pengaruh terapi jus belimbing manis - E

advertisement
PENGARUH TERAPI JUS BELIMBING MANIS (AVERHOA
CARAMBOLA LINN) TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA
DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS CITEUREUP KOTA CIMAHI
Argi Virgona Bangun*, Lathifah Nur Ahmad**
PENDAHULUAN
Hipertensi didefinisikan oleh the
seventh of the joint national committee on
prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure (JNC
seven) sebagai tekanan darah yang lebih
tinggi
dari
140/90
mmHg
dan
diklasifikasikan
sesuai
derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah normal tinggi sampai
hipertensi maligna (Sudoyo,2006). World
Health Organization (WHO, 2004),
memperkirakan sekitar 30% penduduk
dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini
disebabkan tidak adanya gejala yang pasti
bagi penderita hipertensi. Kalaupun ada
gejala seperti sakit kepala, tengkuk nyeri,
dan lain-lain, itu tidak pasti menunjukkan
penderitanya terkena hipertensi.
Perubahan sistem kardiovaskular
pada lansia meliputi massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi, dan kemampuan perenggangan
jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada
tingkat maksimal berkurang sehingga
kapasitas paru menurun dan elastisitas
dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompakan darah menurun 1%
setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal
ini menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Mengakibatkan tekanan darah meningkat,
tekanan darah tinggi apabila tidak
dikendalikan
dengan
baik
akan
menimbulkan kerusakan pada target organ
khususnya pada otak, jantung, ginjal, mata
dan pembuluh darah perifer. Komplikasi
pada target organ ini dapat menimbulkan
kerusakan dan kecacatan permanen
sehingga mengganggu kesehatan dan
menurunkan
produktifitas
kerja
penderitanya (JNC 7,2003).
Terapi herbal banyak digunakan
oleh masyarakat dalam menangani
penyakit hipertensi dikarenakan memiliki
efek samping yang sedikit (Sustrani,2007).
Karena itu masyarakat lebih memilih
untuk terapi non-farmakologis karena di
samping untuk biayanya murah dan mudah
untuk di dapatkan pula terapi-terapinya
dan efek yang di timbulkan relative sedikit
di bandingkan dengan terpi farmakologis
dengan obat kimianya.
Belimbing
manis
yang
mengandung flavonoid bisa digunakan
untuk terapi tekanan darah tinggi, karena
flavonoid dapat menghambat enzim
pengubah angiotensin. Selain itu juga
mengandung kadar kalium yang tinggi,
serta natrium yang rendah sebagai obat
hipertensi. Belimbing manis juga dapat
menurunkan kadar kolesterol jahat dalam
tubuh, melancarkan proses pencernaan
karena belimbing memiliki kandungan
serat yang baik. Kandungan nutrisi lain
yang terdapat pada buah bintang ini adalah
79
protein, karbohidrat, mineral, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin A, B1 dan C
(Hernani, 2009). Pada dasarnya buah
belimbing mengandung kadar kalium yang
tinggi serta natrium yang rendah sebagai
obat anti hipertensi. Kandungan kalium
(potassium) dalam 1 buah belimbing (127
gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini
menunjukkan bahwa kalium dalam buah
belimbing mempunyai jumlah yang paling
banyak dari jumlah mineral yang ada
dalam kandungan 1 buah belimbing
(Afrianti, 2010).
Setelah
dilakukan
studi
pendahuluan pada 15 orang lansia yang
berkunjung ke Puskesmas Citeureup
Cimahi diketahui bahwa terapi yang sering
dilakukan oleh lansia untuk mengontrol
penyakit hipetensi dengan mengkonsumsi
obat, diet rendah kalori dan melakukan
olah raga. Dari hasil wawancara juga dapat
diidentifikasi bahwa mereka umumnya
pernah mendengar manfaat dari buah
belimbing namun belum pernah mencoba
mengkonsumsinya sebagai bagian dari
terapi pengobatan hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh terapi jus
belimbing manis (Averhoa carambola linn)
terhadap tekanan darah lansia dengan
hipertensi.
mengkonsumsi obat antihipertensi, diet
rendah garam, tingkat stress ringansedang. Instrumen yang digunakan yaitu
sphygmomanometer digital, timbangan
digital, dan gelas ukur.
