UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR PREDIKTOR KOMPLIKASI PERDARAHAN DAN POLA TRANSFUSI DARAH PADA PROSEDUR PERCUTANEOUS NEPHROLITHOTOMY (PCNL) BATU GINJAL TESIS Firtantyo Adi Syahputra 1106026160 Pembimbing : dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS UROLOGI JAKARTA MEI 2016 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR PREDIKTOR KOMPLIKASI PERDARAHAN DAN POLA TRANSFUSI DARAH PADA PROSEDUR PERCUTANEOUS NEPHROLITHOTOMY (PCNL) BATU GINJAL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Urologi Firtantyo Adi Syahputra 1106026160 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS UROLOGI JAKARTA MEI 2016 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 ii Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia iii Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia iv Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia v Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Firtantyo Adi Syahputra : Urologi : Faktor Prediktor Komplikasi perdarahan dan Pola Tranfusi Darah pada Prosedur Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) Batu Ginjal Salah satu komplikasi tersering PCNL adalah perdarahan. Estimasi jumlah perdarahan yang kurang tepat dapat berakibat dilakukannya transfusi darah yang tidak dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor prediktor terkait jumlah total perdarahan PCNL, dan mengevaluasi pola transfusi darah peri operatif. Prosedur PCNL dilakukan secara acak oleh dua konsultan endourologi di institusi kami dan dianalisa secara prospektif. Pasien dewasa dengan batu ginjal di pielum > 20 mm, atau kaliks inferior > 10 mm, atau batu cetak dimasukkan sebagai sampel penelitian. Pasien dengan koagulopati, atau dalam pengobatan anti koagulan, atau harus dilakukan konversi operasi terbuka dieksklusi. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan pada awal dan saat 12, 24, 36, 72 jam paska operasi. Faktor-faktor seperti stone burden, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, perubahan kadar hematokrit dan jumlah darah yang ditransfusikan dianalisa menggunakan regresi linier untuk mendapatkan prediktor total blood loss (TBL). Didapatkan 85 pasien dalam penelitian ini dengan rerata TBL 560,92 ± 428,43 ml. Stone burden merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap TBL (p=0.037). Kami mendapatkan formula untuk memprediksi kebutuhan transfusi darah dengan menghitung TBL (ml) = -153,379 + 0,229 x stone burden (mm2) + 0,203 baseline serum hematocrit (%). Sebanyak 87,1% pasien tidak menerima transfusi peri operatif, 3,5% menerima transfusi intra operatif, 7,1% menerima transfusi post operatif, 2,3% menerima tranfusi intra dan post operatif; sehingga menghasilkan cross-matched transfusion ratio sebesar 7,72. Rerata tranfusi darah peri operatif didapatkan 356,00 ± 145,88 ml. Stone burden menjadi faktor prediktif paling berpengaruh terhadap jumlah perdarahan PCNL. Jumlah darah yang ditransfusikan dan dilakukan cross-matched ditemukan tinggi di institusi kami. Permintaan darah yang tepat menggunakan formula yang kami usulkan dapat mengurangi kejadian transfusi yang tidak dibutuhkan. vi Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia ABSTRACT Name Study Program Title : Firtantyo Adi Syahputra : Urology : Blood Loss Predictive Factors and Transfusion Practice during Percutaneous Nephrolithotomy of Kidney Stones The most common complication of percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is bleeding. Injudicious estimation of blood loss may result in unnecessary transfusion. We aimed to identify the predictive factors of PCNL blood loss and evaluate the transfusion practice. A prospective study of PCNL was randomly performed by two consultants of endo-urology. Adults with kidney stones in pelvic >20mm, or inferior calyx >10mm or staghorn were included; those with coagulopathy under anti-coagulant treatment or open conversion were excluded. A full blood count was taken at baseline and during 12, 24, 36, 72-hours postoperatively. Factors such as stone burden, sex, body surface area, shifting of hematocrit level and amount of blood transfused were analyzed statistically using line regression to identify the predictive factors of total blood loss (TBL). 85 patients were enrolled in this study. Mean TBL was 560.92 ± 428.43 ml. Our results revealed that TBL (ml) = -153.379 + 0.229 × stone burden (mm2) + 0.203 baseline serum hematocrit (%); thus considerably predicted the need for blood transfusion. A total of 87.1% patients did not receive perioperative transfusion, 3.5% received intra-operative transfusion, 7.1% postoperative transfusion, 2.3% both intra and postoperative transfusion, resulting in a cross-matched transfusion ratio of 7.72. Mean perioperative blood transfused was 356.00 ± 145.88ml. Stone burden appeared to be the most influential PCNL blood loss predictive factor. The amount of blood transfused and cross-matched was relatively high in our institution. An appropriate blood order using our equation would reduce any unnecessary transfusions. vii Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v ABSTRAK vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. LATAR BELAKANG 1 1.2. RUMUSAN MASALAH 2 1.3. TUJUAN PENELITIAN 2 1.4. MANFAAT PENELITIAN 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. PERCUTANEOUS NEPHROLITHOTOMY 4 2.2. KOMPLIKASI PERDARAHAN 4 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 6 3.1. KERANGKA KONSEP 6 3.2. HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB 4 METODE PENELITIAN 8 4.1. DESAIN PENELITIAN 8 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 8 viii Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 4.3. POPULASI DAN SAMPEL 8 4.4. BESAR SAMPEL 9 4.5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI 9 4.6. VARIABEL PENELITIAN 10 4.7. CARA KERJA 11 4.8. RENCANA PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA 13 4.9. DEFINISI OPERASIONAL 13 4.10. ETIKA PENELITIAN 15 4.11. ALUR PENELITIAN 15 BAB 5 HASIL PENELITIAN 16 BAB 6 PEMBAHASAN 19 BAB 7 KESIMPULAN 21 DAFTAR REFERENSI 22 LAMPIRAN 26 ix Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Studi terdahulu angka transfusi dan embolisasi pada PCNL 5 Tabel 4.1. Formula yang digunakan untuk menghitung total blood loss (TBL) 10 Tabel 5.1. Karakteristik pasien 16 Tabel 5.2. Analisis bivariat antara faktor-faktor prediktor dan total blood loss (TBL) 17 Tabel 5.3. Pola Transfusi Darah Prosedur PCNL 18 x Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian 6 Gambar 4.1 Alur penelitian 15 xi Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Form Instrumen Penelitian 26 Lampiran 2 Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 33 xii Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan prosedur minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengeluarkan batu ginjal melalui akses perkutan. 