BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 CAPITAL
Perusahaan yang sedang berkembang selalu berada dalam pencarian terhadap modal
baru, baik melalui instrumen hutang (debt) atau kepemilikan (equity). Jika modal baru diperboleh
perusahaan melalui hutang, berarti perusahaan menerbitkan instrumen hutang(debt instrument)
sedangkan jika perusahaan mendapatkan tambahan modalnya dengan menjual sebagian
kepemilikannya (equity) dalam bentuk saham, maka perusahaan dikatakan melakukan equity
financing. Baik debt instrument maupun equity instrument merupakan aset finansial (financial
asset) jika jangka waktu dari sejak diterbitkan sampai jatuh temponya melebihi satu tahun maka
instrumen tersebut disebut sebagai instrumen jangka panjang, dan diperdagangkan dalam suatu
pasar yang disebut capital market.
Sebelum masuk kepenjelasan mengenai debt atau equity sebagai alat untuk memperoleh
modal jangka panjang terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian financial asset
kemudian baru akan dijabarkan secara terperinci masing-masing instrumen serta jenis yang dapat
dipilih perusahaan sebagai alternatif bagi pendanaan jangka panjangnya.
II.1.1 Financial Asset
Sebuah asset secara garis besar adalah sesuatu yang kita miliki dimana terdapat nilai
untuk ditukarkan. Aset terbagi menjadi dua, tangible dan intangible asset. Tangible asset
merupakan aset yang nilainya tergantung pada benda yang sifatnya nyata, contohnya adalah
bangunan, tanah atau mesin-mesin. Sedangkan intangible asset mewakili kepemilikan terhadap
suatu keuntungan dimasa yang akan datang, nilainya tidak berhubungan dengan bentuk atau sifat
fisiknya, contohnya adalah surat-surat berharga yang dikategorikan sebagai financial instrument,
dapat ditegaskan bahwa financial instrument merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya
asset keuangan (financial asset) bagi suatu entitas dan kewajiban keuangan bagi entitas lainnya.
Seseorang atau sebuah badan yang telah setuju untuk melakukan sejumlah pembayaran atau
kewajiban dimasa yang akan datang disebut issuer (penerbit) dari financial instrument.
Sedangkan pemilik dari financial asset dalam bentuk financial instrument disebut sebagai
investor.
Financial instrument dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu jangka panjang dan jangka
pendek. Financial instrument yang memiliki masa jatuh tempo kurang dari satu tahun
dikategorikan sebagai instrumen jangka pendek. Sedangkan financial instrument yang memiliki
masa jatuh tempo yang lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai instrumen jangaka panjang.
Hak yang dimiliki oleh pemilik financial instrument dapat berupa sejumlah uang tertentu
(fixed) atau variatif (residual), peminjaman untuk pembelian mobil merupakan contoh dari debt
instrument yang pembayarnya dilakukan dalam jumlah yang pasti (fixed). Sedangkan residual
atau hak atas kekayaan (equity claim) mengharuskan issuer dari financial instrument untuk
membayar pemilik aset tersebut sejumlah uang yang didasarkan pada pendapatan jika ada kepada
pemegang hak atas kekayaan, saham merupakan sebuah contoh equity claim.
Masalah yang mendasar dalam menejemen keuangan perusahaan adalah menentukan
jumlah dan jenis-jenis surat berharga (jangka panjang atau jangka pendek) untuk digunakan
sebagai sumber pendanaan. Sebagai tambahannya perusahaan juga harus menentukan rasio dari
surat-surat berharga tersebut antara debt dan equity, untuk memperoleh biaya modal yang
optimal. Dari sisi pandang perusahaan. risiko tersebut berkaitan dengan kewajiban perusahaan
untuk membayar hutangnya pada saat jatuh tempo, karena jika tidak dilakukan sesuai perjanjian
perusahaan akan dinyatakan pailit. Sebaliknya meningkatnya jumlah peserta dalam equity
perusahaan akan menurunkan prersentase pendapatan dari net profit yang diperoleh perusahaan
bagi pemegang saham terdahulu, dan menurunkan kontrol dalam menejemen perusahaan. Tetapi
pada saat yang sama akan menurunkan risiko karena perusahaan tidak berkewajiban untuk
membayar equity instrument sejumlah uang tertentu yang tetap, dan biasanya instrumen ini tidak
memiliki masa jatuh tempo.
II.1.2. Instrumen-instrumen dalam Capital Market
Berikut instrumen- instrumen dalam Capital Market:
1. Equity Instrument
Jika perusahaan melakukan pembiayaan melalui equity financing maka perusahaan akan
menerbitkan suatu equity instrument untuk dijual yang disebut equity securities. Equity securities
tersebut akan mewakili sejumlah kepemilikan terhadap perusahaan dalam bentuk saham.
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1995 mengenai perseroan
terbatas disebutkan bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Jadi
pada dasarnya setiap perusahaan perseroan melakukan equity financing, karena setiap perseroan
menerbitkan saham.
Terdapat dua jenis equity securities, yaitu saham biasa atau common stock dan saham
preferen atau preferred stock. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah tingkat
prioritas terhadap pembagian pendapatan dan modal perusahaan. Keterangan mengenai masingmasing jenis equity securities akan diuraikan di bawah ini:
a. Saham Biasa (Common Stock)
Salah satu sumber dana yang pertama bagi perusahaan adalah saham biasa, atau, jika
perusahaan membentuk nonperseroan terbatas (unincorporated firms), sumber dananya
adalah setoran awal para mitra bisnis. Jadi pada dasarnya setiap perusahaan
mengeluarkan saham biasa. Saham biasa merupakan surat berharga yang mewakili
kepemilikan terhadap perusahaan dan memiliki kontrol terbesar terhadap menejemen
perusahaan. Saham biasa merupakan surat berharga terakhir yang memiliki hak terhadap
pendapatan perusahaan, seperti juga hak terakhir terhadap asset perusahaan jika
perusahaan dilikuidasi. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan misalnya, maka
pemegang surat-surat berharga lainnya yang diterbitkan perusahaan, seperti obligasi,
akan mendapatkan haknya terlebih dahulu terhadap aset perusahaan. Jadi keuntungan
yang dimiliki oleh pemegang saham biasa hampir semata-mata didasari atas naiknya
nilai perusahaan (value of the firm) disamping dividen yang dikeluarkan perusahaan yang
bernilai keci.
Jenis saham biasa, yaitu:
a) Berklasifikasi
Saham biasa berklasifikasi digunakan secara luas pada sekitar tahun 1920. Dalam
undang – undang Republik Indonesia no. 1 tahun 1995 mengenai perseroan terbatas
dikatakan bahwa anggaran dasar dapat menetapkan suatu kasifikasi saham atau lebih.
Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak
yang sama. Saham berkalsifikasi A adalah saham tanpa hak suara sedangkan saham
klasifikasi B berhak suara. Jadi pemegang saham dapat menjual saham klasifikasi A
sebanyak-banyaknya dan tetap menahan saham klasifkasi B. cara tersebut
memungkinkan pemilik saham terdahulu untuk tetap memegang kendali perusahaan.
b) Saham Pendiri
Saham pendiri hampir sama dengan saham klasifikasi B, kecuali bahwa saham
tersebut memiliki hak suara tunggal dan biasanya tidak memperoleh pembagian
dividen selama beberapa tahun. Jadi para pengelola perusahaan mampu
mengoprasikan perusahaanya secara penuh selama masa pertumbuhan awal. Dipihak
lain, para investor lainya juga terlindungi dari kemungkinan penarikan dana secara
besar-besaran oleh pemilik perusahaan.
Evaluasi saham biasa sebagai sumber dana.