Peneliti melakukan pengumpulan
data diawali dengan mempersiapkan jus
belimbing
manis
yang
merupakan
campuran dari 375gr belimbing manis dan
50cc yang diblender pada pukul 4.30 dan
9.30. Kemudian mengukur TD pra
intervensi 5 menit sebelum responden
mengkonsumsi jus belimbing manis.
Pemberian jus belimbing dilakukan
sebanyak 2x/ hari yaitu pukul 6.30 dan
12.00 selama 3 hari berturut-turut. Pada
hari ke-3 atau konsumsi jus yang ke-6, 5
menit kemudian responden diukur kembali
TD-nya.
Setelah data terkumpul, peneliti
melakukan analisa data. Analisa univariat
untuk menggambarkan tekanan darah
sistol dan diastol pada penderita hipertensi
sebelum mengonsumsi jus belimbing
manis. sedangkan analisa bivariat yang
digunakan adalah uji t-dependen (uji
parametrik) dengan data normal, dengan
batas kemaknaan 5% hal tersebut untuk
membuktikan ada tidaknya pengaruh jus
belimbing terhadap tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Quasy
Eksperiment dengan desain one group pretest and post-test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Citeureup dan memenuhi kriteria inklusi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive samping dengan
jumlah 24 orang responden.
Adapun
kriteria inklusi sampel pada penelitian ini
adalah
usia
diatas
60
tahun,
HASIL PENELITIAN
Hasil analisa univariat adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Distribusi Rerata Tekanan
Darah Responden Sebelum Intervensi
80
Dari hasil analisis didapatkan rerata
tekanan darah sistole responden sebelum
intervensi
adalah
157,25
mmHg.
Sedangkan, rerata tekanan darah diastole
responden sebelum intervensi adalah 92,90
mmHg.
Tabel 2. Distribusi Rerata Tekanan
Darah Reponden Sesudah Intervensi
Berdasarkan tabel 3 diatas,
didapatkan bahwa mean rank tekanan
darah sesudah dan sebelum konsumsi jus
belimbing manis (Averrhoa carambola
linn) pada lansia dengan hipertensi adalah
10.50. Hasil uji statistic didapatkan nilai p
= 0.001 (<α=0.05)ada pengaruh yang
signifikan terhadap tekanan darah sistolik
dan diastolik sebelum dan sesudah
konsumsi jus buah belimbing manis.
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis didapatkan rerata
tekanan darah sistole responden sesudah
intervensi
adalah
142,90
mmHg.
Sedangkan, rerata tekanan diastole
responden sesudah intervensi adalah 82,80
mmHg.
Hasil analisa bivariat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Pengaruh Jus Belimbing
Terhadap Tekanan Darah Responden
Variabel
Tekanan
darah
sistolik
dan
diastolik
sebelum
intervensi
Tekanan
darah
sistolik
dan
diastolik
setelah
intervensi
N
Mean
Rank
20 10.50
Sum
Of
Rank
P
value
210.00
0.001
Berdasarkan hasil penelitian yang
terdapat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
rerata
tekanan
sistole
sebelum
mengkonsumsi jus belimbing manis adalah
kombinasi perasan air seledri dan wortel
adalah 157,25 mmHg dan rerata pada
tekanan diastole sebelum mengkonsumsi
jus belimbing manis adalah 92,90 mmHg.
Tekanan darah responden yang
tinggi ini sesuai dengan populasi
responden yang memang seluruhnya
berumur diatas 60 tahun dan termasuk
kedalam golongan lansia. Pada dasarnya
semakin tua usia seseorang maka
pengaturan metabolisme zat kapur atau
kalsium terganggu sehingga terdapat
endapan kalsium di dinding pembuluh
darah yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya aliran darah
terganggu dan memicu peningkatan
tekanan darah. Pertambahan usia pun
menyebabkan elastisitas dinding arteri
berkurang sehingga dinding arteri menjadi
kaku (Familia, 2010). Menua atau menjadi
tua, yaitu suatu proses menghilangnya
secara
perlahan-lahan
kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Mubarak, 2009).