1 Saat ini prosedur PCNL telah diterima luas untuk menangani kasus-kasus batu ginjal kompleks: batu yang keras, berukuran besar, terinfeksi, menyebabkan obstruksi, disertai kelainan anatomik, dan gagal dengan modalitas lainnya.2 Untuk batu ginjal berdiameter >20 mm, PCNL memberikan angka bebas batu hingga 78-95%.3 Akses terhadap sistem pelviokalises dan manipulasi intrarenal yang dilakukan saat prosedur PCNL seringkali menyebabkan cedera pada pembuluh darah, terutama arteri vena segemental dan interlobar. Sistem pengumpul ginjal merupakan struktur kaya vaskularisasi yang mencakup 20% dari total kardiak output, sehingga perdarahan merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi pada PCNL. Dilaporkan sebanyak 1-11% pasien yang menjalani prosedur PCNL membutuhkan transfusi darah. Angka tersebut meningkat secara signifikan hingga 2-53% pada PCNL batu staghorn.4 Dari berbagai studi terdahulu didapatkan rentang kebutuhan transfusi darah pada PCNL yang cukup besar.1 Beberapa variabel telah diketahui dari studi sebelumnya menjadi faktor resiko perdarahan saat prosedur PCNL, yaitu: infeksi saluran kemih pre-operatif,5 ukuran batu yang besar >1250 mm2,6 batu staghorn,6,7 multipel akses,6,7 diabetes mellitus,4,6,7 dan durasi operasi >58 menit.6 Beberapa faktor lain belum terbukti meningkatkan resiko perdarahan saat PCNL, yaitu: usia tua, lokasi batu, kadar hemoglobin pre-operatif, derajat hidronefrosis, tebal parenkim ginjal. Meskipun sebagian besar perdarahan terkait PCNL dapat ditangani secara konservatif, sekitar 0,8% pasien membutuhkan tindakan lebih invasif untuk menghentikan perdarahan.7 Dari data Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, terdapat peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan, yaitu 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002.8 Antara tahun 2001-2009 terdapat penurunan jumlah operasi terbuka namun terjadi peningkatan jumlah tindakan PCNL.9 Saat ini belum terdapat pedoman yang menjabarkan secara rinci kebutuhan transfusi darah selama prosedur PCNL, sehingga permintaan persediaan darah sebelum prosedur PCNL di 1 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 2 Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dilakukan berdasarkan prediksi klinis tanpa parameter obyektif dan seringkali tidak sesuai dengan jumlah perdarahan sebenarnya saat intra-operatif. Penelitian ini bertujuan menentukan perkiraan kehilangan darah selama PCNL dengan mengidentikasi faktor-faktor prediktor sebelum prosedur berlangsung (preoperatif). Dengan diprediksinya jumlah perdarahan secara akurat pre-operatif diharapkan dapat menunjang parameter klinis intra-operatif dan mengurangi morbiditas post-operatif. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin pre-operatif, kadar kreatinin serum pre-operatif, diabetes mellitus, infeksi saluran kemih, riwayat PCNL sebelumnya, komposisi batu, ukuran batu, lokasi batu, dan sisi ginjal dengan jumlah perdarahan total pada prosedur PCNL 2. Faktor manakah yang menjadi prediktor paling kuat jumlah perdarahan total prosedur PCNL 3. Bagaimanakah formula prediksi jumlah perdarahan total prosedur PCNL 4. Berapakah angka transfusi darah intra operatif, peri operatif, dan post operatif prosedur PCNL di Departemen Urologi RSCM 5. Berapakah cross match transfusion ratio (CT ratio) pada prosedur PCNL 6. Berapakah proporsi under / over transfusion pada prosedur PCNL 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan umum Mengetahui faktor prediktor utama komplikasi perdarahan pada prosedur PCNL. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan antara antara jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin pre-operatif, kadar kreatinin serum pre-operatif, diabetes mellitus, infeksi saluran kemih, riwayat PCNL sebelumnya, komposisi batu, ukuran batu, lokasi batu, dan sisi ginjal dengan jumlah perdarahan total pada prosedur PCNL 2. Mengetahui faktor prediktor paling kuat jumlah perdarahan total prosedur PCNL 3. Mendapatkan formula prediksi jumlah perdarahan total prosedur PCNL 4. Mengetahui angka transfusi darah intra operatif, peri operatif, dan post operatif prosedur PCNL di Departemen Urologi RSCM Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 3 5. Mengetahui cross match transfusion ratio (CT ratio) pada prosedur PCNL 6. Mengetahui proporsi under / over transfusion pada prosedur PCNL 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat bagi bidang akademik Menambah informasi tentang faktor-faktor prediktor komplikasi perdarahan prosedur PCNL, dari aspek host (pasien) dan batu saluran kemih. 1.4.2. Manfaat bagi bidang pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki luaran klinis pasien-pasien yang menjalani prosedur PCNL dengan menyediakan darah sesuai kebutuhan pasien berdasarkan faktor-faktor prediktor pre operatif. 1.4.3. Manfaat bagi bidang penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut dengan topik perdarahan PCNL. Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Percutaneous Nephrolithotomy Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) adalah salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang digunakan untuk mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises. Perkembangan teknologi dan peralatan PCNL terkini memungkinkan pengeluaran batu ginjal yang efektif dengan morbiditas lebih rendah, tanpa insisi lebar, masa pulih lebih pendek, dan total biaya yang lebih rendah dibandingkan operasi terbuka. Pada praktiknya prosedur operasi terbuka semakin jarang dilakukan sebagai terapi inisial kecuali untuk kasus yang sangat kompleks.10-12 Sejak pertama kali dikaporkan oleh Fernstrom dan Johansson pada tahun 1976, teknik PCNL kini semakin disempurnakan, berkembang dan menggantikan operasi terbuka konvensional sebagai terapi batu kompleks pada saluran kemih atas yang tidak memenuhi indikasi dilakukan modalitas lainnya.13 PCNL diindikasikan pada: (1) Batu pielum simpel dengan ukuran >20mm. (2) Batu kaliks ginjal, terutama batu kaliks inferior dengan ukuran > 1 cm, atau infundibulum yang panjang (>30mm), sempit (<5mm) dan sudut infundibulum pelvis yang tajam (<90˚). (3) Batu multiple. (4) Batu pada ureteropelvic junction dan ureter proksimal. (5) Batu ginjal besar / staghorn. (6) Batu pada solitary kidney. Sedangkan kontraindikasi