PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP RETURN SAHAM Tita Djuitaningsih Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920 Mila Mauliyana Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap return saham. Faktor fundamental diproksikan oleh Current Ratio, Debt to Total Asset, Inventory Turnover, Return on Asset, Price to Earning Ratio dan risiko sistematik diproksikan oleh koefisien Beta. Objek dalam penelitian ini adalah kelompok perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2009. Sebelum melakukan analisis regresi berganda, data dalam penelitian ini telah lulus semua uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis menunjukkan hanya Price to Earnings Ratio yang memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Kata kunci : Faktor Fundamental, Risiko Sistematik, Return Saham Abstract The purpose of this study is to examine the effect of several fundamental factors and systematic risk toward the stock return. Fundamental factors represented by Current Ratio, Debt to Total Asset, Inventory Turnover, Return on Asset, Price to Earnings Ratio and systematic risk represented by coefficient of Beta. Object of this study is companies in consumer goods industry that listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 until 2009. Before performing multiple regression analysis, the data have passed entire classic assumption test that consist of normality test, multicollinearity test, heteroscedasicity test, and autocorrelation test. Hypothesis test indicated that just Price to Earnings Ratio which have a negative influence toward stock return. Keywords: Fundamental Factors, Systematic Risk, Stock Return 66 Hin (2008) menggolongkan PENDAHULUAN merupakan dua jenis risiko dalam berinvestasi, tempat bertemunya perusahaan yang yaitu risiko sistematik dan risiko membutuhkan dana dengan para tidak investor yang ingin berinvestasi. mengungkapkan Perusahaan sistematik Pasar modal yang sedang sistematik. Hin bahwa mengacu pada risiko faktor dapat ketidakpastian yang terdapat di pasar menerbitkan saham perdana kepada dan faktor ini dapat memengaruhi publik perusahaan membutuhkan dana, (Initial Setiap Public Offering). investor pertimbangan memiliki tersendiri untuk Berbeda secara dengan sistematik keseluruhan. risiko dimana tidak faktor investasi yang akan dipilih. Brigham ketidakpastian lebih mengacu pada dan Houston (2007) menuturkan perusahaan itu sendiri. Brigham dan tujuan Houston (2007) merefleksikan risiko utama perusahaan adalah perusahaan sistematik dengan koefisien beta (β). kekayaan Risiko ini tidak dapat dihilangkan pemegang saham. Setelah investor dengan cara diversifikasi karena menanamkan dana di perusahaan, faktor-faktor perusahaan memiliki tanggung jawab berasal dari luar perusahaan. memaksimalkan atau nilai memaksimalkan yang memengaruhi kekayaan Risiko sistematik memiliki bagi para investor dengan cara pengaruh terhadap perusahaan secara menentukan strategi dan mengambil langsung. Hal ini disebabkan oleh keputusan untuk dampak dari faktor ketidakpastian menghasilkan kinerja yang optimal yang berasal dari luar perusahaan sehingga para investor akan memiliki akan memengaruhi semua pihak kepercayaan mendapatkan yang memiliki kepentingan pada tingkat pengembalian yang tinggi. perusahaan tersebut. Faktor-faktor Hal yang untuk memaksimalkan yang tepat untuk umum yang paling termasuk dalam risiko dipertimbangkan oleh para investor sistematik antara lain gejolak politik, adalah tingkat risiko dan return yang krisis keuangan, inflasi, tingkat suku akan didapatkan. bunga, dan hal lain yang dapat memengaruhi perusahaan secara 67 keseluruhan. Apabila faktor tersebut karakteristik dari perusahaan yang memiliki pergerakan yang sangat sahamnya telah disebar di publik. volatile, perusahaan yang sangat Menurut Hin (2008) salah satu cara peka atau sensitif dengan pergerakan yang digunakan untuk mengetahui tersebut dapat dikatakan perusahaan sisi yang perusahaan memiliki risiko tinggi. fundamental dari suatu yaitu dengan perusahaan menggunakan analisis rasio. Laporan harus bekerja keras menata keuangan keuangan merupakan suatu informasi perusahaan agar perusahaan tetap yang sangat berguna bagi investor bertahan dalam untuk menganilis kondisi keuangan tersebut. suatu perusahaan. Analisis rasio Investor akan mencari perusahaan dapat dilakukan melalui laporan yang dalam keuangan perusahaan. Analisis rasio berbagai keadaan ekonomi, karena merupakan suatu alat yang paling akan memberikan prospek yang baik popular dan banyak digunakan untuk di masa yang akan datang. Investor menganalisis kondisi keuangan baik yang ingin maupun yang sudah untuk berinvestasi dalam perusahaan yang maupun periode selanjutnya. Manajemen keuangan dan menghadapi stabil gejolak mampu bertahan keadaan Penelitian memiliki risiko atau koefisien beta tahun ini berjalan merupakan tinggi pasti mengharapkan return replikasi dari penelitian terdahulu yang tinggi. Sebaliknya, investor terutama penelitian yang dilakukan yang cenderung memilih beta dengan oleh Ulupui (2005). Tidak banyak risiko rendah akan mendapatkan penelitian return saham yang rendah. variabel beta saham sebagai penentu Setiap investor lazimnya return yang saham. menggunakan Perluasan memperhatikan aspek fundamental penelitian sebelum berinvestasi. Analisis faktor dengan penambahan faktor rasio fundamental nilai pasar dan