Media Rist Akuntansi - E-Journal Universitas Bakrie

advertisement
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO
SISTEMATIK TERHADAP RETURN SAHAM
Tita Djuitaningsih
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920
Mila Mauliyana
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko
sistematik terhadap return saham. Faktor fundamental diproksikan oleh Current Ratio,
Debt to Total Asset, Inventory Turnover, Return on Asset, Price to Earning Ratio dan
risiko sistematik diproksikan oleh koefisien Beta. Objek dalam penelitian ini adalah
kelompok perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2009. Sebelum melakukan analisis regresi berganda,
data dalam penelitian ini telah lulus semua uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian
hipotesis menunjukkan hanya Price to Earnings Ratio yang memiliki pengaruh negatif
terhadap return saham.
Kata kunci : Faktor Fundamental, Risiko Sistematik, Return Saham
Abstract
The purpose of this study is to examine the effect of several fundamental factors and
systematic risk toward the stock return. Fundamental factors represented by Current
Ratio, Debt to Total Asset, Inventory Turnover, Return on Asset, Price to Earnings Ratio
and systematic risk represented by coefficient of Beta. Object of this study is companies in
consumer goods industry that listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 until 2009.
Before performing multiple regression analysis, the data have passed entire classic
assumption test that consist of normality test, multicollinearity test, heteroscedasicity test,
and autocorrelation test. Hypothesis test indicated that just Price to Earnings Ratio
which have a negative influence toward stock return.
Keywords: Fundamental Factors, Systematic Risk, Stock Return
66
Hin (2008) menggolongkan
PENDAHULUAN
merupakan
dua jenis risiko dalam berinvestasi,
tempat bertemunya perusahaan yang
yaitu risiko sistematik dan risiko
membutuhkan dana dengan para
tidak
investor yang ingin berinvestasi.
mengungkapkan
Perusahaan
sistematik
Pasar
modal
yang
sedang
sistematik.
Hin
bahwa
mengacu
pada
risiko
faktor
dapat
ketidakpastian yang terdapat di pasar
menerbitkan saham perdana kepada
dan faktor ini dapat memengaruhi
publik
perusahaan
membutuhkan
dana,
(Initial
Setiap
Public
Offering).
investor
pertimbangan
memiliki
tersendiri
untuk
Berbeda
secara
dengan
sistematik
keseluruhan.
risiko
dimana
tidak
faktor
investasi yang akan dipilih. Brigham
ketidakpastian lebih mengacu pada
dan Houston (2007) menuturkan
perusahaan itu sendiri. Brigham dan
tujuan
Houston (2007) merefleksikan risiko
utama
perusahaan adalah
perusahaan
sistematik dengan koefisien beta (β).
kekayaan
Risiko ini tidak dapat dihilangkan
pemegang saham. Setelah investor
dengan cara diversifikasi karena
menanamkan dana di perusahaan,
faktor-faktor
perusahaan memiliki tanggung jawab
berasal dari luar perusahaan.
memaksimalkan
atau
nilai
memaksimalkan
yang
memengaruhi
kekayaan
Risiko sistematik memiliki
bagi para investor dengan cara
pengaruh terhadap perusahaan secara
menentukan strategi dan mengambil
langsung. Hal ini disebabkan oleh
keputusan
untuk
dampak dari faktor ketidakpastian
menghasilkan kinerja yang optimal
yang berasal dari luar perusahaan
sehingga para investor akan memiliki
akan memengaruhi semua pihak
kepercayaan
mendapatkan
yang memiliki kepentingan pada
tingkat pengembalian yang tinggi.
perusahaan tersebut. Faktor-faktor
Hal
yang
untuk
memaksimalkan
yang
tepat
untuk
umum
yang
paling
termasuk
dalam
risiko
dipertimbangkan oleh para investor
sistematik antara lain gejolak politik,
adalah tingkat risiko dan return yang
krisis keuangan, inflasi, tingkat suku
akan didapatkan.
bunga, dan hal lain yang dapat
memengaruhi
perusahaan
secara
67
keseluruhan. Apabila faktor tersebut
karakteristik dari perusahaan yang
memiliki pergerakan yang sangat
sahamnya telah disebar di publik.
volatile, perusahaan yang sangat
Menurut Hin (2008) salah satu cara
peka atau sensitif dengan pergerakan
yang digunakan untuk mengetahui
tersebut dapat dikatakan perusahaan
sisi
yang
perusahaan
memiliki
risiko
tinggi.
fundamental
dari
suatu
yaitu
dengan
perusahaan
menggunakan analisis rasio. Laporan
harus bekerja keras menata keuangan
keuangan merupakan suatu informasi
perusahaan agar perusahaan tetap
yang sangat berguna bagi investor
bertahan
dalam
untuk menganilis kondisi keuangan
tersebut.
suatu perusahaan. Analisis rasio
Investor akan mencari perusahaan
dapat dilakukan melalui laporan
yang
dalam
keuangan perusahaan. Analisis rasio
berbagai keadaan ekonomi, karena
merupakan suatu alat yang paling
akan memberikan prospek yang baik
popular dan banyak digunakan untuk
di masa yang akan datang. Investor
menganalisis kondisi keuangan baik
yang ingin maupun yang sudah
untuk
berinvestasi dalam perusahaan yang
maupun periode selanjutnya.
Manajemen
keuangan
dan
menghadapi
stabil
gejolak
mampu
bertahan
keadaan
Penelitian
memiliki risiko atau koefisien beta
tahun
ini
berjalan
merupakan
tinggi pasti mengharapkan return
replikasi dari penelitian terdahulu
yang tinggi. Sebaliknya, investor
terutama penelitian yang dilakukan
yang cenderung memilih beta dengan
oleh Ulupui (2005). Tidak banyak
risiko rendah akan mendapatkan
penelitian
return saham yang rendah.
variabel beta saham sebagai penentu
Setiap
investor
lazimnya
return
yang
saham.
menggunakan
Perluasan
memperhatikan aspek fundamental
penelitian
sebelum berinvestasi. Analisis faktor
dengan penambahan faktor rasio
fundamental
nilai pasar dan risiko sistematik
mempelajari
hal-hal
Ulupui
adalah
yang berhubungan dengan kondisi
untuk
keuangan suatu perusahaan. Tujuan
terhadap return saham. Penambahan
dari
untuk
rasio nilai pasar ini didasarkan pada
dan
alasan bahwa rasio nilai pasar juga
analisis
mengetahui
faktor
sifat
ini
dasar
mengetahui
(2005)
dari
pengaruhnya
68
faktor
menjadi perusahaan kategori industri
fundamental yang menjadi perhatian
consumer goods yang terdaftar di
para investor sebelum berinvestasi.