absolut PCNL yaitu pada pasien yang memiliki kelainan perdarahan atau pembekuan darah.10 2.2. Komplikasi Perdarahan Perdarahan sering terjadi pada tindakan PCNL. Dilaporkan oleh Kessaris et al angka kejadian perdarahan yang tidak terkontrol sampai membutuhkan penanganan embolisasi pada 2200 kasus mencapai 0,8%. Peningkatan risiko perdarahan terutama dihubungkan dengan pungsi kaliks media, pungsi multipel, pungsi pada ginjal yang memiliki struktur anatomi abnormal, dan pada pasien dalam medikasi antikoagulan atau antiplatelet. Pada kebanyakan kasus perdarahan, transfusi tidak diperlukan sehingga penanganan cukup konservatif. Perdarahan akut pada tindakan PCNL dapat terjadi saat pungsi jarum, dilatasi, manipulasi instrumen intra operatif, atau akibat trauma pada pembuluh darah parenkim ginjal, serta cabang-cabang dari arteri dan vena di sistem pelviokalises.14 Beberapa studi melaporkan penurunan kadar hemoglobin sebesar 2,1-3,3 g/dL setelah tindakan PCNL. Kejadian 4 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 5 perdarahan akut, biasanya dapat dihentikan oleh efek tamponade sheath PCNL yang digunakan. Pasca tindakan PCNL, penggunaan selang nefrostomi ukuran besar juga dapat menghentikan perdarahan. Bila perdarahan masih berlangsung, maka dapat diatasi dengan pemasangan selang nefrostomi menggunakan balon kateter ukuran besar yang dapat dikembangkan, atau dengan teknik embolisasi pada kasus yang tidak dapat diatasi dengan cara sebelumnya. Beberapa studi menunjukkan penggunaan dilator balon dan miniperc pada PCNL dapat pula mengurangi perdarahan.1,4,15,16 Kehilangan darah merupakan masalah yang dapat mengancam nyawa. Studi prospektif di Albany, Amerika Serikat menyatakan kehilangan darah sebesar 20-30% dari total darah dalam sirkulasi tidak dapat dikompensasi secara autoregulasi oleh tubuh. 22 Penggantian kehilangan darah, baik dengan pemberian kristaloid ataupun produk darah seringkali berujung pada kurangnya atau berlebihnya transfusi. Kurangnya koreksi kehilangan darah dapat berakibat anemia, iskemia miokard, instabilitas hemodinamik, hingga kematian. Sebaliknya pemberian produk darah yang berlebihan diketahui meningkatkan resiko transmisi penyakit, reaksi hemolitik, edema paru, gangguan sirkulasi akibat kelebihan cairan, dan komplikasi koagulopati lainnya.23 Berbagai studi terdahulu mendapatkan angka transfusi darah pada prosedur PCNL yang bervariasi antara 0,7-23,8% seperti tercantum pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Studi terdahulu angka transfusi dan embolisasi pada PCNL Studi Tahun n Angka Transfusi Angka Embolisasi Keoghane et al5 Armitage et al17 De la Rosette et al18 Akman et al6 Zimmermanns et al19 Tomaszewski et al16 Soucy et al20 Turna et al Kukreja et al4 Martin et al21 2012 2012 2011 2011 2011 2010 2009 2007 2004 2000 547 968 5803 649 650 225 1338 193 236 808 3,8% 2,5% 5,7% 10,8% 1,4% 1,3% 0,7-1,2% 23,8% 7,9% 0,9% 0,003% Keterangan Mini PCNL Baloon Dilation 1,5% 1,0% Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. KERANGKA KONSEP Permintaan CrossMatched Darah RBC, Ht Sebelum Pre-Operatif Host Jenis Kelamin Usia pasien Indeks massa tubuh Kadar hemoglobin Kadar kreatinin serum Diabetes melitus Infeksi saluran kemih Tebal parenkim ginjal Derajat hidronefrosis Riwayat PCNL sebelumnya BLOOD LOSS Transfusi Darah Batu Saluran Kemih Komposisi Ukuran Lokasi Sisi ginjal Intra-Operatif Prosedur Jumlah akses Lokasi akses pungsi Perforasi pelvis Metode dilatasi Ukuran amplatz sheath Lama operasi Transfusi Darah Operator Pengalaman Pasca-Operatif RBC, Ht Sesudah Dibutuhkan: -Intra-op -Post-op Prediksi Kebutuhan Transfusi Darah Tidak Dibutuhkan Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian 6 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 7 3.2. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor host (jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin pre-operatif, kadar kreatinin serum pre-operatif, diabetes mellitus, infeksi saluran kemih, riwayat PCNL sebelumnya), dan faktor batu saluran kemih (komposisi, ukuran, lokasi, sisi ginjal), dengan jumlah perdarahan pada prosedur PCNL. Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan prospective observational clinical study untuk mengidentifikasi faktor-faktor prediktor terkait jumlah total perdarahan PCNL dan menganalisa pola transfusi darah yang dibutuhkan dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap pada awal dan selama 12, 24, 36, 72 jam paska operasi. 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Departemen Urologi RSCM. Waktu pelaksanaan yaitu dari bulan November 2012 sampai November 2013. 4.3. POPULASI DAN SAMPEL Populasi target dari penelitian ini adalah pasien dengan batu pielum ginjal berukuran > 20 mm, atau batu kaliks inferior ginjal berukuran > 10 mm, atau batu staghorn ginjal. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah populasi target yang akan menjalani prosedur PCNL di Departemen Urologi RSCM Jakarta selama periode penelitian berlangsung (November 2012-November 2013). Sampel adalah subyek penelitian yang merupakan bagian dari populasi terjangkau yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan cara total sampling. 8 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 9 4.4. BESAR SAMPEL Besar sampel untuk analisis multivariat regresi linier: N = f(α, β, VB, R2) Keterangan: N = jumlah sampel α = Kesalahan tipe I = 5% β = Kesalahan tipe II = 20% VB = Jumlah variabel bebas yang diteliti, yaitu sebanyak 14 variabel R2 = Koefisien determinasi minimal ditetapkan sebesar 0,25 Didapatkan (dari tabel regresi linier), besar sampel minimal sebesar: 69 subyek. Ditambahkan ± 20% kemungkinan drop-out, total besar sampel yang dibutuhkan dibulatkan menjadi = 85 subyek. 