BAB XIV SUMBER-SUMBER PENAWARAN MODAL 14.1 Sumber-sumber Penawaran Modal Menurut Asalnya a. Sumber Intern (Internal Sources) Sumber penawaran modal ditinjau dari “asalnya” pada dasarnya dapat dibedakan dalam “sumber intern” (internal sources) dan “sumber extern” (external sources). Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Metode pembelanjaan dengan menggunakan dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, yang berarti suatu pembelanjaan dengan “kekuatan sendiri” disebut “pembelanjaan dan dalam perusahaan” atau “internal financing” dalam arti yang luas. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah “keuntungan yang ditahan” (retained net profit) dan akumulasi penyusutan (accumulated depreciations). Sebenarnya ditinjau dari penggunaan atau bekerjanya kedua dana trersebut di dalam perusahaan tidak ada bedanya, dan di dalam hubungan ini Joel Dean dalam bukunya yang berjudul “Capital Budgeting” menyatakan “No distiction berween these should be make in appointment of internal investment “. 1. Laba ditahan Besamya laba yang dimasukkan dalam cadangan atau ditahan, selain tergantung pada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividend politik” dan “plowing-back policy” yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan meskipun laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dan laba tersebut dibagikan, sebagai deviden, maka bagian laba yang dijadikan cadangan adalah kecil jumlahnya. Pada umumnya pelaksanaan “plow-back policy” atau policy penanaman kembali dalam perusahaan didasarkan pada pedoman-pedoman sebagai berikut: 1. “Plow-back” hendaknya dijalankan selama dapat diinvestasikan dengan “rate of return” yang lebih tinggi daripada “cost of capital-nya” 2. “Plow-back” hendaknya dapat menstabilisir dividen. 3. Plow-back” hendaknya merupakan persiapan untuk menghadapi keadaan darurat atau untuk ekspansi. Universitas Gadjah Mada Blom mengemukakan 3 buah alasan utama untuk menahan laba, yaitu: 1. alasan untuk stabilisasi 2. alasan untuk investasi 3. alasan untuk memperbaiki struktur finansiil. Berdasarkan itu maka perlulah diadakan: 1. cadangan untuk stabilisasi 2. cadangan untuk ekspansi 3. cadangan untuk perbaikan struktur finansiil. Polak mengemukakan alasan untuk membuat cadangan sebagai berikut: 1. menjaga agar modal yang ditetapkan jangan “tersinggung”. 2. untuk melunasi utang. 3. untuk memenuhi kebutuhan modal badan usaha yang makin meningkat karena hasrat perluasan. Makin besar cadangan yang disediakan berarti makin besar sumber intern dan dana yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Pemanfaatan laba yang ditahan untuk satu perusahaan berbeda dengan lainnya berdasarkan alasan tersebut di atas. Sebagai contoh aplikasi dalam perusahaan hutan misalnya: a. Disebabkan oleh perusahaan mempunyai dana dan laba ditahan cukup banyak sebagian dana dipakai untuk membeli mesin barn (traktor, logging truck dll) pada posisi mengganti alat lama yang telah tua dan produktivitasnya rendah, sebagian dana untuk rehabilitasi kantor/perumahan dalam base camp yang keadaannya rusak karena mernang telah lama umur pakainya misalnya 15-20 tahun. b. Untuk HTI yang pada mulanya persemaian dengan menggunakan manual, setelah perusahaan melewati daur dan mendapatkan keuntungan dan hasil panenan, sebagian dana laba ditahan dipakai untuk memperbaikilmerenovasi persemaian dengan menambah peralatan mekanis misalnya untuk penyiramandengan memakai sprinkle. Dengan adanya sprinkle ini diharapkan kualitas penyiraman dapat lebih seragam sehingga kualitas bibit meningkat. c. Apabila suatu perusahaan pada awalnya banyak hutan bank dengan angsuran dan biaya bunga bank cukup tinggi maka laba ditahan dapat dipakai untuk melunasi sebagian hutan atau seluruhnya. Dengan demikian maka biaya angsuran dan bunga bank akan berkurang atau hapus sehingga biaya total menurun dan keuntungan menjadi lebih besar. Sumber intern selain berasal dari laba/cadangan juga berasal dari akumulasi depresiasi. Besarnya akumulasi depresiasi yang Universitas Gadjah Mada dibentuk dari depresiasi setiap tahunnya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum akumulasi depresiasi tersebut digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu akumulasi depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah akumulasi depresiasi berarti makin besar “sumber intern” dan dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Depresiasi/penghapusan suatu aktiva tetap misalnya diperhitungkan dalam biaya tetap, akan tetapi pada kenyataannya biaya dalam arti riil/kas tidak dikeluarkan. Oleh sebab itu depresiasi tersebut menjadi sumber internal dana perusahaan. Sebaiknya dana tersebut tidak digunakan untuk kepentingan lain sehingga pada saat perusahaan memerluakan dana investasi peralatan (penggantian) misalnya setelah 5 tahun sesuai umur pakainya tidak mengalami kesulitan. Misalnya untuk meningkatkan likwiditas perusahaan. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai depresiasi atau penyusutan sebagai sumber dana, dapatlah diberikan contoh di bawah ini dengan asumsi bahwa segala transaksi finansial didasarkan atas “cash basis”. (a). Dalam keadaan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan Universitas Gadjah Mada Dari contoh (a) tersebut tampak bahwa perusahaan itu meskipun tidak mendapatkan keuntungan, tetapi tetap mempunyai arus kas netto sebesar Rp20.000,00 yang berasal dari depresiasi. Bagaimana halnya kalau perusahaan mendapatkan keuntungan? Arus kas neto-nya dapat dilihat dari contoh di bawah ini. (b) Dalam keadaan perusahaan mendapatkan keuntungan Dari contoh (b) tersebut tampak bahwa meskipun perusahaan mendapatkan keuntungan netto sebesar Rp. 21.000,00 namun arus kas netto yang tersedia di dalam perusahaan sebesar Rp. 41.000,00. jumlah dana sebesar Rp. 41.000,00 itu berasal dari keuntungan netto sebesar Rp. 21.000,00 dari berasal dari depresiasi sebesar Rp. 20.000,00. penambahan laba netto sebesar Rp. 21.000,00 menambah modal usaha semula, sehingga laba di sini merupakan sumber dana baru (dengan asumsi tidak ada yang dibayarkan sebagai cash diviend). Penambahan depresiasi sebesar Rp. 20.000,00 juga merupakan sumber dana, meskipun tambahan dana tersebut tidak mengakibatkan bertambahnya aktiva total maupun bertambahnya modal. Dalam hubungannya dengan masalah penyusutan depresiasi sebagai dana, R.W Johnson menyatakan bahwa berbedanya jumlah depresiasi tidak mengakibatkan tambahan jumlah dana yang dihasilkan dari operasi, sehingga dalam arti tersebut depresiasi tidak dapat dikatakan sebagai sumber dana. Tetapi berbedanya jumlah depresiasi memang mengakibatkan tambahan jumlah