Bursa
Rasio pasar mengindikasikan kinerja
Merujuk pada perumusan masalah
yang telah dicapai oleh perusahaan
yang ada, maka tujuan utama dari
dimasa lalu dan prospek dimasa yang
penelitian
akan datang. Sedangkan faktor risiko
mendapatkan bukti empiris mengenai
sistematik yang diukur dengan beta
pengaruh faktor fundamental dan
saham merupakan faktor yang selalu
risiko sistematik terhadap return
memengaruhi perusahaan dan risiko
saham.
merupakan
salah
satu
merupakan salah satu hal yang paling
diperhatikan
investor
untuk
mengambil keputusan investasi.
Hal lain yang membedakan
penelitian
ini
dengan
penelitian
Ulupui (2005) adalah perubahan
penggunaan proksi untuk variabel
leverage dan rasio aktivitas menjadi
DTA dan inventory turnover (ITO).
Perubahan tersebut didasari oleh
tidak signifikannya proksi DTE dan
TATO
dalam
penelitian
Ulupui
(2005), diharapkan dengan terdapat
perubahan
proksi
memberikan
ini
dapat
pengaruh
yang
signifikan terhadap return saham. Di
samping itu penelitian ini mengganti
objek penelitian yang lebih luas
dibandingkan
Ulupui
makanan
(2005)
dan
dengan
penelitian
yaitu
perusahaan
minuman
yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Efek
Indonesia
ini
TINJAUAN
(BEI).
adalah
untuk
PUSTAKA
DAN
HIPOTESIS
Faktor Fundamental
Husnan
(2001)
mengungkapkan
analisis
fundamental dilakukan dengan cara
memprediksi harga saham dimasa
yang akan
datang dengan
memperkirakan
nilai
dari
cara
faktor
fundamental, salah satunya laporan
keuangan. Laporan keuangan berisi
informasi yang sangat mencerminkan
keadaan perusahaan. Para investor
yang ingin terjun ke bursa harus
pandai mengolah informasi tersebut.
Affandi (2001) menuturkan bahwa
informasi yang paling dilirik oleh
investor adalah kinerja yang telah
dicapai dari perusahaan, efektifitas,
dan
efisiensi
perusahaan
dalam
mencapai tujuannya. Ang (1997)
membagi lima rasio keuangan yang
69
digunakan pada analisis keuangan
return pasar, semakin besar beta
untuk
saham dan begitu pun sebaliknya.
menganalisis
faktor
fundamental perusahaan, yaitu Rasio
Likuiditas, Rasio Aktivitas (Activity
Ratio),
Rasio
(Profitability
Profitabilitas
Ratio),
Rasio
Solvabilitas (Solvency Ratio), dan
Rasio Pasar (Market Ratio).
(1997)
menyatakan
saham terdiri dari dua jenis risiko,
yaitu risiko sistematik dan risiko
tidak sistematik. Risiko sistematik
terbentuk dari faktor-faktor di luar
seperti
suku
bunga,
inflasi, kebijakan moneter yang dapat
memengaruhi perusahaan yang pada
akhirnya akan memengaruhi harga
saham.
Risiko
dihilangkan
ini
dengan
tidak
dapat
diversifikasi.
Sedangkan risiko tidak sistimatik
dapat
dihilangkan
diversifikasi,
dan
dengan
cara
faktor
yang
membentuknya yaitu kondisi internal
perusahaan.
alasan
investor
penanaman
perusahaan.
modal
Munte
melakukan
di
suatu
(2009)
pengembalian hasil atau laba atas
risiko total dari suatu kepemilikan
perusahaan
Return merupakan salah satu
memaparkan definisi return yaitu
Risiko Sistematik
Ang
Return Saham
Risiko
sistematik
dicerminkan lewat koefisien beta (β).
Jogiyanto (1998) menuturkan beta
merupakan ukuran volatilitas return
suatu surat berharga atau investasi
modal, yang besarnya dinyatakan
dalam
suatu
tingkat
persentase
tahunan (rate of return). Lebih jauh,
Jogiyanto (1998) membagi dua jenis
return yaitu return realisasi (realized
return) dimana return yang sudah
terjadi dan dihitung berdasarkan data
historis, sedangkan return ekspektasi
dimana return yang belum terjadi
dan diharapkan dapat terjadi dimasa
mendatang. Dilihat dari pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan
definisi dari return saham adalah
tingkat pengembalian hasil dari suatu
kegiatan investasi atau penanaman
modal, antara lain berupa return
yang telah terjadi (realizaed return)
dan
return
ekspektasi
(expected
return).
saham terhadap return pasar. Jadi,
semakin besar return saham terhadap
70
Pengaruh Current Ratio (CR)
terhadap Return Saham
CR merupakan salah satu
dalam menutupi kewajiban jangka
cara untuk mengukur rasio likuiditas.
pendeknya, hal ini akan menaikkan
CR
harga
mengindikasikan
perusahaan
kemampuan
dalam
menutupi
saham.
dilakukan
Penelitian
oleh
Sunarto
yang
(2001),
kewajiban jangka pendek dengan
Yadnya (2004), Ulupui (2005), dan
menggunakan
Widodo
aset
lancar
(2007)
menunjukkan
(Brigham&Houston.,2007).
pengaruh yang signifikan terhadap
Perusahaan yang memiliki CR yang
return saham. Sedangkan penelitian
rendah akan mengakibatkan investor
yang dilakukan oleh Hijriah (2007)
beralih ke perusahaan yang memiliki
dan Nugroho (2009) menunjukkan
CR
hasil yang tidak signifikan terhadap
lebih
tinggi.
Investor
menganggap perusahaan dengan CR
harga dan return saham.
yang lebih tinggi akan lebih baik
Ha.1 = CR berpengaruh positif terhadap return saham
Pengaruh Debt to Total Asset
yang
(DTA) terhadap Return Saham
kinerja
besar
akan
mempengaruhi
perusahaan
dalam
DTA merupakan salah satu
menghasilkan laba. Perusahaan yang
rasio solvabilitas atau biasa disebut
memiliki laba yang optimal akan
sebagai leverage ratio. Kieso (2007)
memberikan
pun mengindikasikan DTA sebagai
dimasa yang akan datang mengenai
besarnya
dimiliki
tingkat pengembalian yang akan
perusahaan dan dibiayai oleh utang.
diperoleh investor. Sunarto (2001)
Semakin
DTA
yang telah menguji pengaruh DTA
kewajiban
terhadap return saham menemmukan
perusahaan yang semakin tinggi, dan
hasil bahwa DTA tidak memiliki
akan membayar bunga yang relatif
pengaruh yang signifikan terhadap
tinggi pula. Bunga merupakan beban
return saham.
aset
yang
besarnya
menandakan
kadar
nilai
prospek
yang
baik
bagi perusahaan, sehingga beban
Ha.2 = DTA berpengaruh negatif terhadap return saham
71
Pengaruh
Inventory
Turnover
(ITO) terhadap Return Saham
Salah
mengukur
satu
rasio
perusahaan
cara
aktivitas
adalah
ITO semakin cepat pula perusahaan
mendapatkan uang kas. Hal tersebut
untuk
menunjukkan bahwa ITO merupakan
suatu
aspek
likuiditas
dari
persediaan
dengan
sebuah perusahaan. Semakin cepat
menghitung perputaran persediaan
perputaran persediaan menandakan
atau
perusahaan semakin efisien dalam
inventory
turnover
(ITO).
