Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah

advertisement
Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah
http://ekbis.sindonews.com
I.
Pendahuluan
Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji
untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal
jatuh tempo pembayaran1.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 42/PMK.08/2014 tentang Penjualan
Obligasi Negara kepada Investor Ritel di Pasar Perdana Domestik, Pasal 1 angka 1
menyebutkan bahwa:
“Obligasi Negara adalah Surat Utang Negara berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.”
H.M.N. Purwosutjipto, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pengertian Pokok Hukum
Dagang Indonesia: Hukum Surat Berharga (hal 203-208), mengatakan bahwa obligasi
adalah surat bukti pengakuan utang, yang dapat dikeluarkan oleh pemerintah atau oleh
perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun.
Obligasi di Indonesia, dapat diterbitkan oleh Pemerintah Pusat maupun oleh
Pemerintah Daerah. Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah disebut dengan
Obligasi Daerah. Obligasi Daerah merupakan salah satu sumber pinjaman daerah yang
berasal dari masyarakat yang diterbitkan melalui pasar modal. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah, Obligasi Daerah
adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di
pasar modal.
II.
Permasalahan
1. Bagaimanakah proses persiapan penerbitan Obligasi Daerah?
2. Bagaimanakah mekanisme penerbitan Obligasi Daerah di pasar modal?
1
Obligasi, http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi, diakses 26 Maret 2014, pukul 12.28 WIB.
III.
Pembahasan
A. Proses Persiapan Penerbitan Obligasi Daerah
Proses persiapan penerbitan Obligasi Daerah secara garis besar terbagi atas dua
tahap, yaitu proses pada Pemerintah Daerah dan Kementerian Keuangan. Yang perlu
mendapat perhatian sesuai dengan ketentuan PMK Nomor 111/PMK.07/2012 tentang
Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, Pasal 2 ayat (1)
menyebutkan bahwa Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah yang audit terakhir atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian.
1. Persiapan Penerbitan pada Pemerintah Daerah
Proses penerbitan Obligasi Daerah diawali dengan tahap persiapan
penerbitan. Gubernur, bupati, atau walikota melaksanakan persiapan penerbitan
Obligasi Daerah2. Persiapan penerbitan ini dilakukan oleh Tim Persiapan yang
dibentuk oleh Kepala Daerah3. Persiapan penerbitan Obligasi Daerah
sebagaimana dimaksud paling kurang meliputi4:
a. Penentuan Kegiatan
Dalam mempersiapkan penerbitan Obligasi Daerah, Pemerintah Daerah
terlebih dahulu menentukan kegiatan yang akan dibiayai. Dalam melakukan
penentuan kegiatan yang akan dibiayai Obligasi Daerah, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah:
1) Kegiatan yang akan didanai harus sudah tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);dan
2) Pemerintah Daerah harus memantau batas kumulatif pinjaman pada tahun
akan diterbitkannya Obligasi Daerah, serta posisi kumulatif pinjaman
daerahnya5.
b. Pembuatan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)
Suatu rencana investasi yang baik terlihat dari KAK yang jelas, sistematis
serta memuat keterangan tentang kegiatan secara spesifik. Pada prinsipnya,
bentuk KAK sangat bervariasi dan sangat bergantung dari tipe kegiatan yang
akan dilakukan. Semakin besar skala kegiatan yang akan dilakukan, semakin
kompleks pula skema KAK yang diharapkan dibuat oleh Pemerintah
Daerah6.
2
Pasal 8 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
3
Alur Proses Penerbitan Obligasi Daerah, sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi Peraturan Terkait
Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan
dan Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November 2013.
4
Pasal 8 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
5
Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf,
diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB.
6
Ibid.
c. Menyiapkan Studi Kelayakan Kegiatan
Pemerintah Daerah diharuskan untuk menyusun Studi Kelayakan Kegiatan
untuk setiap kegiatan yang dibiayai dengan Obligasi Daerah, sebagai
kelengkapan dokumen dalam pengajuan surat usulan penerbitan Obligasi
Daerah ke Menteri Keuangan. Apabila ada beberapa kegiatan yang akan
didanai dengan Obligasi Daerah maka studi kelayakan harus dibuat untuk
setiap kegiatan tersebut. Tujuan Studi Kelayakan adalah untuk memberi
dasar bagi para pengambil keputusan untuk dapat menentukan apakah suatu
kegiatan layak dilaksanakan atau tidak dan menentukan pilihan yang tepat
diantara beberapa alternatif yang ada7.