dana sesudah pembayaran pajak, yang disebabkan karena adanya “tax-shield”. Makin besar jumlah penyusutan akan memperkecil jumlah pajak penghasilan yang berarti memperkecil arus kas-keluar. Apabila depresiasi dalam contoh (b) misalnya sebesar Rp. 25.000,00 yang disebabkan karena penggunaan metode depresiasi yang berbeda, apakah makin besamya depresiasi dari Rp. 20.000,00 menjadi Rp. 25.000,00 akan memperbesar jumlah dana yang berasal dari operasi perusahaan? Jawabannya jelas “tidak”. Yang menjadi lebih besar adalah jumlah dana sesudah pembayaran pajak atau “net cashinflow after tax”. Baik dengan depresiasi sebesar Rp. 20.000,00 ataupun Rp. 25.000,00, jumlah dana yang dihasilkan dari operasi perusahaan adalah tetap sama yaitu sebesar Rp. 50.000,00 yang ini berasal dari penjualan sebesar Rp.150.000,00 dikurangi dengan biaya tunai sebesar Rp.100.000,00. tetapi jumlah dana yang tersedia sesudah pajak akan berbeda antara kedua metode depresiasi tersebut, sehingga tampak dan perhitungan di bawah ini. Universitas Gadjah Mada b. Sumber Extern (External Sources) “Sumber extern” adalah sumber yang berasal dan luar perusahaan, dan sebagaimana diuraikan di muka, bahwa metode pembelanjaan di mana usaha pemenuhan kebutuhan modalnya diambilkan dan sumber-sumber modal yang berada di luar perusahaan dinamakan “pembelanjaan dan luar perusahaan (external financing)”. Dana yang berasal dan sumber extern adalah dana yang berasal dan para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal daRI para kreditur adalah merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dan para kreditur tersebut ialah apa yang disebut “Modal Asing”. Metode pembelanjaan dengan menggunakan modal asing disebut “pembelanjaan asing” atau “pembelanjaan dengan hutang” (Debt financing). Dana yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut akan menjadi “Modal Sendiri”. Metode pembelanjaan dengan menggunakan dana yang berasal dan pemilik atau calon pemilik disebut “pembelanjaan sendiri” (Equity financing). Dengan demikian maka pada dasarnya dana yang berasal dan sumber extren adalah terdiri dan “modal asing” dan “modal sendiri”. Dalam hubungannya dengan modal asing dan modal sendiri Curt Sanding dalam bukunya yang berjudul : Universitas Gadjah Mada “Finanzierung mit Fremd.-kapital” mengemukakan perbedaan antara kedua bentuk tersebut, antara lain sebagai berikut : Modal Asing Modal Sendiri 1. Modal yang terutama memperhatikan 1. Modal terutama dan berkepentingan kepada kepentingannya sendiri, yaitu terhadap kontinuitas kelancaran dan kreditur keselamatan perusahaan. 2. Modal yang tidak mempunyai 2. Modal yang dengan kekuasaannya pengaruh terhadap penyelenggaraan dapat mempengaruhi politik perusahaan perusahaan. 3. Modal dengan beban bunga yang 3. Modal yang mempunyai hak atas tetap, tanpa memandang adanya laba sesudah pembayaran bunga keuntungan atau kerugian. kepada modal asing 4. Modal yang hanya sementara turut bekerjasama di dalam perusahaan 5. Modal yang dijamin modal yang mempunyai hak didahulukan (hak 4. Modal yang digunakan di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas atau tidak tertentu lamanya. 5. Modal yang menjadi jaminan dan preferent) sebelum modal sendiri di haknya adalah sesudah modal asing dalam likuidasi. di dalam likuidasi. Pada umumnya modal asing dalam perusahaan yang terbesar adalah dan hutan bank. Pihak bank meskipun memberikan pinjaman pada perusahaan tidak mempunyai pengaruh/wewenang untuk campur tangan dalam perusahaan. Oleh sebab itu pihak bank harus hati-hati dalam memberikan kredit/hutan, dengan cara meneliti secara seksama kinerja perusahaan. Resiko dan bank adalah perusahaan tidak mampu membayar angsuran dan bunga sesuai dengan kesepakatan/perjanjian yang ada. Dari pihak perusahaan hutang bank mempunyai akibat perusahaan harus membayar angsuran pinjaman dari bunga secara tetap, tidak peduli laba-rugi. Oleh sebab itu keputusan hutang kepada bank harus didasarkan perhitungan yang cermat terhadap kemampuan perusahaan rnembayar dan biasanya dikaitkan dengan kinerja produksi, pemasaran dll yang berpengaruh terhadap aspek financial. Modal asing hanya sementara ikut bekerjasama dengan perusahaan dalam arti apabila perusahaan diatas sudah membayar pinjaman dan bunganya secara lunas kepada bank dan selanjutnya tidak perlu lagi pinjaman/hutang maka bank tidak ada lagi kerjasama/ikut dalam perusahaan. Universitas Gadjah Mada Dalam keadaan perusahaan bangkrut dan akhirnya dilikuidasi, maka apabila aktiva tetap yang ada dijual, maka pihak bank mempunyai hak didahulukan yaitu hasil penjualan aktiva tersebut untuk niembayar hutang kepada bank yang belum dibayar sebelumnya. Modal sendiri biasanya berasal dari pemilik perusahaan yang dalam perusahaan bentuk PT (Perseroan Terbatas) adalah pemegang saham. Modal saham yang ditanamkan oleh pemilik mempunyai harapan jangka panjang dan bahkan perusahaan dapat berjalan lancar dan lestari. Dalam perusahaan PT pemegang kekuasaan tertinggi adalah RUPS (Rapat Umum Pemegang memperhentikan Saham). direksi RUPS perusahaan. mempunyai Apabila wewenang suatu mengangkat perusahaan dan direksinya korupsilmenyeleweng dan kinerjanya kurang baik, dapat dialkukan RUPS dan membuat keputusan memecat atau mengganti direksi. Disamping itu sesuai dengan PT untuk mengawasi jalannya perusahaan para pemegang saham menduduki jabatan komisaris perusahaan. Dalam RUPS dapat dibuat keputusan financial misalnya menyangkut labah ditahan dan pembagian dividend. Selain itu dalarn RUPS suara pemegang saham ditentukan oleh prosentasi besarnya saham. Misalnya ada pemegang saham mayoritas (>80%), maka pemegang saham ini mempunyai hak suara yang lebih dalam hal membuat keputusan (voting). Dalam hal hak pemegang saham deviden, perusahaan hanya wajib membayar/memberikan deviden apabila perusahaan mendapatkan laba/keuntungan (berbeda dengan hutang bank). Selanjutnya apabila karena sesuatu hal perusahaan bangkrut dan dilikwidasi, maka hak pemegang saham merupakan kesempatan berikkutnya sesudah hak bank (modal asing) dalam hal pembayaran kewajiban perusahaan. c. Suplier, Bank dan Pasar Modal sebagai Sumber Ekstern Utama 1. Supplier Pada dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal yang utama dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu: 1) Suplier, 2) Bank dan 3) Pasar Modal. Suplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam bentuk penjualan barang secara kredit baik untuk jangka pendek (kurang dan 1 tahun), maupun untuk jangka menengah (lebih dan 1 tahun dan kurang dari 10 tahun). Penjualan secara kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun banyak terjadi