BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagaimana caranya agar organisasi diterima dengan baik? Bagaimana caranya agar organisasi menjalankan kegiatan bisnisnya dan meminimalisasi dampak negatif disaat yang bersamaan? bahkan mampu memberikan kontribusi positif bagi publiknya?. Menjawab pertanyaan ini tentu tidaklah mudah, karena kondisi organisasi yang berbeda, namun tampaknya bagaimana organisasi tersebut melakukan aktivitas management relationship dapat menjadi dasar dari jawaban dari pertanyaan diatas. Manajemen relasi adalah inti dari Public Relations yang mendasari aktivitas komunikasi organisasi dengan publiknya. Manajemen relasi menjembatani 2 kepentingan, yaitu kepentingan organisasi dan juga kepentingan publiknya. Menurut James Grunig dan Larissa Grunig (2002), lingkungan terdiri dari berbagai komponen sosial politik yang membentuk kelompok publik. Publik terserbut mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Di sisi lain, publik juga mempunyai harapan agar organisasi dapat membantu meraih tujuan mereka. Aktivitas organisasi memiliki 2 implikasi bagi lingkungannya: sebagai pemecah masalah (problem solver) dan pencipta masalah (problem creator). Kenyataan ini menunjukkan bahwa organisasi merupakan entitas yang selalu bergantung kepada lingkungannya. Mau tidak mau, organisasi harus 1 2 menjalin hubungan dengan publiknya dalam upaya merumuskan tujuan dan membuat rencana tindakan. Karenanya, public relations harus mempunyai informasi yang cukup tentang perilaku publiknya.1 Organisasi dan publik haruslah sama-sama merasa diuntungkan akan kehadiran masing – masing pihak dan harus terciptanya situasi yang relatif seimbang. Disinilah peran penting dalam menerapkan faktor etis dalam menjalin relasi publik dibutuhkan. Dalam proses relasi tersebutlah terdapat adanya pertukaran persepsi, atribut, dan identitas yang berbeda, dan antara organisasi dan publik dimungkinkan saling mempengaruhi. Proses pertukaran ini tetap diimbangi semangat empati, kesepahaman, dan berusaha saling menguntungkan. 2 Reputasi sebuah perusahaan ditentukan oleh citra yang baik, dan citra suatu organisasi merupakan asset, karena citra mempunyai suatu dampak pada persepsi konsumen dari komunikasi dan organisasi dalam berbagai hal. Saat ini, semakin besar organisasi yang sudah memahami pentingnya membangun citra, karena citra yang positif akan menguntungkan oganisasi itu sendiri. citra perusahaan / organisasi adalah nilai – nilai kepercayaan yang diberikan, diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi serta terjadinya proses akumulasi dari amanat kepercayaan yang diberikan oleh individu – individu yang mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini/pendapat 1 Rachmat Kriyantono, Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal, Aplikasi Penelitian dan Praktik, 2014. Hal 107 2 Ibid. Hal 277 3 publik yang lebih luas. Pada akhirnya, reputasi atau persepsi yang baik adalah merupakan tujuan dari aktivitas manajemen relasi organisasi. Cara mengkomunikasikan masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing maka dari itu suatu organisasi haruslah membuat komunikasi dengan media yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi tersebut. Karena media korporasi atau organisasi dapat membantu pihak manajemen korporasi atau pengurus organisasi untuk menanamkan, memelihara, dan memperkenalkan perubahan yang berkaitan dengan budaya korporasi atau organisasi. Public Relations turut andil dalam menciptakan komunikasi yang baik dan penciptaan citra positif. Public Relations dapat melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan menjaga atau meningkatkan citra positif dimata stakeholder antara lain dengan mengadakan suatu kegiatan yang menunjukkan tanggung jawab korporat. Citra perusahaan / organisasi yang positif pada akhirnya akan membawa kesuksesan bagi organisasi yang sifatnya berkelanjutan dan jangka panjang. Public Relations disini berperan sebagai mata, telinga, dan tangan