81
Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Azizah 2011, bahwa adaptasi
perubahan fisiologis yang dapat timbul
dari penuaan adalah dalam sistem
kadiovaskuler dimana terjadi perubahan
seperti hilangnya elastisitas pembuluh
darah sehingga hal ini menyebabkan
jantung bekerja lebih keras dan terjadilah
peningkatan tekanan darah (hipetensi)
(Azizah, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh pada tabel 2 menunjukkan
bahwa rerata tekanan sistole sesudah
mengkonsumsi jus belimbing manis adalah
142,90 mmHg dan rerata tekanan diastole
sesudah mengkonsumsi jus belimbing
manis adalah 82,80 mmHg.
Terjadinya penurunan tekanan
darah pada responden dapat disebabkan
oleh konsumsi obat-obatan seperti obat
kaptropril yang bekerja dengan cara
menghambat pembentukan angiotensin II
yang merupakan vasokonstriktor kuat,
dengan demikian tekanan darah dapat di
turunkan. Disamping itu dengan aktivitas
yang teratur seperti olahraga ringan
dengan berjalan kaki aktivitas sehari-hari
yang dilakukan di rumah, hal ini dapat
mengakibatkan detak jantung menjadi
teratur sehingga aliran darah ke seluruh
tubuh menjadi lancar dan tekanan darah
akan stabil. Konsumsi asupan garam yang
diatur dengan hanya mengkonsumsi
setengah sendok teh per hari dapat
menurunkan
cairan
dalam
tubuh
khususnya dalam pembuluh darah, yang
dapat
menurunkan
tekanan
darah.
Konsumsi jus buah belimbing manis yang
kandungan buah belimbing yang kaya
akan kalium dan rendah natrium yang
berfungsi sebagai diuretik sehingga
pengeluaran natrium cairan meningkat,
maka urine yang diekskresikan keluar
tubuh akan meningkat, sehingga menjadi
encer dengan osmolalitas yang rendah.
Untuk memekatkannya, volume cairan
intraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian ekstraseluler.
Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl
akan dipekatkan dengan cara menurunkan
cairan ekstraseluler yang kemudian akan
menurunkan tekanan darah (Astawan,
2010).
Penurunan
tekanan
darah
responden pada penelitian ini bervariasi.
Rata-rata tekanan darah responden dari
hipertensi derajat I turun menjadi normal.
Tetapi terdapat juga responden yang
tekanan darahnya masih hipertensi derajat
I walaupun sudah mengalami penurunan.
Hal ini terjadi karena tekanan darah
responden sebelum mengonsumi jus buah
belimbing manis berada pada rentang
hipertensi derajat II menjadi hipertensi
derajat I. Selain itu, kondisi responden
yang memang lansia juga dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah
tidak maksimal.
Dari uji wilcoxon pada tabel 3
menunjukan p-value 0.001 (<α=0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh konsumsi jus belimbing manis
terhadap tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.
Penelitian ini menguatkan riset
yang telah dilakukan oleh Putri Indah
(2011) tentang Efektifitas Buah Belimbing
Manis Terhadap Penurunan Tekanan
Darah, didapatkan hasil dari hasil
penelitian telah didapatkan hasil nilai ratarata MAP post test (setelah diberikan
terapi buah belimbing) sebesar 112,78
mmHg. Setelah data terkumpul kemudian
dilakukan uji statistik Paired t Test yang
diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed)
0,000 yang berarti bahwa buah belimbing
efektif untuk penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi
82
Disamping itu hasil penelitian ini
juga memperkuat pendapat Sheps (2005)
yang mengatakan bahwa terapi herbal
merupakan salah satu terapi komplementer
alamiah yang banyak digunakan oleh
masayakat karena mempunyai efek
samping yang sangat sedikit, salah satu
tumbuhan herbal yang dapat menurunkan
tekanan darah belimbing manis.