Saham biasa akan dinilai baik dari sudut pandang emiten (penerbit) maupun
dari sudut pandang masyarakat umum (sebagai investor)
Dilihat dari sudut pandang emiten, saham biasa memiliki keunggulan-keunggulan
sebagai berikut:
a. Saham biasa tidak member dividen tetap. Jika perusahaan memperoleh laba,
pemegang saham biasa akan memperoleh dividen. Tetapi perusahaan tidak
diharuskan menurut hukum untuk selalu membayar dividen kepada pemegang
saham biasa.
b. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo
c. Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas rugi yang diderita
para kreditornya, maka penjualan saham biasa dapat meningkatkan kredibilitas
perusahaan
d. Pengembalian yang diperoleh dari saham biasa dalam bentuk keuntungan modal
merupakan obyek tarif pajak penghasilan rendah, bandingkan dengan tarif efektif
atas bunga hutang
Adapun kelemahannya adalah:
a. Saham biasa memberikan hak memperoleh laba kepada pemiliknya, pembiayaan
oleh hutang memungkinkan perusahaan memanfaatkan dana dengan biaya tetap.
b. Jika perusahaan memiliki saham yang lebih banyak atau hutang yang lebih sedikit
diukur dari kebutuhan dalam struktur modal optimal, biaya modal rata-rata akan
lebih mahal disbanding biaya rata-rata yang wajar.
c. Dividen saham biasa tidak bisa digolongkan sebagai beban perusahaan untuk
kepentingan perpajakan, sedangkan obligasi tergolong biaya.
Dilihat dari sudut pandang masyarakat, saham biasa merupakan bentuk
pembiayaan yang disenangi karena akan membuat perusahaan (sebagai sektor utama
dari perekonomian) kurang terpengaruh oleh kemerosotan penjualan atau laba, karena
pembiayaan melalui saham biasa tidak melibatkan biaya-biaya tetap padahal biaya
tetap dapat menyebabkan perusahaan yang sedang goncang mudah mengalami
kepailitan.
b. Saham Preferen (preferred stock)
Saham preferen memiliki klaim dan hak diatas hak dari klaim saham biasa, tetapi
dibawah obligasi. Keistimewaanya saham ini terletak dalam klaim atas laba perusahaan,
klaim atas aktiva jika perusahaan mengalami likuidasi, atau posisi yang lebih istimewa
dalam hal laba dan aktiva perusahaan
Beberapa ketentuan dalam saham preferen yang tidak mutlak, antara lain:
a) Hak suara (voting rights)
Kadang-kadang pemegang saham preferen diberi hak suara untuk memilih dewan
direksi perusahaan
b) Hak untuk berpartisipasi
Mesikpun jarang, ada jenis saham preferen tertentu yang dapat berpartisipasi bersama
saham biasa dalam hal pembagian laba perusahaan.
c) Fasilitas opsi tarik (call provision)
Fasilitas opsi tarik member perusahaan emiten hak untuk menebus kembali jika hak
tersebut digunakan, perusahaan diharuskan untuk membayar jumlah yang lebih besar
dari nominal yang tersurat dalam sertifikat saham
d) Jatuh tempo (maturity)
Kebanyakan saham preferen tidak pernah ada masa jatuh temponya, yaitu kapan
saham tersebut harus ditebus kembali. Tetapi jika disediakan dana cadangan
pelunasan hutang dalam sertifikat akan dicantumkan tanggal jatuh temponya.
Evaluasi saham preferen
Evaluasi terhadap keunggulan dan kelemahan saham preferen akan dilakukan
baik dari sudut pandang emiten maupun dari sudut pandang masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang emiten keunggulan dari saham preferen adalah sebagai
berikut:
a) Berlawanan dengan obligasi perusahaan tidak terikat untuk membayar dividen saham
preferen
b) Sebuah perusahaan yang ingin memperluas usahanya karena tingkat labanya cukup
tinggi dapat memberikan laba yang lebih tinggi bagi pemilik pertama, dengan
menjual saham preferen, dengan hasil pengembalian yang terbatas daripada dengan
menjual saham biasa.
c) Bentuk saham preferen mengijinkan perusahaan untuk menghargai pemegang saham
preferen dalam pengendalian perusahaan melalui hak suara.
d) Dalam menerbitkan saham preferen perusahaan tidak wajib untuk menyediakan dana
cadangan pelunasan hutang karena biasanya saham preferen tidak memiliki masa
jatuh tempo
Adapun kelemahannya sebagai berikut:
a) Pada umumnya saham preferen harus dijual dengan tarif yang lebih tinggi dibanding
obligasi
b) Seperti dalam saham biasa dividen yang dibayarkan kepada pemilik saham preferen
tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pendapatan perusahaan.
Sedangkan dari pandangan masyarakat saham preferen memiliki keunggulan
sebagai berikut:
a) Saham preferen memberikan hasil yang relatif lebih stabil dibandingkan saham biasa
b) Dalam kasus likuidasi, pemegang saham preferen lebih diprioritaskan dibanding
pemegang saham biasa
c) Banyak perusahaan yang lebih senang menginvestasikan uangnya kedalam saham
preferen karena sekitar 85% dari dividen yang dihasilkan tidak terkena pajak
Adapun kelemahannya sebagai berikut:
a) Hasil yang diperoleh sangat terbatas dibanding dengan saham biasa
b) Para pemegang saham preferen tidak memiliki hak paksa atas dividen
2. Debt Instrument
Alternatif kedua yang dapat diambil sebagai pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan
adalah menerbitkan debt securities atau surat berharga yang merupakan surat hutang dan disebut
sebagai debt instrument. Perusahaan yang menerbitkan debt securities sebagai sumber
pendanaanya dikatakan melakukan debt financing atau pembiayaan dengan hutang. Debt
securities merupakan instrumen yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran
terhadap pemilik surat berharga tersebut sejumlah uang tertentu sampai pada batas waktu
tertentu, yang dinamakan maturity date atau waktu jatuh tempo
Dibawah ini akan dibahas secara khusus mengenai satu jenis pembiayaan jangka panjang
yang paling sering digunakan perusahaan, dengan hasil tetap yaitu obligasi (bonds)
Obligasi adalah instrumen keuangangan jangka panjang yang menyatakan bahwa perusahaan
berhutang sejumlah nilai yang tercantum dan menjanjikan pemegangnya pembayaran bunga
yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Beberapa istilah dalam obligasi yang perlu diketahui adalah:
•
Par value adalah nilai nominal pada obligasi yang harus dibayar oleh perusahaan kepada
pemegang obligasi, nilai ini adalah nilai yang tercantum pada obligasi.
•
Maturity date adalah waktu yang dijanjikan oleh penerbit untuk membayar kembali
hutangnya.
•
Coupon adalah bunga yang dijanjikan penerbit obligasi untuk dibayarkan dalam periode
waktu yang tertentu.
•
Privilege adalah hak-hak istimewa yang dapat diperoleh seorang pemegang obligasi,
yang antara lain ialah : call privilege adalah hak perusahaan penerbit obligasi untuk
membeli kembali obligasi yang sudah beredar dengan harga yang sudah ditentukan
terlebih dahulu.
•
Convertibility adalah hak untuk menukarkan obligasi dengan saham yang harganya sudah
ditentukan terlebih dahulu.
Jenis-jenis obligasi lainnya, sebagai berikut:
Pada dasarnya obligasi yang sudah dijelaskan diatas adalah obligasi biasa yang umum
dipergunakan. Ada beberapa jenis obligasi lain yang merupakan pengembangan dari obligasi
dengan coupon yang biasa. Macam-macam obligasi lain yang juga dikenal misalnya:
•
Zero coupon bonds ( obligasi tanpa kupon)
Merupakan oblgasi yang mengharuskan penerbitnya untuk membayar sejumlah uang
seperti yang tertera pada obligasi saat obligasi itu jatuh tempo. Perbedaanya dengan
obligasi biasa ialah obligasi jenis ini tidak memberikan coupon secara berkala seperti
obligasi biasa. Ada dua cara yang digunakan dalam transaksi obligasi tanpa bunga ini.
Pertama, perusahaan membayar bunga bersama-sama dengan pembayaran hutang
pada saat jatuh tempo pembayaran. Kedua, investor hanya diharuskan membayar
sebesar present value dari nilai obligasi pada saat jatuh tempo
•
Floating – rate bonds (obligasi dengan tingkat bunga mengambang)
Merupakan obligasi yang diterbitkan dengan tingkat bungan yang disesuaikan dengan
kondisi pasar. Tingkat bunga ditentukan dengan menambahkan nilai tertentu kepada
tingkat bunga pasar. Tingkat bunga yang biasa dipakai sebagai tingkat bunga dasar
pada pasar internasional adalah London interest bid and offer rates (LIBOR) atau
Singapore bid and offer rate (SIBOR)
•
Income bonds (obligasi berdasarkan pendapatan)
Sama dengan obigasi jenis yang lain hanya saja pembayaran bunga dikaitkan dengan
pendapatan yang diperoleh perusahaan penerbit. Perusahaan memiliki kewajiban
membayar bunga hanya apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan
dapat diperoleh kedua belah pihak. Bagi penerbit berarti pembayaran bunga hanya
dilakukan bila perusahaan mampu membayar, sehingga risiko bangkrut dapat
dihindari. Sedangkan bagi investor perlakuan yang diterima lebih baik daripada
saham preferen maupun saham biasa.
