ANALISIS PERUBAHAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA Yeniwati Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang ABSTRACT The research aims to identify and analyze (1) effect of inflation to the fluctuation of Rupiah exchange rate against US dollar and (2) effect of interest rate to the fluctuation of Rupiah exchange rate against US dollar. Data used in the research are quarterly time series data, namely in period from 1998-II to 2012-.IV. The analysis tools used in this research are multivariate linear regression. The result of this research concluded that the variables of inflation have significant and negative impact to rupiah exchange rate against US dollar. Variable interest rate have significant and positive impact to rupiah exchange rate. Policy implications of the result of this study are Bank Indonesia as monetary authorities need to be careful in raising the BI rate as measures to prevent collapse of the rupiah against USD.Bank Indonesia also needs to pay attention to the inflation rate can affect the growth rate of the economy and the exchange rate in relation to trade with foreign countries. Keywords: exchange rate, inflation, and interest rate ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis (1) pengaruh dari inflasi terhadap nilai tukar (kurs) rupiah dan (2) Pengaruh tingkat suku bunga terhadap nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Data yang digunakan adalah data kuartalan time dari tahun 1998 kuartal II sampai tahun 2012 kuartal IV. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel inflasi memiliki dampak yang signifikan dan negatif terhadap nilai tukar (kurs) rupiah. Sementara variabel suku bunga, memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap nilai tukar rupiah. Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini adalah Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam meningkatkan BI rate sebagai upaya meredam anjloknya nilai tukar rupiah terhadap USD.Bank Indonesia juga perlu memperhatikan laju inflasi yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan perekonomian serta nilai kurs dalam kaitannya bertransaksi dengan negara luar. Kata kunci: kurs, inflasi dan tingkat suku bunga 1 A. PENDAHULUAN Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu variabel ekonomi makro yang sangat penting, karena pergerakan nilai kurs dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi. Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu negara untuk bisa bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik. Namun ada kendala dalam kurs ini, bahwa tidak setiap nilai mata uang setiap negara adalah sama. Nilai mata uang ini dapat dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan penawaran uang yang terjadi dipasar uang. Pentingnya peranan nilai tukar mata uang bagi suatu Negara, mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk menjaga posisi kurs mata uang suatu negara berada dalam keadaan yang relatif stabil. Stabilitas kurs mata uang juga dipengaruhi oleh sistem kurs yang dianut oleh suatu Negara. Indonesia perekonomian sebagai terbuka negara kecil yang (small sedang open berkembang economy), dengan memungkinkan penduduknya untuk memiliki akses secara penuh dalam perekonomian dunia. Perekonomian terbuka yang dilakukan suatu negara tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor. Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbuka kecil telah mengalami beberapa penggantian sistem kurs. Semenjak Agustus 1997 Indonesia menerapkan sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate system) dimana posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (USD) ditentukan oleh mekanisme pasar. Pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) semenjak peberlakuan sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate system) kurs mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yang mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang domestik secara tajam. 2 Gambar 1 Pergerakan Nilai Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dolar Amerika (USD) Periode tahun 1998– 2012 Kurs IDR/USD (Rupiah) 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, diolah Pada Gambar 1 terlihat bahwa nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amaerika (USD) dari tahun 1998- 2012 mengalami flluktuasi. Nilai tukar Rupiah (IDR) semenjak diberlakukannya sistem kurs mengambang bebas terus mengalami depresiasi hingga mencapai nilai terendahnya pada bulan Juni 1998 yaitu sebesar Rp.14.900,00 per Dollar Amerika (USD). Hal ini disebabkan pengaruh krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Rupiah (IDR) mulai menguat sejak Januari 1999 seperti yang ditunjukkan oleh turunnya pertumbuhan nilai tukar Rupiah (IDR). Pada tahun 2004 nilai tukar Rupiah terhadap USD yaitu Rp 9.311/USD. Pada tahun 2005, akibat dari melambungnya harga minyak dunia yang menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan berada kisaran Rp9.200 sampai Rp10.200 per US$. Pada tahun selanjutnya tahun 2006 rupiah mengalami depresiasi yaitu Rp9.447/USD, dan pada tahun 2007 Rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar yaitu menjadi Rp 11.005/USD. Pada tahun 2005,. (Laporan Perekonomian Indonesia, berbagai edisi). 