SM 03-2013-KHUTBAH

advertisement
Khutbah Jum'at
SALING MENGINGATKAN DAN BERDAKWAH
FATHUR RIJAL
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Sebagai khatib saya mengajak
pada diri saya sendiri dan seluruh
jamaah shalat Jum'at untuk selalu
bersyukur kepada Allah SwT, atas
semua nikmat yang sudah
diberikan kepada kita. Karena
dengan nikmat-Nyalah kita semua
dapat menghadiri shalat Jum‘at
pada siang kali ini.
Marilah kita bershalawat
kepada Nabi Muhammad
shallallah alaihi wa sallam,
keluarga, sahabat-sahabat dan
kepada semua pengikutnya.
Mudah-mudahan dengan bacaan
shalawat ini kita termasuk umat
yang kelak mendapat syafa‘at
beliau di hari akhir nanti. Amin ya
rabbal a‘lamin.
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Sebagai umat Nabi Muhammad
shallallah alaihi wa sallam, kita
memiliki kewajiban untuk
menyebarluaskan risalah (pesanpesan) dakwah yang
diwariskannya kepada kita.
Pesan-pesan dakwah tersebut
hendaklah kita sampaikan kepada
diri, keluarga dan lingkungan
masyarakat sekeliling kita.
Islam menjadi angin segar bagi
umat. Islam datang untuk menyamakan kedudukan dan posisi manusia
bagi manusia lainnya. Dalam Islam
tidak dikenal status sosial dan pangkat duniawi, tidak ada kelebihan
sedikit pun bagi warga Arab dengan
warga non-Arab, begitu juga
sebaliknya. Satu hal yang menjadi
pembeda antarmanusia adalah kadar
ketakwaan kepada Allah Yang Maha
Kuasa.
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Oleh sebab itu, karena takwa
menjadi pembeda di antara kita,
maka untuk selalu menjaga
ketakwaan kepada Allah. Langkah
fundamental yang harus kita
lakukan adalah saling
mengingatkan dalam hal kebaikan
atau ketakwaan dan saling
mengingatkan terhadap semua
perbuatan yang di larang-Nya.
Dalam konteks kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa,
budaya saling mengingatkan ini
sangat penting, agar manusia yang
mengaku beriman kepada Allah
Tuhan semesta alam ini sadar dan
patuh, serta selalu berada di jalanNya dan tetap setia pada tuntunan
Sunah Nabi Muhammad shallallah
alaihi wa sallam.
Sebagai umat Islam, kita bisa
bayangkan kalau di Negara
Indonesia yang kita cintai ini,
tidak ada umat atau komunitas
masyarakat yang suka mengajak
kepada kebaikan dan mencegah
perbuatan munkar, bisa dipastikan
negara kita akan hancur dalam
segala aspek.
Jadi, bila tidak ada orang yang
mengingatkan kita, bisa dipastikan
kita akan terjerumus ke dalam
kemaksiatan kepada Allah. Karena
secara Sunatullah manusia itu
adalah pelupa, lupa dengan
perintah-perintah dan laranganNya dan lupa pula dengan sunah
Rasul-Nya. Sehingga diperlukan
orang lain untuk mengingatkan,
supaya kita tidak termasuk orangorang yang merugi.
"Demi waktu Asyar,
sesungguhnya manusia itu dalam
keadaan merugi. Kecuali orangorang yang beriman dan
melakukan amal shalih. dan
mereka yang saling nasehat
menasehati dalam kebenaran dan
saling nasehat-menasehati dalam
kesabaran," (Al-'Ashr 1-3).
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Dakwah identik dengan
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 1 - 15 FEBRUARI 2013
31
Khutbah Jum'at
aktivitas mengajak dan
menyerukan diri, keluarga dan
masyarakat kepada kebaikan dan
petunjuk. Tentu kebaikan yang di
maksud adalah kebaikan yang
mengarah pada kebaikan hidup di
dunia yang berlandaskan tuntunan
dari Allah SwT dan Sunnah
Rasulullah shallallah alaihi wa
sallam demi untuk menggapai
kebaikan di akhirat kelak. Syekh
Ali Mahfudz dalam kitabnya
Hidayah Mursyidin Ila Thuruqil
Na‘zhi wal Khitobah menjelaskan
makna dakwah.
“Mendorong manusia atas
kebaikan dan petunjuk, dan
menyuruh kepada kebaikan, dan
mencegah dari kemunkaran,
untuk mendapatkan kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.’’