4.5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI 4.5.1. Kriteria Inklusi Karakteristik yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian ini adalah sebagai berikut: Pasien yang akan menjalani prosedur elektif PCNL dan berusia di atas 18 tahun 4.5.2. Kriteria Eksklusi Subyek penelitian tidak akan diikutsertakan apabila: Memiliki penyakit kelainan pembekuan darah Mengkonsumsi obat-obatan pengencer darah Ditemukan perdarahan masif pre-operatif Didapatkan komplikasi intra-operatif: perforasi pielum, ruptur diafragma Diputuskan konversi operasi terbuka intra-operatif Terdapat infeksi saluran kemih aktif yang belum ditangani Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 10 4.6. IDENTIFIKASI VARIABEL 4.6.1 Variabel Terikat Jumlah Perdarahan Total / Total Blood Loss (mL). Didapatkan dari Rumus: Tabel 4.1. Formula yang digunakan untuk menghitung jumlah perdarahan total Variabel Formula Total Blood Loss (mL)24 Total Red Blood Cell Loss/RBC (mL) 25 [Total Red Blood Cell Loss (mL)] 1 [ /2x(Hematocrite 24 hour pre-op+Hematocrite 72 hour post-op)] [Uncompensated RBC Loss (mL)] + [Compensated RBC Loss (mL)] Uncompensated RBC Loss (mL)25 Compensated RBC Loss (mL)25 Initial RBC (mL)25 Final RBC (mL)25 Estimated Blood Volume (mL)25 Body Surface Area (m2)25 [Initial RBC (mL)] – [Final RBC (mL)] [Amount of RBC transfused from intra-op to 72 hour post-op] [Estimated Blood Volume (mL)] x [Initial Hematocrite level 24 hour pre-op (%)] [Estimated Blood Volume (mL)] x [Final Hematocrite level 72 hour post-op (%)] Female: [Body Surface Area (m2)] x 2430 Male: [Body Surface Area (m2)] x 230 0.0235 x [TB (cm)]0.42246 x [BB (kg)]0.51456 Pada penelitian ini tidak digunakan parameter konvensional visual estimated blood loss / jumlah perdarahan yang diperkirakan secara visual intra-operatif (melalui jumlah kassa penyerap darah atau jumlah darah dalam botol penghisap cairan) dikarenakan tingginya bias, subjektivitas, pengaruh dilusi dan rendahnya akurasi. 26-30 Parameter laboratorium dinilai 72 jam pasca prosedur untuk meminimalisir pengaruh artefak hidrasi pemberian cairan intravena dan absorpsi cairan retroperitoneal. Kadar hematokrit ikut dinilai dalam perhitungan dengan tujuan mengkoreksi efek hemodilusi. 4,25 Hematokrit vena diketahui dari penelitian sebelumnya memiliki korelasi positif dengan volume darah total.7 4.6.2 Variabel Bebas Jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin pre-operatif, kadar kreatinin serum pre-operatif, diabetes mellitus, infeksi saluran kemih, riwayat PCNL sebelumnya, komposisi batu, ukuran batu (stone burden), lokasi batu, sisi ginjal dengan jumlah perdarahan pada prosedur PCNL. Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 11 4.6.3. Variabel perancu Keahlian operator dihilangkan dengan melakukan analisis data terpisah berdasarkan operator. 4.7. CARA KERJA 1. Saat kunjungan pertama, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik awal oleh dokter residen urologi yang bertugas di poliklinik dengan didampingi dokter konsultan urologi. Pasien diminta melakukan pemeriksaan penunjang berupa: darah perifer lengkap, diff count (termasuk red blood cell count), fungsi ginjal (ureum, creatinin); fungsi pembekuan darah (PT, APTT), kelainan metabolik lainnya: fungsi hepar (SGOT, SGPT), gula darah sewaktu, elektrolit (natrium, kalium, chlorida), urinalisis; dan pemeriksaan pencitraan (USG ginjal dan BNO/IVP atau CT-Scan). 2. Pada kunjungan poliklinik kedua, pasien yang memenuhi indikasi, dianggap layak menjalani PCNL, serta sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi ditawarkan untuk mengikuti penelitian. 3. Pasien dengan kecurigaan infeksi saluran kemih (leukosituria >10/lpb dan bakteriuria) diperiksakan kultur urin, diberikan terapi antibiotik empiris sampai hasil kultur keluar untuk terapi definitif. Prosedur dilakukan setalah infeksi teratasi. 4. Subjek diberikan penjelasan dan mengisi informed consent jika bersedia ikut serta. 5. Pada 1-2 hari sebelum prosedur PCNL, pasien masuk rawat inap. 6. Pada 24 jam sebelum prosedur dilakukan tes laboratorium ulang untuk parameter darah perifer lengkap dan diff.count. 7. Tindakan PCNL dilakukan secara elektif oleh dua orang ahli bedah urologi, tindakan dilakukan di kamar operasi khusus urologi RSCM. 8. Lokasi pungsi pertama ditentukan berdasarkan lokasi batu, anatomi sistem pelviokalises, dan preferensi ahli bedah. 9. Jenis anestesi ditentukan oleh dokter ahli anestesi dengan mempertimbangkan kondisi umum pasien. 10. Antibiotik profilaksis diberikan kepada semua pasien (cefo sulbactam atau cefoperazon). 11. Intra-operatif Dilakukan pencatatan semua variabel peri-operatif. Pasien posisi litotomi, dilakukan insersi ureter kateter (UK) 5 Fr dengan bantuan Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 12 sistoskopi, kemudian dimasukkan kontras ke dalam UK sehingga sistem pelviokalises tervisualisasi dengan bantuan fluoroskopi (C-arm). Posisi pasien diubah menjadi prone, dilakukan pungsi pertama dengan menggunakan jarum puncture 17,5 G, bila posisi jarum sudah berada dalam sistem pelviokalises kemudian jalur puncture diamankan dengan guidewire. Dilakukan dilatasi fascia dengan dilator 8-12 Fr, metal dilator 24 Fr, dan amplatz dilator 30 Fr. Dipasang amplatz sheath nomer 28-32 Fr. Nefroskop dimasukkan. Jika memungkinkan batu dikeluarkan dengan stone tang, forceps, atau suction. Jika masih ada batu sisa dilanjutkan pemecahan batu dengan litotriptor (elektrokinetik / pneumatik / ultrasound / laser). Evaluasi ulang batu dengan bantuan fluoroskopi atau retrograde pyelography (RPG). Jika diperlukan intra operatif dapat diputuskan melakukan pungsi kedua, atau ketiga. Perdarahan dinilai, diputuskan untuk memasang nefrostomi atau tubeless, dengan pertimbangan: - Nefrostomi ukuran besar / kateter (14-24 Fr) diindikasikan pemasangannya pada pasien dengan 1)batu besar kompleks dengan kemungkinan masih terdapat batu sisa dan dibutuhkan akses renal untuk tindakan PCNL berikutnya, 2)waktu operasi lama, 3)akses multipel, 4)terjadi perforasi sistem pelviokalises 5)infeksi saluran kemih pre operasi. - Nefrostomi ukuran kecil / pigtail (6-10 Fr) diindikasikan pada pasien dengan prosedur PCNL tanpa komplikasi dengan batu sisa yang membutuhkan renal akses untuk tindakan selanjutnya atau pada pasien yang tidak nyaman dengan pemasangan Double-J stent. - Tubeless diindikasikan pada kasus dimana stone burden rendah, prosedur simpel, cepat, serta tanpa komplikasi. Transfusi darah intra-operatif dilakukan oleh sejawat anestesiologi dengan indikasi perdarahan >20% estimated blood volume. 12. Satu hari (24 jam) pasca operasi Jika pasien terpasang nefrostomi, dilakukan prosedur anterograde pyelography (APG) di kamar operasi khusus urologi untuk menilai batu sisa jika drainase Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 13 lancar mencapai buli-buli UK dan nefrostomi dilepas. Double-J stent dipertimbangkan dipasang bila drainase urin tidak lancar, atau terdapat batu sisa. Jika tubeless, dilakukan foto BNO. Dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, transfusi darah dilakukan bila Hb < 10,0 g/dL, atau >10,0 g/dL dengan klinis takikardia dan / atau hipotensi atau perdarahan masif. 13. Tiga hari (72 jam) pasca operasi Dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap dan diff.count, serta pencatatan semua variabel penelitian. 