3 Meskipun pada tahun 2007 nilai tukar Rupiah terhadap USD cukup besar namun karena perekonomian yang berangsur membaik mampu menguatkan kembali nilai tukar, yaitu sebesar Rp 9.466/USD, dan pada tahun – tahun selanjutnya hingga tahun 2012 nilai tukar rupiah terhadap USD cenderung stabil yaitu dikisaran Rp 9.084/USD hingga Rp 9.664/USD. Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif ini mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang uang seperti tingkat suku bunga dan inflasi. Kondisi ini didukung oleb laju inflasi yang meningkat tajam dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku bunga tersebut terhadap kurs rupiah semenjak tahun 1998 sampai dengan tahun 2012. B. KAJIAN TEORI Pada dasarnya terdapat lima jenis system kurs utama yang berlaku (Kuncoro,2003) yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs), sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate). Pada jenis sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka system ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate). 4 Pada sistem kurs tertambat, suatu negaramenambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang Negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya. Sistem kurs tertambat merangkak, di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan system kurs terambat. Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang di masukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang sangat rentan terhadap gangguan eksternal, misalnya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan internal, seperti sering mengalami gangguan alam. 1. Teori Purchasing Power Parity Teori paritas daya beli ini menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua Negara. Teori paritas daya beli ini tidak lain merupakan aplikasi hukum satu harga pada tingkat harga secara keseluruhan, bukan harga dari satu barang saja (Mishkin, 2010). Hukun satu harga atau Law of One Price mengatakan bahwa kehadiran struktur pasar yang kompetitif dan ketiadaan biaya transportasi dan hambatan lainnya untuk perdagangan, produk yang sama, yang akan 5 dijual pada pasar yang berbeda akan dijual pada harga yang sama ketika dinyatakan dalam mata uang yang sama. Bentuk Purchasing Power Parity (PPP) ada dua, yaitu Purchasing Power Parity Absolut (PPP) Absolut dan Purchasing Power Parity Relatif (PPP) Relatif 1. Purchasing Power Parity (PPP) Absolut PPP absolut merupakan bentuk PPP yang kaku. Versi PPP absolute ini terjadi jika suatu bundle barang di Negara domestik dibandingkan dengan harga bundle barang yang di luar negeri yang diubah oleh nilai tukar ke ukuran nilai tukar dalam negeri, kemudian harganya akan sama. Formula PPP absolut adalah (Kindleberger,1992): ……..…………………………………. ………….(1) Di mana Eab adalah nilai tukar mata uang dalam negeri yang didefinisikan sebagai satuan mata uang dalam negeri per satuan mata uang luar negeri. Pa adalah tingkat harga dalam negeri. Pb adalah tingkat harga luar negeri. Persamaan di atas menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan tingkat harga domestic. Implikasinya adalah dengan tingkat harga dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan tingkat harga luar negeri, maka nilai tukar dalam negeri juga harus lebih tinggi (depresiasi) untuk tetap menjaga PPP. Persamaan di atas juga menjelaskan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi keseimbangan pasar uang melalui hubungannya ke harga domestik dan harga luar negeri. 2. Purchasing Power Parity (PPP) Relatif Krugman (1992), menyebutkan bahwa pada teori paritas daya beli secara relatif atau purchasing power parity relative (PPP relatif), kurs valuta asing akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power. Pada teori paritas daya beli secara relatif, kurs valuta asing dinyatakan sebagai persentase perubahan tingkat harga domestik 6 terhadap persentase perubahan tingkat harga luar negeri, formulanya dapat dituliskan sebagai berikut : %Δst = %ΔPt / %ΔPt* .........................................................................(2) Dimana %Δst adalah persentase perubahan nilai tukar (kurs) , %ΔPt adalah persentase perubahan tingkat harga domestik dan %ΔPt* adalah persentase perubhaan tingkat harga luar negeri. Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedangkan nilai tukar riil menunjukkan tingkat ukuran (rate) suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestic relatif mahal. Persentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan persentase perubahan nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik (persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu Negara luar negeri lebih tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka Rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar dengan Rupiah yang makin banyak atau depresiasi Rupiah (Herlambang ,2001). 2. Teori Interest Rate Parity Teori Interest Rate Parity menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga pada internasional money market akan cenderung sama dengan forward rate. Dengan kata lain berdasarkan teori Interest Rate Parity akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs bila terdapat perbedaan tingkat bunga antara dua Negara (Hamdy, 2001). Kondisi paritas suku bunga adalah kondisi keseimbangan untuk pasar valuta asing. Hanya ketika kurs yang membuat perkiraan tingkat pengembalian asset domestic dan asset luar negeri adalah sama yaitu ketika kondisi paritas suku bunga terpenuhi maka asset domestic dan asset luar negeri akan bersedia dipegang (Mishkin, 2010). 