pada penjualan barang dagangan dan bahan mentah oleh suplier kepada langganan. Dalam hal demikian berarti bahwa langganan atau Universitas Gadjah Mada pembeli membiayai operasinya perusahaan (dalam hal ini pembelian barang dagangan atau bahan mentah) dengan dana yang berasal dan suplier. Suplier atau Manufacturer (pabrik) sering pula menjual mesin atau equipments lain hasil produksinya kepada suatu perusahaan atau pabrik yang menggunakan mesin atau equipments tersebut dengan jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun. Pembeli mesin atau equipment harus melunasi harga mesin tersebut dalam jangka wa.ktu tertentu dengan cara mengangsur setiap bulan, setiap kuartal atau setiap tahunnya menurut kontrak yang dibuatnya. Dalam hal demikian berarti bahwa perusahaanlpabrik pembeli mesin itu memhiayai pembelian mesin tersebut dengan dana yang berasal clan suplier untuk jangka waktu tertentu. Dana model supplier ini banyak terjadi dalam perusahaan hutan. Sebagai contoh adalah supplier untuk keperluan bahan makanan di base camp, material untuk survey lapangan dll. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang kas sewaktu-waktu sesuai dengan realisasi pengerahan bahan makanan dan material, akan tetapi perusahaan hanya membayar sath kali dalam sebulan sesuai dengan tagihan secara keseluruhan. Hal ini sangat penting karena dengan terbatasnya dana pada perusahaan pemanfaatanlpenyediaan kas dapat lebih fleksibel sesuai dengan keperluan. Hal yang lain misalnya perusahaan banyak melakukan perjalanan dengan pesawat, tagihan pembayaran sesudah satu bulan. 2. Bank-bank Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit di samping pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Oleh karena tugas utamanya adalah memberikan kredit, maka bank telah menentukan kebijakan dan peraturanperaturan mengenai pemberian kredit, meskipun ada perbedaannya antara bank satu dengan bank lainnya. Kredit yang diberikan oleh bank dalam diam bentuknya kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Syarat-syarat kredit jangka pendek pada umumnya lebih lunak dibandingkan dengan kredit jangka panjang. Hal ini disebabkan karena kredit jangka panjang biasanya meliputi jumlah dana yang besar, dan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Pada umumnya pemberian kredit oleh bank adalah berdasarkan penilaian bank tersebut terhadap permohonan kredit mengenai berbagai aspek, yaitu antara lain meliputi segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut. Besamya jaminan yang dapat diberikan kepada Universitas Gadjah Mada Bank, posisi dan perkembangan finansiil dan perusahaan pemohon kredit diwaktuwaktu yang lalu, prospek darI perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya diwaktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia perbankan kita mengenal adanya pedoman “3 R” dan “5 C” dalam pernberian kredit di samping syarat-syarat kredit yang biasa. misalnya segi juridisnya. Adapun pedoman “3 R” dalam penilaian penggunaan kredit oleh Bank adalah: 1) Returns Returns menunjukkan hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan kredit tersebut. Dalam hubungan ini Bank harus menilai bagaimana kredit yang diperoleh dari Bank tersebut akan digunakan. oleh perusahaan pemohon kredit. Persoalannya di sini ialah apakah penggunaan kredit tersebut akan dapat menghasilkan “returns” atau hasil pendapatan yang cukup untuk menutup biayanya 2) Repayment capacity Bank harus menilai kemampuan perusahaan pemohon kredit untuk dapat membayar kembali pinjamannya (repayment capacity) pada saat-saat di mana kredit tersebut harus diangsur atau dilunasi. 3) Risk-bearing ability Bank pun harus menilai apakah perusahaan pemohon kredit mempunyai kemampuan cukup untuk menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang bersangkutan dengan penggunaan kredit tersebut. Dalam hubungan ini Bank hams mengetahui tentang jaminan apa yang dapat diberikan atas pinjaman tersebut oleh perusahaan pemohon kredit. Perusahaan untuk mendapatkan kredit kepada bank biasanya hams menyerahkan semacam proposal kelayakan kredit/permohonan. Pada proposal tersebut tentunya berisi kelayakan finansial, pengamh pemberian kredit terhadap pendapatan dan biaya perusahaan (arus kas masuk/kas keluar), pengaruh terhadap produksi/pemasaran dll secara keselumhan berhubungan dengan kinerja dan secara khusus masalah finansial perusahaan Dalam perusahaan hutan tentunya kelayakan tersebut akan ke!ayan tersebut akan berhubungan dengan aspek teknis kehutanan dan finansial. Misalnya proposal kredit untuk pembeiian 2 unit traktor dan 2 unit logging tmck. Pada kasus ini harus dilakukan analisis terhadap: a. faktor biaya tambahan terhadap investasi di atas, angsuran, bunga, depresiasi dll, tambahan biaya operasional dsb Universitas Gadjah Mada b. faktor pendapatan bempa tambahan hasil produksi dari 2 unit traktor dan 2 unit logging truck Analisis dilakukan terhadap kasus investasi alat berat di atas dan analisis keseluruhan pengaruh investasi tersebut terhadap perusahaan secara keseluruhan. Dalam hal ini sebenarnya diperlukan kejujuran dan keahlian dari kedua belah pihak perusahaan dan bank. Untuk keperluan ini pada saat ini pihak bank rnenyediakan tenaga ahli untuk analisis kredit pada tiap sektor/jenis kegiatan perusahaan. Sedangkan pedoman “5 C” dalam penilaian penggunaan kredit telah diuraikan sebelumnya, yaitu: 1. Character Ini menyangkut segi pribadi, watak dan kejujuran dan pimpinan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban finansiilnya. 2. Capacity Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. Kemampuan tersebut diukur dengan data-data finansiil di waktu-waktu yang lalu. Berdasarkan kemampuannya dalam melaksanakan perusahaan di waktu-waktu yang lalu, Bank akan dapat menilai kemampuannya untuk melaksanakan rencana kerjanya di waktu yang akan datang dalam hubungannya dengan penggunaan kredit tersebut. 3. Capital Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansiilnya dan pene-kanan pada komposisi “tangible net worth “-nya. Bank harus mengetahui bagaimana perimbangan antara jumlah utang dan jumlah modal sendirinya. 