risiko sistematik mempelajari hal-hal Ulupui adalah yang berhubungan dengan kondisi untuk keuangan suatu perusahaan. Tujuan terhadap return saham. Penambahan dari untuk rasio nilai pasar ini didasarkan pada dan alasan bahwa rasio nilai pasar juga analisis mengetahui faktor sifat ini dasar mengetahui (2005) dari pengaruhnya 68 faktor menjadi perusahaan kategori industri fundamental yang menjadi perhatian consumer goods yang terdaftar di para investor sebelum berinvestasi. Bursa Rasio pasar mengindikasikan kinerja Merujuk pada perumusan masalah yang telah dicapai oleh perusahaan yang ada, maka tujuan utama dari dimasa lalu dan prospek dimasa yang penelitian akan datang. Sedangkan faktor risiko mendapatkan bukti empiris mengenai sistematik yang diukur dengan beta pengaruh faktor fundamental dan saham merupakan faktor yang selalu risiko sistematik terhadap return memengaruhi perusahaan dan risiko saham. merupakan salah satu merupakan salah satu hal yang paling diperhatikan investor untuk mengambil keputusan investasi. Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Ulupui (2005) adalah perubahan penggunaan proksi untuk variabel leverage dan rasio aktivitas menjadi DTA dan inventory turnover (ITO). Perubahan tersebut didasari oleh tidak signifikannya proksi DTE dan TATO dalam penelitian Ulupui (2005), diharapkan dengan terdapat perubahan proksi memberikan ini dapat pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Di samping itu penelitian ini mengganti objek penelitian yang lebih luas dibandingkan Ulupui makanan (2005) dan dengan penelitian yaitu perusahaan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Efek Indonesia ini TINJAUAN (BEI). adalah untuk PUSTAKA DAN HIPOTESIS Faktor Fundamental Husnan (2001) mengungkapkan analisis fundamental dilakukan dengan cara memprediksi harga saham dimasa yang akan datang dengan memperkirakan nilai dari cara faktor fundamental, salah satunya laporan keuangan. Laporan keuangan berisi informasi yang sangat mencerminkan keadaan perusahaan. Para investor yang ingin terjun ke bursa harus pandai mengolah informasi tersebut. Affandi (2001) menuturkan bahwa informasi yang paling dilirik oleh investor adalah kinerja yang telah dicapai dari perusahaan, efektifitas, dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Ang (1997) membagi lima rasio keuangan yang 69 digunakan pada analisis keuangan return pasar, semakin besar beta untuk saham dan begitu pun sebaliknya. menganalisis faktor fundamental perusahaan, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas (Activity Ratio), Rasio (Profitability Profitabilitas Ratio), Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio), dan Rasio Pasar (Market Ratio). (1997) menyatakan saham terdiri dari dua jenis risiko, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Risiko sistematik terbentuk dari faktor-faktor di luar seperti suku bunga, inflasi, kebijakan moneter yang dapat memengaruhi perusahaan yang pada akhirnya akan memengaruhi harga saham. Risiko dihilangkan ini dengan tidak dapat diversifikasi. Sedangkan risiko tidak sistimatik dapat dihilangkan diversifikasi, dan dengan cara faktor yang membentuknya yaitu kondisi internal perusahaan. alasan investor penanaman perusahaan. modal Munte melakukan di suatu (2009) pengembalian hasil atau laba atas risiko total dari suatu kepemilikan perusahaan Return merupakan salah satu memaparkan definisi return yaitu Risiko Sistematik Ang Return Saham Risiko sistematik dicerminkan lewat koefisien beta (β). Jogiyanto (1998) menuturkan beta merupakan ukuran volatilitas return suatu surat berharga atau investasi modal, yang besarnya dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan (rate of return). Lebih jauh, Jogiyanto (1998) membagi dua jenis return yaitu return realisasi (realized return) dimana return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis, sedangkan return ekspektasi dimana return yang belum terjadi dan diharapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Dilihat dari pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan definisi dari return saham adalah tingkat pengembalian hasil dari suatu kegiatan investasi atau penanaman modal, antara lain berupa return yang telah terjadi (realizaed return) dan return ekspektasi (expected return). saham terhadap return pasar. Jadi, semakin besar return saham terhadap 70 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham CR merupakan salah satu dalam menutupi kewajiban jangka cara untuk mengukur rasio likuiditas. pendeknya, hal ini akan menaikkan CR harga mengindikasikan perusahaan kemampuan dalam menutupi saham. dilakukan Penelitian oleh Sunarto yang (2001), kewajiban jangka pendek dengan Yadnya (2004), Ulupui (2005), dan menggunakan Widodo aset lancar (2007) menunjukkan (Brigham&Houston.,2007). pengaruh yang signifikan terhadap Perusahaan yang memiliki CR yang return saham. Sedangkan penelitian rendah akan mengakibatkan investor yang dilakukan oleh Hijriah (2007) beralih ke perusahaan yang memiliki dan Nugroho (2009) menunjukkan CR hasil yang tidak signifikan terhadap lebih tinggi. Investor menganggap perusahaan dengan CR harga dan return saham. yang lebih tinggi akan lebih baik Ha.1 = CR berpengaruh positif terhadap return saham Pengaruh Debt to Total Asset yang (DTA) terhadap Return Saham kinerja besar akan mempengaruhi perusahaan dalam DTA merupakan salah satu menghasilkan