Schroeder et al. (2009) menyatakan
mengelola
efisiensi perusahaan dapat dilihat
perputaran
dari kemampuan perusahaan dalam
cepat dan mengindikasikan kinerja
mengelola persediaannya. ITO yang
yang baik. Hal ini akan memberikan
tinggi mengindikasikan persediaan
kepercayaan kepada investor di masa
semakin cepat terjual. Ang (1997)
yang
menuturkan bahwa semakin cepat
mendapatkan keuntungan.
persediaan
modal
akan
akan
sehingga
semakin
datang
untuk
Ha.3 = ITO berpengaruh positif terhadap return saham
sehingga kinerja perusahaan
Pengaruh Return on Asset (ROA)
semakin
terhadap Return Saham
ROA merupakan salah satu
cara
untuk
menilai
baik
(Brigham
&
Houston.,2007). Kinerja yang baik
kinerja
diharapkan akan meningkatkan daya
perusahaan. ROA dihasilkan dari
tarik investor untuk menanamkan
perbandingan
modal,
antara
laba
bersih
sehingga
dalam
jangka
dengan total aset yang dimiliki
pendek harga saham perusahaan
perusahaan.
Kieso
(2007)
cenderung naik dan dalam jangka
menyatakan
bahwa
ROA
panjang akan menjanjikan dividen
menunjukkan
kemampuan
yang tinggi.
perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan aset yang
dikelola. Semakin tinggi nilai ROA
menandakan
perusahaan
semakin
efisien dalam mengelola asetnya
72
Ha.4 = ROA berpengaruh positif terhadap return saham
Pengaruh Price to Earning Ratio
antara lain inflasi, suku bunga,
(PER) terhadap Return Saham
kebijakan
PER merupakan salah satu
bagian
dari
rasio
Risiko sangat erat kaitannya dengan
PER
return. Kedua hal tersebut tidak
digunakan untuk melihat kinerja
dapat dipisahkan karena semakin
saham terhadap kinerja perusahaan
tinggi risiko yang akan ditanggung
yang dicerminkan oleh laba per
oleh investor maka akan semakin
saham
tinggi
(EPS).
pasar.
moneter, dan lainnya.
Fabozzi
menerangkan
saham
(1999)
yang
pula
return
yang
akan
dikompensasikan. Jogiyanto (1998)
diperdagangkan dengan harga murah
menyatakan
(undervalued) akan cenderung naik
diproksikan dengan koefisien beta
mendekati
intrinsiknya,
(β). Koefisien beta (β) dikatakan
begitupun sebaliknya dengan saham
netral apabila bernilai satu (β=1),
yang overvalued. Ketika mencapai
semakin besar nilai beta, maka
titik tertinggi, saham akan memiliki
semakin besar pula risiko dari saham
kecenderungan
tersebut, dan akan semakin tinggi
nilai
untuk
turun
risiko
sistematik
mendekati nilai wajarnya.
pula return yang akan diterima.
Ha.5 = PER berpengaruh terhadap
Ha.6 : Risiko sistematik berpengaruh
return saham
positif terhadap return saham.
Pengaruh
Risiko
Sistematik
terhadap Return Saham
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel, dan Sumber
Risiko sistematik merupakan
Data
Penelitian ini menggunakan
faktor ketidakpastian yang tidak
dapat
ditoleransi
oleh
setiap
perusahaan,
karena
faktor-faktor
penyebabnya
dapat
memengaruhi
kondisi
keseluruhan.
perusahaan
Faktor-faktor
secara
yang
populasi perusahaan consumer goods
yang
terdaftar
Indonesia
(BEI)
di
Bursa
selama
Efek
periode
tahun 2007-2009. Metode sampling
yang
digunakan
yaitu
metode
termasuk dalam risiko sistematik
73
purposive sampling dengan kriteria-
berakhir
kriteria yang ditetapkan antara lain :
Desember selama periode 2007-
1. Kelompok perusahaan consumer
2009.
goods yang terdafttar di BEI
sejak tahun 2007-2009.
pada
tanggal
31
4. Kelompok perusahaan consumer
goods yang memiliki pendapatan
2. Kelompok perusahaan consumer
goods yang tidak pernah delisting
selama periode 2007-2009.
bersih (net income).
5. Kelompok perusahaan consumer
goods yang sahamnya masih
3. Kelompok perusahaan consumer
goods yang menerbitkan laporan
aktif diperjualbelikan pada tahun
2009.
keuangan untuk periode yang
Perhitungan
sampel
diproksikan dengan koefisien beta
dilakukan dengan cara balanced
saham
panel,
panjang
tahunnya dihasilkan dari pembagian
waktu yang sama untuk setiap cross
antara covarian return saham dan
section, sehingga total sampel adalah
pasar dengan variance return pasar.
69 dimana terdapat 23 perusahaan
Return saham diperoleh dari harga
dalam periode tiga tahun. Data yang
penutupan saham setiap tahunnya
digunakan
pada
ini
dan return pasar diperoleh dari harga
bersumber
dari
yang
penutupan IHSG setiap tahunnya
terdaftar di BEI. Faktor fundamental
mulai dari tahun 2007 hingga tahun
diproksikan dengan CR, DTA, ITO,
2009.
dimana
terdapat
penelitian
keuangan
(β).
Beta
saham
setiap
ROA, dan PER. Risiko sistematik
Metode Analisis Data
signifikan
Uji asumsi klasik harus digunakan
asumsi klasik yang dilakukan antara
sebelum
lain
dengan
melakukan
model
penelitian
regresi.
Ghozali
dan
uji
representatif.
normalitas,
multikolinieritas,
Uji
uji
uji
(2005) menyatakan uji asumsi klasik
heteroskedastisitas,
dan
dilakukan agar model regresi yang
autokolerasi.
uji
digunakan
klasik dilakukan, pengujian yang
menunjukkan
dapat
benar-benar
hubungan
yang
dilakukan
Setelah
selanjutnya
uji
asumsi
adalah
74
pengujian model regresi berganda.
hipotesis dilakukan dengan dua cara
yang
yaitu
bertujuan
pengaruh
untuk
variabel
menguji
independen
terhadap variabel dependen, melalui
pengujian
hipotesis.
sigifikasi
parameter
simlutan (Uji F) dan uji signifikansi
parameter individual (Uji t).