•
Indexed bonds
Merupakan obligasi yang dikaitkan dengan nilai indeks tertentu, seperti inflasi.
Penerbit menambahkan premi tertentu terhadap inflasi sehingga investor memperoleh
nilai riil yang tetap dari obligasi yang dibelinya. Dengan cara ini investor dapat
terhindar dari risiko perubahan nilai uang. Selain inflasi yang digunakan sebagai
indeks, dapat pula digunakan indeks harga yang lain sesuai kebijakan perusahaan.
•
Extendable bonds(obligasi yang dapat diperpanjang)
Dengan obligasi ini investor dapat, menghindari kewajiban memegang obligasi untuk
jangka waktu yang panjang padahal misalnya obligasi ini sudah tidak menarik lagi
bagi investor. Obligasi ini merupakan obligasi yang diperpanjang setiap jangka waktu
tertentu misalnya1 sampai 5 tahun. Setiap habis waktunya investor dapat memilih
untuk mengembalikan atau memperpanjang kembali obligasinya sampai jatuh tempo.
•
Exchangeable bonds (obligasi yang dapat ditukarkan)
Merupakan obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengkonversi
obligasi tersebut kedalam sejumlah saham biasa dari perusahaan penerbit yang
besarnya telah ditetapkan sebelumnya. Exchanable bonds dapat pula menjamin
pemegangnya hak untuk menukarkan obligasinya kedalam saham biasa dari
perusahaan selain perusahaan penerbit obligasi tersebut.
•
Perpetual bonds
Merupakan obligasi biasa yang menerbitkan tingkat bunga tertentu, tetapi tidak
pernah jatuh tempo. Tidak ada perbedaan antara obligasi ini dengan obligasi biasa
kecuali bahwa perpetual bonds mengharuskan perusahaan penerbit membayar
kewajiban seterusnya tanpa batas waktu.
Karakteristik hutang jangka panjang
Dari pandangan para pemegang hutang jangka panjang, risiko dari hutang adalah lebih
kecil dibanding saham biasa atau preferen. Meskipun begitu, hutang dianggap memiliki
keunggulan terbatas dibanding dari segi laba, dan lemah dipandang dari segi pengendalian. Hal
tersebut dapat diperjelas sebagai berikut:
•
Dari segi risiko, hutang dipandang lebih menguntungkan dibanding saham biasa atau
saham preferen karena hutang memberikan prioritas dalam hal laba dan juga dalam
hal likuidasi. Hutang juga memiliki masa jatuh tempo yang pasti
•
Dari segi laba, para pemegang saham memiliki hasil pengembalian tetap, kecuali
dalam kasus income bonds atau surat hutang dengan suku bunga mengambang.
Walaupun demikian pemilik obligasi tidak dapat ikut menikmati laba perusahaan jika
perusahaan memperoleh laba yang besar
•
Dari segi pengendalian, pemegang obligasi biasanya tidak memiliki hak suara.
Meskipun demikian, jika sampai obligasi dinyatakan tidak dapat dibayar, pemegang
obligasi dapat mengambil alih kendali perusahaan
•
Jika perusahaan ingin memberikan dividen kepada pemegang sahamnya, perusahaan
terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan dari para pemegang obligasinya
•
Beberapa obligasi diterbitkan dengan memiliki collateral atau jaminan tertentu.
Collateral merupakan asset khusus dari perusahaan yang diterima oleh pemegang
obligasi juka perusahaan gagal membayar obligasi tersebut. Bentuk dari collateral ini
dapat bermacam-macam, jika perusahaan menyerahkan surat-surat berharga lain yang
dimiliknya sebagai pengganti obligasi yang gagal, maka obligasi tersbut disebut
collateral trust bond. Jika collateral ditetapkan dalam bentuk propeti, obligasi
dinamakan sebagai mortgage bond.
Dari sudut emiten hutang jangka panjang (peminjam hutang), ada beberapa keunggulan dan
kelemahan obligasi. Keunggulannya adalah:
•
Biaya hutang terbatas. Pemegang obligasi tidak ikut menikmati laba perusahaan yang
sedang melambung
•
Tidak hanya biaya saja yang terbatas, tetapi juga hasil yang diharapkan biasanya lebih
rendah dibanding saham biasa
•
Jika digunakan pembiayaan hutang, pemegang obligasi tidak ikut camput dalam
pengendalian perusahaan
•
Pembayaran bunga hutang bisa dikurangi sebagai beban pajak
Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut:
•
Hutang memiliki baya tetap, jika laba perusahaan mengalami kemunduran tajam, untuk
membayar bunga hutang mungkin tidak dapat terpenuhi.
•
Hutang biasanya memiliki tanggal jatuh tempo yang pasti, jadi perusahaan harus
menyediakan dana yang tepat sesuai dengan waktu yang ditetapkan
•
Dengan bertambahnya hutang, tingkat leverage perusahaan semakin tinggi. Hal ini
menurunkan kredibilitas perusahaan
•
Ada batasan sampai seberapa besar perusahaan dapat mengeluarkan surat hutang.
Biasanya standar rasio keuangan yang berlaku umum menentukan suatu rasio hutang
tertentu yang tidak boleh dilampaui
II.2.
COST OF CAPITAL
Menurut Eugine F Brigham dalam bukunya “fundamentals of financial management“
capital adalah faktor produksi yang penting dan seperti halnya faktor produksi lainnya, ada biaya
untuk mendapatkannya, dalam kasus capital yang berasal dari hutang yang sebelumnya sudah
dibahas ada bunga yang harus dibayar oleh perusahaan karena meminjam sejumlah dana.
Sedangkan dalam kasus capital yang berasal dari penyertaan modal, biayanya adalah
pengembalian yang harus dibayarkan kepada investor dalam bentuk dividen dan capital gain
yaitu yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual penyertaan modal
Karena ketersediaan modal di pasar seringkali terbatas maka sering kali alokasinya
tergantung pada harga pasar. Perusahaan dengan investasi yang dinilai profitable akan bersedia
dan mampu memberikan tingkat pengembalian tertinggi, sehingga akan menarik perhatian
investor dari perusahaan lain yang kurang menarik atau perusahaan yang produknya kurang
diperhitungkan di pasar.
Aturan umum yang berlaku bahwa CoC bagi perusahaan kecil cenderung tinggi
dibanding dalam perusahaan yang sudah stabil kondisinya. Ini disebabkan oleh tingginya risiko
pada perusahaan kecil menyebabkan penyedia ekuitas maupun hutang akan meminta tingkat
pengembalian yang tinggi kepada mereka. Menurut Richard A Brealey dan Steward C Myers
dalam principles of corporate finance ,cost of capital bagi sebuah perusahaan adalah rata-rata
tertimbang dari pengembalian yang diharapkan oleh setiap investor ekuitas maupun hutang yang
diterbitkan oleh perusahaan.
II.3.
CAPITAL STRUCTURE
Dikarenakan mahalnya capital bagi perusahaan kecil, sangat penting bagi mereka untuk
menentukan struktur modal yang ditargetkan oleh perusahaan. Berapa porsi ekuitas dan berapa
porsi hutang, ada trade off antara kedua pilihan ini: menggunakan hutang berarti meningkatkan
risiko terkait dengan pendapatan perusahaan sehingga cenderung menarik kebawah harga saham
perusahaan di pasar. Pada saat yang sama hutang juga dapat meningkatkan expected rate of
return, yang cenderung membuat harga saham meningkat. Brigham juga mengatakan bahwa
struktur modal yang optimal adalah yang memberikan keseimbangan antara risiko dan return dan
memaksimalkan harga saham dan secara simultan meminimalisasi cost of capital yang seperti
dikutip pada jurnal penelitian dari Luzi Hail, Christian Leuz yang berjudul “Cost of capital
effects and changes in growth expectations around U.S cross-listings” dimana pada penelitian
tersebut memaparkan pembuktian yang kuat bahwa cross-lsiting atau Interlisting yang dilakukan
pada bursa amerika berpengaruh menekan biaya modalnya setelah mengendalikan proxy
tradisional untuk risiko, analyst forecast bias, dan firm fixed effects menekan biaya modal 70
hingga 120 basis poin.