laba. Perusahaan yang rasio solvabilitas atau biasa disebut memiliki laba yang optimal akan sebagai leverage ratio. Kieso (2007) memberikan pun mengindikasikan DTA sebagai dimasa yang akan datang mengenai besarnya dimiliki tingkat pengembalian yang akan perusahaan dan dibiayai oleh utang. diperoleh investor. Sunarto (2001) Semakin DTA yang telah menguji pengaruh DTA kewajiban terhadap return saham menemmukan perusahaan yang semakin tinggi, dan hasil bahwa DTA tidak memiliki akan membayar bunga yang relatif pengaruh yang signifikan terhadap tinggi pula. Bunga merupakan beban return saham. aset yang besarnya menandakan kadar nilai prospek yang baik bagi perusahaan, sehingga beban Ha.2 = DTA berpengaruh negatif terhadap return saham 71 Pengaruh Inventory Turnover (ITO) terhadap Return Saham Salah mengukur satu rasio perusahaan cara aktivitas adalah ITO semakin cepat pula perusahaan mendapatkan uang kas. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa ITO merupakan suatu aspek likuiditas dari persediaan dengan sebuah perusahaan. Semakin cepat menghitung perputaran persediaan perputaran persediaan menandakan atau perusahaan semakin efisien dalam inventory turnover (ITO). Schroeder et al. (2009) menyatakan mengelola efisiensi perusahaan dapat dilihat perputaran dari kemampuan perusahaan dalam cepat dan mengindikasikan kinerja mengelola persediaannya. ITO yang yang baik. Hal ini akan memberikan tinggi mengindikasikan persediaan kepercayaan kepada investor di masa semakin cepat terjual. Ang (1997) yang menuturkan bahwa semakin cepat mendapatkan keuntungan. persediaan modal akan akan sehingga semakin datang untuk Ha.3 = ITO berpengaruh positif terhadap return saham sehingga kinerja perusahaan Pengaruh Return on Asset (ROA) semakin terhadap Return Saham ROA merupakan salah satu cara untuk menilai baik (Brigham & Houston.,2007). Kinerja yang baik kinerja diharapkan akan meningkatkan daya perusahaan. ROA dihasilkan dari tarik investor untuk menanamkan perbandingan modal, antara laba bersih sehingga dalam jangka dengan total aset yang dimiliki pendek harga saham perusahaan perusahaan. Kieso (2007) cenderung naik dan dalam jangka menyatakan bahwa ROA panjang akan menjanjikan dividen menunjukkan kemampuan yang tinggi. perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dikelola. Semakin tinggi nilai ROA menandakan perusahaan semakin efisien dalam mengelola asetnya 72 Ha.4 = ROA berpengaruh positif terhadap return saham Pengaruh Price to Earning Ratio antara lain inflasi, suku bunga, (PER) terhadap Return Saham kebijakan PER merupakan salah satu bagian dari rasio Risiko sangat erat kaitannya dengan PER return. Kedua hal tersebut tidak digunakan untuk melihat kinerja dapat dipisahkan karena semakin saham terhadap kinerja perusahaan tinggi risiko yang akan ditanggung yang dicerminkan oleh laba per oleh investor maka akan semakin saham tinggi (EPS). pasar. moneter, dan lainnya. Fabozzi menerangkan saham (1999) yang pula return yang akan dikompensasikan. Jogiyanto (1998) diperdagangkan dengan harga murah menyatakan (undervalued) akan cenderung naik diproksikan dengan koefisien beta mendekati intrinsiknya, (β). Koefisien beta (β) dikatakan begitupun sebaliknya dengan saham netral apabila bernilai satu (β=1), yang overvalued. Ketika mencapai semakin besar nilai beta, maka titik tertinggi, saham akan memiliki semakin besar pula risiko dari saham kecenderungan tersebut, dan akan semakin tinggi nilai untuk turun risiko sistematik mendekati nilai wajarnya. pula return yang akan diterima. Ha.5 = PER berpengaruh terhadap Ha.6 : Risiko sistematik berpengaruh return saham positif terhadap return saham. Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Return Saham METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Sumber Risiko sistematik merupakan Data Penelitian ini menggunakan faktor ketidakpastian yang tidak dapat ditoleransi oleh setiap perusahaan, karena faktor-faktor penyebabnya dapat memengaruhi kondisi keseluruhan. perusahaan Faktor-faktor secara yang populasi perusahaan consumer goods yang terdaftar Indonesia (BEI) di Bursa selama Efek periode tahun 2007-2009. Metode sampling yang digunakan yaitu metode termasuk dalam risiko sistematik 73 purposive sampling dengan kriteria- berakhir kriteria yang ditetapkan antara lain : Desember selama periode 2007- 1. Kelompok perusahaan consumer 2009. goods yang terdafttar di BEI sejak tahun 2007-2009. pada tanggal 31 4. Kelompok perusahaan consumer goods yang memiliki pendapatan 2. Kelompok perusahaan consumer goods yang tidak pernah delisting selama periode 2007-2009. bersih (net income). 5. Kelompok perusahaan consumer goods yang sahamnya masih 3. Kelompok perusahaan consumer goods yang menerbitkan laporan aktif diperjualbelikan pada tahun 2009. keuangan untuk periode yang Perhitungan sampel diproksikan dengan koefisien beta dilakukan dengan cara balanced saham panel, panjang tahunnya dihasilkan dari pembagian waktu yang sama untuk setiap cross antara covarian return saham dan section, sehingga total sampel adalah pasar dengan variance return pasar. 