d. Membuat Perhitungan Batas Kumulatif Pinjaman
Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah adalah jumlah total pinjaman
seluruh daerah pada tahun anggaran tertentu8. Batas Maksimal Kumulatif
Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dari proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun Anggaran
20149. Proyeksi PDB yang dimaksud adalah proyeksi yang digunakan dalam
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara Tahun Anggaran
201410.
e. Membuat Perhitungan Rasio Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Mengembalikan Pinjaman atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Salah satu persyaratan yang diwajibkan kepada Pemerintah Daerah dalam
melakukan pinjaman daerah - termasuk Obligasi Daerah - adalah memenuhi
ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman11. Penetapan nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman paling sedikit 2,5 (dua koma lima) dengan
memperhatikan perkembangan perekonomian nasional dan kapasitas fiskal
daerah12.
f.
Mengajukan Permohonan Persetujuan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Prinsip
kepada
Dewan
Sebelum diajukan kepada Menteri Keuangan, rencana penerbitan Obligasi
Daerah harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan prinsip dari komisi di
DPRD yang menangani bidang keuangan. Persetujuan prinsip DPRD yang
dimaksud sekurang-kurangnya memuat persetujuan atas:
7
Ibid.
Pasal 1 angka 9 PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,dan Batas
Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
9
Pasal 5 ayat (1) PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
10
Pasal 5 ayat (3) PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2014.
11
Pasal 15 ayat (1) huruf b PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
12
Pasal 16 ayat (2) PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
8
1) nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan pada saat
penetapan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD);
2) kesediaan pembayaran pokok dan bunga sebagai akibat penerbitan
Obligasi Daerah; dan
3) kesediaan pembayaran segala biaya yang timbul dari penerbitan
Obligasi Daerah13.
2. Tahap Persetujuan Kementerian Keuangan
a. Pengajuan Rencana Penerbitan Obligasi Daerah
Setelah persiapan di daerah dianggap telah memenuhi persyaratan maka
Pemerintah Daerah dapat mengajukan usul penerbitan Obligasi Daerah
kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.
Gubernur, bupati, atau walikota menyampaikan surat usulan rencana
penerbitan Obligasi Daerah kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan14. Surat usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:
1) KAK;
2) Laporan Penilaian Studi Kelayakan Kegiatan yang dibuat oleh penilai
yang terdaftar di otoritas di bidang pasar modal;
3) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir;
4) Peraturan Daerah mengenai APBD tahun yang berkenaan;
5) Perhitungan jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah dan defisit
APBD;
6) Perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman atau DSCR;
7) Surat persetujuan prinsip DPRD; dan
8) Struktur organisasi, perangkat kerja, dan sumber daya manusia unit
pengelola Obligasi Daerah15.
b. Mekanisme Penilaian
Berdasarkan surat usulan penerbitan Obligasi Daerah, Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan penilaian terhadap rencana
penerbitan obligasi daerah dalam dua tahap, yaitu:
1) Penilaian administrasi
Berupa penilaian atas kelengkapan dokumen rencana penerbitan Obligasi
Daerah dan kesiapan unit pengelola Obligasi Daerah. Dalam
melaksanakan penilaian administrasi atas kesiapan unit pengelola
Obligasi Daerah, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
13
Pasal 8 ayat (3) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
14
Pasal 9 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
15
Pasal 9 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
memperhatikan pertimbangan dari Direktur Jenderal Pengelolaan
Utang16.
2) Penilaian keuangan
a) Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman
Penilaian atas jumlah kumulatif pinjaman, yaitu jumlah sisa
pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan
umum APBD tahun sebelumnya17.
Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dihitung dengan cara menjumlah Net Pinjaman Pemerintah dengan
Net Pinjaman Pemerintah Daerah. Net Pinjaman Pemerintah adalah
total seluruh pinjaman Pemerintah dikurangi piutang kepada
Pemerintah Daerah. Net Pinjaman Pemerintah Daerah adalah total
pinjaman Pemerintah Daerah setelah dikurangi piutang kepada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah lainnya. Setiap tahun batas
kumulatif pinjaman untuk seluruh Pemerintah Daerah ditentukan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dengan mengikuti variabel
jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah. Dalam memberikan
penilaian atas usul penerbitan Obligasi Daerah, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan juga harus memperhatikan apakah nilai
Obligasi Daerah melebihi batas kumulatif pinjaman daerah untuk
tahun yang bersangkutan18.
b) Penilaian atas DSCR
Penilaian ini dilakukan berdasarkan pada kemampuan Pemerintah
Daerah untuk membayar bunga dan pokok Obligasi Daerah yang
akan dikeluarkan. Penilaian ini juga dimaksudkan untuk melihat ada
tidaknya tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari
Pemerintah. Pada prinsipnya, Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman (jangka menengah maupun jangka panjang)
jika terdapat tunggakan atas pengembalian pinjaman sebagaimana
dimaksud di sini19.
Penilaian atas rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman atau DSCR, yaitu paling sedikit 2,5 (dua
koma lima)20.
c) Penilaian atas jumlah defisit APBD
Dalam memberikan persetujuan penerbitan Obligasi Daerah, Menteri
Keuangan juga harus memperhatikan jumlah defisit APBD daerah
yang bersangkutan dengan memperhatikan batas maksimal kumulatif
defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
16
Pasal 10 ayat (3) dan (4) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
17
Pasal 10 ayat (5) huruf a PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
18
Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf,
diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB.
19
Ibid.
20
Pasal 10 ayat (5) huruf b PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
APBD. Untuk mengendalikan bahwa jumlah kumulatif APBN dan
APBD tidak melebihi batas tersebut, maka Menteri Keuangan
menentukan batas maksimal defisit APBD masing-masing daerah
setiap tahunnya. Dalam memberikan persetujuan atas rencana
penerbitan Obligasi Daerah, perlu dipastikan bahwa jumlah defisit
APBD tidak melebihi batas tersebut pada tahun yang bersangkutan21.
Berdasarkan hasil penilaian administrasi dan keuangan, Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan
atau penolakan atas rencana penerbitan Obligasi Daerah. Persetujuan atau
penolakan atas rencana penerbitan Obligasi Daerah tersebut diberikan paling
lama 2 (dua) bulan setelah diterimanya dokumen rencana penerbitan Obligasi
Daerah secara lengkap dan benar22.
3. Peraturan Daerah tentang Obligasi Daerah
Gubernur, bupati, atau walikota wajib menyampaikan Peraturan Daerah
mengenai penerbitan Obligasi Daerah kepada otoritas di bidang pasar modal
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, sebelum
pernyataan efektif Obligasi Daerah23.
Peraturan Daerah mengenai penerbitan Obligasi Daerah paling kurang
memuat ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah nominal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan;
b. penggunaan dana Obligasi Daerah; dan
c. tanggung jawab atas pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya yang
timbul sebagai akibat penerbitan Obligasi Daerah24.
Dalam hal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan dalam beberapa tahun
anggaran, Peraturan Daerah mengenai penerbitan Obligasi Daerah tersebut harus
memuat ketentuan mengenai jadwal penerbitan tahunan Obligasi Daerah. Dalam
hal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan membutuhkan jaminan, Peraturan
Daerah mengenai penerbitan Obligasi Daerah harus memuat ketentuan mengenai
barang milik daerah yang akan dijaminkan25.
B. Mekanisme Penerbitan Obligasi Daerah di Pasar Modal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa Pasar Modal adalah suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
21
Buku Panduan Obligasi Daerah, http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf,
diakses 26 Maret 2014, pukul 15.05 WIB.
22
Pasal 11 PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi
Daerah.
23
Pasal 13 ayat (1) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
24
Pasal 13 ayat (2) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
25
Pasal 13 ayat (3) dan (4) PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan
dalam mata uang rupiah, dimana Obligasi Daerah digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan
publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas
penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh
tempo sama dengan nilai nominal Obligasi Daerah pada saat diterbitkan26.
Mekanisme penerbitan Obligasi Daerah di Pasar Modal dimulai dari tahap27:
1. Persiapan
a. Penunjukan Profesi-Profesi Penunjang
1) Penjamin Pelaksana Emisi Efek
Berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah menyiapkan
dokumen-dokumen pernyataan pendaftaran serta melakukan penjaminan
atas penerbitan Obligasi Daerah28.