Keputusan mengenai struktur modal tergantung pada berbagai faktor. faktor pertama
adalah risiko bisnis perusahaan, yaitu risiko berkaitan dengan pilihan bisnis yang digeluti
perusahaan. Perusahaan dalam industri yang berisiko seperti industri dengan teknologi tinggi
memiliki tingkat optimalisasi hutang yang lebih rendah dari perusahaan di industri lain. Faktor
kedua yaitu kewajiban pajak perusahaan. Karena bunga yang dibayarkan atas hutang merupakan
item yang sifatnya mengurangi pajak, menggunakan pendanaan melalui hutang cenderung
terlihat lebih menguntungkan khususnya bagi perusahaan yang menjadi subjek dari pengenaan
tarif yang tinggi dan tidak mampu mencari perlindungan lain bagi pendapatan kena pajaknya.
Faktor ketiga yaitu fleksibilitas keuangan perusahaan, Perusahaan yang mampu mengelola
neraca yang kokoh akan mampu untuk mendapatkan dana dengan syarat yang tidak terlampau
menyulitkan perusahaan terutama pada saat kondisi perekonomian terpuruk. Brigham
menyarankan kepada perusahaan untuk mencadangkan sejumlah dana pinjaman untuk
melindungi disaat yang tidak terlalu menguntungkan.
Secara umum perusahaan yang cenderung memiliki angka penjualan yang stabil, asset
yang bisa menjadi jaminan yang baik untuk mengajukan pinjaman, dan angka pertumbuhan yang
tinggi akan dapat menggunakan hutang lebih banyak dari pada perusahaan yang tidak. Disisi,
lain perusahaan yang dikelola secara konservatif, profitabilitasnya tinggi tetapi rating kredit yang
tidak terlalu baik disarankan untuk mendanai perusahaan dengan ekuitas.
II.3.1. Struktur modal yang baik
Adalah struktur modal yang menghasilkan nilai keseluruhan CoC yang rendah bagi
perusahaan. Apabila CoC rendah berarti nilai diskonto akan tinggi dan pada akhirnya
menghasilkan nilai perusahaan yang tinggi pula. Ini berarti tujuan pengelolaan struktur modal
adalah mendapatkan niali CoC minimum dan nilai perusahaan maksimum. Pilihan antara ekuitas
atau hutang telah membawa perusahaan pada analisis berikut.
II.3.1.1.
Efek Hutang
Pada penerbitan surat hutang, perusahaan akan menanggung biaya langsung yang
lebih rendah dari biaya langsung penerbitan saham. Alasannya adalah:
•
Hutang lebih rendah risikonya dari saham dari kacamata proses penerbitann keduanya
sehingga hutang juga mengandung ekspektasi return yang lebih rendah
•
Pembayaran bunga atas hutang memberikan celah bagi perusahaan untuk
menghindari tingginya pembayaran pajak perusahaan dibanding dividen
Namun hutang memiliki sisi kurang menguntungkan bagi perusahaan yaitu:
1. Perusahaan terkena financial leverage yang mengakibatkan ketidakstabilan dalam
pendapatan. Sebagai contoh, apabila perusahaan seluruhnya dibiayai ekuitas, 10%
penurunan dalam pendapatan operasi akan mengakibatkan 10% penurunan dalam nilai
earning per share. Namun ketika perusahaan dibiayai oleh hutang sekaligus ekuitas,
penurunan 10% tadi akan mengakibatkan penurunan pada EPS lebih besar dari 10%
sebab nilai hutang yang ditanggung oleh perusahaan adalah tetap dan tidak peduli dengan
fluktuasi pendapatan perusahaan. Volatilias inilah yang menyebabkan investor meminta
return yang lebih tinggi apabila perusahaan berhutang. Dengan kata lain, meskipun biaya
langsung menerbitkan surat hutang lebih rendah namun akan langsung ter off-set oleh
risiko dalam pendapatan perusahaan.
2. Kerugian kedua yaitu apabila perusahaan berhutang terlalu banyak maka akan
meningkatkan bankruptcy risk. Pada tingkatan yang wajar, berhutang akan merangsang
pertumbuhan perusahaan tetapi pada tingkat diatas itu justru akan menimbulkan biayabiaya baru yang pada akhirnya akan meingkatkan CoC
Dengan dilema yang dihadapi perusahaan sepert tampak pada pemaparan diatas maka
perusahaan dituntut untuk dapat menentukan formula yang tepat untuk menentukan porsi
hutang dan ekuitas yang tepat guna menekan nilai WACC perusahaan.
II.3.1.2.
Perhitungan WACC
Emery (1997) menyebutkan cost of capital adalah return yang diminta oleh kelompok
investor yang mengambil risiko ketika mereka memutuskan untuk berpartisipasi dalam
proyek
Menurut Gitman (2000) terdapat 3 langkah untuk menghitung cost of capital
1. Hitung nilai dari setiap sumber dana sebagai proporsi dari nilai pasar perusahaan
2. Tentukan required rate of return dari setiap sumber dana tersebut
3. Hitung rata-rata tertimbang dari required return
Beberapa analis keuangan memperoleh bobot yang diperlukan dari neraca dalam
beberapa kasus prosedur ini dinilai cukup mendekati sesuai dengan harga pasar dari equity
dan debt. Dalam kasus lain, market value ternyata lebih diperlukan dibandingkan data-data
keuangan tersebut.
Cost of capital perusahaan berasal dari tingkat return yang diharapkan / diminta oleh
investor dari aset dan kegiatan operasi perusahaan. Karenannya, cost of capital suatu
perusahaan harus didasarkan pada apa yang diinginkan oleh investor ketika mereka
mengeluarkan dananya untuk turut berpartisipasi dalam pembiayaan perusahaan. Bentuk
partisipasi investor adalah berupa pembelian sekuritas perusahaan yang harganya dibeli pada
harga pasar.
Dalam perhitungan yang penulis lakukan, nilai return bagi setiap jenis investor
ditentukan berdasarkan informasi yang terdapat pada penjelasan laporan keuangan
perusahaan dimana nilainya bervariasi ada yang menggunakan acuan ukur nilai SBI, nilai
tingkat suku bunga lima bank BUMN pada saat itu maupun nilai return actual yang
diisyaratkan dalam kontrak antara Telkom dan pihak lain.
Formula untuk mendapatkan nilai WACC ini dikemukakan oleh Brigham, Eugine F
dengan formula sebagai berikut:
WACC = Kd x (1-T) x Wd + Ke x We + Kp x Wp
Keterangan
WACC = Weighted average cost of capital
Wd = Proporsi hutang
Kd = Biaya hutang ( cost of debt )
We = Proporsi Ekuitas
T = Tingkat pajak yang dikenakan
Wp = Proporsi saham preferen
Ke = Biaya modal sendiri ( cost of equity )
Kp = Biaya saham preferen
Pandangan tradisional tentang struktur modal menyatakan bahwa ketika
perusahaan mulai berhutang, manfaat yang didapat perusahaan meningkat mengalahkan
kerugiannya. Karena dengan meningkatkan hutang maka rendahnya cost of debt (relatif
terhadap cost of equity) dan keuntungan pajak akan semakin meningkat dan semakin
menarik ke bawah nilai WACC.
Namun dengan meningkatnya hutang akan meningkatkan pula required rate of
return para pemegang saham sehingga perlaham menarik ke atas nilai cost of equity.
Demikian pula dengan nilai cost of debt sebagai akibat dari meningkatnya risiko
perusahaan seperti risiko bangkrut. Kesimpulannya, pada level hutang yang terlampau
tinggi WACC akan meningkat sehingga seorang manajer harus mampu menahan level
hutang pada porsi yang tepat untuk dapat meminimumkan WACC perusahaannya.
II.4.
