HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA Skripsi Oleh: FAIZATUL MUKHAFADZOH NIM K8406020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA Disusun Oleh : FAIZATUL MUKHAFADZOH NIM. K8406020 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi – Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 19521126 198103 1 002 Pembimbing II Drs. MH Sukarno, M.Pd NIP. 19510601 197903 1 001 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi – Antropologi. Pada hari : Jumat Tanggal : 11 Juni 2010 Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Suparno, M. Si …..………………… Sekertaris : Dra. Siti Rochani, M. Pd …………………….. Anggota I : Drs. Slamet Subagya, M. Pd …………………….. Anggota II : Drs. MH. Soekarno, M. Pd ..………………….... Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001 ABSTRAK Faizatul Mukhafadzoh. HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Mei 2010. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang, (2) hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang, (3) hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, sejumlah 371 siswa.Sampel diambil dengan teknik simpel random sampling sejumlah 56 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik angket sebagi teknik pokok dan teknik observasi sebagai teknik bantu. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier ganda komputer seri SPS edisi Sutrisno Hadi UGM Yogyakarta Tahun 2000 versi IBM/IN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Hubungan antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang berdasarkan perhitungan rx1y = 0,395 dan = 0,003, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, ditolak. (2) Hubungan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang berdasarkan perhitungan rx2y = 0,214 dan = 0,109, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, ditolak. (3) Hubungan secara bersama antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran Sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa berdasarkan perhitungan diperoleh rx1x2y = 0,157, = 0,011 dan F = 4,946, maka hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, ditolak. ABSTRACT Faizatul Mukhafadzoh. THE RELATIONSHIP BETWEEN ISLAMIC EDUCATION AND LEARNING SOCIOLOGY WITH THE DEVIANT BEHAVIOUR IN X CLASS OF SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA. Research paper, Surakarta: teacher training and education faculty. Sebelas Maret University, May 2010. The purpose of this study is to determine (1) the relationship between Islamic education with deviant behavior, (2) the relationship between learning sociology of deviant behavior, (3) the relationship between Islamic education with learning sociology of deviant behavior. The method employed in this research is a correlational descriptive one. The population of research was all grade X student of SMA Al Islam 1 Surakarta. in the school year of 2009/2010, as many as 371 students. The sample was taken using simple random sampling, as many as 56 students. Tecnique of collecting data employed was questionnaire, to complement the data using the method of observation. The technique of data analysis is the technique of multiple regression analysis computer SPS series, Sutrisno Hadi UGM Yogyakarta edition, and version of the IBM / IN in 2000. Based on the results of this research, the writer draws three conclusions as follows: (1) The relationship between Islamic education based on the calculation of deviant behavior rxly = 0.395 and p = 0.003, then the hypothesis which says "there was a very significant relationship between Islamic education of students with a deviant behavior in X class of SMA Al Islam 1 Surakarta ", is not evidenced. (2) The relationship of sociology to the study of deviant behavior based on the calculation rx2y = 0.214 and p = 0.109, then the hypothesis which says "there is an enough significant relationship between teaching sociology with the deviant behavior in X class of SMA Al-Islam 1 Surakarta", is not evidenced . (3) The relationship between Islamic education and the sociology of learning with students of deviant behavior based on the calculation rx1x2y = 0.157, p = 0.011 and F = 4.946, then the hypothesis that says "there is a significant relationship between Islamic education and learning of sociology with the deviant behavior students in X class of SMA Al Islam 1 Surakarta ", is not evidenced. MOTTO " Jika anak dibesarkan dengan celaan ia belajar memaki, Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi, Jika anak dibesarkan dengan pujian ia belajar menghargai, Jika anak dibesarkan dengan kebenaran dan kejujuran ia belajar tentang kebenaran dan keadilan " (Dorothy L. Notle) ” Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqman: 17) PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Allah SWT ... Bapak H. Moch Nadzir, S. Pd (alm), terimakasih atas kasih sayang, bimbingan serta pengorbanannya, akan ku ingat selalu Ibu Hj. Mursidah tercinta, terimakasih atas segala cinta kasih, dukungan mental maupun spiritual serta pengorbanannya hingga saat ini Kakak-kakakku tersayang (Mba Itat dan Mas Sya‟roni serta Mamas Faiq), terimakasih atas dukungan dan doanya Adek (Yaya), i love u full Sahabat-sahabat di Sos-Antro‟06 serta di AMWIN yang selalu mendukung dan membantu. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah, yang telah melimpahkan segala karunia dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi dengan Perilaku Menyimpang Siswa Kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, yang merupakan sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Peneliti menyadari bahwa tanpa dorongan dan dukungan dari orang-orang di sekitar peneliti, skripsi ini tidak akan pernah selesai. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. MH. Soekarno, M.Pd, ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga serta pemikirannya untuk membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai.. 4. Drs. Slamet Subagyo, M. Pd, pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai. 5. Yosafat Hermawan T, S.Sos, penasehat akademik yang selalu memberikan dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan kewajiban akademik. 6. Seluruh staf pengajar di Program Pendidikan Sosiologi Antropologi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 7. Drs. Riyanto, Kepala Sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian. 8. Heri Dwi Hartanto, S.Sos, selaku guru mata pelajaran sosiologi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian. 9. Siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket. 10. Segenap guru SMA Al Islam 1 Surakarta yang telah membantu memberikan dan mempersiapkan data-data 11. Sahabat-sahabat terbaikku di Windan yang selalu memberikan motivasi 12. Sahabat–sahabat di program studi Sosiologi-Antropologi angkatan 2006. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Dengan segala kemampuan yang ada peneliti telah berusaha semaksimal mungkin menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Terima kasih kepada semua pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi ini. Mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Surakarta, 18 Mei 2010 Peneliti DAFTAR ISI JUDUL .................................................................................................. i PENGAJUAN ....................................................................................... ii PERSETUJUAN ................................................................................... iii PENGESAHAN .................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................ v ABSTRACT .......................................................................................... vi MOTTO ................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ................................................................................. viii KATA PENGANTAR .......................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................... 5 C. Pembatasan Masalah .................................................. 5 D. Rumusan Masalah ...................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ....................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ...................................................... 7 LANDASAN TEORI ....................................................... 8 A. Tinjauan Pustaka ......................................................... 8 1. Tinjauan tentang Perilaku Menyimpang ............... 8 a. Pengertian Perilaku Menyimpang ....................... 8 b.Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ................ 9 c. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang .. 11 d.Usaha Mengatasi Perilaku Menyimpang ............ 12 BAB II BAB III 2. Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam ............ 14 a. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................. 14 b.Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam .... 16 c. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ................ 18 d.Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................... 18 3. Tinjauan tentang Pembelajaran Sosiologi .............. 20 a. Pengertian Pembelajaran .................................... 20 b.Teori-teori Pembelajaran .................................... 21 c. Aspek-aspek Pembelajaran ................................. 24 d.Pengertian Sosiologi .......................................... 28 e. Pembelajaran Sosiologi ....................................... 29 B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................... 32 C. Kerangka Berpikir ........................................................ 32 D. Hipotesis....................................................................... 34 METODE PENELITIAN ................................................ 35 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 35 1. Tempat Penelitian .................................................. 35 2. Waktu Penelitian .................................................... 35 B. Populasi dan Sampel .................................................... 35 1. Populasi ................................................................. 35 2. Sampel .................................................................... 36 C. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 36 1. Teknik Angket atau kuesioner .............................. 37 2. Teknik Observasi ................................................... 46 D. Rancangan Penelitian ................................................... 47 1. Identifikasi Variabel ............................................... 47 2. Metode Penelitian yang digunakan ........................ 48 3. Tenik Pengambilan Sampel ................................... 51 E. Teknik Analisis Data ................................................... 54 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................... 58 A. Deskripsi Data ............................................................. 58 B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................... 63 C. Pengujian Hipotesis ..................................................... 66 D. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................. 69 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................... 73 A. Simpulan………………………………………… ...... 73 B. Implikasi……………………………………………... 75 C. Saran………………………………………………..... 77 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 79 LAMPIRAN .......................................................................................... 82 BAB V DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Penyusunan Skripsi ....................................................... 35 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema kerangka berpikir ....................................................... 33 Gambar 2. Grafik Histogram Data Pendidikan Agama Islam (X1) ......... 62 Gambar 3. Grafik Histogram Pembelajaran Sosiologi (X2) ...................... 62 Gambar 4. Grafik Histogram Perilaku Menyimpang (Y) ......................... 63 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kisi-kisi Try out ................................................................. 82 Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian .................................................. 87 Lampiran 3. Angket Try Out ................................................................... 88 Lampiran 4. Hasil analisis try out (analisis keshahihan butir).................. 100 Lampiran 5. Tabulasi................................................................................ 106 Lampiran 6. Uji Keandalan Teknik Alpha Cronbach............................... 109 Lampiran 7. Sebaran Frekuensi dan Histogram........................................ 112 Lampiran 8. Uji Normalitas Sebaran........................................................ 117 Lampiran 9. Uji Linearitas ...................................................................... 122 Lampiran 10. Anreg Model Penuh dan Stepwise.................................... 125 Lampiran 11. Ijin Menyusun Skripsi........................................................ 129 Lampiran 12. Ijin Menyusun Skripsi........................................................ 130 Lampiran 13. Ijin Penelitian ke kepala sekolah ...................................... 132 Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ........................ 133 Lampiran 15. Curriculum Vitae................................................................ 134 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional yang melanda Indonesia salah satunya diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ada. Adanya globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari keadaan sekarang ini. Kualitas sumber daya manusia merupakan kata kunci dalam menghadapi tantangan dunia global yang pada saat ini menjadi ancaman bagi masyarakat khususnya remaja. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sebaliknya sumber daya manusia yang tidak mempunyai potensi diri akan tersingkirkan. Menurut Redja Mudyaharjo (2002:11), “Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang”. Pendidikan mempunyai cakupan yang luas artinya pendidikan bisa di dapat dari mana saja baik di luar maupun di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmani maupun aspek rohani berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Hal itu sesuai dengan pernyataan yang tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3) sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pada peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan penyelenggaraan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah disebut jalur formal di mana kegiatan yang berjalan diatur secara rapi dan saling berhubungan satu sama lain sehingga membentuk suatu rangkaian kegiatan yang memiliki tujuan jelas. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Kalau dilihat lebih jauh pendidikan di Indonesia saat ini terutama di sekolah-sekolah masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih terdapat banyak siswa yang belum sadar secara penuh makna pendidikan, hal ini terlihat dengan adanya siswa yang berperilaku menyimpang seperti membolos, menyontek, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mentaati tata-tertib sekolah, berbohong, berkelahi dan sebagainya. Perilaku menyimpang menurut Idianto Muin (2006 :155) dapat terjadi karena beberapa hal: 1 Dari sudut pandang sosiologi; perilaku menyimpang karena sosialisasi, perilaku menyimpang karena anomie, perilaku menyimpang karena differential association, perilaku menyimpang karena pemberian julukan. 2 Dari sudut pandang biologi; sebagian besar ilmuwan abad ke 19 berpandangan bahwa kebanyakan perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor biologis seperti tipe sel-sel tubuh. 3 Dari sudut pandang psikologi perilaku menyimpang dianggap sebagai gejala penyakit mental. 