BAB I - Universitas Sebelas Maret

advertisement
HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBELAJARAN
SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS X
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
Skripsi
Oleh:
FAIZATUL MUKHAFADZOH
NIM K8406020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBELAJARAN
SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS X
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
Disusun Oleh :
FAIZATUL MUKHAFADZOH
NIM. K8406020
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi – Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Drs. Slamet Subagya, M.Pd
NIP. 19521126 198103 1 002
Pembimbing II
Drs. MH Sukarno, M.Pd
NIP. 19510601 197903 1 001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi – Antropologi.
Pada hari : Jumat
Tanggal
: 11 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Suparno, M. Si
…..…………………
Sekertaris
: Dra. Siti Rochani, M. Pd
……………………..
Anggota I : Drs. Slamet Subagya, M. Pd
……………………..
Anggota II : Drs. MH. Soekarno, M. Pd
..…………………....
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Faizatul Mukhafadzoh. HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG
SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara
pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang, (2) hubungan antara
pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang, (3) hubungan antara
pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku
menyimpang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Al Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2009/2010, sejumlah 371 siswa.Sampel diambil dengan
teknik simpel random sampling sejumlah 56 siswa. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan teknik angket sebagi teknik pokok dan teknik observasi
sebagai teknik bantu. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
regresi linier ganda komputer seri SPS edisi Sutrisno Hadi UGM Yogyakarta
Tahun 2000 versi IBM/IN.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Hubungan antara
pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang berdasarkan perhitungan rx1y
= 0,395 dan  = 0,003, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang
sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang
siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, ditolak. (2) Hubungan pembelajaran
sosiologi dengan perilaku menyimpang berdasarkan perhitungan rx2y = 0,214 dan
 = 0,109, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang cukup signifikan
antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA
Al Islam 1 Surakarta”, ditolak. (3) Hubungan secara bersama antara pendidikan
agama Islam dan pembelajaran Sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa
berdasarkan perhitungan diperoleh rx1x2y = 0,157,  = 0,011 dan F = 4,946, maka
hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa
kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, ditolak.
ABSTRACT
Faizatul Mukhafadzoh. THE RELATIONSHIP BETWEEN ISLAMIC EDUCATION
AND LEARNING SOCIOLOGY WITH THE DEVIANT BEHAVIOUR IN X
CLASS OF SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA. Research paper, Surakarta: teacher
training and education faculty. Sebelas Maret University, May 2010.
The purpose of this study is to determine (1) the relationship between
Islamic education with deviant behavior, (2) the relationship between learning
sociology of deviant behavior, (3) the relationship between Islamic education with
learning sociology of deviant behavior.
The method employed in this research is a correlational descriptive one. The
population of research was all grade X student of SMA Al Islam 1 Surakarta. in the
school year of 2009/2010, as many as 371 students. The sample was taken using
simple random sampling, as many as 56 students. Tecnique of collecting data
employed was questionnaire, to complement the data using the method of
observation. The technique of data analysis is the technique of multiple regression
analysis computer SPS series, Sutrisno Hadi UGM Yogyakarta edition, and version
of the IBM / IN in 2000.
Based on the results of this research, the writer draws three conclusions as
follows: (1) The relationship between Islamic education based on the calculation of
deviant behavior rxly = 0.395 and p = 0.003, then the hypothesis which says "there
was a very significant relationship between Islamic education of students with a
deviant behavior in X class of SMA Al Islam 1 Surakarta ", is not evidenced. (2) The
relationship of sociology to the study of deviant behavior based on the calculation
rx2y = 0.214 and p = 0.109, then the hypothesis which says "there is an enough
significant relationship between teaching sociology with the deviant behavior in X
class of SMA Al-Islam 1 Surakarta", is not evidenced . (3) The relationship between
Islamic education and the sociology of learning with students of deviant behavior
based on the calculation rx1x2y = 0.157, p = 0.011 and F = 4.946, then the hypothesis
that says "there is a significant relationship between Islamic education and learning of
sociology with the deviant behavior students in X class of SMA Al Islam 1 Surakarta
", is not evidenced.
MOTTO
" Jika anak dibesarkan dengan celaan ia belajar memaki,
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi,
Jika anak dibesarkan dengan pujian ia belajar menghargai,
Jika anak dibesarkan dengan kebenaran dan kejujuran ia belajar tentang kebenaran
dan keadilan "
(Dorothy L. Notle)
” Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf
dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian
itu termasuk perkara yang penting.”
(QS. Luqman: 17)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT ...

Bapak H. Moch Nadzir, S. Pd (alm), terimakasih atas kasih
sayang, bimbingan serta pengorbanannya, akan ku ingat
selalu

Ibu Hj. Mursidah tercinta, terimakasih atas segala cinta
kasih,
dukungan
mental
maupun
spiritual
serta
pengorbanannya hingga saat ini

Kakak-kakakku tersayang (Mba Itat dan Mas Sya‟roni
serta Mamas Faiq), terimakasih atas dukungan dan doanya