Pengembangan Hipotesis
Teori Modiliani dan Miller (MM) (1958)
Dengan asumsi modal sempurna sehingga tidak ada biaya transaksi dan tingkat bunga
pinjaman adalah sama dengan tingkat bunga meminjam dan besarnya pun sama dengan tingkat
bunga pinjaman bebas risiko, pajak diabaikan dan risiko diukur semata dengan volatilitas arus
kas, mereka meyakini bahwa semua perusahaan dengan risiko bisnis dan harapan pendapatan
tahun yang sama, bagaimanapun struktur modal mereka, maka nilainya akan tergantung pada
present value dari operasinya, tanpa peduli bagaimana perusahaan membiayai kegiatan
operasinya tersebut. Tentunya dengan asumsi – asumsi diatas teori tersebut kurang menjelaskan
fenomena yang terjadi pada dunia bisnis nyata. Namun teori yang sama berhasil menjelaskan
bahwa manfaat dari hutang berhasil meniadakan kerugian dari hutang, seperti tampak pada
gambar berikut:
Gambar II.1. Teori Modiliani dan Miller (MM) (1958)
Gambar diatas menjelaskan teori MM yang menyatakan bahwa murahnya biaya hutang
akan tereduksi secara sempurna oleh meningkatnya biaya ekuitas karena kekhawatiran pemegang
saham akan efek dari financial leverage seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sekali lagi MM
menyatakan bahwa struktur modal adalah tidak relevan dalam menentukan nilai perusahaan
shingga tidak ditemukan adanya level hutang yang optimal maupun WACC minimum.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada empat faktor yang
mempengaruhi besarnya CoC dimana keempat faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi.
Gambar II.2. Struktur Pembentuk Biaya Modal
Faktor faktor tersebut adalah:
1. Tingkat risiko pendapatan
2. Tingkat pajak dan perlindungan pajak
3. Kondisi keuangan perusahaan seperti ketersediaan modal kerja dan kemampuan
membayar beban – beban operasi, dan
4. Tingkat bunga di pasar global yang kesemuanya akan menentukan komposisi struktur
modal dan pada akhirnya aka mempengaruhi CoC
Menarik perhatian investor asing
Investor asing cenderung akan meminta return yang tidak setinggi return yang
dimintanya dari perusahaan domestic negaranya. Hal ini dikarenakan investor merasa apa yang
terjadi di negaranya tidak akan mempengaruhi saham perusahaan asing yang menjadi pilihan
investasinya. Untuk menarik perhatian investor asing, perusahaan dapat menetapkan saham
maupun obligasinya di bursa internasional sekaligus meningkatkan visibilitasnya dimata investor
asing tersebut
Meningkatkan likuiditas
Cara lain yang dapat ditempuh perusahaan dalam mempengaruhi CoC nya adalah dengan
menekan besarnya spread pada harga jual dan beli saham perusahaan tersebut. Semakin sempit
spreadnya maka semakin tinggi likuiditasnya, karena lebih mudah memperjualbelikan saham
yang tidak terlalu tinggi nilai spreadnya.
Likuiditas sendiri dipengaruhi oleh dua hal yaitu jumlah investor dan asimetri informasi
antara para spekulan pasar. Besarnya jumlah pemegang saham menunjukan seberapa likuid
saham perusahaan tersebut. Oleh karenanya lebih strategis bagi perusahaan untuk
mendistribuskan saham dan obligasinya secara maksimal meski dengan biaya transaksi yang
lebih tinggi dari pada mengumpulkan sejumlah kecil investor saja demi menghemat biaya
transaksi namun mengabaikan kebutuhan akan likuiditas saham dan obligasi yang telah
diterbitkan.
Sedangkan untuk mengatasi asimetri informasi yang dapat mempengaruhi likuiditas dapat
melakukan kebijakan sebagai berikut:
•
Memperbaiki jumlah dan mekanisme pengungkapan informasi. Ketika perusahaan
sedang berada dalam ketidak pastian disarankan untuk memberikan informasi sebanyakbanyaknya dan seluas – luasnya kepada pasar
•
Tegas menghadapi insider trading. Yaitu dengan bersikap sangat tegas dalam menagani
kasus insider trading tanpa memandang siapapun dalam perusahaan tersebut yang
dicurigai terlibat
•
Menghindari penyajian laporan keuangan yang dibuat-buat. Demi memielihara dan
meingkatkan tingkat kepercayaan investor sehingga likuiditas dapat terjaga, perusahaan
perlu menyediakan laporan keuangan dalam bentuk paling sederhana dan paling jujur.
Seluk beluk IPO
1. IPO sebagai alternatif pendanaan
Menjadi perusahaan publik adalah momen krusial dalam siklus hidup sebuah perusahaan.
Ketika sebuah perusahaan tertutup ingin mencari tambahan modal, ia diharapkan pada dua
pilihan yaitu berhutang atau menjual sebagian kepemilikannya dalam perusahaan tersebut.
Apabila perusahaan memilih untuk melakukan penjualan sebagai kepimilkan saham
perusahaannya, maka dikatakan perusahaan tersebut melakukan keputusan go public. Alasan
memilih go public dari pada berhutang pun beragam. Alasan yang paling umum adalah karena
modal yang didapat dari go public lewat initial public offering atau IPO tidak perlu dibayarkan
kembali kepada si pemodal, sementara surat berharga hutang seperti obliges harus dibayar
kembali dan ditambah pula dengan bungannya
Secara umum pendanaan perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu:
a. Sumber internal. Sumber pendanaan dari internal perusahaan berasal dari retained
earning (R/E) dan dana hasil penerbitan saham.
b. Sumber eksternal. Sumber pendanaan dari eksternal berasal dari penerbitan obligasi dan
pinjaman bank (loan)
Secara singkat dapat digambarkan jenis-jenis pembiayaan perusahaan sebagai berikut:
Gambar II.3.
Sumber Pembiayaan Perusahaan
Dalam beberapa refrensi lain A Besant C. Raj (1988) mengklasifikasikan sumber
pembiayaan perusahaan menjadi dua, yaitu internal resources dan external resources. Internal
resources disini termasuk didalamnya adalah retained earning, depresiasi, investment allowance,
dan investment deposit. Sedangkan external resources terdiri dari pinjaman jangka panjang,
deferred credit, debentures, saham preferen dan saham biasa.
Perusahaan yang memutuskan untuk go public yakni dengan menerbitkan saham baik saham
biasa maupun saham preferen, membuka aksesnya terhadap modal ekuitas yang tersedia di pasar
sehingga memungkinkan ditekannya biaya pendanaan perusahaan baik untuk kebutuhan operasi
maupun investasi, mengapa? Secara sederhana ini berarti perusahaan akan mendapatkan dana
segar dengan tidak dibebankan membayar “pengembalian” dalam jangka waktu tertentu yang
tidak dapat dilanggar seperti apabila perusahaan menerbitkan hutang, selain itu dengan menjadi
perusahaan go public, maka para pemegang saham akan mendapatkan wadah untuk
memperjualbelikan hak kepemilikannya, yakni memberikan kesempatan bagi para pemegang
saham tadi untuk mendiversifikasi investasinya bahkan menciptakan suatu capital gain dari
kepemilikan saham tersebut.
Ketika sebuah perusahaan mengumumkan keputusannya untuk go public maka serta merta
perhatian publik akan tertuju kepadanya, dan kehadiran publisitas ini dapat membawa
keuntungan secara tidak langsung seperti menarik para menejer-menejer handal untuk membawa
sebuah perusahaan yang baru go public tadi menuju tempat yang lebih tinggi lagi dari segi
kinerjanya. Pada saat bersamaan perusahaan pun diberikan tanggung jawab baru sebagai
konsekuensi dari go public, yaitu memenuhi persyaratan mengumumkan laporan-laporan yang
transparan yang terkait dengan kondisi perusahaan dari periode ke periode.
Dengan memenuhi persyaratan maka perusahaan akan lebih dituntut untuk berkinerja lebih
baik lagi oleh para pemegang saham yang kini dapat dengan mudahnya melepas sahamnya di
pasar apabila tidak puas dengan kinerja perusahaan bersangkutan. Mayoritas perusahaan yang
mengambil keputusan untuk go public akan melewati prosedur yang disebut initial public
offering (IPO) yaitu prosedur penawaran perdana saham perusahaan kepada investor potensial di
pasar.
