Khutbah Jum'at SALING MENGINGATKAN DAN BERDAKWAH FATHUR RIJAL Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Sebagai khatib saya mengajak pada diri saya sendiri dan seluruh jamaah shalat Jum'at untuk selalu bersyukur kepada Allah SwT, atas semua nikmat yang sudah diberikan kepada kita. Karena dengan nikmat-Nyalah kita semua dapat menghadiri shalat Jum‘at pada siang kali ini. Marilah kita bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallah alaihi wa sallam, keluarga, sahabat-sahabat dan kepada semua pengikutnya. Mudah-mudahan dengan bacaan shalawat ini kita termasuk umat yang kelak mendapat syafa‘at beliau di hari akhir nanti. Amin ya rabbal a‘lamin. Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Sebagai umat Nabi Muhammad shallallah alaihi wa sallam, kita memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan risalah (pesanpesan) dakwah yang diwariskannya kepada kita. Pesan-pesan dakwah tersebut hendaklah kita sampaikan kepada diri, keluarga dan lingkungan masyarakat sekeliling kita. Islam menjadi angin segar bagi umat. Islam datang untuk menyamakan kedudukan dan posisi manusia bagi manusia lainnya. Dalam Islam tidak dikenal status sosial dan pangkat duniawi, tidak ada kelebihan sedikit pun bagi warga Arab dengan warga non-Arab, begitu juga sebaliknya. Satu hal yang menjadi pembeda antarmanusia adalah kadar ketakwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Oleh sebab itu, karena takwa menjadi pembeda di antara kita, maka untuk selalu menjaga ketakwaan kepada Allah. Langkah fundamental yang harus kita lakukan adalah saling mengingatkan dalam hal kebaikan atau ketakwaan dan saling mengingatkan terhadap semua perbuatan yang di larang-Nya. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, budaya saling mengingatkan ini sangat penting, agar manusia yang mengaku beriman kepada Allah Tuhan semesta alam ini sadar dan patuh, serta selalu berada di jalanNya dan tetap setia pada tuntunan Sunah Nabi Muhammad shallallah alaihi wa sallam. Sebagai umat Islam, kita bisa bayangkan kalau di Negara Indonesia yang kita cintai ini, tidak ada umat atau komunitas masyarakat yang suka mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar, bisa dipastikan negara kita akan hancur dalam segala aspek. Jadi, bila tidak ada orang yang mengingatkan kita, bisa dipastikan kita akan terjerumus ke dalam kemaksiatan kepada Allah. Karena secara Sunatullah manusia itu adalah pelupa, lupa dengan perintah-perintah dan laranganNya dan lupa pula dengan sunah Rasul-Nya. Sehingga diperlukan orang lain untuk mengingatkan, supaya kita tidak termasuk orangorang yang merugi. "Demi waktu Asyar, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi. Kecuali orangorang yang beriman dan melakukan amal shalih. dan mereka yang saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran," (Al-'Ashr 1-3). Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Dakwah identik dengan SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 1 - 15 FEBRUARI 2013 31 Khutbah Jum'at aktivitas mengajak dan menyerukan diri, keluarga dan masyarakat kepada kebaikan dan petunjuk. Tentu kebaikan yang di maksud adalah kebaikan yang mengarah pada kebaikan hidup di dunia yang berlandaskan tuntunan dari Allah SwT dan Sunnah Rasulullah shallallah alaihi wa sallam demi untuk menggapai kebaikan di akhirat kelak. Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayah Mursyidin Ila Thuruqil Na‘zhi wal Khitobah menjelaskan makna dakwah. “Mendorong manusia atas kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari kemunkaran, untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.’’ Dari pengertian tersebut, jelas dan teranglah bagi kita, bahwa tujuan dari dakwah adalah mendorong semua orang, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan di dunia sebagai bekal di akhirat. Saling ingatmengingatkan bagi orang-orang yang beriman, sangat penting dan bermanfaat. shallallah alaihi wa salam, yang menegaskan tentang pentingnya berdakwah, seperti firman Allah SwT: "Dan hendaklah ada di antara umat ini, menjadi umat yang menyeru kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma`ruf dan melarang berbuat munkar dan merekalah orang-orang yang beruntung," (Ali Imran: 104). Marilah kita berdoa dengan khusyu’, ikhlas dan tawadlu’, mohon ampunan Allah SwT.• Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan melarang berbuat kemunkaran tidak harus menunggu diri kita bergelar profesor, doktor atau sarjana dakwah dan lain-lainnya. Yakinlah, petunjuk-petunjuk agama yang kita sampaikan tersebut apabila dilaksanakan oleh orang yang mendengarkannya akan dihitung sebagai ‘amal jariah (amal yang terus mengalir) pahalanya bagi kita, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan nasihat tersebut.• "Dan berilah peringatan, karena peringatan tersebut bermanfaat bagi orang-orang beriman," (Adz-Dzariyat: 55). Sidang Jamaah Jum'at Rahimakumullah. Banyak ayat Al-Qur‘an dan Hadits Nabi Muhammad 32 KHUTBAH KEDUA SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 20 RABIULAWAL - 4 RABIULAKHIR 1434 H Fathur Rijal, (PW PM NTB dan Mahasiswa M.Ikom Sekolah Pascasarjana UM Jakarta). Khutbah Jum'at mencari 'wajah allah' lewat sedekah DAHLAN RAMLI Pada umumnya, ketika seseorang bersedekah atau berinfak, selalu dikaitkan dengan keinginan untuk mendapatkan balasan dari yang menerimanya. Dalam sebuah riwayat dikatakan, bahwa ada sekelompok sahabat Nabi saw yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan beberapa kelompok Yahudi. Mereka enggan memberi bantuan kepada orang-orang yang belum beragama Islam, dengan harapan, kesulitan yang mereka hadapi itu dapat mengantar mereka untuk mau dan berani meminta kepada kaum “aghniya” dari kalangan kaum Muslimin. Sikap yang demikian ini, tidak dibenarkan oleh Allah SwT (AlBaqarah [2]: 272). “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya.” Ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai teguran dan pelurusan atas sikap memilah-milah orang ketika bersedekah. Perbedaan agama dan status sosial apa pun, jangan dijadikan sebagai penghalang bersedekah, berinfak atau memberi bantuan lainnya. Dalam Hadits lain diriwayatkan tentang seseorang yang bersedekah kepada orangorang yang dipandang oleh umumnya manusia tidak pantas diberi. Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: Ada seseorang berkata, “Aku hendak bersedekah malam ini.” Lalu dia keluar membawa sedekahnya dan disedekahkannya kepada perempuan lacur (pezina). Pada pagi harinya banyak orang menggunjingkan, bahwa tadi malam ada pezina yang diberi sedekah oleh seseorang. Orang yang bersedekah itu berkata: “Ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah menakdirkan sedekahku jatuh kepada pezina, dan aku akan bersedekah lagi.” Dia pergi dengan membawa sedekahnya, lalu diberikannya kepada orang-orang kaya. Pada pagi harinya banyak orang menggunjingkan lagi, bahwa semalam ada orang bersedekah kepada orang kaya (aghniya). Orang yang bersedekah itu berkata, “Ya Allah, untukMu-lah segala puji, karena Engkau telah manjadikan sedekahku jatuh kepada orang kaya, dan aku akan bersedekah lagi.” Dia pergi lagi dengan membawa sedekahnya, lain diberikannya kepada si