69 dimana terdapat 23 perusahaan Return saham diperoleh dari harga dalam periode tiga tahun. Data yang penutupan saham setiap tahunnya digunakan pada ini dan return pasar diperoleh dari harga bersumber dari yang penutupan IHSG setiap tahunnya terdaftar di BEI. Faktor fundamental mulai dari tahun 2007 hingga tahun diproksikan dengan CR, DTA, ITO, 2009. dimana terdapat penelitian keuangan (β). Beta saham setiap ROA, dan PER. Risiko sistematik Metode Analisis Data signifikan Uji asumsi klasik harus digunakan asumsi klasik yang dilakukan antara sebelum lain dengan melakukan model penelitian regresi. Ghozali dan uji representatif. normalitas, multikolinieritas, Uji uji uji (2005) menyatakan uji asumsi klasik heteroskedastisitas, dan dilakukan agar model regresi yang autokolerasi. uji digunakan klasik dilakukan, pengujian yang menunjukkan dapat benar-benar hubungan yang dilakukan Setelah selanjutnya uji asumsi adalah 74 pengujian model regresi berganda. hipotesis dilakukan dengan dua cara yang yaitu bertujuan pengaruh untuk variabel menguji independen terhadap variabel dependen, melalui pengujian hipotesis. sigifikasi parameter simlutan (Uji F) dan uji signifikansi parameter individual (Uji t). Pengujian pokok penjualan dibagi dengan rata- Operasional Variabel Current uji ratio (CR) rata persediaan. Return merupakan rasio keuangan untuk on Asset (ROA) mengetahui kemampuan perusahaan dihitung dengan cara pembagian untuk melunasi kewajiban jangka antara pendapatan bersih terhadap pendek dengan menggunakan aktiva total aktiva. Price-to-earning ratio lancar yang dimilikinya. Perhitungan (PER) menggambarkan CR dilakukan dengan cara membagi besar kemauan total aktiva lancar dengan total utang membayar pendapatan perusahaan lancar yang dimiliki perusahaan per satuan dollar ataupun mata uang (Warren, et al.,2007). lainnya dikarenakan prospek dan Debt to total asset (DTA) seberapa pasar untuk pertumbuhan perusahaan di masa yang yang akan datang. Perhitungan PER aset dilakukan dengan market price atau perusahaan yang dibiayai oleh utang. harga pasar per lembar saham biasa DTA dengan EPS merupakan rasio menggambarkan diperoleh jumlah dari perhitungan atau pendapatan per dengan pembagian antara total utang lembar dengan total aktiva yang dimiliki variabel independen lainnya yaitu oleh et risiko sistematik yang diwakilkan al.,2007). Inventory turnover (ITO) dengan adalah perusahaan rata-rata (Warren, perputaran saham biasa. Sedangkan dari persediaan yang dimiliki perusahaan dalam menjual persediannya selama periode berjalan (Warren, et al.,2007), dengan perhitungan harga koefisien beta saham (β). Beta saham diukur dengan cara sebagai berikut: 75 Dimana: rata-rata 2.9830 dan standar deviasi Rm = Return market 3.17474. Hal ini menandakan bahwa rata-rata IHSGt = Indeks harga saham gabungan tahun t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan t-1 perusahaan memiliki kemampuan untuk menutupi kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar sebesar 2.9830. Nilai minimum CR terdapat Pi = Harga saham i tahun t pada perusahaan MRAT pada tahun Pi (t-1) = Harga saham i tahun t-1 2007 sebesar 0.75 sedangkan nilai Di = Dividen saham i maksimum Ri = Return saham sebesar 17.61. Nilai mean yang terdapat pada TCID berada di bawah nilai standar deviasi menandakan distribusi data tidak HASIL DAN PEMBAHASAN normal. Statisktik Deskriptif DTA merupakan proksi dari Deskripsi statistik bertujuan rasio solvabilitas perusahaan yang untuk menggambarkan karakteristik digunakan dalam penelitian ini. Nilai data diantaranya nilai minimum, nilai DTA berada diantara range 0.07 dan maksimum, rata-rata dan standar 0.99 dengan nilai rata-rata sebesar deviasi dari masing-masing variabel 0.4298 dan standar deviasi sebesar baik variabel independen maupun 0.20955. dependen. Variabel independen yaitu penggunaan utang pada perusahaan faktor risiko dalam membiayai aset-asetnya. Dari sistematik diproksikan dengan CR, hasil di atas dapat dilihat bahwa rata- DTA, ITO, ROA, PER, dan BETA rata serta menggunakan fundamental variabel dan independen DTA perusahaan menggambarkan sebesar utang 42.98% untuk diproksikan dengan RETURN. CR membiayai aset-aset nya. Perusahaan merupakan rasio yang paling sedikit membiayai aset likuiditas yang digunakan dalam menggunakan utang terdapat pada penelitian ini. Nilai CR berada PT. Mandom Indonesia (TCID) pada diantara 0.75 dan 17.61 dengan nilai tahun 2007, yaitu hanya sebesar 7%. proksi dari 76 Sedangkan PT. Schering-Plough INAF kurang dapat mengoptimalkan Indonesia (SCPI) pada tahun 2007 aset membiayai aset nya dengan utang menghasilkan ROA hanya sebesar sebesar 99%. Data telah terdistribusi 0.002. Sedangkan SCPI pada tahun dengan normal karena nilai mean 2008 merupakan perusahaan yang berada telah optimal dalam memanfaatkan di atas nilai standar yang dimiliki deviasinya ITO merupakan proksi asetnya dari rasio aktivitas perusahaan yang pendapatan bersih karena memiliki digunakan dalam penelitian ini. ITO ROA sebesar 0.51. Nilai mean yang mengindikasikan efisiensi berada di bawah nilai standar deviasi mengelola menandakan distribusi data tidak perusahaan dalam persediannya. SCPI pada tahun 2008 untuk karena menghasilkan normal. memiliki nilai ITO sebesar 1.57 hal PER merupakan proksi dari ini menandakan SCPI belum dapat rasio pasar yang digunakan dalam mencapai dibandingkan penelitian ini. PER mengindikasikan perusahaan dalam industri yang sama penilaian pasar dalam menilai kinerja sedangkan DLTA dengan nilai ITO saham terhadap kinerja perusahaan. sebesar 12.80 dapat dikatakan telah Pada tahun 2008, MRAT memiliki mencapai efisiensi pada industri nilai PER minimum sebesar 2.94. barang konsumsi karena