58 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, Vo.7, Desember, 58-65 Analisis Pengaruh Debt to Equity (DER) Terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI Sugi Hapni Delima Politeknik Negeri Batam Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Debt To Equity (DER) Terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian dari tahun 2004-2008. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 perusahaan. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sehingga diperoleh sebanyak 11 perusahaan. Debt To Equity (DER) sebagai variabel independen dan variabel dependennya adalah Return Saham. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan ms.excel dan SPSS , dimana hasil regresi menunjukkan bahwa Debt To Equity (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Kata kunci: Debt to Equity (DER), Return saham, Food and Beverages Abstract This study was conducted to determine the effect of Debt To Equity (DER) Return Against Shares in Food and Beverages Companies Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The study period of 2004-2008. The population used in this study amounted to 21 companies. Selection of the study sample using purposive sampling method, in order to obtain as many as 11 companies. Debt To Equity (DER) as independent variables and the dependent variable is Stock Return. Assisted with data processing using Ms.Excel and SPSS, where the regression results indicate that Debt To Equity (DER) no significant effect on stock returns. Keywords: Debt to Equity (DER), Return saham, Food and Beverages 1. Pendahuluan Perusahaan Food and Beverages merupakan perusahaan Manufaktur yang bergerak disektor Consumer Goods. Perusahaan ini merupakan perusahaan go public yang telah terdaftar dan menjadi emiten diBursa Efek Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, industri Food and Beverages selalu mengalami pertumbuhan sejak tahun 2002, Selain itu Badan Pusat Statistik juga menyatakan bahwa industri food and beverages merupakan industri yang kebal terhadap krisis. Industri ini mampu menjadi salah satu katup penyelamat perekonomian di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang padat maka Indonesia merupakan pasar yang sesuai bagi industri food and beverages. Food and Beverages merupakan sektor manufaktur yang menjanjikan dalam perekonomian, walaupun terjadi krisis ekonomi global, harga-harga food and beverages meningkat, daya beli konsumen tetap meningkat dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan konsumen atau masyarakat membutuhkan food and beverages (makanan dan minuman) sebagai bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari, dengan begitu masyarakat akan tetap membeli meskipun harganya mahal. Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan adalah tersedianya dana. Salah satu sumber dana murah yang dapat diperoleh suatu perusahaan adalah dengan menjual sahamnya kepada Analisis Pengaruh Debt to Equity (DER) Terhadap Return Saham... 63 5961 publik di Pasar Modal. Pasar Modal merupakan wahana yang dapat menghimpun dana jangka menengah dan jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh kondisi emiten dan kinerja perusahaan. Adanya Kondisi emiten dan kinerja perusahaan yang bagus maka akan meningkatkan harga saham perusahaan, dengan meningkatnya harga saham maka return saham yang dihasilkan juga akan meningkat. Return saham merupakan keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya. Return atau keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya terdiri dari dua bentuk, yaitu: dividen dan capital gain (loss) (Jogianto,2003:110). Deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi laba ditahan (retained earnings) yang besarnya diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Deviden yang dibayarkan dapat berupa deviden tunai (cash deviden) dan deviden saham (stock deviden). Deviden tunai merupakan deviden yang dibayarkan dapat berupa uang tunai, sedangkan deviden saham merupakan deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan porsi tertentu. Capital gain merupakan keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu instrumen investasi. Capital gain tergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diharapkan. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagi salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan Return realisasi (realized return) yang sifatnya sudah terjadi, Return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogianto, 2003 : 109). Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga sahamperiode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, maka dapat dirumuskan: Rose et al. (2003 : 111). Ri = Keterangan: Ri = return saham Pt = Indeks saham individu pada periode t Pt-1 = indeks saham individu pada periode t-1 Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus: Jogianto (2003: 232) = Keterangan : Rm : return pasar IHSSt : Indeks harga saham sektor pada periode t IHSSt-1 : Indeks harga saham sektor pada periode t-1 60 60 Sugi Hapni Delima Untuk meningkatkan harga saham maka perusahaan harus dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja perusahaan. Dengan meningkatnya nilai perusahaan maka akan meningkatkan kepercayaan terhadap investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan. Nilai perusahaan dan kinerja perusahaan dapat diukur dengan melihat rasio pasar, tingkat hutang (rasio Leverage), rasio likuiditas (Current ratio), rasio profitabilitas (ROA, ROE), dan risiko yang ditanggung. Rasio pasar memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai oleh investor dipasar modal. Rasio pasar dapat diukur dengan pendekatan Price Earning Ratio, Devidend yield, dan Price to Book Value (Atmaja, 2002;415). Tingkat hutang (leverage) perusahaan berhubungan negatif terhadap return saham. Apabila tingkat hutang atau Leverage perusahaan meningkat maka return yang dihasilkan akan menurun. Leverage pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Debt to Equity (DER). DER merupakan perhitungan yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham yang akan berpengaruh terhadap return saham. Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) dalam Suharli (2004) menjelaskan apabila rasio DER tinggi maka akan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik dan akan sangat berpengaruh terhadap harga saham, dan akan berpengaruh terhadap return saham yang dihasilkan. Menurut Mayo dalam Suharli (2004) leverage dibagi menjadi dua jenis: (a) Operating leverage (leverage operasi): “Operating Leverage is the use of fixed factors of produce a level of output”. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan biaya tetap pada produksi tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut, dari pada biaya variabel untuk menghasilkan mutu pada output. (b) financial leverage (Leverage keuangan). “financial leverage is the use of another persons’s or firm’s funds in return pregreeing to pay a fixed return for the funds the use of debt or preferred stock financing”. Leverage keuangan merupakan penggunaan dana untuk perusahaan atau orang lain dalam pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas penggunaan dana hutang atau saham preferen dari keuangan. Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan didanai dengan hutang. Para kreditur memperhatikan equity yang memberi batas keamanan, akan tetapi dengan bertambahnya dana melalui hutang para pemilik memperoleh manfaat yakni dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan suatu investasi yang terbatas. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah debt to equity. DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. (Simamora, 2000: 533). Menurut Syamsudi (2000: 54), DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total utang dengan total ekuitas pemilik. DER mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Rasio ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimilki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak tertagihnya suatu utang (Atmaja, 2004;412). Hubungan Debt To Equity (DER) terhadap Return Saham Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) dalam Suharli (2005) menjelaskan bahwa DER merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham yang nantinya akan berpengaruh terhadap return saham yang akan diperoleh oleh pemegang. Secara teori pada umumnya menunjukkan apabila rasio DER tinggi maka menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik dan akan berpengaruh pada harga saham dan nantinya akan berpengaruh terhadap return saham yang diterima. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2005) menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Analisis Pengaruh Debt to Equity (DER) Terhadap Return Saham... 6361 2. Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian 2004-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam Food and Beverages yang terdaftar dan tercatat (listing) di BEI selama periode tahun pengamatan 2004-2008, yaitu terdapat 21 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian terdapat 11 perusahaan yang tergabung dalam perusahaan food and baverages yang dipilih dari 21 perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan informasi yang diperoleh dan menggunakan pertimbangan tertentu dan disesuaikan dengan tujuan masalah penelitian. Sampel yang diambil adalah dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: Perusahaan food and beverages yang listing (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2008, Perusahaan food and beverages yang aktif di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2004-2008. Perusahaan food and beverages mengeluarkan laporan keuangan dan data keuangan yang lengkap selama periode penelitian berturutturut. Tabel 2.1; Nama-nama perusahaan yang menjadi sampel. No Kode Nama Perusahaan Aqua Golden Mississipi Tbk 1 AQUA Cahaya Kalbar Tbk 2 CEKA Davamas Abadi 3 DAVO Delta Djakarta Tbk 4 DLTA Fast Food Indonesia Tbk 5 FAST Indofood Sukses Makmur Tbk 6 INDF Mayora Indah Tbk 7 MYOR Multi Bintang Indonesia Tbk 8 MLBI Siantar TOP Tbk 9 STTP Tiga Pilar Sejahtera Food (d/h Asia Inti Selera) Tbk 10 AISA Ultra Jaya Milk Tbk 11 ULTJ Sumber : Fact Book (PIPM). 3. Teknik Analisis Data 3.1. Analisis Diskriptif Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diperoleh baik mengenai populasi. 3.2. Analisis Statistik Penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X), yaitu dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Y = βo+ β1x1+ eij Keterangan : Y : Return saham β0 : Konstanta β1: Koefisien X1 X1 : Debt to Equity eij : Faktor gangguan 60 60 62 Sugi Hapni Delima 4.Hasil Penelitian Bagian ini menggambarkan perolehan data atas s variabel penelitian yang digunakan dengan menjabarkan pergerakan variabel untuk seluruh periode pengamatan dari tahun2004-2008 pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4.1. Analisis Return Saham Return merupakan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogianto, 2003: 109). Variabel ini dapat diukur dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, Rose, et al. (2003 : 238). Dibawah ini disajikan tabel data return saham perusahaan Food and Beverages dari tahun 2004-2008 yang berfluktuasi. Dari data hasil yang diperoleh nilai return saham pada perusahaan food and beverages ini rata-rata dibawah 1, ini artinya perubahan harga saham periode sekarang tidak terlalu besar dibandingkan periode sebelumnya sehingga return saham yang diterima investor juga tidak terlalu besar. Tabel 4. 1: Return saham Perusahaan Food and Beverages tahun 2004-2008. No Kode Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008 0.0074 0.026 0.055 0.0015 0.014 1 AQUA 0.026 0.083 0.0008 0.032 0.026 2 CEKA 0.082 -0.052 0.236 -0.005 -0.087 3 DAVO 0.049 0.087 -0.035 -0.032 0.022 4 DLTA 0.019 0.018 0.036 0.027 0.021 5 FAST 0.0013 0.02 0.039 0.091 -0.067 6 INDF 0.034 -0.02 0.06 0.036 -0.047 7 MYOR 0.025 0.016 0.008 0.0013 -0.004 8 MLBI 0.0024 -0.013 0.034 0.055 -0.065 9 STTP 0.0422 0.011 -0.014 0.156 -0.039 10 AISA 0.018 -0.019 0.041 0.05 0.03 11 ULTJ Total 0.3063 0.157 0.4608 0.04128 -0.196 Rata-Rata 0.027845 0.014273 0.041891 0.037527 -0.01782 Berdasarkan data yang terlihat pada tabel 4. 