4. Collateral Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank. Dalam hubungan ini Bank dapat minta agar aktiva yang dijadikan jaminan itu diasuransikan. Pada prinsipnya jaminan tersebut dibedakan antara “jaminan pokok” dan “jaminan tambahan”. Jaminan pokok adalah seluruh barang-barang yang dibelanjai dengan kredit bank tersebut. Dengan kata lain jaminan pokok adalah barang-barang yang menjadi obyek kredit. Adapun jaminan tambahan adalah barang-barang yang dijadikan jaminan tetapi yang tidak dibelanjai dengan kredit bank. Universitas Gadjah Mada Dengan demikian barang-barang tersebut bukan merupakan obyek kredit. Jaminan tambahan dapat berupa tanah dan bangunan, inventaris perusahaan, perhiasan (emas, intan, berlian) dan lain sebagainya. Besamya nilai jaminan pokok dan jaminan tambahan yang harus diikat ditentukan oleh Bank, misalnya minimal 25% di atas kredit maksimum yang diberikan. Penetapan margin nilai jaminan 25% tersebut dimaksudkan untuk menjaga keamanan kredit bank, apabila barang-barang tersebut terpaksa harus dijual karena debitur tidak dapat melunasi utangnya. Di samping jaminan kredit, Bank dapat menempatkan syarat-syarat tambahan untuk pengamanan kreditnya (covenants), yaitu antara lain berupa: a. asuransi dan milik-milik perusahaan/proyek; b. pernyataan bahwa si peminjam tidãk akan menjaminkan barang-barang lainnya untuk mendapatkan pinjaman lagi dari sumber lain; c. pembatasan jumlah pinjaman dari sumber lain; d. penetapan agar pemsahaan senantiasa memelihara “net working capital” yang cukup; e. persyaratan-persyaratan dalam penunjukkan pimpinan perusahaan, penambahan barang modal dan pembagian keuntungan. Adapun covenants tersebut hams merupakan persetujuan bersama antara bank dan peminjam dan disamping itu secara flexibel harus dapat ditinjau kembali apabila keadaan berubah. 5. Conditions Bank harus menilai sampai berapa jauh pengaruh dan adanya suatu kebijakan pemerintah di bidang ekonomi atau pengaruh dan trend ekonomi terhadap prospek perusahaan pemohon kredit khususnya dan prospek industri dimana perusahaan pemohon kredit termasuk di dalamnya pada umum-nya. Dalam hubungannya dengan penilaian proyek kredit investasi (project appraisal) Bank Indonesia telah memberikan pedoman-pedomannya. Mengenai jaminan kredit masing-masing bank dapat menetapkan ketentuannya sendiri-sendiri, kecuali untuk macam-macam kredit yang pengaturan jaminannya telah diatur oleh Bank Indonesia, misalnya Kredit Investasi, Kredit Investasi Kecil (KLK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Kalau diperlukan Bank pemberi kredit dapat memperkuat pembayaran kembali kredit tersebut dengan mengadakan perjanjian pertanggungan dengan suatu perusahaan Universitas Gadjah Mada asuransi, misalkan P.T. Askrindo atau dengan suatu Lembaga tertentu yang ditunjuk untuk itu, misalnya Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK). Dalam perusahaan hutan terutama yang sekaligus mempunyai industri pengolahan kayu dan keduannya berdasarkan prinsip kelestarian, pada umumnya kondisi perusahaan secara finansial cukup baik. Apabila industri pengolahan kayu tersebut penjualannya melalui ekspor maka tingkat keuntungan industri tersebut pada umumnya cukup baik dan mempunyai likuiditas dana cukup karena pihak importir di luar negeri harus sudah menyediakan dana jaminan untuk mendatangkan barang tersebut. Semestinya perusahaan hutan di atas mempunyai peluang untuk mengembangkan perusahaan dan sangat baik apabila dari laba yang ditahan dan sumber dana lainnya dapat diinvestasikan dalam pembangunan hutan tanaman. Perusahaan hutan tanaman BUMN/BUMS, UPH (BUMN/BUMS) dan industri pengolahan kayu pada saat ini keadaan/kinerjanya sangat bervariasi, demikian pula halnya dengan kemampuan finansialnya. Sebagai contoh industri pengolahan kayu yang tadinya orintasinya menggunakan kayu bulat hutan alam tropika basah (dominasi jenis familia Dipterocarpaceae), dan mereka telah mengantisipasi kekurangan bahan baku hutan alam dengan bahan baku hutan tanaman yang diusahakan sendiri diperkirakan mereka masih akan hidup di masa mendatang. Dalam hal lain sebenarnya pembangunan HTllperusahaan HTI harus mendapatkan perhatian khususnya dalam hal investasi selama masa pembangunan. Semestinya apabila HTI tersebut sudah panen maka beban finansial secara bertahap akan berkurang. Mulai saat ini dan masa mendatang disebabkan oleh persaingan keras dalam dunia perdagangan dan kondisi ekonomi nasional, diperlukan suatu perusahaan hutan yang handal baik dan segi teknis maupun finansial. Semua aspek dalam perusahaan baik teknis, ekonomi, sumber daya manusia, pemasaran dll harus mendapat perhatian yang sama dan secara bersama dan terpadu menjadi perusahaan yang lestari dan berbagai aspek. Salah satu aspek yang berkaitan dengan masalah di Indonesia adalah lapangan pekerjaan karena jumlah penduduk masih akan bertambah. Salah sam aspek yang penting dalam kelayakan perusahaan hutan selama ini yang menjadi ukuran adalah nilai ekonomis dan produksi kayu. Sedangkan nilai lingkungan yang amat diperlukan oleh manusia misalnya tata air, mencegah erosi/banjir dli belum mendapat perhatian semestinya. Universitas Gadjah Mada d. Pasar Modal Sebagai sumber dana ekstern ketiga yang utama adalah pasar Modal. Pasar Modal (capital mempertemukan dua market) adalah suatu pengertian kelompok yang saling berhadapan abstrak yang tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dan unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan (saving defisit unit). Dalam pasar modal dibedakan antara pasar perdana dan pasar sekunder. Dimaksudkan dengan pasar perdana adalah pasar bagi efek yang pertama kali diterbitkan dan ditawarkan dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang sudah ada dan sudah diperdagangkan dalam bursa efek. Definisi resmi menurut Keputusan Menteri Keuangan RI tentang Emisi Efek Melalui Bursa menyatakan bahwa Pasar Perdana adalah penawaran efek Emitmen kepada Pemodal selama masa tertentu sebelum efek tersebut dicatatkan di bursa, sedangkan pasar sekunder adalah perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada Pasar Perdana. Dengan demikian maka Pasar Modal dalam bentuk kongkrit-nya ialah bursa efek (securities/stock exchange,). Dalam Bursa efek, pemodal besar dan kecil, baik perorangan maupun lembaga-lembaga seperti dana Pensiun, perusahaan asuransi ataupun perusahaan-perusahaan lainnya dapat membeli dan menjual saham atau efekefek lainnya. Harga dari saham dan efek-efek lain berubah-ubah sesuai dengan perubahan keseimbangan antara penawaran dan permintaan terhadap efek yang bersangkutan. Harga dari efek-efek sebenarnya juga merupakan barometer dan pandangan mereka mengenai masa depan industri dan ekonomi pada umumnya. Universitas Gadjah Mada 14.2. Jenis-jenis Modal 1. Hutang/Modal asing “Modal asing” adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “hutang”. yang pada saatnya harus dibayar kembali mengenai penggolongan hutang, ada yang hanya membaginya dalam 2 golongan yaitu hutang jangka pendek (yaitu kurang dari satu tahun) dan hutang jangka panjang (lebih dari satu tahun). Tetapi banyak penulis dalam bidang pembelanjaan yang membagi modal asing atau utang thiam 3 golongan, yaitu: 1. Modal Asing/hutang jangka pendek (Short-term debt), yaitu yang jangka waktunya pendek yaitu kurang dari satu tahun. 