8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Hipertensi

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Hipertensi dalam kehamilan
a. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah jika didapatkan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan, tidak disertai dengan
proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca
persalinan. Menurut Joseph & Nugroho, (2010) gangguan hipertensi
pada kehamilan diantaranya adalah:
1) Preeklamsia adalah dengan kriteria tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥
300 mg/24 jam atau dipstik ≥ +1.
2) Eklamsia adalah preeklamsi yang ditandai dengan kejang tonikklonik disusul dengan koma.
3) Hipertensi
kronik
adalah
dengan
superimposed
preeklamsia
timbulnya proteinuria ≥ 300 mg/24 jam pada wanita hamil yang
sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul
setelah kehamilan 20 minggu.
4) Hipertensi gestasional adalah jika sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg dan tanpa proteinuria, terjadi setelah 20
8
9
minggu kehamilan pada wanita yang diketahui normotensif sebelum
kehamilan.
b. Pengartian preeklamsia
Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari
gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia
ringan dan preeklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat
dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda,
sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat
mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. Gambaran klinik
preeklamsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang
sukar untuk menentukan gejala preeklamsia mana yang timbul lebih
dahulu.
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada
preeklamsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria, sehingga
bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap
bukan preeklamsia. Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi
dan proteinuria merupakan gejala yang paling penting, namun,
sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila
penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan, atau nyeri epigastrum, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut (Prawirohardjo, 2008).
10
c. Diagnosis preeklamsia
Diagnosis preeklamsia ada 3, yang perlu diperhatikan yaitu:
(Prawirohardjo, 2008).
1) Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90
mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2
kali selang 4 jam Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaika tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter
hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
2) Proteinuria ialah adanya 300 mg protein urin dalam urin selama 24
jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.
3) Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda
preeklamsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi,
kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan
faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan
edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu.
Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <
0,34 kg/minggu menurunkan resiko hipertensi, tetapi menaikkan
resiko berat badan bayi rendah.
d. Faktor resiko ibu terjadinya preeklamsia
Ada 7 faktor resiko ibu terjadinya preeklamsia menurut
beberapa buku diantaranya:
11
1) Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama.Paritas 23 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi
dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005).
Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko
tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003).
2) Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia
dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena
wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi
(Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun
telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi
preeklamsi (Rochjati, 2003).
3) Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami
preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal
dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan
12
berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan
proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2006).
4) Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi.
Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan
pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih
rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang
seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi
(Cunningham, 2006).
5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan
dapat
menurunkan
mempengaruhi
perfusi
aktivasi
uteroplasenta
endotel
yang
yang
dapat
selanjutnya
mengakibatkan
terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan
multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus
molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham, 2006).
6) Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah
terbukti
pada ibu
yang mengalami
preeklamsi
26% anak
13
perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8%
anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan
genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta
yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar
patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008;
Cunningham, 2008).
7) Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan
gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis
keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain.Hubungan antara
berat badan ibu dengan risiko preeklamsia bersifat progresif,
meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh
kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer,
2008).
e. Patofisiologi hipertensi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum
diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang
14
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar (Prawirohardjo, 2008).
f. Klasifikasi preeklamsia
Preeklamsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
a) Diagnosis
Diagnosis
preeklamsia
ringan
ditegakkan
berdasar
atas
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah
kehamilan 20 minggu.
b) Hipertensi: sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15
mmHg tidak
dipakai
lagi
sebagai
kriteria
preeklamsia.
Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik.
c) Edema:
edema
lokal
tidak
dimasukan
dalam
kriteria
preeklamsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
d) Manajemen umum preeklamsia ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka
selalu dipertanyakan, bagaimana: Sikap terhadap penyakitnya,
berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medika mentosa.
15
Sikap terhadap kehamilannya: berarti mau diapakan kehamilan
ini.
(1) Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
(2) Disebut perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspetatif”
(3) Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?
(4) Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif”
e) Tujuan utama perawatan preeklamsia
Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan
fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.
f) Rawat jalan
Ibu hamil dengan preeklamsia ringan dapat dirawat secara rawat
jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur
miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur
kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga
meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah
jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organorgan
vital.
Penambahan
aliran
darah
ke
ginjal
akan
meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis.
Diuresis dengan sendirinya meningkatkan eskresi natrium,
menurunkan reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi
vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula
16
aliran darah rahim, penambah oksigenasi plasenta, dan
memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
g) Rawat inap (dirawat di rumah sakit)
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklamsia ringan perlu
dirawat di rumah sakit. Kriteria preeklamsia ringan dirawat di
rumah sakit, ialah:
(1) Bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria
selama 2 minggu
(2) Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklamsia
berat.