4.8. RENCANA PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA Deskriptif Mengetahui karakteristik subjek penelitian berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tinggi badan, berat badan. Analitik Analisis dilakukan secara subgrup berdasarkan operator yang melakukan prosedur PCNL. Analisis data akan dilakukan dengan piranti IBM SPSS Statistics for Windows version 20. Analisis pertama dilakukan secara univariat untuk mencari variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan variabel terikat (jumlah perdarahan total). Kemaknaan didefinisikan dengan p value < 0,05. Variabel dengan nilai p < 0,25 dilanjutkan ke analisis multivariat regresi linier untuk menentukan faktor prediktor utama. 4.9. DEFINISI OPERASIONAL Pendidikan pendidikan subjek dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu pendidikan rendah (Tidak Sekolah sampai tamat SMP), sedang (tamat SMA), tinggi (tamat D3-S3). Jenis Kelamin (Kategorikal): Laki-laki dan perempuan. Usia (Numerikal): Tanggal saat operasi dilangsungkan – tanggal lahir sesuai kartu tanda penduduk (dalam tahun). Indeks Massa Tubuh (Kategorikal): berat badan (kg) / {tinggi badan (dalam m)} 2. Dikategorikan menjadi: underweight (<18,5 kg/m 2), normal (18,5-22,9 kg/m2), overweight (23,0-24,9 kg/m2), obesitas derajat I (25-29,9 kg/m2), obesitas derajat II (≥30 kg/m2). Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 14 Kadar hemoglobin (Numerikal): dalam g/dL. Nilai sebelum operasi (maksimal 1 minggu), dan nilai 48 jam pasca operasi. Kadar haematokrit (Numerikal): dalam %. Kadar kreatinin serum (Numerikal): dalam mg/dl. Diabetes mellitus (Kategorikal): suatu keadaan dimana gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl ditambah dengan keluhan klasik seperti poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan tanpa sebab. Infeksi saluran kemih (Kategorikal): didefinisikan sebagai tumbuh bakteri >10 5 koloni/mL dari hasil kultur urin. Tebal parenkim ginjal (Kategorikal): dinilai dengan USG / CT-Scan, dikategorikan menjadi: tipis (<10 mm), dan normal (≥10 mm).16 Riwayat PCNL (Kategorikal). Komposisi batu saluran kemih (Kategorikal): amonium, asam urat, fosfat, kalsium, magnesium, oksalat, campuran. Ukuran batu saluran kemih (Numerikal): ukuran batu yang akan menjalani prosedur PCNL (dalam mm2). Lokasi batu (Kategorikal): pelvis, kaliks inferior, kaliks media, kaliks superior, staghorn parsial (batu pada renal pelvis dan minimal 1 kaliks), staghorn komplit (mengisi seluruh kaliks dan renal pelvis atau mengisi ≥80% sistem pengumpul ginjal).16 Sisi batu (Kategorikal): kanan, kiri, bilateral. Angka transfusi (Numerikal): jumlah unit darah yang ditransfusikan (mL). Cross match transfusion ratio / CT ratio (Numerikal): Jumlah unit darah yang di-cross matched (diminta pre-operasi) : Jumlah unit darah yang ditransfusikan.31 Kesesuaian transfusi (Kategorikal): overtransfusion didefinisikan bila jumlah darah (mL) yang ditransfusikan > 15% total jumlah perdarahan (mL), undertransfusion didefinisikan bila jumlah darah (mL) yang ditransfusikan < 15% total jumlah perdarahan (mL).32 Waktu operasi (Numerikal): dihitung dari mulainya pungsi pertama hingga selesainya penempatan nefrostomi (menit). Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 15 4.10. ETIKA PENELITIAN Penelitian ini telah mendapatkan ethical approval dari komisi etik FKUI/RSCM (No.89/H2.F1/ETIK/2013). Semua calon subyek penelitian dijelaskan mengenai tujuan, manfaat, dan alur penelitian. Calon subyek penelitian berhak menolak ikut serta dalam penelitian tanpa mengubah perlakuan medis oleh dokter yang merawat. Semua subyek yang bersedia ikut serta dalam penelitian diminta menandatangani lembaran informed consent secara tertulis. Subyek berhak mendapatkan informasi dari peneliti kapanpun dibutuhkan dan berhak menarik diri dari penelitian kapan pun diinginkan. 4.11. ALUR PENELITIAN Informed consent Pemeriksaan awal - Data dasar demografis - Anamnesis - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan penunjang (maksimal 1 minggu sebelum PCNL): Pemeriksaan darah perifer lengkap + diff.count (termasuk RBC) Pemeriksaan faktor pembekuan darah Pemeriksaan fungsi ginjal BNO + IVP USG Ginjal tebal parenkim ginjal Kultur urin (jika dicurigai infeksi saluran kemih) PCNL Kriteria Eksklusi: - Perforasi pielum - Ruptur diafragma - Konversi open 72 jam Pasca Tindakan - Pemeriksaan darah perifer lengkap + diff.count (termasuk RBC) Pencatatan Variabel Intra-operatif dan Jumlah Transfusi Darah yang Dilakukan Analisa Batu Analisa Data Gambar 4.1. Alur penelitian Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN Sebanyak 85 prosedur PCNL dilakukan pada 85 pasien (46 laki-laki, 39 perempuan) selama penelitian ini berlangsung. Nilai kekuatan penelitian sebesar 0,8. Usia rata-rata subyek adalah 50,96 ± 11,87 tahun. Sebagian besar subyek mengeluh nyeri pinggang pada saat kunjungan pertama (tabel 5.1). Batu staghorn ditemukan pada 50,6% subyek. Tabel 5.1. Karakteristik pasien (n=85). Variabel Jenis Kelamin Gejala Pasien Sisi PCNL Jumlah (Persentase) Laki-laki 46 (54,1%) Perempuan 39 (45,9%) Kolik renal 17 (20,2%) Nyeri pinggang 76 (89,3%) Passing stone 29 (34,5%) Kencing berpasir 10 (11,9%) Hematuria 18 (21,4%) Disuria 3 (3,6%) Demam 4 (4,8%) Retensi urin 2 (2,4%) Intermitensi 2 (2,4%) Kanan 50 (59,0%) Kiri 35 (41,0%) Rerata penurunan hematokrit didapatkan sebesar 5,20 ± 3,36%. Rerata TBL adalah 560,92 ± 428,43 mL dengan median 511,46 (95% CI: 0,00-1974,84) mL. Didapatkan dua kasus dengan laserasi pelvio-kaliks, satu dengan perdarahan masif (kehilangan darah perioperatif 1.974,84 mL). Tidak ada perbedaan signifikan TBL antara kedua ahli bedah (p> 0,05). 16 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 17 Tabel 5.2. Analisis bivariat antara faktor-faktor prediktor dan total blood loss (TBL) Variabel p-Value R Stone burden** 0,067 0,200 Jumlah batu** 0,380 0,096 Serum kreatinin baseline** 0,549 0,066 Hitung sel darah merah** 0,095 0,182 Serum hematokrit baseline* 0,135 0,163 Serum hemoglobin baseline** 0,501 0,074 Body mass index** 0,298 0,114 Umur* 0,670 0,047 *Pearson analysis **Spearman analysis Analisis regresi multivariat bertahap termasuk variabel dengan p-value <0,25 (Tabel 5.2) menunjukkan bahwa stone burden adalah prediktor yang paling berpengaruh pada perdarahan (p = 0,037). Lama operasi ditemukan tidak berhubungan (p > 0,05) dengan kejadian perdarahan. Kami merumuskan TBL (dalam mL) sebagai -153,379 + 0,229 x stone burden (mm2) + 0,203 x serum hematokrit awal (%). Sehingga pada pasien dengan stone burden sebesar 1000 mm2 dan kadar hematocrit awal 40% dapat diprediksi akan mengalami perdarahan peri operatif sebesar 83,74 ml selama prosedur PCNL. Jumlah rerata penggunaan unit darah crossmatched pra-operatif didapatkan 435,29 ± 114,13 mL (tabel 5.3). Namun demikian, 87,1% pasien tidak menerima transfusi darah perioperatif, sehingga didapatkan angka kejadian transfusi darah sebesar 12,9%. Transfusi darah diperlukan oleh pasien sebanyak 3,5% pada saat intra-operatif, 7,1% paska operasi, dan 2,3% baik intra maupun paska operasi. Secara total, rasio crossmatch transfusi adalah 7.72. Jumlah rata-rata darah yang ditransfusikan selama prosedur PCNL sebesar 356,00 ± 145,88 mL. Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 18 Tabel 5.3. Pola Transfusi Darah Prosedur PCNL Proporsi tranfusi darah (%) Tanpa tranfusi 87,1% Tranfusi intraoperatif 3,5% Tranfusi paska operasi 7,1% Tranfusi intra & paska operasi 2,3% Rerata unit darah diminta crossmatch 435,29 ± 114,13 mL Rerata jumlah darah ditranfusi (Intra-op – 72 jam paska-op) Proporsi undertranfusi Proporsi overtranfusi (%) (%) 0% 100% 356,00 ± 145,88 mL Rasio crosssmatch tranfusi 7,72 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 6 PEMBAHASAN Pada penelitian ini, penilaian perdarahan tidak menggunakan cara konvensional dengan metode visual, dikarenakan banyaknya faktor bias, subjektifitas, efek dilusi, dan akurasi yang lemah.26-30 Parameter laboratorium pada studi ini diperiksa sampai 72 jam paska operasi untuk mengurangi efek hidrasi intravena dan efek absorpsi cairan retroperitoneal. Kadar hematokrit lebih dipilih digunakan sebagai parameter utama penentuan jumlah perdarahan daripada kadar hemoglobin untuk menghindari efek hemodilusi.4,25 Kadar hematokrit juga ditemukan berkorelasi positif dengan volume darah total.7 Sebuah penelitian di Turki mengaplikasikan penggunaan hematokrit sebagai parameter pada kebijakan transfusi darah (transfusi diindikasikan bila kadar hematokrit di bawah 30%).33 Stone burden merupakan faktor prediktif paling penting untuk memprediksi perdarahan PCNL pada studi ini, sesuai dengan hasil yang dijumpai pada studi lainnya. Analisis multivariat menunjukkan bahwa batu staghorn komplit dan parsial diasosiasikan dengan perdarahan yang lebih banyak dibandingkan dengan batu kaliks.33 Studi lainnya menyimpulkan bahwa stone burden yang lebih besar34 atau batu staghorni35 memerlukan jumlah unit darah transfusi yang lebih besar selama prosedur PCNL bila dibandingkan dengan batu yang kecil. Perubahan hematokrit yang lebih besar dijumpai selama prosedur PCNL pada batu staghorn; hal ini dibuktikan pada analisa multivariat yang menyimpulkan bahwa batu staghorn diasosiasikan dengan perdarahan yang lebih banyak (OR 1.92); dan berhubungan dengan penurunan hemoglobin yang lebih besar bila dibandingkan dengan kasus nonstaghorn.6 Manuver intrarenal dan durasi operasi yang lebih panjang pada stone burden yang besar diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya insiden cedera pembuluh darah ginjal.34 Angka kejadian transfusi pada penelitian ini hampir sama dengan sebuah studi retrospektif di Pakistan, dimana dilaporkan kejadian transfusi sebesar 14.2%; dengan satu prosedur angioembolisasi butuh dilakukan untuk mengontrol pendarahan.35 Pada penelitian ini, semua kasus dengan kejadian perdarahan masif masih dapat ditatalaksana secara konservatif. Angka transfusi yang lebih kecil dijumpai pada 2 penelitian lain dari Pakistan, satu studi dari Inggris, dan satu studi dari Amerika; dimana perbedaan ini mungkin disebabkan karena usia sampel yang lebih muda,36 penggunaan posisi supine,37 dan prosedur dilatasi balon.38,39 Angka transfusi yang lebih besar (23,8%) ditemukan pada sebuah studi 19 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia 20 retrospektif; yang disebabkan oleh penggunaan metode agresif dengan memutar nefroskop rigid selama tindakan PCNL untuk memaksimalkan angka bebas batu.33 Estimasi tepat jumlah perdarahan pada prosedur PCNL sangat penting untuk menghindari penggunaan berlebih unit darah untuk transfusi. Sebagian besar studi sebelumnya lebih banyak menggunakan parameter jumlah perdarahan melalui perkiraan, tidak memanfaatkan parameter prediksi objektif. Penilaian TBL pada penelitian ini menyertakan faktor perioperatif, yaitu volume darah pasien (berdasarkan jenis kelamin, berat, dan tinggi badan), jumlah unit sel darah merah yang ditransfusikan, nilai perubahan hematokrit, dan jumlah hemodilusi. Sepanjang pengetahuan kami, penelitian ini adalah studi pertama yang mengaplikasikan formula matematis untuk memprediksi jumlah perdarahan selama prosedur PCNL. Kelemahan penelitian ini adalah tidak disertakannya penilaian derajat hidronefrosis, ketebalan parenkim, dan komposisi batu pada saat menganalisa faktor prediktif. Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia BAB 7 KESIMPULAN Stone burden merupakan faktor yang paling berpengaruh sebagai faktor prediktif perdarahan PCNL. Kami menilai jumlah unit darah yang diminta dan dilakukan crossmatched di institusi kami jauh melebihi total perdarahan sebenarnya pada tindakan PCNL. Perhitungan yang kami usulkan dapat dijadikan acuan untuk mengurangi biaya dan permintaan unit darah yang berlebihan. 21 Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 Universitas Indonesia DAFTAR REFERENSI 1. Gupta M, Ost M, Shah J, McDougall E and Smith A: Percutaneous management of the upper urinary tract., in Wein A KL, Novick A, Peters C: Campbell’s Urology. Philadelphia, W.B. Saunders Co., 2007, pp 15261563. 2. Skolarikos A, Alivizatos G and de la Rosette JJ: Percutaneous nephrolithotomy and its legacy. Eur Urol. 47: 22-8, 2005. 3. Preminger GM, Assimos DG, Lingeman JE, Nakada SY, Pearle MS and Wolf JS, Jr.: Chapter 1: AUA guideline on management of staghorn calculi: diagnosis and treatment recommendations. J Urol. 173: 19912000, 2005. 4. Kukreja R, Desai M, Patel S, Bapat S and Desai M: Factors Affecting Blood Loss During Percutaneous Nephrolithotomy: Prospective Study. J Endourol. 18: 715-722, 2004. 5. Keoghane SR, Cetti RJ, Rogers AE and Walmsley BH: Blood transfusion, embolisation and nephrectomy after percutaneous nephrolithotomy (PCNL). BJU Int, 2012. 6. Akman T, Binbay M, Sari E, Yuruk E, Tepeler A, Akcay M, Muslumanoglu AY and Tefekli A: Factors affecting bleeding during percutaneous nephrolithotomy: single surgeon experience. J Endourol. 25: 327-33, 2011. 7. Turna B, Nazli O, Demiryoguran S, Mammadov R and Cal C: Percutaneous Nephrolithotomy: Variables That Influence Hemorrhage. Urology. 69: 603-607, 2007. 8. Rahardjo D: Perkembangan penatalaksanaan batu ginjal di RSCM tahun 1997-2002. J I Bedah Indones. 32: 58-63, 2004. 