perputaran Sebaliknya, PT. Bentoel persediaanya Internasional Investama (RMBA) efisiensi cepat. Data ITO merupakan data yang normal karena menghasilkan nilai PER yang tinggi nilai mean lebih dari nilai standar yaitu sebesar 173.91. Nilai mean deviasinya. yang berada di bawah nilai standar ROA yang merupakan proksi dari rasio profitabilitas perusahaan memiliki nilai rata-rata deviasi menandakan distribusi data tidak normal. BETA merupakan proksi dari sebesar 0.0906 atau dapat dikatakan rata-rata risiko 9.06% dimiliki menggambarkan volatilitas keadaan menghasilkan pasar, apabila terjadi pergerakan di dari perusahaan aset dapat yang sistematis. maka Nilai perusahaan beta pendapatan bersih dalam rentang pasar akan 0.002 sampai 0.51. Pada tahun 2007, mengalami pergerakan pula. Nilai 77 minimum BETA terdapat pada PT. mengindikasikan adanya data yang Tiga Pilar Sejahtera (AISA) pada memiliki nilai extreme (outlier). tahun 2007 yaitu sebesar -3.94, hal Menurut Hair et al. (2006) dalam ini menandakan AISA kurang peka Ghany (2011) jika terjadi masalah terhadap peruabahan yang terjadi di normalitas, maka dapat ditangani pasar. Sedangkan KDSI pada tahun dengan transformasi data. Data dapat 2007 memiliki nilai BETA yang ditransformasikan kedalam bentuk cukup besar yaitu 2.45 hal ini logaritma natural (ln). menandakan KDSI sangat peka terhadap peruahan yang terjadi di Hasil Uji Asumsi Klasik Uji pasar. Nilai mean yang berada di normalitas dilakukan deviasi untuk mengetahui apakah data telah menandakan distribusi data tidak terdistribusi dengan normal atau normal. tidak. Pengujian dilakukan dengan bawah nilai standar RETURN merupakan proksi uji variabel dalam Smirnov dengan tingkat signifikansi penelitian ini.. RETURN terendah sebesar 5%. Asymptotic significance terdapat pada PT. Indofood Sukses yang dihasilkan sebesar 0.159. Nilai Makmur (INDF) pada tahun 2007 tersebut telah melebihi angka 0.05, adalah sebesar -0.6. Sedangkan pada hal tahun 2008, PT. Gudang Garam Tbk terdistribusi dengan normal. dari (GGRM) dependen memiliki RETURN One-Sample ini Kolmogorov- menandakan Uji data telah multikolinieritas tertinggi pada penelitian ini, yaitu dilakukan untuk mengetahui ada atau sebesar 3.19. Nilai mean yang berada tidaknya di deviasi independen. Model regresi yang baik menandakan distribusi data tidak ditandakan dengan tidak adanya normal. korelasi bawah nilai standar Dilihat dari deskripsi statistik korelasi antara antar variabel variabel independennya (Ghozali,2005). Nilai terhadap semua variabel, independen tolerance dari masing-masing dan dependen, terdapat beberapa variabel independen menunjukkan distribusi data yang belum normal. angka lebih dari 0.1. Nilai VIF dari Distribusi data yang belum normal setiap variabel menunjukkan angka 78 yang kurang dari 10. Kedua hal Hasil Uji Hipotesis tersebut menandakan bahwa tidak Nilai terdapat korelasi antara variabel independen. adjusted R square sebesar 0.099. Hal ini menandakan hanya sebesar 9.9% dari return Uji heteroskedatisitas saham dapat dijelaskan oleh current dilakukan untuk mengetahui ada atau ratio, debt to total asset, inventory tidaknya ketidaksamaan varian dari turnover, return on asset, price to nilai residual pengamatan. Hasil uji earning ratio, dan beta. Jenis analisis glejser regresi pada tiap-tiap variabel yang digunakan dalam menunjukkan nilai signifikansi lebih penelitian ini adalah analisis regresi dari 5%. Nilai tersebut menandakan berganda, karena terdapat dua atau model penelitian ini bebas dari lebih masalah heteroskedastisitas. digunakan (Levine et al, 2008). Uji autokorelasi bertujuan variabel Analisis independen regresi berganda yang pada untuk mengetahui adanya korelasi penelitian antar dalam menguji pengaruh current ratio, debt penelitian dalam rentetan waktu atau to total asset, inventory turnover, antara Untuk return on asset, price to earning mengetahui adanya korelasi antar ratio, dan beta terhadap return periode penelitian dapat digunakan saham. faktor t penganggu dengan t-1. uji Durbin-Watson. Nilai DW yang ini Nilai bertujuan konstanta untuk dalam dihasilkan sebesar 2.099. Persyaratan persamaan di atas sebesar 1.788. untuk Bentuk bebas dari masalah nilai konstanta dalam autokorelasi adalah nilai DW harus persamaan di atas merupakan bentuk berada di antara nilai dU dan nilai 4- logaritma, dU. Nilai dU dalam penelitian ini diinterpretasikan nilai tersebut harus adalah 1.8028 dan nilai 4-dU adalah ditransformasikan ke bentuk semula. 2.1972. Hasil uji menyatakan bahwa Nilai nilai DW terletak di antara nilai dU dieksponensial-kan dan Hal ini menandakan tanpa adanya 4-dU, hal ini menandakan penelitian ini bebas dari masalah pengaruh sehingga agar konstanta dari menjadi dapat setelah 5.98. variabel-variabel autokorelasi. 