RINGKASAN DEWA PUTU ADITYADHARMA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara ASEAN+6, Uni Eropa dan Amerika Utara: Pendekatan Panel Dinamis (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI) Nilai tukar merupakan salah satu alat untuk kebijakan ekonomi bagi sebuah negara. Nilai tukar adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat dibutuhkan khususnya sebagai daya saing ekonomi internasional karena mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembangunan ekonomi, perdagangan luar negeri dan neraca modal yang didalamnya ada instrumen investasi portofolio dan investasi langsung luar negeri atau yang biasa disebut Foreign Direct Invesment (FDI). Kebijakan mengenai fluktuasi nilai tukar riil telah banyak menjadi pusat perhatian para ekonom diantara banyaknya kebijakan ekonomi dalam pembangunan ekonomi terutama pada era globalisasi ini. Pada era globalisasi yang telah berjalan selama beberapa dekade, telah memunculkan intergrasi ekonomi yang dilakukan oleh satu negara dengan negara lain dalam berbagai kawasan dalam rangka stabilisasi nilai tukar riil. Integrasi ekonomi yang dibentuk tentunya memiliki tujuan yang baik dan positif bagi negara-negara anggotanya. Tujuan utama yang diharapkan tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan negara anggota melalui berbagai instrumen yakni kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui bersama. European Union (EU) dan North America Free Trade Area (NAFTA) merupakan bentuk integrasi yang telah berjalan. Hal ini mendorong negara-negara di Asia Timur dan Oseania untuk menciptakan kerjasama ekonomi. Kesepakatan ini dimulai dengan kegiatan East Asia Summit (EAS) kedua yang diselenggarakan pada 15 Januari 2007 di Cebu dengan partisipasi negara-negara ASEAN termasuk China, Jepang, Korea, Australia, India dan Selandia Baru sehingga muncul ASEAN+6. Untuk ASEAN sendiri, demi terwujudnya ASEAN Community, maka diharapkan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dimana arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bergerak bebas, serta arus modal yang lebih bergerak bebas diantara negara anggota ASEAN. ASEAN+6 merupakan negara-negara yang dinamis pertumbuhannya dan ke depannya menuju penyatuan ekonomi. Untuk mencapai daya saing internasional dan stabilitas ekonomi makro maka kajian mengenai fluktuasi nilai tukar ini sangat diperlukan. Fluktuasi nilai tukar riil dalam suatu negara tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor atau disebut guncangan struktural. Ada empat tipe guncangan struktural di antaranya yaitu guncangan yang memengaruhi permintaan (demand shocks), guncangan yang memengaruhi penawaran (supply shocks), guncangan yang berasal penyesuaian perdagangan internasional (external shocks), dan guncangan permintaan uang relatif terhadap penawaran dan perubahan kurs nominal (nominal shocks). Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6 yang terdiri dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Utara, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini menggunakan data sekunder negara-negara kawasan ASEAN+6 dan negara-negara kawasan non ASEAN+6 dalam bentuk data panel yakni gabungan data deret waktu kuartal dari tahun 2002 – 2011. Negara ASEAN+6 dipresentasikan oleh lima negara utama ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand serta enam negara tambahan yaitu Jepang, Korea Selatan, New Zealand, Australia, Cina, dan India. Negara dalam kawasan non ASEAN+6 diwakili oleh negara-negara dalam kawasan Uni Eropa yakni Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara dalam kawasan Amerika Utara yaitu Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat. Model penelitian ini mengikuti metodologi yang digunakan oleh Caporale et al. (2009). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dinamis (dynamic panel data) melalui pendekatan Generalized Method of Moments (GMM). Estimasi dengan menggunakan pendekatan GMM, yakni dengan analisis Arrelanno-Bond Generalized Method of Moments (AB-GMM) untuk negaranegara baik pada seluruh kawasan, kawasan ASEAN+6, dan kawasan non ASEAN+6. Hasil yang diperoleh bahwa pada seluruh kawasan dan kawasan ASEAN+6 sumber yang paling berpengaruh dalam fluktuasi nilai tukar riil adalah supply shocks yang diproksi GDP riil, demand shocks yang diproksi melalui pengeluaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi (openness of economy), sedangkan untuk negara non ASEAN+6 yang meliputi kawasan Uni Eropa dan Amerika Utara, sumber yang paling dominan dalam fluktuasi nilai tukar riil adalah jumlah uang beredar (money supply). Dari hasil yang diperoleh, ditunjukkan negara-negara ASEAN+6 merupakan integrasi ekonomi yang berpotensi untuk berkembang dan bisa meningkatkan daya saing terhadap perdagangan internasional melalui produktivitas negara yang masih bisa ditingkatkan dan pengeluaran pemerintah digunakan untuk mendorong kebijakan fiskal dalam rangka stabilisasi nilai tukar riil. Untuk negara-negara kawasan non ASEAN+6, kebijakan moneter yang paling efektif dalam mengatasi nilai tukar riil. Hal ini dapat dilihat negara-negara yang tergabung dalam European Union (EU) telah menerapkan single currency dan North America Free Trade Area (NAFTA) adalah negara maju dengan salah satu negaranya perekenomian terbesar sehingga bisa memengaruhi perekonomian dunia.