2. Target IPO
Target utama dari penerbitan saham adalah tentunya mendapatkan dana, menukarkan porsi
tertentu kepemilikan perusahaan pada harga tertinggi bagi si penerbit saham atau emiten dan
juga memastikan bahwa saham yang sama akan tetap menarik untuk diperdagangkan di bursa
nantinya.
Di Indonesia, saham biasanya akan ditawarkan pada harga tetap (fixed price) ditetapkan oleh
sposor dari penerbitan tersebut yang biasa disebut sebagai underwriter didasarkan pada berbagai
perkiraan diantaranya perkiraan akan keuntungan yang mungkin didapat dimasa yang akan
datang. Apakah perkiraan ini tepat? Inilah yang menjadi tugas para calon investor untuk tetap
waspada mengevaluasi prospectus, neraca, dan laporan laba rugi dari investasi yang
direncakannya. Berinvestasi pada IPO memiliki risiko intrinsik yang tersendiri sehingga
dibutuhkan suatu analisis yang cermat dalam pengambilan keputusannya. Sedang di negara
seperti Amerika Serikat, pembentukan IPO biasanya melalui proses di book building dimana
harga saham terbentuk melalui penawaran lelang untuk mendapatkan harga pada pihak-pihak
yang berminat terhadap satu saham perusahaan tertentu.
Definisi interlisting
Kompetisi global ditempuh oleh perusahaan salah satunya dengan menjalankan strategi
diistilahkan sebagai cross-listing atau interlisting sebagai kependekan dari international
listing. Secara sederhana, konsep inilah yang akan digunakan sebagai definisi dari interlisting
Interlisting atau sering diistilahkan sebagai foreign listing telah menjadi isu strategi yang
menjadi pembahasan perusahaan-perusahaan yang memiliki visi global di seluruh dunia.
Sejalan dengan penyebaran produk dan strategi investasinya, akses langsung terhadap pasar
modal internasional sewajarnya dapat memberikan benefit yang luar biasa bagi perusahaan.
Pada saat yang sama, dengan semakin terintegrasinya pasar modal dunia maka semakin ketat
pula persaingan antar satu bursa dengan yang lain. Dalam pertarungan yang kompetitif inilah
bursa saham diseluruh dunia berusaha mendapatkan emiten internasional sebanyakbanyaknya sehingga dapat meningkatkan volume transaksi dan peluang-peluang bisnis
lainnya yang akan mengikuti.
Motif strategi interlisting
Khusus untuk bursa di AS, interlisting tampaknya dikemudikan oleh alasan untuk
mendanai perumbuhan dan ekspansi penjualan produk ke luar negeri, umumnya pada sektor
berteknologi tinggi. Namum secara umum, perusahaan akan melakukan interlisting karena
didorong oleh alasan-alasan berikut:
a. Keuntungan dari sisi finansial
Dengan melisting saham di bursa asing maka perusahaan dapat meningkatkan
kemampuannya mendapatkan suntikan modal dari investor yang tidak lagi terbatas pada
investor lokal tapi juga investor internasional. Motif ini adalah motif yang mendominasi
perusahaan yang memang membutuhkan tambahan modal atau memiliki hambatan
finansial di dalam negeri yang signifikan
Tambahan modal bisa saja diperlukan dalam rangka menjalankan suatu program investasi
baru yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang tidak sedikit ini biasanya
diminta oleh perusahaan yang sedang bertumbuh dan oleh perusahaan yang kapasitas
hutangnya sudah terutilisasi 100%
b. Meningkatkan nilai saham yaitu dengan:
a) Menekan barrier investor asing
Dengan meluasnya basis pemegang saham maka akan meningkatkan pendistribusian
risiko dan menekan biaya modal perusahaan sesuai hasil penelitian Stulz (1999),
Martin Rey (2000) dan Lambardo dan PAgano (1999). Bahkan secara spesifik untuk
perusahaan non-AS yang melakukan interlisting di AS akan mengalami kumulatif
ekses return yang positif (penelitian Foerster dan Karolyi (1999)) dan penurunan nilai
beta di pasar domestiknya yang berarti menekan biaya modalnya (penelitian
Karolyi(1998))
b) Akses terhadap keahlian luar negeri
Ditemukan adanya kecenderungan bagi perusahaan yang mengandalkan teknologi
dalam operasinya untuk mendaftarkan saham di negara-negara yang perkembangan
industri terkaitnya maju. Bass dan Yafeh (2000) membuktikan bahwa perusahaan
Israel dan Belanda yang me interlisting di AS secara aktif lebih cepat bertumbuh dan
unggul dalam teknologi dibanding pesaing domestiknya.
c) Menepati standar tata korporasi dan disklosur laporan keuangan
Pemilihan melakukan interlisting mengantarkan perusahaan pada kewajiban membuat
pelaporan tentang kondisi perusahaan standar yang diberlakukan di bursa terkait yang
bukan tidak mungkin lebih ketat dibanding bursa asal saham tersebut. Tetapi hal ini
justru menguntungkan dibanding pilihan melakukan pendanaan external lainnya yang
dapat menimbulkan agency cost yang lebih tinggi.
d) Likuiditas
Beberapa bursa memang dapat dikatakan relatif lebih baik dalam hal likuiditas
dibanding yang lainnya. Hal ini diperkuat oleh penemuan Kadlec dan McConnell
(1994) Noronha, Sarin dan Saudagaran (1996), Foerster dan Karolyi (1998) dan
Smith dan Sofianos (1997) yang mengemukakan bahwa tingkat kompetisi antar bursa
dapat memperkecil nilai spread pada pasar domestic dan meningkatkan intensitas
aktivitas transaksi.
Namun begitu, interlisting tidak selalu menjamin meningkatnya likuiditas karena
adanya efek dari fregmentasi pasar sebagaimana telah dimodelkan oleh Pagano
(1989), Chowdry dan Nanda (1991) dan Madhavan (1995), Domowitz, Glen dan
Madhavan (1998) yang menunjukan bahwa likuiditas justru akan mengalami
penurunan baik pada pasar domestic maupun internasional apabila saluran informasi
antar pasar buruk dan bukti nyata dari hipotesis ini telah menunjukan oleh perusahaan
Mexico yang mengeluarkan ADR.
e) Kapitalisasi reputasi produk di pasar
Alasan lain mengapa perusahaan ingin melakukan interlisting adaah tekait dengan
pemasaran produk perusahaan tersebut. Akan lebih mudah lagi bagi perusahaan
apabila pada bursa yang menjadi tujuan listing telah ada kepercayaan terhadap
produk-produk mereka. Penelitian Saudagaran (1998) menemukan bahwa dari 108
perusahaan yang melakukan international listing kesemuannya memiliki porsi
volume penjualan luar negeri yang lebih tinggi.
f)
Memperluas basis investor untuk pendanaan
Dengan bertambahnya jumlah pemegang saham menyusul keputusan interlisting
berarti perusahaan turut memperbesar kemungkinan bagi perusahaan untuk
mendapatkan sumber pendanaan lain seperti melalui penerbitan surat hutang seperti
obligasi maupun bentuk surat hutang lainnya
Biaya interlisting
Selain benefit-benefit yang telah dikemukakan tentunya ada pula biaya yang harus
ditanggung sebagai konsekuensi dari keputusan interlisting. Biaya-biaya tersebut
meliputi:
1. Biaya langsung
Biaya langsung meliputi biaya listing dan biaya penasehat profesional. Namun
sebenarnya biaya termahal ada pada biaya melakukan kegiatan survei terkait dengan
potensi melakukan interlisting itu sendiri. Fanto dan Karmel (1998) mengemukakan
bahwa biaya untuk tetap berada dalam koridor yang telah ditetapkan oleh standar
akuntansi AS dan biaya risiko yang berkaitan dengan aspek hukum apabila terjadi
pelanggaran.
2. Biaya tidak langsung
Biaya yang timbul ketika setelah interlisting para pemegang saham menjadi kendali
yang lebih besar terhadap jalannya perusahaan dalam pembuatan keputusankeputusan menejerial yang strategis. Biaya ini dibuktikan terjadi oleh Biddle dan
Saudagaran (1989) dan Saudagaran dan Biddle (1992). Demikian besarnya biaya
yang harus ditanggung maka hasil penelitian Saudagaran (1988) pun menunjukan
bahwa perusahaan besarlah yang cenderung membuat keputusan interlisiting
sahamnya.