Dari pengertian tersebut, jelas
dan teranglah bagi kita, bahwa
tujuan dari dakwah adalah
mendorong semua orang,
khususnya umat Islam, untuk
berbuat kebaikan di dunia sebagai
bekal di akhirat. Saling ingatmengingatkan bagi orang-orang
yang beriman, sangat penting dan
bermanfaat.
shallallah alaihi wa salam, yang
menegaskan tentang pentingnya
berdakwah, seperti firman Allah
SwT:
"Dan hendaklah ada di antara
umat ini, menjadi umat yang
menyeru kepada kebaikan dan
menyuruh kepada yang ma`ruf
dan melarang berbuat munkar
dan merekalah orang-orang yang
beruntung," (Ali Imran: 104).
Marilah kita berdoa dengan
khusyu’, ikhlas dan tawadlu’,
mohon ampunan Allah SwT.•
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Untuk saling mengingatkan
dalam hal kebaikan dan melarang
berbuat kemunkaran tidak harus
menunggu diri kita bergelar
profesor, doktor atau sarjana
dakwah dan lain-lainnya.
Yakinlah, petunjuk-petunjuk
agama yang kita sampaikan
tersebut apabila dilaksanakan oleh
orang yang mendengarkannya
akan dihitung sebagai ‘amal
jariah (amal yang terus mengalir)
pahalanya bagi kita, tanpa
mengurangi pahala orang yang
mengamalkan nasihat tersebut.•
"Dan berilah peringatan,
karena peringatan tersebut
bermanfaat bagi orang-orang
beriman," (Adz-Dzariyat: 55).
Sidang Jamaah Jum'at
Rahimakumullah.
Banyak ayat Al-Qur‘an dan
Hadits Nabi Muhammad
32
KHUTBAH KEDUA
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 20 RABIULAWAL - 4 RABIULAKHIR 1434 H
Fathur Rijal, (PW PM NTB dan
Mahasiswa M.Ikom Sekolah
Pascasarjana UM Jakarta).
Khutbah Jum'at
mencari 'wajah allah' lewat sedekah
DAHLAN RAMLI
Pada umumnya, ketika
seseorang bersedekah atau
berinfak, selalu dikaitkan dengan
keinginan untuk mendapatkan
balasan dari yang menerimanya.
Dalam sebuah riwayat
dikatakan, bahwa ada sekelompok
sahabat Nabi saw yang memiliki
hubungan kekeluargaan dengan
beberapa kelompok Yahudi.
Mereka enggan memberi
bantuan kepada orang-orang yang
belum beragama Islam, dengan
harapan, kesulitan yang mereka
hadapi itu dapat mengantar
mereka untuk mau dan berani
meminta kepada kaum “aghniya”
dari kalangan kaum Muslimin.
Sikap yang demikian ini, tidak
dibenarkan oleh Allah SwT (AlBaqarah [2]: 272).
“Bukanlah kewajibanmu
menjadikan mereka mendapat
petunjuk, akan tetapi Allah-lah
yang memberi petunjuk siapa
yang dikehendaki-Nya.”
Ayat ini diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw sebagai
teguran dan pelurusan atas sikap
memilah-milah orang ketika
bersedekah.
Perbedaan agama dan status
sosial apa pun, jangan dijadikan
sebagai penghalang bersedekah,
berinfak atau memberi bantuan
lainnya. Dalam Hadits lain
diriwayatkan tentang seseorang
yang bersedekah kepada orangorang yang dipandang oleh
umumnya manusia tidak pantas
diberi.
Abu Hurairah ra berkata,
Rasulullah saw bersabda: Ada
seseorang berkata, “Aku hendak
bersedekah malam ini.” Lalu dia
keluar membawa sedekahnya dan
disedekahkannya kepada
perempuan lacur (pezina). Pada
pagi harinya banyak orang
menggunjingkan, bahwa tadi
malam ada pezina yang diberi
sedekah oleh seseorang. Orang
yang bersedekah itu berkata: “Ya
Allah, segala puji bagi-Mu yang
telah menakdirkan sedekahku
jatuh kepada pezina, dan aku akan
bersedekah lagi.”
Dia pergi dengan membawa
sedekahnya, lalu diberikannya
kepada orang-orang kaya. Pada
pagi harinya banyak orang
menggunjingkan lagi, bahwa
semalam ada orang bersedekah
kepada orang kaya (aghniya).
Orang yang bersedekah itu
berkata, “Ya Allah, untukMu-lah
segala puji, karena Engkau telah
manjadikan sedekahku jatuh
kepada orang kaya, dan aku akan
bersedekah lagi.”