Selama di
rumah sakit
dilakukan
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan
janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya
untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan
konsultasi
dengan
bagian
mata,
jantung,
dan
lain-
lain.Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya.
Menurut william, kehamilan preterm ialah kehamilan antara
22 minggu sampai ≤ 37 minggu. Pada kehamilan pretern (≤
37 minggu), bila tekanan darah sampai aterm. Sementara itu,
pada kehamilan aterm (≤ 37 minggu), persalinan ditunggu
sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
melakukan
induksi
persalinan
pada
taksiran
tanggal
17
persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan, bila
perlu memperpendek kala II.
2) Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/24jam.
a) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklamsia berat
sebagaimana tercantum di bawah ini.
Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut:
b) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
sistolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
c) Proteinuria lebih 5g/24jam atau 4 + dalam pemeriksaan
kualitatif
d) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam
e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma dan pandangan kabur.
f) Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson).
g) Edema paru-paru dan sianosis.
18
h) Hemolisis mikroangiopatik
i) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm^3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
j) Gangguan
fungsi
hepar
(kerusakan
hepatoselular):
peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.
k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
l) Sindroma HELLP
(1) Pembagian preeklamsia berat
Preeklamsia berat dibagi menjadi
(a) Preeklamsia berat tanpa impending edampsia
(b) Preeklamsia berat dengan inpending edamsia. Disebut
impending edampsia bila preeklamsia berat disertai
gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala berat,
gangguan visus, munta-muntah, nyeri epigastrum, dan
kenaikan progesif tekanan darah.
(2) Perawatan dan pengobatan preeklamsia berat
Pengelolaan
preeklamsia
dan
eklamsia
mencakup
pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan
cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang
terlibat, dan saat yang tepet untuk persalinan.
(3) Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian
tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan
19
visus, nyeri epigastrum, dan kenaikan cepat berat badan.
Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan,
pengukuran
proteinuria,
pengukuran
tekanan
darah,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.
(4) Manajemen umum perawatan preeklamsia berat
Perawatan
oreeklamsia
berat
sama
halnya
dengan
perewatan preeklamsia ringan, dibagi menjadi dua unsur:
(a) Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat
atau terapi medisinalis.
(b) Sikap terhadap kehamilannya ialah:
Aktif:
manajemen
agresif,
kehamilan
diakhiri
(terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika
sudah stabil.
g. Pencegahan preeklamsia
Pencegahan preeklamsia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
( Prawirohardjo, 2008).
1) Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah
suplemen yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam
lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C,
vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
20
2) Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium:
1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200
mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap
dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata
<100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti
oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E.
2. Kehamilan
a. Definisi kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari 940 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008).
Menurut Nirmala (2010) kehamilan merupaka proses
pembuahan yang terjadi kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir. Jadi
kehamilan merupakan proses pertemuan antara ovum dan sperma yang
dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
21
b. Tujuan asuhan antenatal
Tujuan asuhan antenatal bagi ibu hamil dibagi menjadi 6
yaitu: ( Prawirohardjo,2008).
1) Memantau kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2) Meningkatakan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian asi esklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu: (Prawirohardjo,2008).
1) Satu kali pada triwulan pertama.
2) Satu kali pada triwulan kedua.
3) Dua kali pada triwulan ketiga.
22
d. Pelayanan atau asuhan standar
Pelayanan atau asuhan standar dilakukan minimal termasuk
“7T” yaitu: ( Prawirohardjo, 2008).
1) (Timbang) berat badan.
2) Ukur (Tekanan) darah.
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri.
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
5) Pemberian (Tablet besi), minimum 90 tablet selama kehamilan.
6) (Tes) terhadap penyakit menular seksual.
7) (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
e. Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan
pemantauan selam kehamilannya.
f. Penatalaksanaan ibu hamil
Menurut Prawirohardjo, (2008) Penatalaksanaan ibu hamil
secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2) Melakukan deteksi dini koplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
23
4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi.
f. Pemberian vitamin zat besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang. Tipa tablet mengandung FeSO4 320
mg (zat besi 60 mg) dan asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90
tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi,
karena akan mengganggu penyerapan (Prawirohardjo, 2008).
g. Berbagai keluhan saat hamil
Berbagai keluhan di rasakan saat hamil, berikut ini adalah 13
keluhan saat hamil yaitu: ( Chomariyah, 2013).
