Ringkasan Khotbah - 26 Agustus 2012 Pengakuan Dosa Neh. 9:1–38 Pdt. Andi Halim, M.Th. Dalam Neh. 9 bangsa Israel melakukan kebaktian pengakuan dosa dan permintaan doa. Momen ini merupakan momen yang sangat berarti bagi mereka. Ada beberapa hal unik yang bisa dipelajari dari peristiwa ini. Dalam ayat 1 dikatakan mereka berkumpul, berpuasa, dan mengenakan kain kabung dengan menaburkan tanah di kepala mereka. Bangsa Israel dipenuhi kedukaan dan penyesalan atas apa yang mereka alami sebagai bangsa yang dijajah, padahal mereka adalah bangsa pilihan Tuhan. Berkabung dengan tanah di kepala merupakan tradisi bangsa Yahudi saat mereka berdukacita. Menurut prinsip Alkitab tidak ada larangan ataupun keharusan untuk berpuasa. Orang Kristen boleh berpuasa dengan maksud yang benar. Jikalau tidak berpuasa pun kita juga harus mempunyai semangat yang benar dalam menjalani hidup. Berpuasa yang kita lakukan tidak seperti berpuasa yang dilakukan oleh sekelompok orang Kristen tertentu yang salah karena berharap berpuasa bisa menggerakkan hati Tuhan untuk memenuhi keinginannya. Spirit berpuasa semacam ini adalah spirit self-centered (berpusat pada kepentinganku/ anthroposentris). Hal ini sama seperti orang yang menyembah berhala, selalu demi keinginan diri sendiri. Puasa yang benar adalah menyembah Allah yang benar. Spirit kita dalam berpuasa harus Theosentris, bukan demi kepentinganku, tetapi apa yang Tuhan mau biarlah terjadi dalam hidupku. Dalam masa Perjanjian Lama bangsa Israel diwajibkan berpuasa oleh Tuhan bukan untuk menggerakkan hati Tuhan di dalam memenangkan/ membela bangsa Israel. Puasa yang dilakukan bangsa Israel adalah untuk mempersiapkan diri menerima karya Allah saat mereka berperang. Spirit puasa yang benar adalah bagaimana diri saya dipakai untuk melakukan kehendak dan rencana Tuhan. Bangsa Israel ketika berpuasa memiliki komitmen untuk menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Berpuasa dalam konteks Neh. 9 adalah berpuasa untuk pengakuan dan penyesalan dosa. Aturan Kristen tentang berpuasa tidak mendetil; harus berapa jam; apa yang boleh dan tidak boleh dimakan; dan sebagainya tetapi yang terpenting adalah spirit puasanya harus benar dan ada pertobatan yang sejati. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Neh 9 sehubungan dengan pertobatan dari dosa. 1/5 Ringkasan Khotbah - 26 Agustus 2012 Apa arti menyesali dosa? Semua orang bisa menyesali dosa. Orang bukan Kristen pun bisa menyesali dosa. Semua orang juga memiliki pertobatan untuk kembali ke jalan yang benar/ layak menurut agama masing-masing. Apakah perbedaan penyesalan akan dosa di antara orang yang sudah di dalam Kristus dengan orang yang belum di dalam Kristus? Umumnya banyak orang menjawab bahwa orang non Kristen setelah menyesali dosa ia akan kembali melakukannya lagi, sedangkan orang Kristen tidak mengulangi dosanya lagi. Namun apakah benar orang Kristen tidak mengulangi dosa lagi? Orang Kristen sebenarnya juga sama, sehabis kita mengakui dosa, kita berdosa lagi. Kita harus punya pengertian pengakuan dosa yang benar. Jika pengertian pengakuan dosa adalah mengenai saya berbuat sesuatu dan menyesal kemudian tidak berbuat lagi, hal ini berkaitan dengan masalah moral. Misalnya saja, jika saya mencuri, kemudian menyesal dan tidak melakukannya lagi. Orang non Kristen pun bisa terjebak melakukan hal ini. Spirit seperti ini sama dengan spirit ajaran Pria Sejati. Gerakan Pria Sejati menganggap dosa pria paling besar adalah berzinah. Jika pria tersebut mau mengakui dosanya di hadapan istri dan jemaat maka dia akan bebas dari dosanya dan berada di posisi puncak yaitu Pria Sejati. Ajaran ini pasti keliru. Tokoh Pria Sejati, Edwin Louis Cole, mengatakan bahwa laki-laki yang sudah mengaku