9. Birowo P and Rasyid N: Sekilas perjalanan hidup dr. Rochani, Sp.B, Sp.U(K). in Ponco Birowo NR: Purna Bakti dr Rochani, SpB, SpU(K); 2010; Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Divisi Urologi Departemen Ilmu Bedah FKUI / Departemen Urologi RSCM, 2010. 22 Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 23 10. Lingeman J, Matlaga B and Evan A: Surgical management of upper urinary tract calculi, in Wein A KL, Novick A, Peters C: Campbell’s Urology. Philadelphia, W.B. Saunders Co., 2007, pp 1431-1507. 11. Srirangam S, Darling R, Stopford M and Neilson D: Contemporary practice of percutaneous nephrolithotomy: review of practice in a single region of the UK. Ann R Coll Surg Eng. 90: 40-44, 2008. 12. Report on the management of staghorn calculi, American Urological Association, 2005. 13. IM V and TW J: Surgical management. Clinic Rev Bone Miner Metab. 2: 253-264, 2004. 14. Huang W-H, Jiann B-P, Lee Y-H, Wu TT, Yu C-C, Tsai J-Y, Chou C-P and Huang J-K: Risk Factors of Massive Bleeding After Percutaneous Nephrolithotomy and its Management. JTUA. 14: 65-71, 2003. 15. Feng M, Tamaddon K, Mikhail A, Kaptein J and Bellman G: Prospective randomized study of various techniques of percutaneous nephrolithotomy. Urology. 58: 345-350, 2001. 16. Tomaszewski JJ, Smaldone MC, Schuster T, Jackman SV and Averch TD: Factors Affecting Blood Loss During Percutaneous Nephrolithotomy Using Balloon Dilation in a Large Contemporary Series. J Endourol. 24: 207-211, 2010. 17. Armitage JN, Irving SO and Burgess NA: Percutaneous nephrolithotomy in the United kingdom: results of a prospective data registry. Eur Urol. 61: 1188-93, 2012. 18. de la Rosette J, Assimos D, Desai M, Gutierrez J, Lingeman J, Scarpa R and Tefekli A: The Clinical Research Office of the Endourological Society Percutaneous Nephrolithotomy Global Study: indications, complications, and outcomes in 5803 patients. J Endourol. 25: 11-7, 2011. 19. Zimmermanns V, Liske P and Lahme S: Minimally invasive PCNL (MPCNL) -proven efficiency and safety after more than 650 consecutive patients. J Urol. 185: e772, 2011. Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 24 20. Soucy F, Ko R, Duvdevani M, Nott L, Denstedt JD and Razvi H: Percutaneous nephrolithotomy for staghorn calculi: a single center's experience over 15 years. J Endourol. 23: 1669-73, 2009. 21. Martin X, Murat FJ, Feitosa LC, Rouviere O, Lyonnet D, Gelet A and Dubernard J: Severe bleeding after nephrolithotomy: results of hyperselective embolization. Eur Urol. 37: 136-9, 2000. 22. Patton K, Funk D, McErlean M and Bartfield J: Accuracy of estimation of external lood loss by EMS personnel. J Trauma. 50: 914-916, 2001. 23. Wahr J: Risks associated with under-transfusion. TATM. 2: 21-26, 2000. 24. Hurle R, Poma R, Maffezzini M, Manzetti A, Piccinelli A, Taverna G, Bellavita P and Graziotti P: A Simple Mathematical Approach to Calculate Blood Loss in Radical Prostatectomy. Urol Int. 72: 135-139, 2004. 25. Rosencher N, Kerkkamp HE, Macheras G, Munuera LM, Menichella G, Barton DM, Cremers S and Abraham IL: Orthopedic Surgery Transfusion Hemoglobin European Overview (OSTHEO) study: blood management in elective knee and hip arthroplasty in Europe. Transfusion. 43: 459-69, 2003. 26. Poletajew S and Antoniewicz AA: Blood loss during laparoscopic radical prostatectomy– is it significant or not? Urological Oncology. 65: 11-13, 2012. 27. McCullough T, Roth J, Ginsberg P and Harkaway R: Estimated blood loss underestimates calculated blood loss during radical retropubic prostatectomy. Urol Int. 72: 13-16, 2004. 28. Stafford I, Dildy G, Clark S and Belfort M: Visually estimated and calculated blood loss in vaginal and cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol. 199: 519 e1-7, 2008. 29. Gharoro E and Enabudoso E: Relationship between visually estimated blood loss at delivery and postpartum change in haematocrit. J Obstet Gynaecol. 29: 517-520, 2009. 30. Schorn MN: Measurement of Blood Loss: Review of the Literature. Journal of Midwifery & Women's Health. 55: 20-27, 2010. Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 25 31. Khan FA, Khan M, Ali A and Chohan U: Estimation of blood loss during Caesarean Section: an audit. J Pak Med Assoc. 56(12): 572-575, 2006. 32. Seruya M, Oh AK, Rogers GF, Han KD, Boyajian MJ, Myseros JS, Yaun AL and Keating RF: Blood Loss Estimation During Fronto-Orbital Advancement: Implications for Blood Transfusion Practice and Hospital Length of Stay. J Craniofac Surg. 23: 1314-1317, 2012. 33. Turna B, Nazli O, Demiryoguran S, Mammadov R and Cal C: Percutaneous nephrolithotomy: variables that influence hemorrhage. Urology. 69: 603-7, 2007. 34. Kukreja R, Desai M, Patel S, Bapat S and Desai M: Factors affecting blood loss during percutaneous nephrolithotomy: prospective study. J Endourol. 18: 715-22, 2004. 35. Zehri AA, Biyabani SR, Siddiqui KM and Memon A: Triggers of blood transfusion in percutaneous nephrolithotomy. J Coll Physicians Surg Pak. 21: 138-41, 2011. 36. Mahmud M and Zaidi Z: Percutaneous nephrolithotomy in children before school age: experience of a Pakistani centre. BJU Int. 94: 1352-4, 2004. 37. Rana AM, Bhojwani JP, Junejo NN and Das Bhagia S: Tubeless PCNL with patient in supine position: procedure for all seasons?--with comprehensive technique. Urology. 71: 581-5, 2008. 38. Armitage JN, Irving SO, Burgess NA and British Association of Urological Surgeons Section of E: Percutaneous nephrolithotomy in the United kingdom: results of a prospective data registry. Eur Urol. 61: 118893, 2012. 39. Tomaszewski JJ, Smaldone MC, Schuster T, Jackman SV and Averch TD: Factors affecting blood loss during percutaneous nephrolithotomy using balloon dilation in a large contemporary series. J Endourol. 24: 207-11, 2010. Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 26 No. register LAMPIRAN I _________ FORM INSTRUMEN PENELITIAN FAKTOR PREDIKTOR KEBUTUHAN TRANSFUSI DARAH PADA PERCUTANEOUS NEPHROLITHOTOMY (PCNL) :…...-…...- 20…... Tanggal Pemeriksa : dr………………. Nama pasien :…………………………………. Tanggal Lahir : .................................................. Usia :……. Tahun Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan Pekerjaan :…………………………………. Alamat : .................................................. Tel/HP :……….........../………………. Pendidikan :……………. BB/TB :…… kg/….... cm ANAMNESIS & RIWAYAT PENYAKIT Riwayat Penyakit Lingkari Sisi Keterangan Sekarang Kolik - / + Nyeri pinggang - / + Kencing berpasir - / + Kencing batu spontan Kencing merah Kencing berhenti tiba-tiba Kencing sakit perih - / + - / + - / + - / + Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 27 Demam - / + Retensi urine - / + Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Diketahui ada batu saluran kemih dari pemeriksaan imaging Riwayat Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Lingkari Pengobatan Diabetes Mellitus - / + - / + Hipertensi - / + - / + Penyakit Jantung - / + - / + Lingkari Sisi Keterangan Kanan / Kiri / Tanggal ... /Bulan ... /Tahun Penyakit Dahulu Keterangan Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Sejak ..