Kalium yang terkandung dalam
Belimbing manis (Averrhoe carambola
linn) berfungsi sebagai diuretik sehingga
pengeluaran natrium cairan meningkat, hal
tersebut dapat membantu menurunkan
tekanan darah. Kalium juga berguna untuk
menghambat
renin
dalam
sistem
angiotensin dimana angiotensinogen tidak
dapat membentuk angiotensin I. Selain
mengandung kalium, belimbing manis
juga mengandung flavonoid catechin yang
dapat menyebabkan efek antihipertensi.
Flavonoid
menghambat
kerja dari
angiotensin converting enzyme, sehingga
angiotensin I tidak dapat diubah
menjadiangiotensin II dan menyebabkan
berkurangnya efek vasokonstriksidan
sekresi alodesteron untuk reabsorbsi
natrium dan air sehingga tekanan darah
akan turun (Wirakusumah, 2006). Selain
itu juga flavonoid bisa digunakan untuk
terapi tekanan darah tinggi ini karena
flavonoid dapat menghambat enzim
pengubah angiotensin dan memperlancar
aliran darah ke seluruh tubuh.
Belimbing manis mengandung
pektin yang mampu mengikat kolesterol
dan asam empedu yang terdapat dalm usus
dan membantu pengeluarannya. Belimbing
manis juga dapat menurunkan kadar
kolesterol jahat dalam tubuh, melancarkan
proses pencernaan karena belimbing
memiliki kandungan serat yang baik.
Kandungan nutrisi lain yang terdapat pada
buah bintang ini adalah protein,
karbohidrat, mineral, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin A, B1 dan C (Hernani, 2009).
KESIMPULAN
1. Tekanan darah sistolik dan diastolik
sebelum konsumsi jus belimbing
manis pada lansia penderita hipertensi,
sistolik/diastolik
151.50mmHg/93.00mmHg
ini
termasuk hipertensi tipe 1.
2. Tekanan darah sistolik dan diastolik
sesudah konsumsi jus belimbing
manis pada lansia penderita hipertensi,
sistolik/diastolik
142.00mmHg/81.50mmHg
pada
sistolik termasuk hipertensi tipe 1 dan
pada diastolik termasuk prahipertensi.
3. Terdapat pengaruh tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum dan
sesudah mengkonsumsi jus belimbing
manis terhadap tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi, ada
pengaruh yang signifikan p = 0,000.
SARAN
1. Bagi petugas puskesmas, diharapkan
pada saat melakukan penyuluhan yang
terkait hipertensi dapat menyebutkan
bahwa jus buah belimbing efektif
untuk menurunkan tekanan darah
2. Pada penelitian selanjutnya, semoga
dapat menjadi acuan atau data dasar
untuk melakukan penelitian yang
serupa namun disarankan untuk
melakukan intervensi lebih lama lagi
tidak hanya dalam tiga hari, lebih baik
dilakukan dalam dua minggu.
83
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,
Lilik
Ma’
rifatul,
(2011).Keperawatan Lanjut Usia. Edisi
1.Yogyakarta : Graha Ilmu
Braverman.E & Dkk. (2004).Penyakit
Jantung
&
Penyembuhannya
SecaraAlami. Jakarta :PT Bhuana
Ilmu Populer
Dahlan, S. (2013). Besar Sampel dan Cara
Pengambilan
Sampel
dalam
Penelitian
Kedokteran
dan
Kesehatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Dahlan, S. (2009). Statistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika
Dalimartha,
S.(2008).
Atlas
TumbuhanObat Indonesia Jilid 5.Jakarta:
Pustaka Bunda.
Dalimartha, S. (2008). Care your Self
Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Darmojo & Martono. (2004). Beberapa
Aspek Gerontologi dan Pengantar
Geriatri Buku Ajar Geriatri FKUI.
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil
Kesehatan
Indonesia
Tahun
2009.Jakarta
:DepartemenKesehatan RI.