kanan organisasi dalm menjaga dan menjalankan komunikasi positif antara organisasi dengan stakeholdernya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur dengan salah satunya tingkat kepuasan stakeholder atau khalayak menjadi indikator tersebut. Apabila perusahaan gagal melakukan ini, umumnya akan mengalami kehilangan kepercayaan dari konsumen, pemerintah, komunitas, karyawan dan unsur – unsur 4 stakeholder lainnya. Para pelaku industri dan bisnis, memiliki kewajiban yang sama besarnya dalam melaksanakan kegiatan bisnis yang sehat dan menempatkan perhatian yang besar terhadap kelangsungan hidup lingkungannya. Suatu perusahaan akan mampu menjalankan bisnisnya dengan baik apabila memiliki tingkat hubungan yang tinggi utamanya dengan masyarakat disekitarnya. Hubungan yang baik dapat tercapai antara lain dilihat dengan sukses atau tidaknya manajemen relasi (relationship management) organisasi dengan stakeholdernya. Komunikasi yang dibina haruslah jujur dan demi kepentingan bersama (mutualisme). Komunikasi yang dibina haruslah bersifat jangka panjang. Edward Freeman pada 1984, berpendapat bahwa hanya dengan melaksanakan tanggung jawab sosialnya, organisasi dimungkinkan memperoleh keuntungan. Teori stakeholder yang dikembangkan oleh Edward Freeman pada 1984 memberikan pemahaman untuk memahami bagaimana individu, kelompok, dan organisasi eksternal memengaruhi aktivitas organisasi tempat dia bekerja. Teori ini memjelaskan proses membangun relasi yang dilakukan organisasi dengan para aktor di sekitar yang terkait dengan operasional sehari-hari. Teori ini dimaksudkan menawarkan pendekatan pragmatis untuk mendorong organisasi memahami stakeholder-nya agar dapat mencapai kondisi terbaik (superior performance).3 Banyak cara untuk mengimplementasikan manajemen relasi dengan publik organaisasi, salah satunya dengan melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar perusahaan misalnya 3 Rachmat Kriyantono, Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal, Aplikasi Penelitian & Praktik, 2014, Hal 57 5 dalam bidang pendidikan, lingkungan, dan lain- lain. Kegiatan – kegiatan tersebut dikenal luas sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan CSR sendiri dipahami sebagai cara bagi suatu perusahaan dalam mencapai keseimbangan antara kegiatan ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dapat memenuhi harapan shareholder dan stakeholder perusahaan. Kegiatan – kegiatan CSR biasanya bertujuan untuk melakukan pengembangan (development) di masyarakat utamanya masyarakat disekitar perusahaan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan memahami pentingnya kegiatan CSR, Perusahaan semakin mamaknai peran perusahaan terhadap masyarakat amatlah besar. Perusahaan semakin peka dan peduli dengan keadaan masyarakat. Kegiatan CSR pun telah menjadi aspek yang cukup penting dalam kegiatan bisnis. Terlebih setelah dikuatkan oleh : 1. Undang – Undang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 (pasal 74) yang berisi: Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber dayaalam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran. Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut 6 mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Undang - Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15, 17 dan 34) berisi : a. Pasal 15 : Setiap penanam modal berkewajiban: menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan. b. Pasal 17 : Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Pasal 34 (1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:peringatan tertulis; pembatasan kegiatan usaha; pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 7 (3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Tidak jarang suatu perusahaan melakukan keputusan bisnis, kerjasama bisnis, investasi bisnis dengan mempertimbangkan kebijakan CSR yang digunakan dalam satu perusahaan. Seringkali kebijakan CSR mampu menjadi benang merah akan visi dan misi perusahaan yang bisa menjadi