Adek (Yaya), i love u full

Sahabat-sahabat di Sos-Antro‟06 serta di AMWIN yang
selalu mendukung dan membantu.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah, yang telah melimpahkan segala karunia dan
anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan
Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi dengan Perilaku Menyimpang
Siswa Kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, yang merupakan sebagian persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Peneliti menyadari bahwa tanpa dorongan dan dukungan dari orang-orang di
sekitar peneliti, skripsi ini tidak akan pernah selesai. Untuk itu atas segala bentuk
bantuannya, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H. MH. Soekarno, M.Pd, ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga serta pemikirannya
untuk membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai..
4. Drs. Slamet Subagyo, M. Pd, pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Yosafat Hermawan T, S.Sos, penasehat akademik yang selalu memberikan
dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan kewajiban akademik.
6. Seluruh staf pengajar di Program Pendidikan Sosiologi Antropologi yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
7. Drs. Riyanto, Kepala Sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah
bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan
penelitian.
8. Heri Dwi Hartanto, S.Sos, selaku guru mata pelajaran sosiologi yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian.
9. Siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah meluangkan waktunya
untuk mengisi angket.
10. Segenap guru SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah membantu memberikan
dan mempersiapkan data-data
11. Sahabat-sahabat terbaikku di Windan yang selalu memberikan motivasi
12. Sahabat–sahabat di program studi Sosiologi-Antropologi angkatan 2006.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang
tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Dengan segala kemampuan yang ada peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun peneliti menyadari
bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Terima
kasih kepada semua pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi
ini. Mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan
skripsi ini.
Surakarta, 18 Mei 2010
Peneliti
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................
i
PENGAJUAN .......................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...................................................................................
iii
PENGESAHAN ....................................................................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................
v
ABSTRACT ..........................................................................................
vi
MOTTO ................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN .................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
ix
DAFTAR ISI .........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..................................................
5
D. Rumusan Masalah ......................................................
6
E. Tujuan Penelitian .......................................................
6
F. Manfaat Penelitian ......................................................
7
LANDASAN TEORI .......................................................
8
A. Tinjauan Pustaka .........................................................
8
1. Tinjauan tentang Perilaku Menyimpang ...............
8
a. Pengertian Perilaku Menyimpang .......................
8
b.Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ................
9
c. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang ..
11
d.Usaha Mengatasi Perilaku Menyimpang ............
12
BAB II
BAB III
2. Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam ............
14
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................
14
b.Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam ....
16
c. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ................
18
d.Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................
18
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Sosiologi ..............
20
a. Pengertian Pembelajaran ....................................
20
b.Teori-teori Pembelajaran ....................................
21
c. Aspek-aspek Pembelajaran .................................
24
d.Pengertian Sosiologi ..........................................
28
e. Pembelajaran Sosiologi .......................................
29
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................
32
C. Kerangka Berpikir ........................................................
32
D. Hipotesis.......................................................................
34
METODE PENELITIAN ................................................
35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................
35
1. Tempat Penelitian ..................................................
35
2. Waktu Penelitian ....................................................
35
B. Populasi dan Sampel ....................................................
35
1. Populasi .................................................................
35
2. Sampel ....................................................................
36
C. Teknik Pengumpulan Data ...........................................
36
1. Teknik Angket atau kuesioner ..............................
37
2. Teknik Observasi ...................................................
46
D. Rancangan Penelitian ...................................................
47
1. Identifikasi Variabel ...............................................
47
2. Metode Penelitian yang digunakan ........................
48
3. Tenik Pengambilan Sampel ...................................
51
E. Teknik Analisis Data ...................................................
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN ......................................................
58
A. Deskripsi Data .............................................................
58
B. Pengujian Persyaratan Analisis ....................................
63
C. Pengujian Hipotesis .....................................................
66
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................
69
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................
73
A. Simpulan………………………………………… ......
73
B. Implikasi……………………………………………...
75
C. Saran……………………………………………….....
77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
79
LAMPIRAN ..........................................................................................
82
BAB V
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penyusunan Skripsi .......................................................
35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema kerangka berpikir .......................................................
33
Gambar 2. Grafik Histogram Data Pendidikan Agama Islam (X1) .........
62
Gambar 3. Grafik Histogram Pembelajaran Sosiologi (X2) ......................
62
Gambar 4. Grafik Histogram Perilaku Menyimpang (Y) .........................
63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Try out .................................................................
82
Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian ..................................................
87
Lampiran 3. Angket Try Out ...................................................................
88
Lampiran 4. Hasil analisis try out (analisis keshahihan butir)..................
100
Lampiran 5. Tabulasi................................................................................
106
Lampiran 6. Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach...............................
109
Lampiran 7. Sebaran Frekuensi dan Histogram........................................
112
Lampiran 8. Uji Normalitas Sebaran........................................................
117
Lampiran 9. Uji Linearitas ......................................................................
122
Lampiran 10. Anreg Model Penuh dan Stepwise....................................
125
Lampiran 11. Ijin Menyusun Skripsi........................................................
129
Lampiran 12. Ijin Menyusun Skripsi........................................................
130
Lampiran 13. Ijin Penelitian ke kepala sekolah ......................................
132
Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ........................
133
Lampiran 15. Curriculum Vitae................................................................
134
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia salah satunya diakibatkan
oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Adanya globalisasi
merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari keadaan sekarang ini. Kualitas sumber
daya manusia merupakan kata kunci dalam menghadapi tantangan dunia global yang
pada saat ini menjadi ancaman bagi masyarakat khususnya remaja. Oleh karena itu,
peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya agar menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan bisa
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sebaliknya sumber daya manusia yang
tidak mempunyai potensi diri akan tersingkirkan.
Menurut Redja Mudyaharjo (2002:11), “Pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang”. Pendidikan
mempunyai cakupan yang luas artinya pendidikan bisa di dapat dari mana saja baik di
luar maupun di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani maupun aspek
rohani berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Hal itu sesuai dengan
pernyataan yang tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 (Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3) sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pada peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan
peningkatan penyelenggaraan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan
nasional dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur
pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah disebut jalur formal di mana
kegiatan yang berjalan diatur secara rapi dan saling berhubungan satu sama lain
sehingga membentuk suatu rangkaian kegiatan yang memiliki tujuan jelas.
Sedangkan
jalur
pendidikan
luar
sekolah
merupakan
pendidikan
yang
diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan.
Kalau dilihat lebih jauh pendidikan di Indonesia saat ini terutama di
sekolah-sekolah masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih terdapat banyak
siswa yang belum sadar secara penuh makna pendidikan, hal ini terlihat dengan
adanya siswa yang berperilaku menyimpang seperti membolos, menyontek, tidak
mengerjakan tugas sekolah, tidak mentaati tata-tertib sekolah, berbohong, berkelahi
dan sebagainya.
Perilaku menyimpang menurut Idianto Muin (2006 :155) dapat terjadi
karena beberapa hal:
1
Dari sudut pandang sosiologi; perilaku menyimpang karena sosialisasi,
perilaku menyimpang karena anomie, perilaku menyimpang karena
differential association, perilaku menyimpang karena pemberian julukan.
2 Dari sudut pandang biologi; sebagian besar ilmuwan abad ke 19
berpandangan bahwa kebanyakan perilaku menyimpang disebabkan oleh
faktor-faktor biologis seperti tipe sel-sel tubuh.
3 Dari sudut pandang psikologi perilaku menyimpang dianggap sebagai
gejala penyakit mental.
4 Sudut pandang kriminalitas, memandang perilaku menyimpang dari; teori
konflik (konflik budaya dan konflik kelas sosial) dan teori pengendalian
(dari dalam maupun dari luar )
Dari berbagai sudut pandang mengenai penyebab terjadinya perilaku
menyimpang, salah satunya yaitu dari sudut pandang sosiologi dapat diketahui bahwa
perilaku menyimpang dapat terjadi akibat faktor sosialisasi. Dengan proses sosialisasi
diharapkan anak mampu mengenal dan menghayati tata nilai, norma dan pola-pola
perilaku individu ataupun kelompok yang lambat laun nilai-nilai dan norma yang ada
diserap menjadi bagian dari kepribadian. Namun proses sosialisasi tidak selamanya
menghasilkan pola-pola perilaku yang sesuai dan dikehendaki masyarakat.
Adakalanya proses sosialisasi tersebut menghasilkan perilaku yang tidak sesuai
dengan tuntutan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya perilaku yang
menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi pada berbagai media diantaranya adalah sekolah.
Untuk itu dibutuhkan suatu pendidikan yang diarahkan untuk memanusiakan manusia
secara utuh tidak hanya diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis,
ekonomis, jauh dari sentuhan nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti serta tidak
hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa diimbangi
dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, emosi, dan spiritual.
Sekolah berbasis agama merupakan sekolah yang banyak menyajikan pendidikan
agama Islam dibandingkan dengan sekolah umum. Pendidikan agama merupakan
salah satu alternatif untuk membimbing dan mengarahkan perkembangan pribadi
setiap siswa baik mental maupun spiritual.
Menurut E. Mulyasa dalam Abdul Majid (2005:77), ”Pendidikan agama
Islam merupakan pendidikan yang meliputi masalah aqidah, syariah, dan akhlak”.
Aqidah bersifat i‟tikad batin, mengajarkan ke Esaan Alloh, Esa sebagai Tuhan yang
mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Syariah berhubungan dengan amal
lahir dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan
kehidupan manusia. Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan
bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup
manusia. Dengan demikian melalui pendidikan agama Islam diharapkan siswa dapat
berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah Islam dan nilai-nilai serta norma yang ada
dalam masyarakat norma.
SMA AL Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah berbasis agama
Islam yang memiliki tujuan pendidikan:(1) membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Alloh SWT, (2) Mengembangkan kemampuan intelektual, akal, dan
daya nalar yang bertanggung jawab, (3) Membangun kehidupan sosial yang beradab
dan berakhlak atas dasar persaudaraan dan persahabatan agar menjadi rahmat seluruh
alam (rahmatan lil „alamin). Awalnya Al Islam hanya mengkaji tentang pelajaran
agama yaitu; Tafsir Al Quran, Al Hadits, Aqidah Akhlak, Syari‟ah/Fiqh, Tarikh.
namun seiring perkembangan zaman, dalam konggres pendidikan Islam di Surakarta
tahun 1948 diamanatkan untuk memasukkan pelajaran umum dalam kurikulumnya.
Dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah atas terdapat mata
pelajaran sosiologi yang mana mata pelajaran tersebut erat kaitannya dengan
pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial. Hal tersebut sangat dibutuhkan
bagi siswa sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari. Tujuan pengembangan
keterampilan sosial dalam mata pelajaran sosiologi adalah agar siswa mampu
berinteraksi dengan teman-temannya serta bersosialisasi dengan baik. Menurut
William Kornblum dalam Idianto Muin (2006 :8) :
Sosiologi merupakan suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan
perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan
dalam berbagai kelompok dan kondisi. Banyak hal yang dikaji dalam
pembelajaran Sosiologi diantaranya mempelajari mengenai realitas: Sistem
sosial, Organisasi sosial (kelompok, lembaga dan peran) dan dinamika
sosial (pengendalian sosial, penyimpangan sosial, mobilitas sosial, dan
perubahan sosial).
Hal ini selaras dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sangat
dipengaruhi oleh masyarakatnya, baik kepribadian individualnya, termasuk daya
rasionalnya, reaksi emosionalnya, aktivitas, kreativitas, dan lain sebagainya
dipengaruhi oleh kelompok tempat hidupnya. Dengan mempelajari sosiologi
diharapkan agar anak didik mampu bersosialisasi dengan baik sehingga tidak terjadi
perilaku menyimpang.
Berdasarkan uraian di atas, judul penelitian yang peneliti rumuskan adalah
"Hubungan Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi dengan Perilaku
Menyimpang Siswa kelas X SMA AL Islam 1 Surakarta. "
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai
berikut:
1. Rendahnya sumber daya manusia disebabkan karena rendahnya mutu pendidikan
di Indonesia.
2. Pendidikan di sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan akibatnya masih
banyak terdapat siswa yang berperilaku menyimpang seperti membolos,
menyontek, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mentaati tata-tertib sekolah,
berbohong dan sebagainya.
3. Adanya proses sosialisasi yang kurang baik menyebabkan timbulnya perilaku
menyimpang pada siswa.
4. Perlu adanya peningkatan pendidikan agama Islam yang mendidik pribadi
individu baik mental maupun spiritual sehingga membentuk pribadi yang baik
5. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan pengembangan nilai-nilai dan
keterampilan sosial sebagai bekal pengembangan kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari
melalui pembelajaran sosiologi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka
permasalahan dibatasi pada :
1. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah pendidikan yang berisi
bimbingan jasmani dan rohani mencakup Al Quran, Hadits, Syariah/Fiqh, Aqidah
dan Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Pembelajaran Sosiologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran di sekolah yang membahas tentang pola-pola perilaku, hubungan
yang terjadi dalam masyarakat, agar siswa dapat memahami dan menerapkan
perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Perilaku menyimpang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku
menyimpang siswa baik yang digolongkan sebagai perilaku pelanggaran hukum
maupun perilaku yang tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dibuat perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta?
2. Apakah ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan
perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta?
3. Apakah ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
menjawab
perumusan
masalah
dan
membuktikan hipotesis penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui hubungan antara pendidikan Agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
2. Mengetahui
hubungan
antara
pembelajaran
sosiologi
dengan
perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
3. Mengetahui hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dalam bidang ilmu pendidikan pada umumnya dan proses belajar
pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah, sebagai salah satu bahan informasi dalam mengetahui
hubungan pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi terhadap
perilaku menyimpang siswa serta sebagai sumbangan pemikiran dan masukan
guna meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, khususnya di SMA Al
Islam 1 Surakarta.
b. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti
berikutnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah
yang serupa.
c. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Perilaku Menyimpang
a. Pengertian Perilaku Menyimpang
Di dalam lingkungan sekolah terdapat kaidah dan etika serta peraturanperaturan agar setiap individu yang berada di dalamnya berperilaku sesuai dengan
harapan. Tetapi dalam lingkungan sekolah tersebut, selalu dijumpai adanya
individu yang berperilaku tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut disebut
sebagai anggota yang berperilaku menyimpang.
Penyimpangan dalam suatu lingkungan sekolah belum berarti merupakan
penyimpangan dalam lingkungan sekolah lain, hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan nilai dan norma yang berlaku. Paul B. Horton dalam Idianto Muin
(2006:153), "Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat tertentu".
James Vander Zander dalam Idianto Muin, "Perilaku menyimpang merupakan
perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh
sejumlah besar orang".
Kartini Kartono (2005:15), "Perilaku menyimpang atau tingkah laku
abnormal adalah tingkah laku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada
umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada." Kartini Kartono
menyamakan perilaku menyimpang dengan deviasi yang diartikan sebagai
tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik
rata-rata rakyat kebanyakan atau populasi.
Vembriarto (1984:55), "Tingkah laku deviant kadang-kadang disebut juga
abnormal atau maladjusted/tidak mampu menyesuaikan diri". Konsep deviasi
hanya berarti apabila ada deskripsi dan pembatasan yang tepat mengenai norma
sosial. Dalam lingkungan sekolah penentuan norma sosial dapat mudah terlihat
baik secara tersirat maupun tersurat dalam tata tertib dan peraturan sekolah yang
berlaku.
Dari beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku
menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan oleh anggota suatu lingkungan
yang tidak menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dan perilaku
tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian besar anggota lainnya.
b. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
Sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berpikir, manusia mempunyai
pola-pola perilaku yang tidak tetap. Adakalanya manusia berperilaku sesuai
dengan kehendak umum, tetapi di lain kesempatan manusia dapat berperilaku
menentangnya. Perilaku menyimpang pada dasarnya dilakukan dengan melalui
berbagai bentuk. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang menurut Idianto Muin
(2006:161), dapat dibedakan menjadi 2 yaitu;
1) Berdasarkan kekerapannya: penyimpangan sosial primer dan penyimpangan
sosial sekunder
2) Berdasarkan jumlah orang yang terlibat: penyimpangan individu dan
penyimpangan kelompok
Dari uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Berdasarkan kekerapannya
a) Penyimpangan sosial primer merupakan penyimpangan yang bersifat
sementara. Orang yang melakukannya masih tetap diterima dalam
masyarakat. Penyimpangan ini juga disebut sebagai penyimpangan ringan
b) Penyimpangan sosial sekunder merupakan penyimpangan yang dilakukan
oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberi sanksi.
Penyimpangan ini disebut sebagai penyimpangan berat
2) Berdasarkan jumlah orang yang terlibat
a) Penyimpangan individu merupakan penyimpangan yang dilakukan sendiri
tanpa melibatkan orang lain, misalnya: tidak mematuhi perintah orang tua.
b) Penyimpangan kelompok merupakan penyimpangan yang terjadi apabila
pelaku perilaku menyimpang tersebut dilakukan oleh orang banyak secara
bersama-sama dalam suatu kelompok tertentu. Misalnya; tawuran antar
pelajar
Siswa SMA dikategorikan sebagai usia remaja, yang mana masa remaja
merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Banyak
perubahan yang terjadi ketika anak mulai menginjak usia remaja baik secara fisik
maupun psikis. Sehingga usia remaja merupakan usia yang rentan terhadap
terjadinya berbagai penyimpangan.
Edy Purwito (2004:36), membedakan penyimpangan berdasarkan kadar
penyimpangannya menjadi dua macam yaitu:
a) Penyimpangan ringan, yaitu penyimpangan yang menimbulkan gangguan atau
kerugian yang kecil kepada pihak lain. Contoh: berbohong, minum-minuman
keras, membolos, melanggar peraturan lalu lintas.
b) Penyimpangan berat, yaitu penyimpangan yang menimbulkan gangguan dan
kerugian bahkan korban jiwa. Contoh: mencuri, merampas, menganiaya,
memperkosa, membunuh.
Bentuk penyimpangan remaja tidak dapat disamakan begitu saja dengan
perbuatan kejahatan yang melanggar hukum seperti bentuk penyimpangan yang
dipakai untuk menunjukkan kejahatan orang dewasa. Kita perlu membedakan
sifat dan bentuk perbuatan seorang anak remaja dengan perbuatan seorang
dewasa. Perbuatan orang dewasa seharusnya telah didasari oleh keputusan dan
tanggung jawab penuh dalam arti sosial dan pribadi. Sedang untuk anak remaja
kita perlu mempertimbangkan proses perkembangannya yang belum sempurna.
Mereka berada dalam masa pencarian identitas diri dan dalam masa peralihan
yang secara fisik dan mental belum matang.
Bambang Mulyono (1984:22-24) mengklasifikasikan bentuk-bentuk
penyimpangan menjadi 2 macam:
1) Penyimpangan perilaku yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran
hukum, antara lain; a).Keluyuran b).Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan
mempergunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh c).Memutar
balikkan fakta dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan dan
berbohong d).Pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah
e).Meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau menentang perintah orang
tua f).Membawa dan memiliki benda yang membahayakan orang lain
sehingga mudah terangsang mempergunakan. g).Berteman dengan teman
yang memberi pengaruh buruk h).Minum-minuman keras dan berpakaian
tidak sopan serta menghisap ganja sehingga merusak dirinya i).Turut dalam
pelacuran j).Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga timbul
tindakan yang kurang bertanggung jawab.
2) Penyimpangan perilaku yang dapat digolongkan pelanggaran hukum dan
mengarah pada tindakan kriminal, antara lain; a).Pelanggaran tata susila,
menjual gambar-gambar porno dan film porno, pemerkosaan b).Merampas
dengan atau tanpa kekerasan, mencuri dan mencopet c).Berjudi d).Penipuan
dan pemalsuan e).Penganiayaan f).Pengguguran kandungan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Bambang Mulyono bahwa perilaku menyimpang dapat
dibedakan menjadi dua yaitu perilaku menyimpang sebagai pelanggaran hukum
dan perilaku menyimpang yang tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
Perilaku menyimpang sebagai pelanggaran hukum merupakan termasuk tindakan
kriminal dalam taraf berat. Sedangkan perilaku menyimpang yang tidak
digolongkan sebagai pelanggaran hukum merupakan tindakan penyimpangan
yang masih dalam taraf ringan. Secara umum perilaku menyimpang yang
dilakukan pelajar merupakan perilaku menyimpang yang ringan.
c. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat muncul karena disebabkan oleh beberapa
faktor. Menurut Singgih D. Gunarso (1983:54) faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi 2;
1) Kemungkinan berpangkal pada diri remaja itu sendiri. Hal ini mungkin
disebabkan oleh; (a) Kekurangan penampungan emosional(b)Kelemahan
dalam pengendalian dorongan-dorongan(c)Kegagalan dalam prestasi
sekolah atau pergaulan(d)Kekurangan dalam bentuk hati nurani
2) Kemungkinan berpangkal dari lingkungan yaitu:(a)Lingkungan
keluarga (b)Lingkungan masyarakat
Secara sosiologis, menurut Edy Purwito (2004:38) faktor-faktor yang
dapat menimbulkan perilaku menyimpang dapat dirinci sebagai berikut:
1) Ketidaksanggupan menyerap dan menginternalisasikan tata nilai dan
norma kebudayan yang berlaku
2) Lingkungan sosial dan pergaulan yang tidak baik
3) Proses belajar atau sosialisasi yang menyimpang
4) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
5) Bersosialisasi dengan nilai-nilai subkebudayaan menyimpang.
Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang
tersebut di atas, peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh singgih D.
Gunarso bahwa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada remaja
dapat terjadi karena 2 faktor yaitu, pertama faktor dari dalam remaja itu sendiri
seperti kekurangan penampungan emosional, kelemahan dalam pengendalian
dorongan-dorongan,
kegagalan
dalam
prestasi
sekolah
atau
pergaulan,
kekurangan dalam bentuk hati nurani, kedua faktor dari luar remaja tersebut yang
ikut berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
d. Usaha Mengatasi Perilaku Menyimpang
Untuk mengatasi masalah terjadinya perilaku menyimpang khususnya
pada siswa merupakan hal yang membutuhkan kesabaran dan perhatian yang