Pengujian
pokok penjualan dibagi dengan rata-
Operasional Variabel
Current
uji
ratio
(CR)
rata persediaan.
Return
merupakan rasio keuangan untuk
on
Asset
(ROA)
mengetahui kemampuan perusahaan
dihitung dengan cara pembagian
untuk melunasi kewajiban jangka
antara pendapatan bersih terhadap
pendek dengan menggunakan aktiva
total aktiva. Price-to-earning ratio
lancar yang dimilikinya. Perhitungan
(PER)
menggambarkan
CR dilakukan dengan cara membagi
besar
kemauan
total aktiva lancar dengan total utang
membayar pendapatan perusahaan
lancar yang dimiliki perusahaan
per satuan dollar ataupun mata uang
(Warren, et al.,2007).
lainnya dikarenakan prospek dan
Debt to total asset (DTA)
seberapa
pasar
untuk
pertumbuhan perusahaan di masa
yang
yang akan datang. Perhitungan PER
aset
dilakukan dengan market price atau
perusahaan yang dibiayai oleh utang.
harga pasar per lembar saham biasa
DTA
dengan EPS
merupakan
rasio
menggambarkan
diperoleh
jumlah
dari
perhitungan
atau pendapatan per
dengan pembagian antara total utang
lembar
dengan total aktiva yang dimiliki
variabel independen lainnya yaitu
oleh
et
risiko sistematik yang diwakilkan
al.,2007). Inventory turnover (ITO)
dengan
adalah
perusahaan
rata-rata
(Warren,
perputaran
saham
biasa.
Sedangkan
dari
persediaan yang dimiliki perusahaan
dalam menjual persediannya selama
periode
berjalan
(Warren,
et
al.,2007), dengan perhitungan harga
koefisien beta saham (β). Beta saham
diukur dengan cara sebagai berikut:
75
Dimana:
rata-rata 2.9830 dan standar deviasi
Rm = Return market
3.17474. Hal ini menandakan bahwa
rata-rata
IHSGt = Indeks harga saham
gabungan tahun t
IHSGt-1 = Indeks harga saham
gabungan t-1
perusahaan
memiliki
kemampuan
untuk
menutupi
kewajiban
jangka
pendek
menggunakan aset lancar sebesar
2.9830. Nilai minimum CR terdapat
Pi = Harga saham i tahun t
pada perusahaan MRAT pada tahun
Pi (t-1) = Harga saham i tahun t-1
2007 sebesar 0.75 sedangkan nilai
Di = Dividen saham i
maksimum
Ri = Return saham
sebesar 17.61. Nilai mean yang
terdapat
pada
TCID
berada di bawah nilai standar deviasi
menandakan distribusi data tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
normal.
Statisktik Deskriptif
DTA merupakan proksi dari
Deskripsi statistik bertujuan
rasio solvabilitas perusahaan yang
untuk menggambarkan karakteristik
digunakan dalam penelitian ini. Nilai
data diantaranya nilai minimum, nilai
DTA berada diantara range 0.07 dan
maksimum, rata-rata dan standar
0.99 dengan nilai rata-rata sebesar
deviasi dari masing-masing variabel
0.4298 dan standar deviasi sebesar
baik variabel independen maupun
0.20955.
dependen. Variabel independen yaitu
penggunaan utang pada perusahaan
faktor
risiko
dalam membiayai aset-asetnya. Dari
sistematik diproksikan dengan CR,
hasil di atas dapat dilihat bahwa rata-
DTA, ITO, ROA, PER, dan BETA
rata
serta
menggunakan
fundamental
variabel
dan
independen
DTA
perusahaan
menggambarkan
sebesar
utang
42.98%
untuk
diproksikan dengan RETURN. CR
membiayai aset-aset nya. Perusahaan
merupakan
rasio
yang paling sedikit membiayai aset
likuiditas yang digunakan dalam
menggunakan utang terdapat pada
penelitian ini. Nilai CR berada
PT. Mandom Indonesia (TCID) pada
diantara 0.75 dan 17.61 dengan nilai
tahun 2007, yaitu hanya sebesar 7%.
proksi
dari
76
Sedangkan
PT.
Schering-Plough
INAF kurang dapat mengoptimalkan
Indonesia (SCPI) pada tahun 2007
aset
membiayai aset nya dengan utang
menghasilkan ROA hanya sebesar
sebesar 99%. Data telah terdistribusi
0.002. Sedangkan SCPI pada tahun
dengan normal karena nilai mean
2008 merupakan perusahaan yang
berada
telah optimal dalam memanfaatkan
di
atas
nilai
standar
yang
dimiliki
deviasinya ITO merupakan proksi
asetnya
dari rasio aktivitas perusahaan yang
pendapatan bersih karena memiliki
digunakan dalam penelitian ini. ITO
ROA sebesar 0.51. Nilai mean yang
mengindikasikan
efisiensi
berada di bawah nilai standar deviasi
mengelola
menandakan distribusi data tidak
perusahaan
dalam
persediannya. SCPI pada tahun 2008
untuk
karena
menghasilkan
normal.
memiliki nilai ITO sebesar 1.57 hal
PER merupakan proksi dari
ini menandakan SCPI belum dapat
rasio pasar yang digunakan dalam
mencapai
dibandingkan
penelitian ini. PER mengindikasikan
perusahaan dalam industri yang sama
penilaian pasar dalam menilai kinerja
sedangkan DLTA dengan nilai ITO
saham terhadap kinerja perusahaan.
sebesar 12.80 dapat dikatakan telah
Pada tahun 2008, MRAT memiliki
mencapai efisiensi pada industri
nilai PER minimum sebesar 2.94.
barang konsumsi karena perputaran
Sebaliknya,
PT.
Bentoel
persediaanya
Internasional
Investama
(RMBA)
efisiensi
cepat.
Data
ITO
merupakan data yang normal karena
menghasilkan nilai PER yang tinggi
nilai mean lebih dari nilai standar
yaitu sebesar 173.91. Nilai mean
deviasinya.
yang berada di bawah nilai standar
ROA yang merupakan proksi
dari rasio profitabilitas perusahaan
memiliki
nilai
rata-rata
deviasi menandakan distribusi data
tidak normal.