Bentuk interlisting
Bentuk interlisiting berupa DRs ( Depository Receipts)
Penempatan modal pada pasar modal internasional telah mengalami peningkatan
yang luar biasa pada dua dekade terakhir (serra 1997). Pasar berkembang bahkan
mencapai porsi 40% dari total penerbitan tersebut dengan mengecualikan pemulihan yang
terjadi setelah krisis meksiko 1994. Sebagian besar penempatan modal ini berasal dari
Amerika Latin dan perusahaan Asia dengan menekankan pada Meksiko, Argentina, Cina,
India dan termasuk juga Indonesia. Interlisting ini biasanya berupa Depository receipts.
Depository receipts adalah hak pengakuan yang dikeluarkan oleh depository
institution yang terjamin suatu saham luar negeri tertentu. Apabila perusahaan menarik
dana dari dua pasar atau lebih maka akan diterbitkan Global Depository Receipts
(GDRs). DR dapat ditawarkan secara umum atau melalui private placement.
Amarican Depository receipts.
Saham publik yang diperdagangkan di AS disebut sebagai American DR, DR
menawarkan berbagai keunggulan bagi investor internasional dan memfasilitasi
diversifikasi ke dalam saham luar negeri karena ADRs dilihat sebagai asset domsetik
untuk perlindungan aset luar negeri. Investor boleh memperjualbelikan, mengeksekusi
maupun mengambil dividen yang sesuai dengan persyaratan pasar dimana mereka bisa
bertransaksi dan apabila DRs diperdagangkan antar bursa maka investor dapat
mengambil keuntungan dari aksesibilitas informasi tentang harga, perdagangan dan
penelitian yang ada. ADRs ditawarkan dan diperdagangkan dalam mata uang dollar AS
seperti halnya saham-saham perusahaan AS, sehingga persamaan perlakuan perdagangan
ADRs dan saham-saham tersebut memudahkan bagi investor AS untuk menginvestasikan
dananya pada perusahaan non-AS.
ADS (American Depository Shares) mewakili jumlah tertentu mewakili jumlah
tertentu saham suatu perusahaan dan membuktikan hak untuk menerima saham
perusahaan tersebut. Tanda bukti kepemilikan ADS ini adalah ADR yang dikeluarkan
depostary sesuai dengan depositor aggrement
Keuntungan dari ADR
Beberapa keuntungan dari perdagangan ADR antara lain:
a. Menyederhanakan dan mempermudah perdagangan
Mempertimbangkan kepentingan yang terus meningkat antara emiten non-AS dan
investor AS, ADR merupakan cara yang paling aman dan mudah untuk menjembatani
kedua belah pihak. ADR mempermudah penjualan dan pembelian sekuritas bagi
emiten, broker/pialang, pelaku pasardan investor. Tanpa ADR, satu transaksi antar
negara dapat melibatkan banyak pihak, penyelesaian transaksi yang lamban, kesulitan
pencatatan dan ketidaknyamanan lainnya.
ADR
juga
distandarisasikan
dengan
sekuritas
lain,
baik
sertifikat
fisik
pemindahbukuan dan prosedur lain yang dapat menyebabkan terjadi pernbedaan antar
saham dan ADR. Investor AS lebih nyaman memegang sertifikat ADR yang identik
dengan sertifikat saham yang dikeluarkan perusahaan AS
b. Pembiayaan dividen lebih cepat
Tanpa ADR, perusahaan dalam hal pembagian dividen mengumumkan disurat kabar
setempat. Investor global yang memiliki saham tersebut membutuhkan kepastian
pembayaran dividend dan sering kali pembayaran tersebut mengalami kegagalan.
Bahkan setelah menerima hasilnya ,pemegang saham harus mencairkan dan
mengkonversikannya ke mata uang tertentu, menghabiskan waktu, Tenaga, dan biaya
sehingga dapat menurunkan nilai saham itu sendiri bagi investor.
Investor AS dapat menerima lebih dari jumlah dividen yang dibayarkan ketika
mencairkan ceknya yang sudah dalam mata uang asing tersebut. Pemegang ADR
disisi lain memperoleh keuntungan dari pengumpulan dividen, pengkonversian mata
uang dan menerima pembayaran dalam dollar atau tambahan ADR bila dividennya
berupa stock ddividen yang semuanya dilakukan oleh depositary
c. Memperkecil risiko dan biaya
Karena ADR mempermudah proses yang mengakibatkan sekuritas, emiten, dan
investor memperoleh keuntungan yang sangat besar. Risiko, waktu penyelesaian
transaksi berkurang, serta uang juga dapat dihemat. Tanpa ADR, investor AS harus
bertemu dengan broker AS yang mau melakukan transaksi perdagangan luar negeri.
Risiko kegagalan transaksi bagi saham non-AS menjadi beberapa kali lipat dari
kegagalan transaksi saham domestik. Investor yang membeli ADR dapat menghemat
lebih banyak lagi, sebab mereka perlu membayar biaya penyimpanan pada kustodian
luar negeri.
Keuntungan lain dari ADR adalah terdaftar sebagai sekuritas di AS sehingga hak
kepemilikannya juga dilindungi. ADR mengurangi komisi ganda dan kebutuhan
pemindahan fisik saham antar negara. Dalam kasus adanya perlakuan pajak
berganda,depositary dapat mengatur waktu pemotongan pajak yang dikenakan pada
negara asing tersebut pada tingkat waktu tertentu serta mempertahankan dan
memperpanjang jangka waktu bila terjadi klaim atas saham tersebut. ADR juga
menghemat biaya asuransi atas kepemilikan sekuritas asing.
d. Memperkecil hambatan bagi investor
ADR menarik minat investor AS untuk membeli saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan non-AS. Karena ADR nominalnya dalam dollar AS dan depositary
mengkonversikan pembayaran dividen ke dalam dollar, pemegang ADR juga dapat
menghindari risiko dari nilai tukar mata uang asing. ADR juga membantu investor
menghindari regulasi dari negara yang melarang pemindahan fisik saham ke negara
lain.
e. Membantu broker dan dealer
Peningkatan efisiensi sistem perdagangan dan peningkatan volume perdagangan yang
meningkat akibat kepercayaan investor pada ADR, menguntungkan broker dan
market maker dalam hal penambahan emiten dan investor. Dengan fasilitas yang
ditawarkan ADR depositary dapat memenuhi kebutuhan investor dalam hal
penyelesaian transaksi. Bank yang bertindak sebagai depasitary membantu
penyelesaian transaksi akibat perbedaan hari penyelesaian dengan cara ketika
transaksi terjadi, depositary mengeluarkan ADR sebelum saham tersebut secara fisik
didepositokan keseluruh kustodian di mancanegara.
ADR juga membuka peluang arbitrase ganda (dual arbitrage). Keutungan broker dari
peningkatan transaksi yang terjadi dapat memperkecil perbedaan harga saham antara
sekuritas AS dan non-AS yang disebabkan oleh perbedaan nilai pasar dan pengaruh
nilai tukar.
f. Memfasilitasi komunikasi investor
ADR memungkinkan perusahaan berkomunikasi secara langsung dan lebih efektif
dengan para pemegang sahamnya. Investor AS melalui depositary, akan menerima
laporan keuangan dan laporan lainnya dalam bahasa inggris dan dalam format yang
dapat dipahami. Bila terjadi aksi yang secara langsung dapat mempengaruhi
pemegang saham, depositary dapat segera menyebarluaskan informasi tersebut
kepada investor
Keuntungan signifikan lainnya dari ADR adalah nilai dari suatu informasi dapat
dinyatakan dalam dollar. Pemegang ADR dalam hak suaranya diperlakukan sama
dengan pemegang saham lainya. Depositary dapat bertindak sebagai wakil dari
pemegang ADR dalam menyampaikan suaranya. Bila terjadi pengabaian hak suara
pemegang ADR, depositary akan berusaha keras mempertahankan hak-haknya dan
memberikan hasilnya kepada pemegang ADR
Bagi investor Indonesia, memegang ADR memiliki keuntungan tambahan yaitu
dalam hal keterbukaan informasi (countinuing disclosure). ADR mengikuti aturan
yang dikeluarkan oleh SEC, sehingga pemegang ADR dapat menikmati keuntungan
tambahan dalam bentuk mendapatkan informasi lebih mudah dan lebih terbuka untuk
publik. Saham yang memiliki keunggulan ini bila public aware, dapat menaikkan
harga sahamnya.