tinggi. Sebab siswa memiliki emosi yang masih labil sehingga cepat sekali
berubah-ubah. Apalagi bila menghadapi segala tantangan dan larangan mereka
justru semakin penasaran terhadap hal tersebut karena keingintahuannya yang
begitu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya benturan antara tingkah laku
remaja dengan norma-norma atau aturan yang berlaku dalam kehidupan, baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bahkan hukum negara.
Prioritas utama dalam menghadapi masalah penyimpangan yang
dilakukan oleh siswa adalah mencegah dengan cara yang memadai. Menurut
Soedjono
Dirdjosisworo
dalam
Sudarsono
(1995:93)
usaha
preventif
penyimpangan yang dilakukan oleh remaja ada dua cara yaitu:
1) Cara Moralistis, dilaksanakan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama
dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat
menekan nafsu untuk berbuat kejahatan.
2) Cara abolisionistis, berusaha memberantas, menggulangi kejahatan dengan
sebab musababnya, umpamanya kita ketahui bahwa faktor tekanan ekonomi
merupakan salah satu penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai tujuan
dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi
merupakan cara abolisionistis.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:140), ”Penaggulangan perilaku
menyimpang pada remaja ada tiga macam yaitu usaha preventif, represif dan
kuratif ”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Usaha preventif
Segala
tindakan
yang
bertujuan
untuk
mencegah
timbulnya
penyimpangan. Pencegahan dilakukan dengan usaha pembinaan yang terarah
pada siswa sehingga keseimbangan diri akan dicapai dan pada akhirnya dapat
tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Dengan
pembinaan budi pekerti yang baik akan dicapai terwujudnya manusia ideal,
cerdas dan bertaqwa. Di dalam dunia pendidikan, pembinaan budi pekerti
tersebut dititik beratkan pada pembentukan mental remaja agar tidak
mengalami penyimpangan. Usaha ini dapat dilakukan oleh orang tua dalam
lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah maupun tokoh masyarakat.
2) Usaha Represif
Usaha ini mengatasi penyimpangan perilaku yang melakukan pelanggaran
norma-norma sosial dan moral dengan mengadakan hukuman terhadap setiap
perbuatan pelanggaran tersebut. Usaha yang dilakukan dengan mendidik dan
menindak remaja yang melakukan tindakan menyimpang. Jika penyimpangan
dilakukan di lingkungan sekolah, maka yang menindak atau memberi
hukuman bila terjadi pelanggaran adalah kepala sekolah atau guru.
3) Usaha Kuratif
Usaha penaggulangan perilaku menyimpang ini dilakukan setelah usaha
preventif dan usaha represif dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil. Usaha
ini dilakukan dengan cara memberikan pendidikan lagi sampai perilaku
remaja tersebut berubah.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Singgih D. Gunarso bahwa usaha mengatasi perilaku
menyimpang pada remaja adalah yang pertama usaha preventif yaitu tindakan
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyimpangan, dilakukan dengan
pembinaan yang terarah pada remaja, usaha ini dapat dilakukan oleh orang tua
dalam lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah maupun tokoh
masyarakat. Kedua usaha represif yaitu usaha mengatasi penyimpangan perilaku
yang melakukan pelanggaran norma-norma sosial dan moral dengan mengadakan
hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran tersebut. Ketiga usaha kuratif
yaitu usaha yang dilakukan setelah usaha preventif dan usaha represif dilakukan
tetapi tidak berhasil. Usaha ini dilakukan dengan cara memberikan pendidikan
lagi sampai perilaku remaja tersebut berubah.
2. Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia tidak hanya dari aspek jasmaniah tetapi juga aspek rohaniah yang
berlangsung melalui proses yang terarah agar anak didik sampai pada titik optimal
kemampuannya. Ahmad D. Marimba dalam Mulyasa (2005:130), "Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuranukuran Islam". A. Tafsir (2005:130), "Pendidikan agama Islam adalah bimbingan
yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam".
Berdasarkan Kurikulum PAI dalam Sutrisno (2005:20) disebutkan
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, ajaran agama Islam dari sumber kitab suci Al Quran
dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Dalam perkembangannya, seorang anak membutuhkan bimbingan agar
dapat mencapai hasil yang maksimal. Bimbingan tersebut diharapkan merupakan
bimbingan yang tentunya mengarah pada hal yang lebih baik, artinya tidak hanya
secara lahiriah namun juga secara rohaniah. Kedua hal tersebut sangat membantu
perkembangan seorang anak agar memiliki kepribadian yang mulia. Dalam
pendidikan agama Islam seorang anak dapat memperoleh pemenuhan kebutuhan
akan pendidikan yang menyangkut aspek jasmani maupun rohani.
Dalam arti pendidikan tersebut tidak hanya menumbuhkan dan
mengembangkan melainkan juga mencapai tujuan akhir baik di dunia maupun di
akhirat. Melalui proses pendidikan manusia dapat dimanusiakan sebagai hamba
Tuhan yang mampu menaati ajaran agamanya. Berdasarkan hal ini maka
pendidikan agama Islam mempersiapkan diri setiap individu guna melaksanakan
amanat yang dipikulkan kepadanya. Zakiah Daradjat (1992:86) mengemukakan:
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat kelak.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi pendidikan agama Islam di atas
peneliti mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba
bahwa pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan
hukum-hukum
agama
Islam
menuju
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
kepada
terbentuknya
b. Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam
Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri
Jauhari Muchtar sebagaimana dikutip dalam Sismanto (http://islamlib.com/
/azra3.html,10/27/2009), yang menyatakan bahwa pendidikan Islam itu mencakup
aspek-aspek sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pendidikan keimanan (Tarbiyatul Imaniyah)
Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul Khuluqiyah)
Pendidikan jasmani (Tarbiyatul Jasmaniyah)
Pendidikan rasio (Tarbiyatul Aqliyah)
Pendidikan kejiwaan/hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah)
Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul Ijtimaiyah)
Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah).
Mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan kesatuan yang bulat
dan utuh dari beberapa aspek. Sutrisno (2005:110), "PAI yang bulat dan utuh
meliputi; Al Quran/Al Hadis, Keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan Tarikh."
Sebagai penjabarannya, kompetensi pendidikan agama Islam untuk jenjang SMA
meliputi aspek;
1) Mampu membaca dengan mengetahui hukum bacaannya, menulis, dan
memahami ayat Al Quran serta mampu mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari .
2) Beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat, dan qadha
qadar dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap,
perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi kehidupan sehari-hari.
3) Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela
dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari
4) Memahami sumber hukum dan ketentuan sumber hukum Islam tentang
ibadah, muammalah, muwaris, munakahah, jenazah dan mampu
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
5) Memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah perkembangan Islam
fase Umayah, Abasiyah, Abad pertengahan, abad pembaharuan, dan
perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut E. Mulyasa dalam Abdul Majid (2005:77) "Inti ajaran agama Islam
meliputi masalah aqidah (keimanan), Syari‟ah (keislaman) dan akhlak (ikhsan)."
Dari ketiga inti ajaran Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Aqidah bersifat i‟tikad batin, keimanan atau rasa percaya sepenuh hati akan
adanya Allah, ke Esaan Allah, yaitu Esa sebagai Tuhan yang mencipta,
mengatur alam semesta serta meniadakan alam ini
2) Syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menaati semua
peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar manusia dengan
Tuhan, dan mengatur interaksi maupun pergaulan hidup dan kehidupan
manusia.
3) Akhlak, dengan adanya aqidah serta syariah tersebut, maka akan mendorong
manusia untuk memiliki akhlak yang mulia. Jadi akhlak merupakan suatu
amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua amal di atas dan
yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, peneliti mengambil kesimpulan
dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Sutrisno bahwa pendidikan
agama Islam yang bulat dan utuh meliputi; Al Quran/Al Hadis, Keimanan,
Akhlak, Fiqh/ibadah, dan Tarikh. Dengan kompetensi yang harus dicapai
yaitu(1)Mampu membaca dengan mengetahui hukum bacaannya, menulis, dan
memahami ayat Al Quran serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari,(2)Beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat,
dan qadha qadar dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam
sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi kehidupan seharihari.(3)Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat
tercela dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari(4)Memahami sumber
hukum dan ketentuan sumber hukum Islam tentang ibadah, muammalah,
muwaris, munakahah, jenazah dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari(5)Memahami
dan
mampu
mengambil
manfaat
dan
hikmah
perkembangan Islam fase Umayah, Abasiyah, abad pertengahan, abad
pembaharuan, dan perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan
harus mempunyai dasar sebagai acuan. Oleh karena itu pendidikan agama Islam
sebagai suatu usaha untuk membentuk manusia secara utuh harusnya mempunyai
dasar yang kuat. Ahmad D. Marimba (1981: 41) mengemukakan "Dasar
pendidikan agama Islam ialah firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW". Kalau
pendidikan diibaratkan bangunan maka isi dari Al-Qur'an dan Hadits yang
menjadi fundamen.
Jalaluddin (2001: 80), "Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar
tujuan Islam, keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al Quran dan Al
Hadits dengan berbagai metode dan pendekatan seperti qiyas, ijma', ijtihad dan
tafsir".
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan
agama Islam bersumber pada Al Quran dan Al Hadits.
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai. Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam
pendidikan yaitu mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara
utuh. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pendidikan agama Islam di
sekolah memegang peranan penting. Tujuan pendidikan agama Islam menurut
Zakiah Daradjat (1992:29):
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu
kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil artinya
manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar
dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.
Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam (1987:60-61) dalam Mulyasa
mengemukakan "Tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu: (1)Tujuan
Umum(2)Tujuan Akhir(3) Tujuan Sementara(4)Tujuan Operasional".
Dari keempat tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Tujuan Umum
Tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek
kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi
dan kondisi, dengan kerangka yang sama.
(2) Tujuan Akhir
Pendidikan agama Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Pendidikan Islam
berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
(3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal.
(4) Tujuan Operasional
Tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan
tertentu. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional
yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan
TujuanInstruksional Khusus (TIU dan TIK).
Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik,
atau saleh yang senantiasa membawa nama baik orang tuanya. Mahmud
Yunus (1983: 13):
Tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi
maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman
teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah
seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi
kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan
sesama umat manusia.
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam berkisar kepada pembinaan pribadi muslim agar
berkepribadian baik, bertaqwa pada Allah, berpegang teguh pada ajaran
agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.
3. Tinjauan tentang Pembelajaran Sosiologi
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar, Mc. Geoch dalam Bimo Walgito
(2004:166) berpendapat ”Learning is a change in performance as a result of
practice”. Belajar membawa perubahan dalam perilaku dan perubahan itu sebagai
akibat dari latihan. Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa
adanya usaha dari individu untuk belajar.
Belajar merupakan sesuatu hal yang rumit karena tidak hanya sekedar
menyerap informasi dari guru. Dalam belajar melibatkan berbagai kegiatan
maupun tindakan yang harus dilakukakan terutama apabila mengiginkan hasil
belajar yang lebih baik. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:128) ”Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Para tokoh pendidikan menyamakan istilah pembelajaran dengan
pengajaran atau instruction. Purwadarminta dalam Gino (1998:30) mengartikan
istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Gino,
”Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar di mana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan karena adanya usaha. ”
Muhibbin Syah (2006:33), ”Pengajaran atau instruction artinya to direct to
do something; to teach to do something, to furnish with information, yakni
memberi pengarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu;
memberi informasi. ” Tardif dalam Muhibbin Syah (2006:34), ”Pengajaran adalah
sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. ”
Proses pembelajaran biasanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa,
sedangkan yang belajar adalah orang yang belum dewasa. Langeveld dalam
Suharsimi Arikunto (1990:4), ”Pengajaran merupakan bantuan pendidikan kepada
anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan
sikap. ”
Dari beberapa pengertian di atas peneliti mengacu pada pengertian
pembelajaran menurut Gino yaitu usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar di
mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Perubahan tingkah laku yang
diharapkan dalam proses belajar adalah perubahan ke arah yang lebih baik.
b. Teori-teori pembelajaran
Siswa
membutuhkan
belajar
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan. Untuk membantu mencapai tersebut, maka perlu
mengetahui dan memahami teori-teori belajar. Menurut Bimo Walgito (2004:170)
ada beberapa teori belajar yaitu :
1) Teori belajar yang berorientasi pada aliran behaviorisme yaitu a) Teori
belajar asosiatif. b) Teori belajar fungsionalistik
2) Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif yaitu a). Kohler Jean
b) Piaget
3) Teori belajar Albert Bandura
Dari berbagai teori tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Teori belajar yang berorentasi pada aliran behaviorisme
a) Teori belajar asosiatif adalah teori belajar yang semula dibangun oleh
Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa perilaku dapat dibentuk melalui
kondisioning atau kebiasaan. Di samping Pavlov, tokoh teori belajar
asosiasi adalah Edwin Ray Guthrie dan William Kaye Ester.
b) Teori belajar Fungsionalistik, tokoh teori ini adalah (1) Thorndike (2)
Skinner.
(1) Thorndike,
menyimpulkan
bahwa
dalam
mengajar
dapat
dikemukakan adanya beberapa hukum, yaitu (a) hukum kesiapan,
(b) hukum latihan, (c) hukum efek. Menurut hukum ini belajar
agar mencapai hasil yang baik harus ada kesiapan untuk belajar.
Tanpa adanya kesiapan dapat diprediksikan hasilnya kurang
memuaskan. Di samping itu, agar belajar mencapai hasil yang baik
harus adanya latihan. Semakin sering dilatih dapat diprediksikan
hasilnya akan lebih baik apabila dibandingkan dengan tanpa
adanya latihan, atas dasar kesiapan dan latihan akan diperoleh efek
atau hasilnya.
(2) Skinner, sifat eksperimen Skinner bahwa hewan yang mencoba
mencapai tujuan (makanan) harus berbuat. Menurut Skinner dalam
kondisioning ada dua prinsip umum yaitu :
(a) Setiap respon yang diikuti reward (merupakan reinforcing
stimuli) akan cenderung diulangi.
(b) Reward
yang
merupakan
reinforcing
stimuli
akan
meningkatkan kecepatan terjadinya proses.
2) Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif
a) Kohler, bahwa hewan dalam belajar memecahkan masalah dengan
insight (insightfull learning). Kohler tidak mengingkari adanya trial
and error dalam memecahkan masalah seperti yang dikemukakan oleh
Thorndike. Tetapi menurut Kohler dalam memecahkan masalah yang
penting adalah insight.
b) Jean Piaget, salah satu pengertian yang dikemukakan oleh Piaget
adalah asimilasi dan akomodasi. Proses merespon individu terhadap
lingkungannya yang sesuai dengan struktur kognitif individu
merupakan asimilasi. Asimilasi adalah menyelaraskan antara struktur
kognitif dengan lingkungannya. Apabila struktur anak berkembang
memungkinkan anak mengasimilasikan bermacam-macam aspek dari
lingkungannya. Dengan demikian akan jelas bahwa asimilasi
merupakan satu-satunya proses kognitif, maka tidak akan didapati
intelekctual growth, karena anak akan mengadakan asimilasi dengan
struktur kognitif saja. Karena itu adanya proses yang kedua yaitu
akomodasi. Proses akomodasi merupakan pengubahan struktur
kognitif. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang
bersangkutan akan terjadi asimilasi, tetapi pada keadaan dimana tidak
ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi.
3) Teori belajar Albert Bandura
Bandura mengajukan suatu versi baru dalam behaviorisme yang diberi
nama a sociobehavioristik approach yang dikemudian disebut sebagai a
social cognitive theory. Penelitian Bandura dipusatkan pada observasi
perilaku manusia dalam interaksi. Menurut Bandura perilaku tidak
otomatis dipicu oleh stimuli eksternal tetapi merupakan self activated.
Menurut Bandura perilaku dibentuk dan berubah melalui situasi sosial dan
interaksi sosial dengan orang lain. Teori ini merupakan penggabungan
antara pandangan behavioristik dan kognitif.
Gino (1998:33) menyatakan bahwa terdapat tiga aliran psikologi
mengenai belajar yaitu;
1) Menurut Psikologi behavioristik; belajar adalah perubahan tingkah laku
karena adanya stimulus dan respon
2) Menurut Psikologi kognitif; belajar proses internal yang mencakup ingatan,
potensi, pengolahan informasi dan faktor-faktor lain secara bulat atau
perubahan tingkah laku karena proses internal dan faktor dari luar secara bulat
sehingga diperoleh pemahaman.
3) Menurut Psikologi humanistik; belajar adalah perubahan tingkah laku dalam
mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen menurut
Muhibbin Syah (2006:105) terdapat tiga teori yang menonjol yaitu;
1) Koneksionisme (connectionism); teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh
Edward L. Torndike yang menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respon, terkenal dengan sebutan trial and error learning.
2) Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning); apabila stimulus yang diadakan
selalu disertai dengan stimulus penguat, stimulus yang diadakan tadi cepat
atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang
dikehendaki.
3) Pembiasaan Perilaku Respon (Operant Conditioning); dalam teori ini respon
terjadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh efek yang ditimbulkan
oleh reinforcer yaitu stimulus yang timbul tanpa disengaja.
Mengacu pada pengertian teori belajar yang dikemukakan oleh Gino,
maka peneliti menyimpulkan mengenai beberapa teori pembelajaran yaitu
:(1)Psikologi behavioristik; usaha guru memberikan memberi stimulus untuk
menimbulkan respon pada peserta didik agar melakukan perubahan(2)Psikologi
kognitif; usaha guru untuk mengaktifkan indera siswa agar memperoleh
pemahaman, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat
bantu
pengajaran
bervariasi(3)Psikologi
maupun
menggunakan
humanistik;usaha
guru
metode
pembelajaran
mengarahkan
siswa
yang
untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
c. Aspek-aspek pembelajaran
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi berbagai
aspek yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Oemar Hamalik (1992:62) "Aspek belajar meliputi: (1).aspek tujuan instruksional
(2).aspek materi pelajaran (3).Aspek metode atau strategi belajar mengajar
(4).Aspek Media (5).Aspek penilaian (6).Aspek penunjang fasilitas, waktu,
tempat dan perlengkapan (7).Ketenagaan".
Aspek-aspek pembelajaran tersebut masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang bulat karena ketujuh aspek tersebut
terorganisasi dan saling berinteraksi.
Muhibbin Syah (2006:237) mengemukakan "Proses belajar mengajar
mencakup tiga hal pokok yaitu: 1).Komunikasi dalam proses belajar mengajar
3).Sasaran proses belajar mengajar 2).Strategi pengelolaan proses belajar
mengajar.
Dari ketiga hal pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Komunikasi proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral atau terpadu
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai
pengajar yang sedang mengajar. Di dalam pembelajaran terjadi interaksi
resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi
instruksional. Komunikasi yang baik di dalam proses belajar mengajar yaitu
komunikasi multiarah artinya komunikasi yang terjadi tidak hanya antara guru
dengan siswa namun juga sebaliknya siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa.
Kegiatan pembelajaran merupakan sebuah sistem yang memberikan input
pada peserta didik berupa dorongan instrinsik untuk melakukan pembelajaran
yang disajikan di dalam kelas, serta memberikan uotput berupa perubahan
positif bagi peserta didik sehingga mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas.
2) Sasaran proses belajar mengajar atau Tujuan Belajar
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuatu itu harus dirumuskan
suatu tujuan yang jelas demikian juga dalam hal belajar pasti ada tujuannya.
Tujuan belajar mengajar (pengajaran) pada dasarnya berisi mengenai rumusan
kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh peserta didik
setelah menyelesaikan kegiatan belajar.
3) Strategi atau model-model pembelajaran
Penguasaan model pembelajaran bagi seorang guru merupakan hal yang
sangat penting. Memilih model pembelajaran yang efektif diperlukan untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yang
sering kita kenal dengan pola "PAIKEM" yaitu pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran disusun untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Istilah model pembelajaran sama halnya
dengan pendekatan pembelajaran maupun pengajaran.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi
guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. E. Mulyasa (2008:96)
mengemukakan "Sedikitnya ada lima pendekatan pembelajaran yaitu:
(a).Pendekatan
kompetensi
(b).Pendekatan
keterampilan
proses
(c).pendekatan lingkungan (d).pendekatan konstektual dan (e).pendekatan
tematik."
Dari berbagai jenis model pembelajaran tersebut di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
(a) Pendekatan kompetensi
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah; tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi penyempurnaan
(b) Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan
nilai
dan
sikap,
serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator dalam pendekatan
keterampilan
proses
antara
lain
kemampuan
mengidentifikasi,
mengklarifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan,
menafsirkan,
menyimpulkan,
menerapkan,
mengkomunikasikan,
mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu
karya.
(c) Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
(d) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
(e) Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menyeterpadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan berpusat pada sebuah pokok
atau persoalan. Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru,
jadi semua bahan ajar menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksakan
oleh beberapa orang guru. Pada tahap perencanaan, guru atau beberapa
orang guru menentukan sebuah tema yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran.
Tema
tersebut
merupakan
pusat
atau
titik
awal
pengembangan.
Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Muhibbin Syah (2006:189)
Mengkategorikan model-model pembelajaran sebagai berikut;
a) Model information processing, di antara model ini adalah model
peningkatan kapasitas berpikir
b) Model Personal, di antara sekian banyak model ini adalah model
nodirektif
c) Model Social (hubungan bermasyarakat), salah satu model yang
mengutamakan interaksi adalah role playing
d) Model Behavioral (pengembangan perilaku), salah satu model ini
adalah model mastery learning.
Model-model mengajar tersebut digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu suatu proses pembelajaran. Peserta didik terkadang merasa jenuh dan
bosan dengan model pembelajaran yang monoton. Sebagai akibatnya mereka
tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru untuk itu variasi
model-model pembelajaran harus dilakukan.
A. Tabrani Rusyan et al (1989:176) mengemukakan "Terdapat berbagai
cara pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu; (a).model enquirydiscovery learning (b).expoxitory learning (c).mastery learning dan
(d).humanistic education".
Dari keempat pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;
(a) Enquiry-discovery learning, dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan
pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik yang diberi peluang
untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik
pendekatan pemecahan masalah.
(b) Expoxitory learning, dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan dalam
bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap
sehingga peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara
teratur dan tertib.
(c) Mastery learning, proses belajar yang berorientasi pada prinsip ini harus
dimulai dengan penguasaan (mastery) bagian terkecil kemudian yang
lebih besar.
(d) Humanistic education, guru tidak membuat jarak yang terlalu tajam
dengan peserta didik, hendaknya guru menempatkan diri berdampingan
dengan peserta didik sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi
sumber atau konsultan dan berbicara.
Dari kedua teori aspek belajar tersebut di atas, peneliti mengacu ada teori
yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah yang menyebutkan bahwa dalam
proses belajar mengajar mencakup tiga hal pokok yaitu: komunikasi dalam
proses belajar mengajar, sasaran proses belajar mengajar, strategi atau model
pengelolaan proses belajar mengajar.
d. Pengertian Sosiologi
Manusia merupakan makhluk sosial yang mana tidak bisa hidup sendiri,
artinya manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sehingga
timbullah pola-pola perilaku, hubungan, dan tindakan individu dalam
mempertahankan hidupnya. Para ahli mengkaji hal tersebut dalam ilmu yang
disebut sosiologi.
Groenman dalam Abu Ahmadi (1975:3) “Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri
dalam suatu ikatan”. Penyesuaian diri di sini menyangkut beberapa hal seperti
penyesuaian terhadap lingkungan geografi, penyesuaian terhadap sesama manusia
dan penyesuaian terhadap kebudayaan lingkungan sekitar.
Pitirim Sorokin dalam Nurseno (2007:3) sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari;



Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial
(misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga dan gejala moral).
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non
sosial (gejala geografis dan biologis)
Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi dalam Idianto Muin (2006:8)
"Sosiologi
adalah
ilmu
yang
memusatkan
perhatian
pada
segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola
umum kehidupan masyarakat”. Roucek and Warren dalam Edy Purwito (2004:1),
“Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar manusia
dalam kelompok”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah
ilmu yang pola-pola perilaku, hubungan individu dalam masyarakat, serta
tindakan-tindakan individu dalam kelompok.
e. Pembelajaran Sosiologi
Dari uraian definisi mengenai pembelajaran dan sosiologi di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran sosiologi merupakan usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar mengenai ilmu yang membicarakan tentang polapola perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakan-tindakan
individu, dan dengan harapan menjadi pegangan bagi peserta didik dalam
bertingkah laku di dalam masyarakat.
Salah satu bagian penting dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran di
sekolah adalah silabus. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan
atau kelompok mata pelajaran tertentu dalam hal ini mata pelajaran sosiologi.
Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompentensi peserta didik.
Dalam silabus mata pelajaran Sosiologi kelas X, terdapat beberapa komponen
sebagai berikut;
1) Karakteristik Pembelajaran Sosiologi
a) Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai pengembangan
pengetahuan yang sistematis dan terandalkan tentang hubungan sosial
manusia pada umumnya dan tentang produk hubungan tersebut.
b) Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asalusul pertumbuhan serta menganalisa pengaruh kegiatan kelompok dan
pengaruhnya.
c) Tema-tema dalam sosiologi dipilih dan bersumber serta merupakan kajian
tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok yang
dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa,
komunitas dan pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama,
politik, bisnis dan organisasi lainnya.
d) Sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga pengetahuan ilmiah
dengan pengembangan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah.
2) Tujuan Kurikuler Sosiologi di Sekolah
a) Untuk memberikan pengetahuan dasar sosial agar siswa mampu
memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari
individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem.
b) Untuk mengembangkan ketrampilan sikap dan perilaku siswa yang
rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat
kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Standar Kompetensi Pembelajaran Sosiologi
Standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki
dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
suatu mata pelajaran tertentu. Dalam pembelajaran sosiologi kelas X ada dua
standar kompetensi, antara lain :
a)
Memahami perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
b)
Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian
individu.
4) Kompetensi Dasar Pembelajaran Sosiologi
Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu
mata pelajaran. Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada kelas X
adalah sebagai berikut :
a) Menjelaskan sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat
dan lingkungan.
b) Mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
c) Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar perkembangan pola
keteraturan dan dinamika kehidupan sosial.
d) Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian.
e) Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap anti sosial.
f) Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat.
g) Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan menengah umum,
sosiologi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku,
dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan
etika. Guna mengejawantahkan fungsi mata pelajaran ini, maka keterampilan
sosial siswa harus dikembangkan secara optimal, sehingga pada gilirannya
siswa memperoleh kecakapan hidup yang bermanfaat bagi kehidupannya kini
dan masa depannya kelak. Sehingga sosiologi berupaya membentuk
kepribadian peserta didik yang sesuai dengan norma, nilai dan etika yang
berlaku dalam kehidupan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro” karya Yusrina
S.Pd.I (2006) jurusan Tarbiyah Universitas Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarata. Dari
hasil penelitian dapat diketahui bahwa hipotesa alternative (Ha): adanya pengaruh
bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak diterima.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan agama Islam (X1) merupakan pendidikan yang menyangkut
aspek secara menyeluruh baik aspek dunia maupun akhirat artinya pendidikan agama
Islam menyangkut aspek jasmani, rohani maupun intelektual yang di dalamnya
terdapat berbagai tujuan. Tujuan yang dimaksud yaitu untuk
membina pribadi
muslim yang terpadu pada perkembangannya baik dari segi spiritual, jasmani, emosi,
intelektual maupun sosial. Sehingga dengan pendidikan agama Islam diharapkan
dapat membekali seorang individu agar menjadi warga negara yang baik, sehat
jasmani dan rohani, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, dan
berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Untuk itu dengan
pendidikan agama Islam dimungkinkan dapat mendorong siswa untuk tidak
melakukan perilaku menyimpang.
Pembelajaran Sosiologi (X2) merupakan pembelajaran yang mempelajari
seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat mulai dari masyarakatnya sebagai objek
kajiannya serta pola-pola perilaku sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk itu
dengan mempelajari sosiologi diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
memahami perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan
kepribadian individu. Hal tersebut dimungkinkan dapat mengurangi perilaku
menyimpang pada peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan agama Islam dan pembelajaran
sosiologi yang diajarkan di sekolah dapat membekali siswa untuk berperilaku yang
baik sesuai dengan nilai-nilai, norma serta kaidah yang berlaku sehingga dapat
mengurangi terjadinya perilaku menyimpang. Artinya pendidikan agama Islam dan
pembelajaran sosiologi yang menjadi bahan ajar di sekolah secara bersama-sama
dimungkinkan mempunyai hubungan dengan perilaku menyimpang siswa (Y).
Adapun model kerangka berfikir antar variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Pendidikan Agama Islam
(X1)
Perilaku Menyimpang
(Y)
Pembelajaran Sosiologi
(X2)
Gambar 1. Skema Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan
penelitian. Perumusan hipotesis yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas
X SMA Al Islam 1 Surakarta.
2. Ada hubungan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas
X SMA Al Islam 1 Surakarta.
3. Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan
perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di
SMA Al Islam 1 Surakarta Jl. Honggowongso 94 Surakarta 57149.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010. Waktu penelitian
empat bulan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2010.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
No
Kegiatan
Feb
1
Persiapan
2
Pengumpulan data
3
Pengolahan dan analisis data
4
Penulisan dan pelaporan
5
Ujian
Mar
Apr
Mei
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam melaksanakan penelitian, sebagaimana judul skripsi yang akan
diteliti, peneliti terlebih dahulu mengetengahkan teori yang diutarakan oleh beberapa
ahli yang berkaitan dengan populasi. Sutrisno Hadi (2000: 220) mengemukakan
“Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki, populasi
dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai
satu sifat yang sama”.
Sudjana (1996:6) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung maupun hasil pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat- sifatnya”.
Dari pendapat di atas menurut peneliti dapat disimpulkan populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti.
2. Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak seluruh populasi dikenakan dalam penelitian.
Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan biaya, waktu dan
tenaga. Winarno Surakhmad (1998:93), ”Sampel adalah sebagian wakil dari populasi
yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sanafiah Faisal (2003:57)
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil
populasi bersangkutan”.
Suharsimi Arikunto (2002:112) “Untuk menetapkan besarnya sampel,
langkah- langkah yang harus dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih”.
Berdasarkan teori tersebut di atas peneliti memilih teori yang diketengahkan
oleh
Suharsimi
Arikunto,
sehingga
metode
penentuan
sampel
penelitian
menggunakan ketentuan jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%
atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 15% dari jumlah
populasi yang ada.
C. Teknik Pengumpulan data
Kualitas penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat
ukurnya. Suharsimi Arikunto (2002:127), teknik pengumpulan data dapat
digolongkan menjadi dua macam, antara lain:
1. Test
2. Non Test, terdiri dari:
a. Angket/kuesioner (questionnaires)
b. Wawancara (interview)
c. Observasi
d. Skala bertingkat (rating scale)
e. Dokumentasi.
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data non test. Teknik
pokok pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode angket. Teknik
bantunya yaitu dengan observasi.
1. Teknik Angket atau Kuesioner
a. Pengertian Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), “Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”. Sanafiah
Faisal (2003:122), “Angket adalah alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan
secara tertulis ditujukan kepada subjek atau responden penelitian”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah
sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan informasi, yang
ditujukan kepada responden.
b. Macam-macam Angket
Menurut Nasution (2003:129) angket dibedakan berdasarkan sifat jawaban
yang diinginkan, yaitu:
1) Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah
jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai
dengan pendiriannya.
2) Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah
penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau
pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
3) Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang
mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan
kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban
yang tersedia.
Berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan menurut jenis angket, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yaitu jenis angket yang di
dalamnya sudah terdapat jawaban-jawaban tertentu yang sudah disediakan oleh
peneliti, jadi responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dan tepat.
Suharsimi Arikunto (1996:139-140) membedakan jenis angket yang dilihat
dari jawaban yang diberikan ada dua jenis, yaitu sebagai berikut :
Dipandang dari jawaban yang diberikan :
1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Berdasarkan dari jawaban yang diberikan, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan angket langsung.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), berdasarkan bentuknya angket
dapat dibagi menjadi empat jenis, antara lain :
1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup.
2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check (V) pada kolom yang sesuai.
4) Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan
yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke
sangat tidak setuju.
Berdasarkan bentuk angket, dalam penelitian ini peneliti memilih angket
yang berbentuk angket pilihan ganda.
c. Kelebihan dan Kekurangan Angket
Teknik pengumpulan data dengan metode angket memiliki kelebihan dan
kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002:75) kelebihan angket, di antaranya yaitu:
1) Biaya relatif murah.
2) Waktu mendapatkan data relatif singkat.
3) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai perihal yang
sedang terjadi.
4) Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), kelebihan angket di antaranya
sebagai berikut:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan serentak
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing.
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu
menjawab.
5) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Selain terdapat beberapa kelebihan menggunakan angket terdapat pula
kelemahan angket. Menurut Sutrisno Hadi (1994:187) mengemukakan kelemahan
angket sebagai berikut:
1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.
2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginankeinginan pribadi.
3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang
memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. Ada
kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-unsur yang dirasa
kurang berhubungan secara logika.
Suharsimi Arikunto (2002:129) mengemukakan kelemahan kuesioner
adalah sebagai berikut:
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan
yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali
kepadanya.
2) Seringkali sukar dicari validitasnya
3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.
5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang ada yang
terlalu lama sehingga terlambat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan
metode angket terdapat kelebihan dan kekurangan. Peneliti harus secermat mungkin
dalam menggunakan metode angket. Angket yang akan disebarkan berdasarkan
variabel yang diteliti yaitu pendidikan agama Islam (X1) dan pembelajaran sosiologi
(X2) sebagai variabel bebas. Perilaku menyimpang (Y) sebagai variabel terikat.
d. Langkah-langkah Menyusun Angket
Seorang peneliti yang mengadakan penelitian dengan menggunakan angket
terlebih dahulu harus mempersiapkan dan menyusun angket dengan baik.
Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan angket agar hasil
yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan, yaitu sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan pembuatan angket
Tujuan dalam pengukuran dan instrumen ini adalah untuk memperoleh data
tentang variabel pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas I (X1),
pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas II (X2) dan perilaku menyimpang
sebagai variabel terikat (Y).
2) Menyusun matriks spesifikasi variabel/menyusun indikator
Menyusun matriks ini untuk memperjelas masalah yang dituangkan dalam
instrumen termasuk batasan variabel yang akan diteliti.
3) Menyusun kisi-kisi angket
Kisi-kisi angket di dalamnya memuat definisi operasional suatu variabel, aspek
dan indikator, item positif dan negatif serta jumlah item soal agar dalam
penyusunan angket tidak mengalami kendala.
4) Menyusun angket atau item instrumen
Angket disusun menggunakan kata-kata yang menunjukkan tindakan yang
sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Angket sebaiknya
melalui
beberapa bagian yaitu: membuat surat pengantar, penyebaran angket, membuat
petunjuk pengisian angket dan membuat item-item pertanyaan hasil penjabaran
dari kisi-kisi angket.
5) Memberi skor atau penilaian angket
Skala ukur yang digunakan untuk penskoran angket mempunyai empat
alternatif jawaban. Cara menjawabnya yaitu dengan memilih salah satu jawaban
yang paling sesuai. Masing-masing alternatif jawaban mempunyai bobot
penilaian yang berbeda.
Pertanyaan atau pernyataan positif
1. Jawaban A
: nilai 4
2. Jawaban B
: nilai 3
3. Jawaban C
: nilai 2
4. Jawaban D
: nilai 1
Pertanyaan atau pernyataan negatif
1 Jawaban A
: nilai 1
2 Jawaban B
: nilai 2
3 Jawaban C
: nilai 3
4 Jawaban D
: nilai 4
6) Uji coba (try out) angket
Tujuan diadakannya uji coba pada angket ini ialah untuk mengetahui tingkat
validitas dan reliabilitasnya.. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tentang
tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, digunakan alat ukur sebagai berikut :
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah butir-butir
pertanyaan dalam angket yang diujicobakan dapat mengukur keadaan
responden yang sebenarnya. Suharsimi Arikunto (2002:144), “Validitas
adalah suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen”. Saifuddin Azwar (1997:5), “Validitas berasal
dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Ada beberapa jenis
validitas menurut Saifuddin Azwar (1997:45), yaitu : “Validitas isi, validitas
konstruk (construct validity) dan validitas berdasar kriteria (criterian-related
validity)”.
Dari ketiga jenis validitas tersebut dapat peneliti uraikan sebagai
berikut:
(1) Validitas Isi
Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam
tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek. Estimasi validitas ini tidak
melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional.
Validitas isi ada dua macam tipe, antara lain :
(a) Validitas Muka (Face Validity) adalah validitas yang menunjukkan
sejumlah isi tes yang merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang
hendak diukur.
(b) Validitas Logika (Logical Validity) adalah tipe validitas yang paling
rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian
terhadap format penelitian.
(2) Validitas Konstruk (Constuct Validity)
Validitas Konstruk adalah tipe validitas yang mengungkap suatu konstruk
teoritik. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis
statistika yang lebih kompleks.
(3) Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity)
Prosedur
pendekatan
validitas
berdasarkan
kriteria
menghendaki
tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes. Prosedur
validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, antara lain :
(a) Validitas Prediktif (Predictif Validity)
Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang cukup lama dan
biaya yang besar karena prosedur validasi prediktif ini pada dasarnya
merupakan kontinuitas dalam proses pengambilan tes.
(b) Validitas Konkuren
Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan apabila
tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas
yang sangat penting dan situasi diagnostis.
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
jenis validitas konstruk (construct validity), karena item disusun berdasarkan
teori yang relevan serta dalam penelitian ini angket bertujuan mengungkapkan
suatu konstruk teoritik yang hendak diukur. Untuk mengetahui tingkat
validitas instrumen maka perlu diadakan uji validitas dengan menggunakan
rumus uji korelasi Produck Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam
Suharsimi Arikunto (2002 : 146):
rxy 
 XY  X Y 
N  X 2  X 2  N Y 2 Y 2 
N
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N
= jumlah sampel
X
= skor masing-masing item
Y
= skor total
Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika ρ < 0,050 maka dapat
disimpulkan bahwa butir (item) valid dan sebaliknya jika ρ > 0,050 maka
dapat disimpulkan bahwa butir (item) tidak valid.
b) Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2002:154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk
pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data”. Instrumen penelitian harus reliabel
artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Instrumen penelitian dikatakan
reliabel apabila mampu menunjukkan sifat konstan hasil pengukuran
walaupun dalam waktu yang berbeda.
Nasution (2003:78), “Metode yang digunakan untuk mengukur
reliabilitas tes antara lain meneliti konsistensi eksternal dan meneliti
konsistensi internal. Konsistensi eksternal dilakukan dengan metode (1) tesretes dan (2) bentuk pararel dari tes itu. Konsistensi internal di uji dengan (1)
teknik “split-half” (bagi dua) dan (2) analisis diskriminasi tes”.
Penjelasan dari keempat metode tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Pendekatan tes ulang atau tes-retes dilakukan dengan penyajian instrumen
ukur pada satu kelompok subjek dua kali dengan memberi tenggang waktu
tertentu diantara kedua penyaji itu. Apabila suatu tes atau instrumen ukur
telah di berikan dua kali pada suatu kelompok subjek maka akan di
peroleh dua distribusi skor dari kelompok tersebut. Komputasi koefisien
korelasi
antara
kedua
distribusi
skor
kelompok
tersebut
akan
menghasilkan suatu koefisien reliabilitas.
(2) Pendekatan reliabilitas bentuk pararel dilakukan dengan memberikan
sekaligus dua bentuk tes yang pararel satu sama lain, kepada sekelompok
subjek. Dalam pelaksanaannya, kedua tes pararel itu dapat digabungkan
terlebih dahulu sehingga seakan-akan merupakan satu bentuk tes. Setelah
selesai dijawab oleh subjek barulah item pada masing-masing tes semula
dipisahkan kembali untuk diberi skor masing-masing, sehingga diperoleh
dua distribusi skor.
(3) Langkah kerja
yang perlu dilakukan dalam teknik belah dua menurut
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989:143-144) adalah sebagai
berikut:
a) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian
dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi
satu, yang tidak valid dibuang.
b) Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk
membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara: (a)
membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan
pertama, yang separuh lagi masuk belahan kedua (b) membagi item
berdasarkan nomor genap dan ganjil. Item yang bernomor ganjil
dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap
dikelompokkan dalam belahan kedua.
c) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan.
Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk belahan pertama
dan skor total belahan kedua.
d) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan menggunakan
teknik korelasi product moment yang rumus dan cara penghitungannya
sudah dijelaskan sebelumnya.
e) Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat
pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih
rendah dari pada angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah dari pada
angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak
dibelah, seperti pada teknik pengukuran ulang. Karena itu harus dicari
angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.
(4) Analisis diskriminasi tes, tes diberikan kepada sejumlah responden dan
responden disusun menurut jumlah skornya dari yang tinggi sampai yang
rendah. Pisahkan mereka yang termasuk quartil yaitu 25 persen dari yang
paling tinggi skornya dan yang termasuk quartil dengan skor yang paling
rendah. Dengan demikian kita peroleh dua kelompok yang ekstrim, yang
benar-benar pro dan yang benar anti. Golongan 50 persen diantara dua
quartil itu tidak diapa-apakan untuk keperluan ini karena tidak
menunjukan sikap itu secara menonjol.
Teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah teknik
belah dua. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha seperti yang
dikemukakan Suharsimi Arikunto (2002:193) sebagai berikut:
2
n   SI 
r11 
1 