2. Modal Asing/hutang jangka menengah (Intermediate-term Debt) yaitu yang jangka waktunya antara 1 sampai 10 tahun. 3. Modal Asing/hutang jangka panjang (Long-term Debt), yaitu yang jangka waktunva lebih dan 10 tahun. 1. Modal Asing/hutang Jangka Pendek (Short-Term Debt) Sebagaimana diuraikan di atas bahwa modal asing (hutang atau kredit jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelengganakan usahanya. Adapun jenis-jenis daripada modal asing (hutang atau Kredit) jangka pendek yang terutama adalah: 1) Kredit Rekening Koran, 2) Kredit dari penjual (Leverancier crediet), 3) Kredit dari pembeli (Afnemers crediet) 4) Kredit wesel. 1. Rekening Koran Kredit rekening Koran adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu di mana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut. Perusahaan hanya akan mengambil kredit Rekening Koran dalam halhal yang perlu saja, misalnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan modal perusahaan atau modal kerja pada top fluktuasi sebagai akibat dan gelombang konjungtur atau musim. Apabila uang ini sudah tidak dibutuhkan lagi, maka disetor kembali kepada Bank untuk kemudian diambil lagi kalau Universitas Gadjah Mada membutuhkan lagi dikemudian hari. Dengan demikian bentuk kredit ini adalah elastis sekali, tetapi bunganya adalah relatif tinggi (kredit pendek tangan kedua). Perusahaan menganggap kredit ini sebagai “kredit cadangan” (reserve credit), karena kredit ini hanya mempunyai sifat melengkapi. Bank dalam memberikan kredit Rekening Koran dapat mengilcat perusahaan yang bersangkutan dengan berbagai syarat atau klausal (clausule) yaitu antara lain: a. Klausul pembatalan b. Klausul likuiditas darurat c. Klausul pemeriksaan d. Klausul penerimaan dan pembayaran melalui Bank e. Klausul jaminan 2. Kredit dari Penjual Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual barn menerima pembayaran harga dari barang yang dijuahinya beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan Selama ini pembeli atau langganan dapat dikatakan menerima “kredit penjual” dari penjual atau produsen. Selama waktu itupun berarti penjual/produsen memberikan “kredit penjual” kepada pembeli atau langganan. Pada umumnya perusahaan yang memberi kredit penjual adalah perusahaan industri, sedangkan perusahaan yang menerima adalah perusahaan perdagangan. Sering pula “Wholesaler” memberikan kredit penjual kepada “Retailer”. Perusahaan industri kebanyakan harus memberi kredit semacam ini, karena dalam perniagaan hasil industri terdapat apa yang disebut “pers-proces” (proses dorongan dan pendesakan). Dalam hal ini produsen hasil industri mendesakkan hasilnya masuk di pasar. Sebagaimana diketahui masalah yang terutama dihadapi oleh perusahaan industri adalah masalah mendapatkan pasar yang seluas-luasnya bagi hasil produksinya. Hal ini disebabkan karena jumlah hasil industri bersifat elastis, yang ini berarti bahwa setiap waktu dapat diperluas. Dan perluasan produksi berarti penurunan biaya produksi per unitnya, sehingga semakin banyak hasil produksi dapat dijual di pasar, berarti makin besar keuntungannya salah satu bentuk dari kredit penjual ialah apa yang disebut “biaya sewa”. Universitas Gadjah Mada 3. Kredit dan Pembeli Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentah atau barang-barang lainnya. Di sini pembeli membayar harga barang yang dibelinya lebih dahulu dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima barang yang dibelinya. Selama waktu itu dapat dikatakan bahwa pembeli memberikan “kredit pembeli” kepada penjual/pemasok bahan mentah antara lain barang dagangan. Pada umumnya kredit pembeli ini diberikan kepada perusahan perusahaan agraria yang menghasilkan bahan dasar, dan kredit diberikan oleh perusahaan-perusahaan industri yang mengerjak hasil agraria tersebut sebagai bahan dasarnya. Pemberian kredit pada umumnya didasarkan atas pertimbangan untuk mendapatkan kepastian untuk mendapatkan bahan mentah atau bahan dasar pada waktu dibutuhkan untuk keperluan proses produksi. Sebab di dalam pemiagaan hasil agraria terdapat gejala apa yang disebut “zu proces” (proses menghisap). Hal ini disebabkan karena produksi ke agraria adalah sangat terpengaruh oleh faktor-faktor iklim, musim dan lain sebagainya, sehingga perluasan produksi tak dapat dijalankan setiap waktu, sehingga produksinya bersifat “inelastis”. Sedangkan lain pihak produsen hasil industri (sebagai pembeli hasil agar selalu berusaha untuk memperoleh hasil agraria sebanyak yang dibutuhkannya. Oleh karena jumlah keseluruhan hasil agraria adaIah terbatas maka hasil agraria yang diperniagakan akan dihisap oleh produsen ke industri yang mengerjakan hasil agraria dengan permintaannya yang melampaui penawaran hasil agraria di pasaran. 4. Kredit Wesel Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan “surat pengakuan hutang yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (surat Promes/Notes Payables), dan setelah ditanda-tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada Bank. Daripadanya diperoleh uang sebesar apa yang tercantum dalam surat hutang tersebut dikurangi dengan bunga sampai hari jatuhnya. Dengan demikian maka ini berarti bahwa pihak yang mengeluarkan surat hutang tersebut menerima kredit selama waktu mulai diuangkannya sampai saat Universitas Gadjah Mada dimana hutang tersebut harus dibayar. Bagi Bank atau pihak yang membeli promes tersebut (pembeli kredit), surat hutang tersebut merupakan tagihan atau Wesel tagih (Notes Receivables), dan bagi pihak yang mengeluarkan surat hutang, surat tersebut merupakan hutang wesel (Notes Payables). Hutang jangka pendek arahnya adalah untuk memenuhi keperluan aktiva lancar: kas, persediaan dll untuk mencukupi operasional permasalahan sehari-hari: upah pekerja, bahan metal/meterial dll. Hutang jangka pendek. sesuai dengan waktunya, biasanya diperlukan untuk keperluaan mendesak yang segera harus dipenuhi untuk operasi perusahaan. Hal ini dapat terjadi misalnya suatu saat arus kas masuk (jendapatan) mengalami keterlambatan sehingga terpaksa ada saldo kas minus yang harus ditutup. Masalah pengelolaan kas/persediaan merupakan sesuatu yang sangat dinamis dari waktu ke waktu, kadang kala waktu bulanan atau mingguan dapat terjadi situasi yang kritis. Oleh sebab itu perusahaan perlu menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak bank, supplier dll, apabila ada kasus mendadak perlu ada segera keputusan hutangjangka pendek. Dalam hal ini tak kalah pentingnya adalah nilai kejujuran, itikad baik dsb dari pihak perusahaan sehingga dengan mudah mendapatkan pinjaman. Biasanya pihak bank mempunyai penilaian terhadap masing-masing perusahaan, perusahaan yang tidak jujur/tidak mau membayar hutang tepat waktu dll tidak akan diberi kesempatan lagi untuk mendapatkan kredit hutang/pinjaman. 