Jenis-jenis ADR
Ada dua jenis ADR berdasarkan fasilitas yang disediakan. Kedua jenis ADR
tersebut adalah:
a) Sponsored ADR
Fasilitas yang diberikan dalam ADR sponsor dibuat menurut perjanjian antara
penerbit saham asing tersebut, depositary dan pemegang ADR. Perjanjian ini
diatur dalam rule 144A
b) Unsponsored ADR
Fasilitas yang diberikan dalan unsponsored ADR ini dibuat oleh pihak depositary
saja dan hanya satu dokumen saja yang berlaku yaitu dokumen yang dikeluarkan
oleh depositary. Fasilitas yang diberikan dalam unsponsored ADR ini dapat ditiru
depositary lain.
Fasilitas sponsored ADR dibuat khusus hanya untuk satu depositary saja dan
tidak memungkinkan bagi satu emiten memiliki dua jenis ADR (sponsored dan
unsponsored) karena sponsored dan unsponsored ADR untuk sekuritas yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang sama akan diperdagangkan pada tingkat harga
yang berbeda dan dapat menimbulkan kerancuan pasar.
Perbedaan harga disebabkan karena dalam sponsored ADR, emiten membayar
semua pengeluaran dalan pendistribusian dividen kepada depositary, sedangkan
untuk unsponsored ADR, pemegang ADR lah yang menanggung biaya tersebut.
Untuk kedua fasilitas ADR tersebut, depositary mengkonversikan dividen ke dalam
dollar AS. Sedangkan menurut levelnya, ada tiga level ADRs yang dibedakan
menurut apakah mereka diperdagangkan pada OTC (level satu), pada bursa tanpa
melibatkan pemodalan tambahan dengan saham baru (level dua) atau pada bursa
tetapi melibatkan pemodalan tambahan dengan saham baru (level tiga). Perbedaan
fasilitas ini memiliki perbedaan dalam persyaratan pelaporan AS dan kecakapan
GAAP.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan menjual atau
membeli saham asing dalam bentuk ADR. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Local price
ADR bukan saham domsetik AS, karena itu faktor politik, ekonomi dan pasar
negara penerbit saham akan mempengaruhi harga saham tersebut di AS. Pelaku
pasar ADR harus waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan ini dan efeknya
terhadap perubahan harga ADR, pergerakan pasar, tidak hanya di pasar AS tetapi
juga dipaar negara penerbit ADR tersebut.
b. Currency fluctuations
Member ADR bukan sebagai sarana hedging terhadap pergerakan kurs. Fluktuasi
kurs merupakan faktor utama yang mempengaruhi perdagangan ADR
c. Local Commisions
Setiap pasar bursa di dunia memiliki komisi yang berbeda-beda untuk bursa dan
anggota bursa lainnya. Biasanya di negara yang termasuk emerging country, tarif
komisinya lebih besar.
d. Local taxes
Setiap bursa saham menetapkan tarif pajak transaksi yang berbeda-beda, pajak ini
dikenakan pada setiap kali transaksi.
e. Conversion fees
Biaya ini dibebankan oleh depositary kepada investor ketika transaksi beli terjadi
dan ketika penjualan ADR dibatalkan.
ADR adalah bentuk yang lebih nyaman untuk investasi pada saham non-AS tanpa
membayar biaya yang lebih tinggi untuk kustodian asing. kustodian biasanya
membedakan biaya per transaksi jual dan beli, tidak tergantung pada jumlah saham
yang terlibat pada transaksi tersebut.
Pelengkapan prosedur listing di AS sangatlah tergantung pada jenis DRs yang
dipilih oleh perusahaan dan tergantung pula pada kecakapan yang harus dipenuhi oleh
perusahaan, sesuai persyaratan atau tidak. Pada kasus ADRs level dua dan level tiga,
yaitu yang melibatkan listing publik, prosesnya berkisar antara 14 hingga 15 minggu.
Issuer luar negeri harus mendaftarkan DRs di SEC dan harus pula mendapatkan
persetujuan SEC terkait pemenuhan persyaratan pelaporan sesuai standar AS. Sebagai
tambahan, issuer juga diharuskan mengisi aplikasi yang menjelaskan bursa mana
yang akan diharapkan menjadi bursa bagi DR mereka.
Efek strategi interlisitng
Selain meneliti motif, para peneliti di dunia keuangan juga memberikan perhatian
mereka pada efek-efek yang dinikmati perusahaan sesudah interlisting dan berikut ini
adalah beberapa hasil yang telah disarikan.
a. Efek visibilitas
Dari penelitian ditemukan bahwa perusahaan yang beroriginasi pada emerging
market cenderung akan mencari permodalan di AS dan inggris dari pada di negara-negara
pasar maju. Efek visibilitas secara signifikan sangat dirasakan oleh perusahaan nondomsetik yang mendaftar di NYSE. Temuan ini di dukung oleh jumlah peliputan atau
sitasi pada Wall Street Journal dan Financial Times
Merton (1987) menyatakan bahwa pengenalan investor terhadap saham tertentu
adalah nilai tersendiri terhadap saham tersebut. Investor hanya akan berinvestasi pada
saham-saham yang dikenalinya. Investor juga menginginkan tingkat pengembalian yang
tinggi untuk mengkompensasikan tidak hanya risiko pasar tetapi juga biaya terselubung
yang disebabkan oleh adanya informasi yang tidak sempurna. Melakukan listing pada
bursa terkemuka dengan memperluas basis investor depat mengurangi besarnya
ekspektasi tingkat pengembalian.
b. Efek likuiditas
Amilhud dan Medelson (1986) menyatakan bahwa likuiditas terlahir dari
berkurangnya ekspektasi tingkat pengembalian yang terjadi akibat perubahan pada bidask spread. Ketika sebuah saham diperdagangkan pada bursa yang menawarkan
likuiditas yang di atas rata-rata maka ekspektasi tingkat pengembalian terhadap saham
tersebut pun berkurang. Smith dan sofianos juga meneliti 127 perusahaan non AS yang
terdaftar di NYSE dan menemukan bahwa ketika saham diperdagangkan di NYSE,
transaksi global meningkat demikian pula nilai transaksi di bursa asal kecuali pada saham
dari bursa emerging market
c. Efek valuasi jangka panjang
Seperti pada IPO biasa, pada interlisting pun terjadi fenomena long-run under
performance yang didukung oleh penelitian lain yang menganggap bahwa untuk
perusahaan-perusahaan
yang
menargetkan
untuk
interlisting
di
NYSE
maka
kemungkinan terjadinya praktek earning management lebih besar terjadi pada bursa
tujuan interlisting lainnya.
Fuerst (1997) dan Cantale (1996) menduga ketatnya peraturan dapat menarik
perusahaan yang memiliki keuntungan besar yang menggunakan keputusan listing
sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek untuk lebih maju lagi di masa
mendatang.
Miller (1996) mengungkap bahwa dari sampelnya yakni sebanyak 183 perusahaan
yang melakukan interlisting di AMEX, NASDAQ dan NYSE termasuk private
placement (RADRs) dan public quotes (OTC) dari 35 negara pada rentang 1985 hingga
1995 menunjukan adanya return negatif yang signifikan dari saham-saham yang berasal
dari emerging market. Memang Cantale (1996) menyatakan pula bahwa interlisting akan
lebih valuable apabila dilakukan pada bursa yang lebih bergengsi dan bagi perusahaan
yang beroriginasi pada pasar dengan bursa yang peraturannya relatif lebih longar.
Dapat ditarik perumusan hipotesis dimana beberapa penelitian telah berhasil
mengungkap kerugian dari sisi nilai jangka panjang. Nilai saham pada jangka panjang di
duga akan merosot atau mengalami underperformance yang diakibatkan peraturan yang
lebih ketat dari bursa awal, ada pula efek yang baik yaitu efek visibilitas dan efek
likuiditas.
Download