4 Sudut pandang kriminalitas, memandang perilaku menyimpang dari; teori konflik (konflik budaya dan konflik kelas sosial) dan teori pengendalian (dari dalam maupun dari luar ) Dari berbagai sudut pandang mengenai penyebab terjadinya perilaku menyimpang, salah satunya yaitu dari sudut pandang sosiologi dapat diketahui bahwa perilaku menyimpang dapat terjadi akibat faktor sosialisasi. Dengan proses sosialisasi diharapkan anak mampu mengenal dan menghayati tata nilai, norma dan pola-pola perilaku individu ataupun kelompok yang lambat laun nilai-nilai dan norma yang ada diserap menjadi bagian dari kepribadian. Namun proses sosialisasi tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku yang sesuai dan dikehendaki masyarakat. Adakalanya proses sosialisasi tersebut menghasilkan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya perilaku yang menyimpang. Proses sosialisasi terjadi pada berbagai media diantaranya adalah sekolah. Untuk itu dibutuhkan suatu pendidikan yang diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh tidak hanya diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis, ekonomis, jauh dari sentuhan nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti serta tidak hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, emosi, dan spiritual. Sekolah berbasis agama merupakan sekolah yang banyak menyajikan pendidikan agama Islam dibandingkan dengan sekolah umum. Pendidikan agama merupakan salah satu alternatif untuk membimbing dan mengarahkan perkembangan pribadi setiap siswa baik mental maupun spiritual. Menurut E. Mulyasa dalam Abdul Majid (2005:77), ”Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang meliputi masalah aqidah, syariah, dan akhlak”. Aqidah bersifat i‟tikad batin, mengajarkan ke Esaan Alloh, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia. Dengan demikian melalui pendidikan agama Islam diharapkan siswa dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah Islam dan nilai-nilai serta norma yang ada dalam masyarakat norma. SMA AL Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah berbasis agama Islam yang memiliki tujuan pendidikan:(1) membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Alloh SWT, (2) Mengembangkan kemampuan intelektual, akal, dan daya nalar yang bertanggung jawab, (3) Membangun kehidupan sosial yang beradab dan berakhlak atas dasar persaudaraan dan persahabatan agar menjadi rahmat seluruh alam (rahmatan lil „alamin). Awalnya Al Islam hanya mengkaji tentang pelajaran agama yaitu; Tafsir Al Quran, Al Hadits, Aqidah Akhlak, Syari‟ah/Fiqh, Tarikh. namun seiring perkembangan zaman, dalam konggres pendidikan Islam di Surakarta tahun 1948 diamanatkan untuk memasukkan pelajaran umum dalam kurikulumnya. Dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah atas terdapat mata pelajaran sosiologi yang mana mata pelajaran tersebut erat kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial. Hal tersebut sangat dibutuhkan bagi siswa sebagai wahana pengembangan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari. Tujuan pengembangan keterampilan sosial dalam mata pelajaran sosiologi adalah agar siswa mampu berinteraksi dengan teman-temannya serta bersosialisasi dengan baik. Menurut William Kornblum dalam Idianto Muin (2006 :8) : Sosiologi merupakan suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi. Banyak hal yang dikaji dalam pembelajaran Sosiologi diantaranya mempelajari mengenai realitas: Sistem sosial, Organisasi sosial (kelompok, lembaga dan peran) dan dinamika sosial (pengendalian sosial, penyimpangan sosial, mobilitas sosial, dan perubahan sosial). Hal ini selaras dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh masyarakatnya, baik kepribadian individualnya, termasuk daya rasionalnya, reaksi emosionalnya, aktivitas, kreativitas, dan lain sebagainya dipengaruhi oleh kelompok tempat hidupnya. Dengan mempelajari sosiologi diharapkan agar anak didik mampu bersosialisasi dengan baik sehingga tidak terjadi perilaku menyimpang. Berdasarkan uraian di atas, judul penelitian yang peneliti rumuskan adalah "Hubungan Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi dengan Perilaku Menyimpang Siswa kelas X SMA AL Islam 1 Surakarta. " B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: 1. Rendahnya sumber daya manusia disebabkan karena rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. 2. Pendidikan di sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan akibatnya masih banyak terdapat siswa yang berperilaku menyimpang seperti membolos, menyontek, tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak mentaati tata-tertib sekolah, berbohong dan sebagainya. 3. Adanya proses sosialisasi yang kurang baik menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang pada siswa. 4. Perlu adanya peningkatan pendidikan agama Islam yang mendidik pribadi individu baik mental maupun spiritual sehingga membentuk pribadi yang baik 5. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial sebagai bekal pengembangan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pemahamannya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran sosiologi. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka permasalahan dibatasi pada : 1. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah pendidikan yang berisi bimbingan jasmani dan rohani mencakup Al Quran, Hadits, Syariah/Fiqh, Aqidah dan Sejarah Kebudayaan Islam. 2. Pembelajaran Sosiologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di sekolah yang membahas tentang pola-pola perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, agar siswa dapat memahami dan menerapkan perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 3. Perilaku menyimpang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang siswa baik yang digolongkan sebagai perilaku pelanggaran hukum maupun perilaku yang tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta? 2. Apakah ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta? 3. Apakah ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah dan membuktikan hipotesis penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara pendidikan Agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. 2. Mengetahui hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. 3. Mengetahui hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam bidang ilmu pendidikan pada umumnya dan proses belajar pada khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak sekolah, sebagai salah satu bahan informasi dalam mengetahui hubungan pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi terhadap perilaku menyimpang siswa serta sebagai sumbangan pemikiran dan masukan guna meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, khususnya di SMA Al Islam 1 Surakarta. b. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang serupa. c. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan tentang Perilaku Menyimpang a. Pengertian Perilaku Menyimpang Di dalam lingkungan sekolah terdapat kaidah dan etika serta peraturanperaturan agar setiap individu yang berada di dalamnya berperilaku sesuai dengan harapan. Tetapi dalam lingkungan sekolah tersebut, selalu dijumpai adanya individu yang berperilaku tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut disebut sebagai anggota yang berperilaku menyimpang. Penyimpangan dalam suatu lingkungan sekolah belum berarti merupakan penyimpangan dalam lingkungan sekolah lain, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan nilai dan norma yang berlaku. Paul B. Horton dalam Idianto Muin (2006:153), "Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat tertentu". James Vander Zander dalam Idianto Muin, "Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang". Kartini Kartono (2005:15), "Perilaku menyimpang atau tingkah laku abnormal adalah tingkah laku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada." Kartini Kartono menyamakan perilaku menyimpang dengan deviasi yang diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata rakyat kebanyakan atau populasi. Vembriarto (1984:55), "Tingkah laku deviant kadang-kadang disebut juga abnormal atau maladjusted/tidak mampu menyesuaikan diri". Konsep deviasi hanya berarti apabila ada deskripsi dan pembatasan yang tepat mengenai norma sosial. Dalam lingkungan sekolah penentuan norma sosial dapat mudah terlihat baik secara tersirat maupun tersurat dalam tata tertib dan peraturan sekolah yang berlaku. Dari beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan oleh anggota suatu lingkungan yang tidak menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dan perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian besar anggota lainnya. b. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berpikir, manusia mempunyai pola-pola perilaku yang tidak tetap. Adakalanya manusia berperilaku sesuai dengan kehendak umum, tetapi di lain kesempatan manusia dapat berperilaku menentangnya. Perilaku menyimpang pada dasarnya dilakukan dengan melalui berbagai bentuk. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang menurut Idianto Muin (2006:161), dapat dibedakan menjadi 2 yaitu; 1) Berdasarkan kekerapannya: penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial sekunder 2) Berdasarkan jumlah orang yang terlibat: penyimpangan individu dan penyimpangan kelompok Dari uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Berdasarkan kekerapannya a) Penyimpangan sosial primer merupakan penyimpangan yang bersifat sementara. Orang yang melakukannya masih tetap diterima dalam masyarakat. Penyimpangan ini juga disebut sebagai penyimpangan ringan b) Penyimpangan sosial sekunder merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh pelakunya secara terus-menerus meskipun telah diberi sanksi. Penyimpangan ini disebut sebagai penyimpangan berat 2) Berdasarkan jumlah orang yang terlibat a) Penyimpangan individu merupakan penyimpangan yang dilakukan sendiri tanpa melibatkan orang lain, misalnya: tidak mematuhi perintah orang tua. b) Penyimpangan kelompok merupakan penyimpangan yang terjadi apabila pelaku perilaku menyimpang tersebut dilakukan oleh orang banyak secara bersama-sama dalam suatu kelompok tertentu. Misalnya; tawuran antar pelajar Siswa SMA dikategorikan sebagai usia remaja, yang mana masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Banyak perubahan yang terjadi ketika anak mulai menginjak usia remaja baik secara fisik maupun psikis. Sehingga usia remaja merupakan usia yang rentan terhadap terjadinya berbagai penyimpangan. Edy Purwito (2004:36), membedakan penyimpangan berdasarkan kadar penyimpangannya menjadi dua macam yaitu: a) Penyimpangan ringan, yaitu penyimpangan yang menimbulkan gangguan atau kerugian yang kecil kepada pihak lain. Contoh: berbohong, minum-minuman keras, membolos, melanggar peraturan lalu lintas. b) Penyimpangan berat, yaitu penyimpangan yang menimbulkan gangguan dan kerugian bahkan korban jiwa. Contoh: mencuri, merampas, menganiaya, memperkosa, membunuh. Bentuk penyimpangan remaja tidak dapat disamakan begitu saja dengan perbuatan kejahatan yang melanggar hukum seperti bentuk penyimpangan yang dipakai untuk menunjukkan kejahatan orang dewasa. Kita perlu membedakan sifat dan bentuk perbuatan seorang anak remaja dengan perbuatan seorang dewasa. Perbuatan orang dewasa seharusnya telah didasari oleh keputusan dan tanggung jawab penuh dalam arti sosial dan pribadi. Sedang untuk anak remaja kita perlu mempertimbangkan proses perkembangannya yang belum sempurna. Mereka berada dalam masa pencarian identitas diri dan dalam masa peralihan yang secara fisik dan mental belum matang. Bambang Mulyono (1984:22-24) mengklasifikasikan bentuk-bentuk penyimpangan menjadi 2 macam: 1) Penyimpangan perilaku yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran hukum, antara lain; a).Keluyuran b).Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak senonoh c).Memutar balikkan fakta dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan dan berbohong d).Pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah e).Meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau menentang perintah orang tua f).Membawa dan memiliki benda yang membahayakan orang lain sehingga mudah terangsang mempergunakan. g).Berteman dengan teman yang memberi pengaruh buruk h).Minum-minuman keras dan berpakaian tidak sopan serta menghisap ganja sehingga merusak dirinya i).Turut dalam pelacuran j).Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga timbul tindakan yang kurang bertanggung jawab. 2) Penyimpangan perilaku yang dapat digolongkan pelanggaran hukum dan mengarah pada tindakan kriminal, antara lain; a).Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno, pemerkosaan b).Merampas dengan atau tanpa kekerasan, mencuri dan mencopet c).Berjudi d).Penipuan dan pemalsuan e).Penganiayaan f).Pengguguran kandungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Bambang Mulyono bahwa perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku menyimpang sebagai pelanggaran hukum dan perilaku menyimpang yang tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum. Perilaku menyimpang sebagai pelanggaran hukum merupakan termasuk tindakan kriminal dalam taraf berat. Sedangkan perilaku menyimpang yang tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum merupakan tindakan penyimpangan yang masih dalam taraf ringan. Secara umum perilaku menyimpang yang dilakukan pelajar merupakan perilaku menyimpang yang ringan. c. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat muncul karena disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Singgih D. Gunarso (1983:54) faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 2; 1) Kemungkinan berpangkal pada diri remaja itu sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh; (a) Kekurangan penampungan emosional(b)Kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan(c)Kegagalan dalam prestasi sekolah atau pergaulan(d)Kekurangan dalam bentuk hati nurani 2) Kemungkinan berpangkal dari lingkungan yaitu:(a)Lingkungan keluarga (b)Lingkungan masyarakat Secara sosiologis, menurut Edy Purwito (2004:38) faktor-faktor yang dapat menimbulkan perilaku menyimpang dapat dirinci sebagai berikut: 1) Ketidaksanggupan menyerap dan menginternalisasikan tata nilai dan norma kebudayan yang berlaku 2) Lingkungan sosial dan pergaulan yang tidak baik 3) Proses belajar atau sosialisasi yang menyimpang 4) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial 5) Bersosialisasi dengan nilai-nilai subkebudayaan menyimpang. Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang tersebut di atas, peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh singgih D. Gunarso bahwa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada remaja dapat terjadi karena 2 faktor yaitu, pertama faktor dari dalam remaja itu sendiri seperti kekurangan penampungan emosional, kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan, kegagalan dalam prestasi sekolah atau pergaulan, kekurangan dalam bentuk hati nurani, kedua faktor dari luar remaja tersebut yang ikut berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. d. Usaha Mengatasi Perilaku Menyimpang Untuk mengatasi masalah terjadinya perilaku menyimpang khususnya pada siswa merupakan hal yang membutuhkan kesabaran dan perhatian yang tinggi. Sebab siswa memiliki emosi yang masih labil sehingga cepat sekali berubah-ubah. Apalagi bila menghadapi segala tantangan dan larangan mereka justru semakin penasaran terhadap hal tersebut karena keingintahuannya yang begitu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya benturan antara tingkah laku remaja dengan norma-norma atau aturan yang berlaku dalam kehidupan, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bahkan hukum negara. Prioritas utama dalam menghadapi masalah penyimpangan yang dilakukan oleh siswa adalah mencegah dengan cara yang memadai. Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam Sudarsono (1995:93) usaha preventif penyimpangan yang dilakukan oleh remaja ada dua cara yaitu: 1) Cara Moralistis, dilaksanakan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat menekan nafsu untuk berbuat kejahatan. 2) Cara abolisionistis, berusaha memberantas, menggulangi kejahatan dengan sebab musababnya, umpamanya kita ketahui bahwa faktor tekanan ekonomi merupakan salah satu penyebab kejahatan, maka usaha untuk mencapai tujuan dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara abolisionistis. Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:140), ”Penaggulangan perilaku menyimpang pada remaja ada tiga macam yaitu usaha preventif, represif dan kuratif ”. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Usaha preventif Segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyimpangan. Pencegahan dilakukan dengan usaha pembinaan yang terarah pada siswa sehingga keseimbangan diri akan dicapai dan pada akhirnya dapat tercipta hubungan yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi. Dengan pembinaan budi pekerti yang baik akan dicapai terwujudnya manusia ideal, cerdas dan bertaqwa. Di dalam dunia pendidikan, pembinaan budi pekerti tersebut dititik beratkan pada pembentukan mental remaja agar tidak mengalami penyimpangan. Usaha ini dapat dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah maupun tokoh masyarakat. 2) Usaha Represif Usaha ini mengatasi penyimpangan perilaku yang melakukan pelanggaran norma-norma sosial dan moral dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran tersebut. Usaha yang dilakukan dengan mendidik dan menindak remaja yang melakukan tindakan menyimpang. Jika penyimpangan dilakukan di lingkungan sekolah, maka yang menindak atau memberi hukuman bila terjadi pelanggaran adalah kepala sekolah atau guru. 3) Usaha Kuratif Usaha penaggulangan perilaku menyimpang ini dilakukan setelah usaha preventif dan usaha represif dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil. Usaha ini dilakukan dengan cara memberikan pendidikan lagi sampai perilaku remaja tersebut berubah. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Singgih D. Gunarso bahwa usaha mengatasi perilaku menyimpang pada remaja adalah yang pertama usaha preventif yaitu tindakan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyimpangan, dilakukan dengan pembinaan yang terarah pada remaja, usaha ini dapat dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah maupun tokoh masyarakat. Kedua usaha represif yaitu usaha mengatasi penyimpangan perilaku yang melakukan pelanggaran norma-norma sosial dan moral dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran tersebut. Ketiga usaha kuratif yaitu usaha yang dilakukan setelah usaha preventif dan usaha represif dilakukan tetapi tidak berhasil. Usaha ini dilakukan dengan cara memberikan pendidikan lagi sampai perilaku remaja tersebut berubah. 2. Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia tidak hanya dari aspek jasmaniah tetapi juga aspek rohaniah yang berlangsung melalui proses yang terarah agar anak didik sampai pada titik optimal kemampuannya. Ahmad D. Marimba dalam Mulyasa (2005:130), "Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuranukuran Islam". A. Tafsir (2005:130), "Pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam". Berdasarkan Kurikulum PAI dalam Sutrisno (2005:20) disebutkan Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, ajaran agama Islam dari sumber kitab suci Al Quran dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam perkembangannya, seorang anak membutuhkan bimbingan agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Bimbingan tersebut diharapkan merupakan bimbingan yang tentunya mengarah pada hal yang lebih baik, artinya tidak hanya secara lahiriah namun juga secara rohaniah. Kedua hal tersebut sangat membantu perkembangan seorang anak agar memiliki kepribadian yang mulia. Dalam pendidikan agama Islam seorang anak dapat memperoleh pemenuhan kebutuhan akan pendidikan yang menyangkut aspek jasmani maupun rohani. Dalam arti pendidikan tersebut tidak hanya menumbuhkan dan mengembangkan melainkan juga mencapai tujuan akhir baik di dunia maupun di akhirat. Melalui proses pendidikan manusia dapat dimanusiakan sebagai hamba Tuhan yang mampu menaati ajaran agamanya. Berdasarkan hal ini maka pendidikan agama Islam mempersiapkan diri setiap individu guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya. Zakiah Daradjat (1992:86) mengemukakan: Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dari beberapa pendapat mengenai definisi pendidikan agama Islam di atas peneliti mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. kepada terbentuknya b. Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri Jauhari Muchtar sebagaimana dikutip dalam Sismanto (http://islamlib.com/ /azra3.html,10/27/2009), yang menyatakan bahwa pendidikan Islam itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Pendidikan keimanan (Tarbiyatul Imaniyah) Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul Khuluqiyah) Pendidikan jasmani (Tarbiyatul Jasmaniyah) Pendidikan rasio (Tarbiyatul Aqliyah) Pendidikan kejiwaan/hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah) Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul Ijtimaiyah) Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah). Mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari beberapa aspek. Sutrisno (2005:110), "PAI yang bulat dan utuh meliputi; Al Quran/Al Hadis, Keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan Tarikh." Sebagai penjabarannya, kompetensi pendidikan agama Islam untuk jenjang SMA meliputi aspek; 1) Mampu membaca dengan mengetahui hukum bacaannya, menulis, dan memahami ayat Al Quran serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari . 2) Beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat, dan qadha qadar dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi kehidupan sehari-hari. 3) Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari 4) Memahami sumber hukum dan ketentuan sumber hukum Islam tentang ibadah, muammalah, muwaris, munakahah, jenazah dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 5) Memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah perkembangan Islam fase Umayah, Abasiyah, Abad pertengahan, abad pembaharuan, dan perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut E. Mulyasa dalam Abdul Majid (2005:77) "Inti ajaran agama Islam meliputi masalah aqidah (keimanan), Syari‟ah (keislaman) dan akhlak (ikhsan)." Dari ketiga inti ajaran Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Aqidah bersifat i‟tikad batin, keimanan atau rasa percaya sepenuh hati akan adanya Allah, ke Esaan Allah, yaitu Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur alam semesta serta meniadakan alam ini 2) Syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur interaksi maupun pergaulan hidup dan kehidupan manusia. 3) Akhlak, dengan adanya aqidah serta syariah tersebut, maka akan mendorong manusia untuk memiliki akhlak yang mulia. Jadi akhlak merupakan suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia. Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, peneliti mengambil kesimpulan dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Sutrisno bahwa pendidikan agama Islam yang bulat dan utuh meliputi; Al Quran/Al Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh/ibadah, dan Tarikh. Dengan kompetensi yang harus dicapai yaitu(1)Mampu membaca dengan mengetahui hukum bacaannya, menulis, dan memahami ayat Al Quran serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,(2)Beriman kepada Allah swt, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat, dan qadha qadar dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi kehidupan seharihari.(3)Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari(4)Memahami sumber hukum dan ketentuan sumber hukum Islam tentang ibadah, muammalah, muwaris, munakahah, jenazah dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari(5)Memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah perkembangan Islam fase Umayah, Abasiyah, abad pertengahan, abad pembaharuan, dan perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai acuan. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha untuk membentuk manusia secara utuh harusnya mempunyai dasar yang kuat. Ahmad D. Marimba (1981: 41) mengemukakan "Dasar pendidikan agama Islam ialah firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW". Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi dari Al-Qur'an dan Hadits yang menjadi fundamen. Jalaluddin (2001: 80), "Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam, keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al Quran dan Al Hadits dengan berbagai metode dan pendekatan seperti qiyas, ijma', ijtihad dan tafsir". Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan agama Islam bersumber pada Al Quran dan Al Hadits. d. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan yaitu mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pendidikan agama Islam di sekolah memegang peranan penting. Tujuan pendidikan agama Islam menurut Zakiah Daradjat (1992:29): Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam (1987:60-61) dalam Mulyasa mengemukakan "Tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu: (1)Tujuan Umum(2)Tujuan Akhir(3) Tujuan Sementara(4)Tujuan Operasional". Dari keempat tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tujuan Umum Tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. (2) Tujuan Akhir Pendidikan agama Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. (3) Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. (4) Tujuan Operasional Tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan TujuanInstruksional Khusus (TIU dan TIK). Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau saleh yang senantiasa membawa nama baik orang tuanya. Mahmud Yunus (1983: 13): Tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia. Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam berkisar kepada pembinaan pribadi muslim agar berkepribadian baik, bertaqwa pada Allah, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani. 3. Tinjauan tentang Pembelajaran Sosiologi a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar, Mc. Geoch dalam Bimo Walgito (2004:166) berpendapat ”Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar membawa perubahan dalam perilaku dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan. Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu untuk belajar. Belajar merupakan sesuatu hal yang rumit karena tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru. Dalam belajar melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukakan terutama apabila mengiginkan hasil belajar yang lebih baik. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:128) ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Para tokoh pendidikan menyamakan istilah pembelajaran dengan pengajaran atau instruction. Purwadarminta dalam Gino (1998:30) mengartikan istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Gino, ”Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar di mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. ” Muhibbin Syah (2006:33), ”Pengajaran atau instruction artinya to direct to do something; to teach to do something, to furnish with information, yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu; memberi informasi. ” Tardif dalam Muhibbin Syah (2006:34), ”Pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. ” Proses pembelajaran biasanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa, sedangkan yang belajar adalah orang yang belum dewasa. Langeveld dalam Suharsimi Arikunto (1990:4), ”Pengajaran merupakan bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap. ” Dari beberapa pengertian di atas peneliti mengacu pada pengertian pembelajaran menurut Gino yaitu usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar di mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dalam proses belajar adalah perubahan ke arah yang lebih baik. b. Teori-teori pembelajaran Siswa membutuhkan belajar untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Untuk membantu mencapai tersebut, maka perlu mengetahui dan memahami teori-teori belajar. Menurut Bimo Walgito (2004:170) ada beberapa teori belajar yaitu : 1) Teori belajar yang berorientasi pada aliran behaviorisme yaitu a) Teori belajar asosiatif. b) Teori belajar fungsionalistik 2) Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif yaitu a). Kohler Jean b) Piaget 3) Teori belajar Albert Bandura Dari berbagai teori tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Teori belajar yang berorentasi pada aliran behaviorisme a) Teori belajar asosiatif adalah teori belajar yang semula dibangun oleh Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa perilaku dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan. Di samping Pavlov, tokoh teori belajar asosiasi adalah Edwin Ray Guthrie dan William Kaye Ester. b) Teori belajar Fungsionalistik, tokoh teori ini adalah (1) Thorndike (2) Skinner. (1) Thorndike, menyimpulkan bahwa dalam mengajar dapat dikemukakan adanya beberapa hukum, yaitu (a) hukum kesiapan, (b) hukum latihan, (c) hukum efek. Menurut hukum ini belajar agar mencapai hasil yang baik harus ada kesiapan untuk belajar. Tanpa adanya kesiapan dapat diprediksikan hasilnya kurang memuaskan. Di samping itu, agar belajar mencapai hasil yang baik harus adanya latihan. Semakin sering dilatih dapat diprediksikan hasilnya akan lebih baik apabila dibandingkan dengan tanpa adanya latihan, atas dasar kesiapan dan latihan akan diperoleh efek atau hasilnya. (2) Skinner, sifat eksperimen Skinner bahwa hewan yang mencoba mencapai tujuan (makanan) harus berbuat. Menurut Skinner dalam kondisioning ada dua prinsip umum yaitu : (a) Setiap respon yang diikuti reward (merupakan reinforcing stimuli) akan cenderung diulangi. (b) Reward yang merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya proses. 2) Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif a) Kohler, bahwa hewan dalam belajar memecahkan masalah dengan insight (insightfull learning). Kohler tidak mengingkari adanya trial and error dalam memecahkan masalah seperti yang dikemukakan oleh Thorndike. Tetapi menurut Kohler dalam memecahkan masalah yang penting adalah insight. b) Jean Piaget, salah satu pengertian yang dikemukakan oleh Piaget adalah asimilasi dan akomodasi. Proses merespon individu terhadap lingkungannya yang sesuai dengan struktur kognitif individu merupakan asimilasi. Asimilasi adalah menyelaraskan antara struktur kognitif dengan lingkungannya. Apabila struktur anak berkembang memungkinkan anak mengasimilasikan bermacam-macam aspek dari lingkungannya. Dengan demikian akan jelas bahwa asimilasi merupakan satu-satunya proses kognitif, maka tidak akan didapati intelekctual growth, karena anak akan mengadakan asimilasi dengan struktur kognitif saja. Karena itu adanya proses yang kedua yaitu akomodasi. Proses akomodasi merupakan pengubahan struktur kognitif. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang bersangkutan akan terjadi asimilasi, tetapi pada keadaan dimana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi. 3) Teori belajar Albert Bandura Bandura mengajukan suatu versi baru dalam behaviorisme yang diberi nama a sociobehavioristik approach yang dikemudian disebut sebagai a social cognitive theory. Penelitian Bandura dipusatkan pada observasi perilaku manusia dalam interaksi. Menurut Bandura perilaku tidak otomatis dipicu oleh stimuli eksternal tetapi merupakan self activated. Menurut Bandura perilaku dibentuk dan berubah melalui situasi sosial dan interaksi sosial dengan orang lain. Teori ini merupakan penggabungan antara pandangan behavioristik dan kognitif. Gino (1998:33) menyatakan bahwa terdapat tiga aliran psikologi mengenai belajar yaitu; 1) Menurut Psikologi behavioristik; belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya stimulus dan respon 2) Menurut Psikologi kognitif; belajar proses internal yang mencakup ingatan, potensi, pengolahan informasi dan faktor-faktor lain secara bulat atau perubahan tingkah laku karena proses internal dan faktor dari luar secara bulat sehingga diperoleh pemahaman. 3) Menurut Psikologi humanistik; belajar adalah perubahan tingkah laku dalam mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen menurut Muhibbin Syah (2006:105) terdapat tiga teori yang menonjol yaitu; 1) Koneksionisme (connectionism); teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Torndike yang menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon, terkenal dengan sebutan trial and error learning. 2) Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning); apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, stimulus yang diadakan tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang dikehendaki. 3) Pembiasaan Perilaku Respon (Operant Conditioning); dalam teori ini respon terjadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer yaitu stimulus yang timbul tanpa disengaja. Mengacu pada pengertian teori belajar yang dikemukakan oleh Gino, maka peneliti menyimpulkan mengenai beberapa teori pembelajaran yaitu :(1)Psikologi behavioristik; usaha guru memberikan memberi stimulus untuk menimbulkan respon pada peserta didik agar melakukan perubahan(2)Psikologi kognitif; usaha guru untuk mengaktifkan indera siswa agar memperoleh pemahaman, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat bantu pengajaran bervariasi(3)Psikologi maupun menggunakan humanistik;usaha guru metode pembelajaran mengarahkan siswa yang untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya. c. Aspek-aspek pembelajaran Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi berbagai aspek yang saling berkaitan guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oemar Hamalik (1992:62) "Aspek belajar meliputi: (1).aspek tujuan instruksional (2).aspek materi pelajaran (3).Aspek metode atau strategi belajar mengajar (4).Aspek Media (5).Aspek penilaian (6).Aspek penunjang fasilitas, waktu, tempat dan perlengkapan (7).Ketenagaan". Aspek-aspek pembelajaran tersebut masing-masing memiliki fungsi yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang bulat karena ketujuh aspek tersebut terorganisasi dan saling berinteraksi. Muhibbin Syah (2006:237) mengemukakan "Proses belajar mengajar mencakup tiga hal pokok yaitu: 1).Komunikasi dalam proses belajar mengajar 3).Sasaran proses belajar mengajar 2).Strategi pengelolaan proses belajar mengajar. Dari ketiga hal pokok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Komunikasi proses belajar mengajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral atau terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Di dalam pembelajaran terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional. Komunikasi yang baik di dalam proses belajar mengajar yaitu komunikasi multiarah artinya komunikasi yang terjadi tidak hanya antara guru dengan siswa namun juga sebaliknya siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Kegiatan pembelajaran merupakan sebuah sistem yang memberikan input pada peserta didik berupa dorongan instrinsik untuk melakukan pembelajaran yang disajikan di dalam kelas, serta memberikan uotput berupa perubahan positif bagi peserta didik sehingga mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. 2) Sasaran proses belajar mengajar atau Tujuan Belajar Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuatu itu harus dirumuskan suatu tujuan yang jelas demikian juga dalam hal belajar pasti ada tujuannya. Tujuan belajar mengajar (pengajaran) pada dasarnya berisi mengenai rumusan kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar. 3) Strategi atau model-model pembelajaran Penguasaan model pembelajaran bagi seorang guru merupakan hal yang sangat penting. Memilih model pembelajaran yang efektif diperlukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yang sering kita kenal dengan pola "PAIKEM" yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Istilah model pembelajaran sama halnya dengan pendekatan pembelajaran maupun pengajaran. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. E. Mulyasa (2008:96) mengemukakan "Sedikitnya ada lima pendekatan pembelajaran yaitu: (a).Pendekatan kompetensi (b).Pendekatan keterampilan proses (c).pendekatan lingkungan (d).pendekatan konstektual dan (e).pendekatan tematik." Dari berbagai jenis model pembelajaran tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Pendekatan kompetensi Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan dapat dilakukan dengan langkah-langkah; tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi penyempurnaan (b) Pendekatan keterampilan proses Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Indikator dalam pendekatan keterampilan proses antara lain kemampuan mengidentifikasi, mengklarifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya. (c) Pendekatan Lingkungan Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. (d) Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. (e) Pendekatan Tematik Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyeterpadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan. Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru, jadi semua bahan ajar menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksakan oleh beberapa orang guru. Pada tahap perencanaan, guru atau beberapa orang guru menentukan sebuah tema yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. Tema tersebut merupakan pusat atau titik awal pengembangan. Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam Muhibbin Syah (2006:189) Mengkategorikan model-model pembelajaran sebagai berikut; a) Model information processing, di antara model ini adalah model peningkatan kapasitas berpikir b) Model Personal, di antara sekian banyak model ini adalah model nodirektif c) Model Social (hubungan bermasyarakat), salah satu model yang mengutamakan interaksi adalah role playing d) Model Behavioral (pengembangan perilaku), salah satu model ini adalah model mastery learning. Model-model mengajar tersebut digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu suatu proses pembelajaran. Peserta didik terkadang merasa jenuh dan bosan dengan model pembelajaran yang monoton. Sebagai akibatnya mereka tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru untuk itu variasi model-model pembelajaran harus dilakukan. A. Tabrani Rusyan et al (1989:176) mengemukakan "Terdapat berbagai cara pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu; (a).model enquirydiscovery learning (b).expoxitory learning (c).mastery learning dan (d).humanistic education". Dari keempat pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; (a) Enquiry-discovery learning, dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. (b) Expoxitory learning, dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara teratur dan tertib. (c) Mastery learning, proses belajar yang berorientasi pada prinsip ini harus dimulai dengan penguasaan (mastery) bagian terkecil kemudian yang lebih besar. (d) Humanistic education, guru tidak membuat jarak yang terlalu tajam dengan peserta didik, hendaknya guru menempatkan diri berdampingan dengan peserta didik sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan dan berbicara. Dari kedua teori aspek belajar tersebut di atas, peneliti mengacu ada teori yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah yang menyebutkan bahwa dalam proses belajar mengajar mencakup tiga hal pokok yaitu: komunikasi dalam proses belajar mengajar, sasaran proses belajar mengajar, strategi atau model pengelolaan proses belajar mengajar. d. Pengertian Sosiologi Manusia merupakan makhluk sosial yang mana tidak bisa hidup sendiri, artinya manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sehingga timbullah pola-pola perilaku, hubungan, dan tindakan individu dalam mempertahankan hidupnya. Para ahli mengkaji hal tersebut dalam ilmu yang disebut sosiologi. Groenman dalam Abu Ahmadi (1975:3) “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri dalam suatu ikatan”. Penyesuaian diri di sini menyangkut beberapa hal seperti penyesuaian terhadap lingkungan geografi, penyesuaian terhadap sesama manusia dan penyesuaian terhadap kebudayaan lingkungan sekitar. Pitirim Sorokin dalam Nurseno (2007:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari; Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga dan gejala moral). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (gejala geografis dan biologis) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi dalam Idianto Muin (2006:8) "Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat”. Roucek and Warren dalam Edy Purwito (2004:1), “Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar manusia dalam kelompok”. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang pola-pola perilaku, hubungan individu dalam masyarakat, serta tindakan-tindakan individu dalam kelompok. e. Pembelajaran Sosiologi Dari uraian definisi mengenai pembelajaran dan sosiologi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran sosiologi merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar mengenai ilmu yang membicarakan tentang polapola perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakan-tindakan individu, dan dengan harapan menjadi pegangan bagi peserta didik dalam bertingkah laku di dalam masyarakat. Salah satu bagian penting dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran di sekolah adalah silabus. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran tertentu dalam hal ini mata pelajaran sosiologi. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompentensi peserta didik. Dalam silabus mata pelajaran Sosiologi kelas X, terdapat beberapa komponen sebagai berikut; 1) Karakteristik Pembelajaran Sosiologi a) Sosiologi merupakan disiplin intelektual mengenai pengembangan pengetahuan yang sistematis dan terandalkan tentang hubungan sosial manusia pada umumnya dan tentang produk hubungan tersebut. b) Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asalusul pertumbuhan serta menganalisa pengaruh kegiatan kelompok dan pengaruhnya. c) Tema-tema dalam sosiologi dipilih dan bersumber serta merupakan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis dan organisasi lainnya. d) Sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga pengetahuan ilmiah dengan pengembangan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah. 2) Tujuan Kurikuler Sosiologi di Sekolah a) Untuk memberikan pengetahuan dasar sosial agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem. b) Untuk mengembangkan ketrampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Standar Kompetensi Pembelajaran Sosiologi Standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Dalam pembelajaran sosiologi kelas X ada dua standar kompetensi, antara lain : a) Memahami perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. b) Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian individu. 4) Kompetensi Dasar Pembelajaran Sosiologi Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada kelas X adalah sebagai berikut : a) Menjelaskan sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan. b) Mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. c) Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar perkembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial. d) Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian. e) Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap anti sosial. f) Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat. g) Menerapkan aturan-aturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan menengah umum, sosiologi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan etika. Guna mengejawantahkan fungsi mata pelajaran ini, maka keterampilan sosial siswa harus dikembangkan secara optimal, sehingga pada gilirannya siswa memperoleh kecakapan hidup yang bermanfaat bagi kehidupannya kini dan masa depannya kelak. Sehingga sosiologi berupaya membentuk kepribadian peserta didik yang sesuai dengan norma, nilai dan etika yang berlaku dalam kehidupan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. B. Hasil Penelitian yang Relevan Karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro” karya Yusrina S.Pd.I (2006) jurusan Tarbiyah Universitas Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarata. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hipotesa alternative (Ha): adanya pengaruh bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak diterima. C. Kerangka Berpikir Pendidikan agama Islam (X1) merupakan pendidikan yang menyangkut aspek secara menyeluruh baik aspek dunia maupun akhirat artinya pendidikan agama Islam menyangkut aspek jasmani, rohani maupun intelektual yang di dalamnya terdapat berbagai tujuan. Tujuan yang dimaksud yaitu untuk membina pribadi muslim yang terpadu pada perkembangannya baik dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual maupun sosial. Sehingga dengan pendidikan agama Islam diharapkan dapat membekali seorang individu agar menjadi warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, dan berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Untuk itu dengan pendidikan agama Islam dimungkinkan dapat mendorong siswa untuk tidak melakukan perilaku menyimpang. Pembelajaran Sosiologi (X2) merupakan pembelajaran yang mempelajari seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat mulai dari masyarakatnya sebagai objek kajiannya serta pola-pola perilaku sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk itu dengan mempelajari sosiologi diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memahami perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian individu. Hal tersebut dimungkinkan dapat mengurangi perilaku menyimpang pada peserta didik. Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi yang diajarkan di sekolah dapat membekali siswa untuk berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai, norma serta kaidah yang berlaku sehingga dapat mengurangi terjadinya perilaku menyimpang. Artinya pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi yang menjadi bahan ajar di sekolah secara bersama-sama dimungkinkan mempunyai hubungan dengan perilaku menyimpang siswa (Y). Adapun model kerangka berfikir antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam (X1) Perilaku Menyimpang (Y) Pembelajaran Sosiologi (X2) Gambar 1. Skema Berpikir D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan penelitian. Perumusan hipotesis yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. 2. Ada hubungan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. 3. Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SMA Al Islam 1 Surakarta Jl. Honggowongso 94 Surakarta 57149. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010. Waktu penelitian empat bulan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2010. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi No Kegiatan Feb 1 Persiapan 2 Pengumpulan data 3 Pengolahan dan analisis data 4 Penulisan dan pelaporan 5 Ujian Mar Apr Mei B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam melaksanakan penelitian, sebagaimana judul skripsi yang akan diteliti, peneliti terlebih dahulu mengetengahkan teori yang diutarakan oleh beberapa ahli yang berkaitan dengan populasi. Sutrisno Hadi (2000: 220) mengemukakan “Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki, populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”. Sudjana (1996:6) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun hasil pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat- sifatnya”. Dari pendapat di atas menurut peneliti dapat disimpulkan populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. 2. Sampel Dalam penelitian sosial, tidak seluruh populasi dikenakan dalam penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Winarno Surakhmad (1998:93), ”Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Sanafiah Faisal (2003:57) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil populasi bersangkutan”. Suharsimi Arikunto (2002:112) “Untuk menetapkan besarnya sampel, langkah- langkah yang harus dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Berdasarkan teori tersebut di atas peneliti memilih teori yang diketengahkan oleh Suharsimi Arikunto, sehingga metode penentuan sampel penelitian menggunakan ketentuan jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 15% dari jumlah populasi yang ada. C. Teknik Pengumpulan data Kualitas penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat ukurnya. Suharsimi Arikunto (2002:127), teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua macam, antara lain: 1. Test 2. Non Test, terdiri dari: a. Angket/kuesioner (questionnaires) b. Wawancara (interview) c. Observasi d. Skala bertingkat (rating scale) e. Dokumentasi. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data non test. Teknik pokok pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode angket. Teknik bantunya yaitu dengan observasi. 1. Teknik Angket atau Kuesioner a. Pengertian Angket Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”. Sanafiah Faisal (2003:122), “Angket adalah alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis ditujukan kepada subjek atau responden penelitian”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan informasi, yang ditujukan kepada responden. b. Macam-macam Angket Menurut Nasution (2003:129) angket dibedakan berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan, yaitu: 1) Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya. 2) Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. 3) Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban yang tersedia. Berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan menurut jenis angket, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yaitu jenis angket yang di dalamnya sudah terdapat jawaban-jawaban tertentu yang sudah disediakan oleh peneliti, jadi responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dan tepat. Suharsimi Arikunto (1996:139-140) membedakan jenis angket yang dilihat dari jawaban yang diberikan ada dua jenis, yaitu sebagai berikut : Dipandang dari jawaban yang diberikan : 1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya 2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain Berdasarkan dari jawaban yang diberikan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket langsung. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), berdasarkan bentuknya angket dapat dibagi menjadi empat jenis, antara lain : 1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup. 2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. 3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (V) pada kolom yang sesuai. 4) Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke sangat tidak setuju. Berdasarkan bentuk angket, dalam penelitian ini peneliti memilih angket yang berbentuk angket pilihan ganda. c. Kelebihan dan Kekurangan Angket Teknik pengumpulan data dengan metode angket memiliki kelebihan dan kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002:75) kelebihan angket, di antaranya yaitu: 1) Biaya relatif murah. 2) Waktu mendapatkan data relatif singkat. 3) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai perihal yang sedang terjadi. 4) Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:129), kelebihan angket di antaranya sebagai berikut: 1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2) Dapat dibagikan serentak 3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing. 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab. 5) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Selain terdapat beberapa kelebihan menggunakan angket terdapat pula kelemahan angket. Menurut Sutrisno Hadi (1994:187) mengemukakan kelemahan angket sebagai berikut: 1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. 2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginankeinginan pribadi. 3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. 4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logika. Suharsimi Arikunto (2002:129) mengemukakan kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut: 1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya. 2) Seringkali sukar dicari validitasnya 3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. 4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. 5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan metode angket terdapat kelebihan dan kekurangan. Peneliti harus secermat mungkin dalam menggunakan metode angket. Angket yang akan disebarkan berdasarkan variabel yang diteliti yaitu pendidikan agama Islam (X1) dan pembelajaran sosiologi (X2) sebagai variabel bebas. Perilaku menyimpang (Y) sebagai variabel terikat. d. Langkah-langkah Menyusun Angket Seorang peneliti yang mengadakan penelitian dengan menggunakan angket terlebih dahulu harus mempersiapkan dan menyusun angket dengan baik. Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan angket agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan, yaitu sebagai berikut : 1) Merumuskan tujuan pembuatan angket Tujuan dalam pengukuran dan instrumen ini adalah untuk memperoleh data tentang variabel pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas I (X1), pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas II (X2) dan perilaku menyimpang sebagai variabel terikat (Y). 2) Menyusun matriks spesifikasi variabel/menyusun indikator Menyusun matriks ini untuk memperjelas masalah yang dituangkan dalam instrumen termasuk batasan variabel yang akan diteliti. 3) Menyusun kisi-kisi angket Kisi-kisi angket di dalamnya memuat definisi operasional suatu variabel, aspek dan indikator, item positif dan negatif serta jumlah item soal agar dalam penyusunan angket tidak mengalami kendala. 4) Menyusun angket atau item instrumen Angket disusun menggunakan kata-kata yang menunjukkan tindakan yang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Angket sebaiknya melalui beberapa bagian yaitu: membuat surat pengantar, penyebaran angket, membuat petunjuk pengisian angket dan membuat item-item pertanyaan hasil penjabaran dari kisi-kisi angket. 