BETA merupakan proksi dari
sebesar
0.0906 atau dapat dikatakan rata-rata
risiko
9.06%
dimiliki
menggambarkan volatilitas keadaan
menghasilkan
pasar, apabila terjadi pergerakan di
dari
perusahaan
aset
dapat
yang
sistematis.
maka
Nilai
perusahaan
beta
pendapatan bersih dalam rentang
pasar
akan
0.002 sampai 0.51. Pada tahun 2007,
mengalami pergerakan pula. Nilai
77
minimum BETA terdapat pada PT.
mengindikasikan adanya data yang
Tiga Pilar Sejahtera (AISA) pada
memiliki nilai extreme (outlier).
tahun 2007 yaitu sebesar -3.94, hal
Menurut Hair et al. (2006) dalam
ini menandakan AISA kurang peka
Ghany (2011) jika terjadi masalah
terhadap peruabahan yang terjadi di
normalitas, maka dapat ditangani
pasar. Sedangkan KDSI pada tahun
dengan transformasi data. Data dapat
2007 memiliki nilai BETA yang
ditransformasikan kedalam bentuk
cukup besar yaitu 2.45 hal ini
logaritma natural (ln).
menandakan
KDSI
sangat
peka
terhadap peruahan yang terjadi di
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji
pasar. Nilai mean yang berada di
normalitas
dilakukan
deviasi
untuk mengetahui apakah data telah
menandakan distribusi data tidak
terdistribusi dengan normal atau
normal.
tidak. Pengujian dilakukan dengan
bawah
nilai
standar
RETURN merupakan proksi
uji
variabel
dalam
Smirnov dengan tingkat signifikansi
penelitian ini.. RETURN terendah
sebesar 5%. Asymptotic significance
terdapat pada PT. Indofood Sukses
yang dihasilkan sebesar 0.159. Nilai
Makmur (INDF) pada tahun 2007
tersebut telah melebihi angka 0.05,
adalah sebesar -0.6. Sedangkan pada
hal
tahun 2008, PT. Gudang Garam Tbk
terdistribusi dengan normal.
dari
(GGRM)
dependen
memiliki
RETURN
One-Sample
ini
Kolmogorov-
menandakan
Uji
data
telah
multikolinieritas
tertinggi pada penelitian ini, yaitu
dilakukan untuk mengetahui ada atau
sebesar 3.19. Nilai mean yang berada
tidaknya
di
deviasi
independen. Model regresi yang baik
menandakan distribusi data tidak
ditandakan dengan tidak adanya
normal.
korelasi
bawah
nilai
standar
Dilihat dari deskripsi statistik
korelasi
antara
antar
variabel
variabel
independennya (Ghozali,2005). Nilai
terhadap semua variabel, independen
tolerance
dari
masing-masing
dan dependen, terdapat beberapa
variabel independen menunjukkan
distribusi data yang belum normal.
angka lebih dari 0.1. Nilai VIF dari
Distribusi data yang belum normal
setiap variabel menunjukkan angka
78
yang kurang dari 10. Kedua hal
Hasil Uji Hipotesis
tersebut menandakan bahwa tidak
Nilai
terdapat
korelasi
antara
variabel
independen.
adjusted
R
square
sebesar 0.099. Hal ini menandakan
hanya sebesar 9.9% dari return
Uji
heteroskedatisitas
saham dapat dijelaskan oleh current
dilakukan untuk mengetahui ada atau
ratio, debt to total asset, inventory
tidaknya ketidaksamaan varian dari
turnover, return on asset, price to
nilai residual pengamatan. Hasil uji
earning ratio, dan beta. Jenis analisis
glejser
regresi
pada
tiap-tiap
variabel
yang
digunakan
dalam
menunjukkan nilai signifikansi lebih
penelitian ini adalah analisis regresi
dari 5%. Nilai tersebut menandakan
berganda, karena terdapat dua atau
model penelitian ini bebas dari
lebih
masalah heteroskedastisitas.
digunakan (Levine et al, 2008).
Uji
autokorelasi
bertujuan
variabel
Analisis
independen
regresi
berganda
yang
pada
untuk mengetahui adanya korelasi
penelitian
antar
dalam
menguji pengaruh current ratio, debt
penelitian dalam rentetan waktu atau
to total asset, inventory turnover,
antara
Untuk
return on asset, price to earning
mengetahui adanya korelasi antar
ratio, dan beta terhadap return
periode penelitian dapat digunakan
saham.
faktor
t
penganggu
dengan
t-1.
uji Durbin-Watson. Nilai DW yang
ini
Nilai
bertujuan
konstanta
untuk
dalam
dihasilkan sebesar 2.099. Persyaratan
persamaan di atas sebesar 1.788.
untuk
Bentuk
bebas
dari
masalah
nilai
konstanta
dalam
autokorelasi adalah nilai DW harus
persamaan di atas merupakan bentuk
berada di antara nilai dU dan nilai 4-
logaritma,
dU. Nilai dU dalam penelitian ini
diinterpretasikan nilai tersebut harus
adalah 1.8028 dan nilai 4-dU adalah
ditransformasikan ke bentuk semula.
2.1972. Hasil uji menyatakan bahwa
Nilai
nilai DW terletak di antara nilai dU
dieksponensial-kan
dan
Hal ini menandakan tanpa adanya
4-dU,
hal
ini menandakan
penelitian ini bebas dari masalah
pengaruh
sehingga
agar
konstanta
dari
menjadi
dapat
setelah
5.98.
variabel-variabel
autokorelasi.
79
independen,
return
saham
fundamental. Koefisien ROA pada
penelitian ini bertanda negatif dan
perusahaan akan sebesar 5.98.
Koefisien CR sebagai salah
menunjukkan angka 0.113. Hal ini
satu proksi dari faktor fundamental
menandakan bahwa semakin tinggi
yang menggambarkan rasio likuiditas
tingkat profitabilitas perusahaan akan
perusahaan memiliki nilai +0.051.
berdampak
Hal ini dapat diartikan semakin
saham. Secara matematis, kenaikan
tinggi tingkat likuiditas perusahaan
ROA seanyak 1% akan menurunkan
akan menaikkan return sahamnya.
return saham sebesar 0.113%.
menaikkan
return
saham
DTA merupakan salah satu
faktor
return
rasio pasar yang menjadi salah satu
proksi faktor fundamental. Koefisien
sebesar 0.051%.
proksi
turunnya
PER merupakan wakil dari
Serta setiap kenaikan CR sebesar 1%
akan
pada
fundamental
yang
PER pada penelitian ini bertanda
negatif
dan
menunjukkan
angka
mewakili rasio solvabilitas. Dalam
0.514. Hal ini menandakan bahwa
persamaan di atas, koefisien DTA
semakin
menunjukkan angka +0.210. Hal ini
perusahaan akan berdampak pada
menandakan bahwa semakin tinggi
naiknya
tingkat utang perusahaan maka return
matematis, kenaikan PER seanyak 1%
saham akan naik. Secara matematis
akan
dapat dikatakan setiap kenaikan DTA
sebesar 0.514%.