dasar terciptanya kerjasama. CSR dalam pengertian umum yaitu merupakan komitmen yang berkesinambungan dari suatu perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnisnya secara etis dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya guna berkontribusi dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Di dalam pengertian umum ini, kegiatan bisnis yang dilakukan atau keputusan – keputusan bisnis yang diambil suatu perusahaan, tidak dapat dilihat hanya dari segi keuntungannya saja, namun juga konsekuensi serta dampak apa yang akan timbul dari adanya keputusan- keputusan tersebut terhadap kehidupan sosial atau lingkungan CSR di Indonesia sendiri lebih mengarah pada peningkatan / pertumbuhan ekonomi rakyat kecil dan pengembangan sumber daya manusia dengan perbaikan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan. Kegiatan CSR harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan diantaranya dinamika yang ada pada masyarakat, sehingga apa yang menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat dapat diberikan dengan tepat sasaran dan manfaatnya dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat. Harus dipahami betul dan di teliti lebih 8 dalam stakeholder mana yang benar – benar perlu mendapatkan perhatian perusahaan. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci dalam kegiatan CSR, karena dengan mengembangkan keterampilan serta kemampuan masyarakat, dapat memberikan bekal bagi masyarakat agar mereka maju dan mampu mempertahankan kesinambungan dari perbaikan taraf hidup yang diupayakan melalui CSR. Sebelum melakukan kegiatan CSR, ada baiknya suatu perusahaan melakukan riset terlebih dahulu mengenai kesejahteraan masyarakat, potensi yang ada di masyarakat, hasil apa yang menjadi tujuan kegiatan CSR perusahaan. kegiatan CSR saat ini pun digunakan (apabila secara tidak langsung) guna meningkatkan citra perusahaan di mata khalayaknya. Keuntungan lainnya dari kegiatan CSR dalam jangka panjang diantaranya: meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi biaya operasional, meningkatkan brand image, meningkatkan reputasi perusahaan, serta meningkatkan loyalitas pelanggan. Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk mengetahui aktivitas manajemen relasi Public Relations melalui kegiatan Corporate Social Responsibility, yang dilakukan oleh tim humas HSBC Indonesia. Alasan mengapa penelitian dilakukan di HSBC Indonesia adalah karena HSBC Indonesia merupakan perusahaan yang cukup besar dan memiliki aktivitas manajemen relasi yang bermanfaat untuk diperhatikan dalam rangka aktivitas CSR yang dilakukan serta perusahaan ini memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap lingkungan / stakeholdernya melalui kegiatan CSR guna untuk mewujudkan kepedulian terhadap masalah sosial, juga demi peningkatan citra positif terhadap perusahaan 9 yang diyakini hal ini bersifat jangka panjang dan demi menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Menurut kajian Samuel dan Saari (2012-3), ada 3 perspektif terhadap tanggung jawab sosial korporat, yaitu: 1. Kapital reputasi, yang memandang penting reputasi untuk memperoleh dan mempertahankan pasar. Dengan demikian, tanggung jawab sosial pada dasarnya dipandang sebagai salah satu strategi bisnis yang bertujuan untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan dengan menjaga kepercayaan para stakeholder 2. Ekososial, yang memandang bahwa stabilitas dan keberlanjutan pasar dalam jangka panjang. Dengan demikian, tanggung jawab sosial pada dasarnya dipandang sebagai sebuah nilai dan strategi bisnis untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Disebut nilai lantaran pandangan ini menekankan pada kenyataan bahwa bisnis dan pasar pada hakekatnya dimaksudkan untuk kesejahteraan masyarakat. Disebut strategi lantaran karena degan cara pandang seperti itu dapat membantu mengurangi ketegangan sosial dan membantu memfasilitasi pasar. 