BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu
negara besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi yang
diartikan sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya, merupakan salah satu target dari
pembangunan ekonomi yang yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.Oleh karena itu, berbagai kebijakan diambil dalam rangka mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan.
Dalam pandangan ekonom neoklasik, usaha pencapaian pertumbuhan
ekonomi menitikberatkan pada faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja,
dan kemajuan teknologi.Sebagaimana disebutkan dalam Todaro dan Smith
(2011:170), komponen pertumbuhan ekonomi yang paling penting terdiri atas
akumulasi modal, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi.Kinerja
ekonomi, baik pada tataran makro maupun mikro, dipengaruhi pula oleh aspek
kelembagaan (institutional) dan lingkungan.Salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur kualitas kelembagaan suatu negara adalah tingkat korupsi artinya
tingkat korupsi diyakini dapat memengaruhi kinerja ekonomi dalam suatu negara.
Korupsi merupakan tindakan penyalahgunaan kepercayaan publik untuk
kepentingan pribadi dan merupakan salah satu bentuk pencurian.Lembaga
Transparansi Internasional(2010 dalam Kuncoro, 2013: 253) menyebutkan
1
bahwakorupsi adalah perilaku pejabat publik, politikus, dan pegawai negeri yang
secara tidak wajar atau tidak legal memperkaya diri atau memperkaya pihak-pihak
yang dekat dengan dirinya dengan menyalahgunakan kekuasaaan publik yang
dipercayakan.
Tingkat korupsi di Indonesia sendiri terhitung pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang diterbitkan lembaga Transparency
International nilai Corruption Perception Index (CPI) Indonesia pada tahun 2014
sebesar 34, mengindikasikan bahwa Indonesia menghadapi permasalahan korupsi
yang buruk. Tahun 2000 nilai CPI Indonesia justru hanya sebesar 17,
menunjukkan tingkat korupsi yang sangat buruk dan sangat parah. Seiring dengan
gencarnya
usaha
pemberantasan
korupsi,
diantaranya
melalui
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tahun 2003 nilai CPI Indonesia
terus menunjukkan peningkatan. Namun peningkatan nilai CPI Indonesia terlihat
cukup lambat. Selama satu dasawarsa, kondisi korupsi Indonesia masih buruk dan
nilai CPI Indonesia pada tahun 2014 berada pada peringkat 107 dari 175 negara,
masih di bawah rata-rata CPI negara ASEAN sebesar 39 dan di bawah rata-rata
CPI Negara Asia Pasifik sebesar 43(TI, 2015).
Sementara itu, kinerja perekonomian Indonesia yang ditunjukkan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi pada periode 2000-2014 cenderung fluktuatif.
Selama periode tersebut pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 6,35 persen pada
tahun 2007, kemudian cenderung melambat dan pada tahun 2014 pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,02 persen.
2
7.00%
34
35
6.00%
28
28
24
4.00%
17
19
19
19
25
23
22
3.00%
30
30 32
32
26
5.00%
2.00%
40
20
20
15
10
GDP Growth
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
0
2002
0.00%
2001
5
2000
1.00%
CPI
Sumber: Transparency International dan World Bank, 2015 (diolah)
Gambar 1.1 Perkembangan Corruption Perception Index (CPI)
dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2000-2014
Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa korupsi berdampak buruk
terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Adenike
(2013), Dridi (2013), Ghalwash (2014) dan Shera, dkk (2014), serta penelitian
lainnya menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Namun demikian hasil penelitian empiris lain menunjukkan hasil yang
berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Pellegrini dan Gerlagh (2004),
menunjukkan bahwa korupsi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi secara langsung.Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Huang (2015) hubungan kausalitas antara korupsi dan pertumbuhan ekonomi di
12 Negara Asia Pasifik tidak signifikan.Bahkan penelitian yang dilakukan oleh
Barreto (2001) justru menunjukkan bahwa korupsi memiliki hubungan yang
positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi.Hasil empiris dari berbagai
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan
ekonomi menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.
3
Sementara itu, tujuan pembangunan suatu negara tidak hanya berfokus pada
pertumbuhan ekonomi.Paradigma baru dalam pembangunan berfokus pula pada
pembangunan manusia (human development). Manusia tidak lagi dipandang
sebagai input dalam proses produksi untuk mengejar pertumbuhan, namun
manusia juga dipandang sebagai tujuan dari pembangunan. Salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan manusia
adalah Human Development Index(HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).IPM digunakan untuk menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan
(BPS, 2015).
Namun usaha peningkatan pembangunan manusia seringnya terkalahkan
dengan usaha mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pandangan ini
beralasan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dampaknya otomatis akan
merembes ke bawah (trickle down effect),termasuk menetes ke pembangunan
manusia. Padahal upaya pembangunan manusia sendiri diyakini tidaklah
bertentangan atau mengurangi usaha dalam mencapai pertumbuhan ekonomi,
bahkan upaya pembangunan manusia justru dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi. Manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kesehatan yang
prima akan lebih meningkatkan efisiensi kerja sehingga produktivitas pun akan
meningkat.Pengaruh positif pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi secara empiris dibuktikan pula melalui beberapa penelitian diantaranya
yang dilakukan oleh Eigbiremolen dan Anaduaka (2014) dan Daghighiasli,
Mohammadi, dan Shahbazi (2014).