Dia pergi lagi dengan
membawa sedekahnya, lain
diberikannya kepada si pencuri
(saariq). Pada pagi harinya
banyak orang menggunjingkan
lagi, bahwa tadi malam ada yang
memberi sedekah kepada pencuri.
Orang yang bersedekeh itu
berkata, “Segala puji bagi Allah
yang telah menakdirkan
sedekahku jatuh kepada para
pelacur, orang-orang kaya, dan
para pencuri.”
Maka, diutuslah Malaikat
untuk menemui orang yang
bersedekah itu, seraya berkata
kepadanya: “Sedekah Anda sudah
diterima oleh masing-masing
orang yang Anda beri sedekah.
Adapun perempuan pezina,
semoga dia berhenti dari
perbuatan zinanya; kepada orang
kaya, semoga dia menyadari
dirinya dan menjadi mau
bersedekah; dan untuk si pencuri,
semoga dia berhenti mencuri.”
(Lafal Hadits ini bagi Muslim).
Dari Hadits tersebut,
mengandung beberapa pelajaran
yang sangat berbarga bagi kaum
beriman, di antaranya adalah
Pertama; pada umumnya
orang-orang berpandangan,
bahwa bersedekah kepada pezina,
orang kaya dan pencuri atau
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 1 - 15 FEBRUARI 2013
33
Khutbah Jum'at
kepada yang berbeda agama (nonMuslim) itu dipandang sebagai
perbuatan jelek yang sia-sia, dan
tidak akan mendapat pahala. Atau
bahkan berdosa. Karena yang
demikian itu terkesan mendukung
perbuatan maksiat (kedurhakaan),
fahsya (kekejian) dan munkar
(pengingkaran).
Kedua, bersedekah itu sangat
erat kaitannya dengan niat dan
motivasi, tujuannya dan doa, serta
keikhlasan, kebersihan, kemurnian
dan kebeningan hati.
Ketiga, niat dan keikhalasan,
adalah sikap atau pekerjaan hati
yang sangat dalam dan sangat
tersembunyi (batin). Siapa pun
tidak akan dapat mengetahui apa
yang terkandung di dalam hati
seseorang. Yang dapat
mengetahuinya hanyalah Allah
SwT, Malaikat dan mungkin
dirinya sendiri.
Keempat, seperti telah kita
maklumi bersama, bahwa
jangankan kita, para Rasul pun
sungguh kesulitan menyadarkan
para pelaku kedurhakaan,
kemaksiyatan dan kemunkaran
itu.
Kelima, segala usaha dan amal
perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang, apabila disertai dengan
niat yang ikhlas, penuh ketulusan
dan hanya mencari dan
mengharap keridlaan Allah SwT
(ibtighaa-a wajhillaah), maka
sungguh akan menumbuhkan
keberkahan dan banyak
manfaatnya.
Ayat dan riwayat di atas
merupakan dasar untuk
menyatakan kebolehan
bersedekah kepada siapa pun
tanpa harus dibatasi oleh sekatsekat pabedaan, termasuk
perbedaan agama.
34
Hampir semua ulama
bersepakat membolehkan berinfak
dan bersedekah, kepada nonMuslim. Tetapi yang berkaitan
dengan zakat maal tidak semua
ulama membolehkan diterima oleh
non-Muslim.
Sebagian ulama bapendapat,
bahwa yang berhak menerima
bagian (mustahiq) zakat maal itu
khusus bagi orang-orang yang
termasuk golongan delapan
“asnaf”, sebagaimana pada ayat
60 surat ke-9 (At-Taubah).
Dengan demikian, janganlah
kita bersedekah selain hanya
mencari keridlaan Allah SwT.
Keridlaan Allah, mengisyaratkan
bahwa Allah SwT Maha
Mencukupi segala kebutuhan
umat-Nya. Termasuk memberi
balasan pahala atas sedekah yang
dilakukan hamba-Nya. Allah SwT
rela memberi pahala yang berlipat
ganda.
Bahkan, surga Adn yang
mengalir di bawahnya sungaisungai. Mereka kekal di
dalamnya, selama-lamanya. Allah
ridla terhadap mereka dan mereka
pun ridla kepada-Nya. Yang
demikian itu, adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada
Tuhannya. Inilah kenikmatan
hakiki, yakni bertemu dengan
“Wajah Allah”.
Marilah kita berdoa dengan
khusyu’, ikhlas dan tawadlu’
sambil istighfar, mohon ampunan
Allah SwT.•
Khutbah Kedua.
SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 20 RABIULAWAL - 4 RABIULAKHIR 1434 H
Dachlan Ramli adalah da'i
Muhammadiyah Jawa Barat.
Download