(PENDEKATAN DALAM ANALISA PEMERINTAHAN)

advertisement
MIP
METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN
PENDEKATAN- PENDEKATAN
DALAM ANALISA PEMERINTAHAN
1.
Pendekatan Kelembagaan
(Institutionalism)
2.
Pendekatan Perilaku
(behavioralism)
3.
Pendekatan Sistem
Menurut penganut aliran ini, teori hanya bisa diciptakan
melalui intuisi dan renungan mendalam.
Dalam proses ini kita mula-mula hanya melakukan
abstraksi pikiran dan berusaha membuat “gambar” yang
sejelas mungkin dalam pikiran kita dan berusaha menarik
sebanyak mungkin kesimpulan atau konsekuensi dari
“gambar” yang kita buat itu. Sementara kita sedang dalam
proses membuat “gambar” itu kita tidak berpikir tentang
kaitan empiris antara gambar itu dengan dunia nyata.
Baru sesudah gambar itu cukup jelas, kita mengujinya
dengan fakta empiris.
David dan Chava nachmias menggambarkan strategi
“teori dahulu, penellitian kemudian“ dalam tahap –
tahap berikut:
1. Perumusan teori atau model yangg eksplisit
2. Suatu proposisi yang muncul dari teori atau model
untuk diteliti secara empiris
3. Pembuatan rancangan penelitian untuk menguji
proposisi itu
4. Kalau proposisi yang dideduksi dari teori itu tidak
didukung oleh data empiris, maka teori atau
penelitian (seperti didesain penelitian, pengukuran,
dsb.) harus diubah, dan kita harus kembali ke tahap
ke-2
5. Kalau proposisi tidak ditolak, kita cari proposisi lain
untuk diuji atau kita coba perbaiki teori
Sebaliknya, Robert Merton, penganut aliran
“penelitian dahulu baru teori”, menyatakan
bahwa ppenelitian empiris tidak hanya
berrfungsi pasif yaitu menguji teori.
Peneliti melakukan fungsi aktif yang
membantu pengembangan teori. Peneliti
bisa mengusulkan masalah-masalah baru
untuk diteorikan, mendorong perumusan
teori atau perubahan teori yang ada,
memperjelas teori dan menguji teori.
Strategi “penelitian dahulu teori kemudian” ini,
menurut David dan Chava Nachmias terdiri
dari tahap-tahap seperti berikut:
1. Penelaahan
suatu
fenomena
untuk
menggambarkan atau mengidentifikasikan
sifat-sifat atau atribut-atributnya
2. Pengukuran sifat-sifat itu dalam berbagai
situasi
3. Analisa terhadap data yang terkumpul untuk
menentukan apakah ada pola variasi yang
sistematis di dalamnya
4. Kalau dalam data itu ditemukan ada pola
yang sistematis, maka teori bisa dibentuk
Sampai sekarang pedebatan “induktif – deduktif” ini belum
selesai. Namun perbedaan kedua strategi itu sebenarnya
tidak tegas dalam praktek nyata. Kedua strategi itu
sebenarnya sama-sama bertujuan menciptakan teori dan
menganggap teori sebagai perwujudan dari kemajuan
ilmu. Juga semua proses mencari pengetahuan
mengharuskan kita untuk membuat asumsi-asumsi
(axioms) dan hipotesa (theorems) tentang sifat kenyataan
sosial. Perbedaan itu hanyalah tentanng di mana letak
asumsi-asumsi teoritis itu dalam proses penelitian. Dalam
suatu strategi penelitian, hiposkripsinya hanya implisit dan
baru menjadi nyata sesudah analisa data, sedang dalam
strategi lain, hipotesa itu ditegaskan sejak awal. Jadi
sebenarnya tidak ada ilmu politik/ pemerintahan yang
sepenuhnya induktif, yang ada adalah teorisasi yang
eksplisit atau tidak eksplisit.
Karena itu seharusnya kita memandang teori dan
penelitian sebagai dua hal yang selalu berkaitan.
Sebagaimana disebutkan di atas, teori jelas
sanggan diperlukan dalam melakukan penelitian,
sebab tanpa tuntutan teori (atau konseptualisasi)
penelitian akan berjalan tanpa arah. Juga
pengamatan empiris perlu disusun agar bisa
menjadi teori, dan penyusunan itu pasti
memerlukan suatu perspektif teori.
PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM ILMU PEMERINTAHAN
Menurut standar baku (The standard View)/metodologi tujuan ilmu
pengetahuan adalah untuk mengembangkan penjelasan penjelasan
tentang dunia empirik atau dunia yang dapat diketahui oleh
pengalaman atau observasi.
Menurut McGaw dan Watson, sains/ilmu pengetahuan merupakan
metode analisa yang
obyektif, logis dan sistematis untuk
mendeskripsikan, menjelaskan dan meramalkan fenomena yang bisa
diamati.
Berdasarkan definisi ini, kita ketahui adanya ciri-ciri pokok sains,
yaitu:
1.Sains adalah suatu metode analisa, sains adalah suatu aktivi-
Vitas dan proses, semua sains memiliki kesamaan metode analisa,
yaitu kesamaan dalam aturan logika dan pembuktian
2.Tujuan akhir sains adalah deskripsi, eksplanasi dan prediksi.Misalnya
ilmuwan pemerintahan berusaha menggambarkan, menjelaskan dan
meramalkan berbagai fenomena seperti: pemilu, pilkada, tingkah laku
pemilih, proses pembuatan kebijakan publik, suksesi, budaya politik
dsb.
a.Deskripsi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan siapa, apa, di
mana, kapan atau berapa. Jadi merupakan upaya melaporkan apa yang
terjadi. Ilmuwan pemerintahan mungkin akan mengajukan pertanyaan:
Kapan suksesi dapat terjadi ? Kapan otonomi daerah dapat
diwujudkan secara optimal dan dapat diraskan oleh masyarakat?
Kapan reformasi birokrasi dan pelayan publik akan terjadi?
b.Eksplanasi berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”, mengapa
korupsi terjadi? Mengapa konflik Kepala Daerah dengan DPRD
sering terjadi? Mengapa kualitas pelayanan publik cenderung
rendah? Dsb.
Menjawab pertanyaan “mengapa” adalah inti kegiatan saintifik.
c.Prediksi mencoba menjawab pertanyaan tentang “apa yang akan
terjadi” di masa depan. Ilmuwan pemerintahan misalnya tertarik
meramalkan kondisi atau keadaan yang bisa menimbulkan
perubahan sistem pemerintahan, bentuk negara atau bentuk
pemerintahan dan sebagainya di masa depan.
3. Fenomena yang bisa diamati adalah sasaran deskripsi, eksplanasi
dan prediksi, yaitu obyek yang bisa diamati secara saintifik. Karena itu
kegiatan penelitian saintifik tidak
menangani topik-topik yang
supernatural dan metafisik.
4.Sains bersifat obyektif, logis dan sistematis.
a.Obyektif berarti bahwa pernyataan saintifik harus bisa diuji secara
terbuka oleh ilmuwan lain, atau dengan istilah lain
“intersubjectivetestability”. Pernyataan yang didasarkan pada
pengetahuan yang hanya mungkin diketahui oleh orang tertentu saja_seperti ahli kebatinan atau resi, dan tidak bisa diuji oleh orang
berpendidikan biasa_ bukanlah pernyataan saintifik.
b.Logis berarti bahwa sains diatur oleh aturan penalaran
tertentu,misalnya penarikan kesimpulan deduktif dan induktif.
c.Sistematis berarti bahwa sains merupakan sekumpulan keajegan
yang secara logika terorganisasi, saling bertaut dan utuh serta
terbuka untuk diubah atau bahkan ditolak oleh bukti-bukti baru.
ASUMSI-ASUMSI SAINS
Di atas kita telah sepakat menganut definisi sains sebagai metode
analisa. Setiap metode pencarian pengetahuan didasarkan pada
seperangkat asumsi atau keyakinan yang _demi berlangsungnya
komunikasi dan penelitian_ tidak bisa diperdebatkan kebenaran
atau kesalahannya dan harus diterima apa adanya (untuk
sementara). Menurut MCGaw dan Watson terdapat sembilan
asumsi pokok atau postulat sains:
1. Semua prilaku sudah ditentukan secara alamiah
2. Manusia adalah bagian dari dunia alamiah
3. Alam bersifat teratur dan ajeg
4. Alam berubah dengan lamban
5.Semua fenomena yang bisa diamati pada akhirnya akan
bisa diketahui
6. Tidak ada hal yang dengan sendirinya benar
7. Kebenaran adalah relatif
8. Kita memahami dunia melalui indra
9. Persepsi, ingatan dan penalaran kita bisa dipercaya.
Sekian
&
Terima Kasih
Download