Departemen kesehatan RI.(2013). Pusat
data
dan
informasi.Jakarta:
DepartemenKesehatan RI.
Dinkes Kota Cimahi. (2013). Profil Dinas
Kesehatan Kota Cimahi Tahun
2013. Cimahi: Dinkes Kota
Cimahi.
Direktorat OAI BPOM RI. (2010). Serial
Data Ilmiah Terkini Tanaman Obat
Rosella (Hibiscus sabdiffa L).
Jakarta: Badan POM RI.
Dewi. S & Familia. D, (2010). Hidup
Bahagia
Dengan
Hipertensi.
Yogjakarta: A. Plus.
Efendi,
F.
(2009).Keperawatan
KesehatanKomunitas:
TeoridanPraktikDalamKeperawata
n. Jakarta: SalembaMedika.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut.
Erlangga. Jakarta.
Format
referensi
elektronik
direkomendasikan oleh Ardhiani,
Dwi Siwi. 2009, tersedia :
http://eprints.undip.ac.id, 12 April,
2014.
Format referensi elektronik direkomendasi
oleh Diane L. McKay, C.Y. Oliver
Chen, Edward Saltzman, and
Jeffrey B. Blumberg, (2010),
tersedia
http://jn.nutrition.org/content/140/2
/298.full, 12 April, 2014.
Format
referensi
elektronik
direkomendasikan oleh Gusmira,
Sefni,
(2012),
tersedia
http://journal.ui.ac.id/index.php/hea
lth/article/viewFile/1633/1363, 12
April, 2014
Garnadi.Y. (2012).Hidup Nyaman Dengan
Hipertensi. Jakarta: Argo Media Pustaka
Kozier,
Barbara
et.
al.
(2009).
Fundamentals of nursing, concept,
process, and practice. New Jersey,
U.S.A :Multi Media
Hidayat, (2007). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan
Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans
Info Medika.
Nursalam.(2013).
Konsep
Penerapan
Metodologi Penelitian Umum
Keperawatan. Jakarta: Salemba.s
Palmer, dkk.(2007)Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: Erlangga
Potter, P.A.,Perry,A. G. Potter Perry.
(2005). Fundamentals of Nursing 5th ed.
St.Louis: Mosby.
84
Putra.W.
(2013).BuahAjaibPenangkalPenyakit.Yog
yakarta: Katahati.
Ramayulis, R. (2013). Jus Super
Ajaib.Jakarta : Penebar Plus.
RISKESDAS.(2007).
LaporanHasilRisetKesehatanDasar
ProvinsiJawa
Barat.Jakarta:
DepartemenKesehatan RI.
Ruhyanuddin
,
F.(2007).AsuhanKeperawatanPada
KliendenganGangguanSistenKardi
ovaskular.Malang : UMM.
Sheps, Sheldon g.( 2005). Mayo Clinic
Hipertensi,
MengatasiTekananDarahTinggi.
Jakarta: PT IntisariMediatama.
Setiawan, Zamhir. (2006). Karakteristik
Sosiodemografi Sebagai Faktor
RisikoHipertensi Studi Ekologi Di
.
Pulau Jawa Tahun 2004. Tesis.
FKM UI, Depok:xix + 88 hlm.
Smeltzer,
S.C.
and
Bare,
B.G.
(2002).Buku
Ajar
KeperawatanMedikalBedah.Edisi 8
Vol.2.Jakarta : EGC
Sugiyino, (2009).Metologi Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Triyanto.E.
(2014).
Pelayanan
Keperawatan
Bagi
Penderita
Hipertensi
Secara
Terpadu.
Yogyakarta : GrahaIlmu
Wijoyo.(2012).Ramuan
Herbal
Anti
Hipertensi.Jakarta: Pustaka Agro Indonesia
Wiryowidagdo, Sudjaswadi dan M.
Sitanggang. (2008).Tanaman Obat
untuk Penyakit Jantung Darah
Tinggi dan Kolesterol. Jakarta
Selatan
:Agromedia
85
Download