tingkat
return
saham.
menurunkan
BETA
sebesar 1% akan menaikkan return
saham sebesar 0.21%.
tinggi
PER
Secara
return
saham
merupakan
proksi
risiko sistematik. Koefisien BETA
ITO merupakan proksi faktor
pada penelitian ini bertanda positif
fundamental yang mewakili rasio
dan menunjukkan angka 0.034. Hal
aktivitas. Koefisien ITO bertanda
ini menandakan bahwa semakin tinggi
negatif dengan nilai sebesar 0.146.
tingkat
Hal ini berarti bahwa kenaikan 1%
berdampak pada meningkatnya return
ITO akan menurunkan return saham
saham. Secara matematis, kenaikan
sebesar 0.064%. ROA merupakan
BETA
wakil dari rasio profitabilitas yang
menaikkan
menjadi salah satu proksi faktor
0.034%.
BETA
perusahaan
sebanyak
return
1
unit
saham
akan
akan
sebesar
80
Uji
F
mengetahui
pengaruh
independen
untuk
sebesar 0.800 dan nilai ttabel yang
variabel
diperoleh sebesar 1.99897. Hal ini
bertujuan
secara
bersama-sama
menunjukkan bahwa nilai t
hitung
terhadap variabel dependen. Uji F
kurang dari ttabel (0.800<1.99897),
dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa H02
analisis
dengan
varian
menggunakan
(analysis
variance=ANOVA).
of
Berdasarkan
tabel 4.9 nilai Fhitung sebesar 2.243
diterima Ha2 ditolak. Jadi dapat
dikatakan
bahwa
DTA
tidak
berpengaruh terhadap return saham.
dan nilai Ftabel yang diperoleh sebesar
Berdasarkan tabel nilai t
2.25. Hasil temuan menyatakan nilai
yang sebesar -0.785 dan nilai t
Fhitung
yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal
kurang
dari
(2.243>2.25).
Hal
menunjukkan
bahwa
sedangkan
H0
nilai
Ftabel
tersebut
Ha
ditolak
hitung
ini menunjukkan bahwa nilai t
kurang dari t
tabel
tabel
hitung
(-0.785<-1.99897),
dapat
dapat ditarik kesimpulan bahwa H03
diartikan bahwa secara bersama-
diterima Ha.3 ditolak. Artinya ITO
sama variabel independen [CR, DTA,
tidak berpengaruh terhadap return
ITO, ROA, dan PER, dan Beta] tidak
saham.
diterima,
memiliki pengaruh secara signifikan
Berdasarkan tabel nilai t
terhadap variabel depanden (Sig
yang sebesar -1.013 dan nilai t
0.051 > 0.05).
yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal
Uji
t
mengetahui
pengaruh
dilakukan
ada
atau
untuk
ini menunjukkan bahwa nilai t
tabel
hitung
tidaknya
lebih dari t
variabel
dapat ditarik kesimpulan bahwa H04
variabel
diterima Ha4 ditolak. Artinya dapat
masing-masing
independen
hitung
terhadap
tabel
(-1.013<-1.99897),
dependen. Berdasarkan tabel nilai
dikatakan
bahwa
ROA
tidak
thitung yang sebesar 0.249 dan nilai
berpengaruh terhadap return saham.
ttabel yang diperoleh sebesar 1.99897.
Berdasarkan tabel nilai t
Hal ini menunjukkan bahwa nilai
yang sebesar -3.307 dan nilai t
thitung kurang dari ttabel, sehingga dapat
yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal
disimpulkan
ini menunjukkan bahwa nilai t
bahwa
CR
tidak
hitung
tabel
hitung
berpengaruh terhadap return saham.
kurang dari t
Berdasarkan tabel nilai thitung yang
dapat ditarik kesimpulan bahwa H05
tabel
(-3.307>-1.99897),
81
ditolak Ha5 diterima. Artinya PER
lancarnya dengan baik misalnya
memiliki
dengan
pengaruh
yang negatif
terhadap return saham (0.002<0.05).
Berdasarkan tabel nilai t
cara
diinvestasikan
ke
investasi jangka pendek. Berbeda
hitung
dengan perusahaan yang memiliki
tabel
nilai CR tinggi menandakan bahwa
yang diperoleh sebesar 1.99897. Hal
perusahaan belum dapat mengelola
ini menunjukkan bahwa nilai t
hitung
aset lancar nya dengan baik, antara
(0.286<1.99897),
lain terlalu banyak uang tunai yang
dapat ditarik kesimpulan bahwa H06
menganggur, tingginya nilai piutang
diterima Ha.6 ditolak. Hal ini berarti
yang belum tertagih dan persediaan
beta saham tidak memiliki pengaruh
yang mengendap di gudang, namun
terhadap return saham.
dilain sisi dengan nilai CR yang
yang sebesar 0.286 dan nilai t
kurang dari t
tabel
tinggi
Pengaruh
Current
Ratio
(CR)
perusahaan
memiliki
tidak
masalah
akan
dalam
hal
likuiditasnya.
terhadap Return Saham
Dari hasil uji t, secara parsial
Hasil penelitian yang sama
CR tidak memiliki pengaruh terhadap
terdapat
return saham. Hal ini menandakan
dilakukan oleh Nugroho (2009),
tinggi atau rendahnya nilai CR suatu
Nugroho (2009) menemukan bahwa
perusahaan tidak akan memberikan
CR tidak memiliki pengaruh terhadap
pengaruh kepada perubahan return
return saham. Namun tidak sejalan
saham.
dengan
Tinggi atau rendahnya nilai
pada
hasil
penelitian
penelitian
yang
Ulupui
(2005) yang menemukan adanya
CR masih mengandung makna yang
pengaruh
bias.
terhadap return saham. Ketidak-
Dalam
satu
pandangan
CR
yang
hasil
signifikan
perusahaan yang memiliki nilai CR
konsistenan
penelitian
ini
rendah berarti perusahaan tengah
diindikasikan oleh adanya perbedaan
mengalami masalah likuiditas seperti
karakteristik industri,dimana masing-
pembayaran utang-utang yang waktu
masing industri memiliki standard
jatuh temponya kurang dari satu
tersendiri untuk penilaian nilai CR.
tahun tetapi di sisi lain perusahaan
sudah
dapat
mengelola
aset
82
Pengaruh Debt to Total Asset
yang lebih cenderung kepada capital
(DTA) terhadap Return Saham
gain oriented dibandingkan dengan
Dari hasil pengujian secara
parsial,
variabel
DTA
tidak
dividend oriented, investor tidak
akan
memerhatikan
total
utang
pengaruh
perusahaan tetapi hanya mengikuti
terhadap return saham. Hal ini
trend yang ada di pasar. Sedangkan
menandakan tinggi atau rendahnya
investor yang berorientasikan kepada
nilai DTA tidak akan memengaruhi
dividen akan memerhatikan aspek
return saham.