Kondisi hamil menyebabkan fisik seorang calon ibu berangsur-angsur
mengalami perubahan. Dalam rentang waktu 9 bulan, perubahan ini
menuntut ibu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya. Tak ayal,
bahwa perubahan yang mendadak ini menimbulkan beragam keluhan,
seiring dengan pertambahan usia kandungan, antara lain:
1) Kelelahan
2) Pusing
3) Sembelit
4) Sesak nafas
5) Sakit punggung
6) Nyeri ulu hati
7) Sariawan
24
8) Produksi air liur berlebihan
9) Insomnia
10) Kulit dan kuku kering
11) Bengkak telapak tangan dan kaki
12) Varises
13) Kram
h. Kondisi darurat saat hamil
Ada 10 kondisi darurat ketika sedang hamil yaitu: (Chomaria, 2013)
1) Perdarahan
2) Keluarnya cairan bening dari kemaluan
3) Berat badan naik secara berlebihan
4) Berat badan tidak naik
5) Tekanan darah naik secara drastis
6) Sering berdebar, sesak, mudah lelah
7) Demam
8) Kaki bengkak
9) Gerakan janin melemah atau hilang
10) Kelainan letak janin di dalam perut11). Plasenta previa (plasenta
yang letaknya abnormal)
25
3. Pengetahuan (knowledge)
a. Pengetian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia
yang seedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan juga
merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi setelah sesesorang melakukan
pengindraan dari objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup didalamnya dominan kognitif
mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2007).
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajariatau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu “Tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang
dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, meramalkan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memehami artinya sebagai suatukemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terdapat
26
objek dan materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap, suatu objek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis ( Syntesis)
Sintesis yang dimakasut menunjukan pada semua kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
kesuluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatau
kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berbaikan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
27
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.
e. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara
memeproleh
pengetahuan
yang
dikutip
dari
Notoadmojo, (2003) adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk meemperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah ( Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan
dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tida berhasil
maa dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber
pengetahuan
cara
ini
berupa
pimpinan-pimpinan
masayarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenaran baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
28
c) Bedasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadipun
dapat
digunaan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dimasa lalu.
2) Cara modern dalam memeperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut metodelogi
penelitian. Cara ini mula- mula dikembangkan oleh Franscis Bacon
(1561- 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobol Van Deven.
Akhirnya lahir satu cara untuk melakukan penelitian yang dimasa ini
kita enal dengan penelitian ilmiah (Wawan, 2010).
e. Proses Perilaku “Tahu”
Menurut rogers (1974) yang diutip oleh Notoadmojo (2003),
perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luarsedangkan
sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terdapat
proses berurutan yakni:
1) Awareness (kesadaran) dimana orng tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interes (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatia
dan tertarik pada stimulus.
3) Evaluation
(menimbang-nimbang)
individu
akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadapat stimulus
29
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Dikutip
oleh
Notoadmojo
(2003),
menyimpulkan
bahwa
pengabdosian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan
didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang posistif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaiknya jika
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka
perilau tersebut bersikap sementara atau tidak akan berlangsung
lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek
fisik,psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motovasi, persepsi,
sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya (Wawan,
2010).
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita cita tertentu untu
menentukan seseorang untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
30
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misal hal- hal yang menunjukan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra
yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendiddikan seseorang
akan makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang dilakukan terutama untuk menunjang
kebutuhannya dan kebutuhan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang pada banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umunya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semain cukup umur tingkat
kematangan dan ekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi epercayaan masyarakat seseorang yang lebih
31
dewasa dipercaya dari orang yang lebih tinggi tingkat edewasaanya.
Hal ini sebagian dari pengalaman dan ematangan jiwa.
2). Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan
merupkan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruh
yang dapat memepengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
b) Sosial budaya
Sisitem sosial budaya pada msyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi (Wawan, 2010).
f. Kriteria tingkat pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
dengan sekala yang bersifat kualitatif, yaitu: ( Arikunto, 2006).
1) Baik
: Hasil presentase 76% - 100%.
2) Cukup
: Hasil presentase 56% - 75%.
3) Kurang
: Hasil presentase < 56%.
4. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
32
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2005).
Menurut Notoatmdjo (2010, p: 124) sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
b. Komponen Pokok Sikap
Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2010, p: 125) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
c. Berbagai Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni: ( Notoatmodjo, 2010).
1) Menerima (receiving)
Menerima diartiakn bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
33
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang tekah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor internal
individu dan faktor eksternal individu (Azwar, 2008):
1) Faktor Internal Individu terdiri dari:
a) Emosi dalam diri individu, kadang – kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme ego.
b) Intelegensia, seseorang dengan intelegensia yang tinggi akan dapat
memutuskan sesuatu yang dapat mengambil tindakan / sikap yang
tepat saat menghadapi suatu masalah.