n  1 
SI 2 
Keterangan :
r 11 = indeks reabilitas instrumen
SI 2 = variansi butir ke 1
n
= butir soal
7) Revisi angket
Setelah angket di uji cobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi. Revisi
dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item pertanyaan yang
tidak valid atau tidak reliabel.
8) Memperbanyak angket
Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel diperbanyak
sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap untuk
disebarkan kepada responden
9) Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan telah
mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul data yang
kemudian dianalisis
2. Teknik Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1990:23), “Observasi adalah sebagai metode ilmiah
yang biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap
fenomena yang dihadapi dan diselidiki”.
Sanapiah Faisal (2005:52), “Metode observasi menggunakan pengamatan
atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau
perilaku.”
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap peristiwa atau kejadian di
lokasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam proses yang
menjadi kajian penelitian, artinya peneliti berperan pasif . Observasi dalam penelitian
ini yaitu mengamati kondisi sekolah, siswa, guru-guru, maupun pembelajaran yang
ada di SMA Al Islam 1 Surakarta guna melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti mengenai data pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi serta
perilaku menyimpang siswa khususnya kelas X.
D. Rancangan Penelitian
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas
1) Pendidikan Agama Islam (X1)
a) Definisi Konseptual
Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
b) Definisi Operasional
Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan
rohani yang berlandaskan ajaran Islam yang mencakup secara keseluruhan
yaitu Al Quran/Hadits, syariah/fiqh, Akidah(keimanan), Akhlak dan
Tarikh.
2) Pembelajaran Sosiologi (X2)
a) Definisi Konseptual
Pembelajaran sosiologi merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar mengenai ilmu yang membicarakan tentang pola-pola
perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakantindakan individu, dan dengan harapan menjadi pegangan bagi peserta
didik dalam bertingkah laku di dalam masyarakat.
b) Definisi Operasional
Pembelajaran Sosiologi merupakan usaha dari guru agar siswa belajar
mengenai ilmu yang membicarakan tentang pola-pola perilaku, hubungan
yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakan-tindakan individu dengan
tujuan agar siswa memiliki kompetensi untuk memahami perilaku hidup
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan siswa
mampu menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan
kepribadian.
b. Variabel Terikat
1) Perilaku menyimpang
a) Definisi Konseptual
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan oleh anggota
suatu lingkungan yang tidak menyesuaikan dengan norma-norma yang
berlaku dan perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian besar
anggota lainnya.
b) Definisi Operasional
Perilaku Menyimpang adalah perilaku yang melanggar norma-norma
dalam masyarakat yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan dapat
dibedakan menjadi penyimpangan yang dianggap sebagai perilaku
pelanggaran hukum dan bukan pelanggaran hukum.
2. Metode Penelitian yang digunakan
a. Pengertian Metode Penelitian
Mardalis (2002:24) mengemukakan “Metode sebagai suatu cara atau
teknis yang dilakukan dalam proses penelitian”. Winarno Surakhmad (2004:131),
“Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan
teknik-teknik atau alat-alat tertentu”. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2002:1) “Penelitian adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporannya”. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan melalui suatu
penyelidikan agar mencapai tujuan tertentu. Penyelidikan dilakukan dengan
menggunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga diperoleh pemecahan secara
ilmiah.
b. Jenis Metode Penelitian
Jenis
penelitian
yang
digunakan
peneliti
berdasar
teori
yang
diketengahkan para ahli bidang penelitian, sebagaimana yang diutarakan oleh
Hadari Nawawi (1995:62-82) “Metode penelitian dibedakan menjadi empat
macam, yaitu: (a).metode filosofis, (b).metode penelitian deskriptif atau
melukiskan, (c).metode historis atau sejarah, (d).metode penelitian eksperimen”.
Dapat diuraikan peneliti sebagai berikut:
(a) Metode Filosofis
Metode Filosofis adalah metode penelitian yang diselidiki secara rasional
dengan perenungan dan pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar
tentang hakekat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik dengan
menggunakan aliran filsafat tertentu ataupun dalam bentuk analisa sistematis
berdasarkan pola berpikir deduktif, induktif, fenomenologis dan logis.
(b) Metode Penelitian Deskriptif atau Melukiskan
Adalah metode penelitian dengan menggambarkan keadaan subyek atau
obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
(c) Metode Historis atau Sejarah
Adalah metode penelitian dengan menggunakan data masa lalu baik untuk
memahami kejadian atau suatu keadaan masa sekarang maupun memahami
keadaan masa lalu.
(d) Metode Penelitian Eksperimen
Adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel
yang lain. Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat
untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengan
variabel yang sengaja diadakan.
Winarno Surakhmad (1998:131) menyatakan metode penelitian ada tiga
macam, antara lain :
1. Metode Historik, yaitu penyelidikan yang mengaplikasikan metode
pemecahan yang ilmiah dari perspektif historik suatu masalah.
2. Metode Deskriptif, yaitu tertuju pada pemecahan pada masalah yang ada
masa sekarang.
3. Metode Eksperimen, yaitu suatu penyelidikan dengan mengadakan
kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil, dimana hasil itu yang
akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara
variabel-variabel yang diselidiki.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai jenis-jenis metode
penelitian dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ada bermacam-macam
bentuknya. Penggunaan metode-metode penelitian tersebut disesuaikan dengan
jenis penelitian yang dilakukan agar terarah dan mendapat hasil yang diharapkan
dan pemecahan masalah yang ilmiah.
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif . Dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif ini peneliti akan berusaha menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak.
Winarno Surakhmad (2004:140) “Ciri-ciri pokok metode deskriptif, antara
lain memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang dan
masalah-masalah yang aktual serta data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode
analitik) ”.
Dalam metode deskriptif terdapat beberapa jenis penelitian deskriptif,
sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2006:77) “Jenisjenis penelitian deskriptif yaitu (a).Studi perkembangan (b).Studi Kasus (c).Studi
kemasyarakatan (d).Studi Hubungan (e).Studi waktu dan gerak (f).Studi
kecenderungan (g).Studi tindak lanjut (h).Analisis kegiatan (i).Analisis isi atau
dokumen”.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996:108):
Perkataan korelasi pada dasarnya berarti hubungan. Oleh karena itu model
studi korelasi ini juga bermaksud mengungkapkan masalah penelitian,
dengan cara membuktikan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis,
akurat, faktual, mengenai faktor-faktor, sifat-sifat atau hubungan antara
fenomena yang diteliti, apakah dua variabel atau lebih ada hubungan atau
tidak.
Jenis penelitian yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
hubungan, atau disebut juga dengan studi korelasional. Studi hubungan berusaha
untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam studi
hubungan, hubungan yang dimaksud adalah yang menunjukkan asosiasi atau
hubungan kesejajaran dan bukan yang menunjuk pada hubungan yang bersifat
sebab akibat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional. Alasan menggunakan
metode deskriptif ini karena peneliti akan berusaha
menggambarkan atau
melukiskan keadaan atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Cara untuk memperoleh sampel diperlukan teknik tertentu yang dinamakan
teknik sampling. Sutrisno Hadi (2000:75), “ Teknik sampling adalah suatu cara yang
digunakan dalam pengambilan sampel”.
Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu (1993:163-169)
menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi menjadi lima macam, yaitu:
a. Pengambilan sampel secara acak (teknik random sampling)
1) Tabel nomer acak
2) Pengambilan sampel melalui undian
b. Pengambilan sampel secara sistematis (teknik sistematik sampling)
c. Pengambilan sampel strata (teknik stratified sampling)
d. Pengambilan sampel kluster (teknik cluster sampling)
e. Pengambilan sampel non acak (Teknik non random sampling)
1) Pengambilan sampel purposif
2) Pengambilan sampel kuota
3) Pengambilan sampel dipermudah
Kelima teknik sampling tersebut di atas diuraikan peneliti sebagai berikut:
a. Pengambilan sampel secara acak (teknik random sampling)
Teknik ini dilakukan secara random, semua individu dalam populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini
meliputi:
1) Tabel nomer acak
Tabel acak berisi kolom-kolom digit yang umumnya dihasilkan melalui
komputer untuk meyakinkan susunan acak.
2) Pengambilan sampel melalui undian
Teknik ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Undian dengan pengembalian (with replacement)
Dilakukan dengan cara mengundi seluruh populasi penelitian sehingga
keluar salah satu sampel, kemudian sampel yang sudah keluar
dikembalikan lagi dan kembali diikut sertakan dalam proses pengundian
selanjutnya.
b) Undian tanpa pengembalian (without replacement)
Teknik ini sering disebut dengan simpel random sampling, di mana
individu yang telah keluar dalam proses undian tidak lagi ikut diundi,
maka dari itu tidak akan ada kemungkinan muncul nama yang sama.
Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi mempunyai satu kali
kesempatan untuk dijadikan sampel.
b. Pengambilan sampel secara sistematis (teknik sistematik sampling)
Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya dibolehkan
melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan keanggotaaan dalam sampel.
Yang dimaksud sistem dalam hal ini adalah strategi yang direncanakan untuk
memilih anggota-anggota setelah memulai pemilihan acak.
c. Pengambilan sampel strata (teknik stratified sampling)
Teknik ini dilakukan dengan cara populasi atau elemennya dibagi dalam
kelompok-kelompok yang disebut strata. Banyaknya tingkat harus diperhatikan,
kemudian setiap tingkat harus mewakili anggotanya untuk menjadi sampel dalam
penelitian. Dalam hal ini proporsi dari jumlah subyek yang ada dalam tiap-tiap
tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel, sehingga mereka
dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-sub
kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili
dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub analisis dari anggota
sub kelompok tersebut.
d. Pengambilan sampel kluster (teknik cluster sampling)
Dalam kluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu
melainkan kelompok-kelompok atau kluster.
e. Pengambilan sampel non acak (Teknik non random sampling)
a) Pengambilan sampel purposif
Dalam pengambilan sampel purposif, pemilihan sekelompok subyek
didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan
dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan
informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan lagi. Peneliti tidak
meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, peneliti hanya
mengambil beberapa kelompok kunci saja.
b) Pengambilan sampel kuota
Dalam teknik ini, yang harus dan penting dilakukakan adalah penetapan
jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian mengenai siapa yang akan
menjadi responden diserahkan kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Ciri
utama kuota sampling adalah jumlah subjek yang sudah ditentukan akan
dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub
populasi tidaklah menjadi persoalan.
c) Pengambilan sampel dipermudah
Dalam teknik ini, pengambilan sampel didasarkan atas kemudahan dari para
peneliti. Pengambilan sampel ini dilakukakan agar tidak menyulitkan peneliti
untuk melakukakan teknik pengambilan sampel.
Berdasarkan uraian mengenai teknik pengambilan sampel di atas, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik simpel random sampling atau teknik
undian tanpa pengembalian. Setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi anggota sampel. Sampel yang sudah keluar dalam undian
tidak lagi mempunyai kesempatan diundi lagi, sehingga tidak mungkin mencul nama
yang sama.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara untuk membuktikan hipotesis yang
diajukan, selanjutnya untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Teknik
analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi ganda.
Tugas pokok dari analisis regresi menurut Sutrisno Hadi (2001:2) adalah
sebagai berikut :
1. Mencari korelasi antara kriterium dengan predikator
2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak
3. Mencari persamaan garis regresinya
4. Menemukan sumbangan efektif antara sesama predikator jika predikatornya
lebih dari satu.
Berdasar hal tersebut di atas, sebelum data penelitian itu dianalisis, maka
terlebih dahulu harus diakukan pengujian prasyarat analisis.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran suatu
variable acak berdistribusi normal atau tidak. Rumus uji normalitas dengan Chi
Kuadrat dalam Sutrisno Hadi (2001 :346) adalah sebagai berikut:
X2 
 f 0  f h 2
fh
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat
f0 : Frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dan frekuensi
yang diharapkan dari populasi
Apabila harga X2
berdistribusi normal.
hitung
< X2
tabel
maka data yang diperoleh tidak
b. Uji Linearitas
Uji linear dilakkan untuk mengetahui hubungan yang linear antara X1
dengan Y, sedangkan untuk uji linieritas variabel X2 dengan Y dapat
menggunakan rumus yang sama hanya saja X1 harus diganti X2. Dalam hal ini
Sudjana(1996:332) menggunakan rumus:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2