2. Modal Asing/Hutang Jangka Menengah (Intermediate-Term Debt) Modal asing atau hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktu atau umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Kebutuhan membelanjai usaha dengan jenis kredit ini dirasakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di satu pihak dan juga sukar untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang di lain pihak. Untuk kebutuhan modal yang tidak begitu besar jumlahnya juga tidak ekonomis untuk dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal. Lagi pula pengurusan pembelanjaannya adalah lebth mudah dengan mengadakan kontak langsung dengan pihak yang meminjam atau kreditur, dan cara ini adalah khas dari pembelanjaan dengan “intermediate-term debt”. Universitas Gadjah Mada Bentuk-bentuk utama dan kredit jangka menengah adalah: 1) Term Loan. dan 2) Lease financing. 1. “Term Loan” “Term loan” adalah kredit usaha dengan umur lebih dan satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu (amortization payments) misalkan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, setiap icuartal atau setiap tahun. Term loan ini biasanya diberikan oleh Bank dagang, Perusahaan asuransi, suppliers atau “Manufactures”. Dari golongan yang terakhir ini sering memberikan jenis kredit ini kepada “retailer”nya. Retailer dan bahan makanan yang diawetkan membutuhkan alat pendingin untuk dapat menyimpan barang dagangannya. Untuk keperluan itu supplier bahan makanan tersebut sering membantu retailernya dengan menjual alat pendingin yang diperlukan itu secara kredit kepada retailemya. Retailer tersebut harus mengangsumya dalam jangka waktu tertentu misalnya 5 sampai 10 tahun. Demikian pula pabrik suatu mesin sering menjual mesin hasil produksinya kepada perusahaan atau pabrik yang membutuhkan dengan cara “term loan” tersebut. Bagaimana cara menetapkan besamya jumlah angsuran setiap tahunnya dapat diberikan contoh di bawah mi. Contoh. Suatu perusahaan akan membeli sebuah mesin dengan harga Rp. 1.000.000,00 dan suatu pabrik dengan syarat pembayaran dalam jangka waktu 10 tahun dengan bunga 5% per tahun dihitung dari si pinjaman, dan bahwa angsuran pinjaman plus bunga dibayar dalam 10 kali pembayaran tahunan yang sama besar jumlahnya. Besar jumlah angsuran pinjaman plus bunga setiap tahunnya dan dihitung dengan menggunakan label P.V. dan suatu annuity (Tab A2) dengan rumus: R= An IF di mana R adalah pembayaran tahunan. An adalah nilai sekarang dari annuity, dan IF adalah Interest Factor yang bersangkutan yang terdapat dalam tabel P.V. dari annuity. Dalam contoh di atas ialah 1.1 pada tabel tersebut atas dasar tingkat bunga 5% untuk tahun ke 1 (angsuran ke 10) dan diketemukan angka 7,722. Universitas Gadjah Mada Dengan demikian maka R dapat dihitung: Rp = Rp1.000.000,00 = Rp129.500,00 7,722 Untuk perusahaan hutan dengan sistem mekanis model “term loan“ dengan jangka waktu hutang 5-10 tahun, biasanya dipakai untuk kredit alat-alat berat yang umur pakainya berkisar antara 5-10 tahun. Dalam kaitannya dengan kelayakan teknis/produksi, tentunya harus dikaitkan dengan jaminan rencana kerja jangka panjang. Untuk perusahaan yang lestari tentunya telah ada Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan, yang isinya mengatur rencana kegiatan teknis kehutanan jangka panjang (misalnya 10 tahun) dan telah diproyeksikan menurut waktu dan tempat. 2. Leasing Bentuk lain dari “intermediate-term debt “ adalah “Leasing” Apabila kita tidak ingin memiliki suatu aktiva. tetapi hanya menginginkan ‘srv” dan aktiva tersebut. kita dapat memperoleh “hak penggunaan” atas suatu aktiva itu tanpa disertai dengan hak milik, dengan cara mengadakan kontrak “leasing” untuk aktiva tersebut. Dengan demikian leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “services” dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan “services” dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan hak milik. Lebih khususnya. “lease” adalah persetujuan atas dasar kontrak di mana pemilik dan aktiva (lessor) menginginkan pihak lain (lessee) untuk menggunakan jasa dan aktivitas tersebut selama suatu periode tertentu. Hak milik atas akti’a tersebut tetap pada “lessor”. Kadang-kadang lessee juga diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. Dengan demikian “leasing” harus dianggap sama dengan “debt financing”. Kita mempunyai beban tetap kepada kreditur (lessor), dan kita harus memenuhi kewajiban tersebut, sebab kalau tidak, kita akan kehilangan “services” dari aktiva yang di”lease”kan itu (leased assets). Kita meminjam beberapa aktiva dan bukan meminjam uang, tetapi pada prinsipnya antara kedua itu adalah sama. Ada tiga bentuk utama dari leasing, yaitu: 1) “Sale and Leaseback”, 2) “Services Leases” atau “Operating leases” dan Universitas Gadjah Mada 3) “Financial Leases”. 1. Sale and Leaseback Dalam bentuk “leasing” ini, pemilik aktiva menjual aktivanya kepada leasing corporation atau Bank dan bersamaan dengan itu dibuat kontrak “leasing” untuk menggunakan aktiva tersebut selama suatu periode tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Dalam hal ini pembeli aktiva akan menjadi “lessor” dan penjual aktiva yang sekaligus masih menggunakan “service” dan aktiva yang dijual tersebut atas dasar kontrak “leasing” itu akan menjadi “lessee”. Misalkan suatu perusahaan dalam rangka ekspansi menjual. sebagian dan aktiva tetapnya kepada Leasing Corporation seharga Rp. 10 juta, dan bersamaan dengan itu dibuat kontrak “leasing” untuk tetap menggunakan aktiva yang telah dijual itu untuk suatu periode tertentu, misalnya 60 bulan dengan pembayaran sebesar Rp. 100.000,00 per bularinya. Dalam proses mi perusahaan tersebut mengubah aktivanya dan bentuk aktiva tetap menjadi bentuk kas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Jadi disini perusahaan tersebut masih tetap dapat menggunakan aktiva itu tetapi hak milik atas aktiva tersebut sudah tidak ada padanya. 