8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Hipertensi dalam kehamilan a. Pengertian hipertensi Hipertensi adalah jika didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan. Menurut Joseph & Nugroho, (2010) gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah: 1) Preeklamsia adalah dengan kriteria tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau dipstik ≥ +1. 2) Eklamsia adalah preeklamsi yang ditandai dengan kejang tonikklonik disusul dengan koma. 3) Hipertensi kronik adalah dengan superimposed preeklamsia timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu. 4) Hipertensi gestasional adalah jika sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg dan tanpa proteinuria, terjadi setelah 20 8 9 minggu kehamilan pada wanita yang diketahui normotensif sebelum kehamilan. b. Pengartian preeklamsia Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia mana yang timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklamsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan preeklamsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting, namun, sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrum, maka penyakit ini sudah cukup lanjut (Prawirohardjo, 2008). 10 c. Diagnosis preeklamsia Diagnosis preeklamsia ada 3, yang perlu diperhatikan yaitu: (Prawirohardjo, 2008). 1) Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaika tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. 2) Proteinuria ialah adanya 300 mg protein urin dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. 3) Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeklamsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu < 0,34 kg/minggu menurunkan resiko hipertensi, tetapi menaikkan resiko berat badan bayi rendah. d. Faktor resiko ibu terjadinya preeklamsia Ada 7 faktor resiko ibu terjadinya preeklamsia menurut beberapa buku diantaranya: 11 1) Paritas Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama.Paritas 23 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003). 2) Usia Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi (Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003). 3) Riwayat hipertensi Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan 12 berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2006). 4) Sosial ekonomi Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006). 5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan mempengaruhi perfusi aktivasi uteroplasenta endotel yang yang dapat selanjutnya mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham, 2006). 6) Genetik Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak 13 perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008). 7) Obesitas Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008). e. Patofisiologi hipertensi Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang 14 terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar (Prawirohardjo, 2008). f. Klasifikasi preeklamsia Preeklamsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1) Preeklamsia ringan Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. a) Diagnosis Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. b) Hipertensi: sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklamsia. Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik. c) Edema: edema lokal tidak dimasukan dalam kriteria preeklamsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. d) Manajemen umum preeklamsia ringan Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana: Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medika mentosa. 15 Sikap terhadap kehamilannya: berarti mau diapakan kehamilan ini. (1) Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm? (2) Disebut perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspetatif” (3) Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)? (4) Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif” e) Tujuan utama perawatan preeklamsia Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat. f) Rawat jalan Ibu hamil dengan preeklamsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organorgan vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan eskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula 16 aliran darah rahim, penambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim. g) Rawat inap (dirawat di rumah sakit) Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklamsia ringan perlu dirawat di rumah sakit. Kriteria preeklamsia ringan dirawat di rumah sakit, ialah: (1) Bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu (2) Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklamsia berat. Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan bagian mata, jantung, dan lain- lain.Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya. Menurut william, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan pretern (≤ 37 minggu), bila tekanan darah sampai aterm. Sementara itu, pada kehamilan aterm (≤ 37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal 17 persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila perlu memperpendek kala II. 2) Preeklamsia berat Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24jam. a) Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut: b) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring. c) Proteinuria lebih 5g/24jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif d) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur. f) Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson). g) Edema paru-paru dan sianosis. 18 h) Hemolisis mikroangiopatik i) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm^3 atau penurunan trombosit dengan cepat. j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase. k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat l) Sindroma HELLP (1) Pembagian preeklamsia berat Preeklamsia berat dibagi menjadi (a) Preeklamsia berat tanpa impending edampsia (b) Preeklamsia berat dengan inpending edamsia. Disebut impending edampsia bila preeklamsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala berat, gangguan visus, munta-muntah, nyeri epigastrum, dan kenaikan progesif tekanan darah. (2) Perawatan dan pengobatan preeklamsia berat Pengelolaan preeklamsia dan eklamsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepet untuk persalinan. (3) Monitoring selama di rumah sakit Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan 19 visus, nyeri epigastrum, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST. (4) Manajemen umum perawatan preeklamsia berat Perawatan oreeklamsia berat sama halnya dengan perewatan preeklamsia ringan, dibagi menjadi dua unsur: (a) Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisinalis. (b) Sikap terhadap kehamilannya ialah: Aktif: manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah stabil. g. Pencegahan preeklamsia Pencegahan preeklamsia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: ( Prawirohardjo, 2008). 