y 

2

JK (G)
=  X  y 
N 


1
JK (TC)
= JK (S) – JK (G)
dk (G)
=N–K
dK (TC)
=k–2
JK (TC )
RJK (TC)
=
df (TC )
JK (G )
RJK (G)
=
dK (G )
RJK (TC )
Fhit
=
RJK (TC )
JK (G) = jumlah kuadrat galad
dK (TC)= derajat kebebasan tuna cocok
JK (TC)= jumlah kuadrat tuna cocok RJK (TC)= kuadrat tengah galad
dk (G) = derajat kebebasan galad
Fhit= kuadrat tengah tuna cocok
Jika p < 0,050 maka korelasinya tidak linier.
c. Uji Independensi
Uji Independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas X1 dan X2 dalam Sudjana (1996:370) menggunakan rumus:
rx1x2 
N  X 1 X 2   X 1  X 2 
N  X
2
1

  X 1   N Y 2  Y 
2
2

2. Uji Hipotesis
Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk menguji hipotesis dalam
Sutrisno Hadi (2001:225) adalah sebagai berikut :
a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor
1) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, digunakan
rumus :
N  X 1Y   X 1  Y 
ry1 
N  X 12   X 1  N  Y 2   Y 
2
2
2) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y, digunakan
rumus :
ry 2 
N  X 2Y   X 2 Y 
N  X 22   X 2  N Y 2  Y 
2
2
3) Menghitung koefisien korelasi antara X1, X2 dengan Y, dengan menggunakan
rumus :
a1  X 1Y  a2 X 2Y
ry 1, 2  
Y
2
Keterangan :
r(1,2)
= Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2
a1
= Koefisien prediktor X1
a2
= Koefisien prediktor X2
X1Y
= Jummlah produk antara X1 dan Y
X2Y
= Jummlah produk antara X2 dan Y
Y2
= Jumlah kuadrat kriterium Y
b. Uji Signifikasi
Untuk uji signifikansi dalam Sudjana (1996:385) menggunakan rumus
sebagai berikut :
F
R2
k
1  R n  k  1

2

Keterangan :
F = harga F garis regresi
n
= jumlah sampel
k
= jumlah variabel bebas
R = koefisien antara kriterium dengan prediktor-prediktornya.
c. Mencari persamaan garis regresi linier berganda
Untuk mencari persamaan garis regresi linier berganda menurut Sutrisno
Hadi (2001:18) menggunakan rumus:
Y = a1X1 + a2X2 + K
d. Sumbangan Relatif
Mencari sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y dalam Sutrisno Hadi
(2001:42) menggunakan rumus :
Untuk SR X 1 
Untuk SR X 2 
a1  X 1Y
JK reg 
x100%
a2  X 2Y
JK reg 
x100%
SR % X1 = sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y
SR % X2 = sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y
JKreg
= jumlah kuadrat regresi.
e. Sumbangan Efektif
Untuk menghitung besarnya sumbangan efektif antar variabel digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2001:46) sebagai berikut :
SE % X1
= SR % X1 x R2
SE % X2
= SR % X2 x R2
SE % X1 X2
= SE % X1 + SE % X2
Keterangan :
SE % X1
= sumbangan efektif X1 terhadap Y
SE % X2
= sumbangan efektif X2 terhadap Y
SE % X1 X2
= sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y
Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kesalahan kalkulasi dalam
analisis data peneliti menggunakan jasa computer seri Program statistik (SPS2000), versi IBM/IN, edisi : Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih tahun 2000.
Dengan kaidah uji hipotesis penelitian (KUHP) komputer sebagai berikut:
Jika p< 0,01 = sangat signifikan
Jika p < 0,05 = signifikan
Jika p < 0,15 = cukup signifikan
Jika p < 0,30 = kurang signifikan
Jika p > 0,30 = tidak signifikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
a. Sejarah Singkat SMA Al Islam 1 Surakarta
SMA Al Islam 1 Surakarta merupakan lembaga pendidikan yang memiliki
rangkaian sejarah panjang. Di awali dari berdirinya pengurus Al Islam pada
tanggal 27 Ramadhan 1946 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Maret 1928 yang
dirintis dan dipelopori oleh K.H. Imam Ghozali dengan dibantu oleh K.H. Abdus
Shomad dan K. Abdul Manaf. Pada mulanya berupa Madrasah Dinul Islam yang
hanya mengajarkan pendidikan agama Islam. Kemudian berkembang menjadi
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
Dalam Konggres Pendidikan Islam di Surakarta tahun 1948, diamanatkan
untuk memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah. Atas prakarsa
M. Makmuri disusunlah kurikulum seperti yang dimaksud, sehingga Madrasah
Aliyah Al Islam yang semula masa belajarnya 2 tahun menjadi 3 tahun karena
adanya tambahan mata pelajaran umum yang sama dengan sekolah menengah
atas. Pada tahun 1956 sampai tahun 1965 siswa Madrasah Aliyah Al Islam
diperkenankan mengikuti ujian SMA dengan cara bergabung dengan SMA negeri.
Pada tahun 1966 SMA Al Islam mendapat pengakuan resmi dari
pemerintah dan diberi kewenangan penuh untuk menyelenggarakan ujian sendiri.
Pada saat itu masyarakat mengenal Madrasah Al Islam sebagai sekolah yang
lulusannya bisa memperoleh ijazah yaitu ijazah Madrasah Aliyah oleh
Departemen Agama dan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Pada tahun 1967 terdapat hal yang monumental bagi perguruan Al Islam,
yaitu adanya keinginan pemerintah untuk mengadopsi MTs Al Islam dan
Madrasah Aliyah Al Islam menjadi madrasah negeri percontohan. Setelah melalui
berbagai pertimbangan pengurus besar perguruan Al Islam menyetujui. MTs dan
MA Al Islam menjadi pilot project yang dinegerikan oleh pemerintah. Kemudian
terbit Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 80 Tahun 1967 tentang berdirinya
MTsAIN dan MAAIN atau sekarang bernama MTsN dan MAN yang pertama
kali di Indonesia. Dengan demikian embrio atau cikal bakal MTsN dan MAN
yang ada sekarang awalnya dari MTs dan MA Al Islam Surakarta.
Pada mulanya lokasi MAAIN masih bertempat di MA atau SMA Al Islam
yaitu Jl. Honggowongso Surakarta. Siswanya diambilkan dari sebagian siswa Al
Islam, dengan demikian di dalam 1 lokasi terdapat 3 lembaga pendidikan yaitu;
MA Al Islam yang dipimpin oleh K.H Mustofa, SMA Al Islam di bawah
pimpinan H.A Ruslan, dan MAAIN dengan kepala sekolah K. Muh. Makmuri.
Hal ini berlangsung selama 10 tahun, baru pada tanggal 10 Mei 1977, MAAIN
Surakarta pindah dan menempati lokasi baru di Jl. Pemuda No. 25 Bonoloyo,
Kadipiro Surakarta hingga sekarang. Sedangkan SMA Al Islam tetap berada di Jl.
Honggowongso No. 94 Surakarta.
b. Struktur Organisasi SMA Al Islam 1 Surakarta
Yayasan
Kepala Sekolah
Komite
Kep. Tata Usaha
Unit Laboratorium
Unit Perpustakaan
Wakasek
Kurikulum
Wakasek
Kesiswaan
Wakasek
Sarana&prasarana
Staf BP/BK
Dewan Guru
Siswa
Wakasek
Humas
c. Visi, Misi dan Tujuan SMA Al Islam 1 Surakarta
1) Tujuan Sekolah
Membentuk generasi tauhid, benar, dan mantap dalam aqidah, berwawasan
ilmiah dan berakhlak mulia.
2) Misi Sekolah
(a) Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
(b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan berkelanjutan
(c) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah
(d) Menerapkan manajemen partisipatif dan asas musyawarah
(e) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara optimal
(f) Membangun kehidupan sosial dan budaya yang beradab atas dasar
persaudaraan, persahabatan dan akhlak yang mulia.
3) Tujuan Sekolah
Setelah menjalani proses pendidikan di SMA Al Islam 1 Surakarta, siswa
diharapkan:
(a) Memiliki aqidah yang benar dan mantap.
(b) Memiliki akhlak yang mulia dan dapat menjadi suri tauladan yang baik
(uswah khasanah) bagi keluarga dan lingkungannya.
(c) Memiliki motivasi untuk menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi yang
lainnya, kapan saja dan di mana saja.
(d) Memiliki bekal yang cukup dalam bidang dasar ilmu agama maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mengarungi kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
(e) Berjiwa mandiri, memiliki kreatifitas dan daya juang yang tinggi.
(f) Dapat lulus ujian 100% dan alumninya dapat diterima di perguruan tinggi
negeri maupun swasta yang ternama.
(g) Memiliki tanggung jawab sosial dan kekeluargaan yang tinggi.
2. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari variabel
yang diteliti. Adapun variabel – variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas pertama (X1)
2. Pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas kedua (X2)
3. Perilaku menyimpang sebagai variabel terikat (Y)
Berdasarkan data yang dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis yang
telah dikemukakan di muka, maka dalam pengumpulan data digunakan teknik
angket yang diisi oleh siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran
2009/2010. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 56 siswa diambil dari 15 %
total populasi kelas X yang berjumlah 371. Dengan teknik pengambilan
sampelnya adalah simpel random sampling. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1)
Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Al Islam 1 Surakarta.
2)
Menetapkan populasi penelitian yaitu kelas X yang terdiri dari kelas X1-X9
3)
Membuat daftar yang berisikan semua subjek dalam populasi
4)
Memberi kode angka pada setiap subjek
5)
Menuliskan kode angka tersebut pada sebuah kertas-kertas kecil
6)
Menggulung kertas yang bertuliskan kode tersebut
7)
Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng
8)
Mengocok kaleng tersebut
9)
Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 56 tanpa pengembalian.
Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini :
1. Pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas pertama (X1)
Pendidikan agama Islam dalam penelitian ini adalah variabel bebas
pertama (X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pendidikan agama
Islam, diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 72,00, skor terendah =
51,00, mean = 60,38, median = 60,28, modus = 58,00, SB = 3,93, SR = 3,03.
Adapun distribusi frekuensi data pendidikan agama Islam dapat di lihat
pada lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat
diketahui bahwa data pendidikan agama Islam yang tertinggi frekuensinya
terletak pada interval 55,5 – 60,5 yaitu sebanyak 23 responden. Sedangkan
frekuensi terendah terletak pada interval 70,5 – 75,5 yaitu sebanyak 1 responden.
Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :
Frekuens
25
20
15
10
5
0
50,5-55,5
55,5-60,5
60,5-65,5
65,5-70,5
70,5-75,5
Interval
Gambar 2. Histogram Data Pendidikan Agama Islam
2. Pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas kedua (X2)
Pembelajaran sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua
(X2). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pembelajaran, diperoleh hasil
sebagai berikut: skor tertinggi = 72,00, skor terendah = 45,00, mean = 59,16,
median = 58,90, modus = 59,50, SB = 5,66, SR = 4,21.
Adapun distribusi frekuensi data pembelajaran dapat dilihat pada lampiran
7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 dapat diketahui bahwa data
pembelajaran yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 56,5 – 62,5 yaitu
sebanyak 25 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 68,5
– 74,5 yaitu sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram
berikut :
Frekuensi
25
20
15
10
5
0
44,5-50,5
50,5-56,5
56,5-62,5
62,5-68,5
Interval
Gambar 3. Histogram Data Pembelajaran Sosiologi
68,5-74,5
3. Perilaku menyimpang sebagai variabel terikat (Y)
Perilaku menyimpang dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor perilaku menyimpang , diperoleh hasil
sebagai berikut: skor tertinggi = 70,00, skor terendah = 47,00, mean = 63,48,
median = 64,00, modus = 64,00, SB = 5,02, SR = 3,60.
Adapun distribusi frekuensi data perilaku menyimpang dapat di lihat pada
lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel perilaku menyimpang
dapat diketahui bahwa data perilaku menyimpang yang tertinggi frekuensinya
terletak pada interval 61,5–66,5 yaitu sebanyak 20 responden. Sedangkan
frekuensi terendah terletak pada interval 51,5–56,5 dan 46,6-51,5 yaitu sebanyak
2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :
Frekuens
20
15
10
5
0
46,5-51,5
51,5-56,5
56,5-61,5
61,5-66,5
66,5-71,5
Interval
Gambar 4. Histogram Data Perilaku Menyimpang
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis
data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus
berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat.
Hasil uji persyaratan analisis data dapat diperinci antara lain sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Jika  > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila 
< 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.
a. Uji normalitas variabel pendidikan agama Islam
Pada uji normalitas variabel X1 (pendidikan agama Islam), langkah
pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 dapat
dilihat pada lampiran 8.
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X1 dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
2 = 4,200
 = 0,898
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan  > 0,05 yaitu 0,898 > 0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah  > 0,05 kesimpulannya
normal.
b. Uji normalitas variabel pembelajaran sosiologi
Pada uji normalitas variabel X2 (pembelajaran sosiologi), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 dapat dilihat
pada lampiran 8.
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X2 dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
2 = 4,172
 = 0,900
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan  > 0,05 yaitu 0,900 > 0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah  > 0,05 kesimpulannya
normal.
c. Uji normalitas variabel perilaku menyimpang
Pada uji normalitas variabel Y (perilaku menyimpang), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y dapat dilihat
pada lampiran 8.
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel Y dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
2 = 12,513
 = 0,186
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan  > 0,05 yaitu 0,186 > 0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah  > 0,05 kesimpulannya
normal.
2. Uji Linieritas
Jika  > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila  <
0,05 maka korelasinya tidak linier.
a. Uji Linearitas X1 dan Y
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas X1
dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas yang dapat di
lihat pada lampiran 9.
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas
seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil
sebagai berikut:
F = 0,023
 = 0,874
Berdasarkan tabel analisis linearitas X1 dengan Y diperoleh hasil F =
0,023 dan  = 0,874 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang
artinya apabila predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y )
akan naik sebesar satu tingkat juga. Linieritas hubungan antara variabel X1
dengan Y dapat dilihat pada lampiran 9.
b. Uji linearitas X2 dengan Y
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas X2
dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas yang dapat di
lihat pada lampiran 9.
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas
seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil
sebagai berikut:
F = 1,709
 = 0,194
Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F =1,709
dan  = 0,194 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang artinya
apabila predikator (X2) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y ) akan
naik sebesar satu tingkat juga. Linieritas hubungan antara variabel X2 dengan
Y dapat dilihat pada lampiran 9.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah syarat – syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
diterima atau ditolak. Adapun tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi ganda menggunakan computer seri SP program analisis
butir (validitas dan reliabilitas instrument) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2000 versi IBM/IN. Berdasarkan
perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2
dengan Y
a) Koefisien korelasi sederhana antar X1 dengan Y
Ha : Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 10, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
rx1 y = 0,395
 = 0,003
Karena  < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis pertama dalam
penelitian ini yang berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”
dinyatakan ditolak.
b) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y
Ha : Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
Ho : Tidak ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 10, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
rx2 y = 0,214