3. Hal – hak pihak lain, yang memandang bahwa konsumen, para pekerja, komunitas yang terpengaruh kegiatan bisnisnya dan pemegang saham memiliki hak untuk mengetahui tentang korporat dan bisnisnya. Memang benar,korporat adalah institusi bisnis namun kemudian berkembang menjadi institusi public yang kelangsungan hidupnya bergantung pada kesediaan konsumen membeli produk dan pemegang saham menanamkan uangnya. 10 Pandangan ini menekankan pada akuntabilitas, transparansi, serta investasi sosial dan lingkungan. Pandangan inilah yang sesungguhnya membentuk konsep dan praktik tanggung jawab sosial korporat. Fokus pada penelitian ini adalah proses manajemen untuk membangun relasi – mulai dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi, menurut teori relationship management harus berdasarkan beberapa prinsip dasar berikut ini: 1. Fokus utama public relations yaitu membangun relasi 2. Relasi yang berhasil bila didasarkan upaya meraih keuntungan bagi kedua pihak (organisasi dan publik) 3. Organization-public relationship bersifat dinamis sehingga selalu berubah setiap saat. 4. Relasi didorong oleh kebutuhan dan keinginan dari organisasi dan publik. Kualitas relasi tergantung pada persepsi terhadap tingkatan sejauh mana harapan dapat dipenuhi. 5. Manajemen OPR yang efektif akan meningkatkan pemahaman dan keuntungan bagi organisasi dan publik. 6. Keberhasilan OPR diukur berdasarkan kualitas relasi, bukan produksi dan penyebaran pesan. 7. Komunikasi yaitu alat strategi menajemen relasi, tetapi komunikasi tidak dapat menjaga relasi jangka panjang tanpa diiringi perilaku organisasi 8. OPR dipengaruhi oleh sejarah relasi, sifat interaksi, frekuensi pertukaran, dan resiprositas (saling timbale balik). 9. OPR dapat dikategorisasikan kedalam beberapa jenis, yaitu : 11 Relasi personal (interaksi personal antara perwakilan organisasi dan anggota publik) Relasi professional (interaksi yang terjadi karena alasan – alasan keprofesionalan) Relasi komunitas (relasi yang didasarkan persepsi bahwa organisasi mendukung kepentingan komunitas; baik bersifat simbolik (communication driven) maupun perilaku (program driven) 10. Penciptaan relasi dapat terjadi dalam berbagai aspek kajian dan praktik public relations. Pada akhirnya, teori relationship management ini dapat diterapkan dengan melalui suatu model, yaitu SMARTS , yaitu Scan (analisis atau memonitor lingkungan); Map (perencanaan atau mendesain tujuan); Act (memproduksi atau melakukan inisiatif dan mengujinya); Rollout (implementasi atau membuat program); Track (mengevaluasi keberhasilan inisiatif); dan Steward (menyesuaikan atau memonitor dan menjaga kualitas relasi). 4 Selain itu juga meneliti kualitas manajemen relasi yang dilakukan public relations. Metode yang paling banyak digunakan yaitu metode yang ditawarkan oleh Hon & Grunig, dimana berisi empat dimensi, yaitu : 1. Kepercayaan (trust): sejauh mana individu dapat bersikap terbuka dan jujur kepada individu lainnya, berdasarkan 3 dimensi (integritas, reliability atau kesesuaian dengan apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan, dan 4 Ledingham, 2005:742 – 743, (dalam Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal, Rachmat Kriyantono, 2014:278) 12 kompetensi atau focus apakah kedua pihak memiliki kemampuan melakukan apa yang dikatakan). 2. Komitmen (commitment) : tingkat dedikasi kepada organisasi 3. Kepuasan (satisfaction) : apakah kedua pihak yang terlibat relasi memiliki perasaan positif tentang pihak lainnya. 