79 independen, return saham fundamental. Koefisien ROA pada penelitian ini bertanda negatif dan perusahaan akan sebesar 5.98. Koefisien CR sebagai salah menunjukkan angka 0.113. Hal ini satu proksi dari faktor fundamental menandakan bahwa semakin tinggi yang menggambarkan rasio likuiditas tingkat profitabilitas perusahaan akan perusahaan memiliki nilai +0.051. berdampak Hal ini dapat diartikan semakin saham. Secara matematis, kenaikan tinggi tingkat likuiditas perusahaan ROA seanyak 1% akan menurunkan akan menaikkan return sahamnya. return saham sebesar 0.113%. menaikkan return saham DTA merupakan salah satu faktor return rasio pasar yang menjadi salah satu proksi faktor fundamental. Koefisien sebesar 0.051%. proksi turunnya PER merupakan wakil dari Serta setiap kenaikan CR sebesar 1% akan pada fundamental yang PER pada penelitian ini bertanda negatif dan menunjukkan angka mewakili rasio solvabilitas. Dalam 0.514. Hal ini menandakan bahwa persamaan di atas, koefisien DTA semakin menunjukkan angka +0.210. Hal ini perusahaan akan berdampak pada menandakan bahwa semakin tinggi naiknya tingkat utang perusahaan maka return matematis, kenaikan PER seanyak 1% saham akan naik. Secara matematis akan dapat dikatakan setiap kenaikan DTA sebesar 0.514%. tingkat return saham. menurunkan BETA sebesar 1% akan menaikkan return saham sebesar 0.21%. tinggi PER Secara return saham merupakan proksi risiko sistematik. Koefisien BETA ITO merupakan proksi faktor pada penelitian ini bertanda positif fundamental yang mewakili rasio dan menunjukkan angka 0.034. Hal aktivitas. Koefisien ITO bertanda ini menandakan bahwa semakin tinggi negatif dengan nilai sebesar 0.146. tingkat Hal ini berarti bahwa kenaikan 1% berdampak pada meningkatnya return ITO akan menurunkan return saham saham. Secara matematis, kenaikan sebesar 0.064%. ROA merupakan BETA wakil dari rasio profitabilitas yang menaikkan menjadi salah satu proksi faktor 0.034%. BETA perusahaan sebanyak return 1 unit saham akan akan sebesar 80 Uji F mengetahui pengaruh independen untuk sebesar 0.800 dan nilai ttabel yang variabel diperoleh sebesar 1.99897. Hal ini bertujuan secara bersama-sama menunjukkan bahwa nilai t hitung terhadap variabel dependen. Uji F kurang dari ttabel (0.800<1.99897), dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa H02 analisis dengan varian menggunakan (analysis variance=ANOVA). of Berdasarkan tabel 4.9 nilai Fhitung sebesar 2.243 diterima Ha2 ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa DTA tidak berpengaruh terhadap return saham. dan nilai Ftabel yang diperoleh sebesar Berdasarkan tabel nilai t 2.25. Hasil temuan menyatakan nilai yang sebesar -0.785 dan nilai t Fhitung yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal kurang dari (2.243>2.25). Hal menunjukkan bahwa sedangkan H0 nilai Ftabel tersebut Ha ditolak hitung ini menunjukkan bahwa nilai t kurang dari t tabel tabel hitung (-0.785<-1.99897), dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa H03 diartikan bahwa secara bersama- diterima Ha.3 ditolak. Artinya ITO sama variabel independen [CR, DTA, tidak berpengaruh terhadap return ITO, ROA, dan PER, dan Beta] tidak saham. diterima, memiliki pengaruh secara signifikan Berdasarkan tabel nilai t terhadap variabel depanden (Sig yang sebesar -1.013 dan nilai t 0.051 > 0.05). yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal Uji t mengetahui pengaruh dilakukan ada atau untuk ini menunjukkan bahwa nilai t tabel hitung tidaknya lebih dari t variabel dapat ditarik kesimpulan bahwa H04 variabel diterima Ha4 ditolak. Artinya dapat masing-masing independen hitung terhadap tabel (-1.013<-1.99897), dependen. Berdasarkan tabel nilai dikatakan bahwa ROA tidak thitung yang sebesar 0.249 dan nilai berpengaruh terhadap return saham. ttabel yang diperoleh sebesar 1.99897. Berdasarkan tabel nilai t Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang sebesar -3.307 dan nilai t thitung kurang dari ttabel, sehingga dapat yang diperoleh sebesar -1.99897. Hal disimpulkan ini menunjukkan bahwa nilai t bahwa CR tidak hitung tabel hitung berpengaruh terhadap return saham. kurang dari t Berdasarkan tabel nilai thitung yang dapat ditarik kesimpulan bahwa H05 tabel (-3.307>-1.99897), 81 ditolak Ha5 diterima. Artinya PER lancarnya dengan baik misalnya memiliki dengan pengaruh yang negatif terhadap return saham (0.002<0.05). Berdasarkan tabel nilai t cara diinvestasikan ke investasi jangka pendek. Berbeda hitung dengan perusahaan yang memiliki tabel nilai CR tinggi menandakan bahwa yang diperoleh sebesar 1.99897. Hal perusahaan belum dapat mengelola ini menunjukkan bahwa nilai t hitung aset lancar nya dengan baik, antara (0.286<1.99897), lain terlalu banyak uang tunai yang dapat ditarik kesimpulan bahwa H06 menganggur, tingginya nilai piutang diterima Ha.6 ditolak. Hal ini berarti yang belum tertagih dan persediaan beta saham tidak memiliki pengaruh yang mengendap di gudang, namun terhadap return saham. dilain sisi dengan nilai CR yang yang sebesar 0.286 dan nilai t kurang dari t tabel tinggi Pengaruh Current Ratio (CR) perusahaan memiliki tidak masalah akan dalam hal likuiditasnya. terhadap Return Saham Dari hasil uji t, secara parsial Hasil penelitian yang sama CR tidak memiliki pengaruh terhadap terdapat return saham. Hal ini menandakan dilakukan oleh Nugroho (2009), tinggi atau rendahnya nilai CR suatu Nugroho (2009) menemukan bahwa perusahaan tidak akan memberikan CR tidak memiliki pengaruh terhadap pengaruh kepada perubahan return return saham. Namun tidak sejalan saham. dengan Tinggi atau rendahnya nilai pada hasil penelitian penelitian yang Ulupui (2005) yang menemukan adanya CR masih mengandung makna yang pengaruh bias. terhadap return saham. Ketidak- Dalam satu pandangan CR yang hasil signifikan perusahaan yang memiliki nilai CR konsistenan penelitian ini rendah berarti perusahaan tengah diindikasikan oleh adanya perbedaan mengalami masalah likuiditas seperti karakteristik industri,dimana masing- pembayaran utang-utang