1) Pencegahan non medikal Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium. 20 2) Pencegahan dengan medikal Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E. 2. Kehamilan a. Definisi kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari 940 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008). Menurut Nirmala (2010) kehamilan merupaka proses pembuahan yang terjadi kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir. Jadi kehamilan merupakan proses pertemuan antara ovum dan sperma yang dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. 21 b. Tujuan asuhan antenatal Tujuan asuhan antenatal bagi ibu hamil dibagi menjadi 6 yaitu: ( Prawirohardjo,2008). 1) Memantau kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatakan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi esklusif. 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. c. Kebijakan program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu: (Prawirohardjo,2008). 1) Satu kali pada triwulan pertama. 2) Satu kali pada triwulan kedua. 3) Dua kali pada triwulan ketiga. 22 d. Pelayanan atau asuhan standar Pelayanan atau asuhan standar dilakukan minimal termasuk “7T” yaitu: ( Prawirohardjo, 2008). 1) (Timbang) berat badan. 2) Ukur (Tekanan) darah. 3) Ukur (Tinggi) fundus uteri. 4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap 5) Pemberian (Tablet besi), minimum 90 tablet selama kehamilan. 6) (Tes) terhadap penyakit menular seksual. 7) (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan. Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. e. Kebijakan teknis Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selam kehamilannya. f. Penatalaksanaan ibu hamil Menurut Prawirohardjo, (2008) Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut: 1) Mengupayakan kehamilan yang sehat. 2) Melakukan deteksi dini koplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. 3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman. 23 4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. f. Pemberian vitamin zat besi Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tipa tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2008). g. Berbagai keluhan saat hamil Berbagai keluhan di rasakan saat hamil, berikut ini adalah 13 keluhan saat hamil yaitu: ( Chomariyah, 2013). Kondisi hamil menyebabkan fisik seorang calon ibu berangsur-angsur mengalami perubahan. Dalam rentang waktu 9 bulan, perubahan ini menuntut ibu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya. Tak ayal, bahwa perubahan yang mendadak ini menimbulkan beragam keluhan, seiring dengan pertambahan usia kandungan, antara lain: 1) Kelelahan 2) Pusing 3) Sembelit 4) Sesak nafas 5) Sakit punggung 6) Nyeri ulu hati 7) Sariawan 24 8) Produksi air liur berlebihan 9) Insomnia 10) Kulit dan kuku kering 11) Bengkak telapak tangan dan kaki 12) Varises 13) Kram h. Kondisi darurat saat hamil Ada 10 kondisi darurat ketika sedang hamil yaitu: (Chomaria, 2013) 1) Perdarahan 2) Keluarnya cairan bening dari kemaluan 3) Berat badan naik secara berlebihan 4) Berat badan tidak naik 5) Tekanan darah naik secara drastis 6) Sering berdebar, sesak, mudah lelah 7) Demam 8) Kaki bengkak 9) Gerakan janin melemah atau hilang 10) Kelainan letak janin di dalam perut11). Plasenta previa (plasenta yang letaknya abnormal) 25 3. Pengetahuan (knowledge) a. Pengetian Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang seedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan juga merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi setelah sesesorang melakukan pengindraan dari objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005). b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang cukup didalamnya dominan kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2007). 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajariatau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “Tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, meramalkan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memehami artinya sebagai suatukemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terdapat 26 objek dan materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap, suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis ( Syntesis) Sintesis yang dimakasut menunjukan pada semua kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kesuluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatau kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi Evaluasi ini berbaikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- 27 penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada. e. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memeproleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmojo, (2003) adalah sebagai berikut: 1) Cara kuno untuk meemperoleh pengetahuan a) Cara coba salah ( Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tida berhasil maa dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini berupa pimpinan-pimpinan masayarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaran baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 28 c) Bedasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunaan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. 2) Cara modern dalam memeperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula- mula dikembangkan oleh Franscis Bacon (1561- 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobol Van Deven. Akhirnya lahir satu cara untuk melakukan penelitian yang dimasa ini kita enal dengan penelitian ilmiah (Wawan, 2010). e. Proses Perilaku “Tahu” Menurut rogers (1974) yang diutip oleh Notoadmojo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luarsedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terdapat proses berurutan yakni: 1) Awareness (kesadaran) dimana orng tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Interes (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatia dan tertarik pada stimulus. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadapat stimulus 29 tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. 