Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan

advertisement
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan i
ii
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan iii
iv
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BASIS AKRUAL DENGAN ENTRI BERPASANGAN
Dilampiri dengan Lampiran I PP 71 Tahun 2010
Penulis : A.B. Tri Harta
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2013
Hak Cipta  2013 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Ruko Jambusari No. 7A
Yogyakarta 55283
Telp.
: 0274-889836; 0274-889398
Fax.
: 0274-889057
E-mail : [email protected]
Tri Harta, A.B.
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BASIS AKRUAL DENGAN ENTRI BERPASANGAN; Dilampiri
dengan Lampiran I PP 71 Tahun 2010/A.B. Tri Harta
-Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013
x + 276 hlm, 1 Jil.: 26 cm.
ISBN:
978-602-262-036-5
1. Akuntansi
2. Pemerintahan
I. Judul
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan v
KATA PENGANTAR
W
alau Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010, khusunya lampiran I tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual, telah ditetapkan sejak 22 Oktober tahun 2010, namun belum juga terdapat banyak publikasian
tentang bagaimana mengimplementasikan akuntansi akrual pada entitas pemerintahan.
Penyebab kurangnya publikasian dalam pelaksanaan akuntansi pemerintahan berbasis akrual barangkali karena
alasan atau fakta berikut:
1. Hanya sedikit atau belum banyak akuntan akademisi atau praktisi yang berkecimpung di bidang akuntansi
keuangan pemerintahan;
2. Standar akuntansi keuangan pemerintah berbasis akrual baru dikembangkan secara internasional mulai tahun
2000-an dengan dilahirkannya IPSAS (International Public Sector Accounting Standards) pada tahun 2004;
3. Adanya kendali anggaran dalam transaksi keuangan pemerintah yang pada kebanyakan entitas diakuntansikan
dengan basis kas. Transaksi keuangan yang dikendalikan oleh anggaran akan berkonsekuensi bahwa proses
akuntansi – yang dalam istilah akuntansi disebut dengan istilah “sistem akuntansi” – mencakup transaksi
akuntansi anggaran dan akuntansi finansial;
4. Adanya gerakan untuk memperbarui manajemen publik dengan penganggaran berbasis kinerja, di mana akuntansi
finansial berbasis akrual dijadikan landasan untuk mengukur/mengevaluasi kinerja entitas publik dalam ukuran
uang – yang di kalangan pemerintahan disebut dengan istilah kinerja keuangan.
Kelangkaan akuntan di sektor pemerintahan sedikit demi sedikit nampaknya mulai teratasi setelah gaji dan
remunerasi pegawai negeri membaik, sehingga banyak sarjana akuntansi dengan predikat lulus baik melamar menjadi
pegawai negeri. Namun demikian masih dibutuhkan waktu penyesuaian agar mereka dapat menduduki jabatan yang
menentukan di bidang akuntansi keuangan pemerintah.
Standar akuntansi pemerintahan internasional telah bekembang begitu jauh dan arahnya seperti menuju konvergensi
dengan akuntansi komersial. Semakin jauh dan tingginya standar akuntansi yang diminta, akan menyebabkan semakin
sulitnya mencapai kualifikasi tertinggi dalam pelaporan keuangan. Untuk laporan keuangan yang sama apabila dinilai
dengan standar minimal sudah mendapatkan kualifikasi WTP, bisa jadi mendapatkan kualifikasi WDP apabila dinilasi
dengan standar yang lebih tinggi. Tentu saja hal ini akan tidak disukai dari sudut pandang penilaian secara politis.
Dengan melaksanakan akuntansi pemerintahan yang terpusat pada realisasi anggaran yang berbasis kas, atau
modifikasinya kas menuju akrual, banyak entitas pemerintahan telah diberi kualifikasi WTP oleh institusi pemeriksa.
