4, No. 2, Juli 2010, hal: 153-175. ISSN: 1411-1799. Badan Pengawas Pasar Modal Nomor IX.I.5, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-643/BL/2012 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bursa Efek Indonesia. http:// www.idx.co.id/ Dj, Alfredo Mahendra., Luh Gede Sri Artini, dan A.A Gede Suarjaya. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2012, hal: 130-138. ISSN: 2302-8890. Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, thirteenth edition. United States of America: Pearson Education Addison Wesley, inc. Global Edition: Pearson Education Limited. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, seventh edition. Australia: John Wiley & Sons Ltd. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, seventh edition. United States of America: Pearson Education, Inc. Hermuningsih, Sri., dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 2, Agustus 2009, Hal: 173–183. ISSN:0853-7665. Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Eugene F. Brigham, Michael C. Ehrhardt. 2014. Financial Management Theory and Practice, an Asian Edition. Singapore: Cengage Learning Asia. Lusiyanti, Retnaning. 2014. Pengaruh Rasio Likuiditas dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. AKUNESA, Vol 2, No 3. ISSN: 2302-1195. Mardiyati, Umi., Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20052010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. 1, ISSN: 2301-8313, http://www.jrmsi.com/. Nafi’ah, Zumrotun. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 44 ISSN: 1410 -9875 Dewi Sari Wijoyo 2008-2010. Jurnal STIE Semarang, Vol 5, No 3, Oktober 2013, ISSN: 2252-7826. Obradovich, John., dan Amarjit Gill. 2013. The Impact of Corporate Governance and Financial Leverage on the Value of American Firms. International Research Journal of Finance and Economics, issue 91, ISSN: 1450-2887, http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com Ratih, Suklimah. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Peraih the Indonesia Most Trusted Company-CGPI. Jurnal Kewirausahaan, Vol 5, No 2, Desember 2011, ISSN: 1978-4724. Rompas, Gisela Prisilia. 2013. Likuiditas Solvabilitas dan Rentabilitas Terhadap Nilai Perusahaan BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hal: 252-262, ISSN: 2303-1174. Rupilu, Wilsna. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), Vol. 8, No. 1, Oktober 2011, Hal: 101 – 127, ISSN 1829 – 9857. Samisi, Komang., dan Putu Agus Ardiana. 2013. Pengaruh Struktur pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 23028556. Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sari, A.A Pt Agung Mirah Purnama., dan Putu Agus Ardiana. 2014. Pengaruh Board Size Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Hal: 177-191, ISSN: 2302-8556. Sari, Oktavina Tiara. 2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Management Analysis Journal. ISSN: 2252-6552, journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, sixth edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Septiono, Rizqy Wahyu., Suhadak, dan Darminto. 2013. Analisis Faktor Mikro Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Non-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Indeks LQ 45 Periode 2009-2011). PROFIT Jurnal Administrasi Bisnis.Vol 7, No 1. ISSN: 1978743X. Setiani, Rury. 2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen: Alumni Fakultas Ekonomi UNP, Vol 2, No 1, ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/view/312. Siahaan, Fadjar O.P. 2013. The Effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage, and Firm Size on Firm Value. GSTF Journal on Business Review, Vol 2 No 4, July 2013. ISSN:2010-4804. 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Sofyaningsih, Sri., dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol 3, No 1, Mei 2011, Hal:68-87. ISSN: 19794878. Sudiyatno, Bambang., dan Elen Puspitasari. 2010. Pengaruh Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). Dinamika Keuangan dan Perbankan, vol 2, No 1, Mei 2010, Hal 1-22. ISSN 1979-4878. Wardoyo., dan Theodora Martina Veronica. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, vol 4, No 2, Hal 132-149. ISSN Cetak: 2086-0668, ISSN Online: 2337-5434. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS Edition 2e. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Wongso, Amanda. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Struktur Kepemilikan, dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Perspektif Teori Agensi dan Teori Signaling. Jurnal Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Vol 1 No 5. ISSN: 2303-162X. 46 ISSN: 1410 -9875 Dewi Sari Wijoyo Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel No. Keterangan Total Total Perusahaan Data 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di 417 139 Bursa Efek Indonesia pada periode 20112013 2. Perusahaan manufaktur yang tidak (45) (15) terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan 20112013 3. Perusahaan manufaktur yang tidak (12) (4) menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 desember 20112013. 4. Perusahaan manufaktur yang tidak (75) (25) menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah berturut-turut pada periode 2011-2013 5. Perusahaan manufaktur yang tidak (27) (81) menghasilkan laba selama tahun 2011 – 2013 6. Sample yang digunakan 68 204 Sumber: Data yang dikumpulkan dan pengolahan data Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif N Mean Std. Maksimum Deviation 204 2,0757511 2,26166354 FVALUE 15,54320 204 0,4195177 FL 0,17856593 0,88090 0,1051942 204 PROFIT 0,08958342 0,41620 5,33 204 BSIZE 2,530 13 3,14 204 AC 0,398 5 204 12,2194873 FSIZE 0,71299555 14,33040 0,51 204 INSDHOLD 0,501 1 204 0,1922524 INVSDEC 0,17136445 0,85359 204 3,6086598 17,24197353 LIKUID 247,44406 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19 Minimum 0,28660 0,03723 0,00093 2 2 10,94161 0 -0,12160 0,40314 Tabel 3. Frekuensi Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Frekuensi Persentase Persentase Persentase Manajerial Valid Kumulatif Valid Tidak memiliki 99 48,5 48,5 48,5 kepemilikan manajerial. Memiliki kepemilikan 105 51,5 51,5 100,0 manajerial. Total 204 100,0 100,0 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Sumber:Pengolahan data SPSS IBM 19 Variabel (Constant) Tabel 4. Hasil Uji Statistik t B Sig. Kesimpulan -6,389 0,001 3,410 0,000 Ha1 diterima 20,313 0,000 Ha2 diterima 0,075 0,134 Ha3 tidak diterima -0,392 0,130 Ha4 tidak diterima FSIZE 0,461 0,011 Ha5 diterima INSDHOLD 0,322 0,090 Ha6 tidak diterima -0,426 0,462 Ha7 tidak diterima FL PROFIT BSIZE AC INVSDEC Ha8 tidak diterima Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19 LIKUID 48 0,004 0,497 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 49-60 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH RETURN ON EQUITY, NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO, LONG TERM LIABILITIES TO TOTAL ASSETS DAN TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA EDISON STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and investigate the influence of return on equity, net profit margin, current ratio, long term liabilities to total assets and total asset turnover towards bond ratings. The population of this research is manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange over the 5 years period 2008-2012. Samples consist of 9 manufacturing companies, selected using purposive sampling method. The data type is secondary data which collected from Indonesia Stock Exchange. Data was analyzed using ordinal logistic regression (ordered logit).The result shows that return on equity, long term liabilities to total assets and total asset turnover have influences towards bond ratings. Otherwise, net profit margin and current ratio do not have influences towards bond ratings. Keywords: Bond Ratings, Return on Equity, Net Profit Margin, Current Ratio, Long Term Liabilities to Total Assets, Total Asset Turnover, Ordinal Logistic Regression. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on equity, net profit margin, current ratio, long term liabilities to total assets dan total asset turnover terhadap bond ratings. Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2008-2012. Sampel penelitian terdiri atas 9 perusahaan manufaktur yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Data penelitian diuji dengan menggunakan ordinal logistics regression.Hasil penelitian menunjukan bahwa return on equity, long term liabilities to total assets dan total asset turnover memiliki pengaruh terhadap bond ratings. Sementara net profit margin dan current ratio tidak berpengaruh terhadap bond ratings. 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Kata kunci: Bond Ratings, Return on Equity, Net Profit Margin, Current Ratio, Long Term Liabilities to Total Assets, Total Asset Turnover, Ordinal Logistic Regression. PENDAHULUAN Kehadiran pasar modal sangat penting bagi perusahaan dan investor. Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan pendanaan dalam menjalankan usahanya yang dapat berasal dari internal perusahaan dan atau eksternal. Pendanaan internal dapat berupa laba ditahan. Sedangkan dari eksternal, perusahaan dapat menghimpun dana melalui pasar modal dengan menjual sahamnya kepada publik, dan menerbitkan surat hutang (obligasi). Di sini, investor sebagai pihak yang memiliki dana dapat mempergunakan pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi untuk memperoleh keuntungan. Salah satu investasi yang banyak diminati oleh para investor adalah investasi dalam obligasi. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012, 12), obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Alasan mengapa obligasi banyak diminati adalah karena instrumen obligasi menawarkan pendapatan tetap yaitu jenis pendapatan yang diberikan kepada investor obligasi didasarkan pada tingkat suku bunga yang telah 50 ditentukan. Selain itu, keuntungan yang diperoleh dari investasi obligasi adalah pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan mengalami likuidasi. Setiap investor selalu mengharapkan keuntungan dari kegiatan investasi yang dilakukannya. Namun, dalam investasi selalu terdapat resiko begitu pula dengan obligasi, salah satu resiko yang harus diwaspadai oleh para investor adalah resiko gagal bayar atau yang sering disebut default risk, yaitu ketidakmampuan perusahaan penerbit obligasi (issuer) membayar kembali utang pokok (principal) dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan. Maka dari itu, seorang investor yang berminat berinvestasi pada obligasi seharusnya memperhatikan peringkat obligasi (bond ratings) suatu perusahaan. Menurut Hartono (2008, 166) peringkat obligasi (bond rating) adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen pemeringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi. Maka dari itu, peringkat obligasi akan memberikan informasi berupa gambaran tingkat resiko dan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Pemberian peringkat pada perusahaan dilakukan oleh pihak institusi yang sering disebut lembaga pemeringkat (rating company). Lembaga ini bertugas untuk melakukan evaluasi dan ISSN: 1410 -9875 analisis atas kemungkinan macetnya pembayaran surat utang atau obligasi oleh perusahaan. Beberapa lembaga pemeringkat yang terkenal di dunia antara lain: Standard and Poor’s dan Moody’s Ratings. Di Indonesia sendiri diakui beberapa perusahaan pemeringkat yaitu Fitch Ratings, Kasnic Credit Rating Indonesia dan PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Dalam penelitian ini, peneliti memilih PEFINDO sebagai lembaga pemeringkat utama karena PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang sering dipakai oleh lembaga dan institusi termasuk Bank Indonesia serta tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO. Untuk mengetahui keamanan obligasi suatu perusahaan, terdapat penilaian berdasarkan analisis terhadap prospek bisnis dan perkembangan indikator-indikator bisnis seperti rasio keuangan (Zubir 2012, 8). Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio (CR), Long Term Liabilities to Total Assets (LTLTA), dan Total Asset Turnover (TAT) berpengaruh terhadap peringkat obligasi perusahaan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Trade-off Theory Miller (1977) dalam Brigham dan Houston (2010, 472) menyatakan bahwa, ”trade off theory states that firms trade off the tax benefits of debt financing against problems caused by potential bankruptcy. The fact that interest paid is a deductible Edison expense makes debt less expensive than common or preferred stock.” Sjahrial (2009, 203) menyatakan bahwa semakin besar penggunaan utang, maka keuntungan dari perlindungan pajak akan semakin besar. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu, di mana titik tersebut adalah struktur modal yang optimal. Trade-off theory pada penelitian ini mengacu kepada perusahaan menggunakan utang untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan cara menyeimbangkan keuntungan perlindungan pajak dengan beban biaya akibat penggunaan utang yang semakin besar. Return on Equity Peringkat Obligasi (ROE) dan Gitman dan Zutter (2012, 82) menyatakan bahwa ”Return on common equity measures the return earned on the common stockholders’ investment in the firm. Generally, the owners are better off the higher is this return.” Return on Equity merupakan rasio profitabilitas yang mengukur sejauh mana tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham dari investasinya di perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan sehingga perusahaan semakin mampu memenuhi kewajibannya dalam obligasi beserta bunga yang harus dibayarkan (interest) yang mengakibatkan peringkat obligasi perusahaan akan semakin baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung et al. 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 (2009) menunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kors et al. (2012) yang menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara return on equity dan peringkat obligasi. Ha1 : Return on equity berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Net Profit Margin (NPM) terhadap Peringkat Obligasi Fahmi (2011, 136) menyatakan bahwa margin laba bersih menunjukkan kestabilan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Dengan memeriksa margin laba perusahaan dan industri, perusahaan dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga maupun persaingan perusahaan dengan perusahaan yang lain. Rasio Net Profit Margin yang tinggi berarti perusahaan memiliki keuntungan yang tinggi dari setiap penjualan yang dilakukannya sehingga para investor optimis terhadap pengembalian yang didapatnya dan peringkat obligasi perusahaan akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung et al. (2009) menunjukkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kors et al. (2012) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara net profit margin dan peringkat obligasi. 52 November 2014 Ha2 : Net profit margin berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Current Ratio (CR) dan Peringkat Obligasi Weygandt et al. (2013, 696) menyatakan bahwa “Current Ratio is a measure for evaluating a company’s liquidity and short term debt paying ability, computed by dividing its current assets by current liabilities.” Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, semakin tinggi nilai Current Ratio maka semakin baik, artinya perusahaan memiliki kemampuan membayar utang jangka pendeknya atau perusahaan likuid sehingga resikonya akan semakin kecil dan peringkat obligasinya akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Raharja dan Sari (2008) yang menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara current ratio dan peringkat obligasi. Ha3 : Current ratio berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Long Term Liabilities to Total Assets (LTLTA) dan Peringkat Obligasi Long Term Liabilities to Total Assets merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang jangka panjang perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini berarti ISSN: 1410 -9875 perusahaan menggunakan sebagian besar hutang dalam membiayai aktivanya yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Semakin tinggi penggunaan hutang perusahaan maka akan semakin meningkatkan resiko perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sehingga peringkat obligasinya akan turun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kilapong dan Setiawati (2012) menunjukkan bahwa long term liabilities to total assets tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Raharja dan Sari (2008) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara long term liabilities to total assets dan peringkat obligasi. Ha4 : Long term liabilities to total assets berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Total Asset Turnover (TAT) dan Peringkat Obligasi Harahap (2011, 309) menyatakan bahwa Total Asset Turnover merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan perusahaan, seberapa jauh Edison kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi nilai TAT maka perusahaan semakin efisien dalam beroperasi yang membuat perusahaan semakin mampu memenuhi business cost dan financial cost, yang akan menurunkan resiko perusahaan dan meningkatkan peringkat obligasinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) menunjukkan bahwa total asset turnover berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kors et al. (2012) yang menemukan bahwa total asset turnover tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Ha5 : total asset turnover berpengaruh terhadap peringkat obligasi. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling di mana prosedur pemilihan sampel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan peringkatnya diumukan berturut-turut oleh PEFINDO dari tahun 2008-2012 Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2008-2012 Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel Jumlah data selama 5 tahun penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti. Jumlah 12 3 9 45 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Definisi Operasional dan Pengukurannya Peringkat obligasi Variabel dependen pada penelitian ini adalah peringkat obligasi yaitu simbol-simbol karakter berupa huruf yang diberikan oleh agen pemeringkat yang menggambarkan kualitas dan risiko dari obligasi. Variabel dependen ini diukur dengan skala ordinal dimana dengan skala ini peneliti menetapkan 4 nilai numerik yaitu: 4 untuk rating yang sama dengan atau lebih dari AA; 3 untuk rating A; 2 untuk rating BBB; ��� � dan rating yang sama dengan atau dibawah BB akan ditetapkan dengan angka 1. Penelitian ini dilakukan dengan alat uji ordinal logistic regression. Return on Equity Menurut Gitman dan Zutter (2012, 82), Return on Equity mengukur tingkat pengembalian yang diperoleh atas investasi pemegang saham di perusahaan. Skala pada variabel ini menggunakan skala rasio. Return on Equity diukur dengan rumus (Gitman dan Zutter 2012, 82): �������� ��������� ��� ������ ������������ ������ ����� ������ Net Profit Margin Menurut Gitman dan Zutter (2012, 81), Net Profit Margin mengukur keuntungan perusahaan dengan membagi laba setelah bunga dan pajak (dikurangi ��� ������ ������ � preferred dividend) dengan penjualan. Skala pada variabel ini merupakan skala rasio. Net Profit Margin dihitung dengan rumus (Gitman dan Zutter 2012, 81): �������� ��������� ��� ������ ������������ ����� Current Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 71), Current Ratio mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya pada ������� ����� � 54 November 2014 saat jatuh tempo. Skala pada variabel ini merupakan skala rasio. Current Ratio dihitung dengan rumus (Gitman dan Zutter 2012, 71): ������� ������ ������� ����������� ISSN: 1410 -9875 Edison Long Term Liabilities to Total Assets Menurut Raharja dan Sari (2008), Long Term Liabilities to Total Asset Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya (lebih dari satu tahun). Skala pada variabel ini merupakan skala rasio. Dengan rumus (Kors, 2012): ���� ���� ����������� �� ����� ������ � Total Asset Turnover Menurut Fahmi (2011, 35), Total Asset Turnover adalah rasio yang mengukur sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan mengalami perputaran secara efektif. Skala pada variabel ini merupakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut (Gitman dan Zutter 2012, 74): ����� ����� �������� � Hasil Penelitian Hasil statistik deskriptif sampel penelitian menunjukkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, nilai Variabel N ����� ����� ������ minimum, nilai maksimum, nilai mean dan nilai standar deviasi masing-masing variabel. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean Maksimum Peringkat Obligasi 45 2.866667 Return on Equity 45 0.158835 Net Profit Margin 45 0.007977 Current Ratio 45 2.359043 Long Term Liabilities to 45 0.308585 Total Assets Total Asset Turnover 45 1.173125 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Variabel ROE Limit_2:C(2) Limit_3:C(3) Limit_4:C(4) ���� ���� ����������� ����� ������ 4.000000 0.697419 0.151618 13.65451 0.593379 1.000000 -0.16807 -1.72541 0.841257 0.040658 Standar Deviasi 1.035725 0.165992 0.267356 2.214342 0.144708 2.362431 0.015799 0.617957 Tabel 3 Uji Hipotesis Coefficients 8.374277 -1.178795 0.709286 2.042997 Minimum Prob. 0.0036 Kesimpulan Berpengaruh 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 NPM 2.946885 -2.155185 -0.426526 0.692524 0.2272 Tidak Berpengaruh -0.167788 Limit_2:C(2) -2.606637 Limit_3:C(3) -0.948330 Limit_4:C(4) 0.215918 LTLTA -4.856894 Limit_2:C(2) -3.765216 Limit_3:C(3) -1.958274 Limit_4:C(4) -0.783221 TAT 2.499660 Limit_2:C(2) 0.049136 Limit_3:C(3) 2.382204 Limit_4:C(4) 3.889126 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 0.1387 Tidak Berpengaruh 0.0181 Berpengaruh 0.0001 Berpengaruh Limit_2:C(2) Limit_3:C(3) Limit_4:C(4) CR Model regresi yang digunakan dalam persamaan ini adalah regresi ordinal logistik. Nilai Konstanta dalam regresi diproksikan masingmasing sesuai dengan kategori peringkatnya. Dalam penelitian ini, terdapat 4 kategori peringkat obligasi di mana setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, ternyata sampel obligasi yang terkumpul tidak dapat memenuhi seluruh kategori peringkat. Dari tabel 3, terlihat bahwa hanya terdapat 3 kategori peringkat yang berhasil diprediksi yang berasalah dari 9 perusahaan manufaktur yaitu kategori 2, 3, dan 4. (Agresti 2007, 180) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat probabilitas variabel return on equity sebesar 0.0036 lebih kecil dari alpha 0.05 maka dapat disimpulkan Ha1 dapat diterima artinya terdapat pengaruh variabel return on equity terhadap peringkat obligasi perusahaan 56 November 2014 manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat probabilitas variabel net profit margin sebesar 0.2272 lebih besar dari alpha 0.05 maka dapat disimpulkan Ha2 tidak dapat diterima artinya tidak terdapat pengaruh variabel net profit margin terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat probabilitas variabel current ratio sebesar 0.1387 lebih besar dari alpha 0.05 maka dapat disimpulkan Ha3 tidak dapat diterima artinya tidak terdapat pengaruh variabel current ratio terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat ISSN: 1410 -9875 Edison probabilitas variabel long term liabilities to total assets sebesar 0.0181 lebih kecil dari alpha 0.05 maka dapat disimpulkan Ha4 dapat diterima artinya terdapat pengaruh variabel long term liabilities to total assets terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat probabilitas variabel total asset turnover sebesar 0.0001 lebih kecil dari alpha 0.05 maka dapat disimpulkan Ha5 dapat diterima artinya terdapat pengaruh variabel total asset turnover terhadap peringkat obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil persamaan ordinal logistic regression secara simultan pada penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Analisis Koefisien Regresi H6 Variable Coefficient Prob ROE 3.081012 0.3426 NPM 1.824347 0.4684 CR -0.216307 0.1340 LTLTA -4.932256 0.0470 TAT 1.385814 0.1052 LIMIT_2:C(6) -3.068769 LIMIT_3:C(7) -0.395241 LIMIT_4:C(8) 1.203803 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Kategori 2 memiliki persamaan regresi sebagai berikut: Logit [P(Y ≤ j)] = ‐3.068769 + 3.081012 ROE + 1.824347 NPM – 0.216307 CR ‐ 4.932256 LTLTA + 1.385814 TAT+ e Arti dari persamaan regresi kategori 2 di atas adalah sebagai berikut: C = -3.068769 artinya jika variabel ROE, NPM, CR, LTLTA, dan TAT adalah nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai -3.068769. artinya jika β1 = 3.081012 variabel ROE naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 3.081012. artinya jika β2 = 1.824347 variabel NPM naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.824347. artinya jika β3 = -0.216307 variabel CR naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 0.216307. artinya jika β4 = -4.932256 variabel LTLTA naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 4.932256. artinya jika β5 = 1.385814 variabel TAT naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.385814. 