pencuri (saariq). Pada pagi harinya banyak orang menggunjingkan lagi, bahwa tadi malam ada yang memberi sedekah kepada pencuri. Orang yang bersedekeh itu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menakdirkan sedekahku jatuh kepada para pelacur, orang-orang kaya, dan para pencuri.” Maka, diutuslah Malaikat untuk menemui orang yang bersedekah itu, seraya berkata kepadanya: “Sedekah Anda sudah diterima oleh masing-masing orang yang Anda beri sedekah. Adapun perempuan pezina, semoga dia berhenti dari perbuatan zinanya; kepada orang kaya, semoga dia menyadari dirinya dan menjadi mau bersedekah; dan untuk si pencuri, semoga dia berhenti mencuri.” (Lafal Hadits ini bagi Muslim). Dari Hadits tersebut, mengandung beberapa pelajaran yang sangat berbarga bagi kaum beriman, di antaranya adalah Pertama; pada umumnya orang-orang berpandangan, bahwa bersedekah kepada pezina, orang kaya dan pencuri atau SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 1 - 15 FEBRUARI 2013 33 Khutbah Jum'at kepada yang berbeda agama (nonMuslim) itu dipandang sebagai perbuatan jelek yang sia-sia, dan tidak akan mendapat pahala. Atau bahkan berdosa. Karena yang demikian itu terkesan mendukung perbuatan maksiat (kedurhakaan), fahsya (kekejian) dan munkar (pengingkaran). Kedua, bersedekah itu sangat erat kaitannya dengan niat dan motivasi, tujuannya dan doa, serta keikhlasan, kebersihan, kemurnian dan kebeningan hati. Ketiga, niat dan keikhalasan, adalah sikap atau pekerjaan hati yang sangat dalam dan sangat tersembunyi (batin). Siapa pun tidak akan dapat mengetahui apa yang terkandung di dalam hati seseorang. Yang dapat mengetahuinya hanyalah Allah SwT, Malaikat dan mungkin dirinya sendiri. Keempat, seperti telah kita maklumi bersama, bahwa jangankan kita, para Rasul pun sungguh kesulitan menyadarkan para pelaku kedurhakaan, kemaksiyatan dan kemunkaran itu. Kelima, segala usaha dan amal perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, apabila disertai dengan niat yang ikhlas, penuh ketulusan dan hanya mencari dan mengharap keridlaan Allah SwT (ibtighaa-a wajhillaah), maka sungguh akan menumbuhkan keberkahan dan banyak manfaatnya. Ayat dan riwayat di atas merupakan dasar untuk menyatakan kebolehan bersedekah kepada siapa pun tanpa harus dibatasi oleh sekatsekat pabedaan, termasuk perbedaan agama. 34 Hampir semua ulama bersepakat membolehkan berinfak dan bersedekah, kepada nonMuslim. Tetapi yang berkaitan dengan zakat maal tidak semua ulama membolehkan diterima oleh non-Muslim. Sebagian ulama bapendapat, bahwa yang berhak menerima bagian (mustahiq) zakat maal itu khusus bagi orang-orang yang termasuk golongan delapan “asnaf”, sebagaimana pada ayat 60 surat ke-9 (At-Taubah). Dengan demikian, janganlah kita bersedekah selain hanya mencari keridlaan Allah SwT. Keridlaan Allah, mengisyaratkan bahwa Allah SwT Maha Mencukupi segala kebutuhan umat-Nya. Termasuk memberi balasan pahala atas sedekah yang dilakukan hamba-Nya. Allah SwT rela memberi pahala yang berlipat ganda. Bahkan, surga Adn yang mengalir di bawahnya sungaisungai. Mereka kekal di dalamnya, selama-lamanya. Allah ridla terhadap mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya. Yang demikian itu, adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. Inilah kenikmatan hakiki, yakni bertemu dengan “Wajah Allah”. Marilah kita berdoa dengan khusyu’, ikhlas dan tawadlu’ sambil istighfar, mohon ampunan Allah SwT.• Khutbah Kedua. SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 98 | 20 RABIULAWAL - 4 RABIULAKHIR 1434 H Dachlan Ramli adalah da'i Muhammadiyah Jawa Barat.