Entitas pemerintahan itu ada atau banyak yang merasa khawatir untuk melaksanakan akuntansi berbasis akrual yang
vi
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan
standarnya lebih tinggi dari basis kas, karena akan lebih banyak mengkonsumsi sumber daya berkualitas sedangkan
hasil akhirnya belum tentu mendapat kualifikasi opini WTP.
Gerakan memperbaiki manajemen publik dengan penganggaran berbasis kinerja sampai saat ini di negara kita
esensinya masih berupa wacana dalam arti praktik penganggaran yang berlaku masih berbasis klasifikasi ekonomi
atau yang disebut anggaran berbasis line items. Banyak kalangan pemerintahan sendiri yang berasumsi bahwa
hanya setelah anggaran berbasis kinerja diterapkan secara penuh maka akuntansi berbasis akrual perlu dilaksanakan,
seperti halnya mempertanyakan mana yang harus ada terlebih dahulu: ayam atau telor. Hal ini antara lain yang juga
menyebabkan tertundanya akuntansi pemerintahan berbasis akrual dari yang semula ditetapkan oleh Undang-undang
Keuangan Negara berlaku mulai tahun anggaran 2008 ternyata dalam PP 71 tahun 2010 diberikan kelonggaran untuk
dilaksanakan paling lambat pada tahun anggaran 2015.
Walau terdapat keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, penulis menyajikan dalam buku ini salah satu sistem
akuntansi yang dapat diterapkan guna melaksanakan akuntansi keuangan pemerintah dengan basis akrual, baik di
lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Kritik dan saran, khususnya yang membangun, sangat diharapkan dari akuntan akademisi maupun praktisi agar
kualitas pelaporan keuangan pemerintah Indonesia semakin meningkat menjuju standar internasional.
A.B. Triharta
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
BAB I
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BASIS AKRUAL DENGAN ENTRI BERPASANGAN
1. Pengantar
2. Inventarisasi Saldo Awal
3. Anggaran, Transaksi Anggaran, dan Transaksi Finansial
4. Pembukuan dan Penyusunan Laporan Anggaran
5. Pembukuan dan Penyusunan Laporan Finansial
6. Rekonsiliasi Saldo Kas dengan Saldo Anggaran Lebih 1
1
2
3
6
10
17
BAB II SISTEM AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
1. Pengantar
2. Tata Hubungan Entitas BUN/D dengan Entitas Subordinat dan Penyusunan Neraca BUN/D
3. Akuntansi Dokumen Anggaran untuk Tahun Anggaran Pertama Kali Entitas Bermigrasi dari CTA
ke Basis Akrual, dan Selanjutnya pada Setiap Awal Tahun Anggaran
4. Transaksi Selanjutnya sebagai Pelaksanaan Tahun Anggaran 20XY pada Masing-masing Entitas
21
21
22
BAB III KEGUNAAN LAPORAN OPERASIONAL BAGI ENTITAS PEMERINTAHAN
1. Laporan Operasional Entitas Pelaporan Konsolidasian
2. Laporan Operasional pada Entitas Subordinat
3. Pengorganisasian Entitas yang Menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja
4. Target Pendapatan Tidak Tercapai dan Pengurangan Anggaran Belanja
77
77
78
81
81
LAMPIRAN
83
27
38
DAFTAR PUSTAKA
273
TENTANG PENULIS
275
viii
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I.01 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
83
Lampiran I.02 PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
101
Lampiran I.03 PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
129
Lampiran I.04 PSAP 03 Laporan Arus Kas
153
Lampiran I.05 PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan
177
Lampiran I.06 PSAP 05 Akuntansi Persediaan
189
Lampiran I.07 PSAP 06 Akuntansi Investasi 195
Lampiran I.08 PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
203
Lampiran I.08 PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
215
Lampiran I.09 PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
223
Lampiran I.10 PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, Dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
237
Lampiran I.11 PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
245
Lampiran I.12 PSAP 12 Laporan Operasional
251
x
Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan
Download