DTA dalam pengambilan keputusan
menunjukkan
adanya
Secara teoritis, perusahaan
investasinya,
karena
yang memiliki nilai DTA tinggi
utang
cenderung memiliki risiko yang lebih
dilakukan untuk jangka waktu yang
tinggi
pendek,
pula,
seperti
risiko
kebangkrutan, risiko solvency, risiko
oleh
penggunaan
perusahaan
tetapi
untuk
bukan
kehidupan
jangka panjang perusahaan.
bunga (interest) yang tinggi. Hal ini
akan
menyebabkan
investor
mencabut dananya dari perusahaan
dan
menanamkan
modalnya
Pengaruh
Inventory
Turnover
(ITO) terhadap Return Saham
ke
Berdasarkan hasil uji secara
perusahaan lain yang memiliki risiko
parsial, ITO tidak memiliki pengaruh
lebih rendah, sehingga harga saham
yang
akan
saham. Artinya tinggi atau rendah
cenderung
turun
dan
menyebabkan return menurun pula.
Hasil penelitian ini sejalan
signifikan
terhadap
return
nilai ITO tidak memengaruhi return
saham.
dengan penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian ini sejalan
oleh Sunarto (2001), dimana DTA
dengan penelitian yang dilakukan
tidak
yang
oleh Widodo (2007) bahwa ITO
signifikan terhadap return saham.
belum menjadi salah satu prediktor
Tidak adanya pengaruh nilai DTA
dalam memperkirakan return saham.
terhadap
saham
Periode penelitian dalam masa krisis
terdapat
ini dapat menyebabkan ITO tidak
pandangan yang berbeda mengenai
berpengaruh terhadap return saham.
utang perusahaan. Bagi para investor
Hal ini dapat dikarenakan ITO
memiliki
pengaruh
return
mengindikasikan
bahwa
83
merupakan perhitungan teknis dari
memegang saham akan cenderung
kegiatan
melepas atau menjual sahamnya.
operasional
suatu
Hasil temuan ini bertolak
perusahaan. Pada umumnya investor
lebih fokus pada hasil bukan proses,
belakang
misalnya dengan cara memerhatikan
beberapa peneliti terdahulu, yaitu
kinerja
Sunarto
perusahaan
lewat
laba,
dengan
(2001),
hasil
temuan
Yadnya
(2004),
tingkat penjualan yang tinggi, dan
Ulupui (2005), dan Widodo (2007)
hal
yang
lain
yang
mengindikasikan
menemukan
berpengaruh
keuntungan bagi investor.
bahwa
secara
ROA
signifikan
terhadap return saham. Terdapat pula
Pengaruh Return on Asset (ROA)
penelitian
yang
memiliki
hasil
terhadap Return Saham
temuan yang sejalan, yaitu penelitian
Berdasarkan hasil uji parsial,
yang dilakukan oleh Hijria (2007)
ROA dapat tidak memiliki pengaruh
dan Nugroho (2009). Hasil temuan
terhadap return saham. Hal ini
mereka menunjukkan bahwa ROA
berarti semakin tinggi atau rendah
tidak berpengaruh terhadap return
nilai ROA tidak akan memengaruhi
saham.
return saham.
Hal ini tidak sejalan dengan
teori yang ada, dimana semakin
Pengaruh Price to Earning Ratio
(PER) terhadap Return Saham
tinggi nilai ROA menandakan kinerja
Berdasarkan hasil uji parsial,
perusahaan yang baik sehingga akan
PER memiliki pengaruh signifikan
meningkatkan return saham. Hal ini
terhadap return saham dengan arah
dapat dikarenakan kondisi ekonomi
negatif.
yang terjadi pada periode penelitian
semakin tinggi atau setiap perubahan
(2007-2009). Pada periode tersebut
positif nilai PER mengindikasikan
terjadi krisis global yang menimpa
turunnya return saham.
dunia, termasuk Indonesia. Tipe
Hal
Hal
ini
ini
menandakan,
mengindikasikan
investor yang umumnya menghindari
investor yang ingin menanamkan
risiko
modalnya
mengakibatkan
investasi
diperusahaan
memiliki
dengan saham pada masa itu kurang
pandangan harga saham yang terlalu
diminati.
tinggi (overvalued) sehingga akan
Investor
yang
telah
84
berpikir dua kali untuk berinvestasi
pada akhirnya akan memengaruhi
diperusahaan. Harga saham yang
harga saham.
Nugroho
overvalued cenderung dihindari oleh
(2003)
menguji
para investor karena harganya mahal.
pengaruh beta terhadap return saham
Hal ini sejalan dengan teori yang
dan Hijriah (2007) menguji pengaruh
dikatakan
beta terhadap harga saham. Kedua
saham
oleh
yang
Fabozzi
(1999),
overvalued
akan
hasil
pengujian
tersebut
cenderung bergerak menuju nilai
menunjukkan tidak adanya pengaruh
wajarnya,
beta terhadap return dan harga
untuk
begitupun
saham
yang
sebaliknya
undervalued.
saham.
Indikasi
dari
tidak
Saham yang undervalued cenderung
berpengaruhnya nilai beta terhadap
akan memiliki kesempatan untuk
return saham adalah karena objek
mendapat capital gain yang tinggi,
dalam
sedangkan
industri consumer goods, walaupun
saham
overvalued
penelitian
ini
merupakan
pasar bergerak sangat volatile, nilai
mengindikasikan capital loss.
beta kurang menadi perhatian karena
Pengaruh
Risiko
Sistematik
produk dari perusahaan akan tetap
dicari oleh para konsumen. Dengan
terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji parsial,
demikian
pendapatan
akan
stabil
perusahaan
beta tidak memiliki pengaruh yang
cenderung
sehingga
signifikan terhadap return saham.
return saham akan cenderung stabil.
Hal tersebut menandakan tinggi atau
rendahnya
nilai
beta
tidak
memengaruhi return saham.
risiko sistematik. Risiko ini tidak
dihilangkan
diversifikasi
dan
dengan
Keterbatasan
dan
Saran
Beta merupakan proksi dari
dapat
Simpulan,
cara
merupakan
pergerakan pasar secara keseluruhan.