… hari / bulan / tahun Riwayat Tindakan di bidang Urologi ESWL - / + PCNL - / + Operasi Terbuka - / + Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral Kanan / Kiri / Bilateral ... Tanggal ... /Bulan ... /Tahun ... Tanggal ... /Bulan ... /Tahun ... PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Tanda Vital Costovertebra angle / CVA Baik / Buruk / Sedang Nadi TD ..... / ..... Suhu Nyeri ketok Massa / ukuran (cm) - / + - / + (…....x........) - / + - / + - / + (…....x........) - / + Ballotement Dextra Sinistra Supra simfisis Nyeri ketok - / + Massa - / + Genitalia eksterna Discharge - / + Erythema - / + Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 28 PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM Hematologis (Tanggal .../.../...) Hb Asam Urat Hematokrit SGOT Leukosit SGPT Trombosit PT MCH APTT MCV Bleeding Time MCHC Clotting Time GDS RBC count Ureum Kreatinin Urinalisis (Tanggal .../.../...) Warna Nitrit BJ Leukosit Esterase pH Epitel Protein Leukosit Glukosa Eritrosit Keton Silinder Darah/Hb Kristal Bilirubin Bakteri Urobilinogen Kultur Urine (Tanggal .../.../...) Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 29 PEMERIKSAAN PENUNJANG IMAGING Jenis Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Institusi Batu 1 Batu 2 Batu 3 Batu 4 ....x.... mm ....x.... mm ....x.... mm ....x.... mm Lokasi Ukuran Opasitas* Fungsi Ginjal Kanan+ Fungsi Ginjal Kiri Baik / Melambat / Minimal / Afungsi + Baik / Melambat / Minimal / Afungsi Hidronefrosis Kanan -/I/II/III/IV Kiri -/I/II/III/IV Hidroureter Kanan -/I/II/III/IV Kiri -/I/II/III/IV Kelainan Ginjal+ Horseshoe / Subpelvic Stenosis / Kista / Tumor + Kelainan Ureter Duplikasi / Striktur Ureter / Ureterocele Buli-buli+ Divertikel / Fistel Urethra + Stiktur Tebal Parenkim Kanan Ginjal Kiri (USG / CT Scan) Keterangan: *Opaque/Kurang Opaque/Lucent + Lingkari yang sesuai DIAGNOSIS PRE OPERATIF (Tanggal Masuk Rawat .../.../...) LAPORAN INTRA OPERATIF Tanggal Operasi Nama Operator Tindakan Anestesi Umum / Epidural / Spinal / Kombinasi ASA 1/2/3/4 Lama operasi ..... menit Sisi Ukuran Masuk Sampai Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 30 Kanan / Kiri UK Posisi Pasien Sisi Lokasi Kaliks ..... F ..... cm Telungkup / Lumbotomi Pungsi 1 Pungsi 2 Pungsi 3 Kanan / Kiri Kanan / Kiri Kanan / Kiri Inferior/Media/Superior Inferior/Media/Superior Inferior/Media/Su perior Ukuran Jarum ..... G ..... G ..... G Amplatz Sheet 26 F / 28 F / 30 F / 32 F 26 F / 28 F / 30 F / 32 F 26 / 28 F / 30 F / 32 F Pemecah Batu (-) / Pneumatik / Ultrasound (-) / Pneumatik / Ultrasound (-) / Pneumatik / / Laser / Laser Ultrasound / Laser Nefrostomi 1 Nefrostomi 2 DJ Stent 1 DJ Stent 2 Lokasi Jenis Ukuran Lokasi Ukuran Jenis Imaging Sisa Batu 1 Sisa Batu 2 Sisa Batu 3 Jumlah Darah yang Diminta Perdarahan Intra-Operatif Pre-operatif (Perkiraan Visual) Jenis Unit / Volume ..... mL Transfusi Intra-Operatif Jenis Darah Unit / Volume Waktu Pemberian Alasan Transfusi Transfusi 1 Transfusi 2 Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 31 Transfusi 3 Transfusi 4 Komplikasi Intra-Operatif Cedera Pleura Ya / Tidak Perforasi Pelviokalises Ya / Tidak Cedera Kolon Ya / Tidak DIAGNOSIS PASCA OPERATIF KONDISI PASCA OPERATIF 12 jam Keluhan 24 jam 36 jam 48 jam 72 jam Demam Nyeri Pinggang Pemeriksaan Sistolik Fisik Diastolik Frek.Nadi RR VAS Kateter Produksi Kualitas Nefrostomi Produksi Kualitas Komplikasi Sepsis Efusi Pleura ISK Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 32 Urinoma Hematoma Lab Hb RBC Ht Leu Trombosit Transfusi Alasan Jenis Darah Unit / Volume Lama Nefrostomi ..... hari Lama DJ stent ..... hari Lama UK ..... hari Lama Rawat ..... hari Evaluasi Batu Sebelum Discharge (Tanggal Discharge .../.../...) Ya / Tidak Stone Free Metode Evaluasi APG / BNO / CT Analisa Batu Amonium Asam Fosfat Kalsium Magnesium Oksalat Urat Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 33 LAMPIRAN II LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yth. Saudara/Saudari Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sedang melakukan penelitian berjudul: Faktor Prediktor Kebutuhan Transfusi Darah pada Tindakan Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) Batu Ginjal. Tujuan penelitian ini adalah mencari faktor-faktor di dalam tubuh pasien sebagai prediktor seberapa banyak perdarahan yang akan terjadi selama tindakan dan harus diganti melalui transfusi darah. Sehubungan dengan diagnosis klinis Anda, kami mengundang Anda untuk turut serta menjadi subyek penelitian ini. Jika Anda setuju mengikuti penelitian ini, sebelum dan setelah tindakan PCNL Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan mencatat jumlah transfusi darah yang mungkin diberikan pada Anda. Tidak ada intervensi pelayanan medis tambahan yang akan diberikan pada Anda. Identitas Anda dan semua data yang diambil dari penelitian ini akan dirahasiakan dan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelum memulai penelitian, Anda diminta untuk menandatangani surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan dari dokter/peneliti dan mempertimbangkannya. Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini bersifat tidak mengikat, Anda bebas menolak ikut serta tanpa mengubah rencana terapi dari dokter yang menangani Anda. Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut anda dapat menghubungi peneliti dr. Ponco Birowo, SpU PhD (081218567118) atau dr. Firtantyo Adi Syahputra (08128414061) di Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016 34 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : …………………………… Umur : ………… tahun Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh dokter. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari dr. Ponco Birowo, SpU PhD (081218567118) atau dr. Firtantyo Adi Syahputra (08558631695). Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam penelitian ini Jakarta, ……………….20… Peneliti, Yang menyatakan, ttd ttd (……………………………………..) nama lengkap (……………………………………..) nama lengkap Universitas Indonesia Faktor prediktor ..., Firtantyo Adi Syahputra, FK UI, 2016