= 0,109
Karena  < 0,15, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis kedua dalam
penelitian ini yang berbunyi ” Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.”
dinyatakan ditolak.
2. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y
Ha : Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.
Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran
sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1
Surakarta.
Berdasarkan pada perhitungankoefisien beta dan korelasi parsial – model
penuh diketahui :
Galat Baku = 4,698
Korelasi R = 0,397
Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan
rumus pada lampiran 10, diperoleh hasil sebagai berikut:
rx1x2y = 0,157

= 0,011
F
= 4,946
Karena  < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
ini yang berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan
pembelaaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al
Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian
dilakukan pembahasan hasil analisis data sebagai berikut:
1. Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y
Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pendidikan agama
Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”.
Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan
agama Islam, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa,
karena pendidikan agama Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku
sesuai dengan ajaran agama sehingga memiliki hubungan yang baik dengan
perilaku siswa. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan
agama Islam memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang
siswa artinya antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang samasama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx1y sebesar
0,395 dan  = 0,003. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan
komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif
yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,01 (< 0,01). Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang
sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang
siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak.
Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti, karena adanya hal lain di luar
pendidikan agama Islam yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya
perilaku menyimpang pada siswa meskipun telah diberi pendidikan agama Islam
di sekolah. Pendidikan agama Islam yang diperoleh siswa melalui pembelajaran
di sekolah, mendorong siswa untuk melakukan hal-hal positif yang dianjurkan
dalam agama dan menjauhi hal-hal negatif yang dilarang oleh agama. Namun
tidak selamanya ajaran-ajaran yang ada dalam pendidikan agama Islam dapat
dijalankan dengan baik oleh siswa, disebabkan karena ada hal lain yang memiliki
hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa.
Penyebab perilaku menyimpang bisa berpangkal pada diri siswa itu sendiri. Salah
satunya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan.
Seorang siswa sekolah menengah atas merupakan individu yang berada pada
masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasa. Pada umumnya mereka
memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap hal-hal tertentu sehingga
mereka sulit untuk mengendalikan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam
diri. Akibatnya sering kali siswa melakukan perilaku menyimpang. Misalnya
seorang siswa pecandu narkoba, awalnya hanya ditawari oleh teman-temannya,
karena siswa tersebut memiliki kelemahan dalam mengendalikan dorongandorongan dalam dirinya, mereka tidak bisa mengendalikan dorongan rasa ingin
tahu yang muncul, akibatnya siswa tersebut mencoba dan pada akhirnya menjadi
pecandu. Maka dari itu meskipun siswa telah diberi pendidikan agama Islam di
sekolah, perilaku menyimpang pada siswa tetap terjadi karena ada hal lain seperti
lemahnya pengendalian dorongan-dorongan dari dalam siswa itu sendiri.
2. Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y
Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pembelajaran
sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1
Surakarta.” Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan
pembelajaran sosiologi, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku
menyimpang siswa, karena sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat
beserta pola-pola hubungan di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat
hidup atau diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan
penelitian ternyata variabel pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang
positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi
dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil
penelitian diperoleh rx2y sebesar 0,214 dan  =0,109. Berpedoman pada kaidah
uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan
adanya hubungan positif yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,15
(< 0,15). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada
hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak.
Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti sehingga ditolak, karena adanya hal
lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat dengan
terjadinya perilaku menyimpang pada siswa meskipun siswa telah diberi
pembelajaran sosiologi di sekolah. Pembelajaran sosiologi yang dipelajari siswa
di sekolah memiliki tujuan agar siswa dapat memahami dan menerapkan perilaku
hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Namun
tidak selamanya siswa dapat menerapkan hasil pembelajaran yang diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan ada hal lain di luar pembelajaran
sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat
dengan terjadinya perilaku
menyimpang siswa, diantaranya yaitu kondisi sosial lingkungan masyarakat.
Kondisi sosial yang ada dalam masyarakat sangat berhubungan dengan
pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Perilaku seseorang dapat terbentuk
sesuai dengan kondisi sosial di mana mereka tinggal. Misalnya seseorang yang
tinggal di lingkungan yang kotor, penuh dengan kekerasan dan kejahatan, tidak
ada adat kesopanan, maka orang tersebut cenderung mengikuti perilaku
masyarakat yang ada atau berperilaku menyimpang. Sebaliknya bila seseorang
tinggal di lingkungan yang baik, penuh dengan adat kesopanan, maka orang
tersebut cenderung akan berperilaku baik pula. Oleh karena itu, meskipun siswa
telah memperoleh pembelajaran sosiologi dari sekolah, perilaku menyimpang
pada siswa tetap terjadi.
3. Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan dengan Y
Secara teoritik hipotesis berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan
agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa
kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Berdasarkan hipotesis tersebut, perilaku
menyimpang siswa menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran
sosiologi dapat diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan
penelitian, variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara
bersama-sama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang
artinya antara pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi dan perilaku
menyimpang sama-sama naik. Hal ini dilihat dari hasil analisis koefisien korelasi
ganda Ry (X1,2) = 0,397,  = 0,011 dan F = 4,946 yang berpedoman pada kaidah
uji hipotesis menggunakan computer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan
pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa, dengan peluang galat
lebih kecil dari 0,050 ( < 0,050). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X
SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak.
Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti sehingga ditolak. Hal ini terjadi
karena adanya hal lain yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya
perilaku menyimpang siswa meskipun telah memeperoleh bekal pendidikan
agama Islam dan pembelajaran sosiologi dari sekolah. Tidak selamanya hasil
pembelajaran yang terdapat di sekolah sesuai dengan harapan. Ada berbagai hal
yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa,
di
antaranya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam pengendalian dorongandorongan. Dengan kondisi siswa yang masih dalam masa peralihan dari anakanak menuju dewasa, mereka memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar,
sehingga siswa sulit mengendalikan dorongan-dorongan yang timbul. Akibatnya
sering kali siswa melakukan perilaku menyimpang. Selain itu, dengan bekal
pembelajaran sosiologi di sekolah juga belum cukup untuk mengurangi perilaku
menyimpang siswa. Ada hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki
hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa diantaranya
yaitu kondisi sosial lingkungan masyarakat. Kondisi lingkungan yang buruk dapat
membentuk perilaku individu yang buruk, sebaliknya kondisi lingkungan yang
baik dapat membentuk perilaku individu yang baik pula.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pendidikan agama Islam
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Dapat
dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan
agama Islam, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa,
karena pendidikan agama Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku
sesuai dengan ajaran agama sehingga memberikan hubungan yang baik dengan
perilaku siswa. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan
agama Islam memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang
siswa artinya antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang samasama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx1y sebesar
0,395 dan  = 0,003. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan
komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif
yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku
menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,01 (< 0,01). Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang
sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang
siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Hal ini dapat terjadi karena ada
hal lain yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku
menyimpang pada siswa. Penyebab perilaku menyimpang bisa berpangkal pada
diri siswa itu sendiri. Salah satunya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam
pengendalian
menyimpang.
dorongan-dorongan.
Akibatnya
siswa
melakukan
perilaku
2. Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi
dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.” Dapat
dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pembelajaran
sosiologi, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa,
karena sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat beserta pola-pola
hubungan di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat hidup atau diterima
dengan baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata
variabel pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang positif dengan
perilaku menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi dan perilaku
menyimpang sama-sama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian
diperoleh rx2y sebesar 0,214 dan  =0,109. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis
menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya
hubungan positif yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan
perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,15 (< 0,15).
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan
yang cukup
signifikan antara pembelajaran sosiologi
dengan
perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Hal ini
disebabkan ada hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan
lebih kuat
dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa, diantaranya yaitu
kondisi sosial lingkungan masyarakat. Kondisi lingkungan sosial yang baik
cenderung akan membentuk perilaku individu yang baik sebaliknya kondisi
lingkungan sosial yang buruk juga cenderung membentuk perilaku individu yang
buruk pula.
3. Secara teoritik hipotesis berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam
dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al
Islam 1 Surakarta”. Berdasarkan hipotesis tersebut, perilaku menyimpang siswa
menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dapat
diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan penelitian,
variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara bersamasama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang artinya
antara pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang
sama-sama naik. Hal ini dilihat dari hasil analisis koefisien korelasi ganda Ry
(X1,2) = 0,397,  = 0,011 dan F = 4,946 yang berpedoman pada kaidah uji
hipotesis menggunakan computer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan
pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa, dengan peluang galat
lebih kecil dari 0,050 ( < 0,050). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X
SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak. Hal ini terjadi karena ada
berbagai hal yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang siswa seperti
kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan serta kondisi lingkungan
sosial masyarakat yang dapat membentuk perilaku individu.
B. Implikasi
Berdasarkan
kesimpulan
penelitian
di
atas,
maka
selanjutnya
dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Secara teoritik pendidikan agama Islam memiliki hubungan dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Dapat dikatakan memiliki
hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan agama Islam, maka akan
semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena pendidikan agama
Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama
sehingga akan memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa. Namun setelah
dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan agama Islam memiliki arah
hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara
pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang siswa sama-sama naik. Hal ini
dapat terjadi karena adanya hal lain di luar pendidikan agama Islam yang
memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang. Oleh
karena itu mata pelajaran pendidikan agama Islam harus lebih ditingkatkan
kualitasnya baik dari efektifitas waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang
mendukung maupun kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada di dalamnya. Guru
harus dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya nilainilai agama sebagai pedoman dalam bertingkah laku agar siswa memiliki
kepribadian yang mantap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
Sehingga pendidikan agama Islam dapat mendorong siswa untuk tidak melakukan
perilaku menyimpang.
2. Secara teoritik pembelajaran sosiologi memiliki hubungan dengan perilaku
menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Dikatakan memiliki
hubungan apabila semakin baik penyerapan siswa pada pembelajaran sosiologi,
maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena
sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat beserta pola-pola hubungan
di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat hidup atau diterima dengan
baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel
pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku
menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi dan perilaku
menyimpang sama-sama naik. Oleh karena itu pembelajaran sosiologi harus lebih
ditingkatkan kualitasnya baik dari efektifitas waktu yang tersedia, sarana dan
prasarana yang mendukung maupun kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada di
dalamnya. Guru harus dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai
bagaimana pola perilaku hidup di dalam masyarakat dengan berbagai kondisi
sosial yang ada. Guru harus benar-benar memberikan pemahaman agar siswa
dapat menerapkan perilaku hidup sesuai dengan norma dan nilai-nilai positif yang
ada dalam masyarakat. Sehingga pembelajaran sosiologi di sekolah dapat
mendorong siswa untuk tidak melakukan perilaku menyimpang.
3. Secara teoritik pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi memiliki
hubungan dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1
Surakarta. Berdasarkan hipotesis tersebut terlihat bahwa perilaku menyimpang
akan menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dapat
diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan penelitian,
variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara bersamasama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang. Oleh
karena itu, pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi harus lebih
ditingkatkan kualitasnya, agar dengan bekal pendidikan agama Islam dan
pembelajaran sosiologi, siswa dapat menerapkan perilaku hidup sesuai dengan
ajaran-ajaran agama serta nilai dan norma yang ada dalam masyarakat
C. Saran
1. Bagi orang tua
Hendaknya lebih meningkatkan perhatian dalam membimbing putra-putrinya baik
yang menyangkut masalah pendidikan agama, belajar, kondisi psikologis,
hubungan pergaulan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Bagi Anak
a. Hendaknya
peserta
didik
meningkatkan
keaktifan
dalam
mengikuti
pembelajaran di sekolah.
b. Hendaknya berperilaku sesuai dengan ajaran agama serta nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
3. Bagi sekolah
a. Bagi guru
1) Hendaknya lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama
Islam
dari
efektifitas
waktu
yang
tersedia
maupun
pembelajarannya agar lebih mudah diterima oleh siswa .
kegiatan
2) Hendaknya meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi baik dari segi
efektifitas waktu yang tersedia, penggunaan media pengajaran dan
kegiatan pembelajaran yang ada di dalamnya.
3) Hendaknya lebih meningkatkan perhatian serta kontrol terhadap siswa,
agar dapat memantau perkembangan individu siswa, sehingga diharapkan
dapat mengurangi perilaku menyimpang siswa.
b. Bagi pihak sekolah
1) Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan penyediaan fasilitas media
pembelajaran seperti OHP, LCD, komputer, televisi, dan VCD.
2) Perlu penambahan dalam hal koleksi buku – buku di perpustakaan
sehingga dapat menambah dan memperluas pengetahuan siswa dalam
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid & E, Mulyasa. (2005). PAI Berbasis Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Abu Ahmadi. (1975).Pengantar Sosiologi. Semarang: Ramadhani.
Abu Ahmadi & Supriyono. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad, D Marimba. (1981). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: AlMaarif. cet ke-5.
Bambang Mulyono, Y. (1984). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Bimo Walgito. (2004).Pengantar Psikologi Umum .Yogyakarta: Andi Offset.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Cet. 8. Jakarta:
Bumi Aksara.
Edy Purwito. (2004). Sosiologi. Surakarta: Widya Duta.
Gino, J. dkk. (1998). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press.
Hadari Nawawi. (1995).Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Pers.
Hadari Nawawi dan Mimi Martini. (1996).Penelitian Terapan. Yogyakarta:Gadjah
Mada University Pers.
Idianto Muin. (2006). Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Kartini Kartono. (2005). Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mahmud Yunus. (1983) H. Metode Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: Hidakarya
Agung.
Mardalis. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: LP3ES.
Masri Singarimbun & Sofian Efendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Yakarta:
LP3ES
Muhibbin Syah .(2006).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata.. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurseno. (2007). Kompetensi Dasar Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Oemar Hamalik . (1992). Psikologi Relajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Redja Mudyaharjo. (2002). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet ke-2.
Saifuddin Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanapiah Faisal. (2003).Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