4. Kontrol Bersama (control mutuality) : keseimbangan kekuatan, mengevaluasi kekuatan untuk mengontrol relasi dimana biasanya kekuatan ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku Apa yang menjadikan topik management relationship dan implementasinya di HSBC Indonesia menarik untuk dikaji? Melalui tahap perolehan data pada awal penelitian di HSBC Indonesia, diketahui bahwa program PR sejatinya ada karena adanya kebutuhan dari dua kepentingan yaitu kepentingan organisasi dan publik, sehingga tidak mungkin hal tersebut berjalan tanpa adanya pertukaran komunikasi antara 2 kepentingan tersebut. Ada keseimbangan relasi yang berusaha dicapai, berusaha dipenuhi oleh organisasi. Banyak cara yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka memupuk rasa kebersamaan, saling memiliki, saling timbul pengertian, dan toleransi. Organisasi menginginkan adanya pemahaman positif terhadap organisasi, menjalankan bisnis dengan baik tanpa meninggalkan tanggung jawab sosial yang juga merupakan kewajiban yang telah ditetapkan. Manajemen relasi esensinya adalah menstimulasi publiknya untuk bersama – sama menciptakan situasi/kondisi yang saling menguntungkan. Manajemen relasi seperti apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh organisasi? yaitu relasi positif yang seimbang antara relasi dengan 13 stakeholder internal maupun eksternal. Hal ini tidak mudah dan tidak dapat dilakukan oleh semua organisasi karena berbagai hambatan didalam upaya mengimplementasikannya. Komunikasi yang dibangun oleh Public Relations HSBC Indonesia sifatnya sederhana, terstruktur, sesuai dengan kondisi organisasi, komunikasi yang dibangun juga sifatnya seimbang antara komunikasi relasi dengan internal dan komunikasi relasi dengan eksternal. Komunikasi atau manajemen relasi internal (dimana menggunakan media komunikasi internal yang efektif dan interaktif) memberikan ruang sebesar-besarnya bagi staff untuk berperan serta aktif dan memberikan kontribusi – menegaskan bahwa program CSR tidak hanya baik bagi masyarakat, namun juga merupakan kegiatan yang menyenangkan dan memberi inspirasi, komunikasi dilakukan secara intensif. Serta komunikasi eksternal (dimana manajemen melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak stakeholder – yayasan, lembaga non profit, pemerintah, komunitas, dan lain sebagainya untuk mendiskusikan tentang program yang akan atau sedang dijalankan, sehingga makin banyak pihak yang ingin terlibat dan agar munculnya ide – ide baru tentang program yang belum pernah diselenggarakan dan mungkin dapat direalisasikan). Tidak mudah untuk melakukan hal tersebut karena dibutuhkan komitmen kuat dari organisasi. Implementasi keseimbangan dalam relasi internal dan eksternal inilah yang menjadikan Penulis tertarik untuk mengangkat topik management relationship sebagai topik skripsi. 14 Implementasi manajemen relasi dalam pengelolaan program CSR tentu menarik, karena CSR adalah merupakan perwujudan program public relations yang menjembatani kepentingan organisasi dan kepentingan publik itu sendiri. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih dalam lagi mengenai aktivitas Public Relations yang dilakukan oleh HSBC Indonesia dalam mengelola CSR Perusahaan sehingga menetapkan judul penelitian : “AKTIVITAS MANAGEMENT RELATIONSHIP PUBLIC RELATIONS HSBC INDONESIA DALAM MENGELOLA CSR ORGANISASI” Dan rumusan masalah berdasarkan judul tersebut diatas adalah “Bagaimana aktivitas management relationship Public Relations HSBC Indonesia dalam mengelola CSR Organisasi?” 15 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang diangkat penulis antara lain: a. Untuk mengetahui aktivitas manajemen relationsip Public Relations dalam mengelola CSR HSBC Indonesia. b. Untuk mengetahui sejauh mana tahapan pengelolaan management relationships (metode SMART) diterapkan dalam mengelola CSR Perusahaan 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan akademis Kegunaan akademis sebagai hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan disiplin ilmu komunikasi khususnya di bidang Public Relations dan menambah pemahaman mengenai pentingnya manajemen relasi dalam Public Relations sebagai bagian dari proses kerja Public Relations dalam membangun citra perusahaan/organisasi serta menjadi bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan praktis Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen HSBC Indonesia sebagai bahan masukan dalam melakukan evaluasi kegiatan serta menyusun kebijaksanaan untuk membangun dan mempertahankan citra organisasi.