4
Jika melihat perkembangan
p
bangan nilai HDI Indonesia dapat dikatakan bahwa
usaha pembangunan manusia menunjukkan hasil yang positif.T
positif.Tahun 1990 nilai
HDI Indonesia masih sebesar 0,528 dan masuk dalam kategori negara dengan
pembangunan manusia rendah, namun tahun 2010 nilai HDI Indonesia
Indon
meningkat
menjadi 0,679dan
dan tahun 2013 menjadi 0,684
0
dan masuk ke dalam kategori
k
negara
dengan pembangunan manusia menengah.
0.8
0.7
0.609
0.6
0.5
0.654
0.671
0.678
0
0.681
0.684
0.64
2005
2008
2010
2011
2012
2013
528
0.528
0.471
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1980
1990
2000
Sumber: UNDP, 2014( diolah)
Gambar 1.2 Perkembangan Human
H
Development Index (HDI)Indonesia
Indonesia 1980-2013
1980
Faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu negara adalah pengeluaran pemerintah.Menurut
pemerintah.Menurut Keynes peningkatan
pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan pendapatan nasional ((Mankiw,
(
2009: 273). Adapun Adam Smith membatasi peran pemerintah
pemerintah dalam
perekonomian dan berkeyakinan bahwa pasar yang akan menciptakan
keseimbangan dalam perekonomian (Kuncoro, 2010: 260). Hasil temuan empiris
dari beberapa penelitian yang menguji pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi menunjukkan
me
hasil yang berbeda.Penelitian
Penelitian yang
dilakukan Alexiou (2009), Patricia dan Izuchukwu (2013), dan Sabir et al. (2015)
5
menyebutkan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Gisore et al.. (2014) menyebutkan
bahwa pengeluaran pengeluaran pemerintah terutama di bidang pendidikan dan
pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan.
Dalam konteks daerah di Indonesia, pada periode 2006-2014
2014 pengeluaran
pemerintah daerah (Pemda) terus mengalami peningkatan.Tahun
ahun 2006 nilai
belanja pemerintah daerah baik provinsi
pro
maupun kabupaten/kota mencapai 251,84
triliun rupiah kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 442,48 triliun rupiah,
dan pada tahun 20144 nilai belanja pemerintah daerah meningkat 2,4 kali lipat
dibandingkan pada tahun 2006 sehingga mencapai 855,99 triliun rupiah.
855.99
900
800
717
717.06
700
618.9
600
518.45
500
400
300
251.84
54
317.54
366.83
405.43
442.48
200
100
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS RI,2015
,2015 (diolah)
Gambar 1.3 Perkembangan Nilai Belanja Pemerintah Daerah di Indonesia 2006-2014
2006
(dalam triliun rupiah)
Melihat fakta bahwa data IPK dan IPM Indonesia, serta pengeluaran
pemerintah daerah di Indonesia mengalami peningkatan,
peningkatan namun pertumbuhan
ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan cenderung mengalami
penurunan, makapenul
penulis
is tertarik untuk meneliti pengaruh korupsi,
korupsi pembangunan
6
manusia, dan pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.Penelitian tersebut dilakukandengan mengambil judul “Pengaruh
Korupsi, Pembangunan Manusia, dan Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia”.
1.2 Keaslian Penelitian
Berbeda
dengan
penelitian
yang
dilakukan
di
beberapa
negara
lainnya,penelitian ini berfokus untuk mengetahui bagaimana pengaruh korupsi,
pembangunan
manusia,
dan
pengeluaran
pemerintah
daerah
terhadap
pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia. Selain itu, penelitian ini
menggunakan data panel dari 35kota besar yang ada di Indonesia pada tahun 2008
dan tahun 2010.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu adanya fakta bahwa nilai IPK
Indonesia, HDI, dan pengeluaran pemerintah daerah setiap tahun cenderung
menunjukkan peningkatan. Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami fluktuatif bahkan beberapa tahun terakhir justru mengalami
perlambatan.Selain itu, beberapa penelitian empiris sebelumnya dan berbagai teori
ekonomi menunjukkan bahwa tingkat korupsi, pembangunan manusia, dan
pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
pertumbuhan ekonomi.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah sebagai berikut.
7
1. Berapa besar pengaruh Indeks Persepsi Korupsi (IPK) terhadap PDRB per
kapita di 35 kota besar di Indonesia?
2. Berapa besar pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap PDRB
per kapita di 35 kota besar di Indonesia?
3. Berapa besar pengaruh belanja pemerintah daerahterhadap PDRB per kapita di
35 kota besar di Indonesia?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. pengaruh Indeks Persepsi Korupsi (IPK) terhadap PDRB per kapita di 35
kota besar di Indonesia;
2. pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap PDRB per kapita di
35 kota besar di Indonesia;
3. pengaruhbelanja pemerintah daerah terhadap PDRB per kapita di 35 kota
besar di Indonesia.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya sebagai
berikut.
1.
Bagi Pemerintah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam hal penyusunan
kebijakan terkait pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan pengeluaran pemerintah daerah di masa yang akan datang.
8
2.
Bagi Dunia Pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan referensi serta data tambahan bagi
peneliti-peneliti lainnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas 5 bab yang kemudian
dirinci ke dalam beberapa subbab. Bab I Pendahuluan yang terbagi ke dalam
beberapa subbab yaitu latar belakang dilakukannya penelitian, keaslian penelitian,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori yang terbagi ke dalam beberapa
subbab yaitu teori yang melandasi penelitian, penelitian terdahulu, model
penelitian, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari beberapa subbab yaitu desain
penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis
data. Bab IV Analisis yang terbagi ke dalam beberapa subbab berupa deskripsi
data, uji instrumen, uji hipotesis dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran
terbagi ke dalam beberapa subbab yaitu simpulan, implikasi, keterbatasan, dan
saran.
9
Download