2) Konsultan Hukum
Bertugas melakukan melakukan legal due diligence, yang di
dalamnya mencakup pemeriksaan status hukum Pemerintah Daerah serta
legal audit. Setelah melakukan legal due diligence, Konsultan Hukum
memberikan legal opini29. Selain itu, Konsultan Hukum juga melakukan
pendataan atas perjanjian, perijinan, perkara, dll.
3) Notaris
Bertugas untuk membuat akta atau perjanjian terkait dengan proses
penerbitan Obligasi Daerah, yang diantaranya adalah pembuatan
perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian perwaliamanatan serta akta
pengakuan utang30.
4) Wali Amanat
Mewakili pemegang Obligasi Daerah untuk memperoleh hak-haknya
atas pembelian obligasi yang dimaksud. Serta melakukan perjanjian
perwaliamanatan dengan emiten. Emiten adalah pihak yang melakukan
penawaran umum31.
5) Percetakan
Berfungsi untuk mencetak prospektus, formulir aplikasi dan formulir
pendaftaran dan mencetak sertifikat obligasi. Prospektus adalah setiap
informasi tertulis yang sehubungan dengan penawaran umum dengan
tujuan agar pihak lain membeli efek32.
26
Regulasi Public Finance Obligasi Daerah, sesuai yang disampaikan dalam Sosialisasi Peraturan Terkait
Penawaran Umum Obligasi Daerah oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan
dan Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November 2013.
27
Ibid.
28
Penawaran Umum Oligasi Daerah oleh Djustini Septiana, Direktur Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor
Riil dari Otoritas Jasa Keuangan.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Pasal 1 angka 3 PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
32
Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
6) Event Organizer
Untuk membentuk emiten dalam mengkoordinir dan melaksanakan
public ekspose dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan media
massa, antara lain press release.
b. Melakukan Due Diligence
Menurut Standar Profesi Konsultan Hukum Pasar Modal yang dikeluarkan
oleh Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, due diligence adalah istilah
yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan secara seksama dari segi hukum
yang dilakukan oleh Konsultan Hukum terhadap suatu perusahaan atau obyek
transaksi sesuai dengan tujuan transaksi, untuk memperoleh informasi atau
fakta material yang dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau
obyek transaksi. Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan
oleh Konsultan Hukum tersebut, merupakan suatu analisa hukum terhadap
satu atau lebih dokumen perusahaan yang dilakukan untuk:
1) Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen
yang diaudit atau diperiksa;
2) Memeriksakan legalitas suatu badan hukum/badan usaha;
3) Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum/badan usaha;
4) Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu
kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan33.
c. Persiapan pernyataan pendaftaran dan dokumen pendukung lainnya
Pernyataan pendaftaran minimal mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Surat pengantar pernyataan pendaftaran;
Prospektus;
Prospektus ringkas;
Rencana jadwal penawaran umum;
Contoh surat Obligasi Daerah;
Laporan Keuangan Daerah tahun terakhir;
Surat dari Akuntan sehubungan dengan perubahan keuangan daerah yang
akan terjadi setelah tanggal laporan keuangan (comfort letter);
8) Surat Pernyataan dari Kepala Daerah di bidang akuntansi;
9) Laporan Pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum;
10) Riwayat hidup dari Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Pimpinan Unit
Pengelolaan Obligasi Daerah, Pimpinan Proyek dan Bendaharawan
Proyek;
11) Perjanjian perwaliamanatan antara daerah dan Wali Amanat;
12) Pernyataan pihak yang berkaitan dengan penawaran umum Obligasi
Daerah (Kepala Daerah dan Profesi Penunjang Pasar Modal);
13) Laporan hasil studi kelayakan atas proyek dan usaha proyek dari Penilai;
14) Persetujuan dari Menteri Keuangan terkait dengan penerbitan Obligasi
Daerah;
15) Peraturan Daerah tentang penerbitan Obligasi Daerah34.
33
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ce0b8bb4ff60/strategi-pembuatan-legal-due-diligence-yangtanpa-celah, diakses pada tanggal 07 Januari 2015, pukul 01.30 WIB.
d. Penandatanganan perjanjian-perjanjian
e. Penandatangan perjanjian pendahuluan antara Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan perjanjian dengan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Tahap persiapan ini memakan waktu 30-45 hari.