1 dapat diketahui bahwa rata-rata return saham setiap tahunnya mengalami fluktuasi, ini disebabkan oleh kondisi investasi saat ini yang belum stabil, indeks harga saham individu masih mengalami pergerakan naik turun setiap tahunnya. Rata-rata return saham pada tahun 2004 adalah sebesar 0,027845, kemudian mengalami penurunan di tahun 2005 menjadi 0,014273, pada tahun 2006 return saham mengalami kenaikkan menjadi 0,041891, pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,037527 dan di tahun 2008 return saham mengalami penurunan kembali menjadi -0,01782. Dari uraian rata-rata return saham tersebut dapat diketahui bahwa kenaikkan maupun penurunan dari suatu return saham sangat dipengaruhi oleh harga saham suatu perusahaan, yang tercermin dari bagaimana kinerja dari suatu perusahaan tersebut. Semakin meningkatnya harga saham suatu perusahaan maka saham yang dihasilkan juga akan meningkat seiring dengan seberapa besar kenaikkan dari harga saham tersebut. Secara keseluruhan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food (Asia Inti Selera ) Tbk merupakan perusahaan yang memiliki tingkat return saham paling tinggi yaitu 0,156 pada tahun 2007. Karena di tahun 2007 tersebut harga saham PT. Tiga Pilar Sejahtera Food (Asia Inti Selera ) Tbk mengalami kenaikkan yang cukup tinggi ini mencerminkan saham perusahaan tersebut sangat diminati di pasar modal, pencapaian tersebut di karenakan perusahaan berhasil menciptakan laba yang cukup besar sehingga return saham yang didapatkan oleh investor juga meningkat. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat return saham terendah adalah PT. Davomas Abadi Tbk yaitu sebesar -0,087 pada tahun 2008, ini dikarenakan terjadinya penurunan harga saham terus menerus pada perusahaan tersebut. Return Analisis Pengaruh Debt to Equity (DER) Terhadap Return Saham... 63 6361 saham pada perusahaan food and beverages mengalami fluktuasi, dimana kenaikkan dan penurunan return tersebut dipengaruhi oleh harga saham perusahaan-perusahaan tersebut. 4.2 Analisis Debt To Equity (DER) Debt to equity (DER) merupakan variabel independen yang pertama yang digunakan dalam penelitian ini. DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Variabel ini diukur melalui perbandingan antara Total Utang (total debt) dengan Total Ekuitas Pemilik (total equity). Berikut akan disajikan data perkembangan Debt to equity (DER) pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2004-2008. Tabel 4.2; Data Perkembangan DER Perusahaan Food and Beverages Tahun 2004-2008. No Kode Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008 0.87 0.78 0.77 0.74 0.71 1 AQUA 0.43 0.83 0.44 1.8 1.45 2 CEKA 1.29 1.24 1.77 2.27 4.45 3 DAVO 0.28 0.32 0.31 0.29 0.34 4 DLTA 0.65 0.66 0.68 0.67 0.63 5 FAST 2.56 2.33 2.13 2.61 3.11 6 INDF 0.46 0.61 0.58 0.73 1.32 7 MYOR 1.22 1.52 2.08 2.14 1.73 8 MLBI 0.48 0.45 0.36 0.44 0.72 9 STTP 2.06 2.76 2.82 1.26 1.6 10 AISA 0.61 0.54 0.53 0.64 0.53 11 ULTJ 10.91 12.04 12.47 13.59 16.59 Total 0.991818 1.094545 1.133636 1.235455 1.508182 Rata-Rata Sumber: ICMD/PIPM Dari hasil pengamatan yang dilakukan rata-rata rasio DER yang terlihat pada data tabel V. 3 menunjukkan bahwa tingkat DER selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 rasio DER mencapai 0,991818, kemudian meningkat menjadi 1,094545 di tahun 2005. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 1,235455, di tahun 2007 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,235455 dan begitu juga di tahun 2008 meningkat sebesar 1,508182. Perusahaan yang memiliki persentase DER tertinggi adalah PT. Davomas Abadi Tbk sebesar 4,45 pada tahun 2008, Ini menjelaskan bahwa total hutang jauh diatas modal sendiri. Persentase DER pada PT. Davomas Abadi Tbk ini jauh diatas nilai rata-rata industri, nilai persentase industri pada tahun 2008 sebesar 1,5081. Sedangkan perusahaan yang memiliki persentase DER terendah adalah PT. Delta Djakarta Tbk yaitu 0,28 pada tahun 2004. Nilai persentase PT. Delta Djakarta Tbk pada tahun 2004 ini rendah dibandingkan nilai rata-rata persentase industri sebesar 0,9918. Sebaiknya nilai persentase DER tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata DER industri karena nilai DER yang terlalu besar akan menimbulkan keraguan bagi pihak kreditur terhadap solvabilitas perusahaan. Jika nilai DER terlalu kecil justru akan menimbulkan kekhawatiran bagi pihak investor terkait dengan modal yang ditanamkan perusahaan. Apabila rasio DER tinggi maka akan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik dan akan sangat berpengaruh terhadap harga saham, kenaikkan dan penurunan yang terjadi pada harga saham akan berdampak terhadap return saham yang dihasilkan. 60 64 60 Sugi Hapni Delima 5. Analisis Regresi Setelah dilakukan pengujian pada data-data atau variabel yang dipakai dalam penelitian ini. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan model penelitian atau model regresi. Model perumusan analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Yi = β0 + β1x1 + eij Ŷi = 0,046 – 0,09X 1 + eij Return Saham = 0,046 – 0,09DER+ e Dari hasil persamaan regresi linear berganda di atas dapat di artikan bahwa tanpa adanya variabel PBV (x1) maka output dari return saham adalah sebesar 0,046. kenaikan DER sebesar 1 satuan, akan mengakibatkan penurunan return saham sebesar 0,09. 6. Hasil Pembahasan 6.1 Pengaruh Debt To Equity terhadap Return saham. Pengujian ini untuk melihat secara signifikan variabel DER terhadap Return saham perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI. Analisisnya dapat dijelaskan sebagai berikut: H0: 2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Debt to Equitty terhadap Return Saham Pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI. Ha: 2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari terhadap Debt to Equitty Return Saham Pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI. Hasil yang diperoleh yang terlihat pada tabel V. 11 menunjukkan bahwa nilai thitung adalah sebesar 1,369 sedangkan nilai ttabel dengan pengujian 2 arah dan tingkat keyakinan 95 % serta taraf nyata 5 % adalah sebesar 2,006. Nilai -ttabel < thitung = -2,006 < -1,369 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikia n hasil hipotesis menyatakan bahwa secara parsial DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return saham. Keputusan ini didukung oleh nilai P-value DER adalah sebesar 0,177 yang mengidentifikasikan bahwa nilai tersebut tidak signifikan karena tingkat signifikan yang digunakan adalah sebesar 5 %. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien debt to equity adalah sebesar 0,009 yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang negatif antara DER terhadap return saham. Dimana apabila DER meningkat sebesar satu-satuan maka return saham akan menurun sebesar 0,009. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya dalam perusahaan. Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return yang dihasilkan juga akan semakin menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2005) yang menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Daftar Pustaka [1] Atmaja, Lukas Setia. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. [2] Bodie, Kane. Alex and Marcus, Alan. J. 2006. Invesment. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. [3] Brigham, Eugene F and Joel F. Houston. 2009. Fundamentals Of Financial Management/Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. [4] Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Edisi Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. Analisis Pengaruh Debt to Equity (DER) Terhadap Return Saham... 63 6561 [6] Al-Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang : Badan Usaha Penerbit Undip. [7] Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. [8] Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok–Pokok Materi Statistik 2 (Statistik inferensif). Edisi kedua. Jakarta : Bumi Aksara. [9]Husnan, Suad. 2001. Dasar–Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN (UPP AMP YKPN). [10] Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN. [11] Indonesia Capital Market Dicrectory. 2007. Jakarta : PT Bursa Efek Indonesia. [12] Indonesia Capital Market Dicrectory. 2009. Jakarta : PT Bursa Efek Indonesia. [13] Jogianto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE-UGM. [14]Jones, Charles P. 2000. Investment: Analysis and Management. 7th Edition. New York: John Willey and Sons. Icn. [15] Lind, Douglas A, William G. Marchal and Samuel A. Wathen. 2007. Teknik-teknik Statistika dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Edisi Ketiga Belas. Jakarta : Salemba Empat. [16] Mulyono, Sri. 2006. Statistika Untuk Ekonomi & Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. [17] Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty. [18] Nugroho, Bhuono A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Semarang: Andi Yogyakarta. [19] Prastowo, Dwi. 2002. Analisis Laporan Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta: YKPN.