yang waktu masing industri memiliki standard jatuh temponya kurang dari satu tersendiri untuk penilaian nilai CR. tahun tetapi di sisi lain perusahaan sudah dapat mengelola aset 82 Pengaruh Debt to Total Asset yang lebih cenderung kepada capital (DTA) terhadap Return Saham gain oriented dibandingkan dengan Dari hasil pengujian secara parsial, variabel DTA tidak dividend oriented, investor tidak akan memerhatikan total utang pengaruh perusahaan tetapi hanya mengikuti terhadap return saham. Hal ini trend yang ada di pasar. Sedangkan menandakan tinggi atau rendahnya investor yang berorientasikan kepada nilai DTA tidak akan memengaruhi dividen akan memerhatikan aspek return saham. DTA dalam pengambilan keputusan menunjukkan adanya Secara teoritis, perusahaan investasinya, karena yang memiliki nilai DTA tinggi utang cenderung memiliki risiko yang lebih dilakukan untuk jangka waktu yang tinggi pendek, pula, seperti risiko kebangkrutan, risiko solvency, risiko oleh penggunaan perusahaan tetapi untuk bukan kehidupan jangka panjang perusahaan. bunga (interest) yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan investor mencabut dananya dari perusahaan dan menanamkan modalnya Pengaruh Inventory Turnover (ITO) terhadap Return Saham ke Berdasarkan hasil uji secara perusahaan lain yang memiliki risiko parsial, ITO tidak memiliki pengaruh lebih rendah, sehingga harga saham yang akan saham. Artinya tinggi atau rendah cenderung turun dan menyebabkan return menurun pula. Hasil penelitian ini sejalan signifikan terhadap return nilai ITO tidak memengaruhi return saham. dengan penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini sejalan oleh Sunarto (2001), dimana DTA dengan penelitian yang dilakukan tidak yang oleh Widodo (2007) bahwa ITO signifikan terhadap return saham. belum menjadi salah satu prediktor Tidak adanya pengaruh nilai DTA dalam memperkirakan return saham. terhadap saham Periode penelitian dalam masa krisis terdapat ini dapat menyebabkan ITO tidak pandangan yang berbeda mengenai berpengaruh terhadap return saham. utang perusahaan. Bagi para investor Hal ini dapat dikarenakan ITO memiliki pengaruh return mengindikasikan bahwa 83 merupakan perhitungan teknis dari memegang saham akan cenderung kegiatan melepas atau menjual sahamnya. operasional suatu Hasil temuan ini bertolak perusahaan. Pada umumnya investor lebih fokus pada hasil bukan proses, belakang misalnya dengan cara memerhatikan beberapa peneliti terdahulu, yaitu kinerja Sunarto perusahaan lewat laba, dengan (2001), hasil temuan Yadnya (2004), tingkat penjualan yang tinggi, dan Ulupui (2005), dan Widodo (2007) hal yang lain yang mengindikasikan menemukan berpengaruh keuntungan bagi investor. bahwa secara ROA signifikan terhadap return saham. Terdapat pula Pengaruh Return on Asset (ROA) penelitian yang memiliki hasil terhadap Return Saham temuan yang sejalan, yaitu penelitian Berdasarkan hasil uji parsial, yang dilakukan oleh Hijria (2007) ROA dapat tidak memiliki pengaruh dan Nugroho (2009). Hasil temuan terhadap return saham. Hal ini mereka menunjukkan bahwa ROA berarti semakin tinggi atau rendah tidak berpengaruh terhadap return nilai ROA tidak akan memengaruhi saham. return saham. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada, dimana semakin Pengaruh Price to Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham tinggi nilai ROA menandakan kinerja Berdasarkan hasil uji parsial, perusahaan yang baik sehingga akan PER memiliki pengaruh signifikan meningkatkan return saham. Hal ini terhadap return saham dengan arah dapat dikarenakan kondisi ekonomi negatif. yang terjadi pada periode penelitian semakin tinggi atau setiap perubahan (2007-2009). Pada periode tersebut positif nilai PER mengindikasikan terjadi krisis global yang menimpa turunnya return saham. dunia, termasuk Indonesia. Tipe Hal Hal ini ini menandakan, mengindikasikan investor yang umumnya menghindari investor yang ingin menanamkan risiko modalnya mengakibatkan investasi diperusahaan memiliki dengan saham pada masa itu kurang pandangan harga saham yang terlalu diminati. tinggi (overvalued) sehingga akan Investor yang telah 84 berpikir dua kali untuk berinvestasi pada akhirnya akan memengaruhi diperusahaan. Harga saham yang harga saham. Nugroho overvalued cenderung dihindari oleh (2003) menguji para investor karena harganya mahal. pengaruh beta terhadap return saham Hal ini sejalan dengan teori yang dan Hijriah (2007) menguji pengaruh dikatakan beta terhadap harga saham. Kedua saham oleh yang Fabozzi (1999), overvalued akan hasil pengujian tersebut cenderung bergerak menuju nilai menunjukkan tidak adanya pengaruh wajarnya, beta terhadap return dan harga untuk begitupun saham yang sebaliknya undervalued. saham. Indikasi dari tidak Saham yang undervalued cenderung berpengaruhnya nilai beta terhadap akan memiliki kesempatan untuk return saham adalah karena objek mendapat capital gain yang tinggi, dalam sedangkan industri consumer goods, walaupun saham overvalued penelitian ini merupakan pasar bergerak sangat volatile, nilai mengindikasikan capital loss. beta kurang menadi perhatian karena Pengaruh Risiko Sistematik produk dari perusahaan akan tetap dicari oleh para konsumen. Dengan terhadap Return Saham Berdasarkan hasil uji parsial, demikian pendapatan akan stabil perusahaan beta tidak memiliki pengaruh yang cenderung sehingga signifikan terhadap