dosa perzinahan kepada istri dan jemaat digambarkan sebagai bangsa Israel yang sudah memasuki tanah Kanaan, tanah perjanjian Allah. Perumpamaan ini salah. Gambaran yang diambil dari perumpamaan bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan menunjukkan kesalahan teori Cole, karena meskipun setelah memasuki tanah Kanaan, bangsa Israel masih berbuat dosa dan mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Pengakuan dosa bagi kekristenan itu bagaimana? Apakah setelah kita mengaku dosa kemudian kita sudah tidak berdosa lagi? Kita masih berdosa. Berdosa bukan hanya dalam perbuatan tetapi juga dalam pikiran. Dalam pikiran kita berdosa, kita berdosa di hadapan Tuhan. Tidak hanya pikiran, jika kita tidak berbuat apa yang Tuhan ingin kita perbuat pun kita sudah berdosa. Kapankah kita bisa sama sekali tidak berdosa? Seringkali kita masih menyembah berhala yang lain, munafik, sombong, dendam, dan iri hati. Kita semua masih orang berdosa. Lalu untuk apakah pengakuan dosa jika kita masih berdosa lagi? Bangsa Israel sering mengaku dosa, menyesal tetapi berdosa lagi. Bangsa Israel dijuluki Tuhan sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Hal ini pun merupakan gambaran kita yang selalu berdosa di hadapan Tuhan. Kita 2/5 Ringkasan Khotbah - 26 Agustus 2012 semua masih punya dosa. Pengertian dosa adalah tidak memenuhi target Allah. Kita tidak pernah bisa memenuhi target Allah, hidup kita masih bercacat dan tidak sempurna. Ada orang yang mengritik dengan sinis bahwa jikalau kita masih berbuat dosa setelah mengaku dosa, maka tidak ada gunanya. Perkataan ini benar sekaligus tidak benar. Tidak berarti kita boleh mengaku dosa kemudian berdosa lagi terus menerus. Tetapi secara de facto setelah mengaku dosa kita masih berdosa lagi. Lalu mengapa kita perlu mengaku dosa? Ilustrasinya adalah seperti orang mandi. Bukankah setelah kita mandi, kita kotor lagi? Lalu buat apa kita mandi? Analogi mandi ini tidak menggambarkan pengakuan dosa dengan sempurna, tetapi mirip. Artinya adalah memang setelah mengaku dosa kita tetap berdosa lagi tetapi ada bedanya mengaku dosa berulang-ulang tanpa memiliki dasar kebenaran dengan memiliki dasar kebenaran. Pengakuan dosa dalam kekristenan memiliki dasar kebenaran, yaitu firman Tuhan. Pengakuan dosa dalam konteks iman Kristen harus berdasarkan firman kebenaran, bukan hanya sekedar penyesalan secara moral saja. Pengakuan dosa yang secara moral saja bersifat umum, tetapi ada pengakuan dosa yang bersifat khusus. Bangsa Israel sebelum mengaku dosa membaca firman selama ¼ hari (Neh. 3). ¼ hari dalam hitungan waktu bangsa Israel adalah 3 jam. Jadi apa kebenaran yang mendasari orang Kristen dalam mengaku dosa? Pertama, kita mengaku dosa bukan karena kita yakin bisa berbuat baik menurut standar Allah. Justru karena kita tidak bisa memenuhi standar Allah maka kita mengaku dosa di hadapan-Nya. Pengakuan dosa yang benar di hadapan Tuhan adalah menyadari keberadaan kita yang sesungguhnya menurut standar-Nya. Jika menuruti standar manusia, kita bisa merasa tidak berdosa seperti orang Farisi, tetapi justru karena kesadaran bahwa kita tidak bisa mengikuti standar Allah maka kita mengakui dosa. Kedua, Tuhan mengondisikan kita tidak berdaya dalam keadaan berdosa ini. Saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa sesudah berdosa kita mampu tidak berdosa lagi. Setelah bertobat kita tetap masih bisa berbuat dosa lagi tetapi perbedaannya adalah setelah bertobat kita sadar bahwa kita tidak memiliki harapan (hopeless) maka dosa itu akan mengurung kita hingga kita berjumpa dengan satu-satunya jalan yaitu Yesus Kristus. Pengakuan dosa yang benar mengarahkan kita kepada sang Mesias. Kita tidak bisa lepas dari dosa-dosa kita baik yang kelihatan