34
c) Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi
sosial.Kepribadian, orang dengan kepribadian terbuka akan berbeda
dalam mengambil sikap dengan orang yang berkepribadian saat
menghadapi situasi yang sama.
d) Konsep diri, seseorang yang memiliki konsep diri yang baik, akan
mengambil sikap yang positif saatmenghadapi suatu masalah /
situasi berbeda dengan orang yang memiliki konsep rendah diri.
2) Faktor eksternal individu
a) Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama, lembaga
pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh
dalam
pembentukan
sikap
dikarenakan
keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu.
b) Kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap. Ahli psikologi
terkenal, Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi
seseorang.
c) Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya
sangat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru akan membuat
seseorang akan mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang
diinginkan.
35
d) Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
e) Orang lain yang dianggap penting, orang lain disekitar kita
merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak
tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus untuk kita
(significant others), akan lebih banyak mempengaruhi pembentukan
sikap kita terhadap sesuatu. Seorang individu pada umumnya
cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap penting.
f) Situasi, dua orang yang sedang menghadapi masalah yang sama
tetapi dalam situasi yang berbeda maka sikap yang diambil tidak
akan sama.
e. Cara Pengukuran Sikap
Bentuk skala sikap yang perlu diketahui sebagai berikut
( Sugiyono, 2009).
1) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
36
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Cara pengukuran skala likert menurut Machfoedz
(2008) yaitu:
a) Pernyataan positif diberi skor :
(a) Sangat setuju (SS): bernilai 4
(b) Setuju (S): bernilai 3
(c) Tidak setuju (TS): bernilai 2
(d) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 1
b) Pernyataan negatif diberi skor :
(a) Sangat setuju (SS): bernilai 1
(b) Setuju (S): bernilai 2
(c) Tidak setuju (TS): bernilai 3
(d) Sangat tidak setuju (STS): bernilai 4
2). Skala Guttman
Menurut Sugiono (2009) Skala Guttman merupakan skala
kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih
berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.
Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang variable
yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala Scalogram yang
sangat baik untuk meyakinkan. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap
pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan
37
menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi Skala
Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
(tegas) dan konsisten. Misalnya : yakin-tidak yakin tidak, benar-salah,
positif-negatif, pernah-belum pernah, setuju-tidak setuju dan lain
sebagainya.
Perbedaan Skala Likert terdapat jarak (interval), 3, 4,5,6 atau 7
yaitu dari sangat benar (SB) sampai dengan sangat tidak benar (STB),
sedangkan dalam Skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu: benar (B)
dan salah (S). Hasil pengukuran sikap positif bila ≥ nilai median, negatif
bila < nilai median untuk data berdistribusi normal. Hasil pengukuran
dengan data distribusi tidak normal positif jika ≥ mean dan negatif jika <
mean (Riduan, 2009).
5. Karakteristik
a. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam
wawan dan
dewi (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Pembagian umur menurut Wiknjosastro (2010), dari
sudut kematian maternal usia reproduktif dibagi menjadi:
a) Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan
b) Usia 20-35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan
bersalin
38
c) Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk membuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Menurut Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003) dalam wawan dan
dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita karena
tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri.
Seseorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku hidup sehat bila dibandingkan
dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi
pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri dengan sesuatu
yang menyangkut diri mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan wanita akan
mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan
masalah-masalah
baru
(Widyastuti,
2009).
dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas:
Jalur
pendidikan
sekolah
39
1) Tidak sekolah/Tidak tamat SD
2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD,MI,SMP)
3) Jenjang Pendidikan Menengah (SMA,MA)
4) Jenjang Pendidikan Tinggi (PT)
(Umar Tirtarahardja, 2005)
40
B. KERANGKA TEORI
Faktor Predisposisi
1.
2.
3.
4.
Pendidikan
pengetahuan
Sikap
Keyakinan
Faktor pemungkin
1. Ketersediaan
fasilitas kesehatan
2. Keterjangkauan
fasilitas kesehatan
3. Ketrampilan tenaga
kesehatan
Ibu hamil
tentang
preeklamsia
Faktor penguat
1.
2.
3.
4.
Keluarga
Teman
Suami
Petugas kesehatan
Skema 2.1 kerangka teori
Sumber Lawrence H Green (1988) dalam Notoatmodjo (2010)
Keterangan: Cetak tebal yang diteliti
Download