7 Kondisi paritas suku bunga dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana kurs ditentukan. Hubungan antara kurs dengan tingkat bunga dari pasar uang menurut teori Interest Rate Parity dapat ditetukan dengan formula berikut (Mishkin,2010) = …………………………………………………............(3) Dimana Et adalah kurs pada saat ini, berikutnya, adalah suku bunga luar negeri dan kurs pada periode adalah suku bunga dalam negeri. Persamaan (3) menjelaskan jika tingkat suku bunga dalam negeri naik kurs akan mengealami peningkatan dan apabila tingat suku bunga luar negeri naik maka kurs akan mengalami penurunan. Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakankebijakan moneter dengan menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, dalam Triyono 2008). C. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dan satu variabel terikat yaitu kurs (Y) dan dua variabel bebas yaitu inflasi (X1), tingkat suku bunga SBI (X2). Data yang diolah adalah data kuartalan mulai dari tahun 1998 kuartal II sampai dengan tahun 2012 kuartal IV. Data sekunder ini bersumber pada Bank Indonesia (BI) dan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) dan beberapa pustaka lainnya. Variabel Kurs yang dimaksud adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Dalam penelitian digunakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Diukur dalam satuan rupiah (IDR/USD ). Inflasi adalah kenaikan harga barang kebutuhan umum yang terjadi secara terus menerus. Dalam penelitian ini variable inflasi yang digunakan adalah selisih antara inflasi Indonesia dengan inflasi Amerika. Suku bunga untuk Indonesia adalah suku bunga SBI 8 yang merupakan surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia sedangkan suku bunga Amerika adalah Treasury Bill Rate. Variabel suku bunga dalam penelitian ini adalah selisih antara tingkat suku bunga Indonesia dengan suku bunga Amerika. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Regresi berganda merupakan model regresi dengan lebih dari satu variable penjelas. Artinya faktor-faktor yang mempengaruhi variable terikat lebih dari satu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan data time series. Untuk mengetahui bagaimana variable bebas mempengaruhi variable terikat dapat digambarkan dalam bentuk fungsional sebagai berikut: Yt = f(X1t, X2t) …………………………………………………… (4) Dengan menggunakan data tine series yang kemudian di estimasi melalui prosedur OLS sehingga model regresi ditransformasi ke dalam bentuk semi log sebagai berikut: Log Yt = β0 + β1X1t + β2X2t + Ut ……………………………….. (5) Dimana Log Yt adalah kurs IDR terhadap USD, X1t adalah selisih tingkat inflasi Indonesia dengan tingkat inflasi Amerika dan X2t adalah adalalah selisih tingkat suku bunga Indonesia dengan Amerika. β1, β2, adalah koefisien regresi masing-masing variable, β0 dan Ut adalah error term. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Inflasi menyebabkan daya beli untuk memeuhi kebutuhan semakin rendah. Hal ini dikarenakan kenaikan harga barang dan jasa yang akan dipenuhi setiap orang. Dilihat dari Gambar 2. Selisih inflasi Indonesia dengan Amerika mengalami fluktuasi. Perkembangan selisih inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 hal ini disebabkan inflasi Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan dari 77.63% pada tahun 1998 menjadi 2.01 tahun 1999. Sementara di Amerka justru inflasinya mengalami peningkatan dari 1.6% pada tahun 1998 menjadi 2.7% pada tahun 1999. Inflasi yang tinggi pada tahun 1998 disebabkan karena pengaruh krisis moneter yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan rupiah terhadap dollar mengalami depresiasi. 9 Gambar 2. Perkembangan Selisih Inflasi Indonesia dengan Amerika dari Tahun 1998 -2012 Selisih Inflasi Indonesia -Amerika (%) 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0.000 -10.000 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: Bank Indonesia, Data Diolah Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrument kebijakan moneter yang dilaksanakan dengan cara menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga. Perubahan suku bunga ini akan berpengaruh terhadap perubahan jumlah permintaan dan penawaran uang di pasar domestic. Tingkat suku bunga yang tingg akan mendorong masyarakat untuk menyimpan uang di bank dari pada berinvestasi. Bila suku bunga relative tinggi pada suatu Negara dibandingkan dengan Negara lain mengakibatkan arus modal dari Negara yang suku bunga rendah ke Negara suku bunga tinggi. Arus modal ini akan berdampak pada peningkatan nilai tukar ke Negara yang suku bunganya tinggi. Selisih suku bunga Indonesia dengan Amerika dari tahun 1998 sampai tahun 2012 mengalami fluktuasi. Ini data dilihat dari Gambar 3. Selisih suku bunga terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 2.19 %. Sementara selisih tingkat bunga terbesar selama tahun 1998 samapai 2012 berada di tahun 1998 yautu sebesar 30.58%. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh krisis moneter yang melanda Indonesia yang mengakibatkan 10 banyaknya investor melarikan dananya ke luar negeri karena kondisi Indonesia yang tidak stabil tersebut. Gambar 3. Perkembangan Selisih Suku Bunga Indonesia dengan Amerika Tahun 1998 - 2012 Selisih Suku Bunga Indonesia dengan Amerika (%) 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 Dari hasil pengolahan data sekunder dengan menggunakan program Eviews yang dapat dilihat pada Tabel 1, diperoleh persamaan regresi linear berganda mulai dari tahun 1998 kuartal II sampai tahun 2012 kuartal IV sebagai berikut: Log Yt = -0.028867 -0.007112 X1t + 0.010013X2t …………………..(6) R2 = 0.290842 11 Tabel 1. Hasil Uji Estmasi Dependent Variable: DLOG(Y) Method: Least Squares Date: 04/23/14 Time: 20:23 Sample (adjusted): 1998Q3 2012Q4 Included observations: 58 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 X2 C -0.007112 0.010013 -0.028867 0.001500 0.002395 0.014572 -4.741086 4.180071 -1.980946 0.0000 0.0001 0.0526 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.290842 0.265055 0.072097 0.285891 71.76660 11.27839 0.000079 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -0.001366 0.084099 -2.371262 -2.264688 -2.329749 2.055808 Sumber: Data Diolah Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh antara tingkat inflasi (X1) terhadap kurs IDR terhadap USD (Y) selama tahun 1998 kuartal II sampai tahun 2012 kuartal IV adalah negative dan signifikan. Hal ini dibuktikan dengan koefisien regresi sebesar 0.007112. Apabila inflasi mengalami peningkatan sebesar 1 persen akan mengakibatkan kurs mengalami penurunan atau terdepresiasi sebesar 0.007112 persen dan sebaliknya apabila inflasi menurun sebesar 1 persen akan meningkatkan kurs sebesar 0.007112 persen, cateris paribus. Bentuk pengaruh tingkat suku bunga (X2) terhadap kurs IDR terhadap USD (Y) selama tahun 1998 kuartal II sampai tahun 2012 kuartal IV adalah positif dan signifikan dengan nilai koefisien regresinya adalah sebesar 0.010013. Ini berarti apabila tingkat suku bunga meningkat sebesar 1 persen akan meningkatkan kurs sebesar 0.010013 persen dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga menurun sebesar 1 persen akan menurunkan kurs sebesar 0.010013 persen, cateris paribus. Pada Tabel 1 juga terlihat koefisien determinasinya (R2)sebesar 0.290842. Koefisien ini menjelaskan sumbangan variable inflasi (X1) dan tingkat suku bunga (X2) secara bersama-sama terhadap kurs (Y) adalah 12 sebesar 29.08 persen. Sementara 70.92 persen dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. E. PENUTUP Variabel moneter inflasi dan suku bunga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hubungan antara inflasi dengan nilai tukar adalah negative. Peningkatan inflasi menyebabkan kurs rupiah mengalami depresiasi atau apabila terjadinya penurunan inflasi maka kurs akan mengalami peningkatan (terapresiasi). Sementara hubungan antara tingkat suku bunga dengan kurs adalah positif. Peningkatan suku bunga menyebabkan kurs mengalami peningkatan atau mengalami apresiasi atau jika tingkat suku bunga urun akan mengakibakan kurs mengalami penurunan (depresiasi). Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam meningkatkan BI rate sebagai upaya meredam anjloknya nilai tukar rupiah terhadap USD. Indonesia juga perlu memperhatikan laju inflasi yang setiap tahunnya dengan melakukan kebijakan-kebijakan moneter (monetary tight policy), sehingga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan perekonomian serta nilai kurs dalam kaitannya bertransaksi dengan negara luar. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Yoopi, Ph.D., 2004, Memahami Kurs Valuta Asing, Penerbit FEUI, Jakarta. Arifin, Samsjul. 1998. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol.1 No.3, Desember hal 1-16 Bails, Dale G. & Larry C. Peppers, 1993, Business Fluctuations, Forecasting Techniques and Apllications, Prentice-Hall, New Jersey Bank Indonesia. Beberapa tahun edisi, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia. Jakarta: BI -----------------------Beberapa tahun edisi. Laporan Tahunan. Jakarta: BI Boediono,2000, Ekonomi Makro, BPFE UGM Yogyakarta Dummairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta Gujarati, Damodar. 2002. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga Guritno M. & Algifari, 1992, Ekonomi Makro, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta Hady, Hamdy, Dr., 2001, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 13 Herlambang, Sugiarto dan Baskara Said Kelana. 2001. Ekonorni Makro: Teori Analisis dan Kebijakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ismawan, Indra, 1998, Dimensi Krisis Ekonomi Indonesia, Elek Media Komputindo Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, 1992, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan, Rajawali Pers Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan internasional. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE UGM Lindert, Peter H. & Charles P, 1995, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga Journal of International Economics 14 (1983) 3-24, North Holland Publishing Company Mishkin, Frederic, 2010, Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan, Edisi 8, Penerbit Salemba Empat Romer, David, 1996, Advanced Macro Economics, Mc. Graw-Hill International, Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta, Bandung Triyono, 2008, Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2008, hal 156-167, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta 14