2. Penelaahan oleh OJK
Selanjutnya, dilakukan telaah oleh OJK atas perjanjian-perjanjian, prospektus,
Laporan Keuangan Audit, Legal Audit dan Legal Opinion serta Laporan
Appraisal. Atas penelaahan tersebut, OJK akan mengirimkan tanggapan untuk
dijawab oleh Pemerintah Daerah. Apabila telah dianggap sesuai, maka akan
dikeluarkan persetujuan OJK atas publikasi prospektus ringkas di koran. Proses
ini memakan waktu 30-40 hari.
3. Periode bookbuilding
Periode bookbuilding adalah periode pembentukan harga perdana, yang
diserahkan kekuatan permintaan pasar sebelum harga perdana yang resmi
diputuskan oleh emiten/penjamin emisi. Bookbuilding bermaksud menjajaki
kekuatan pasar terhadap harga emisi baru35. Dalam periode ini, dilakukan
penetapan kupon dan nilai emisi final. Periode ini dan dilakukan registrasi
dokumen final kepada OJK berkaitan dengan nilai obligasi dan kupon final.
Jika dokumen final telah lengkap maka Ketua OJK akan mengeluarkan
pernyataan efektif dalam rangka penawaran umum. Setelah pernyataan
pendaftaran Obligasi Daerah dinyatakan efektif oleh OJK maka proses penerbitan
Obligasi Daerah memasuki tahap penawaran umum dan pencatatan di pasar
modal.
4. Penawaran Umum
Dimulai dengan pencetakan prospektus dan formulir pemesanan. Dilanjutkan
dengan pengumuman prospektus ringkas, distribusi prospektus dan formulir
pemesanan. Penawaran umum dilakukan dengan cara penyerahan formulir
pemesanan beserta pembayaran ke penjamin pelaksana. Setelah itu, dilakukan
proses penjatahan (allotment), penyampaian laporan ke KSEI dan konfirmasi ke
pesanan.
5. Penyelesaian (Settlement) dan Pencatatan
Proses penyelesaian dan pencatatan meliputi pembayaran ke Emiten, Distribusi
efek secara elektronik, pencatatan, penyerahan Laporan Penjatahan ke OJK dan
audit penjatahan.
34
Penawaran Umum Oligasi Daerah oleh Djustini Septiana, Direktur Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor
Riil dari Otoritas Jasa Keuangan.
35
Samsul, Mohammad. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2006,
hal.175
IV.
Penutup
Proses persiapan penerbitan Obligasi Daerah dilakukan pada tingkat Pemerintah
Daerah dan Kementrian Keuangan. Selain itu, Pemerintah Daerah juga harus membuat
Peraturan Daerah yang isinya minimal memuat ketentuan tentang jumlah nominal
Obligasi Daerah yang akan diterbitkan, penggunaan dana Obligasi Daerah dan tanggung
jawab atas pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat
penerbitan Obligasi Daerah.
Secara umum penerbitan Obligasi Daerah di Pasar Modal harus melalui tahapan
persiapan, penelaahan oleh OJK, periode bookbuilding, penawaran umum dan proses
penyelesaian (settlement) dan pencatatan.
DAFTAR PUSAKA
Buku dan Internet
1. Purwosutjipto, H.M.N., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Surat
Berharga, Djambatan, Jakarta, 2000.
2. Samsul, Mohammad.,Pasar Modal & Manajemen Portofolio. PT. Gelora Aksara
Pratama, Jakarta, 2006.
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi
4. http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Buku_Panduan_Obligasi_Daerah.pdf
5. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ce0b8bb4ff60/strategi-pembuatan-legaldue-diligence-yang-tanpa-celah
Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
4. PMK Nomor 111 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah.
5. PMK Nomor 125/PMK.07/2013 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran
2014.
Lainnya
1. Alur Proses Penerbitan Obligasi Daerah, Regulasi Public Finance Obligasi Daerah,
Regulasi Pasar Modal – Lembaga & Profesi Penunjang Emisi Obligasi, sesuai yang
disampaikan dalam Sosialiasasi Peraturan Terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah
oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Direktorat Pembiayaan dan
Kapasitas Daerah di Jakarta pada tanggal 27 November 2013.
2. Penawaran Umum Oligasi Daerah oleh Djustini Septiana, Direktur Penilaian
Keuangan Perusahaan Sektor Riil dari Otoritas Jasa Keuangan.
Download