maupun yang tidak. Orang Kristen pun tidak mampu mengikuti standar Allah. Kita tidak dibenarkan karena perbuatan tetapi karena iman kepada Yesus Kristus. Orang yang berada di dalam Kristus makin sadar dirinya bukan apa-apa. Kebenaran ini merupakan kebenaran yang paradoks. Orang yang menyesali dosanya di dalam Kristus diberi kepekaan. Dosa yang tadinya dianggap bukan dosa sekarang disadari sebagai 3/5 Ringkasan Khotbah - 26 Agustus 2012 sesuatu yang telah melukai hati Tuhan. Mereka yang di dalam Kristus memiliki kepekaan yang lebih akan dosa. Karena kepekaan itu mereka tidak mungkin menjadi sombong. Orang yang mengakui dosa adalah orang yang diproses dalam pengudusan yang terus-menerus (Progressive Sanctification). Di dalam dirinya terjadi pertumbuhan dalam pengenalan kebenaran, kepekaan terhadap dosa, dan pergumulan mengenai pekerjaan pelayanan Tuhan. Orang yang bertumbuh tidak berorientasi kepada kepentingan dirinya tetapi kepada pekerjaan Tuhan. Sebagai anak Tuhan kita memang harus jadi teladan akan tetapi ini bukan berarti kita tidak bisa berdosa dan harus sempurna. Anggapan semacam itu membuat kita terjebak dalam moralisme dan perfeksionisme, terjebak dalam status orang terhormat yang dimuliakan tanpa kekurangan. Satu-satunya teladan dari pemimpin sejati adalah Yesus Kristus yang tanpa cacat, tanpa dosa, dan tanpa kelemahan. Kesalahan kita adalah jika kita ingin menjadi teladan, kita berpikir kita bisa menjadi sama persis seperti Yesus Kristus. Janganlah berpikir demikian karena kita bukan Yesus, kita tetap orang berdosa karena banyak kekurangan dan kelemahan. Rasul Paulus menulis “Ikutilah teladanku” bukan karena Paulus hebat dan sempurna tetapi karena ia setia mengikuti Kristus. Ia tetap orang berdosa yang tidak layak dan jatuh bangun dalam mengikut Yesus. Kesetiaannya dalam mengikut Yesus di tengah jatuh bangunnya inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi kita. Pengakuan dosa bangsa Israel menguraikan satu peristiwa yang membayang-bayangi kehidupan mereka saat itu. Mereka sadar bahwa mereka dibuang dan dijadikan budak karena kesalahan yang mereka lakukan kepada Allah. Ada 2 hal yang unik yang dicatat dalam Neh 9. Pertama, yaitu 2 karakter yang berbeda dan bertolak belakang: karakter bangsa Israel dan karakter Tuhan yang mencintai bangsa Israel. Bangsa ini merupakan bangsa yang tegar tengkuk, tidak setia, dan tidak menghargai Allah. Karakter Allah setia, tidak pernah meninggalkan perjanjian dengan umat-Nya, dan penuh kasih sayang. Karena itu kita sekarang bisa beribadah karena ada pengharapan kepada Tuhan yang setia. Kedua, tentang dosa. Ada dua hal tentang dosa yang bisa dicatat yaitu “Dosa mengakibatkan kita jauh dari Allah” dan “Dosa mengakibatkan kita dekat dengan Allah”. Saat kita berdosa kita jauh dari Allah, tetapi saat kita merasa hopeless dan tidak layak karena dosa, kita dihantar kepada Allah yang sejati melalui salib Kristus. Dosa terjadi bukan di luar rancangan Allah,tetapi dalam penetapan rancangan Allah dari alfa sampai omega (awal sampai akhir). Rencana Allah yang sempurna, termasuk penetapan dosa, adalah untuk membawa manusia ke dalam pengenalan Allah yang sejati. Kita dibiarkan berdosa karena kita sedang dihantar kepada pengenalan akan kasih karunia Allah. 4/5 Ringkasan Khotbah - 26 Agustus 2012 Bangsa Israel mengadakan piagam perjanjian bahwa mereka tidak akan melakukan dosa. Tetapi mereka tetap berdosa lagi. Piagam ini bukan tidak ada gunanya kecuali ada komitmen yang diperbarui. Meskipun kita banyak cacat cela, kita perlu terus memperbaharui komitmen kita. Pembaharuan ini bukan hanya sekedar seremonial belaka tetapi ada semangat perubahan yang harus kita tangkap. (Transkrip belum diperiksa oleh Pengkhotbah: MD) 5/5