5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus. Dikutip oleh Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengabdosian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang posistif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaiknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilau tersebut bersikap sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik,psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motovasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya (Wawan, 2010). e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan Pengetahuan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita cita tertentu untu menentukan seseorang untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk 30 mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misal hal- hal yang menunjukan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendiddikan seseorang akan makin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang dilakukan terutama untuk menunjang kebutuhannya dan kebutuhan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang pada banyak tantangan. Sedangkan bekerja umunya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. c) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semain cukup umur tingkat kematangan dan ekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi epercayaan masyarakat seseorang yang lebih 31 dewasa dipercaya dari orang yang lebih tinggi tingkat edewasaanya. Hal ini sebagian dari pengalaman dan ematangan jiwa. 2). Faktor eksternal a) Faktor lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupkan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruh yang dapat memepengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sisitem sosial budaya pada msyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010). f. Kriteria tingkat pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan sekala yang bersifat kualitatif, yaitu: ( Arikunto, 2006). 1) Baik : Hasil presentase 76% - 100%. 2) Cukup : Hasil presentase 56% - 75%. 3) Kurang : Hasil presentase < 56%. 4. Sikap a. Pengertian sikap Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak 32 (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2005). Menurut Notoatmdjo (2010, p: 124) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. b. Komponen Pokok Sikap Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2010, p: 125) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. c. Berbagai Tingkatan sikap Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni: ( Notoatmodjo, 2010). 1) Menerima (receiving) Menerima diartiakn bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang 33 diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang tekah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Terdapat dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor internal individu dan faktor eksternal individu (Azwar, 2008): 1) Faktor Internal Individu terdiri dari: a) Emosi dalam diri individu, kadang – kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego. b) Intelegensia, seseorang dengan intelegensia yang tinggi akan dapat memutuskan sesuatu yang dapat mengambil tindakan / sikap yang tepat saat menghadapi suatu masalah. 34 c) Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial.Kepribadian, orang dengan kepribadian terbuka akan berbeda dalam mengambil sikap dengan orang yang berkepribadian saat menghadapi situasi yang sama. d) Konsep diri, seseorang yang memiliki konsep diri yang baik, akan mengambil sikap yang positif saatmenghadapi suatu masalah / situasi berbeda dengan orang yang memiliki konsep rendah diri. 2) Faktor eksternal individu a) Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama, lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu. b) Kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap. Ahli psikologi terkenal, Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. c) Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru akan membuat seseorang akan mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang diinginkan. 35 d) Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. e) Orang lain yang dianggap penting, orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus untuk kita (significant others), akan lebih banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Seorang individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap penting. f) Situasi, dua orang yang sedang menghadapi masalah yang sama tetapi dalam situasi yang berbeda maka sikap yang diambil tidak akan sama. e. Cara Pengukuran Sikap Bentuk skala sikap yang perlu diketahui sebagai berikut ( Sugiyono, 2009). 1) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam 36 penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Cara pengukuran skala likert menurut Machfoedz (2008) yaitu: a) Pernyataan positif diberi skor : (a) Sangat setuju (SS): bernilai 4 (b) Setuju (S): bernilai 3 (c) Tidak setuju (TS): bernilai 2 (d) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 1 b) Pernyataan negatif diberi skor : (a) Sangat setuju (SS): bernilai 1 (b) Setuju (S): bernilai 2 (c) Tidak setuju (TS): bernilai 3 (d) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 4 2). Skala Guttman Menurut Sugiono (2009) Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang variable yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala Scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan 37 menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya : yakin-tidak yakin tidak, benar-salah, positif-negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya. Perbedaan Skala Likert terdapat jarak (interval), 3, 4,5,6 atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai dengan sangat tidak benar (STB), sedangkan dalam Skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu: benar (B) dan salah (S). Hasil pengukuran sikap positif bila ≥ nilai median, negatif bila < nilai median untuk data berdistribusi normal. Hasil pengukuran dengan data distribusi tidak normal positif jika ≥ mean dan negatif jika < mean (Riduan, 2009). 5. Karakteristik a. Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam wawan dan dewi (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Pembagian umur menurut Wiknjosastro (2010), dari sudut kematian maternal usia reproduktif dibagi menjadi: a) Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan b) Usia 20-35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan bersalin 38 c) Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan b. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk membuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003) dalam wawan dan dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seseorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan wanita akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru (Widyastuti, 2009). dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas: Jalur pendidikan sekolah 39 1) Tidak sekolah/Tidak tamat SD 2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD,MI,SMP) 3) Jenjang Pendidikan Menengah (SMA,MA) 4) Jenjang Pendidikan Tinggi (PT) (Umar Tirtarahardja, 2005) 40 B. KERANGKA TEORI Faktor Predisposisi 1. 2. 3. 4. Pendidikan pengetahuan Sikap Keyakinan Faktor pemungkin 1. Ketersediaan fasilitas kesehatan 2. Keterjangkauan fasilitas kesehatan 3. Ketrampilan tenaga kesehatan Ibu hamil tentang preeklamsia Faktor penguat 1. 2. 3. 4. Keluarga Teman Suami Petugas kesehatan Skema 2.1 kerangka teori Sumber Lawrence H Green (1988) dalam Notoatmodjo (2010) Keterangan: Cetak tebal yang diteliti