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Kategori 3 memiliki persamaan regresi sebagai berikut: Logit [P(Y ≤ j)] = ‐0.395241 + 3.081012 ROE + 1.824347 NPM – 0.216307 CR - 4.932256 LTLTA + 1.385814 TAT+ e Arti dari persamaan regresi kategori 3 di atas adalah sebagai berikut: C = -0.395241 artinya jika variabel ROE, NPM, CR, LTLTA, dan TAT adalah nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai -0.395241. artinya jika β1 = 3.081012 variabel ROE naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 3.081012. artinya jika β2 = 1.824347 variabel NPM naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.824347. artinya jika β3 = -0.216307 variabel CR naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 0.216307. artinya jika β4 = -4.932256 variabel LTLTA naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 4.932256. artinya jika β5 = 1.385814 variabel TAT naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.385814. Kategori 4 memiliki persamaan regresi sebagai berikut: Logit [P(Y ≤ j)] = 1.203803 + 3.081012 ROE + 1.824347 NPM – 0.216307 CR - 4.932256 LTLTA + 1.385814 TAT+ e 58 November 2014 Arti dari persamaan regresi kategori 4 di atas adalah sebagai berikut: C = 1.203803 artinya jika variabel ROE, NPM, CR, LTLTA, dan TAT adalah nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai 1.203803. artinya jika β1 = 3.081012 variabel ROE naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 3.081012. artinya jika β2 = 1.824347 variabel NPM naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.824347. artinya jika β3 = -0.216307 variabel CR naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 0.216307. artinya jika β4 = -4.932256 variabel LTLTA naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 4.932256. artinya jika β5 = 1.385814 variabel TAT naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 1.385814. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah return on equity, long term liabilities to total assets, dan total asset turnover berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan net profit margin dan current ratio tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. ISSN: 1410 -9875 Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah pertama, terbatasnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menggunakan jasa PT. PEFINDO untuk memeringkatkan obligasi mereka sehingga data yang dihasilkan masih terbatas. Kedua, Terbatasnya variabel di dalam penelitian di mana hanya menggunakan 5 variabel saja yaitu return on equity, net profit margin, current ratio, long term liabilities to total assets, dan total asset turnover. Edison Berdasarkan keterbatasan yang ada maka penulis memberikan beberapa rekomendasi, antara lain yaitu pertama, penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan hasil peringkat dari PT. PEFINDO tetapi juga hasil peringkat dari perusahaan pemeringkatan yang lain seperti Fitch Rating dan Kasnic Credit Rating. Kedua, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain selain variabel rasio keuangan misalnya variabel cash flow, umur obligasi, atau jaminan obligasi. REFERENSI Agresti, Alan. 2007. An Introduction to Categorical Data Analysis. New Jersey: John Willey&Sons. Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial Management. 2010. Singapore: Cengage Learning. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, Irham. 2011. Analisa Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. England: Pearson. Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Kilapong, Greacee Janly Victoria, Lulu Setiawati. 2012. The Effect of Accounting and Non-Accounting information to the Rating of Company’s Bond. 6th Asian Business Research Conference, Bangkok. Kleinbaum, David G., Mitchel Klein. 2010. Logistic Regression. New York: Springer. Kors, Murat, Ramazan Aktas, M. Mete Doganay. 2012. Predicting the Bond Ratings of S&P 500 Firms. The IUP Journal of Applied Finance. Vol. 18, No.4. Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non AKuntansi. Jurnal Bisnis dan akuntansi. Universitas Riau. Manurung, Adler H., Desmon Silitonga, Wilson R. L. Tobing. 2008. Hubungan Rasio-Rasio Keuangan dengan Rating Obligasi. Jurnal Keuangan. Miller, Merton H. 1977. Debt and Taxes. The Journal of Finance. Vol. 32, No. 2. 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Raharja dan Sari P. S. 2008. Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi. Jurnal Maksi. Vol. 8 No. 2: 212-232. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Weygandt, Jerry, Paul Kimmel, and Don Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS Edition. New York: John Wiley and Sons. Zubir, Zalmi. 2012. Portofolio Obligasi. Jakarta: Salemba Empat. 60 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 61-74 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG ELIZABETH LINANDI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence of the presence or influence of independent variables on the dependent variable. Independent variables used are dividend policy, institutional ownership, managerial ownership, firm size, growth, profitability, and asset structure, while the dependent variable of the study is the debt policy. The object of research used in this study is number of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from the year 2011 to the year 2013, amounting to 125 companies. A total of 38 companies were selected as sample obtained by using purposive sampling method. This study uses multiple regression studies. Based on the analysis of data, it is known that there are influence institutional ownership, firm size, growth, profitability, and asset structure to the debt policy. Other results also found that there was no effect of dividend policy and managerial ownership of the debt policy. Keywords: Debt Policy, Dividend Policy, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Profitability, Asset Structure Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah kebijakan dividen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, dan struktur aset, sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah kebijakan hutang. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011 ke tahun 2013, sebesar 125 perusahaan. Sebanyak 38 perusahaan yang dipilih sebagai sampel diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa terdapat pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, dan struktur aktiva terhadap kebijakan utang. Hasil lainnya juga menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang. Kata kunci: Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Struktur Aset 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 PENDAHULUAN Perusahaan-perusahaan tidak hanya berjuang menghadapi kuatnya persaingan, tetapi juga menghadapi kendala dalam kebutuhan dana yang bahkan seringkali jumlahnya tidak sedikit. Ketersediaan sumber dana akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta kekuatan perusahaan untuk berkembang. Keberadaan manajer bagi perusahaan sangatlah penting, karena selain menjadi pihak yang dipercaya dalam mengambil keputusan bagi operasional dan pengelolaan perusahaan, manajer juga diberi wewenang untuk mengambil keputusan dalam bidang keuangan/ pendanaan perusahaan. Dalam hal kebijakan tersebut, manajer haruslah berhati-hati dalam mempertimbangkan dan menganalisis sumber-sumber pendanaan tersebut sebagai pengambilan keputusan pendanaan karena masing-masing sumber pendanaan memiliki dampak finansial yang berbeda. Oleh karena itu, manajer sebagai orang yang diberi wewenang dan kepercayaan untuk mengatur dan membuat keputusan pendanaan yang tepat bagi perusahaan, harus tahu dan memahami segala sifat, biaya dan konsekuensi/ risiko dari sumber pendanaan itu. Sumber dana bagi perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (external). Sumber dana dari dalam perusahaan merupakan sumber dana yang didapatkan dari dalam perusahaan itu sendiri. Dana ini didapatkan dari laba ditahan, dan dana dari pemilik perusahaan. 62 November 2014 Sedangkan sumber dana dari luar perusahaan merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana ini bisa didapatkan dari bank, investor, dan kreditur yang didapat dari pembentukan hutang atau penerbitan saham. Pada umumnya, hutang jangka panjang digunakan untuk kegiatan ekspansi perusahaan karena merupakan kewajiban perusahaan yang berjumlah besar serta memiliki waktu yang panjang (lebih dari satu tahun). Keputusan pendanaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan kebijakan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh manajer dalam rangka memperoleh sumber pendanaan bagi perusahaan untuk membiayai aktivitas operasionalnya. Kebijakan hutang penting karena berkaitan dengan komposisi hutang perusahaan dan berfungsi untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya serta dapat menjadi alat penilaian terhadap kinerja manajemen dalam melakukan tugasnya dengan membayarkan pokok pinjaman dan bunga karena hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal. Keputusan pendanaan juga harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan dan memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham perusahaan selain untuk memaksimalkan keuntungan. Kebijakan hutang akan menimbulkan biaya hutang yang dapat meningkatkan risiko keuangan (financial), di mana jika perusahaan tidak mampu melunasi hutang tersebut, kewajiban itu tetap ada dan harus dibayar. ISSN: 1410 -9875 Semakin besar penggunaan hutang oleh perusahaan, maka beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar juga semakin besar. Namun, menghindari hutang dan hanya menggunakan dana internal yang jumlahnya kecil akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk berkembang dan memperoleh keuntungan sesuai harapan. Penelitian ini membahas faktor kebijakan dividen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, serta struktur aset sebagai variabel independen. Penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal penelitian Santosa dan Nugroho (2014). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian sebelumnya hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu, kebijakan dividen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial, serta tiga variabel kontrol yaitu, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menjadikan tiga variabel kontrol tersebut sebagai variabel independen. Selain itu, penulis juga menambahkan satu variabel independen lainnya, yaitu struktur aset (Yeniatie dan Destriana, 2010). Motivasi dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan publik sektor manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris ada atau tidak pengaruh kebijakan dividen, kepemilikan institusional, kepemilikan Elizabeth Linandi manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan struktur asset terhadap kebijakan hutang. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih pemilik (principal) menyewa orang lain (agent) untuk membantu memenuhi kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010). Secara teori, banyak manajer keuangan setuju dengan tujuan memaksimalkan kekayaan pemilik/ para pemegang saham. Namun dalam praktiknya, manajer juga berkonsentrasi dengan kekayaan personalnya, keamanan pekerjaan, serta adanya harapan balas jasa. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan manajer menjadi enggan mengambil risiko yang cukup tinggi karena dapat membahayakan pekerjaan mereka atau mengurangi kekayaan mereka (Gitman dan Zutter, 2012). Perilaku tersebut menimbulkan konflik kepentingan yang dikenal sebagai konflik keagenan. Konflik ini terjadi ketika manajemen condong menyukai investasi yang berisiko rendah daripada pemegang saham yang menginginkan investasi berisiko tinggi dengan harapan pengembalian yang tinggi juga (Jensen, 1986 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Pecking Order Theory Menurut Gitman dan Zutter (2012), teori pecking order adalah 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 hierarki pendanaan yang dimulai dengan laba ditahan, yang diikuti dengan pendanaan hutang dan pendanaan ekuitas eksternal. Menurut Siregar (2005) dalam Steven dan Lina (2011), teori pecking order memprediksi bahwa perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Teori ini menilai bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar teori ini sederhana, yaitu perusahan memerlukan dana eksternal jika dana internal yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang bukan saham. Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh perusahaan dalam bentuk menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham (Rosdini, 2009 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Dividen merupakan bagian dari laba yang diterima oleh pemegang saham yang jumlah dibagikannya tergantung pada keputusan yang diambil oleh pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (Wiagustini, 2009 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Dividen berkontribusi dalam memberikan nilai positif terhadap peningkatan arus kas di masa depan dan informasi ini digunakan oleh investor untuk melakukan kegiatan investasi di perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Mursalim (2009) dalam Santosa dan Nugroho (2014). Pembayaran dividen akan 64 November 2014 mengurangi arus kas perusahaan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhannya, perusahaan akan mencari pendanaan alternatif yang relevan, seperti hutang. dividen Ha1 Kebijakan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Kepemilikan institusional berguna untuk kegiatan pengawasan terhadap manajemen dalam penggunaan dana atau hutang perusahaan. Jika kepemilikan institusional perusahaan lebih tinggi, diharapkan bahwa pengendalian internal perusahaan akan menjadi lebih kuat, seperti yang dikemukakan oleh Djabid (2009) dalam Santosa dan Nugroho (2014). Kontrol yang tinggi dari pihak institusional/ kelembagaan akan membuat manajemen lebih berhati-hati dalam penggunaan dana dan hutang untuk perusahaan. Selain itu, manajemen dapat cenderung menggunakan hutang pada tingkat yang rendah sebagai bentuk antisipasi dari risiko kebangkrutan. institusional Ha2 Kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang Kepemilikan manajerial menunjukkan peran ganda yang dimiliki oleh manajemen dimana manajemen juga bertindak sebagai pemegang saham perusahaan. Kepemilikan manajerial juga berguna untuk mengurangi konflik keagenan yang sering terjadi antara pemegang saham dan manajemen, karena manajemen juga akan ISSN: 1410 -9875 berada di posisi sebagai pemegang saham yang akan menyelaraskan kepentingan mereka sebagai manajemen dan pemegang saham (Djabid, 2009 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Manajemen yang juga menjadi pemegang saham tidak ingin mengalami masalah kesulitan dalam keuangan dalam perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko, mereka akan mengurangi jumlah hutang perusahaan. Manajemen juga akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan kebijakan hutang agar perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan atau kebangkrutan. manajerial Ha3 Kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Sudiyatno dan Sari (2013) menyatakan bahwa, semakin besar ukuran perusahaan, akan semakin besar pula kebutuhan dana suatu perusahaan. Salah satunya bisa berasal dari pendanaan eksternal, yaitu hutang. Perusahaanperusahaan besar memiliki keunggulan serta kegiatan yang lebih dikenal masyarakat daripada perusahaan kecil, sehingga kebutuhan hutang perusahaan besar akan lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan lebih transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan lebih mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur. Perusahaan besar lebih mudah mengakses pasar modal yang berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas Elizabeth Linandi dan kemampuan mendapatkan dana. (Wahidahwati, 2002 dalam Steven dan Lina, 2011). perusahaan Ha4 Ukuran berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi, dan kegiatan ini membutuhkan dana yang besar. Menurut Bringham dan Gapensky (1996) dalam Murni dan Andriana (2007) dalam Steven dan Lina (2011), perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan sumber dana eksternal yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan berbagai cara, salah satunya dengan hutang dan laba ditahan. Perusahaan yang sedang dalam tingkat pertumbuhan yang tinggi dari penjualan dan laba, cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal daripada dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah (Sudiyatno dan Sari, 2013). perusahaan Ha5 Pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Steven dan Lina (2011), tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai operasionalnya, sebaliknya tingkat profitabilitas 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mengurangi penggunaan hutang. Hal ini karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungannya pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah. Namun, saat profitabilitas perusahaan rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal (Ismiyanti dan Hanafi, 2003 dalam Steven dan Lina, 2011). berpengaruh Ha6 Profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan dengan kekayaan sebagai jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Brigham dan Houston (2001) dalam Junaidi (2006) dalam Yeniatie dan Destriana (2010) mengemukakan bahwa perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan. Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang ���� ����� � perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap berjumlah besar. Aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. Ha7 Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. METODA PENELITIAN Populasi penelitian ini meliputi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 hingga 2013. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 38 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang dicantumkan dalam tabel 1. Kebijakan Hutang merupakan alat untuk mendisiplinkan manajer karena manajer harus bekerja lebih keras untuk membayar hutang dan bunganya, seperti yang dikemukakan oleh Jensen (1986) dalam Santosa dan Nugroho (2014). Proksi kebijakan hutang yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini adalah rasio hutang (debt ratio). Djabid (2009) dalam Santosa dan Nugroho (2014) memberikan konsep kebijakan hutang yang dapat diukur dengan membagi jumlah hutang jangka panjang dengan hutang jangka panjang ditambah ekuitas. �������� ���� �������� ���� � ������ Kebijakan Dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran 66 November 2014 dividen oleh perusahaan dalam bentuk menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan kepada ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi pemegang saham (Rosdini, 2009 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Pengukuran ini sama dengan Kebijakan dividen dapat diukur pengukuran yang digunakan dalam dengan menggunakan rasio penelitian Dwi K.S et al. (2012). pembayaran dividen (Djabid, 2009 �������� �������� ������ ����� � ��� ������ ����� ��� Kepemilikan Institusional serta Djabid (2009) dalam adalah kepemilikan yang dimiliki Murtiningtyas (2012). oleh perusahaan investasi, bank, Menurut Djabid (2009) dalam perusahaan asuransi dan Murtiningtyas (2012), kepemilikan kepemilikan institusional lainnya institusional menunjukkan dalam bentuk perusahaan persentase saham yang dimiliki oleh (Anggarini dan Srimindarti, 2009 pihak institusional pada akhir dalam Santosa dan Nugroho, 2014). tahun. Kepemilikan institusional Pengukuran ini sama dengan diukur dengan pembagian jumlah pengukuran yang digunakan dalam saham yang dimiliki oleh penelitian Dwi K.S et al. (2012) institusional dengan jumlah saham yang beredar. ��� ������ �� ������ ����� �� ��� ����������� ������������� ��������� � ����� ����������� ������ Kepemilikan Manajerial Djabid (2007) juga mengungkapkan merupakan besarnya kepemilikan bahwa ukuran perusahaan manajemen yang secara aktif ikut mencerminkan besar kecilnya dalam pengambilan keputusan perusahaan yang diukur dengan perusahaan (direktur dan komisaris) skala rasio dan rumus log total yang dapat diukur dengan aktiva. menggunakan variabel dummy yang Perusahaan yang besar akan diwakili dengan angka 0 dan 1 lebih mudah memasuki pasar (Yeniatie dan Destriana, 2010). modal, menerima penilaian kredit Nilai 0 menunjukkan perusahaan yang tinggi dari bank komersial yang tidak memiliki kepemilikan serta membayar tingkat bunga manajerial dan nilai 1 menunjukkan lebih rendah pada hutangnya. Hal perusahaan yang memiliki ini dikarenakan perusahaan besar kepemilikan manajerial. memiliki nilai aktiva yang besar Pengukuran ini sama dengan untuk dijadikan jaminan, serta penelitian yang dilakukan Dwi K.S tingkat kepercayaan bank juga et al. (2012), Surya dan lebih tinggi (Soesetio, 2008 dalam Rahayuningsih (2012) serta Steven Surya dan Rahayuningsih, 2012). dan Lina (2011). ���� � ��� �� ����� ������ Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan merupakan ukuran dari sebuah dapat diukur dengan menggunakan perusahaan yang dapat diukur perbedaan antara aset pada tahun dengan nilai total aset perusahaan dipelajari dan aset tahun (Djabid, 2009 dalam Santosa dan sebelumnya dan dibandingkan Nugroho, 2014). Dalam penelitian dengan total aset tahun Surya dan Rahayuningsih (2012), sebelumnya (Anggraini dan 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Srimindarti, 2009 dalam Santosa dan Nugroho, 2014). Pengukuran ini sama dengan pengukuran yang digunakan Yeniatie dan Destriana (2010) dalam penelitiannya. Yeniatie dan Destriana (2010) menjelaskan bahwa, pertumbuhan perusahaan merupakan tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun yang dapat diukur dengan membagi total aktiva akhir tahun dengan total aktiva awal tahun. ������ � ����� ������ ��� � ����� ������ ����� ����� ������ ����� Profitabilitas penelitian ini menggunakan rasio Basic Earning Power (BEP) yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva (Koh et al., 2014). Djabid (2009) dalam Santosa dan Nugroho (2014) juga menyatakan hal yang sama untuk mengukur profitabilitas. Pengukuran ini sama dengan pengukuran yang digunakan Dwi K.S et al. (2012) serta Sartono (2000) dalam Inneke dan Supatmi (2008) dalam Steven dan Lina (2011). Sartono (2000) dalam Inneke dan Supatmi (2008) dalam Steven dan Lina (2011) juga menyatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam Debt = Debt Ratio (proksi Kebijakan Hutang) α = Konstanta β1-7 = Koefisien regresi masingmasing variabel independen e = Variabel residual DIV = Kebijakan Dividen HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil uji t pada tabel 3, nilai signifikan kebijakan 68 November 2014 hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. ���� ������������� � ����� ������ Struktur Aset merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat diukur dengan membagi aktiva tetap dengan total aktiva (Yeniatie dan Destriana, 2010). Pengukuran ini sama dengan yang digunakan dalam penelitian Dwi K.S et al. (2012) dan Harjopranoto (2006) dalam Steven dan Lina (2011). Struktur aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap, seperti yang dikemukakan oleh Syamsudin (1985) dalam Mardiana (2005) dalam Steven dan Lina (2011). ������ ����� ����� ��������� � ����� ������ Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan regresi berganda. Persamaan regresi penelitian ini adalah sebagai berikut : Debt = α + β1DIV + β2INST + β3MAN + β4SIZE + β5GRO + β6PROF + β7AST + e Deskripsi : INST MAN SIZE GRO PROF AST = Kepemilikan Institusional = Kepemilikan Manajerial = Ukuran Perusahaan = Pertumbuhan Perusahaan = Profitabilitas = Struktur Aset dividen lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.231, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa kebijakan dividen ISSN: 1410 -9875 tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang kemungkinan dikarenakan informasi kebijakan dividen belum menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perusahaan yang menetapkan kebijakan dividen yang tetap dibayarkan meskipun perusahaan mendapat keuntungan rendah atau perusahaan memiliki hutang. Nilai signifikan kepemilikan institusional lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.003, maka hipotesis alternatif kedua diterima, yang berarti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Nilai signifikan kepemilikan manajerial lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.494, maka hipotesis alternatif ketiga ditolak, yang berarti bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang kemungkinan dikarenakan pihak manajerial perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia bukanlah sebagai faktor penentu dalam pengambilan kebijakan hutang. Nilai signifikan ukuran perusahaan lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.007, maka hipotesis alternatif keempat diterima, yang berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Nilai signifikan pertumbuhan perusahaan lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.009, maka hipotesis alternatif kelima diterima, yang Elizabeth Linandi berarti bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Nilai signifikan profitabilitas lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.002, maka hipotesis alternatif keenam diterima, yang berarti bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Nilai signifikan struktur aset lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.007, maka hipotesis alternatif ketujuh diterima, yang berarti bahwa struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan struktur asset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan dari kesempurnaannya. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah terdapat variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian yang juga dapat memberikan pengaruh terhadap kebijakan hutang, periode penelitian yang dilakukan terlalu singkat yaitu dari tahun 2011 hingga tahun 2013 sehingga tidak dapat memprediksi kecenderungan dalam jangka panjang, dan penelitian hanya mengambil data dari perusahaan manufaktur sehingga belum mencakup 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 keseluruhan jenis perusahaan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, penulis memiliki beberapa rekomendasi untuk mengatasi keterbatasn di atas yang dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya adalah peneliti perlu menambahkan variabel-variabel lain selain yang digunakan dalam penelitian ini yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, seperti risiko bisnis, free November 2014 cash flow, peluang investasi, dan non-debt tax shield, peneliti perlu menggunakan periode penelitian yang lebih panjang dari tiga tahun sehingga hasil penelitian dapat digunakan untuk analisa jangka panjang, dan peneliti perlu memperluas sampel penelitian dengan mengambil data dari perusahaan yang bergerak di sektor industri lainnya selain hanya perusahaan manufaktur agar hasil penelitian dapat mencerminkan berbagai jenis industri lain. REFERENSI Dwi K.S, Christine, Lidya Agustina, dan Se Tin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2: 1-20. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence, J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, Thirteenth Edition. Global Edition. New York: Pearson Education Limited. Indahningrum, Rizka P. dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hlm. 189-207. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Eugene F. Brigham, and Michael C. Ehrhardt. 2014. Financial Management Theory and Practice, An Asia Edition. Singapore: Cengange Learning. Murtiningtyas, Andhika I. 2012. Kebijakan Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2. ISSN 2252-6765. Santosa, Marcella F. dan Paskah I. Nugroho. 2014. The Effects of Dividend Policy and Ownership Structure towards Debt Policy. International Journal of Economics and Finance Studies. Vol. 6, No. 2. ISSN: 13098055. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 70 ISSN: 1410 -9875 Elizabeth Linandi Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, A Skill-Building, Sixth Edition. West Sussex: Wiley. Setiana, Esa, dan Reffina Sibagariang. 2013. Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Telaah Akuntansi, Vol. 15, No. 01, Juni 2013, Hlm. 16-33. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Desember 2011, Hlm. 163-181. Sudiyatno, Bambang, dan Septavia M. Sari. 2013. Determinants of Debt Policy: An Empirical Studying Indonesia Stock Exchange. Educational Research (ISSN: 2141-5161), Vol. 4, No. 1, PP. 98-108, February 2013. Surya, Dennys, dan Deasy A. Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 3, Desember 2012, Hlm. 213-225. Tjeleni, Indra E. 2013. Kepemilikan Manajerial dan Institusional Pengaruhnya terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hlm. 12-139. Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm. 1-16. 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tabel 1. Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai akhir tahun fiskal 31 Desember. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data EBIT dan EAT positif pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama tahun 2011 hingga tahun 2013. Perusahaan yang tidak memiliki struktur kelembagaan. Total perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel untuk penelitian tahun 2011-2013. Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Std. Minimum N Mean Deviation DEBT 114 0.146087 0. 1347945 0.0154 DIV 114 0.438301 0. 3336837 0.0233 INST 114 0.721716 0. 1749963 0.3222 SIZE 114 12.486656 0. 7548313 10.9913 GRO 114 0.186328 0. 1323540 -0.1216 PROF 114 0.202449 0. 1211936 0.0186 AST 114 0.333341 0. 1720491 0.0507 Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20 125 (4) (26) (25) (30) (2) 38 114 Maximum 0.5379 2.0751 1.0000 14.3304 0.5947 0.5656 0.8303 Tabel 3. Frekuensi untuk Kepemilikan Manajerial Frequency Percent Valid tidak ada kepemilikan 55 48,2% manajerial ada kepemilikan manajerial 59 51,8% Total 114 100% Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20 Model Variabel 1 Constant 72 Tabel 4. Hasil Uji t B Sig. -0.257 0.176 DIV 0.043 0.231 INST -0.193 0.003 Kesimpulan Ha1 tidak diterima Ha2 diterima ISSN: 1410 -9875 MAN Elizabeth Linandi -0.015 0.494 SIZE 0.039 0.007 GRO 0.234 0.009 0.002 PROF -0.292 AST 0.170 0.007 Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS versi 20 Ha3 tidak diterima Ha4 diterima Ha5 diterima Ha6 diterima Ha7 diterima 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan 74 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 75-84 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH CURRENT RTIO, DEBT TO TOTL ASSET, FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI ERIKA DJIMENA ARILYN [email protected] Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically the influence of current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity and price earning ratio toward dividend payout ratio. This study was also to compare the result of previous research with this research. Sample used in this research is industries consumer and goods companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2008-2013. The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 11 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression with random effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that current ratio, debt to total asset and firm size do not influence dividend payout ratio, while growth opportunity and price earning ratio influence dividend payout ratio. In addition, overall the independent variables influence return on equity simultaneously. Keywords: Current Ratio, Debt to Total Asset, Firm Size, Growth Opportunity, Price Earning Ratio and Dividend Payout Ratio. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji empiris terhadap pengaruh current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity dan price earning ratio terhadap dividend payout ratio. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Sebelas perusahaan dipilih sesuai dengan kriteria dalam penelitian menggunakan purposive sampling. Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan deskriptif statistic dan panel data regresi. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari growth opportunity dan price earning ratio terhadap dividend payout ratio.. Sementara current ratio, debt to total asset dan firm size terbukti tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio Kata Kunci: Current Ratio, Debt to Total Asset, Firm Size, Growth Opportunity, Price Earning Ratio and Dividend Payout Ratio. 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 PENDAHULUAN Setiap perusahaan memiliki tujuan masing – masing yang ingin dicapai. Namun, tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Keuntungan tersebut dapat diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan. Untuk dapat memenuhi target perusahaan, perusahaan juga mengharapkan bantuan dana dari pihak eksternal untuk mendukung kegiatan perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksud adalah kreditur dan investor. Pihak eksternal tersebut, mengharapkan pula feed back dari perusahaan. Dividen yang diberikan oleh perusahaan diharapkan oleh Investor sedangkan Kreditur mengharapkan bunga. Tujuan investor menanamkan dananya kepada perusahaan adalah untuk mendapatkan pengembalian atau return, yang berupa dividen maupun dalam bentuk capital gain. Dividen merupakan informasi yang memberikan sinyal kepada investor di pasar modal. Dividen yang dibayarkan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang. Perusahaan berusaha mempertahankan tingkat dividen yang dibayarkan karena penurunan dividen akan memberikan sinyal yang buruk (perusahaan membutuhkan dana). Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba tinggi kemungkinan juga mempunyai fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi, hal ini akan memberikan sinyal yang tidak baik, khususnya jika dividen turun. Untuk menghindari hal itu, perusahaan 76 November 2014 yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen apabila laba perusahaan turun. Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer dapat berbeda dan mungkin bisa menimbulkan konflik. Manajer cenderung mengambil keputusan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh dengan tujuan agar perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan ini seringkali tidak sejalan dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi dividen yang dibagikan berarti semakin sedikit laba yang ditahan, akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan dalam pendapatan dan harga saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat mungkin terjadi, karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, risiko sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Karena tidak menanggung risiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal, sehingga menimbulkan masalah keagenan. Konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya keagenan. Pada sudut pandang pemilik, upaya untuk mengurangi biaya yang timbul dengan kebijakan dividen. ISSN: 1410 -9875 Erika Djimena Arilyn Pembayaran dividen secara tidak langsung menghasilkan proses monitoring yang lebih dekat terhadap investasi yang dilakukan pihak manajemen. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, tetapi kenyataannya masalah keagenan dapat terjadi pada saat tujuan tersebut diimplementasikan. Kebijakan dividen suatu perusahaan dapat dianalisis melalui rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). Dividend payout ratio menunjukkan presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang dapat memaksimumkan harga saham perusahaan (Bringham dan Houston, 2010:490). Dalam melakukan investasi seorang investor selalu melihat indeks harga saham sebagai indikator atau tolak ukur untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas (Jogiyanto, 2013:101). Indeks harga saham juga dijadikan pedoman oleh para investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Dapat dilihat dibawah ini mengenai Indeks Harga Saham Sektoral tahun 2008 hingga 2013: Tabel 1 Perkembangan indekk sektoral SEKTOR 2008 2009 Pertanian 918,77 1753,09 Pertambangan 877,68 2203,48 Industri dasar 134,99 273,93 aneka industri 214,94 601,47 Ind.konsumsi 326,84 671,31 Properti 103,49 146,80 Infrastruktur 490,35 238,18 Keuangan 176,33 125,09 Perdagangan 148,33 275,76 Sumber: OJK Pada tabel 1 diketahui selama tahun 2008 sampai 2013 harga saham sektor industri barang dan konsumsi selalu mengalami kenaikan dibandingkan dengan sektor lainnya. Seiring dengan peningkatan pada indeks harga saham tersebut dapat memberikan sinyal positif kepada para investor untuk melakukan invetasi di sektor 2010 2011 2012 2013 2181,91 2146,04 2062,94 2139,96 3147,29 2532,38 1863,67 1429,31 381,40 408,27 526,55 480,74 937,55 1311,15 1336,52 1205,01 1058,21 1315,96 1565,88 1782,09 199,96 229,25 326,55 337,00 801,64 699,45 907,52 930,40 459,80 491,78 550,10 540,33 463,12 582,19 740,95 776,79 ini, dimana kenaikan harga saham sering diikuti dengan kenaikan dividen (Sjahrial, 2009:313). Tetapi jika dilihat dari pergerkan dividend ratio pada sektor industri dan konsumsi yang dapat pada gambar dibawah ini: dengan payout barang dilihat 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 DPR 80 60 40 DPR 20 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 1 Pergerakan dividend Payout Ratio Sektor Industri Barang dan Konsumsi Dapat dilihat dari gambar 1 pergerakan dividend payout ratio pada sektor industri barang dan konsumsi mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2013. Dari data pergerakan index harga saham menunjukan kemampuan sektor industri barang dan konsumsi dalam menghasilkan profit yang cukup tinggi seharusnya hal tersebut tercermin dari kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari pembagian dividen secara rutin dan meningkat. Namun nilai dividend payout ratio pada tahun 2008 dan 2013 mengalami penurunan. Dugaan peningkatan yang cukup tinggi pada profit dapat meningkatkan pembayaran dividen, tidak selalu benar jika dilihat dari index harga saham. Pada kenyataannya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor. Index hargsa saham merupakan salah satu faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memepengaruhi dividend payout ratio. Faktor-faktor tersebut diantaranya Current Ratio, Debt to Total Asset, Firm Size, Growth 78 Opportunities dan Price Earning Ratio. Signaling Theory Gitman dan Zutter (2012, 534) menjelaskan mengenai teori sinyal sebagai konsep bahwa perusahaan dapat mengirimkan sinyal-sinyal tertentu kepada investor melalui keputusan pendanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal ini dikarenakan pihak manajemen mengetahui kondisi dan kinerja perusahaan yang sebenarnya Agency Theory Menurut manurung (2007, 41) dalam Jensen dan Meckling (1986), mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk menjalankan aktivitas perusahaan dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Principal adalah pemegang saham yang menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, ssedangkan agen adalah pengelola perusahaan yang mempunyai kewajiban untuk mengelola apa ISSN: 1410 -9875 Erika Djimena Arilyn yang diamankan oleh para pemegang saham kepadanya. Principal akan memperoleh hasil berupa pembagian dividen, sedangkan agen memperoleh berupa gaji, bonus, dan berbagai macam kompensasi lainnya. Manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi, sedangkan pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah cost/biaya bagi perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Akibat dari perbedaan itulah maka terjadi konflik yang biasa disebut agency conflict Jensen & Meckling (1976) dalam Susilawati (2000). Untuk mengawasi dan mengahalangi perilaku opportunis manajer maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan cost/biaya pengawasan tersebut, cost/biaya tersebut disebut biaya keagenan atau agency cost. KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN Dividend payout ratio menurut gitman (2012) adalah menunjukan presentase pendapatan perusahaan yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk kas atau tunai. Dividend payout diperoleh dengan cara membagi dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio yang pertama adalah current ratio menurut Harahap (2011, 301), rasio lancar atau current menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban- kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemmpuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Faktor kedua adalah debt to total asset Menurut Harahap (2011, 304) Debt to total asset atau rasio utang atas aktiva menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva lebih besar rasionya akan lebih aman. Bisa juga dibaca berapa porsi hutang dibanding dengan aktiva. Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. . Rasio ini memfokuskan pada sisi kanan atau kewajiban perusahaan. Tingkat debt to total asset yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan hutang yang tinggi. Tingkat hutang yang semakin besar akan meningkatkan besarnya beban bunga, yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Sebaliknya, tingkat leverage yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang tinggi. Faktor ketiga adalah firm size Menurut Karjono (2010, 39), Perusahaan yang lebih besar dan berkembang akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk menuju akses menuju pasar modal. 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Kemudahan akses ke pasar modal berarti fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan yang masih kecil. Ukuran perusahaan dapat di ukur oleh natural log asset. Faktor ke empat yaitu growth opportunitis Maladjian and Khoury dalam (2014, 244) dalam (Chang & Rhee, 1990), Kesempatan pertumbuhan adalah ketika perusahaan berkembang pesat, maka perusahaan akan semakin membutuhkan dana untuk membiayai ekspansi dan perusahaan lebih baik mempertahankan penghasilannya daripada membayar dividen. Dan faktor kelima adalah price earning ratio menurut Gitman dan Zutter (2012, 82), Price earning ratio adalah perhitungan seberapa besar jumlah yang ingin dibayarkan oleh investor terhadap satu dolar penghasilan perusahaan. Semakin tinggi nilai price earning ratio, membuat pasar semakin ingin membayar pendapatan tersebut. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruh dividend payout ratio tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut: H01 : tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio Ha1 : terdapat pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio H02 : tidak terdapat pengaruh debt to total asset terhadap dividend payout ratio 80 November 2014 Ha2 : terdapat pengaruh debt to total asset terhadap dividend payout ratio H03 : tidak terdapat pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio Ha3 : terdapat pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio H04 : tidak terdapat pengaruh growth opportunity terhadap dividend payout ratio Ha4 : terdapat pengaruh growth opportunity terhadap dividend payout ratio H05 : tidak terdapat pengaruh price earning ratio terhadap dividend payout ratio Ha5 : terdapat pengaruh price earning ratio terhadap dividend payout ratio H06 : tidak terdapat pengaruh antara current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap dividend payout ratio Ha6 : terdapat pengaruh antara current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity dan price earning ratio secara bersama-sama terhadap dividend payout ratio METODA PENELITIAN Obyek penelitian ini adalah perusahaan industri barang dan konsumsi yang terdaftar dibursa efek jakarta dari tahun 2008 sampai 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan penelitian. Sampel penelitian ini adalah perusahaan industri barang ISSN: 1410 -9875 dan konsumsi yang membayar dividen tunai berturut-turut, menyediakan laporan keuangan secara lengkap dan terdaftar di bursa efek indonesia selama periode 2008 sampai 2013. Berdasarkan kriteria terdapat 11 perusahaan yang menjadi sampel dalam penilitian ini. Pada penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder, data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Penelitian ini di analisis dengan Erika Djimena Arilyn menggunakan model regresi berganda linear dengan persamaan sebagai berikut: DPR = b0 + b1CR + b2DTA + b3SZ + b4GO + b5PER + eit HASIL PENELITIAN Sebelum pengujian regresi, dilakukan pengujian asumsi multikoinearitas dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian untuk uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas SZ GO PER CR DTA CR 1.000000 -0.780723 -0.377092 -0.158149 -0.239753 DTA -0.780723 1.000000 0.333135 0.134033 0.427953 SZ -0.377092 0.333135 1.000000 -0.114991 0.030615 GO -0.158149 0.134033 -0.114991 1.000000 -0.031982 PER -0.239753 0.427953 0.030615 -0.031982 1.000000 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Software Eviews-7 Multikolinearitas terjadi variabel independen dalam model ketika hubungan antara variabel regresi. Dan data pada tabel 2 tidak independen lebih besar daripada ada yang terjadi multikolinearitas. 0.85. Data yang baik pada model Berikut ini adalah hasil pengujian regresi menunjukan bahwa tidak heteroskedastisitas pada tabel 3 terdapat multikolinearitas atau sebagai berikut : tidak terdapat hubungan antar Tabel 3 Hasil Heteroskedastisitas t-Statistic Prob. Variable Coefficient C -5.619393 -1.356494 0.1800 CR -0.106640 0.971552 0.3352 DTA 1.393621 0.859764 0.3933 SZ 0.215456 1.551664 0.1260 GO 0.103798 0.113149 0.9103 PER -0.004419 -0.229698 0.8191 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Software Eviews-7 Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dijelaskan variabel current ratio (CR) memiliki nilai probabilitas 0.3352, variabel debt to total asset (DTA) memiliki nilai probabilitas 0.3933, variable Firm Size (SZ) memiliki nilai probabilitas 0.1260, variabel Growth Opportunity (GO) memiliki nilai probabilitas 0.9103, dan variabel price earning ratio (PER) memiliki nilai probabilitas 0.8191. 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Semua variabel independen current ratio, debt to total asset, firm size, growth opportunity dan price earning ratio memiliki nilai probabilitas lebih besar dari alpha (0.05), berarti tidak terdapat heteroskedasitas. Dengan menggunakan uji Glejser dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi. Pada tabel 4 terlihat bahwa koefisien determinasi (adjusted R square) pada hasil pengujian adalah 0.302758 dapat diartikan bahwa November 2014 30.2758% variasi variabel dividend payout ratio (DPR) dapat dijelaskan oleh variasi variabel current ratio (CR), debt to total asset (DTA), firm size (SZ), growth opportunity (GO) dan price earning ratio (PER) dan sisanya sebesar 69.7242% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Nilai signifikan sebesar 0,000055 untuk uji F menunjukan bahwa model regresi dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4 hasil pengujian hipotesis t-statistik Prob variabel Coefficient konstanta 0.505081 4.440692 0.0000 CR -0.003004 -0.125017 0.9009 DTA 0.070840 0.217305 0.8287 SZ -0.016506 -0.329241 0.7430 GO -0.419353 -2.658487 0.0099 PER 0.017782 4.830744 0.0000 Adjusted R2 0.302758 F5,60 2,37 prob(F-statistic) 0.000055 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4 menunujan bahwa tidak terdapat pengaruh yang siginifikan current ratio terhadap dividend payot ratio, dengan nilai signifikan sebesar 0.9009 lebih besar dari 0,05, berarti H1 TIdak dapat diterima. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan debt to total asset terhadap dividend payout ratio, dengan nilai signifikan 0,8287 lebih besar dari 0,05, berarti H2 tidak dapat diterima. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan firm size terhadap dividend payout ratio, dengan nilai signifikan 0,7430, berarti H3 tidak dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan growth opportunity terhadap 82 dividend payout ratio dengan nilai signifikan 0.0099, berarti H4 dapat diterima. Terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio terhadap dividend payout ratio dengan nilai signifikan 0,0000, berarti H5 dapat diterima. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut tidak terdapat pengaruh yang signifikan current ratio, debt to total asset dan firm size terhadap dividend payout ratio, terdapat pengaruh yang signifikan growth opportunity dan price earning ratio terhadap dividend payout ratio. Beberapa ISSN: 1410 -9875 saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Pertama Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode waktu untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan memperluas perusahaan ke scope yang lebih luas, kedua Penelitian selanjutnya Erika Djimena Arilyn diharapkan dapat menambah beberapa variabel dalam melakukan penelitian selanjutnya. Terakhir, Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan sampel yang lebih luas. Hal ini bertujuan agar simpulan yang dihasilkan nanti memiliki cakupan REFERENSI Ahmad, Nazir Gatot and Wardani Vina Kusuma. 2014. The Effect Of Fundamental Factor To Dividend Pollicy: Evidence In Indonesia Stock Exchange. International Journal of Business and Commerce. Vol. 4, No. 02, Hal 14-25. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. International Edition. SouthWestern Cengage Learning. Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2010. Essentials of Financial Management. 2010. Singapore: Cengage Learning. Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Indeks Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang. Detiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan akuntansi. Vol. 11, No. 1, Hal 57-64. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. England: Pearson. Gujarati, Demodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th Edition. New York: McGraw-Hill. Hardinugroho, Agung and Chabachib. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2010. Diponegoro Journal Of Management. Vol.1, No.1, hlm 1-11. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2011. Metode Penelitian Bisnis Unttuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM. Indonesian Commercial Newsletter. 2010. Saatnya Investasi Di Sektor Manufaktur Bangkit. Karjono, Albertus & Rony Frans Donal Matondang. 2010. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di BEI. Vol. 13, No.1. Lopolusi, Ita. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya. Vol. 2, No.1. 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Maladjian, Christopers & Khoury, Rim el. 2014. Determinants Of The Dividend Policy: An Empirical Study on The Lebanese Listed Bank. International Journal of Economic and Finance. Vol. 6, No.4. Mehta, Anupam. 2012. An Empirical Analysis of Determinants of Dividend Policy-Evidence from the UAE Companies. Global Review of Accounting and Finance. Vol. 3, No. 1, Hal 18-31. Pribadi, Anggit Satri dan Sampurno, R. Djoko. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal Of Management. Vol. 1, No. 1, Hal 212-211. Prawira et al. 2014. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas Dan ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Vol. 15. No.1. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2009. Investment Analysis and Portofolio Management, 8th Ediation. USA: Thomson South-Western. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Smart, Scott B and Graham, John. 2012. Introduction to Financial Management. Edition Third. South Western. Swastyastu et al. 2014. Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Vol.2 No.1. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Ekonisia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Weygandt, Jerry, Paul Kimmel, and Don Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition. New York: John Wiley and Sons. White et al. 2003. The Analysis and Use Financial Statement. Edition third. Referensi Web : http://www.ojk.go.id/desember-minggu-4-2013 84 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 85-100 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DEASY ARYANTI RAHAYUNINGSIH STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyze the influence of debt to equity ratio, earnings growth, dividend payout ratio, return on equity, firm size, inventory turnover, and current ratio towards price earning ratio. This research was using sixty seven non-financing companies in Indonesia Stock Exchange during 2009 until 2012. The data are collected using purposive sampling method. The analysis and decision making about the hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research indicate that debt to equity ratio, dividend payout ratio, and inventory turnover do not influence price earning ratio. Otherwise, earnings growth, return on equity, firm size, and current ratio have an influence toward price earning ratio. Keywords: Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Earnings Growth, Dividend Payout Ratio, Return on Equity, Firm Size Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio hutang terhadap ekuitas, pertumbuhan laba, rasio pembayaran dividen, return on equity, ukuran perusahaan, perputaran persediaan, dan rasio lancar terhadap price earning ratio. Penelitian ini menggunakan 67 perusahaan non - keuangan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 hingga 2012. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan tentang hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio hutang terhadap ekuitas, rasio pembayaran dividen, dan perputaran persediaan tidak mempengaruhi price earning ratio. Namun, pertumbuhan laba, return on equity, ukuran perusahaan, dan rasio lancar memiliki pengaruh terhadap price earning ratio. Kata kunci: Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Laba, Dividen Payout Ratio, Return on Equity, Ukuran Perusahaan PENDAHULUAN kepala dari bursa saham NASDAQ. Pada tahun 1960, ia membangun sebuah firma Wall Street dengan nama Bernard L. Madoff Investment Bernard Lawrence Madoff adalah pengusaha sekaligus mantan 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Securities LLC dan di firma tersebut ia menjabat sebagai direktur sampai tanggal 11 Desember 2008, karena ia ditahan dan didakwa atas penipuan sekuritas. Setelah sekian lama akhirnya pada tanggal 12 Maret 2009, Madoff mengaku bersalah atas 11 tuduhan kejahatan menipu ribuan investor melalui skema Ponzi secara besar-besaran. Skema Ponzi adalah suatu sistem investasi palsu dimana perusahaan investasi membayar keuntungan atau bunga kepada investor dari uang si investor itu sendiri, atau dari uang investor berikutnya. Dikatakan palsu, karena dana yang dihimpun dari investor tidak pernah ia digunakan untuk membiayai usaha tertentu untuk menghasilkan keuntungan. Pada investasi ini menawarkan keuntungan yang luar biasa dalam waktu singkat dengan risiko yang sangat kecil. Akhir dari kejadian ini biasanya modal yang ditanamkan para investor lenyap, karena dilarikan oleh Direktur atau siapapun dari perusahaan investasi yang bersangkutan. Untuk meminimalisir risiko terhadap penipuan investasi sebaiknya para investor terlebih dahulu mengenal perusahaan yang akan diinvestasikan. Menurut Sukamdiani (2008), investor dalam mengambil keputusan investasi yang baik terhadap suatu perusahaan harus terlebih dahulu melakukan analisis kinerja perusahaan tersebut. Menurut Suharli dan Arisandi (2009), kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Di dalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai earnings yang dihasilkan perusahaan, dimana earnings dapat 86 November 2014 mereflesikan proses peningkatan ekuitas dari berbagai sumber transaksi kecuali transaksi dengan pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Menurut Hayati (2010), selain informasi laba investor juga biasanya mencari informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham suatu perusahaan untuk menilai apakah saham tersebut layak untuk dipilih. Menurut Sunariyah (2004), terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis harga saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal (technical analysis) adalah analisis yang menggunakan pergerakan harga saham di masa lalu untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Sedangkan, analisis fundamental berfokus pada nilai intrinsik suatu saham dan mempertimbangkan tingkat risiko yang akan timbul terhadap investasi saham tersebut. Menurut Kurniawan et al (2013), untuk melakukan analisis fundamental investor dapat menggunakan data yang berasal dari keuangan perusahaan, misalnya: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dll. Terdapat dua pendekatan fundamental yang biasa digunakan dalam menilai saham, yaitu pendekatan harga laba (price earning ratio) dan pendekatan nilai sekarang (present value approach). Dari kedua pendekatan tersebut yang sangat populer dan dikenal dibanyak negara adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER). Adapun motivasi peneliti melakukan penelitian mengenai price earning ratio adalah untuk dapat menganalisa kinerja perusahaan dalam menjalankan ISSN: 1410 -9875 kegiatan operasinya dimana hal tersebut akan mempengaruhi keputusan investasi yang dilakukan investor. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ayundhasurya dan Murtaqi (2012) dengan menambahkan beberapa variabel independennya. Dalam penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012) menggunakan tiga indikator yang dianggap mempengaruhi price earning ratio perusahaan, yaitu: debt to equity ratio, earnings growth, dan dividend payout ratio. Namun, variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian tersebut tidak banyak sehingga informasi yang diberikan dinilai kurang membantu investor mengenai price earning ratio perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menambahkan variabel-variabel lainnya yang mungkin dapat memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dalam beberapa hal yaitu penambahan variabel baru yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah return on equity yang mengacu pada penelitian Lusiana dan Chabachib (2009), dimana pada rasio return on equity digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Selanjutnya, variabel firm size yang mengacu pada penelitian Arisona (2013), dimana firm size turut menentukan tingginya tingkat kepercayaan investor pada perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar, maka perusahaan tersebut akan semakin Deasy Aryanti Rahayuningsih dikenal oleh masyarakat sehingga mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Penambahan variabel inventory turnover dan current ratio diperoleh dari penelitian Lusiana dan Chabachib (2009). Rasio inventory turnover ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dikelolanya. Sedangkan, untuk penambahan variabel current ratio Lusiana dan Chabachib (2009) berpendapat bahwa variabel current ratio merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Jika perusahaan menggunakan aktiva lancarnya dengan baik serta tidak mengkhawatirkan utang-utang jangka pendeknya, maka hal ini dapat meningkatkan laba perusahaan. Laba yang meningkat akan berakibat nilai PER menjadi naik. Perbedaan lain dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari periode penelitian dan obyek penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini, periode penelitian yang digunakan adalah dari tahun 2009 sampai 2012, sementara penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012) dari tahun 2007 sampai 2011. Sedangkan, perbedaan obyek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini obyek penelitian yang digunakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sementara penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012) melakukan 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 penelitian dengan obyek yang digunakan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh debt to equity ratio, earnings growth, dividend payout ratio, return on equity, firm size, inventory turnover, dan current ratio terhadap price earning ratio. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut: pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai isu penelitian, motivasi penelitian, tujuan penelitian, dan organisasi penulisan. Kedua, memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian. Ketiga, membahas metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukurannya. Keempat, hasil penelitian yang berisi statistik deskriptif serta hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Kelima, penutup yang terdiri dari simpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Western and Copeland Theory Dalam penelitian Yumettasari et al (2008) dijelaskan mengenai tentang Teori Western and Copeland (1992) yang menyatakan bahwa pendekatan price earning ratio adalah rasio pengukur yang paling komprehensif tentang perkembangan dan kinerja perusahaan, dimana pendekatan tersebut digunakan untuk menilai harga saham suatu perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena pendekatan price earning ratio 88 November 2014 mencerminkan perpaduan antara pengaruh rasio risiko (rasio likuiditas dan rasio solvabilitas) dengan rasio pengembalian (rasio aktivitas dan rasio profitabilitas). Dengan kata lain, price earning ratio dipengaruhi oleh banyak variabel yang digolongkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Agency Theory Berdasarkan penelitian Suharli dan Arisandi (2009), munculnya agency theory akibat adanya konflik kepentingan antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Dengan adanya agency theory, manajer akan membuat keputusan untuk memaksimumkan utility dan kekayaannya. Seorang manajer yang mengambil keputusan mempunyai tanggung jawab untuk menyiapkan data akuntansi, dimana hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana praktik akuntansi dilaksanakan. Menurut Godfrey et al (2010), akibat dari munculnya agency theory, dimana terdapat konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen maka juga menimbulkan agency problem. Di dalam agency problem mengandung tiga jenis biaya yang muncul akibat dari konflik kepentingan (agency cost). Tiga jenis biaya tersebut adalah Monitoring Cost, Bonding Cost, dan Residual Loss. Monitoring Cost adalah biaya untuk melakukan pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk memastikan agen bertindak atas kepentingan prinsipal. Bonding Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk memastikan bahwa dirinya bertindak atas nama prinsipal. ISSN: 1410 -9875 Sedangkan, Residual Loss adalah adanya kemungkinan agen membuat beberapa keputusan yang tidak sepenuhnya untuk kepentingan prinsipal. Signaling Theory Menurut Megginson (1997), teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal-sinyal pada pasar yang berupa informasi, dengan harapan pasar dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka informasi yang ditangkap pasar akan membentuk suatu persepsi yang baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk. Menurut Agustin (2013), manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang diberikan oleh manajer merupakan sinyal bagi para investor dan akan direspon investor dengan pengambilan keputusan investasi. Informasi yang disampaikan manajemen akan diterima oleh pemegang saham dan direspon melalui mekanisme pasar, sehingga harga saham akan menunjukkan nilai perusahaan. Positive Accounting Theory Menurut penelitian Suharli dan Arisandi (2009), positive accounting theory merupakan suatu teori yang berusaha menjelaskan Deasy Aryanti Rahayuningsih dan menguraikan apa dan bagaimana praktik akuntansi dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat diuji secara empiris sehingga dapat menyelesaikan masalah praktik akuntansi. Dalam teori positif membahas tiga hal yaitu menjelaskan, mengawasi, dan memprediksi. Tujuan dari teori positif adalah untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti sekarang. Menurut Godfrey et al (2010), ruang lingkup dari positive accounting theory adalah perilaku pelaku pasar modal, dimana pelaku pasar yang dimaksudkan adalah investor dan perusahaan. Baik investor maupun perusahaan di dalam pasar modal keduanya saling membutuhkan satu sama lainnya, sehingga kedua pelaku pasar ini tidak dapat dipisahkan dari transaksi yang terjadi di pasar modal. Trade-off Theory Menurut Furi dan Saifudin (2012), perusahaan besar akan lebih banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena semakin besar perusahaannya maka arus kas yang terjadi semakin stabil, yang dapat mengurangi risiko dari penggunaan utang. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil, sehingga menurut trade-off theory, semakin besar perusahaan maka perusahaan dapat memakai utang yang lebih banyak, hal ini terkait rendahnya risiko perusahaan besar. 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Efficient Market Theory Berdasarkan penelitian Aji dan Pangestuti (2012) definisi dari efficient market theory menyatakan bahwa investor selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka berinvestasi sehingga dapat tercerminkan pada harga saham yang mereka transaksikan. Jadi, harga saham yang berlaku di pasar modal sudah mengandung faktor informasi tersebut. Price Earning Ratio Menurut Kurniawan et al (2013), price earning ratio merupakan suatu alat ukur yang paling sering digunakan oleh investor dalam menentukan keputusan berinvestasi apakah menguntungkan atau tidak jika melakukan suatu investasi modal. Price Earning Ratio (PER) juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, sehingga dapat menunjukkan seberapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan setiap periodenya. Menurut Arisona (2013), pendekatan price earning ratio merupakan salah satu pendekatan populer yang menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik saham dan PER juga digunakan oleh investor sebagai pedoman untuk menganalisis sekuritas. Suatu perusahaan yang sedang berada dalam masa pertumbuhan cenderung memiliki nilai price earning ratio yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang sudah mapan. 90 November 2014 Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio Menurut Arisona (2013) dengan adanya peningkatan jumlah utang pada struktur modal dapat menggambarkan peluang pertumbuhan perusahaan yang cukup tinggi, sehingga penambahan utang dan proporsi utang pada suatu struktur modal akan memberikan gains from leverage dan juga hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan. Kepercayaan para investor mungkin akan lebih cenderung dengan perusahaan yang memiliki nilai debt to equity rationya tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hayati (2010), Marli et al (2010), serta Sartono dan Munir (1997), yang memberikan hasil bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap price earning ratio. Sedangkan, hasil yang berbeda muncul dari penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012), Arisona (2013), Aji dan Pangestuti (2012), Ratnaningrum dan Susilowati (2010), serta Lusiana dan Chabachib (2009) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha1 Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap price earning ratio. Earnings Growth dan Price Earning Ratio Menurut Kurniawan et al (2013), pertumbuhan laba yang berfluktuasi diakibatkan adanya pengumuman laba maka dengan kata lain laba dapat mempengaruhi PER suatu perusahaan. Pada umumnya para pemegang saham dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS (laba per ISSN: 1410 -9875 saham), karena hal ini merupakan indikator keberhasilan emiten didalam menjalankan usahanya menghasilkan laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Sartono dan Munir (1997) serta Mubarok (2010) yang menunjukkan hasil bahwa earnings growth berpengaruh terhadap price earning ratio. Sedangkan, hasil penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012), Kurniawan et al (2013), Sari (2013), Arisona (2013), dan Marli et al (2010) menunjukkan hasil bahwa earnings gowth tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha2 Terdapat pengaruh earnings grwoth terhadap price earning ratio. Dividend Payout Ratio dan Price Earning Ratio Menurut Aji dan Pangestuti (2012) berpendapat bahwa perubahan yang terjadi pada dividen payout ratio dapat mempengaruhi perubahan price earning ratio. Karena jika laba ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang dibagikan kepada investor akan semakin meningkat. Menurut Jones (1996), hal tersebut akan menyebabkan penilaian saham terhadap price earning ratio akan meningkat. Hasil penelitian Ayundhasurya dan Murtaqi (2012), Mubarok (2010), Sartono dan Munir (1997) serta Afza dan Tahir (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio. Sedangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Irene (2012), Handayani et al (2010), Ratnaningrum dan Susilowati (2010) serta penelitian Sari (2013), Deasy Aryanti Rahayuningsih memberikan hasil bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha3 Terdapat pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio. Return on Equity dan Price Earning Ratio Menurut Dharmastuti dan Leimena (2005), rasio return on equity yang semakin tinggi akan memberikan harapan masa depan yang baik. Penelitian Riadi (2013) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki nilai return on equity yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan diterima besar sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Pendapat diatas sejalan dengan hasil penelitian Kurniawan et al (2013), Hayati (2010), Sari (2013), Lusiana dan Chabachib (2009), Ratnaningrum dan Susilowati (2010), Dharmastuti dan Leimena (2005), serta Sartono dan Munir (1997) yang mempunyai hasil return on equity memiliki pengaruh terhadap price earning ratio. Namun, hasil yang berbeda terdapat pada penelitian Adhitama dan Sudaryono (2005) yang menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha4 Terdapat pengaruh return on equity terhadap price earning ratio. Firm Size dan Price Earning Ratio Menurut Aji dan Pangestuti (2012), ukuran (size) perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasi dan investasi 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga semakin besar sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula penjualannya. Hal ini berdampak pula pada laba perusahaan, sehingga peningkatan ini akan berdampak positif pada PER pada masa yang akan datang karena akan dinilai positif oleh para investor. Hasil penelitian Mpataa dan Sartono (1997), Aji dan Pangestuti (2012), Febrianty dan Santioso (2011), serta Afza dan Tahir (2012) sejalan dengan pendapat diatas dengan memberikan hasil bahwa firm size memiliki pengaruh terhadap price earning ratio. Sedangkan, hasil berbeda muncul dari Arisona (2013), dan Sharma (2011) dengan memberikan hasil bahwa variabel firm size tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha5 Terdapat pengaruh firm size terhadap price earning ratio. Inventory Turnover dan Price Earning Ratio Menurut Yumettasari et al (2008), jika nilai inventory turnover semakin besar maka berarti semakin baik dalam hal suatu perusahaan tersebut dapat memperoleh laba yang tinggi karena penjualan perusahaan semakin meningkat. Tetapi, jika rasio ini terlalu tinggi juga tidak baik bagi perusahaan karena ini berarti perusahaan mengalami kekurangan persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Hal ini berarti rasio inventory turnover yang terlalu tinggi tidak selalu mendatangkan laba yang tinggi pula, karena hal tersebut tergantung persediaan yang dimiliki perusahaan. 92 November 2014 Pendapat diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusiana dan Chabachib (2009) yang menyatakan bahwa inventory turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. Sedangkan, hasil penelitian Yumettasari et al (2008), serta Ratnaningrum dan Susilowati (2010), yang memberikan hasil berbeda yaitu inventory turnover tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Ha6 Terdapat pengaruh inventory turnover terhadap price earning ratio. Current Ratio dan Price Earning Ratio Menurut Furi dan Saifudin (2012), jika suatu perusahaan memiliki aset lancar yang besar dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat mengurangi jumlah proporsi utang dalam struktur modalnya. Sementara menurut Yumettasari et al (2008), current ratio merupakan salah satu elemen yang menentukan tingkat pertumbuhan perusahaaan. Current ratio tinggi berpeluang akan memperbesar ROE, sehingga akan meningkat tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Hasil penelitian Yumettasari et al (2008), Aji dan Pangestuti (2012), serta Ratnaningrum dan Susilowati (2010) yang menyatakan bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio. Sedangkan, menurut penelitian Lusiana dan Chabachib (2009), Sukamdiani (2008) yang memberikan hasil berbeda bahwa current ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. ISSN: 1410 -9875 Ha6 Terdapat pengaruh current ratio terhadap price earning ratio. Deasy Aryanti Rahayuningsih METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sehingga menghasilkan kriteria sampel dan jumlah data sebagai berikut: Tabel 1 Pemilihan Sampel Jumlah Jumla Kriteria Sampel Perusahaa h Data n Sampel yang dipilih adalah perusahaan non 1268 317 keuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai 2012. Perusahaan non keuangan yang tidak (6) (24) menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. Perusahaan non keuangan yang tidak (124) (31) menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya. Perusahaan non keuangan yang tidak (340) (85) memperoleh laba bersih positif secara konsiten selama periode penelitian. Perusahaan non keuangan yang tidak (492) (123) membagikan dividen secara konsisten selama periode penelitian. Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki (5) (20) nilai inventory selama periode penelitian. Jumlah Sampel Penelitian 67 268 Data yang outlier 27 Price earnings ratio Debt to Equity Ratio merupakan digunakan untuk mengukur variabel yang berskala rasio. Debt seberapa besar harga yang harus DER = dibayar untuk setiap laba per Equity lembar saham (Ayundhasurya dan Earnings Growth adalah rasio Murtaqi, 2012). Price Earning Ratio yang mengukur pertumbuhan laba merupakan variabel yang berskala perusahaan setiap tahunnya rasio. (Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012). Market Price per Share Dalam penelitian ini, pertumbuhan PER = laba dilihat dari nilai laba per Earnings Per Share lembar saham (earnings per share) Debt to Equity Ratio tahun sebelumnya dengan tahun merupakan rasio yang digunakan berjalan. Earnings Growth untuk mengetahui berapa besar merupakan variabel yang berskala proporsi jumlah utang dari modal rasio. yang dimiliki perusahaan EPS� � EPS��� (Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012). EG = EPS��� 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Keterangan: EPSt earning per share pada tahun berjalan EPSt-1 earning per share pada tahun sebelumnya Dividend Payout Ratio merupakan suatu rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dapat membagikan dividen setiap tahunnya kepada pemegang saham dari laba bersih yang didapat oleh perusahaan (Ayundhasurya dan Murtaqi, 2012). Dividend Payout Ratio merupakan variabel yang berskala rasio. �������� ��� ���� DPR = Net Income Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan berkaitan dengan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Return on equity diukur dengan perbandingan antara laba setelah pajak (laba bersih) dengan modal yang dimiliki perusahaan (Lusiana dan Chabachib, 2009). Return on Equity merupakan variabel yang berskala rasio. Laba setelah pajak ROE = Equity Firm Size merupakan salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan dengan cara menghitung nilai logaritma natural dari total aset (Arisona, November 2014 2013). Firm Size merupakan variabel yang berskala rasio. Size = ln�Total Aset� Inventory Turnover adalah rasio yang mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dikelolanya. Inventory turnover dihitung dengan cara membandingkan penjualan dengan persediaan (Lusiana dan Chabachib, 2009). Inventory Turnover merupakan variabel yang berskala rasio. Penjualan ITO = Persediaan Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Lusiana dan Chabachib, 2009). Current Ratio merupakan variabel yang berskala rasio. Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar HASIL PENELITIAN Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil pengujian hipotesis pada tabel 3 yang terdapat dibawah ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif PER DER EG DPR ROE SIZE ITO 94 N 241 241 241 241 241 241 241 Minimum Maximum Mean 0,0883 34,6675 10,876319 0,1292 3,2358 0,913682 -0,8907 2,8182 0,248696 0,0254 1,2381 0,402840 0,0170 0,6067 0,191697 25,6868 32,8365 28,768626 0,2191 463,8642 21,101680 Std. Deviation 7,3696788 0,7426253 0,5770266 0,2199212 0,0883300 1,4910973 56,7975543 ISSN: 1410 -9875 CR Valid N (listwise) Deasy Aryanti Rahayuningsih 241 241 0,5463 7,8161 2,494279 1,7002510 Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel B T Sig. Constant -51,518 -6,025 0,000 DER -0,235 -0,339 0,735 EG -2,235 -3,155 0,002 DPR 2,146 1,038 0,300 ROE -13,190 -2,582 0,010 SIZE 2,130 7,506 0,000 ITO -0,001 -0,114 0,909 CR 1,431 4,693 0,000 Debt to equity ratio menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,735, dimana nilai tersebut diatas dari nilai alpha yaitu sebesar 0,05, maka Ha1 tidak diterima. Hal ini berarti variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Earnings Growth menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0,05, maka Ha2 diterima. Hal ini berarti earnings growth berpengaruh terhadap price earning ratio. Menurut Arisona (2013), para calon pemegang saham tertarik dengan laba per lembar saham yang besar, karena hal tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan perusahaan. Dengan pertumbuhan laba per lembar saham dapat menggambarkan prospek perusahaan di masa mendatang sehingga dapat mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Dividend Payout Ratio menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,300, dimana nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05, maka Ha3 tidak diterima. Hal ini berarti dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Return on Equity menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,010, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0,05, maka Ha4 diterima. Hal ini berarti return on equity berpengaruh terhadap price earning ratio. Menurut Riadi (2013), return on equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan modal yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini meningkat, maka manajemen dipandang sudah efisien dalam mengelola modalnya. Size menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0,05, maka Ha5 diterima. Hal ini berarti size berpengaruh terhadap price earning ratio. Menurut Arisona (2013), ukuran perusahaan mencerminkan kekayaan perusahaan yang dapat dilihat dari total aktivanya. Hal ini menyebabkan perusahaan besar 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 memiliki risiko yang lebih kecil daripada perusahaan kecil. Pada umumnya perusahaan besar lebih mudah mengakses pasar modal, sehingga risiko kebangkrutan relatif kecil. Hal ini akan menjadi faktor pertimbangan investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Inventory Turnover menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,909, dimana nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05, maka Ha6 tidak diterima. Hal ini berarti variabel inventory turnover tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Sementara untuk variabel Current Ratio menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0,05, maka Ha7 diterima. Hal ini berarti variabel current ratio berpengaruh terhadap price earning ratio. Menurut Aji dan Pangestuti (2012), current ratio mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Jika perusahaan mampu memenuhi segala kewajibannya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Namun, jika current ratio terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur sehingga akan menyebabkan tingkat laba berkurang serta menyebabkan menurunkan PER. 96 November 2014 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio, dividend payout ratio, dan inventory turnover tidak berpengaruh terhadap price earning ratio. Sedangkan, untuk variabel earnings growth, return on equity, firm size, dan current ratio berpengaruh terhadap price earning ratio. Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu periode penelitian yang relatif pendek yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Penelitian ini juga hanya menggunakan tujuh variabel independen yaitu debt to equity ratio, earnings growth, dividend payout ratio, return on equity, firm size, inventory turnover, dan current ratio yang dianggap mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Berdasarkan keterbatasan tersebut maka rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan data keuangan perusahaan dalam periode penelitian yang lebih panjang sehingga lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel independen lain yang dianggap memiliki pengaruh terhadap price earning ratio, misalnya Price to Book Value, pemilihan metode penilaian persediaan, Asset Growth, dan Long Term Capital to Fixed Asset. ISSN: 1410 -9875 Deasy Aryanti Rahayuningsih REFERENSI Adhitama, Wiwin, dan Eko Arif Sudaryono. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 5, No.2: 211-222. Afza, Talat, and Samya Tahir. 2012. Determinants Of Price Earning Ratio: The Case Of Chemical Sector Of Pakistan. International Journal of Academic Reseacrh in Business and Social Sciences.Vol. 2, No.8. ISSN: 2222-6990. Agustin, Rr. Fitria. 2013. Analisis Pengaruh PBV, EPS, DER, dan ROA Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Dinamika Manajemen. Vol.3, No.2, halaman 65-8 Aji, Meygawan Nurseto, dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 20072010). Diponegoro Journal of Management. Volume 1, Nomor 1, halaman 382-391. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, dan Thomas A. William. 2011. th Statistics for Business and Economics. 11 International Edition SouthWestern Cengage Learning. Arisona, Vivian Firsera. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Indek LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 1, No.1: 103-112. Arista, Desy, dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI Periode tahun 2005-2009). Jurnal Ilmu dan Manajemen dan Akuntansi Terapan. Vol. 3, Nomor 1. Ayundhasurya, De Rembulan, and Isrochmani Murtaqi. 2012. The Effect Of Debt To Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, And Earnigns Growth On Price Earnings Ratio In Indonesia’s Mining Sector. Journal of Business and Management. Vol. 1, No.3: 177-182. Dharmastuti, Ch. Fara dan Inggrid Levietha Leimena. 2005. Analisis Pengaruh Return on Equity, Asset Growth, dan Net Gearing pada Price Earning Ratio dan Dampaknya Terhadap Expected Return. Balance. Vol. 2, No.2: 1-9. Febrianty, Levina, dan Linda Santioso. 2011. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Penilaian Persediaan, Ukuran Perusahaan, dan Laba Bersih Terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Jurnal Akuntansi. Volume 11, Nomor 1, halaman 376-396. Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010). Juraksi. Vol. 1, No.2. ISSN: 2301-9328. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory (7th ed.). Australia: John Wiley & Sons, Inc. Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2010. Essential of Econometrics. Fourth Edition McGraw Hill International Edition. Handayani, Wiwid, Ubud Salim, dan Chandra Fajri Ananda. 2010. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi/Kimia Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta (1996-2000). Wacana Vol. 13, No.3. ISSN: 1411-0199. Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 11 No. 1. Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi Keempat. Cetakan Ketiga, Yogyakarta: BPFE. Jones, Charles P.. 1996. Investment Analysis and Management. Fifth Edition. Singapore: John Wiley and Sons, Inc. Kurniawan, Fentri, M. Rasuli, dan Nurazlina. 2013. Pengaruh Earnings Growth Rate (EGR), Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE) terhadap Price Earnings Ratio (PER) pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2011. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1970/1/jurnal%20fen tri%20kurniawan.pdf (accessed April 7, 2013). Lusiana, Farida Wahyu, dan M. Chabachib. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. http://eprints.undip.ac.id/27414/1/JURNAL.pdf (accessed April 15, 2013). Marli, Soemarsono dan M. Ismail. 2010. Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio dalam Penilaian Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (Tahun 1998-2001). Wacana Vol. 13, No.2. ISSN: 1411-0199. Megginson, William L. 1997. Corporate Finance Theory. Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Mpaata, Kaziba A dan Agus Sartono. 1997. Faktor Determining Price-Earnings (P/E) Ratio, Kelola. No. 15/VI/1997, hal 133-150. Mubarok, Mufti. 2011. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Lembaga Keuangan dan Real Estate pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Berkala Ilmu Ekonomi. Volume 5, No.2 Qomariyah, Nurul. 2008. Madoff dan Tipu-tipu Investasi ala Skema Ponzi. Website detikFinance, diposting tanggal 17 Desember 2008. http://finance.detik.com/read/2008/12/17/114324/1055003/68/madof f-dan-tipu-tipu-investasi-ala-skema-ponzi (accessed June 4, 2013). Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1, Nomor 1. 98 ISSN: 1410 -9875 Deasy Aryanti Rahayuningsih Ratnaningrum, dan Heni Susilowati. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER antara Saham Yang Tercatat Dalam Index Syariah dan Saham Biasa (Studi pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia 2006-2008). BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. Volume 14, Nomor 1, halaman: 1-12. Riadi, Elon Davit. 2013. Pengaruh Faktor Debt To Equity Ratio, Return On Equity Dan Total Asset Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen. Vol. 2, No.1. Sari, Indah Maha. 2013. Pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR), Return on Equity (ROE), Price to Book Value (PBV), Financial Leverage (FL), dan Earnings Growth (EG) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3231/1/Jurnal%20Ind ah%20Maha%20Sari.pdf (accessed June 13, 2013). Sartono, Agus dan Misbahul Munir. 1997. Pengaruh Kategori Industri Terhadap Price Earning (P/E) Ratio dan Faktor-Faktor Penentunya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.12, No. 3. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Method for Business, th 5 edition. John Wiley and Sons Inc. Sharma, Sanjeet. 2011. Determinants of Equity Share Prices in India. Journal of Arts, Science & Commerce. Vol. 2, Issue-4. ISSN: 2231-4172. Singgih, Marmono. 2012. Penilaian Kewajaran Harga Saham Sebagai Pertimbangan Investasi Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 6, No.1, hal.69-78. Subramanyam, K.R., dan Wild J.J. 2009. Financial Statement Analysis. Tenth Edition McGraw Hill International Edition. Suharli, Michell dan Ani Arisandi. 2009. Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi atas Biaya Research and Development (R&D) terhadap Price Earning Ratio (Studi Empirik pada Perusahaan Sektor Industri Periode 2002-2005). Journal of Applied Finance and Accounting. Vol. 1, No.2: 368-390. Sukamdiani, MG.. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio Saham Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2007. Jurnal Forum Akademika. Vol.15. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 4. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting, IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons Inc. Wibowo, Zaenuar Arif. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011). Jurnal Q-MAN. Vol.2, No.6, halaman: 01-16. Yumettasari, Putri, Endang Tri Widiastuti, dan Wisnu Mawardi. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PER Antara Saham Syariah dan Saham Non Syariah. http://eprints.undip.ac.id/18024/1/jsmov5n2_2.pdf (accessed April 8, 2013). 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan 100 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 111-130 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA THE INFLUENCE OF GROWTH, TANGIBILITY, FIRM SIZE, BUSINESS RISK, LIQUIDITY, PROFITABILITY, CORPORATE TAX RATE, AND NON-DEBT TAX SHIELD TORWARD DEBT POLICY ON FOOD AND BEVERAGES HENDRA STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability, corporate tax rate, and non-debt tax shield toward debt policy. This study was also to compare result of the previous research within the research. Sample of this research is food and beverages sector companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2013. The purposive sampling is used as sampling technique, where 7 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypothesis. The result of this research shows that growth,tangibility, firm size, liquidity, profitability and non-debt tax shield does influence debt policy, while business risk and corporate tax rate do not influence debt policy. Overall, the independent variables influence debt policy simultaneously. Keywords: Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity, Profitability, Corporate Tax Rate, and Non-debt Tax Shield , Debt Policy. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability, corporate tax rate, and non-debt tax shield terhadap debt policy. Data penelitian menggunakan perusahaan di sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2013. Tujuh buah perusahaan dipilih dan ditentukan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Analisa deskriptif dan panel data regresi digunakan untuk menguji pengaruh antar variable. Hasil penelitian menunjukan variable growth, tangibility, firm size, business risk, liquidity, profitability, corporate tax rate, dan non-debt tax shield memiliki pengaruh terhadap debt policy sementara business risk dan corporate tax rate tidak berpengaruh terhadap debt policy. 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Kata kunci: Growth, Tangibility, Firm Size, Business Risk, Liquidity, Profitability, Corporate Tax Rate, and Non-debt Tax Shield , Debt Policy. PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha yang cukup pesat seiring dengan munculnya era globalisasi yang marak dengan persaingan, menuntut manajemen perusahaan untuk memperkuat struktur permodalan. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, perusahaan memerlukan modal tambahan yang tidak sedikit. Dimana sumber pembiayaan ini menurut sifatnya terdapat dua macam pendanaan, pendanaan dari luar dan dari dalam. Perusahaan akan berusaha untuk menciptakan struktur modal yang optimal bagi perusahaan atau lebih tepatnya dilakukan oleh para manajer keuangan. Manajer keuangan lebih menyukai pendanaan dari dalam yaitu laba ditahan karena perusahaan tidak harus menanggung atau menambah biaya tetap atas pendanaan seperti hutang dan mengharuskan membayar bunga. Sedangkan terdapat informasi yang asimetri atas penerbitan saham baru. Sesuai dengan pendapat Gitman dan Zutter (2012,535) yang menyatakan bahwa, “the value of the firm is maximized when the cost of capital is minimized.” Urutan sumber pendanaan tersebut sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa jika laba ditahan tidak mencukupi sumber pendanaan, maka perusahaan akan mencari sumber dana dari eksternal, dengan prioritas atau urutan pertama 112 November 2014 adalah berhutang baru dilanjutkan dengan menerbitkan saham. Dengan menggunakan hutang perusahaan juga mengharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Kondisi berhutang menyebabkan manajer harus bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Selain itu dengan menggunakan hutang perusahaan juga akan mendapatkan benefit berupa tax saving yang berasal dari beban bunga. Namun sesuai dengan trade off theory perusahaan harus menyeimbangkan antara benefit tax saving dengan biaya atau risiko kebangkrutan yang ditimbulkan akibat beban bunga dan hutang itu sendiri. Penelitian mengenai kebijakan hutang telah dilakukan oleh banyak peneliti, diantaranya adalah Hastalona (2013), Alkhatib (2012), Hardiningsih dan Oktaviani (2012), Sari (2012), Yeniantie dan Destriana (2010), Sultera et. al (2012), Damayanti dan Hartini (2013), Diana dan Irianto (2008), Sugiarti dan Fongnawati (2007). Pada penelitian ini peneliti akan melakukan replikasi dari penelitian Hastalona (2013) sebagai jurnal utama, dan penelitian Alkhatib (2012) sebagai jurnal pendukung dengan melakukan penggabungan variabel independen dan juga melakukan perubahan objek penelitian. ISSN: 1410 -9875 Peneliti mendapatkan data bahwa di Indonesia penyumbang produk domestik bruto dari komponen konsumsi selalu menempati posisi tertinggi dari tahun 2005-2013, disusul dengan komponen pembentukan modal tetap bruto yang konsisten menempati posisi kedua dari tahun 2005-2013. Ini menunjukan bahwa sektor yang mempunyai nilai PDB tertinggi mempunyai prospek bisnis yang baik (konsumsi), dan membutuhkan dana untuk melakukan pembelian modal tetap (pembentukan modal tetap bruto). Peneliti mendapatkan data bahwa sektor manufaktur sebagai penyumbang tertinggi pada PDB Indonesia, setelah ditelaah lebih lanjut didapatkan pula bahwa sektor Food dan Beverages dan Tobacco yang menempati posisi teratas dalam sub sektor yang ada di sektor manufaktur. Antara sektor Food dan Beverages dan Tobacco, sektor Food dan Beverages yang selalu mempunyai angka pembentukan modal tetap bruto tertinggi dari tahun 2005-2013, sehingga menjadi alasan peneliti dalam menentukan objek penelitian. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah growth, tangibility, ukuran perusahaan, risiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti Hendra empiris mengenai pengaruh growth, tangibility, ukuran perusahaan, risiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan hutang.terhadap kebijakan hutang. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Problem Menurut Keown et al. (2005,17) “agency problem is problem resulting from conflict of interest between the manager (the stockholder’s agent) and the stockholders.” Gitman dan Zutter (2012, 22) menyatakan bahwa, “agency problems arise when managers deviate from the goal of maximization of shareholder wealth by placing their personal goals ahead of the goal of shareholder”. Trade-Off Theory Pendapat Brigham dan Enrhardt (2005, 560) mengenai Trade-off theory “In Which firms trade off the benefits of debt financing (favorable corporate tax treatment) againist the higher interest rates and bankruptcy cost.” Trade off theory menjelaskan bahwa ketika perusahaan melakukan pembiayaan melalui hutang, biaya dan keuntungannya juga harus diperhitungkan. Keuntungannya adalah penghematan pajak, dimana bunga dari hutang dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan kebangkrutan jika perusahaan gagal dalam menjalankan kewajibannya dalam melunasi hutang. 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Pecking Order Theory Gitman dan Zutter (2012, 534) yang menyatakan bahwa, “Pecking order meaning a hierarchy of financing that begins with retained earnings, which is followed by debt financing and finally external equity financing.” Alasan didahulukannya pendanaan internal dan kurang diminatinya pendanaan dari eksternal yaitu terdapat informasi yang asimetri. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Hutang Growth adalah persentase perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya. Brigham dan Gapenski (1996) dalam Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan (Growth) yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar. Dalam pendanaan dari eksternal perusahaan akan dihadapkan dalam dua alternatif dan akan memilih pendanaan yang murah. Dalam hal ini, pendanaan dari hutang lebih disukai dibandingkan dengan pendanaan dengan menerbitkan saham baru karena biaya pendanaan melalui penerbitan saham baru akan lebih besar daripada pendanaan dari penggunaan hutang. Dengan demikian tingkat pertumbuhan (Growth) yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang sehingga memiliki hubungan positif atas besarnya kebijakan hutang. Alkhatib(2012) mendapatkan hasil penelitian bahwa growth tidak berpengaruh signifikan terhadap 114 November 2014 kebijakan hutang. Sedangkan Yeniati dan Destriana (2010) mendapatkan hasil growth berpengaruh positif dan signifikan, juga Sari (2012) serta Hardiningsih dan Oktaviani (2012) yang mendapatkan hasil growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H1 : Terdapat pengaruh growth terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Tangibility terhadap Kebijakan Hutang Tangibility adalah penentuan seberapa besar aktiva tetap yang ada dalam keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Tangibility atau struktur aktiva yang dimiliki perusahaan akan mempunyai pengaruh perusahaan terhadap hubungannya dengan pihak lain. Struktur aktiva sebuah perusahaan dapat diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan. Aktiva tetap sendiri merupakan aktiva yang digunakan untuk keperluan operasi perusahaan, bersifat jangka panjang dan memiliki bentuk fisik (berwujud). Aktiva tetap merupakan salah satu jaminan yang bisa meyakinkan kreditor untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang mempunyai aktiva sesuai dengan jaminan kredit dapat lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan. ISSN: 1410 -9875 Hendra Alkhatib (2012) mendapatkan hasil penelitian bahwa Tangibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang didukung oleh Sari (2012) dan Yeniatie dan Destriana (2010). Sedangkan Sultera et. al (2012) mendapatkan hasil tangibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. pengaruh H2 : Terdapat tangibility terhadap kebijakan hutang. akan semakin besar juga potensi penggunaan hutang yang lebih besar. Hastalona(2013) mendapatkan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang didukung oleh Alkhatib (2012), Damayanti dan Hartini (2013), Sultera et. al (2012). Sedangkan Sari (2012) dan Diana dan Irianto (2008) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang Ukuran perusahaan sebagai suatu pengambaran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan total aktiva atau total penjualan dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan total penjualan bersih. Semakin besar penjualan maka semakin besar pula suatu perusahaan. Semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam Hastalona (2013) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang besar dan mapan (stabil) akan lebih mudah untuk masuk ke pasar modal. Kemudahan akses masuk ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin mudah mendapatkan hutang, sehingga Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H3 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Kebijakan Hutang Risiko bisnis merupakan suatu resiko atau ketidakpastian kemampuan perusahaan dalam membiayai biaya operasionalnya sehingga berdampak pada ketidakpastian kemampuan perusahaan menciptakan earnings. Ketika perusahaan tidak mampu mendapatkan laba, maka perusahaan akan kehilangan kemampuannya dalam memenuhi biaya finansial perusahaan yang salah satunya adalah beban bunga atas hutang yang mengakibatkan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Sehingga semakin tinggi risiko bisnis maka perusahaan akan menghindari hutang dalam arti lain, akan rendah rasio hutangnya. Hastalona(2013) mendapatkan hasil penelitian 115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang didukung oleh Yeniatie dan Destriana (2010). Sedangkan Sultera et. al mendapatkan hasil risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H4 : Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Hutang Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Investor dalam berinvestasi memberikan modal kepada suatu perusahaan dalam bentuk pemberian pinjaman baik jangka pendek atau jangka panjang akan mempertimbangkan likuiditas dari suatu perusahaan. Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, akan mengurangi kebijakan hutang karena perusahaan memiliki kemampuan mendanai aktifitas dan investasi dengan aktiva lancarnya. Di tambahkan lagi pendapat Brown dan Reilly (2012, 43) “Investor may have liquidity needs that the invesment plant must consider”. Hastalona (2013) mendapatkan hasil penelitian bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, yang didukung oleh Sultera etl. al (2012) dan Damayanti dan Hartini (2013). 116 November 2014 Sedangkan Alkhatib (2012) mendapatkan hasil likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H5 : Terdapat pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari aktiva yang digunakan baik aktiva lancer maupun aktiva tetap. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan tidak semua dibayarkan kepada investor dalam bentuk dividen tetapi juga disimpan dalam bentuk laba ditahan yang merupakan sumber pendanaan internal bagi perusahaan. Sesuai dengan Pecking Order Theory yang menetapkan suatu urutan keputusan dimana para manager pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang, dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Hastalona(2013) mendapatkan hasil penelitian bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang didukung oleh Alkhatib (2012). Sedangkan Damayanti dan Hartini (2013), Sari(2012), Yeniatie dan Destriana (2010) mendapatkan hasi bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. ISSN: 1410 -9875 Hendra Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. pengaruh H6 : Terdapat profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H7 : Terdapat pengaruh corporate tax rate terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Corporate Tax Rate terhadap Kebijakan Hutang Tax rate merupakan konstribusi yang harus dibayarkan kepada pemerintah, baik secara pribadi maupun badan usaha yang telah terdaftar. Jika kewajiban tersebut dikenakan kepada perusahaan maka akan disebut dengan corporate tax rate. Meningkatkan hutang dapat mengurangi beban pajak yang akan ditanggung perusahaan. Salah satu biaya yang bisa dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya bunga pinjaman. Penggurangan ini sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif tertinggi. Semakin tinggi tarif pajak maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang. Oleh karena itu perusahaan lebih memilih untuk menambah hutang untuk mendapat modal dibanding menerbitkan saham karena atas dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa tidak menjadi penggurang pajak. Hasalona (2013) mendapatkan hasil penelitian corporate tax rate tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yang di dukung juga oleh Diana dan Irianto (2008). Sedangkan Sugiarto dan Fongnawati (2007) mendapatkan hasil penelitian corporate tax rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Pengaruh Non-debt Tax Shield terhadap Kebijakan Hutang Non-debt tax shield merupakan hal-hal selain perlindungan pajak dari penggunaan hutang seperti depresiasi, amortisasi, dan biaya pengembangan. Berdasarkan tradeoff theory, menunjukan bahwa nondebt tax shield berhubungan negatif terhadap tingkat hutang dalam struktur modal perusahaan. Karena manfaat penghematan pajak yang mampu dilakukan oleh non-debt tax shield menghilangkan salah satu alasan penggunaan hutang untuk melakukan penghematan pajak dan dapat menggurangi risiko kebangkrutan karena beban finansial yang dihasilkan dari hutang. Hastalona(2013) mendapatkan hasil penelitian bahwa non-debt tax shield berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan Sari (2012) mendapatkan hasil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H8 : Terdapat pengaruh non-debt tax shield terhadap kebijakan hutang. Peneliti juga menguji pengaruh growth, liquidity, ukuran 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 perusahaan, resiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non-debt tax shield secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut. H9 : Terdapat pengaruh growth, liquidity, ukuran perusahaan, resiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non-debt tax shield secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang. November 2014 METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food dan beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005 sampai 2013. Peneliti menggunakan tekhnik non-probability sampling, yakni purposive sampling, sebagai metode pengambilan sampel. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini, yakni sebagai berikut: Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan Perusahaan food dan beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secaara berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. Perusahaan food dan beverages yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. Perusahaan food dan beverages yang tidak menerbitkan laporan keuangannya per-31 Desember. Perusahaan food dan beverages yang tidak menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah. Perusahaan food dan beverages yang tidak konsisten memiliki laba bersih dari tahun 2005 sampai 2013. Jumlah Perusahaan terpilih menjadi sampel Jumlah data penelitian (7 perusahaan x 9 tahun ) Sumber-sumber data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah Fact Book IDX, laporan tahunan atau keuangan yang dapat diunduh atau dilihat dari situs www.idx.co.id dan laporan keuangan dari yang tersedia di software JSX Laporan Keuangan. 118 11 (0) (0) (0) (4) 7 63 Variabel Dependen Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk menentukan seberapa besar kebutuhan pendanaan yang dibiayai oleh hutang. Kebijakan hutang merupakan variabel dependen yang menunjukan seberapa besar aset perusahaan diperoleh atau didanai oleh hutang. Variabel ini diukur ISSN: 1410 -9875 Hendra dengan membagi nilai buku seluruh hutang dengan total aktiva. (Hastalona, 2013) ��� � Skala yang digunakan adalah skala rasio. ����� ���� ����� ������ Variabel Independen Growth adalah persentase perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya. Menurut Alkhatib (2012) Growth dihitung dengan Growtht = persentase pertumbuhan tahunan total aktiva perusahaan antara dua tahun berturut-turut dibagi dengan tahun sebelumnya. Skala yang digunakan adalah skala rasio. ����� ����� � ������ ����� ��� ����� ����� ��� Tangibility adalah penentuan seberapa besar aktiva tetap yang ada dalam keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Alkhatib ����������� � Ukuran perusahaan sebagai suatu pengambaran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan total aktiva atau total penjualan dari suatu perusahaan. (2012), tangibility dihitung dengan membagi asset tetap dengan total asset. Skala yang digunakan adalah skala rasio. ����� ������ ����� ������ Menurut Hastalona (2013) ukuran perusahaan diproksikan dengan nlai logaritma natural dari penjualan (Sales) : Skala yang digunakan adalah skala rasio. Firm Size = Ln of Sales Risiko bisnis merupakan suatu resiko atau ketidakpastian kemampuan perusahaan dalam membiayai biaya operasionalnya sehingga berdampak pada ketidakpastian kemampuan 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 perusahaan menciptakan earnings. Risiko bisnis pada penelitian ini diproksikan dengan standar deviasi dari EBIT (Hastalona, 2013). November 2014 Skala yang digunakan adalah skala rasio. ������ ������ � ��� ���� Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio. Ukuran Likuiditas perusahaan yang sering digunakan adalah ������� ����� � Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari aktiva yang digunakan baik aktiva lancer maupun aktiva tetap. Dalam penilitan ini proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas ��� � 120 ������� ������ ������� ����������� adalah return on assets (ROA). Menurut Gitman dan Zutter (2012, 81) rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut : Skala yang digunakan adalah skala rasio. �������� ��������� ��� ������ ������������ ����� ������ Tax rate merupakan konstribusi yang harus dibayarkan kepada pemerintah, baik secara pribadi maupun badan usaha yang telah terdaftar. Jika kewajiban tersebut dikenakan kepada perusahaan maka akan disebut dengan corporate tax rate. ��� � curent ratio yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current asset) dengan hutang lancar(current liabilities) (Hastalona, 2013) : Skala yang digunakan adalah skala rasio. Menurut Parlak (2010, 150) corporate tax rate dihitung dengan selisih antara laba sebelum pajak dengan laba setelah pajak yang dibagi dengan laba sebelum pajak. Skala yang digunakan adalah skala rasio. ������� ������ ����� � ������� ����� ����� ������� ������ ����� ISSN: 1410 -9875 Hendra Non-debt tax shield merupakan hal-hal selain perlindungan pajak dari penggunaan hutang seperti depresiasi, amortisasi, dan biaya pengembangan. Menurut Hastalona (2013) Non-Debt tax shield merupakan keuntungan pajak yang diperoleh perusahaan selain bunga pinjaman yang diproksikan dengan depresiasi aktiva tetap, yakni depresiasi dibandingkan dengan EBDIT : Skala yang digunakan adalah skala rasio. ��� � ���� ��� ������ � Metoda Analisis Data Dalam penelitian ini, metoda analisis data yang digunakan adalah ������������� ����� analisis regresi berganda (multiple regression analysis), dimana model persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan : Y Y = b0 +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e : Variabel dependen (kebijakan hutang / DTA) b0 – b8 : Konstanta atau intersep X1 : Growth (GROW) X2 : Tangibility (TANG) X3 : Ukuran Perusahaan (FIRM) X4 : Risiko Bisnis (RBIS) X5 : Likuiditas (CR) X6 : Profitabilitas (ROA) X7 : Corporate tax rate (CTR) X8 : Non-debt tax shield (NDTS) ℮ : Kesalahan error HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan simpangan baku (standar deviasi). Nilai untuk masing-masing statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini, yakni sebagai berikut: 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel n Mean Maximum Minimum Std. Dev. DTA 63 0.380964 0.739884 0.165513 GROW 63 0.178676 0.927799 TANG FIRM RBIS CR ROA 63 63 63 63 63 0.387833 27.83854 1.82E+10 2.179401 0.084344 0.632632 31.68683 1.45E+11 6.330808 0.936484 CTR 63 0.20336 0.889432 NDTS 63 0.284843 0.677852 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H1 Tabel 3 R R2 ( R-squared ) Variabel Growth mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan R sebesar 0.869080, 0.101393 0.129269 0.107352 22.17512 2.21E+09 0.752015 9.66E-05 1.862263 0.003472 0.217899 0.137636 1.99884 3.28E+11 1.254297 0.125634 0.310912 0.159258 0.869080 0.755300 serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 75,53%. Tabel 4 Variable C GROW Coefficient Std. Error t-Statistic 0.343664 0.026225 0.208756 0.093510 13.10451 2.232434 Prob. 0.0000 0.0293 Kebijakan Hutang (DTA)= 0.343664 + 0.208756GROW + e Nilai statistik t dari growth probabilitas dari growth sebesar berada di region rejection, dimana 0.0302 yang lebih kecil dari nilai α nilai t ≥tα/2 (2.232434 ≥ 2.000) (0.0293 < 0,05). Hal ini pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05. menunjukkan bahwa H0 ditolak, Dengan demikian, dapat sehingga dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa H0 ditolak. terdapat pengaruh growth terhadap Hasil ini didukung oleh nilai kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H2 Tabel 5 R R2 ( R-squared ) 122 0.927270 0.859830 ISSN: 1410 -9875 Hendra Variabel Tangibility mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan R sebesar Tabel Variable C TANG 0.927270, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 85,98%. 6 Coefficient Std. Error t-Statistic 0.286722 0.043293 0.242996 0.110328 6.622891 2.202476 Prob. 0.0000 0.0318 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.286722 + 0.242996TANG + e Nilai statistik t dari tangibility probabilitas dari tangibility sebesar berada di region rejection, dimana 0.0318 yang lebih kecil dari nilai α nilai t ≥tα/2 (2.202476 ≥ 2.000) (0.0318 < 0,05). Hal ini pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05. menunjukkan bahwa H0 ditolak, Dengan demikian, dapat sehingga dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa H0 ditolak. terdapat pengaruh tangibility Hasil ini didukung oleh nilai terhadap kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H3 Tabel 7 R R2 ( R-squared ) Variabel Ukuran Perusahaan mempunyai hubungan yang rendah dan positif dengan R sebesar Tabel Variable C FIRM 0.328396 0.107844 0.328396, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 10,78% 8 Coefficient Std. Error t-Statistic 0.262694 0.239253 -1.097976 0.022761 0.008382 2.715461 Prob. 0.2765 0.0086 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.262694 + 0.022761FIRM + e Nilai statistik t dari ukuran perusahaan sebesar 0.0086 yang perusahaan berada di region lebih kecil dari nilai α (0.0086 < rejection, dimana nilai t ≥tα/2 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa (2.715461 ≥ 2.000) pada d.f.= n–p‐ H0 ditolak, sehingga dapat 1= 61, dan α = 0,05. Dengan disimpulkan bahwa terdapat demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh terhadap kebijakan hutang. nilai probabilitas dari ukuran 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H4 Tabel 9 R 0.794459 2 R ( R-squared ) 0.631165 Variabel Risiko Bisnis mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan R sebesar 0.794459, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 63,11% Tabel 10 Variable C RBIS Coefficient Std. Error t-Statistic 0.371625 0.022512 16.50797 5.14E-14 9.94E-14 0.517216 Prob. 0.0000 0.6071 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.371625 + 5.14E-14RBIS + e Nilai statistik t dari risiko bisnis oleh nilai probabilitas dari risiko berada di region of acceptance bisnis (0.6071) > dari nilai α (0.05). dimana ‐tα/2 ≤ t ≤tα/2 (‐2.000 ≤ Hal ini menunjukkan bahwa H0 0.517216 ≤ 2.000) pada d.f.= n–p‐1= tidak dapat ditolak, sehingga dapat 61, dan α= 0,05. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak terdapat dapat disimpulkan bahwa H0 tidak pengaruh risiko bisnis terhadap dapat ditolak. Hasil ini didukung kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H5 Tabel 11 R R2 ( R-squared ) Variabel Likuiditas mempunyai hubungan yang sangat kuat dan negatif dengan R sebesar 0.856072 0.732860 0.856072, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 73,28% Tabel 12 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C CR 0.595733 0.047914 12.43328 -0.098545 0.021349 -4.615925 Prob. 0.0000 0.0000 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.595733- 0.098545CR + e Nilai statistik t dari likuiditas disimpulkan bahwa H0 ditolak. berada di region rejection, dimana Hasil ini didukung oleh nilai nilai t ≤ tα/2 (‐4.615925 ≤ ‐2.000) probabilitas dari likuiditas sebesar pada d.f.= n–p‐1 = 61, dan α = 0,05. 0.00000 yang lebih kecil dari nilai α Dengan demikian, dapat (0.0000 < 0,05). Hal ini 124 ISSN: 1410 -9875 Hendra menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H6 Tabel 13 R R2 ( R-squared ) Variabel Profitabilitas mempunyai hubungan yang sangat kuat dan positif dengan R sebesar Tabel Variable C ROA 0.812636, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 66,03% 14 Coefficient Std. Error t-Statistic 0.359777 0.015996 0.251194 0.112098 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.359777 Nilai statistik t dari profitabilitas berada di region rejection, dimana nilai t ≥tα/2 (2.240847 ≥ 2.000) pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini didukung oleh nilai Variabel corporate tax rate mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan R sebesar Tabel C CTR 22.49180 2.240847 Prob. 0.0000 0.0291 + 0.251194ROA + e probabilitas dari profitabilitas sebesar 0.0291yang lebih kecil dari nilai α (0.0291 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H7 Tabel 15 R R2 ( R-squared ) Variable 0.812636 0.660378 0.793415 0.629508 0.793415, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 62,95%. 16 Coefficient Std. Error t-Statistic 0.379612 0.016481 0.006646 0.046651 23.03392 0.142453 Prob. 0.0000 0.8872 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.379612 + 0.006646CTR + e Nilai statistik t dari corporate tax 61, dan α= 0,05. Dengan demikian, rate berada di region of acceptance dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dimana ‐tα/2 ≤ t ≤tα/2 (‐2.000 ≤ dapat ditolak. Hasil ini didukung 0.142453 ≤ 2.000) pada d.f.= n–p‐1= oleh nilai probabilitas dari 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 corporate tax rate (0.8872) > dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh corporate tax rate terhadap kebijakan hutang. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H8 Tabel 17 R R2 ( R-squared ) Variabel non-debt tax shield mempunyai hubungan yang sangat kuat dan negatif dengan R sebesar Tabel November 2014 0.837278 0.701035 0.837278, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 70,10%. 18 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C NDTS 0.461367 0.038477 11.99067 -0.282272 0.127017 -2.222305 Prob. 0.0000 0.0311 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.461367- 0.282272NDTS + e Nilai statistik t dari non debt tax shield sebesar 0.0311 yang lebih shield berada di region rejection, kecil dari nilai α (0.0311 < 0,05). dimana nilai t ≤ tα/2 (‐2.222305 ≤ Hal ini menunjukkan bahwa H0 ‐2.000) pada d.f.= n–p‐1= 61, dan α ditolak, sehingga dapat disimpulkan = 0,05. Dengan demikian, dapat bahwa terdapat pengaruh non debt disimpulkan bahwa H0 ditolak. tax shield terhadap kebijakan Hasil ini didukung oleh nilai hutang. probabilitas dari non debt tax Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H9 Tabel 19 R 0.881334 Adjusted R2 0.711635 Variabel growth, tangibility, ukuran perusahaan, resiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate,dan non debt tax shield mempunyai hubungan yang sangat 126 kuat dengan R sebesar 0.881334, serta dapat menjelaskan variabel dependen (Kebijakan Hutang) sebesar 71,16%. ISSN: 1410 -9875 Hendra Tabel 20 Variable C GROW TANG FIRM RBIS CR ROA CTR NDTS Coefficient Std. Error t-Statistic 0.490615 -0.009902 -0.032552 0.002873 2.67E-14 -0.106078 0.319332 0.016648 0.072930 0.435696 0.075337 0.225110 0.012929 8.88E-14 0.023340 0.133464 0.049186 0.142892 1.126048 -0.131436 -0.144605 0.222212 0.301032 -4.544832 2.392654 0.338463 0.510382 Prob. 0.2657 0.8960 0.8856 0.8251 0.7647 0.0000 0.0207 0.7365 0.6121 Kebijakan Hutang (DTA) = 0.490615 - 0.009902GROW - 0.032552TANG + 0.002873FIRM – 2.67E-14RBIS - 0.106078CR + 0.319332ROA + 0.016648CTR + 0.072930NDTS F-Statistic Prob (F-Statistic) Diketahui bahwa nilai F statistik atau F hitung (11.92897) ≥ dari nilai Fα atau F kritis (2.12) dengan dfnum = p = 8 dan dfden = n – p ‐ 1 = 63‐8‐1 = 54 pada α =0,05. Nilai p adalah jumlah variabel independen. Sedangkan n adalah jumlah data dari sampel. Sehingga, nilai F statistik berada di region of rejection dan dapat dikatakan bahwa H0 ditolak. Hal ini sejalan dengan nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari nilai α (0,000 ≤ 0,05). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh growth, tangibility, ukuran perusahaan, resiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non debt tax shield secara bersama-sama terhadap kebijakan hutang. PENUTUP dan Berdasarkan hasil analisis pembahasan yang telah 11.92897 0.000000 diuraikan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 6 dari 8 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, yakni variable growth, tangibility, ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas, dan nondebt tax shield. Sisanya, yakni variabel risiko bisnis dan corporate tax rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Peneliti menghadapi sejumlah keterbatasan dalam melakukan penelitian ini. Terbatasnya perusahaan yang dapat dijadikan sebagai sampel, dimana penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan food dan beverages saja. Terbatasnya jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, dimana penulis 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 hanya menggunakan 8 variabel independen, yakni growth, tangibility, ukuran perusahaan, risiko bisnis, likuiditas, profitabilitas, corporate tax rate, dan non-debt tax shield. Terbatasnya periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yakni hanya dari tahun 20052013 saja. Berdasarkan keterbatasanketerbatasan di atas, maka peneliti memberikan beberapa rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kebijakan hutang. November 2014 Rekomendasi tersebut antara lain menggunakan obyek penelitian lain yang lebih luas sehingga jumlah sampel penelitian menjadi lebih besar, memasukkan variabelvariabel independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan, seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan variabel lainnya, serta menambah periode penelitian sampai dengan yang paling update, yakni tahun 2014 dan 2015 dan seterusnya. DAFTAR REFERENSI Alkhatib, Khalid. 2012. The Determinants of Leverage of Listed Companies. International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 24. Brigham, E. F. Dan Michael C. Enrhardt. 2005. Financial Management : Theory and Practice. 11th Edition. Infotrac. Brown, Keith C., and Frank K. Reilly. 2009. Analysis of invesment and Management of portofolio, 9th edition. Canada : South Western. Diana Dan Irianto. 2008. Pengaruh , Kepemilikan Institusional, dan Sebaran Kepemilkan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan. Emisi, April, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-16. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, Thirteenth Edition. United States : Pearson Education. Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinan Kebijakan Hutang. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Hal. 11-24. Hastalona, Dina. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5,No. 1, Maret 2013. Keown, Arthur J., John D. Martin., J. William Petty., and David F. Scott, Jr. 2005. Financial Management : Principles and Applications, Tenth Edition. Parlak, Deniz Dogus. 2010. Determinants of Capital Structure Polices of Turkish Manufacturing Firm. The Business Review, Chambridge, Vol 14 Num 2. Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Hutangnya. Ilmiah, Vol. 5, No. 1, Hlm. 20-29. 128 ISSN: 1410 -9875 Hendra Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telaahan Indikasi Keagenan pada Kebijakan Levarage Perusahaan Keluarga di BEJ. Akuntabilitas. Maret, Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178. Yeniantie, dan Nicken Destriana. 2010. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1 : 1 – 16. 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan 130 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 131-140 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR – FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI SHARE RETURN BINO SULAKSONO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to examine some variables that influencing share return. The variables are price earnings ratio, debt to equity ratio, earnings per share, price book value, return on equity, and net profit margin. This research was using 72 manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange during 2009-2012. The data are collected using purposive sampling method. The analysis and decision making about the hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research indicate that price earnings ratio, debt to equity ratio, earnings per share, price book value, return on equity, and net profit margin have no influence to the share return. Keywords: Share Return, Price Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share, Price Book Value, Return on Equity, Net Profit Margin. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa variabel yang mempengaruhi return saham. Variabel tersebut adalah price earning ratio, rasio hutang terhadap ekuitas, laba per saham, price book value, return on equity, dan net profit margin. Penelitian ini menggunakan 72 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama 2009-2012. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan tentang hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa price earning ratio, rasio hutang terhadap ekuitas, laba per saham, price book value, return on equity, dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham. Kata kunci: Return Saham, Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, Laba Per Saham, Price Book Value, Return on Equity, Net Profit Margin. PENDAHULUAN pasar mempertimbangkan beberapa pendekatan dan faktor-faktor beberapa rasio tertentu. Ada keuangan yang dianggap penting Dalam melakukan investasi di modal, investor perlu 131 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 dalam menganalisis return dan risk yang akan diterima saat berinvestasi seperti melalui rasio profitabilitas dan solvabilitas. Terdapat perbedaan pendapat dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga menimbulkan hasil yang tidak konsisten. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Share Return”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris pengaruh price earnings ratio, debt to equity ratio, earnings per share, price to book value, return on equity, net profit margin terhadap share return. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signaling Theory Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain (Wardjono, 2010). Share Return Share adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham merupakan sebagai tanda bukti kepemilikan dalam bentuk perusahaan PT 132 November 2014 (Perseroan Terbatas) dan return merupakan presentase pengembalian dari investasi yang diterima oleh investor dalam dalam kurung waktu 1 tahun buku. Price Earning Ratio (PER) Price earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan oleh para investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli, karena PER mengindikasikan kepada masyarakat dan pihak investor pada khususnya tentang prestasi dan prospek perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ganto et al. (2008) PER adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai pasar yang mengaitkan harga saham perusahaan dengan labanya. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu ratio solvabilitas yang penting digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan total hutang yang dibandingkan dengan total shareholders equity yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Riyanto (2008) dalam Hermawan (2012) , DER adalah rasio total hutang perbandingan dengan modal sendiri. Earning Per Share (EPS) Earnings per share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. ISSN: 1410 -9875 Price to Book Value (PBV) Debt equity ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Dengan kata lain, DER berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan (Stella 2009). Price Earnings Ratio (PER) Menurut Poernamawatie (2008), PER adalah perbandingan antara harga saham pada saat penutupan (closing price) dengan pendapatan per lembar saham perusahaan (EPS). PER merupakan salah satu rasio keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham lebih dominan dibanding EPS. Price to Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Wardjono, 2010). Return On Equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia dari para pemilik (pemegang saham) perusahaan atas modal yang diinvestasikannya dalam perusahaan (Ganto et al. 2008). Net Profit Margin (NPM) Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Komponen return saham terdiri dari dua jenis yaitu Bino Sulaksono current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga) (Susilowati dan Turyanto 2011). Pengembangan Hipotesis earnings ratio Ha1 Price berpengaruh terhadap Share return. to equity ratio Ha2 Debt berpengaruh terhadap Share return. per share Ha3 Earnings berpengaruh terhadap Share return. to book value Ha4 Price berpengaruh terhadap Share return. on equity Ha5 Return berpengaruh terhadap Share return. Ha6 Net profit margin berpengaruh terhadap Share return METODA PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 - 2012. 2. Perusahaan manufaktur yang mempunyai akhir tahun buku per 31 Desember. 3. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba bersih setelah pajak. 4. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan dengan mata uang Rupiah. 133 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Jumlah Perusahaa n Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2012. 124 496 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 Desember. (4) (16) Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah. (7) (28) Perusahaan yang earnings after tax-nya negatif. (41) (164) 72 288 Keterangan Total data yang digunakan dalam penelitian Sumber: Hasil Pengumpulan Data SPSS 19 Rumus untuk menghitung Price Gitman dan Zutter (2012, 82) Earning Ratio (PER) menurut adalah: Market price per share of common stock PER = Earnings Per Share Debt to equity ratio adalah shareholders equity yang dimiliki salah satu ratio solvabilitas yang oleh perusahaan. Dalam Arista dan penting digunakan untuk mengukur Astohar (2012) debt to equity ratio tingkat penggunaan total hutang dapat diukur menggunakan: yang dibandingkan dengan total Total Utang DER = Total Ekuitas Pemegang Saham Earnings per share dari suatu perusahaan dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dan jumlah lembar saham biasa yang beredar (Ganto et al. 2008). Menurut Ganto et al. (2008) untuk menghitung earnings per share digunakan rumus sebagai berikut: Laba Setelah Pajak EPS = Jumlah Saham yang Beredar Price to Book Value (PBV) menunjukkan perbandingan harga 134 saham terhadap nilai buku saham perusahaan (Ganto et al. 2008). ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono Menurut Ganto et al. (2008) untuk digunakan rumus sebagai berikut: menghitung Price to book value Market price per share of common stock PBV = Book value per share of common stock Menurut Gitman et al. (2012, 82) untuk menghitung return on equity digunakan rumus sebagai berikut: Earnings availables for common stockholder ROE = Common stock equity Net Profit Margin adalah Menurut Kieso et al. (2010, 1352) rasio yang menunjukkan berapa merumuskan perhitungan net profit besar persentase laba bersih yang margin sebagai berikut: diperoleh dari setiap penjualan. Net Income NPM = Net Sales Menurut Ganto et al. (2008) beberapa kelompok saham melalui return saham adalah suatu tingkat suatu portofolio. Menurut Alroaia et pengembalian saham yang al. (2012) dalam mengukur share diharapkan atas investasi yang return digunakan rumus sebagai dilakukan dalam saham atau berikut: Rt = P t P t-1 Ln Keterangan: Rt return total saham Ln Logarithma Natural Pt Harga saham pada tahun ini P t-1 Harga saham pada tahun lalu HASIL PENELITIAN Hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif PER DER EPS PBV ROE NPM N 288 288 288 288 288 288 Minimum 0,7881 -1,5330 0,2985 -0,4121 -0,0594 0,0007 Maximum 1.193,8896 10,1578 14.593,073 40,0884 1,2195 0,3512 Mean 24,9444 0,9345 808,2384 2,4372 0,1724 0,08 Std. Deviation 90,0003 0,9893 2.162,2320 4,38 0,1655 0,0675 135 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 RETURN 288 -2,2759 3,1209 0,2811 0,6127 Tabel dibawah ini menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, yaitu sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji t 1 Unstandardized Coefficients B 1 Std. Error (Constant) ,136 ,075 PER ,000 ,000 DER ,016 EPS t Sig. Beta 1,817 ,070 -,046 -,756 ,451 ,043 ,026 ,372 ,710 3,060E-5 ,000 ,108 1,538 ,125 PBV -,009 ,015 -,063 -,593 ,554 ROE ,552 ,490 ,149 1,126 ,261 NPM ,499 ,825 ,055 ,605 ,546 a Dependent Variable: RETURN Persamaan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: Return = 0,136 + 0,000 PER + 0,016 DER + 0,00003060 EPS – 0,009 PBV + 0,552ROE + 0,499 NPM + Ɛ Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji t untuk setiap variabel sebagai berikut: 1. Price earnings ratio (PER) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,451 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha1 tidak diterima. 2. Debt equity ratio (DER) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,710 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha2 diterima. 136 Standardize d Coefficients 3. Earnings per share (EPS) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,125 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha3 tidak diterima. 4. Price book value (PBV) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,554 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha4 tidak diterima. 5. Return on equity (ROE) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,261 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha5 tidak diterima 6. Net profit margin (NPM) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,546 yang lebih besar dari 0,05 sehingga Ha6 tidak diterima. ISSN: 1410 -9875 PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa PER, DER, EPS, PBV, ROE, dan NPM secara statistik tidak berpengaruh terhadap share return. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Alroaia et al. (2012), Ganto et al. (2008), Farkan dan Ika (2013), Margaretha dan Damayanti (2008), Susilowati dan Turyanto (2011), Arista dan Astohar (2012), Kristiana dan Sriwidodo (2012), Hermawan (2012), Wardjono (2010), dan Rinati (2009) yang menunjukkan bahwa PER, DER, EPS, PBV, ROE, dan NPM mempunyai pengaruh terhadap share return. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Magdalena dan Tjahjono (2013), Meythi dan Mathilda (2012), Hermawan (2012), Yunanto dan Medyawati (2009), Farkan dan Ika (2013), Arista dan Astohar (2012), Susilowati dan Turyanto (2011), Ganto et al. (2008), Iswadi (2012), dan Harjito dan Aryayoga (2009) yang menunjukkan bahwa PER, DER, EPS, PBV, ROE, dan NPM tidak mempunyai pengaruh terhadap share return. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain sebagai berikut: 1. Periode penelitian yang digunakan dalam melakukan pengujian hanya mencakup 4 tahun yaitu dari periode 20092012. 2. Penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen yang terdiri dari Bino Sulaksono rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas, sedangkan terdapat variabel-variabel independen lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap return saham. 3. Model regresi dalam penelitian ini mengandung heteroskedastisitas terdapat pada variabel debt to equity ratio. 4. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga objek penelitiannya belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada. Dari keterbatasanketerbatasan yang disebutkan di atas, maka peneliti ingin memberikan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang jangka waktu penelitian. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas sektor industri penelitian seperti dalam bidang non keuangan dan jasa. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah data sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap return saham seperti rasio likuiditas, dividen yield, operating cash flow, serta rasio- rasio keuangan lainnya. 137 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 REFERENSI Astuti, dan Herlin Tundjung Setijaningsih. 2009. Analisis Pengaruh Corporate Governance Perception Index (CGPI) Terhadap Return On Equity (ROE) Dan Debt To Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ (Periode 2005-2006). Jurnal Akuntansi Tahun XIII, No. 02, Mei, Hlm. 174-186. Astuti, Tri. 2010. Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, Vol. 21, No.1, April, Hal. 81-104. Arista, Desy Dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Terapan, Vol. 3, No.1, Mei. Alroaia, Younos Vakil, Hossein Eslami Mofid Abadi and Arezo Khosravani. 2012. The Investigation of Price Earnings Ratio and Return on Stock: The Case of Tehran Stock Exchange. Journal Asian Dev. Stud, Vol. 1, Issue 2, June. Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus Untuk Ekonomi Dan Bisnis, edisi I. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN: Yogyakarta. Farkan dan Ika. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Value Added, Vol. 9, No. 1. Stikubank: Semarang. Ganto, Jullimursyida, Muammar Khadafi, Wahyuddin Albra, Dan Gazali Syamni. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Indonesia. Media Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi, Vol. 8, No. 1, April, Hlm. 85-96. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi V. Undip: Semarang. Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, edisi XIII. Pearson: United States of America. Hermawan, Dedi Aji. 2012. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Earning Per Share dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham. Management Analysis Journal 1, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj. Kristiana, Vera Anis Dan Untung Sriwidodo. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Investor Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, Vol. 12, No. 1, April, Hlm. 1-11. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman, edisi I. BPFE-YOGYAKARTA: Yogyakarta. Meythi dan Mariana Mathilda. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio dan Price To Book Value Terhadap Return Saham Indeks LQ 45. Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 1, Mei, Hlm. 1-21. Magdalena, Renna dan Josephine Kurniawati Tjahjono. 2013. Market Ratios On Bank Stock Returns In Indonesia Stock Exchange For The Years 20082010. Global Network Journal, Vol. 6, No. 1, March. 138 ISSN: 1410 -9875 Bino Sulaksono Margaretha, Farah Dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield dan Market To Book Ratio Terhadap Stock Return Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 10, No. 3, Desember, Hlm. 149-160. Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di BEI. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 2, No. 2, Juli, Hlm. 101-113. Rinati, Ina. 2009. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Retrun On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. papers.gunadarma.ac.id/index.php/economy/article/ view/348/316 Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beverages Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, Nopember, Hlm. 99-116. Susilowati, Yeye dan Tri turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas Dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan Dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Mei, Hlm. 17-37. Suarjaya, I Wayan Adi dan Henny Rahyuda. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di BEI. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol.2, No. 3, http://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/4626/3731 (accessed Febuary 12, 2013). Trisnawati, Ita. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, Dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April, Hlm. 65-78. Wardjono. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price To Book Value Dan Implikasinya Pada Return Saham. Dinamika Keuangan Dan Perbankan, Vol. 2, No. 1, Mei, Hlm. 83-96.. Weygandt, Jerry J., Terry D. Warfield, and Donald E. Kieso. 2010. Intermediate Accounting, IFRS edition, Vol. 2, Wiley: International. Yunanto, Muhammad Dan Henny Medyawati. 2009. Studi Empiris Terhadap Faktor Fundamental Dan Teknikal Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, April. 139 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan 140 November 2014 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 2, November 2014, Hlm. 141-158 ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN ANWAR HARSONO STIE Trisakti [email protected] Abstract: The objective of this research is to examine whether return on equity, earning per share, size, cash position, debt to equity ratio, collateral assets, managerial ownership, and institutional ownership have influenced to dividend policy. Data is collected from manufacturing companies in Indonesian Stock Exchange for four years (2008-2011). Sample selected by using purposive sampling method. Only 33 companies meet the criteria and taken as sample. The statistical method used in this research is multiple regression. Result of this research showed that earning per share and institutional ownership have influence to dividend policy but return on equity, size, cash position, debt to equity ratio, collateral assets, and managerial ownership have no influence to dividend policy. Keywords: Dividend Policy, Institutional Ownership, Earning per Share, Cash Position, Managerial Ownership, Return on Equity Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah return on equity, laba per saham, ukuran perusahaan, posisi kas, rasio hutang terhadap ekuitas, aset jaminan, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional mempengaruhi kebijakan dividen. Data dikumpulkan dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun (2008-2011). Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Hanya 33 perusahaan memenuhi kriteria dan diambil sebagai sampel. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba per saham dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tetapi return on equity, ukuran perusahaan, posisi kas, rasio hutang terhadap ekuitas, aset jaminan, dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden . Kata kunci: Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional, Laba per Saham, Posisi Kas, Kepemilikan Manajerial, Return on Equity PENDAHULUAN banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri sekuritas pada negara Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan 141 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 tersebut (Marlina dan Danica 2009). Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun (Marlina dan Danica 2009). Tujuan utama investor menanamkan modalnya adalah untuk mendapatkan pengembalian investasi (return) tanpa mengabaikan risiko yang akan dihadapinya (Arilaha 2009). Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Investor saham dapat mengharapkan return dalam bentuk capital gain dan atau dividen. Capital gain merupakan selisih positif antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham, sedangkan dividen merupakan bagian dari laba bersih perusahaan kepada pemegang saham (Wahyudi dan Baidori 2008). Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan pemegang saham yang mengharapkan dividen, dengan kepentingan perusahaan terhadap laba ditahan (Arilaha 2009). Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan (Arilaha 2009). Kebijakan dividen perusahaan dipengaruhi oleh konflik keagenan (Fauz dan Rosidi 2007). Konflik antara pemegang saham dan manajer terjadi karena ada perbedaan tujuan dari keduanya . Pemegang saham menginginkan peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan mereka namun 142 November 2014 pihak manajemen seringkali mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan pemegang saham. Konflik kepentingan ini dapat diminimalkan dengan mekanisme pengawasan, namun mekanisme ini akan menimbulkan agency cost (Fauz dan Rosidi 2007). Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio). Rasio pembayaran dividen menunjukkan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Peneliti mencoba menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen. Peneliti termotivasi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen untuk mengetahui pengaruh return on equity, earning per share, size, cash position, debt to equity ratio, collateral asset, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional sebagai faktor yang akan diteliti secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan yaitu pertama pendahuluan yang menguraikan mengenai isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan serta organisasi penelitian. Kedua yaitu rerangka teoritis yang memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga ISSN: 1410 -9875 yaitu metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional, dan pengukuran variabel. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima yaitu bagian penutup yang menguraikan mengenai simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bird-In-The-Hand-Theory Model ini menganggap bahwa dividen yang diterima saat ini lebih baik daripada capital gain di masa yang akan datang karena dividen yang diterima saat ini bersifat lebih pasti dibandingkan capital gain yang diterima di masa mendatang yang mengandung ketidakpastian (Rahmawati dan Akram 2007). Menurut Wahyudi dan Baidori (2008), investor saham umumnya lebih menyukai dividen karena merupakan unsur pendapatan yang pasti dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan sedangkan capital gain bersifat tidak pasti. Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk bertindak atas nama mereka, dimana principal mendelegasikan pembuatan keputusan kepada agent. Hubungan principal dan agent adalah untuk memaksimalkan utilitas, dimana agent dipercayai Anwar Harsono tidak selalu bertindak untuk kepentingan principal. Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat konflik kepentingan antara principal dan agent dimana principal ingin memaksimalkan kesejahteraan mereka sedangkan agent ingin melakukan ekspansi perusahaan. Untuk meminimalisir masalah tersebut maka dilakukan mekanisme pengawasan yang menimbulkan agency cost. Menurut Dewi (2008), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dan mengaktifkan pengawasan melalui investorinvestor institusional. Teori Preferensi Pajak Model ini menganggap dengan adanya pajak, maka investor akan lebih menyukai capital gain dibandingkan dengan dividen karena dividen dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain (Rahmawati dan Akram 2007). Menurut Suwaldiman dan Aziz (2006) ada tiga alasan yang berhubungan dengan pajak yang beranggapan bahwa investor lebih menyukai dividen yang rendah daripada yang tinggi. Pertama, tarif pajak untuk capital gain lebih rendah daripada tarif pajak untuk dividen. Kedua, ada efek nilai waktu karena pajak untuk capital gain tidak dibayarkan sampai saham terjual. Ketiga, apabila selembar saham dimiliki seseorang sampai orang tersebut meninggal dunia, maka tidak ada pajak capital gain yang terutang. 143 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 Return on Equity dan Kebijakan Dividen Menurut Adil et al. (2011) return on equity menunjukkan besarnya nilai laba bersih yang dapat dikembalikan kepada pemegang saham yang ditunjukkan dalam persentase. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan semakin besar tingkat pengembalian kepada pemegang saham, dan semakin kecil nilai rasio ini menunjukkan semakin kecil tingkat pengembalian kepada pemegang saham. Menurut Deitiana (2009), Return on equity mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut. Return on equity merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya. Jika terjadi peningkatan laba yang mengakibatkan return on equity meningkat, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba (Rahmawati dan Akram 2007). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha1 : Return on Equity berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Earning per Share dan Kebijakan Dividen Menurut Adil et al. (2011) earning per share menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dialokasikan ke tiap saham perusahaan yang beredar di masyarakat. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan semakin besar pengembalian yang diterima oleh tiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Semakin kecil nilai rasio ini 144 November 2014 menunjukkan semakin kecil pengembalian yang diterima oleh tiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Earning per share tidak selalu dibagikan kepada pemegang saham, jika perusahaan memerlukannya untuk kepentingan perusahaan (Darminto 2007). Rahmawati dan Akram (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Perusahaan besar memiliki kemudahan daripada perusahaan kecil untuk menghasilkan keuntungan dan memperoleh sumber pendanaan. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan, besarnya dividen yang dibayarkan juga ikut meningkat. Disisi lain, ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena walaupun perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar, tapi modal yang digunakan juga besar, sehingga profitabilitasnya bisa jadi tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian dana yang dapat dibagikan untuk dividen juga tidak besar. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. : Earning per Share Ha2 berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Size dan Kebijakan Dividen Menurut Darminto (2007), perusahaan besar akan lebih berani untuk menggunakan modal dari pinjaman (eksternal) dalam membelanjai aktiva yang digunakan untuk perluasan usaha, dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil ukurannya. ISSN: 1410 -9875 Semakin besar kebutuhan dana dari eksternal perusahaan maka semakin besar bagian laba yang dapat digunakan untuk membayar dividen. Semakin besar kebutuhan dana dari internal maka semakin kecil bagian laba yang digunakan untuk membayar dividen. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha3 : Size berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Cash Position dan Kebijakan Dividen Marlina dan Danica (2009) menyatakan bahwa posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pribadi dan Sampurno (2012) menyatakan bahwa besarnya dividen yang dibayarkan akan dipengaruhi besarnya posisi kas peusahaan. Kadang posisi kas yang besar dipandang sebagai sebuah keunggulan, namun bagi investor itu bisa saja dianggap sebagai sinyal buruk karena tidak dapat memanfaatkan kas dengan maksimal yang berakibat kecilnya return dan berdampak pada jumlah dividen yang diterima (Pribadi dan Sampurno 2012). Witantra dan Arifah (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki posisi kas yang kuat akan semakin besar kemampuannya dalam membayar dividen. Cash position merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh pihak manajemen perusahaan. Anwar Harsono Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha4 : Cash Position berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Debt to Equity Ratio dan Kebijakan Dividen Prihantoro (2003) menyatakan bahwa debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang ditunjukkan dengan berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar kewajiban. Deitiana (2009) menyatakan bahwa semakin besar rasio ini maka kewajiban perusahaan semakin besar dan rasio yang semakin rendah menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi kewajiban perusahaan maka kemampuan perusahaan dalam membayar dividen menurun. Sebaliknya, semakin rendah kewajiban perusahaan maka kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen meningkat. Peningkatan kewajiban akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang diterima pemegang saham karena pembayaran kewajiban lebih diutamakan daripada pembagian dividen (Marlina dan Danica 2009). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha5 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Collateral Asset dan Kebijakan Dividen Fauz dan Rosidi (2007) menyatakan bahwa collateral asset 145 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aset ketika memberi pinjaman kepada perusahaan. Perusahaan yang memiliki collateral asset yang tinggi akan mengurangi konflik kepentingan antara kreditor dan pemegang saham sehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar, sebaliknya apabila collateral asset perusahaan rendah maka akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan kreditor karena kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah besar karena takut piutang mereka tidak dibayar (Wahyudi dan Baidori 2008). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha6 : Collateral Asset berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Dividen Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan common share oleh pihak manajemen perusahaan (Fauz dan Rosidi 2007). Manajer memperoleh kesempatan untuk ikut terlibat dalam kepemilikan saham sehingga diharapkan manajer menghasilkan kinerja yang baik sehingga mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Penetapan dividen yang rendah disebabkan karena manajer memiliki harapan untuk melakukan investasi di masa mendatang dengan menggunakan sumber dana internal (Nuringsih 2005). Menurut Dewi (2008), apabila sebagian pemegang saham lebih 146 November 2014 menyukai dividen tinggi maka akan menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, jika kepemilikan manajerial tinggi maka akan terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer sehingga tidak diperlukan peningkatan dividen. Nuringsih (2005) menyatakan bahwa pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah perusahaan melakukan pembayaran dividen yang tinggi. Karena pembayaran dividen yang tinggi akan memberikan performance yang bagus dan meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor sehingga mudah untuk melakukan emisi saham baru. Jika perusahaan menambah saham baru, manajer sebagai pemegang saham lama mendapat pre-emptive right sehingga berpeluang untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya. Tetapi di sisi lain hal tersebut menyebabkan perusahaan memiliki laba ditahan rendah sehingga bila perusahaan ingin melakukan ekspansi akan memerlukan pendanaan dari pihak eksternal yang biayanya cenderung mahal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha7 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen Menurut Fauz dan Rosidi (2007) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak institusi, seperti perusahaan lain atau bank. Biasanya institusi tersebut dapat menguasai ISSN: 1410 -9875 mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan pemegang saham lain. Terdapat pendapat yang berbeda mengenai tujuan investor institusional dalam menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Menurut Crutchley et al. (1999), semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi biaya keagenan, sehingga perusahaan cenderung memberikan dividen yang lebih rendah. Investor institusional lebih menyukai perusahaan menginvestasikan kembali labanya untuk investasi jangka panjang dibandingkan membagikan dividen dengan jumlah besar. Hal ini dikarenakan investor institusional mempunyai horizon investasi yang secara umum berjangka panjang dan hal ini berbeda dari tujuan investor pada umumnya (Djumahir 2009). Namun menurut Vidyantie dan Handayani (2006), investor institusional mungkin lebih tertarik untuk melakukan kontrol yang ketat dan menghasilkan dividen yang tinggi dengan cara memiliki saham perusahaan tersebut. Menurut Pribadi dan Sampurno (2012), sistem kepemilikan institusional sebuah perusahaan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam setiap periode, karena mungkin saja keputusan yang diambil didasarkan kemauan dari pihak institusional yang mempunyai kepemilikan lebih besar. Jika kepemilikan institusional besar, maka akan lebih memilih untuk mengalokasikan laba perusahaan dalam bentuk dividen dengan persentase yang stabil. Anwar Harsono Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha8 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen METODA PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011. Penelitian ini mengambil sampel berupa perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2011. Pemilihan sampel menggunakan metoda purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan. Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari www.idx.co.id. Kebijakan dividen adalah keputusan manajemen perusahaan terhadap besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan. Kebijakan dividen diukur dengan menggunakan dividend payout ratio (Marlina dan Danica 2009). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Menurut Marlina dan Danica (2009) dividend payout ratio diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham, formulasinya sebagai berikut: 147 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 DPR= Dividen kas per lembar saham Laba yang diperoleh per lembar saham Return on equity mengukur pengembalian yang diperoleh oleh pemegang saham biasa dalam investasi suatu perusahaan (Gitman 2012). Pada umumnya ROE yang ROE= Earning per share mengukur laba bersih yang diperoleh setiap pemegang saham biasa (Kieso et al. 2007). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Earning per share menunjukkan laba perusahaan yang dialokasikan ke tiap saham perusahaan yang beredar di masyarakat (Adil et al. 2011). Earning per share dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut: Net Income - Preference Dividends Number of shares of common stock outstanding Size menggambarkan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan log natural dari total asset perusahaan (Vidyantie dan Handayani 2006). Size = Ln TA Cash Position= DER= Dimana Ln TA : Log Natural Total Assets Cash position dihitung dengan membandingkan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (Marlina dan Danica 2009). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Formulasinya sebagai berikut: Saldo kas akhir Laba bersih setelah pajak Debt to Equity Ratio menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri 148 lebih tinggi , lebih baik untuk pemegang saham. Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Return on equity dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut: Earning available for common stockholder Common stock equity Dimana : Earning available for common stockholders: Net income – Preferred dividend EPS= November 2014 (Marlina dan Danica 2009). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Formulasinya sebagai berikut: Total hutang Total modal sendiri ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Collateral Asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman (Fauz dan Rosidi 2007). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Menurut Pujiastuti (2008) collateral asset diukur dari rasio aset tetap netto (net fixed assets) terhadap total aset. Formulasinya sebagai berikut: Collateral asset= Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan common share oleh pihak manajemen perusahaan (Fauz dan Rosidi 2007). Skala yang digunakan merupakan skala nominal. Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial yaitu 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial (Ismiyanti dan Hanafi 2003). adalah Kepemilikan kepemilikan institusional saham oleh Kepemilikan institusional = b3X3 + b4X4 pihak institusi, seperti perusahaan lain atau bank (Fauz dan Rosidi 2007). Skala yang digunakan merupakan skala rasio. Pengukuran variabel kepemilikan institusional menggunakan persentase saham yang diperoleh dari jumlah saham institusional dan kepemilikan oleh blockholder dibagi dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar (Ismiyanti dan Hanafi 2003). Kepemilikan oleh blockholder adalah kepemilikan individu atau atas nama perorangan di atas 5% tetapi tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial (Ismiyanti dan Hanafi 2003). saham institusional + kepemilikan blockholder jumlah saham yang beredar Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression) dalam pengujian hipotesisnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui Y = a + b1X1 + b2X2 + Fixed Assets Total Assets + b5X5 + Dalam hal ini, Y = Kebijakan Dividen (DPR) a = Konstanta X1 = Return on Equity (ROE) X2 = Earning per Share (EPS) X3 = Size (SIZE) X4 = Cash Position (CP) X5 = Debt to Equity Ratio (DER) X6 = Collateral Asset (COLLATERAL) bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. b6X6 + b7X7 + b8X8 + e X7 = Kepemilikan (INSIDE) X8 = Kepemilikan (INST) e = Error Term Manajerial Institusional 149 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011) statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness. Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,072 dimana nilainya lebih besar dari tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hal ini menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal. Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat variabel yang mengalami multikolonieritas. Berdasarkan tabel 5, nilai sig lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 6, menunjukan nilai sig. res_2 sebesar 0,935 yang lebih besar dari 0,05. Berarti model penelitian tidak mengalami masalah autokorelasi. Berdasarkan tabel 7, nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,556. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen adalah kuat karena nilai R lebih dari 0,5. Nilai Adjusted R Square pada tabel 8 sebesar 0,264 yang menunjukan bahwa 26,4% variansi variabel kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variansi dari delapan variabel independen, yaitu return on equity, earning per share, size, cash position, debt to equity ratio, collateral asset, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya 150 November 2014 73,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai F adalah sebesar 6,873 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai sig pada tabel diatas lebih rendah daripada α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan adalah layak dan tepat. Tabel 10 menunjukkan return on equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,130. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukan Ha1 gagal diterima, artinya return on equity tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh karena return yang tinggi tidak menjamin perusahaan akan menaikkan jumlah dividen yang akan dibagikan, bisa saja digunakan untuk ekspansi perusahaan. Biasanya manajer hanya menaikkan dividen saat sudah yakin bahwa laba yang diperoleh dapat dipertahankan oleh perusahaan (Rahmawati dan Akram 2007). Hasil uji t menunjukkan earning per share (EPS) berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha2 berhasil diterima, artinya earning per share berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Earning per share menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dialokasikan ke tiap saham perusahaan yang beredar di masyarakat (Adil et al. 2011). Semakin besar nilai EPS menunjukkan semakin besar ISSN: 1410 -9875 pengembalian yang diterima oleh tiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Hasil uji t menunjukkan size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,119. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha3 gagal diterima, artinya size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena bervariasinya preferensi investor. Investor yang memilih saham perusahaan besar cenderung menginginkan tingkat laba yang stabil, tetapi perusahaan besar umumnya tidak bisa menghasilkan profitabilitas yang besar karena walaupun laba yang dihasilkan besar tetapi modal yang digunakan juga besar. Oleh karena itu, investor yang melihat tingkat profitabilitas cenderung memilih saham perusahaan kecil (Rahmawati dan Akram 2007). Hasil uji t menunjukkan cash position tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,533. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha4 gagal diterima, artinya cash position tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Cash position tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena kas yang ada pada neraca perusahaan merupakan aset likuid yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan bagi perusahaan (Witantra dan Arifah 2013). Hasil uji t menunjukkan debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan Anwar Harsono dividen dengan tingkat signifikan 0,131. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha5 gagal diterima, artinya debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dikarenakan pihak manajemen tidak hanya memperhatikan kepentingan kreditor dengan melunasi kewajibannya tetapi juga kepentingan pemegang saham dengan membayarkan dividen (Arilaha 2009). Hasil uji t menunjukkan collateral asset tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,657. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha6 gagal diterima, artinya collateral asset tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Collateral asset tidak berpengaruh terhadap dividen yang dibayarkan karena aset yang dijaminkan tersebut berupa aset tetap yang bersifat tidak liquid, sehingga bukan merupakan sumber dana untuk pembayaran dividen. Hasil uji t menunjukkan kepemilikan manajerial (INSIDE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,960. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan gagal diterima, artinya Ha7 kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil uji t menunjukkan kepemilikan institusional (INST) berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan tingkat signifikan 0,012. Nilai tersebut lebih kecil 151 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 dari tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan Ha8 berhasil diterima, artinya kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Menurut Vidyantie dan Handayani (2006), investor institusional mungkin lebih tertarik untuk memiliki saham perusahaan dengan melakukan kontrol yang ketat untuk menghasilkan dividen yang tinggi. PENUTUP Return on equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Akram (2007), Deitiana (2009) dan Adil et al. (2011). Earning per share (EPS) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2009), Adil et al. (2011) serta Witantra dan Arifah (2013) dan Darminto (2007). Size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Adil et al. (2011), Nuringsih (2005), Suwaldiman dan Aziz (2006) serta Rahmawati dan Akram (2007). Cash Position (CP) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Witantra dan Arifah (2013). Debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina dan Danica (2009), Deitiana (2009), Arilaha (2009), Suharli (2006) serta Putri dan Nasir (2006). 152 November 2014 Collateral asset (COLLATERAL) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2008). Kepemilikan manajerial (INSIDE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Baidori (2008), Suwaldiman dan Aziz (2006), Fauz dan Rosidi (2007), serta Ismiyanti dan Hanafi (2003). Kepemilikan institusional (INST) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dan Sampurno (2012), Dewi (2008), Putri dan Nasir (2006), Han et al. (1999) serta Short et al. (2002). Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan selama 4 tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai 2011, peneliti hanya menggunakan delapan variabel independen, masih terdapat variabel independen lainnya yang diduga dapat mempengaruhi variabel dependen dan penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitian. Dari keterbatasanketerbatasan yang ada pada penelitian ini, maka peneliti ingin memberikan rekomendasi yaitu penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian sehingga lebih mencerminkan kondisi jangka panjang, penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan informasi ISSN: 1410 -9875 eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar dan lain lain sehingga dapat lebih menyempurnakan model dividen dan penelitian selanjutnya Anwar Harsono dapat memperluas obyek penelitian seperti perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. REFERENSI Adil, C. M., Nousheen Zafar, dan Noman Yaseen. 2011. Empirical Analysis of Determinants of Dividend Payout: Profitability and Liquidity. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research Business, May, Vol.3, No.1, hlm. 289-300. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney., dan Thomas A. William. 2011. Statistic for Business and Economics. 11th edition. South western : Cencage Learning. Arilaha, Muhammad Asril. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Januari, Vol.13, No. 1, hlm. 78-87. Crutchley, Claire E., Marlin R.H. Jensen, John S. Jahera, Jr., dan Jennie E. Raymond. 1999. Agency Problems and The Simultaneity of Financial Decision Making The Role of Institutional Ownership. International Review of Financial Analysis 8:2, hlm. 177-197. Darminto. 2007. Factors Influencing Dividend Policy. Jurnal Administrasi Bisnis, Desember, Vol.1, No.2, hlm.110-122. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. April, Vol. 11, No. 1, hlm. 57-64. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April, Vol. 10, No. 1, hlm. 47-58. Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Peusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, September, Vol. 11, No. 2, hlm. 144-153. Fauz, Achmad, dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Juni, Vol. 8, No. 2, hlm. 259-267. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, L. J., Chad. J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. Pearson. Han, Ki C., Suk Hun Lee, dan David Y. Suk. 1999. Institutional Shareholder and Dividends. Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 12, No. 1, hlm. 53-62. 153 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Ismiyanti, Fitri, dan Mamduh M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober, hlm. 260-277. Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October, Vol. 3, No. 4, hlm. 305-360. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting. 12 edition, USA: Willey International Edition. Marlina, Lisa, dan Clara Danica. 2009. Analisa Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, Januari , hlm. 1-6. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli- Desember, Vol. 2, No. 2, hlm. 103-123. Pribadi, Anggit Satria, dan R. Djoko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportuniy, Ownership, dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio. Dipenogoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-11. Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 14, No.1, hlm. 714. Pujiastuti, Triani. 2008. Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Mei, Vol. 12, No. 2, hlm. 183-197. Purwanti, Dwi, dan Peni Sawitri. 2011. Dampak Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Februari, Vol. 3, No.2. Putra, I Nyoman Nugraha Ardana. 2006. Analisis Biaya Keagenan Terhadap Kebijakan Dividen pada Peusahaan Manafaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi, Desember, Vol. 5, No. 2, hlm. 3747. Putri, Imanda Firmantyas, dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus, hlm. 1-25. Rahmawati, Intan, dan Akram. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan-Perusahaan di BEJ Periode 2002-2004. Jurnal Riset Akuntansi, Juni, Vol. 6, No. 1, hlm. 31-44. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business. West Sussex: John Willey and Sons Ltd. 154 ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Short, Helen, Hao Zhang, Kevin Keasey. 2002. The Link Between Dividend Policy and Institutional Ownership. Journal of Corporate Finance 8, hlm. 105-122. Suharli, Michell. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ periode 2002-2003). Jurnal Maksi, Vol.6, Agustus, No.2, hlm. 243-256. Suwaldiman, dan Ahmad Aziz. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Resiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Januari, Vol. 8, No. 1, hlm. 53-64. Vidyantie, Deasy Nathalia, dan Ratih Handayani. 2006. The Analysis of The Effect of Debt Policy, Institutional Investor, Business Risk, Firm Size and Earning Volatility to Managerial Ownership Based in Agency Theory Perspective. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 8, No. 2, April, hlm.1933. Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Assets dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 3, Desember, hlm. 474-482. Witantra, Gemilang Padma, dan Dista Amalia Arifah. 2013. Analisis Kebijakan Dividen di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Juli, Vol.15, No.2, hlm. 131-142 155 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Sampel per Tahun Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI sejak 109 tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2011 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (1) keuangan setiap tanggal 31 Desember Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan (12) keuangan dalam mata uang rupiah Perusahaan yang tidak memiliki earning after tax (36) positif secara berturut-turut selama periode (0) pengamatan. Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional secara konsisten selama periode pengamatan. Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara (27) berturut-turut selama periode pengamatan Jumlah perusahaan dan data yang digunakan 33 Sumber: Data yang dikumpulkan Kriteria Sampel Total Sampel 436 (4) (48) (144) (0) (108) 132 Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif N Minimun DPR 132 0,0433145 ROE 132 0,0315145 EPS 132 7 SIZE 132 24,8502035 CP 132 0,0331229 DER 132 0,1041224 COLLATERAL 132 0,0507145 INSIDE 132 0 INST 132 0,322 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM Maximum 1,4216662 3,2318996 24074 32,6648585 5,8480832 18,3023994 0,73132227 1 0,99 19.0 Mean Std. Deviation 0,4796534 0,2659051 2002,631515 28,2925194 1,4343086 0,9346223 0,3236288 0,48 0,7239243 0,3026412 0,3301529 4033,925223 1,6231012 1,1627803 1,8246371 0,1585979 0,501 0,1807192 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Residual Asymp. Sig.(2-tailed) Unstandardized Residual 0,072 Sumber : Pengolahan data SPSS IBM 19.0 156 ISSN: 1410 -9875 Anwar Harsono Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas Tolerance VIF Variabel ROE 0,529 1,889 EPS 0,557 1,795 SIZE 0,876 1,141 CP 0,749 1,334 DER 0,803 1,246 COLLATERAL 0,795 1,258 INSIDE 0,794 1,260 INST 0,831 1,204 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1 Variabel Return on equity Earning per share Size Cash position Debt to equity ratio Collateral asset Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Sumber: Pengolahan data SPSS IBM Sig. 0,8 0,619 0,176 0,622 0,223 0,807 0,995 0,156 19.0 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Model 1 Sig. Variabel Res_2 0,935 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) R Model 1 0,556 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 157 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 2 November 2014 Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Adjusted R Square Model 1 0,264 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 Tabel 9 Hasil Uji F Sig Model F 1 6,873 0,000 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 Tabel 10 Hasil Uji t B Sig No Variabel 1 (Constant) -0,508 0,263 2 ROE 0,144 0,130 3 EPS 0,000027 0,00048 4 SIZE 0,023 0,119 5 CP 0,014 0,533 6 DER -0,021 0,131 7 COLLATERAL -0,071 0,657 8 INSIDE -0,003 0,960 9 INST 0,352 0,012 Sumber: Pengolahan data SPSS IBM 19.0 158