xiv PENDAHULUAN Latar Belakang Ruminansia

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruminansia
merupakan
ternak
yang
memiliki
kemampuan
dalam
memanfaatkan bahan pakan tinggi serat. Kemampuan tersebut didukung oleh
keberadaan bakteri selulolitik di dalam rumen yang menghasilkan selulase untuk
mencerna bahan sumber serat (selulosa). Bakteri yang lain di dalam rumen adalah
bakteri proteolitik yang memiliki kemampuan dalam mendegradasi pakan sumber
protein dan mengkonversi nitrogen bukan protein (NBP) menjadi protein mikroba.
Sumber protein pada ternak ruminansia berasal dari protein pakan (by pass) dan
protein mikroba
rumen dengan kisaran 33-117 g/kg bahan organik tercerna
(McMeniman et al., 1986; Poppi et al., 1997; Prior et al., 1998; Bowen, 2003;
Mullik, 2006).
Bakteri rumen mampu memanfaatkan NBP dengan cara mengkonversi
komponen nitrogen tersebut menjadi asam amino dan protein komponen bakteri
tersebut. Asam amino dan protein yang dihasilkan selanjutnya dapat disintesis
menjadi komponen tubuh bakteri dan dihasilkan berbagai enzim. Bakteri rumen
mampu merombak protein pakan menjadi amonia yang jika tidak dibarengi dengan
sumber volatile fatty acids (VFA) mudah tersedia, menyebabkan ketidakefisienan
penggunaan sumber protein ransum. Efisiensi penggunaan protein ransum oleh
bakteri rumen sangat tergantung pada jenis pakan dan komponen nutriennya serta
perkembangan mikroba yang terjadi dalam rumen. Populasi dan jenis bakteri serta
komponen pakan di dalam rumen sangat menentukan kemampuan ruminansia dalam
memfermentasi protein dan sumber NBP lainnya (Hungate, 1966).
Hijauan leguminosa merupakan sumber protein bagi ruminansia namun
rentan terhadap degradasi rumen. Leguminosa memiliki kandungan protein tinggi
(lebih dari 20%) dan dapat dimanfaatkan oleh ruminansia sebagai sumber protein.
Pemanfaatan protein leguminosa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
karakteristik protein, karbohidrat dan nutrien lainnya serta kandungan anti nutrisi
bahan tersebut. Terdapat leguminosa dengan protein mudah terdegradasi, beberapa
leguminosa mempunyai kadar tanin yang tinggi (Makkar dan Becker, 1998).
xiv
Evaluasi kualitas nutrisi suatu pakan atau ransum baik sebagai sumber serat,
protein atau NBP, diperlukan pengujian yang komprehensif. Pengujian yang ideal
dilakukan dengan menggunakan ternak langsung (in vivo), namun cara ini
membutuhkan waktu yang lebih lama dan dana yang besar. Pengujian cara lain dapat
dilakukan dengan uji kanton nilon (nylon bag atau in situ technique), namun cara ini
pun cukup rumit karena memerlukan ternak yang berfistula rumen dan kantong nilon
dengan ukuran pori standar. Alternatif lain untuk pengujian kualitas nutrisi pakan
dapat dilakukan dengan in vitro. Metode ini dapat dilakukan di dalam laboratorium
dengan menggunakan sumber inokulum berupa cairan rumen segar asal ternak yang
baru dipotong atau mengambil langsung melalui ternak berfistula rumen, namun cara
ini memiliki kendala dalam penyediaan inokulum yang cepat, kontinyu dan seragam.
Sumber inokulum lain diperlukan untuk mengatasi kendala tersebut, sehingga dapat
berperan sebagai pengganti cairan rumen segar.
Kajian penggunaan isolat perlu dilakukan agar mendapatkan alternatif
sumber inokulum yang lebih seragam dan mudah tersedia. Penelitian ini
menggunakan campuran beberapa spesies bakteri selulolitik yang berhasil diisolasi
dari cairan rumen kerbau, dan telah mengalami pengujian dengan menggunakan
berbagai substrat bahan serat dan hijauan pakan (Astuti, 2010; Gayatri, 2010; Rifai,
2010). Pada penelitian ini dilakukan pengujian kemampuan kumpulan bakteri
tersebut dalam mendegradasi hijauan pakan sumber protein (leguminosa) dan sumber
NBP asal pati.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fermentabilitas dan kecernaan in vitro
Calliandra callotyrsus, Leucaena leucocephala, Indigofera sp. dan Gliricidia sepium
oleh isolat bakteri pencerna serat asal rumen kerbau dan bakteri cairan rumen segar
serta fermentabilitas urea dalam bahan pakan sumber pati oleh isolat bakteri
pencerna serat asal rumen kerbau.
2
Download