. (2005). Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sevilla, Coensuelo G,et all. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan
Alimuddin Tuwu dari judul asli ”An Introduction to Research Methods”.
Jakarta: UI Press.
Singgih D Gunarso. (1983). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: Bandung.
Sismanto. Asepk-aspek Pendikan Agama Islam. Jakarta. Melalui (http://islamlib.com/
/azra3.html,10/27/2009).
Sudarsono. (1995). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsitos.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (1990) ). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta.
. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta : Rineka Cipta.
. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Rhineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutrisno. (2005) .Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz.
Sutrisno Hadi. (1994).Metodologi Riset. Yogyakarta : Andi Offset
. (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Ofset.
. (2000). Statistik Jilid 3. Yogyakarta: Andi Offset
. (2001) ). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset
Tabrani Rusyan A., Atang Kusdinar, Zainal Arifin. (1989).Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Vembriarto. (1984). Patologi Sosial. Yogyalarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
Winarno Surakhmad. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Transito.
Yusrina. (2006). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak
Siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro. Skripsi S-1: Program Studi Agama
Islam, Jurusan Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Zakiah Daradjat, dkk. (1992) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet ke-2
KISI-KISI TRY OUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, PEMBELAJARAN
SOSIOLOGI DAN PERILAKU MENYIMPANG
Item
Definisi
Aspek dan Indikator
Positif
Nega
Jum
lah
Tif
A. Pendidikan agama Islam 1. Pendidikan
Al 1,2,3,8
merupakan suatu proses
Quran/Hadits:
bimbingan jasmani dan
Mampu membaca dengan
rohani yang berlandaskan
mengetahui
ajaran
bacaannya, menulis, dan
Islam
mencakup
keseluruhan
yang
secara
yaitu
Al
,6,11
,21,
10,12,
15,17,
hukum
memahami
ayat
Al
Quran/Hadits serta mampu
Quran/Hadits,
mengimplementasikan
syariah/fiqh,
dalam kehidupan sehari-
Akidah(keimanan),Akhlak
hari .
dan Tarikh
4,5,7,9
2. Aqidah Akhlak:
Beriman
kepada
Allah 18,20,
swt, malaikat, kitab-kitab, 13
rasul, hari kiamat, dan
qadha
qadar
mengetahui
dengan
fungsi
dan
hikmahnya serta terefleksi
dalam sikap, perilaku dan
akhlak peserta didik dalam
dimensi kehidupan seharihari.Terbiasa berperilaku
dengan sifat-sifat terpuji,
menghindari
sifat-sifat
19
26
tercela dan bertatakrama
dalam kehidupan seharihari
3. Fiqh/syariah:
14,25
24
22,23,
26
Memahami sumber hukum
dan
ketentuan
hukum
Islam
ibadah,
sumber
tentang
muammalah,
muwaris,
munakahah,
jenazah
dan
mengamalkannya
mampu
dalam
kehidupan sehari-hari
4. Tarikh:
Memahami dan mampu 16
mengambil manfaat dan
hikmah
Islam
perkembangan
fase
Umayah,
Abasiyah,
abad
pertengahan,
abad
pembaharuan,
dan
perkembangan Islam di
Indonesia dan dunia serta
mampu
menerapkannya
dalam kehidupan seharihari
B. Pembelajaran
Sosiologi
merupakan
usaha
1 Memahami perilaku hidup
dari
sesuai dengan nilai dan
guru agar siswa belajar
norma yang berlaku dalam
mengenai
masyarakat.
ilmu
membicarakan
yang
tentang
pola-pola
perilaku,
hubungan
yang
terjadi
b) Menjelaskan sosiologi 2
sebagai
ilmu
mengkaji
dalam masyarakat, serta
masyarakat
tindakan-tindakan
lingkungan.
individu
agar
dengan
siswa
kompetensi
tujuan
memiliki
untuk
27
yang
hubungan
dan
c) Mendeskripsikan nilai 3,5
dan
norma
yang
berlaku
dalam
memahami perilaku hidup
masyarakat.
sesuai dengan nilai dan
d) Mendeskripsikan
8,9,24,
norma yang berlaku dalam
proses interaksi sosial 26,27,
masyarakat
sebagai
dan siswa
1
dasar 22
mampu menerapkan nilai
perkembangan
pola
dan norma dalam proses
keteraturan
dan
pengembangan
dinamika
kepribadian
sosial.
2 Menerapkan
norma
6,
kehidupan
nilai
dalam
dan
proses
pengembangan
kepribadian individu.
a) Menjelaskan
sosialisasi
proses
pembentukan
12
sebagai
dalam
4,7,10,
11
kepribadian.
b) Mendeskripsikan
terjadinya
19
perilaku
13,15,
20,25
menyimpang dan sikap
anti sosial.
c) Menerapkan
18,21
23
aturan- 16,17
14
pengetahuan sosiologi
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
d) Menerapkan
aturan
sosial
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
penyebab
Menyimpang 1. Faktor-faktor
perilaku menyimpang
adalah perilaku
yang
a) Faktor dari dalam
melanggar norma-norma
2,9
(kekurangan
dalam masyarakat yang
penampungan
dapat disebabkan oleh
emosional, kelemahan
dalam pengendalian
beberapa faktor, dan dapat
dorongan-dorongan,
dibedakan
menjadi
kegagalan
dalam
penyimpangan
yang
prestasi sekolah atau
dianggap sebagai perilaku
pergaulan, kekurangan
pelanggaran hukum dan
dalam bentuk hati
nurani)
bukan pelanggaran hukum
b) Faktor
dari
luar 1,6,7
(lingkungan keluarga,
lingkungan
masyarakat)
C. Perilaku
27
3,5,8
4
2. Bentuk-bentuk
perilaku
menyimpang
a) Penyimpangan yang
tidak
digolongkan
dalam
pelanggaran
hukum
atau
penyimpangan ringan
(berbohong,
membolos, menentang
perintah orang tua,
minum-minuman
keras,
berkelahi,
berkata kotor serta
menggunakan pakaian
tidak sopan,membaca
atau melihat buku
porno)
b) Penyimpangan yang
digolongkan sebagai
pelanggaran
hukum
(mencuri
atau
merampas,
berjudi,
melanggar
ramburambu lalu lintas,
penganiayaan )
16,18,
10,11,
20,27
12,13,
14,15,
17,19
21,24,
22,23,
25
26
Lampiran 2
Kepada
SURAT PENGANTAR PENELITIAN
Siswa/siswi Kelas X
SMA Al Islam 1 Surakarta
di tempat.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan skripsi yang peneliti persiapkan dengan judul ”Hubungan
Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi Siswa Kelas X SMA Al Islam
1 Surakarta”, peneliti melakukan penelitian melalui angket ini. Untuk itu peneliti
mengharapakan kerjasama saudara dalam pengisian angket penelitian ini. Adapun
jawaban saudara dijamin kerahasiaannya dan tidak ada pengaruhnya dengan nilai
saudara. Atas bantuan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, April 2010
Hormat saya,
Faizatul Mukhafadzoh
Lampiran 3
Nama
:
Kls/no.Absen :
ANGKET TRY OUT
A. Petunjuk Pengisian
1. Tulis nama, kelas serta nomor urut presensi pada tempat yang sudah tersedia
2. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan alternatif jawabannya
3. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
keadaan anda pada lembar jawaban yang telah tersedia
4. Jawablah dengan jujur, cermat dan teliti karena jawaban tersebut tidak
mempengaruhi hasil belajar/prestasi anda di sekolah.
5. Telitilah pekerjaan anda sebelum dikembalikan.
B. Daftar Pertanyaan Variabel Perilaku Menyimpang
1. Apakah menurut anda perilaku masyarakat yang tidak baik di lingkungan
anda tidak akan mempengaruhi perilaku anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Apakah anda bisa diterima dalam pergaulan dengan semua teman baik lakilaki maupun perempuan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Apakah diusia anda yang sekarang ini, anda merasa sering kurang percaya diri
sehingga anda mengikuti perilaku teman anda meskipun itu tidak baik?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah anda merasa orang tua anda pilih kasih terhadap anda karena
kedudukan anda dalam keluarga sebagai anak pertama/kedua/tengah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah anda merasa putus asa karena anda mendapat nilai yang jelek saat
ujian?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Apakah keluarga anda sangat perhatian kepada anda dalam hal belajar?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Anda tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman-teman anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Menurut anda, Apakah anda termasuk orang yang mudah tersinggung atau
marah?
a. iya
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak
9. Apabila anda menjadi siswa baru di suatu sekolah, anda langsung bisa
memiliki banyak teman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah anda sering membaca buku-buku porno ataupun membuka situs
porno?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Apakah anda pernah keluar dari sekolah tanpa ijin atau tanpa sepengetahuan
pihak sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Apabila anda belum mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah anda akan
berpura-pura sakit?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apabila anda sedang marah anda akan mengucapkan kata-kata kotor?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Anda akan menolak perintah orang tua dengan alasan sedang belajar?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Apabila anda diberi uang oleh orang tua untuk membayar iuran sekolah, anda
akan memakai uang tersebut untuk hal lain?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Apabila anda diajak teman untuk minum-minuman keras anda akan menolak?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Apabila uang jajan kurang, anda akan meminta lebih kepada orang tua dengan
alasan untuk membeli buku?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Apabila ada teman anda yang sedang berkelahi anda tidak akan ikut-ikutan
dan anda akan berusaha melerai mereka?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Anda menggunakan pakaian seragam yang ketat agar tidak dikatakan
ketinggalan zaman oleh teman-teman anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Bila anda mengetahui teman anda minum-minuman keras di sekolah, anda
akan melaporkannya kepada guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21. Bila anda meminjam sesuatu pada teman tapi tidak diperbolehkan, anda tidak
akan mencurinya atau meminta dengan paksa?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Apabila tidak ada pos polisi di sekitar lampu rambu-rambu lalu lintas, anda
akan tetap mengendarai kendaraan anda meskipun lampu merah menyala?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Apakah anda akan memukuli teman anda apabila teman anda tersebut berbuat
salah kepada anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
24. Anda akan lebih mementingkan uang anda untuk membeli buku sekolah
daripada untuk taruhan dengan teman?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
25. Apabila diajak teman untuk taruhan uang dalam pertandingan sepak bola,
anda akan menolak?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
26. Anda akan melukai teman anda apabila anda tidak boleh mencontek hasil
pekerjaan teman anda tersebut?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
27. Apabila uang saku anda kurang, anda tidak akan mengambil uang orang tua
anda tanpa sepengetahuan mereka?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
C. Daftar Pertanyaan Variabel Pendidikan Agama Islam
1. Apakah anda dapat membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan lancar?
a. selalu, saya selalu membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan lancar
b. sering, namun tidak lancar dalam membacanya
c. kadang-kadang
d. tidak bisa sama sekali
2. Apakah anda mengikuti tadarus Al Quran yang diadakan di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Apakah anda dapat menghafal hadits-hadits yang diajarkan di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
4. Apabila anda diberi tugas oleh guru untuk menghafalkan hadits, anda akan
berpura-bura sakit apabila anda belum menghafalnya?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
5. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, Nabi bersabda,
janganlah engkau mudah marah. Apabila teman anda tidak sengaja menabrak
anda ketika jalan, anda akan marah?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Apakah anda rutin mengikuti jamaah sholat dzuhur di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
7. Anda tidak suka apabila ada teman anda di sekolah berkunjung ke rumah
anda?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Apabila anda sedang bermain dengan teman, anda lupa mengerjakan sholat?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Pada saat waktu jamaah sholat dzuhur di sekolah anda akan berpura-pura sakit
atau berhalangan karena malas mengikuti sholat berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Anda selalu belajar sebagai bentuk ikhtiar kita agar memperoleh nilai yang
baik?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
11. Apakah anda selalu sholat lima waktu tepat waktu?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
12. Anda sering malas belajar karena anda merasa bahwa anda ditakdirkan
sebagai orang yang kurang pandai?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
13. Anda berteman baik dengan siapa saja?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Apabila ada teman atau tetangga anda meninggal dunia, anda bertakziyah dan
melakukan sholat jenazah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Anda akan membiarkan kulit pisang yang berada ditengah jalan, karena anda
merasa bukan anda yang membuangnya?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
16. Anda menegur teman anda dengan halus apabila teman anda berbuat hal yang
tidak baik?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
17. Apabila anda marah anda mengeluarkan kata-kata kotor?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
18. Apabila anda berjalan di depan guru anda di sekolah, anda akan mengucapkan
permisi?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
19. Apabila anda tidak menyukai guru atau bosan dengan materi yang
disampaikan oleh guru, anda tidak akan mendegarkannya?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
20. Apabila ada teman yang sakit di sekolah anda akan mengantarkannya ke
ruang UKS?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21. Anda tidak suka apabila ada teman anda di sekolah berkunjung ke rumah
anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Apakah anda dapat memahami materi pelajaran sejarah kebudayaan Islam
yang disampaikan oleh guru anda?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Apakah anda bisa mengambil hikmah dari fase perkembangan Islam pada
masa bani Umayah dan Abasiyah?
a. selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak bisa
24. Apabila anda mendapat materi pelajaran fiqh tentang pernikahan, anda tidak
mendengarkan atau bahkan ramai sendiri karena anda merasa belum saatnya
untuk mempelajari?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
25. Anda bisa memahami semua bagaimana cara pembagian warisan yang telah
diajarkan di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
26. Anda mengantuk ketika mendapat pelajaran tarikh sehingga anda tidak bisa
mengerti materi yang disampaikan oleh guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
D. Daftar Pertanyaan Variabel Pembelajaran Sosiologi
1. Pembelajaran sosiologi tidak memberikan kontribusi apapun dalam kehidupan
anda?
a. selalu
b. sering,
c. kadang-kadang
d. tidak, sosiologi memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat
2. Apakah anda merasa bahwa materi pelajaran yang ada dalam sosiologi sangat
bermanfaat dalam kehidupan anda sehari-hari dalam bermasyarakat?
a Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Sebagai bentuk perwujudan nilai-nilai kesopanan, anda akan mengucapkan
permisi apabila anda berjalan di depan guru?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
4. Apakah menurut anda perilaku masyarakat yang tidak baik di lingkungan
anda, sangat berpengaruh terhadap perilaku anda?
a. Selalu
b. Sering berpengaruh
c. kadang-kadang berpengaruh
d. tidak pernah berpengaruh
5. Anda selalu menaati tata tertib yang ada di sekolah?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Apakah anda tidak pernah mengikuti kerja bakti di kampung anda?
a. Saya tidak pernah mengikuti kerja bakti
b. Sering tidak mengikuti kerja bakti
c. kadang-kadang tidak mengikuti
d. tidak, saya selalu mengikuti kerja bakti
7. Anda akan cenderung mengikuti perilaku teman-teman sekelas anda?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Apakah anda mengucapkan salam dan berjabat tangan bila bertemu dengan
teman anda di jalan?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Anda sering berdiskusi dengan teman mengenai hal apapun?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Apakah menurut anda teman sekelas anda, merupakan faktor yang paling
dominan di dalam pembentukan kepribadian anda?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
11. Apabila anda tidak mengikuti perilaku/perbuatan teman dekat anda di sekolah,
anda akan merasa tidak gaul atau ketinggalan zaman?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
12. Apabila anda menjadi siswa baru anda akan mudah menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah setempat?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
13. Apakah anda pernah menyontek pada saat ulangan?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Anda mudah terpengaruh dengan ajakan teman-teman anda, meskipun anda
mengetahui ajakan tersebut tidak baik?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Anda pernah membolos pada jam pelajaran sosiologi karena tidak menyukai
pelajaran tersebut?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
16. Anda akan berteman dengan siapa saja di sekolah dengan tanpa pilih-pilih?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
17. Anda tidak akan menyela pembicaraan orang lain pada saat diskusi
berlangsung?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
18. Pembelajaran sosiologi dapat membantu anda untuk mengetahui hal-hal apa
saja yang seharusnya anda lakukan agar anda dapat diterima dalam pergaulan
dengan teman anda?
a. Sangat perlu
b. perlu
c. kadang-kadang
d. tidak perlu
19. Anda akan menolak ajakan teman untuk membolos?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
20. Sebagai rasa solidaritas anda akan ikut dalam tawuran antar pelajar?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
21. Apakah menurut anda materi sosiologi perlu dipelajari untuk bekal anda hidup
bermasyarakat?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
22. Anda mengenal dengan baik seluruh guru maupun karyawan di sekolah anda?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak
23. Anda merasa pembelajaran sosiologi tidak berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian anda?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
24. Apakah anda aktif bertanya ketika anda belum memahami materi yang
disampaikan oleh guru?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
25. Apabila anda merasa bosan atau tidak suka terhadap materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru sosiologi anda akan ramai atau akan mengobrol
dengan teman sebelah anda meskipun pelajaran sedang berlangsung?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
26. Anda menjawab pertanyaan yang diajukan guru kepada siswanya?
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
27. Anda akan berdiskusi dengan teman anda apabila anda belum memahami
materi yang disampaikan oleh guru?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
CURRICULUM VITAE
Pas Foto
4X 6
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap
: Faizatul Mukhafadzoh
Tempat Tanggal Lahir
: Cilacap, 19 Juni 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Golongan Darah
:O
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Serayu Raya no.28 Rt 02 Rw 02 kesugihan,
Cilacap
Status Anak
: Anak ketiga dari empat bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Kebangsaan
: Indonesia
B. DATA ORANG TUA
Nama Ayah
: H. Moch. Nadzir, S.Pd (Alm)
Tempat Tanggal Lahir
: Cilacap, 8 Agustus 1953
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Nama Ibu
: Hj. Mursidah
Tempat Tanggal Lahir
: Kebumen, 23 Maret 1963
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua
: Jl. Serayu Raya no.28 Rt 02 Rw 02 kesugihan,
Cilacap
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap
TA 1992 s/d 1994
2. MII Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap
TA 1994 s/d 2000
3. SMP Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap
TA 2000 s/d 2003
4. SMA Negeri 1 Sokaraja
TA 2003 s/d 2006
5. Pend. Sosiologi Antropologi FKIP UNS Surakarta TA 2006 s/d 2010
Download