2. Service Leases “Service Leases” atau “Operating Leases” memberikan services baik mengcnai bidang fmansiilnya maupun mengenai pemeliharaannya (maintanance). I.B.M. (International Business Machines) adalah salah satu pioneer dan “service lease contract” tersebut. Computer, mobil dan truck adalah bentuk-bentuk aktiva atau perlengkapan yang banyak di “lease”kan atas dasar kontrak tersebut. Dalam bentuk leasing ini sering terdapat klausul yang memberikan hak kepada leasse untuk membatalkan “lease” itu dan mengembalikan peralatan itu kepada lessor sebelum habis waktu berlakunya persetujuan dasar lease tersebut. Ini merupakan syarat yang penting bagi lessee, karena ini berarti bahwa dia dapat mengembalikan equziment tersebut apabila ada perkembangan teknologi barn yang menyebabkan equipment itu menjadi usang (absolete). Universitas Gadjah Mada 3. Financial Leases Financial lease adalah bentuk leasing yang tidak memberikan “maintenance services”, tidak dapat dibatalkan dan harus penuh diangsur. Ini berarti bahwa lessor menerima pembayaran sewa dan lesse yang meliputi harga penuh dan “leased equ4pment” tersebut plus bunga yang diinginkannya. Lessor dalam hal ini biasanya adalah perusahaan-perusahaan Asuransi atau Bank-bank Dagang. Apabila aktiva yang di-”lease”-kan itu real estate, yang menjadi lessor biasanya perusahaanperusahaan asuransi. Kalau yang di”lease”-kan itu equipments, biasanya yang menjadi lessor adalah Bank-bank Dagang. Seperti halnya dalam penentuan jumlah pembayaran tahunan dalam term-loan, besarnya pembayaran sewa setiap tahunnya pun dapat ditentukan dengan menggunakan label dan annuity dan label P.V. Pada kasus perusabaan hutan model leasing dipakai pada keperluan alat kerat dengan ftingsi tertentu dan tidak terus menerus diperlukan sebagai contoh: suatu HPH/ HTI akan membangun/memperluas base camp, memerlukan beberapa alat berat dan rencana pekerjaan akan selesai 2 tahun. Untuk keperluan ini tidak perlu beli alat berat barn, cukup hanya memanfaatkan atau leasing selama 2 tahun. Hal ini biasanya menguntungkan kedua belah pihak. 3. Modal Asing/ hutang jangka panjang (Long-Term Debt) Sebagaimana disebutkan dimuka, modal asing/hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modemisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari Hutang jangka panjang antara lain: 1. Pinjaman Obiigasi (Boncis-payables) 2. Pinjaman Hipotik (mortgage). 1. Pinjaman Obligasi Pinjaman Obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang paniang. untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunvai nominal tertentu. Jangka waktu pinjaman obligasi hendaknya didasari kepada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 1. Jangka waktu pinjaman kredit hendaknya disesuaikan dengan jangka waktu penggunaannya di dalam perusahaan. 2. Jumlah angsuran harus disesuaikan dengan jumlah penyusutan dan aktiva tetap yang akan dibelanjai dengan kredit obligasi tersebut. Pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat dijalankan secara sekaligus pada hari jatuhnya atau secara berangsur setiap tahunnya. Apabila sistem pelunasan sekaligus yang digunakan, maka sistem mi ialah apa yang disebut “Sing Fzmds System” sedangkan kalau secara berangsur-angsur pembayarannva kembali disebutlah “Amortization system “. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman Obligasi dapat diambil dan: 1. penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut. 2. keuntungan. Sering juga oleh para pemegang surat obligasi, supaya memperoleh jaminan yang lebih besar, maka terhadap milik barang-barang tidak bergerak dan pihak yang mengeluarkan surat obligasi tersebut dikenakan Hipotik, dan obligasi semacam ini disebut “Obligasi hipothecair”. Kita mengenal berbagai-bagai jenis Obligasi, antara lain ialah a. Obligasi biasa (Bonds) Obligasi biasa ialah Obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya coupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya. b. Obligasi pendapatan (income Bonds) Income Bonds adalah jenis obligasi di mana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut menda-patkan keuntungan. Tetapi disini kreditur mempunyai “hak kumulatif’ artinya apabila path suatu tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila di tahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan, maka kreditur tersebut berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang tidak dibayar itu. c. Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible-Bonds) Convertible Bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat Obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dan perusahaan yang bersangkutan. Universitas Gadjah Mada Dengan demikian maka jenis Obligasi mi memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya, yaitu dan kreditur menjadi pemilik. 2. Pinjaman Hipotik (Mortgage) Pinjaman Hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. 2. Modal Sendiri “Modal Sendiri” pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya”. Modal sendiri selain berasal dari “luar” perusahaan dapat juga berasal dari “dalam” perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari “sumber intern” ialah dalam bentuknya “keuntungan yang dihasilkan perusahaan”. Adapun modal sendiri yang berasal dari “Sumber ekstern” ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal yang berasal dari pemilik perusahaan adalah berbagai macam bentuknya menurut bentuk hukum dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan. Dalam PT modal yang berasal dari pemilik ialah modal saham; dalam Firma ialah modal dari anggota Firma; dalam C.V. adalah modal yang berasal dari anggota bekerja dan anggota diam/Komanditer; dan perusahaan perseorangan ialah modal yang berasal dari pemiliknya dan pada Koperasi ialah simpanan-simpanan pokok dari wajib yang berasal dari para anggotanya. Modal Sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari: 1. Modal Saham. 2. Cadangan. 3. Keuntungan. 1. Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang ditenima dari hasil penjualan sahamnya “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan tersebul selama hidupnya, meskipun bagi Universitas Gadjah Mada pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Adapun jenis-jenis dan saham adalah sebagai benikut: a. Saham biasa (Commond Stock) b. Saham Preferen (Preferred Stock) c. Saham kumulatifpreferen (cummulative PreferredStock) a. Saham Biasa (Common Stock) Pemegang saham bisa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tensebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan kalau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen, dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya yaitu: bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian itu belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen. Adapun fungsi dari saham biasa di dalam perusahaan adalah: 1. Sebagai alat untuk mernbela.njai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanenan 2. Sebagai-alat untuk menentukan pembagian laba. 3. Sebagai alat untuk mengadakan fusi atau penggabungan dan perusahaanperusahaan. 