Return saham akan bergerak seiring
dengan pergerakan return pasar, dan
Pengujian
empiris
menunjukkan beberapa hasil sebagai
berikut: (1) Rasio likuiditas yang
diproksikan oleh current ratio tidak
memiliki pengaruh terhadap return
saham. (2) Rasio solvabilitas yang
diproksikan oleh debt to total asset
tidak memiliki pengaruh terhadap
85
return saham. (3) Rasio aktivitas
penelitian yang lebih panjang, agar
yang diproksikan oleh inventory
hasil penelitian lebih akurat.
turnover tidak memiliki pengaruh
terhadap return saham. (4) Rasio
DAFTAR PUSTAKA
profitabilitas yang diproksikan oleh
Affandi, I. 2001. Analisis Faktorfaktor yang Memengaruhi
Struktur
Modal
dan
Pengaruhnya terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus
terhadap Perusahaan Sektor
Konsumsi yang listed di BEJ)
[Tesis]. Semarang: Program
Pasca
Sarjana
Magister
Manajemen
Universitas
Diponegoro.
return on asset tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham. (5)
Rasio pasar yang diproksikan oleh
price to earning ratio memiliki
pengaruh negatif terhadap return
saham. (6) Risiko sistematik yang
diproksikan oleh beta saham tidak
memiliki pengaruh terhadap return
saham.
Keterbatasan penelitian ini
terletak pada koefisien determinasi
yang hanya mencapai tingkat 9.9%.
Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar
Modal Indonesia. Jakarta:
Media Soft Indonesia
Brigham, E. F dan Joel, F.H. 2007.
Essential
of
Financial
Management.
Singapore:
CENGAGE Learning.
Hal ini menandakan variasi return
saham
yang
dipengaruhi
oleh
variabel independen sangat lemah.
Saran untuk penelitian selanjutnya
adalah
mengganti
proksi
dari
variabel faktor fundamental yang
dapat
menjelaskan
variabel
independen
variabilitas
terhadap
variabel dependen secara dominan.
Lalu, menjadikan variabel risiko
sistematik
menjadi
variabel
pemoderasi antara variabel faktor
fundamental dengan return saham.
Terakhir, menambah rentang waktu
Bursa Efek
Indonesia.
2011.
Pengantar
Pasar
Modal
tersedia
di
http://www.idx.co.id/Home/I
nformation/ForInvestor/Intro
ToCapitalMarke
t/tabid/167/language/idID/Default.aspx diakses pada
tanggal 6 April 2011 pukul
10.55 WIB.
Bursa Efek Indonesia. 2011. Profil
Perusahaan yang terdaftar di
BEI
tersedia
di
http://www.idx.co.id/Home/L
istedCompanies/CompanyPro
file/tabid/89/la
nguage/enUS/Default.aspx diakses pada
tanggal 20 Juni 2011 pukul
13.00 WIB.
86
Fabozzi. 1999. Undervalued [artikel]
tersedia
di
http://economy.okezone.com/
read/2011/07/25/226/483774/
undervalued diakses pada
tanggal 15 September 2011
pukul 02.31 WIB.
Ghany, R.H. 2011. Pengaruh Rasio
Keuangan dan Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai
Perusahaan
[Skripsi].
Jakarta:
Program
Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial, Universitas
Bakrie
Ghozali,
I.
2005,
Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS,
Jilid
1,
BPFE
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Hijriah, A. 2007. Pengaruh Faktor
Fundamental dan Risiko
Sistematik terhadap Harga
Saham Properti di Bursa Efek
Jakarta [TESIS]. Medan:
Sekolah
Pasca
Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Hin,
L.T.
2008.
Panduan
Berinvestasi Saham Edisi
Terkini. Jakarta: Elex Media
Computindo.
Husnan, S. (2001). Dasar-dasar
Teori Portfolio dan Analisis
Sekuritas
Edisi
Ketiga.
Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan AMP YKPN.
ICMD .2010. Indonesian Capital
Market
Directory
2010.
Jakarta:
Institute
for
Economic and Financial
Research.
Jogiyanto, H.M. 1998. Teori
portofolio
dan
Analisis
Investasi. Yogyakarta.
Kieso D.E, Weygandt, J.J., dan
Warfield,
T.D.
2007.
Intermediate
Accounting.
New Jersey: John Wiley &
Sons Inc.
Levine, et al. 2008. Statistics For
Managers Using Microsoft
Excel Fifth Edition. New
Jersey: Pearson International
Edition.
Munte, M.H.M. 2009. Pengaruh
Faktor
Fundamental
Terhadap Return Saham
Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
[TESIS]. Medan: Sekolah
Pascasarjana
Universitas
Sumatera Utara.
Nugroho, B.H. 2003. Pengaruh Beta,
Size, Book Value To Market
Equity, Dan Earning Yields
Terhadap Return Saham.
Perspektif Volume 8 Nomor
2:211-222.
Nugroho, I.A. 2009. Analisis
Pengaruh
Analisis
Fundamental
terhadap
Return
Saham
(Studi
Komparatif pada Sub Sektor
Industri Otomotif terhadap
Sub Sektor Industri Tekstil
Sepanjang Periode 20032007
di
Bursa
Efek
Indonesia) [Tesis]. Semaran:
Program Studi Magister
Manajemen
Universitas
Diponegoro.
Santoso,
S.
2010.
Statistik
Multivariat: Konsep dan
Aplikasi
dengan
SPSS.
87
Media
States of America: Thomson
South-Western.
Schroeder, et al. 2009. Financial
Accounting
Theory
and
Analysis Text and Cases
Ninth Edition. USA: John
Wiley & Sons, Inc.
Widodo, S. 2007. Analisis Pengaruh
Rasio
Aktivitas,
Rasio
Profitabilitas, Dan Rasio
Pasar, Terhadap Return
Saham
Syariah
Dalam
Kelompok
Jakarta:
Elex
Komputindo.
Sunarto. 2001. Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Leverage
terhadap Return Saham di
BEJ. Gema Stikubank: 63-82.
Ulupui, I.G.K.A. 2005. Analisis
Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas
terhadap
Return Saham (Studi pada
Perusahaan Makanan dan
Minuman dengan Kategori
Industri Barang Konsumsi di
BEJ). Bali: Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Warren, R. dan Duchac. 2007.
Financial Accounting. United
Yadnya, I.P. 2004. Pengaruh
Beberapa Rasio Keuangan
Dan Nilai Tambah Ekonomis
Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur Di
Bursa
Efek
Jakarta.
BULETIN
STUDI
EKONOMI Volume 9 Nomor
2: 124-137.
Yahoo!Finance. Data harga saham
dari tahun ke tahun tersedia
di www.yahoo.com/finance
diakses pada tanggal 4
Agustus 2011 pukul 22.00
88
Download