5) Memberi skor atau penilaian angket Skala ukur yang digunakan untuk penskoran angket mempunyai empat alternatif jawaban. Cara menjawabnya yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai. Masing-masing alternatif jawaban mempunyai bobot penilaian yang berbeda. Pertanyaan atau pernyataan positif 1. Jawaban A : nilai 4 2. Jawaban B : nilai 3 3. Jawaban C : nilai 2 4. Jawaban D : nilai 1 Pertanyaan atau pernyataan negatif 1 Jawaban A : nilai 1 2 Jawaban B : nilai 2 3 Jawaban C : nilai 3 4 Jawaban D : nilai 4 6) Uji coba (try out) angket Tujuan diadakannya uji coba pada angket ini ialah untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tentang tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, digunakan alat ukur sebagai berikut : a) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan dalam angket yang diujicobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Suharsimi Arikunto (2002:144), “Validitas adalah suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Saifuddin Azwar (1997:5), “Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Ada beberapa jenis validitas menurut Saifuddin Azwar (1997:45), yaitu : “Validitas isi, validitas konstruk (construct validity) dan validitas berdasar kriteria (criterian-related validity)”. Dari ketiga jenis validitas tersebut dapat peneliti uraikan sebagai berikut: (1) Validitas Isi Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis rasional. Validitas isi ada dua macam tipe, antara lain : (a) Validitas Muka (Face Validity) adalah validitas yang menunjukkan sejumlah isi tes yang merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. (b) Validitas Logika (Logical Validity) adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penelitian. (2) Validitas Konstruk (Constuct Validity) Validitas Konstruk adalah tipe validitas yang mengungkap suatu konstruk teoritik. Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang lebih kompleks. (3) Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity) Prosedur pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes. Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, antara lain : (a) Validitas Prediktif (Predictif Validity) Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar karena prosedur validasi prediktif ini pada dasarnya merupakan kontinuitas dalam proses pengambilan tes. (b) Validitas Konkuren Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnostis. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis validitas konstruk (construct validity), karena item disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini angket bertujuan mengungkapkan suatu konstruk teoritik yang hendak diukur. Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen maka perlu diadakan uji validitas dengan menggunakan rumus uji korelasi Produck Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2002 : 146): rxy XY X Y N X 2 X 2 N Y 2 Y 2 N Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = jumlah sampel X = skor masing-masing item Y = skor total Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika ρ < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa butir (item) valid dan sebaliknya jika ρ > 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa butir (item) tidak valid. b) Uji Reliabilitas Suharsimi Arikunto (2002:154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”. Instrumen penelitian harus reliabel artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila mampu menunjukkan sifat konstan hasil pengukuran walaupun dalam waktu yang berbeda. Nasution (2003:78), “Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes antara lain meneliti konsistensi eksternal dan meneliti konsistensi internal. Konsistensi eksternal dilakukan dengan metode (1) tesretes dan (2) bentuk pararel dari tes itu. Konsistensi internal di uji dengan (1) teknik “split-half” (bagi dua) dan (2) analisis diskriminasi tes”. Penjelasan dari keempat metode tersebut adalah sebagai berikut : (1) Pendekatan tes ulang atau tes-retes dilakukan dengan penyajian instrumen ukur pada satu kelompok subjek dua kali dengan memberi tenggang waktu tertentu diantara kedua penyaji itu. Apabila suatu tes atau instrumen ukur telah di berikan dua kali pada suatu kelompok subjek maka akan di peroleh dua distribusi skor dari kelompok tersebut. Komputasi koefisien korelasi antara kedua distribusi skor kelompok tersebut akan menghasilkan suatu koefisien reliabilitas. (2) Pendekatan reliabilitas bentuk pararel dilakukan dengan memberikan sekaligus dua bentuk tes yang pararel satu sama lain, kepada sekelompok subjek. Dalam pelaksanaannya, kedua tes pararel itu dapat digabungkan terlebih dahulu sehingga seakan-akan merupakan satu bentuk tes. Setelah selesai dijawab oleh subjek barulah item pada masing-masing tes semula dipisahkan kembali untuk diberi skor masing-masing, sehingga diperoleh dua distribusi skor. (3) Langkah kerja yang perlu dilakukan dalam teknik belah dua menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989:143-144) adalah sebagai berikut: a) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, yang tidak valid dibuang. b) Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara: (a) membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk belahan kedua (b) membagi item berdasarkan nomor genap dan ganjil. Item yang bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua. c) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua. d) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang rumus dan cara penghitungannya sudah dijelaskan sebelumnya. e) Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah dari pada angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah dari pada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah, seperti pada teknik pengukuran ulang. Karena itu harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. (4) Analisis diskriminasi tes, tes diberikan kepada sejumlah responden dan responden disusun menurut jumlah skornya dari yang tinggi sampai yang rendah. Pisahkan mereka yang termasuk quartil yaitu 25 persen dari yang paling tinggi skornya dan yang termasuk quartil dengan skor yang paling rendah. Dengan demikian kita peroleh dua kelompok yang ekstrim, yang benar-benar pro dan yang benar anti. Golongan 50 persen diantara dua quartil itu tidak diapa-apakan untuk keperluan ini karena tidak menunjukan sikap itu secara menonjol. Teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah teknik belah dua. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (2002:193) sebagai berikut: 2 n SI r11 1 n 1 SI 2 Keterangan : r 11 = indeks reabilitas instrumen SI 2 = variansi butir ke 1 n = butir soal 7) Revisi angket Setelah angket di uji cobakan maka hasilnya dijadikan dasar untuk revisi. Revisi dilakukan dengan cara menghilangkan atau mendrop item-item pertanyaan yang tidak valid atau tidak reliabel. 8) Memperbanyak angket Angket yang telah direvisi dan telah diyakini valid dan reliabel diperbanyak sesuai dengan jumlah responden yang dijadikan sampel. Angket siap untuk disebarkan kepada responden 9) Langkah terakhir adalah menggunakan angket yang telah diperbanyak dan telah mendapatkan umpan balik dari responden sebagai alat pengumpul data yang kemudian dianalisis 2. Teknik Observasi Menurut Sutrisno Hadi (1990:23), “Observasi adalah sebagai metode ilmiah yang biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang dihadapi dan diselidiki”. Sanapiah Faisal (2005:52), “Metode observasi menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku.” Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap peristiwa atau kejadian di lokasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti tidak ikut serta dalam proses yang menjadi kajian penelitian, artinya peneliti berperan pasif . Observasi dalam penelitian ini yaitu mengamati kondisi sekolah, siswa, guru-guru, maupun pembelajaran yang ada di SMA Al Islam 1 Surakarta guna melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai data pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi serta perilaku menyimpang siswa khususnya kelas X. D. Rancangan Penelitian 1. Identifikasi Variabel a. Variabel Bebas 1) Pendidikan Agama Islam (X1) a) Definisi Konseptual Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. b) Definisi Operasional Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam yang mencakup secara keseluruhan yaitu Al Quran/Hadits, syariah/fiqh, Akidah(keimanan), Akhlak dan Tarikh. 2) Pembelajaran Sosiologi (X2) a) Definisi Konseptual Pembelajaran sosiologi merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar mengenai ilmu yang membicarakan tentang pola-pola perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakantindakan individu, dan dengan harapan menjadi pegangan bagi peserta didik dalam bertingkah laku di dalam masyarakat. b) Definisi Operasional Pembelajaran Sosiologi merupakan usaha dari guru agar siswa belajar mengenai ilmu yang membicarakan tentang pola-pola perilaku, hubungan yang terjadi dalam masyarakat, serta tindakan-tindakan individu dengan tujuan agar siswa memiliki kompetensi untuk memahami perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan siswa mampu menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian. b. Variabel Terikat 1) Perilaku menyimpang a) Definisi Konseptual Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan oleh anggota suatu lingkungan yang tidak menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dan perilaku tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian besar anggota lainnya. b) Definisi Operasional Perilaku Menyimpang adalah perilaku yang melanggar norma-norma dalam masyarakat yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan dapat dibedakan menjadi penyimpangan yang dianggap sebagai perilaku pelanggaran hukum dan bukan pelanggaran hukum. 2. Metode Penelitian yang digunakan a. Pengertian Metode Penelitian Mardalis (2002:24) mengemukakan “Metode sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian”. Winarno Surakhmad (2004:131), “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-teknik atau alat-alat tertentu”. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2002:1) “Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya”. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan melalui suatu penyelidikan agar mencapai tujuan tertentu. Penyelidikan dilakukan dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga diperoleh pemecahan secara ilmiah. b. Jenis Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti berdasar teori yang diketengahkan para ahli bidang penelitian, sebagaimana yang diutarakan oleh Hadari Nawawi (1995:62-82) “Metode penelitian dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a).metode filosofis, (b).metode penelitian deskriptif atau melukiskan, (c).metode historis atau sejarah, (d).metode penelitian eksperimen”. Dapat diuraikan peneliti sebagai berikut: (a) Metode Filosofis Metode Filosofis adalah metode penelitian yang diselidiki secara rasional dengan perenungan dan pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar tentang hakekat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik dengan menggunakan aliran filsafat tertentu ataupun dalam bentuk analisa sistematis berdasarkan pola berpikir deduktif, induktif, fenomenologis dan logis. (b) Metode Penelitian Deskriptif atau Melukiskan Adalah metode penelitian dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. (c) Metode Historis atau Sejarah Adalah metode penelitian dengan menggunakan data masa lalu baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan masa sekarang maupun memahami keadaan masa lalu. (d) Metode Penelitian Eksperimen Adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengan variabel yang sengaja diadakan. Winarno Surakhmad (1998:131) menyatakan metode penelitian ada tiga macam, antara lain : 1. Metode Historik, yaitu penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historik suatu masalah. 2. Metode Deskriptif, yaitu tertuju pada pemecahan pada masalah yang ada masa sekarang. 3. Metode Eksperimen, yaitu suatu penyelidikan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil, dimana hasil itu yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki. Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai jenis-jenis metode penelitian dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ada bermacam-macam bentuknya. Penggunaan metode-metode penelitian tersebut disesuaikan dengan jenis penelitian yang dilakukan agar terarah dan mendapat hasil yang diharapkan dan pemecahan masalah yang ilmiah. Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif . Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini peneliti akan berusaha menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Winarno Surakhmad (2004:140) “Ciri-ciri pokok metode deskriptif, antara lain memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang dan masalah-masalah yang aktual serta data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode analitik) ”. Dalam metode deskriptif terdapat beberapa jenis penelitian deskriptif, sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2006:77) “Jenisjenis penelitian deskriptif yaitu (a).Studi perkembangan (b).Studi Kasus (c).Studi kemasyarakatan (d).Studi Hubungan (e).Studi waktu dan gerak (f).Studi kecenderungan (g).Studi tindak lanjut (h).Analisis kegiatan (i).Analisis isi atau dokumen”. Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996:108): Perkataan korelasi pada dasarnya berarti hubungan. Oleh karena itu model studi korelasi ini juga bermaksud mengungkapkan masalah penelitian, dengan cara membuktikan hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis, akurat, faktual, mengenai faktor-faktor, sifat-sifat atau hubungan antara fenomena yang diteliti, apakah dua variabel atau lebih ada hubungan atau tidak. Jenis penelitian yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi hubungan, atau disebut juga dengan studi korelasional. Studi hubungan berusaha untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam studi hubungan, hubungan yang dimaksud adalah yang menunjukkan asosiasi atau hubungan kesejajaran dan bukan yang menunjuk pada hubungan yang bersifat sebab akibat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional. Alasan menggunakan metode deskriptif ini karena peneliti akan berusaha menggambarkan atau melukiskan keadaan atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak. 3. Teknik Pengambilan Sampel Cara untuk memperoleh sampel diperlukan teknik tertentu yang dinamakan teknik sampling. Sutrisno Hadi (2000:75), “ Teknik sampling adalah suatu cara yang digunakan dalam pengambilan sampel”. Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu (1993:163-169) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi menjadi lima macam, yaitu: a. Pengambilan sampel secara acak (teknik random sampling) 1) Tabel nomer acak 2) Pengambilan sampel melalui undian b. Pengambilan sampel secara sistematis (teknik sistematik sampling) c. Pengambilan sampel strata (teknik stratified sampling) d. Pengambilan sampel kluster (teknik cluster sampling) e. Pengambilan sampel non acak (Teknik non random sampling) 1) Pengambilan sampel purposif 2) Pengambilan sampel kuota 3) Pengambilan sampel dipermudah Kelima teknik sampling tersebut di atas diuraikan peneliti sebagai berikut: a. Pengambilan sampel secara acak (teknik random sampling) Teknik ini dilakukan secara random, semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi: 1) Tabel nomer acak Tabel acak berisi kolom-kolom digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer untuk meyakinkan susunan acak. 2) Pengambilan sampel melalui undian Teknik ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Undian dengan pengembalian (with replacement) Dilakukan dengan cara mengundi seluruh populasi penelitian sehingga keluar salah satu sampel, kemudian sampel yang sudah keluar dikembalikan lagi dan kembali diikut sertakan dalam proses pengundian selanjutnya. b) Undian tanpa pengembalian (without replacement) Teknik ini sering disebut dengan simpel random sampling, di mana individu yang telah keluar dalam proses undian tidak lagi ikut diundi, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan muncul nama yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk dijadikan sampel. b. Pengambilan sampel secara sistematis (teknik sistematik sampling) Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan keanggotaaan dalam sampel. Yang dimaksud sistem dalam hal ini adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah memulai pemilihan acak. c. Pengambilan sampel strata (teknik stratified sampling) Teknik ini dilakukan dengan cara populasi atau elemennya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata. Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkat harus mewakili anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proporsi dari jumlah subyek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel, sehingga mereka dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-sub kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub analisis dari anggota sub kelompok tersebut. d. Pengambilan sampel kluster (teknik cluster sampling) Dalam kluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. e. Pengambilan sampel non acak (Teknik non random sampling) a) Pengambilan sampel purposif Dalam pengambilan sampel purposif, pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan lagi. Peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, peneliti hanya mengambil beberapa kelompok kunci saja. b) Pengambilan sampel kuota Dalam teknik ini, yang harus dan penting dilakukakan adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian mengenai siapa yang akan menjadi responden diserahkan kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Ciri utama kuota sampling adalah jumlah subjek yang sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan. c) Pengambilan sampel dipermudah Dalam teknik ini, pengambilan sampel didasarkan atas kemudahan dari para peneliti. Pengambilan sampel ini dilakukakan agar tidak menyulitkan peneliti untuk melakukakan teknik pengambilan sampel. Berdasarkan uraian mengenai teknik pengambilan sampel di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simpel random sampling atau teknik undian tanpa pengembalian. Setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Sampel yang sudah keluar dalam undian tidak lagi mempunyai kesempatan diundi lagi, sehingga tidak mungkin mencul nama yang sama. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, selanjutnya untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda. Tugas pokok dari analisis regresi menurut Sutrisno Hadi (2001:2) adalah sebagai berikut : 1. Mencari korelasi antara kriterium dengan predikator 2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak 3. Mencari persamaan garis regresinya 4. Menemukan sumbangan efektif antara sesama predikator jika predikatornya lebih dari satu. Berdasar hal tersebut di atas, sebelum data penelitian itu dianalisis, maka terlebih dahulu harus diakukan pengujian prasyarat analisis. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran suatu variable acak berdistribusi normal atau tidak. Rumus uji normalitas dengan Chi Kuadrat dalam Sutrisno Hadi (2001 :346) adalah sebagai berikut: X2 f 0 f h 2 fh Keterangan : X2 : Chi kuadrat f0 : Frekuensi yang diperoleh dari sampel fh : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dan frekuensi yang diharapkan dari populasi Apabila harga X2 berdistribusi normal. hitung < X2 tabel maka data yang diperoleh tidak b. Uji Linearitas Uji linear dilakkan untuk mengetahui hubungan yang linear antara X1 dengan Y, sedangkan untuk uji linieritas variabel X2 dengan Y dapat menggunakan rumus yang sama hanya saja X1 harus diganti X2. Dalam hal ini Sudjana(1996:332) menggunakan rumus: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2 y 2 JK (G) = X y N 1 JK (TC) = JK (S) – JK (G) dk (G) =N–K dK (TC) =k–2 JK (TC ) RJK (TC) = df (TC ) JK (G ) RJK (G) = dK (G ) RJK (TC ) Fhit = RJK (TC ) JK (G) = jumlah kuadrat galad dK (TC)= derajat kebebasan tuna cocok JK (TC)= jumlah kuadrat tuna cocok RJK (TC)= kuadrat tengah galad dk (G) = derajat kebebasan galad Fhit= kuadrat tengah tuna cocok Jika p < 0,050 maka korelasinya tidak linier. c. Uji Independensi Uji Independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X1 dan X2 dalam Sudjana (1996:370) menggunakan rumus: rx1x2 N X 1 X 2 X 1 X 2 N X 2 1 X 1 N Y 2 Y 2 2 2. Uji Hipotesis Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk menguji hipotesis dalam Sutrisno Hadi (2001:225) adalah sebagai berikut : a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor 1) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, digunakan rumus : N X 1Y X 1 Y ry1 N X 12 X 1 N Y 2 Y 2 2 2) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y, digunakan rumus : ry 2 N X 2Y X 2 Y N X 22 X 2 N Y 2 Y 2 2 3) Menghitung koefisien korelasi antara X1, X2 dengan Y, dengan menggunakan rumus : a1 X 1Y a2 X 2Y ry 1, 2 Y 2 Keterangan : r(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 a1 = Koefisien prediktor X1 a2 = Koefisien prediktor X2 X1Y = Jummlah produk antara X1 dan Y X2Y = Jummlah produk antara X2 dan Y Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y b. Uji Signifikasi Untuk uji signifikansi dalam Sudjana (1996:385) menggunakan rumus sebagai berikut : F R2 k 1 R n k 1 2 Keterangan : F = harga F garis regresi n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas R = koefisien antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. c. Mencari persamaan garis regresi linier berganda Untuk mencari persamaan garis regresi linier berganda menurut Sutrisno Hadi (2001:18) menggunakan rumus: Y = a1X1 + a2X2 + K d. Sumbangan Relatif Mencari sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y dalam Sutrisno Hadi (2001:42) menggunakan rumus : Untuk SR X 1 Untuk SR X 2 a1 X 1Y JK reg x100% a2 X 2Y JK reg x100% SR % X1 = sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y SR % X2 = sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y JKreg = jumlah kuadrat regresi. e. Sumbangan Efektif Untuk menghitung besarnya sumbangan efektif antar variabel digunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2001:46) sebagai berikut : SE % X1 = SR % X1 x R2 SE % X2 = SR % X2 x R2 SE % X1 X2 = SE % X1 + SE % X2 Keterangan : SE % X1 = sumbangan efektif X1 terhadap Y SE % X2 = sumbangan efektif X2 terhadap Y SE % X1 X2 = sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kesalahan kalkulasi dalam analisis data peneliti menggunakan jasa computer seri Program statistik (SPS2000), versi IBM/IN, edisi : Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih tahun 2000. Dengan kaidah uji hipotesis penelitian (KUHP) komputer sebagai berikut: Jika p< 0,01 = sangat signifikan Jika p < 0,05 = signifikan Jika p < 0,15 = cukup signifikan Jika p < 0,30 = kurang signifikan Jika p > 0,30 = tidak signifikan. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Wilayah Penelitian a. Sejarah Singkat SMA Al Islam 1 Surakarta SMA Al Islam 1 Surakarta merupakan lembaga pendidikan yang memiliki rangkaian sejarah panjang. Di awali dari berdirinya pengurus Al Islam pada tanggal 27 Ramadhan 1946 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Maret 1928 yang dirintis dan dipelopori oleh K.H. Imam Ghozali dengan dibantu oleh K.H. Abdus Shomad dan K. Abdul Manaf. Pada mulanya berupa Madrasah Dinul Islam yang hanya mengajarkan pendidikan agama Islam. Kemudian berkembang menjadi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Dalam Konggres Pendidikan Islam di Surakarta tahun 1948, diamanatkan untuk memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah. Atas prakarsa M. Makmuri disusunlah kurikulum seperti yang dimaksud, sehingga Madrasah Aliyah Al Islam yang semula masa belajarnya 2 tahun menjadi 3 tahun karena adanya tambahan mata pelajaran umum yang sama dengan sekolah menengah atas. Pada tahun 1956 sampai tahun 1965 siswa Madrasah Aliyah Al Islam diperkenankan mengikuti ujian SMA dengan cara bergabung dengan SMA negeri. Pada tahun 1966 SMA Al Islam mendapat pengakuan resmi dari pemerintah dan diberi kewenangan penuh untuk menyelenggarakan ujian sendiri. Pada saat itu masyarakat mengenal Madrasah Al Islam sebagai sekolah yang lulusannya bisa memperoleh ijazah yaitu ijazah Madrasah Aliyah oleh Departemen Agama dan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pada tahun 1967 terdapat hal yang monumental bagi perguruan Al Islam, yaitu adanya keinginan pemerintah untuk mengadopsi MTs Al Islam dan Madrasah Aliyah Al Islam menjadi madrasah negeri percontohan. Setelah melalui berbagai pertimbangan pengurus besar perguruan Al Islam menyetujui. MTs dan MA Al Islam menjadi pilot project yang dinegerikan oleh pemerintah. Kemudian terbit Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 80 Tahun 1967 tentang berdirinya MTsAIN dan MAAIN atau sekarang bernama MTsN dan MAN yang pertama kali di Indonesia. Dengan demikian embrio atau cikal bakal MTsN dan MAN yang ada sekarang awalnya dari MTs dan MA Al Islam Surakarta. Pada mulanya lokasi MAAIN masih bertempat di MA atau SMA Al Islam yaitu Jl. Honggowongso Surakarta. Siswanya diambilkan dari sebagian siswa Al Islam, dengan demikian di dalam 1 lokasi terdapat 3 lembaga pendidikan yaitu; MA Al Islam yang dipimpin oleh K.H Mustofa, SMA Al Islam di bawah pimpinan H.A Ruslan, dan MAAIN dengan kepala sekolah K. Muh. Makmuri. Hal ini berlangsung selama 10 tahun, baru pada tanggal 10 Mei 1977, MAAIN Surakarta pindah dan menempati lokasi baru di Jl. Pemuda No. 25 Bonoloyo, Kadipiro Surakarta hingga sekarang. Sedangkan SMA Al Islam tetap berada di Jl. Honggowongso No. 94 Surakarta. b. Struktur Organisasi SMA Al Islam 1 Surakarta Yayasan Kepala Sekolah Komite Kep. Tata Usaha Unit Laboratorium Unit Perpustakaan Wakasek Kurikulum Wakasek Kesiswaan Wakasek Sarana&prasarana Staf BP/BK Dewan Guru Siswa Wakasek Humas c. Visi, Misi dan Tujuan SMA Al Islam 1 Surakarta 1) Tujuan Sekolah Membentuk generasi tauhid, benar, dan mantap dalam aqidah, berwawasan ilmiah dan berakhlak mulia. 2) Misi Sekolah (a) Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT (b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan berkelanjutan (c) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah (d) Menerapkan manajemen partisipatif dan asas musyawarah (e) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara optimal (f) Membangun kehidupan sosial dan budaya yang beradab atas dasar persaudaraan, persahabatan dan akhlak yang mulia. 3) Tujuan Sekolah Setelah menjalani proses pendidikan di SMA Al Islam 1 Surakarta, siswa diharapkan: (a) Memiliki aqidah yang benar dan mantap. (b) Memiliki akhlak yang mulia dan dapat menjadi suri tauladan yang baik (uswah khasanah) bagi keluarga dan lingkungannya. (c) Memiliki motivasi untuk menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi yang lainnya, kapan saja dan di mana saja. (d) Memiliki bekal yang cukup dalam bidang dasar ilmu agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengarungi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (e) Berjiwa mandiri, memiliki kreatifitas dan daya juang yang tinggi. (f) Dapat lulus ujian 100% dan alumninya dapat diterima di perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ternama. (g) Memiliki tanggung jawab sosial dan kekeluargaan yang tinggi. 2. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari variabel yang diteliti. Adapun variabel – variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas pertama (X1) 2. Pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas kedua (X2) 3. Perilaku menyimpang sebagai variabel terikat (Y) Berdasarkan data yang dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan di muka, maka dalam pengumpulan data digunakan teknik angket yang diisi oleh siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 56 siswa diambil dari 15 % total populasi kelas X yang berjumlah 371. Dengan teknik pengambilan sampelnya adalah simpel random sampling. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Al Islam 1 Surakarta. 2) Menetapkan populasi penelitian yaitu kelas X yang terdiri dari kelas X1-X9 3) Membuat daftar yang berisikan semua subjek dalam populasi 4) Memberi kode angka pada setiap subjek 5) Menuliskan kode angka tersebut pada sebuah kertas-kertas kecil 6) Menggulung kertas yang bertuliskan kode tersebut 7) Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng 8) Mengocok kaleng tersebut 9) Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 56 tanpa pengembalian. Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini : 1. Pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas pertama (X1) Pendidikan agama Islam dalam penelitian ini adalah variabel bebas pertama (X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pendidikan agama Islam, diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 72,00, skor terendah = 51,00, mean = 60,38, median = 60,28, modus = 58,00, SB = 3,93, SR = 3,03. Adapun distribusi frekuensi data pendidikan agama Islam dapat di lihat pada lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat diketahui bahwa data pendidikan agama Islam yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 55,5 – 60,5 yaitu sebanyak 23 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 70,5 – 75,5 yaitu sebanyak 1 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Frekuens 25 20 15 10 5 0 50,5-55,5 55,5-60,5 60,5-65,5 65,5-70,5 70,5-75,5 Interval Gambar 2. Histogram Data Pendidikan Agama Islam 2. Pembelajaran sosiologi sebagai variabel bebas kedua (X2) Pembelajaran sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pembelajaran, diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 72,00, skor terendah = 45,00, mean = 59,16, median = 58,90, modus = 59,50, SB = 5,66, SR = 4,21. Adapun distribusi frekuensi data pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 dapat diketahui bahwa data pembelajaran yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 56,5 – 62,5 yaitu sebanyak 25 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 68,5 – 74,5 yaitu sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Frekuensi 25 20 15 10 5 0 44,5-50,5 50,5-56,5 56,5-62,5 62,5-68,5 Interval Gambar 3. Histogram Data Pembelajaran Sosiologi 68,5-74,5 3. Perilaku menyimpang sebagai variabel terikat (Y) Perilaku menyimpang dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor perilaku menyimpang , diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi = 70,00, skor terendah = 47,00, mean = 63,48, median = 64,00, modus = 64,00, SB = 5,02, SR = 3,60. Adapun distribusi frekuensi data perilaku menyimpang dapat di lihat pada lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel perilaku menyimpang dapat diketahui bahwa data perilaku menyimpang yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 61,5–66,5 yaitu sebanyak 20 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 51,5–56,5 dan 46,6-51,5 yaitu sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Frekuens 20 15 10 5 0 46,5-51,5 51,5-56,5 56,5-61,5 61,5-66,5 66,5-71,5 Interval Gambar 4. Histogram Data Perilaku Menyimpang B. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji persyaratan analisis data dapat diperinci antara lain sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Jika > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. a. Uji normalitas variabel pendidikan agama Islam Pada uji normalitas variabel X1 (pendidikan agama Islam), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X1 dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 2 = 4,200 = 0,898 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan > 0,05 yaitu 0,898 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah > 0,05 kesimpulannya normal. b. Uji normalitas variabel pembelajaran sosiologi Pada uji normalitas variabel X2 (pembelajaran sosiologi), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X2 dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 2 = 4,172 = 0,900 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan > 0,05 yaitu 0,900 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah > 0,05 kesimpulannya normal. c. Uji normalitas variabel perilaku menyimpang Pada uji normalitas variabel Y (perilaku menyimpang), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel Y dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 2 = 12,513 = 0,186 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan > 0,05 yaitu 0,186 > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah > 0,05 kesimpulannya normal. 2. Uji Linieritas Jika > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila < 0,05 maka korelasinya tidak linier. a. Uji Linearitas X1 dan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas X1 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas yang dapat di lihat pada lampiran 9. Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,023 = 0,874 Berdasarkan tabel analisis linearitas X1 dengan Y diperoleh hasil F = 0,023 dan = 0,874 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang artinya apabila predikator (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y ) akan naik sebesar satu tingkat juga. Linieritas hubungan antara variabel X1 dengan Y dapat dilihat pada lampiran 9. b. Uji linearitas X2 dengan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linearitas X2 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linearitas yang dapat di lihat pada lampiran 9. Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 1,709 = 0,194 Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F =1,709 dan = 0,194 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang artinya apabila predikator (X2) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y ) akan naik sebesar satu tingkat juga. Linieritas hubungan antara variabel X2 dengan Y dapat dilihat pada lampiran 9. C. Pengujian Hipotesis Setelah syarat – syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan computer seri SP program analisis butir (validitas dan reliabilitas instrument) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2000 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y a) Koefisien korelasi sederhana antar X1 dengan Y Ha : Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 10, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : rx1 y = 0,395 = 0,003 Karena < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak. b) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y Ha : Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Ho : Tidak ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 10, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : rx2 y = 0,214 = 0,109 Karena < 0,15, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang berbunyi ” Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.” dinyatakan ditolak. 2. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Ha : Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Berdasarkan pada perhitungankoefisien beta dan korelasi parsial – model penuh diketahui : Galat Baku = 4,698 Korelasi R = 0,397 Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus pada lampiran 10, diperoleh hasil sebagai berikut: rx1x2y = 0,157 = 0,011 F = 4,946 Karena < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno hadi dan Yuni Pamardiningsih 2000 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelaaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data sebagai berikut: 1. Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan agama Islam, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena pendidikan agama Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama sehingga memiliki hubungan yang baik dengan perilaku siswa. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan agama Islam memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang samasama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx1y sebesar 0,395 dan = 0,003. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,01 (< 0,01). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti, karena adanya hal lain di luar pendidikan agama Islam yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa meskipun telah diberi pendidikan agama Islam di sekolah. Pendidikan agama Islam yang diperoleh siswa melalui pembelajaran di sekolah, mendorong siswa untuk melakukan hal-hal positif yang dianjurkan dalam agama dan menjauhi hal-hal negatif yang dilarang oleh agama. Namun tidak selamanya ajaran-ajaran yang ada dalam pendidikan agama Islam dapat dijalankan dengan baik oleh siswa, disebabkan karena ada hal lain yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa. Penyebab perilaku menyimpang bisa berpangkal pada diri siswa itu sendiri. Salah satunya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan. Seorang siswa sekolah menengah atas merupakan individu yang berada pada masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasa. Pada umumnya mereka memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap hal-hal tertentu sehingga mereka sulit untuk mengendalikan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam diri. Akibatnya sering kali siswa melakukan perilaku menyimpang. Misalnya seorang siswa pecandu narkoba, awalnya hanya ditawari oleh teman-temannya, karena siswa tersebut memiliki kelemahan dalam mengendalikan dorongandorongan dalam dirinya, mereka tidak bisa mengendalikan dorongan rasa ingin tahu yang muncul, akibatnya siswa tersebut mencoba dan pada akhirnya menjadi pecandu. Maka dari itu meskipun siswa telah diberi pendidikan agama Islam di sekolah, perilaku menyimpang pada siswa tetap terjadi karena ada hal lain seperti lemahnya pengendalian dorongan-dorongan dari dalam siswa itu sendiri. 2. Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.” Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pembelajaran sosiologi, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat beserta pola-pola hubungan di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat hidup atau diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx2y sebesar 0,214 dan =0,109. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,15 (< 0,15). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti sehingga ditolak, karena adanya hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa meskipun siswa telah diberi pembelajaran sosiologi di sekolah. Pembelajaran sosiologi yang dipelajari siswa di sekolah memiliki tujuan agar siswa dapat memahami dan menerapkan perilaku hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Namun tidak selamanya siswa dapat menerapkan hasil pembelajaran yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan ada hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa, diantaranya yaitu kondisi sosial lingkungan masyarakat. Kondisi sosial yang ada dalam masyarakat sangat berhubungan dengan pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Perilaku seseorang dapat terbentuk sesuai dengan kondisi sosial di mana mereka tinggal. Misalnya seseorang yang tinggal di lingkungan yang kotor, penuh dengan kekerasan dan kejahatan, tidak ada adat kesopanan, maka orang tersebut cenderung mengikuti perilaku masyarakat yang ada atau berperilaku menyimpang. Sebaliknya bila seseorang tinggal di lingkungan yang baik, penuh dengan adat kesopanan, maka orang tersebut cenderung akan berperilaku baik pula. Oleh karena itu, meskipun siswa telah memperoleh pembelajaran sosiologi dari sekolah, perilaku menyimpang pada siswa tetap terjadi. 3. Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan dengan Y Secara teoritik hipotesis berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Berdasarkan hipotesis tersebut, perilaku menyimpang siswa menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dapat diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan penelitian, variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara bersama-sama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang artinya antara pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Hal ini dilihat dari hasil analisis koefisien korelasi ganda Ry (X1,2) = 0,397, = 0,011 dan F = 4,946 yang berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan computer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa, dengan peluang galat lebih kecil dari 0,050 ( < 0,050). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak. Dalam hal ini hipotesis tidak terbukti sehingga ditolak. Hal ini terjadi karena adanya hal lain yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa meskipun telah memeperoleh bekal pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dari sekolah. Tidak selamanya hasil pembelajaran yang terdapat di sekolah sesuai dengan harapan. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa, di antaranya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam pengendalian dorongandorongan. Dengan kondisi siswa yang masih dalam masa peralihan dari anakanak menuju dewasa, mereka memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar, sehingga siswa sulit mengendalikan dorongan-dorongan yang timbul. Akibatnya sering kali siswa melakukan perilaku menyimpang. Selain itu, dengan bekal pembelajaran sosiologi di sekolah juga belum cukup untuk mengurangi perilaku menyimpang siswa. Ada hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa diantaranya yaitu kondisi sosial lingkungan masyarakat. Kondisi lingkungan yang buruk dapat membentuk perilaku individu yang buruk, sebaliknya kondisi lingkungan yang baik dapat membentuk perilaku individu yang baik pula. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa : 1. Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan agama Islam, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena pendidikan agama Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama sehingga memberikan hubungan yang baik dengan perilaku siswa. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan agama Islam memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang samasama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx1y sebesar 0,395 dan = 0,003. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,01 (< 0,01). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan agama Islam dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Hal ini dapat terjadi karena ada hal lain yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa. Penyebab perilaku menyimpang bisa berpangkal pada diri siswa itu sendiri. Salah satunya yaitu siswa memiliki kelemahan dalam pengendalian menyimpang. dorongan-dorongan. Akibatnya siswa melakukan perilaku 2. Secara teoritik hipotesis berbunyi “Ada hubungan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta.” Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pembelajaran sosiologi, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat beserta pola-pola hubungan di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat hidup atau diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Hal ini disebabkan karena dari hasil penelitian diperoleh rx2y sebesar 0,214 dan =0,109. Berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 0,15 (< 0,15). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” ditolak. Hal ini disebabkan ada hal lain di luar pembelajaran sosiologi yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang siswa, diantaranya yaitu kondisi sosial lingkungan masyarakat. Kondisi lingkungan sosial yang baik cenderung akan membentuk perilaku individu yang baik sebaliknya kondisi lingkungan sosial yang buruk juga cenderung membentuk perilaku individu yang buruk pula. 3. Secara teoritik hipotesis berbunyi ”Ada hubungan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Berdasarkan hipotesis tersebut, perilaku menyimpang siswa menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dapat diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan penelitian, variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara bersamasama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang artinya antara pendidikan agama Islam, pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Hal ini dilihat dari hasil analisis koefisien korelasi ganda Ry (X1,2) = 0,397, = 0,011 dan F = 4,946 yang berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan computer menurut Sutrisno Hadi (2000) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa, dengan peluang galat lebih kecil dari 0,050 ( < 0,050). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta” dinyatakan ditolak. Hal ini terjadi karena ada berbagai hal yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang siswa seperti kelemahan dalam pengendalian dorongan-dorongan serta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang dapat membentuk perilaku individu. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka selanjutnya dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Secara teoritik pendidikan agama Islam memiliki hubungan dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Dapat dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan pendidikan agama Islam, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena pendidikan agama Islam memberi bekal kepada siswa agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama sehingga akan memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pendidikan agama Islam memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pendidikan agama Islam dan perilaku menyimpang siswa sama-sama naik. Hal ini dapat terjadi karena adanya hal lain di luar pendidikan agama Islam yang memiliki hubungan lebih kuat dengan terjadinya perilaku menyimpang. Oleh karena itu mata pelajaran pendidikan agama Islam harus lebih ditingkatkan kualitasnya baik dari efektifitas waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang mendukung maupun kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada di dalamnya. Guru harus dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya nilainilai agama sebagai pedoman dalam bertingkah laku agar siswa memiliki kepribadian yang mantap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Sehingga pendidikan agama Islam dapat mendorong siswa untuk tidak melakukan perilaku menyimpang. 2. Secara teoritik pembelajaran sosiologi memiliki hubungan dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Dikatakan memiliki hubungan apabila semakin baik penyerapan siswa pada pembelajaran sosiologi, maka akan semakin rendah atau kecil perilaku menyimpang siswa, karena sosiologi merupakan pelajaran mengenai masyarakat beserta pola-pola hubungan di dalamnya yang mengajarkan agar individu dapat hidup atau diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun setelah dilakukan penelitian ternyata variabel pembelajaran sosiologi memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang siswa artinya antara pembelajaran sosiologi dan perilaku menyimpang sama-sama naik. Oleh karena itu pembelajaran sosiologi harus lebih ditingkatkan kualitasnya baik dari efektifitas waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang mendukung maupun kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada di dalamnya. Guru harus dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bagaimana pola perilaku hidup di dalam masyarakat dengan berbagai kondisi sosial yang ada. Guru harus benar-benar memberikan pemahaman agar siswa dapat menerapkan perilaku hidup sesuai dengan norma dan nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat. Sehingga pembelajaran sosiologi di sekolah dapat mendorong siswa untuk tidak melakukan perilaku menyimpang. 3. Secara teoritik pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi memiliki hubungan dengan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta. Berdasarkan hipotesis tersebut terlihat bahwa perilaku menyimpang akan menurun apabila pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi dapat diserap dan diaplikasikan dengan baik. Namun setelah dilakukan penelitian, variabel pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi secara bersamasama memiliki arah hubungan yang positif dengan perilaku menyimpang. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi harus lebih ditingkatkan kualitasnya, agar dengan bekal pendidikan agama Islam dan pembelajaran sosiologi, siswa dapat menerapkan perilaku hidup sesuai dengan ajaran-ajaran agama serta nilai dan norma yang ada dalam masyarakat C. Saran 1. Bagi orang tua Hendaknya lebih meningkatkan perhatian dalam membimbing putra-putrinya baik yang menyangkut masalah pendidikan agama, belajar, kondisi psikologis, hubungan pergaulan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 2. Bagi Anak a. Hendaknya peserta didik meningkatkan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. b. Hendaknya berperilaku sesuai dengan ajaran agama serta nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 3. Bagi sekolah a. Bagi guru 1) Hendaknya lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam dari efektifitas waktu yang tersedia maupun pembelajarannya agar lebih mudah diterima oleh siswa . kegiatan 2) Hendaknya meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi baik dari segi efektifitas waktu yang tersedia, penggunaan media pengajaran dan kegiatan pembelajaran yang ada di dalamnya. 3) Hendaknya lebih meningkatkan perhatian serta kontrol terhadap siswa, agar dapat memantau perkembangan individu siswa, sehingga diharapkan dapat mengurangi perilaku menyimpang siswa. b. Bagi pihak sekolah 1) Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan penyediaan fasilitas media pembelajaran seperti OHP, LCD, komputer, televisi, dan VCD. 2) Perlu penambahan dalam hal koleksi buku – buku di perpustakaan sehingga dapat menambah dan memperluas pengetahuan siswa dalam ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid & E, Mulyasa. (2005). PAI Berbasis Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Abu Ahmadi. (1975).Pengantar Sosiologi. Semarang: Ramadhani. Abu Ahmadi & Supriyono. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmad, D Marimba. (1981). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: AlMaarif. cet ke-5. Bambang Mulyono, Y. (1984). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius. Bimo Walgito. (2004).Pengantar Psikologi Umum .Yogyakarta: Andi Offset. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Cet. 8. Jakarta: Bumi Aksara. Edy Purwito. (2004). Sosiologi. Surakarta: Widya Duta. Gino, J. dkk. (1998). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Hadari Nawawi. (1995).Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pers. Hadari Nawawi dan Mimi Martini. (1996).Penelitian Terapan. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pers. Idianto Muin. (2006). Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. Kartini Kartono. (2005). Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mahmud Yunus. (1983) H. Metode Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: Hidakarya Agung. Mardalis. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: LP3ES. Masri Singarimbun & Sofian Efendi. (1989). Metode Penelitian Survai. Yakarta: LP3ES Muhibbin Syah .(2006).Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. E. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata.. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nurseno. (2007). Kompetensi Dasar Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Oemar Hamalik . (1992). Psikologi Relajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Redja Mudyaharjo. (2002). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet ke-2. Saifuddin Azwar. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sanapiah Faisal. (2003).Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. . (2005). Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sevilla, Coensuelo G,et all. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu dari judul asli ”An Introduction to Research Methods”. Jakarta: UI Press. Singgih D Gunarso. (1983). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: Bandung. Sismanto. Asepk-aspek Pendikan Agama Islam. Jakarta. Melalui (http://islamlib.com/ /azra3.html,10/27/2009). Sudarsono. (1995). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsitos. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1990) ). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. . 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rineka Cipta. . (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rhineka Cipta. Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sutrisno. (2005) .Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz. Sutrisno Hadi. (1994).Metodologi Riset. Yogyakarta : Andi Offset . (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Ofset. . (2000). Statistik Jilid 3. Yogyakarta: Andi Offset . (2001) ). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset Tabrani Rusyan A., Atang Kusdinar, Zainal Arifin. (1989).Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya. Vembriarto. (1984). Patologi Sosial. Yogyalarta: Yayasan Pendidikan Paramita. Winarno Surakhmad. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Transito. Yusrina. (2006). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro. Skripsi S-1: Program Studi Agama Islam, Jurusan Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta. Zakiah Daradjat, dkk. (1992) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet ke-2 KISI-KISI TRY OUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DAN PERILAKU MENYIMPANG Item Definisi Aspek dan Indikator Positif Nega Jum lah Tif A. Pendidikan agama Islam 1. Pendidikan Al 1,2,3,8 merupakan suatu proses Quran/Hadits: bimbingan jasmani dan Mampu membaca dengan rohani yang berlandaskan mengetahui ajaran bacaannya, menulis, dan Islam mencakup keseluruhan yang secara yaitu Al ,6,11 ,21, 10,12, 15,17, hukum memahami ayat Al Quran/Hadits serta mampu Quran/Hadits, mengimplementasikan syariah/fiqh, dalam kehidupan sehari- Akidah(keimanan),Akhlak hari . dan Tarikh 4,5,7,9 2. Aqidah Akhlak: Beriman kepada Allah 18,20, swt, malaikat, kitab-kitab, 13 rasul, hari kiamat, dan qadha qadar mengetahui dengan fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak peserta didik dalam dimensi kehidupan seharihari.Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat 19 26 tercela dan bertatakrama dalam kehidupan seharihari 3. Fiqh/syariah: 14,25 24 22,23, 26 Memahami sumber hukum dan ketentuan hukum Islam ibadah, sumber tentang muammalah, muwaris, munakahah, jenazah dan mengamalkannya mampu dalam kehidupan sehari-hari 4. Tarikh: Memahami dan mampu 16 mengambil manfaat dan hikmah Islam perkembangan fase Umayah, Abasiyah, abad pertengahan, abad pembaharuan, dan perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya dalam kehidupan seharihari B. Pembelajaran Sosiologi merupakan usaha 1 Memahami perilaku hidup dari sesuai dengan nilai dan guru agar siswa belajar norma yang berlaku dalam mengenai masyarakat. ilmu membicarakan yang tentang pola-pola perilaku, hubungan yang terjadi b) Menjelaskan sosiologi 2 sebagai ilmu mengkaji dalam masyarakat, serta masyarakat tindakan-tindakan lingkungan. individu agar dengan siswa kompetensi tujuan memiliki untuk 27 yang hubungan dan c) Mendeskripsikan nilai 3,5 dan norma yang berlaku dalam memahami perilaku hidup masyarakat. sesuai dengan nilai dan d) Mendeskripsikan 8,9,24, norma yang berlaku dalam proses interaksi sosial 26,27, masyarakat sebagai dan siswa 1 dasar 22 mampu menerapkan nilai perkembangan pola dan norma dalam proses keteraturan dan pengembangan dinamika kepribadian sosial. 2 Menerapkan norma 6, kehidupan nilai dalam dan proses pengembangan kepribadian individu. a) Menjelaskan sosialisasi proses pembentukan 12 sebagai dalam 4,7,10, 11 kepribadian. b) Mendeskripsikan terjadinya 19 perilaku 13,15, 20,25 menyimpang dan sikap anti sosial. c) Menerapkan 18,21 23 aturan- 16,17 14 pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat. d) Menerapkan aturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. penyebab Menyimpang 1. Faktor-faktor perilaku menyimpang adalah perilaku yang a) Faktor dari dalam melanggar norma-norma 2,9 (kekurangan dalam masyarakat yang penampungan dapat disebabkan oleh emosional, kelemahan dalam pengendalian beberapa faktor, dan dapat dorongan-dorongan, dibedakan menjadi kegagalan dalam penyimpangan yang prestasi sekolah atau dianggap sebagai perilaku pergaulan, kekurangan pelanggaran hukum dan dalam bentuk hati nurani) bukan pelanggaran hukum b) Faktor dari luar 1,6,7 (lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat) C. Perilaku 27 3,5,8 4 2. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang a) Penyimpangan yang tidak digolongkan dalam pelanggaran hukum atau penyimpangan ringan (berbohong, membolos, menentang perintah orang tua, minum-minuman keras, berkelahi, berkata kotor serta menggunakan pakaian tidak sopan,membaca atau melihat buku porno) b) Penyimpangan yang digolongkan sebagai pelanggaran hukum (mencuri atau merampas, berjudi, melanggar ramburambu lalu lintas, penganiayaan ) 16,18, 10,11, 20,27 12,13, 14,15, 17,19 21,24, 22,23, 25 26 Lampiran 2 Kepada SURAT PENGANTAR PENELITIAN Siswa/siswi Kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta di tempat. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Sehubungan dengan skripsi yang peneliti persiapkan dengan judul ”Hubungan Pendidikan Agama Islam dan Pembelajaran Sosiologi Siswa Kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”, peneliti melakukan penelitian melalui angket ini. Untuk itu peneliti mengharapakan kerjasama saudara dalam pengisian angket penelitian ini. Adapun jawaban saudara dijamin kerahasiaannya dan tidak ada pengaruhnya dengan nilai saudara. Atas bantuan dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, April 2010 Hormat saya, Faizatul Mukhafadzoh Lampiran 3 Nama : Kls/no.Absen : ANGKET TRY OUT A. Petunjuk Pengisian 1. Tulis nama, kelas serta nomor urut presensi pada tempat yang sudah tersedia 2. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan alternatif jawabannya 3. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan anda pada lembar jawaban yang telah tersedia 4. Jawablah dengan jujur, cermat dan teliti karena jawaban tersebut tidak mempengaruhi hasil belajar/prestasi anda di sekolah. 5. Telitilah pekerjaan anda sebelum dikembalikan. B. Daftar Pertanyaan Variabel Perilaku Menyimpang 1. Apakah menurut anda perilaku masyarakat yang tidak baik di lingkungan anda tidak akan mempengaruhi perilaku anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah anda bisa diterima dalam pergaulan dengan semua teman baik lakilaki maupun perempuan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah diusia anda yang sekarang ini, anda merasa sering kurang percaya diri sehingga anda mengikuti perilaku teman anda meskipun itu tidak baik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah anda merasa orang tua anda pilih kasih terhadap anda karena kedudukan anda dalam keluarga sebagai anak pertama/kedua/tengah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah anda merasa putus asa karena anda mendapat nilai yang jelek saat ujian? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah keluarga anda sangat perhatian kepada anda dalam hal belajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Anda tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman-teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Menurut anda, Apakah anda termasuk orang yang mudah tersinggung atau marah? a. iya b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak 9. Apabila anda menjadi siswa baru di suatu sekolah, anda langsung bisa memiliki banyak teman? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah anda sering membaca buku-buku porno ataupun membuka situs porno? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah anda pernah keluar dari sekolah tanpa ijin atau tanpa sepengetahuan pihak sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Apabila anda belum mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah anda akan berpura-pura sakit? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apabila anda sedang marah anda akan mengucapkan kata-kata kotor? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Anda akan menolak perintah orang tua dengan alasan sedang belajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Apabila anda diberi uang oleh orang tua untuk membayar iuran sekolah, anda akan memakai uang tersebut untuk hal lain? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apabila anda diajak teman untuk minum-minuman keras anda akan menolak? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apabila uang jajan kurang, anda akan meminta lebih kepada orang tua dengan alasan untuk membeli buku? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apabila ada teman anda yang sedang berkelahi anda tidak akan ikut-ikutan dan anda akan berusaha melerai mereka? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Anda menggunakan pakaian seragam yang ketat agar tidak dikatakan ketinggalan zaman oleh teman-teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Bila anda mengetahui teman anda minum-minuman keras di sekolah, anda akan melaporkannya kepada guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Bila anda meminjam sesuatu pada teman tapi tidak diperbolehkan, anda tidak akan mencurinya atau meminta dengan paksa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Apabila tidak ada pos polisi di sekitar lampu rambu-rambu lalu lintas, anda akan tetap mengendarai kendaraan anda meskipun lampu merah menyala? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah anda akan memukuli teman anda apabila teman anda tersebut berbuat salah kepada anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Anda akan lebih mementingkan uang anda untuk membeli buku sekolah daripada untuk taruhan dengan teman? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Apabila diajak teman untuk taruhan uang dalam pertandingan sepak bola, anda akan menolak? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 26. Anda akan melukai teman anda apabila anda tidak boleh mencontek hasil pekerjaan teman anda tersebut? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27. Apabila uang saku anda kurang, anda tidak akan mengambil uang orang tua anda tanpa sepengetahuan mereka? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah C. Daftar Pertanyaan Variabel Pendidikan Agama Islam 1. Apakah anda dapat membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan lancar? a. selalu, saya selalu membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan lancar b. sering, namun tidak lancar dalam membacanya c. kadang-kadang d. tidak bisa sama sekali 2. Apakah anda mengikuti tadarus Al Quran yang diadakan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 3. Apakah anda dapat menghafal hadits-hadits yang diajarkan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 4. Apabila anda diberi tugas oleh guru untuk menghafalkan hadits, anda akan berpura-bura sakit apabila anda belum menghafalnya? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 5. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, Nabi bersabda, janganlah engkau mudah marah. Apabila teman anda tidak sengaja menabrak anda ketika jalan, anda akan marah? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 6. Apakah anda rutin mengikuti jamaah sholat dzuhur di sekolah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 7. Anda tidak suka apabila ada teman anda di sekolah berkunjung ke rumah anda? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 8. Apabila anda sedang bermain dengan teman, anda lupa mengerjakan sholat? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 9. Pada saat waktu jamaah sholat dzuhur di sekolah anda akan berpura-pura sakit atau berhalangan karena malas mengikuti sholat berjamaah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 10. Anda selalu belajar sebagai bentuk ikhtiar kita agar memperoleh nilai yang baik? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 11. Apakah anda selalu sholat lima waktu tepat waktu? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 12. Anda sering malas belajar karena anda merasa bahwa anda ditakdirkan sebagai orang yang kurang pandai? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 13. Anda berteman baik dengan siapa saja? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 14. Apabila ada teman atau tetangga anda meninggal dunia, anda bertakziyah dan melakukan sholat jenazah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 15. Anda akan membiarkan kulit pisang yang berada ditengah jalan, karena anda merasa bukan anda yang membuangnya? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 16. Anda menegur teman anda dengan halus apabila teman anda berbuat hal yang tidak baik? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 17. Apabila anda marah anda mengeluarkan kata-kata kotor? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 18. Apabila anda berjalan di depan guru anda di sekolah, anda akan mengucapkan permisi? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 19. Apabila anda tidak menyukai guru atau bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru, anda tidak akan mendegarkannya? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 20. Apabila ada teman yang sakit di sekolah anda akan mengantarkannya ke ruang UKS? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Anda tidak suka apabila ada teman anda di sekolah berkunjung ke rumah anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Apakah anda dapat memahami materi pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang disampaikan oleh guru anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah anda bisa mengambil hikmah dari fase perkembangan Islam pada masa bani Umayah dan Abasiyah? a. selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak bisa 24. Apabila anda mendapat materi pelajaran fiqh tentang pernikahan, anda tidak mendengarkan atau bahkan ramai sendiri karena anda merasa belum saatnya untuk mempelajari? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 25. Anda bisa memahami semua bagaimana cara pembagian warisan yang telah diajarkan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 26. Anda mengantuk ketika mendapat pelajaran tarikh sehingga anda tidak bisa mengerti materi yang disampaikan oleh guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah D. Daftar Pertanyaan Variabel Pembelajaran Sosiologi 1. Pembelajaran sosiologi tidak memberikan kontribusi apapun dalam kehidupan anda? a. selalu b. sering, c. kadang-kadang d. tidak, sosiologi memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat 2. Apakah anda merasa bahwa materi pelajaran yang ada dalam sosiologi sangat bermanfaat dalam kehidupan anda sehari-hari dalam bermasyarakat? a Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 3. Sebagai bentuk perwujudan nilai-nilai kesopanan, anda akan mengucapkan permisi apabila anda berjalan di depan guru? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 4. Apakah menurut anda perilaku masyarakat yang tidak baik di lingkungan anda, sangat berpengaruh terhadap perilaku anda? a. Selalu b. Sering berpengaruh c. kadang-kadang berpengaruh d. tidak pernah berpengaruh 5. Anda selalu menaati tata tertib yang ada di sekolah? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 6. Apakah anda tidak pernah mengikuti kerja bakti di kampung anda? a. Saya tidak pernah mengikuti kerja bakti b. Sering tidak mengikuti kerja bakti c. kadang-kadang tidak mengikuti d. tidak, saya selalu mengikuti kerja bakti 7. Anda akan cenderung mengikuti perilaku teman-teman sekelas anda? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 8. Apakah anda mengucapkan salam dan berjabat tangan bila bertemu dengan teman anda di jalan? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 9. Anda sering berdiskusi dengan teman mengenai hal apapun? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 10. Apakah menurut anda teman sekelas anda, merupakan faktor yang paling dominan di dalam pembentukan kepribadian anda? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 11. Apabila anda tidak mengikuti perilaku/perbuatan teman dekat anda di sekolah, anda akan merasa tidak gaul atau ketinggalan zaman? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 12. Apabila anda menjadi siswa baru anda akan mudah menyesuaikan dengan lingkungan sekolah setempat? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 13. Apakah anda pernah menyontek pada saat ulangan? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 14. Anda mudah terpengaruh dengan ajakan teman-teman anda, meskipun anda mengetahui ajakan tersebut tidak baik? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 15. Anda pernah membolos pada jam pelajaran sosiologi karena tidak menyukai pelajaran tersebut? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 16. Anda akan berteman dengan siapa saja di sekolah dengan tanpa pilih-pilih? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 17. Anda tidak akan menyela pembicaraan orang lain pada saat diskusi berlangsung? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 18. Pembelajaran sosiologi dapat membantu anda untuk mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya anda lakukan agar anda dapat diterima dalam pergaulan dengan teman anda? a. Sangat perlu b. perlu c. kadang-kadang d. tidak perlu 19. Anda akan menolak ajakan teman untuk membolos? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 20. Sebagai rasa solidaritas anda akan ikut dalam tawuran antar pelajar? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 21. Apakah menurut anda materi sosiologi perlu dipelajari untuk bekal anda hidup bermasyarakat? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 22. Anda mengenal dengan baik seluruh guru maupun karyawan di sekolah anda? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak 23. Anda merasa pembelajaran sosiologi tidak berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anda? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 24. Apakah anda aktif bertanya ketika anda belum memahami materi yang disampaikan oleh guru? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 25. Apabila anda merasa bosan atau tidak suka terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sosiologi anda akan ramai atau akan mengobrol dengan teman sebelah anda meskipun pelajaran sedang berlangsung? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 26. Anda menjawab pertanyaan yang diajukan guru kepada siswanya? a. Selalu b. Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 27. Anda akan berdiskusi dengan teman anda apabila anda belum memahami materi yang disampaikan oleh guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah CURRICULUM VITAE Pas Foto 4X 6 A. DATA PRIBADI Nama Lengkap : Faizatul Mukhafadzoh Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 19 Juni 1988 Jenis Kelamin : Perempuan Golongan Darah :O Agama : Islam Alamat : Jl. Serayu Raya no.28 Rt 02 Rw 02 kesugihan, Cilacap Status Anak : Anak ketiga dari empat bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin Kebangsaan : Indonesia B. DATA ORANG TUA Nama Ayah : H. Moch. Nadzir, S.Pd (Alm) Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 8 Agustus 1953 Agama : Islam Pekerjaan : PNS Nama Ibu : Hj. Mursidah Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 23 Maret 1963 Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat Orang Tua : Jl. Serayu Raya no.28 Rt 02 Rw 02 kesugihan, Cilacap C. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap TA 1992 s/d 1994 2. MII Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap TA 1994 s/d 2000 3. SMP Ya BAKII 1 Kesugihan Cilacap TA 2000 s/d 2003 4. SMA Negeri 1 Sokaraja TA 2003 s/d 2006 5. Pend. Sosiologi Antropologi FKIP UNS Surakarta TA 2006 s/d 2010