4. Sebagai alat menguasai perusahaan Seperti diketahui bahwa suatu perusahaan dalam bentuk PT adalah para pemegang saham. Masing-masing pemegang mempunyai hak kepemilikan berdasarkan jumlah sahamnya yang biasanya dinyatakan dalam prosentase. Untuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sahamnya dimiliki oleh pemerintah dakan etapi apabila sudah menadi PT tbk (terbuka) artinya go public maka saham yang ada dapat diperjual belikan kepada masyarakat siapa saja. Laku dan tidaknya saham tersebut tentunya berkaitan dengan kinerja perusahaan. Hal mi disebabkan para pemegang saham mengharapkan mendapat pembagian deviden dan laba yang diperoleh perusahaan. Sebagai contoh ada pemegang saham mempunyai 1 juta lembar saham dan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan pembagian deviden Rp. 200/lembar saham, maka pemegang saham tersebut mendapat deviden keseluruhan sebanyak Rp. 200.000 (dua rams juta rupiah) dan hasil perkalian 1 juta lembar saham kali Rp. 200/lembar. Universitas Gadjah Mada Fusi atau penggabungan perusahaaan dapat dilakukan dengan mengatur besarnya saham masing-masing dalam prosentase. Apabila tidak diinginkan adanya saham majoritas maka prosentase dapat. diambil hampir merata diantara para pemegang saham, sedangkan sebagai alat menguasai perusahaan maka dapat dilakukan dengan membelilmempunyai saham majoritas. Dalam RUPS maka keputusan diambil dengan suara terbanyak (voting), hak suara didasarkan banyak/sedikiinya kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Dalam perusahaan hutan apabila sudah go public sebenarnya perlu adanya kehati-hatian yaitu jangan samapai hanya mengejar laba untuk deviden pemegang saham, berakibat fatal dengan memungut hasil produksi over cutting sehingga sumber daya menjadi rusak. Terlebih lagi perlu diingat bahwa fungsi hutan tidak hanya komersial untuk produksi akan tetapi sebenamya lebth besar untuk lingkungan hidup manusia (hidroorologis). b. Saham Preferen (J’referred Stock) Pemegang saham preferen mempunyai beberapa “preferansi” tertentu di azs pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal-hal : 1. pembagian dividen Dividen dari saham preferen diambilkan lebth dahulu kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa (Common-Stock). Dividen saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dan nilai nominalnya. 2. pembagian kekayaan Apabila perusahaan dilikuidasi maka dalam pembagian kekayaan. saha preferen didahulukan daripada saham biasa: Tetapi di lain pihak pemegaig saham preferen juga ada kelemahannya dibandingkan dengan pemega saham biasa, karena pemegang saham preferen tidak mempunvat hak sur dalarn rapat umurn pemegang saham. Adapun persamaannya ialah bah pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen hanva be:hak menerima dividen apabila perusahaan mendapatkan keuntungan. c. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred-Stock) Jenis saham ini pada dasamya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham preferen kumulatif apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besamya laba tidak mengizinkan Universitas Gadjah Mada atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu-waktu yang lampau. Besarnya dividen dari saham preferen kumulatifpun dinyatakan dalam persentasi tertentu dari nilai nominalnya. Nilai saham di dalam Neraca selalu tercantum dalam nilai nominalnya Apabila kurs pada waktu emisi di atas atau di bawah pari, maka selisihnya antara harga nominal dengan harga kurs ditambahkan atau dikurangkan dari nilai nominal tersebut. Apabila kurs di atas pan maka selisih di atas nominal tersebut (agio saham, paid in surplus) ditambahkan, sehingga akan memperbesar nilai saham, dan dengan sendirinya akan memperbesar modal sendiri. Demikian pula sebaliknya apabila kursnya di bawah pan, maka selisih di bawah nilai nominal tersebut (disagio, discount) dikurangkan dan nilai nominal sehingga hal mi akan memperkecil modal sendiri. 2. Cadangan Cadangan di sini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dan tahun yang berjalan (Reserve that are surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendini. Cadangan yang termasuk dalam modal sendini ialah antara lain: a. Cadangan ekspansi. b. Cadangan modal kerja. c. Cadangan selisih kurs. d. Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum). Adapun cadangan yang tidak termasuk dalam modal sendiri antara lain ialah cadangan depresiasi, cadangan piutang ragu-ragu, dan cadangan yang bersifat hutang (cadangan untuk pensiun pegawai, cadangan untuk membayar pajak). Untuk cadangan depresiasi, sekanang banyak digunakan istilah “akumulasi depresiasi” ( accumulated depreciation) Di dalam PT sering pula terdapat apa yang disebut “Cadangan Rahasia” dan “Cadangan Diam”. Cadangan Rahasia adalah cadangan yang besar jumlahnya tidak nampak dalam neraca dan besar jumlahnya tidak mudah diketahui. Cadangan Diam pada prinsipnya tidak berbeda dengan cadangan Rahasia, yaitu Universitas Gadjah Mada yang besar jumlahnya tidak nampak atau tidak tercantum dalam Neraca, tetapi dapat diduga adanya nilai cadangan di dalam perusahaan. Cadangan Rahasia dan Diam pada prinsipnya dapat dibentuk dengan cara: 1. mengadakan penilaian yang lebih rendah pos-pos aktiva daripada nilai yang sebenarnya. 2. mengadakan penilaian yang lebih tinggi pos-pos utang daripada nilai yang sebenamya. Adanya Cadangan Rahasia tersebut adalah terutama dalam hubungannya dengan soal pembayaran dividen. Pemegang saham pada umunmya menghendaki agar seluruh atau sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh perusahaan hendaknya dibagikan sebagai dividen. Tetapi di lain pihak pimpinan perusahaan (direksi) menghendaki agar supaya perusahaan yang dipimpinnya dapat terus berkembang. Untuk keperluan perkembangan atau perluasan perusahaan diperlukan adanya cadangan, dan cadangan hanya dapat dibentuk dan laba yang diperolehnya. Apabila semua keuntungan dibayarkan sebagai dividen maka perusahaan tidak dapat membentuk cadangan. Oleh karena itu agar supaya perusahaan dapat membentuk cadangan yang tidak diketahui oleh pemegang saham atau pihak luar ialah dengan cara membentuk cadangan rahasia. 3. Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained Earning). Di dalam Neraca sering “cadangan” dan “laba ditahan” dijadikan sata dalam pos “retained Earning” atau pos sisa-sisa laba, misalnya sisa-sisa laba tahun 1966, 1967, 1968. Adanya keuntungan akan memperbesar “Retained Earning” yang ini berarti akan memperbesar modal sendiri. Universitas Gadjah Mada