return saham. return saham akan cenderung stabil. Hal tersebut menandakan tinggi atau rendahnya nilai beta tidak memengaruhi return saham. risiko sistematik. Risiko ini tidak dihilangkan diversifikasi dan dengan Keterbatasan dan Saran Beta merupakan proksi dari dapat Simpulan, cara merupakan pergerakan pasar secara keseluruhan. Return saham akan bergerak seiring dengan pergerakan return pasar, dan Pengujian empiris menunjukkan beberapa hasil sebagai berikut: (1) Rasio likuiditas yang diproksikan oleh current ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. (2) Rasio solvabilitas yang diproksikan oleh debt to total asset tidak memiliki pengaruh terhadap 85 return saham. (3) Rasio aktivitas penelitian yang lebih panjang, agar yang diproksikan oleh inventory hasil penelitian lebih akurat. turnover tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. (4) Rasio DAFTAR PUSTAKA profitabilitas yang diproksikan oleh Affandi, I. 2001. Analisis Faktorfaktor yang Memengaruhi Struktur Modal dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus terhadap Perusahaan Sektor Konsumsi yang listed di BEJ) [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. return on asset tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. (5) Rasio pasar yang diproksikan oleh price to earning ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. (6) Risiko sistematik yang diproksikan oleh beta saham tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Keterbatasan penelitian ini terletak pada koefisien determinasi yang hanya mencapai tingkat 9.9%. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft Indonesia Brigham, E. F dan Joel, F.H. 2007. Essential of Financial Management. Singapore: CENGAGE Learning. Hal ini menandakan variasi return saham yang dipengaruhi oleh variabel independen sangat lemah. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengganti proksi dari variabel faktor fundamental yang dapat menjelaskan variabel independen variabilitas terhadap variabel dependen secara dominan. Lalu, menjadikan variabel risiko sistematik menjadi variabel pemoderasi antara variabel faktor fundamental dengan return saham. Terakhir, menambah rentang waktu Bursa Efek Indonesia. 2011. Pengantar Pasar Modal tersedia di http://www.idx.co.id/Home/I nformation/ForInvestor/Intro ToCapitalMarke t/tabid/167/language/idID/Default.aspx diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul 10.55 WIB. Bursa Efek Indonesia. 2011. Profil Perusahaan yang terdaftar di BEI tersedia di http://www.idx.co.id/Home/L istedCompanies/CompanyPro file/tabid/89/la nguage/enUS/Default.aspx diakses pada tanggal 20 Juni 2011 pukul 13.00 WIB. 86 Fabozzi. 1999. Undervalued [artikel] tersedia di http://economy.okezone.com/ read/2011/07/25/226/483774/ undervalued diakses pada tanggal 15 September 2011 pukul 02.31 WIB. Ghany, R.H. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan [Skripsi]. Jakarta: Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Bakrie Ghozali, I. 2005, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Jilid 1, BPFE Universitas Diponegoro, Semarang. Hijriah, A. 2007. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Jakarta [TESIS]. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Hin, L.T. 2008. Panduan Berinvestasi Saham Edisi Terkini. Jakarta: Elex Media Computindo. Husnan, S. (2001). Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. ICMD .2010. Indonesian Capital Market Directory 2010. Jakarta: Institute for Economic and Financial Research. Jogiyanto, H.M. 1998. Teori portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. Kieso D.E, Weygandt, J.J., dan Warfield, T.D. 2007. Intermediate Accounting. New Jersey: John Wiley & Sons Inc. Levine, et al. 2008. Statistics For Managers Using Microsoft Excel Fifth Edition. New Jersey: Pearson International Edition. Munte, M.H.M. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia [TESIS]. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Nugroho, B.H. 2003. Pengaruh Beta, Size, Book Value To Market Equity, Dan Earning Yields Terhadap Return Saham. Perspektif Volume 8 Nomor 2:211-222. Nugroho, I.A. 2009. Analisis Pengaruh Analisis Fundamental terhadap Return Saham (Studi Komparatif pada Sub Sektor Industri Otomotif terhadap Sub Sektor Industri Tekstil Sepanjang Periode 20032007 di Bursa Efek Indonesia) [Tesis]. Semaran: Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. 87 Media States of America: Thomson South-Western. Schroeder, et al. 2009. Financial Accounting Theory and Analysis Text and Cases Ninth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Widodo, S. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Dan Rasio Pasar, Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta: Elex Komputindo. Sunarto. 2001. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage terhadap Return Saham di BEJ. Gema Stikubank: 63-82. Ulupui, I.G.K.A. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ). Bali: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Warren, R. dan Duchac. 2007. Financial Accounting. United Yadnya, I.P. 2004. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Dan Nilai Tambah Ekonomis Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. BULETIN STUDI EKONOMI Volume 9 Nomor 2: 124-137. Yahoo!Finance. Data harga saham dari tahun ke tahun tersedia di www.yahoo.com/finance diakses pada tanggal 4 Agustus 2011 pukul 22.00 88