PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA: Pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) ASTRID DAMARIN NUR ALIAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Sektor Pariwisata Dalam Pembangunan Perekonomian di Indonesia: Pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Astrid Damarin Nur Aliah NIM H44120089 ABSTRAK ASTRID DAMARIN NUR ALIAH, Peran Sektor Pariwisata Dalam Pembangunan Perekonomian Di Indonesia: Pendekatan Social Accounting Matrix (SAM). Dibimbing oleh ADI HADIANTO. Kontribusi sektor pariwisata secara internasional maupun nasional memperlihatkan prospek ekonomi yang positif. Peran pemerintah berupa regulasi dan kebijakan dalam upaya pengembangan pariwisata pada rencana pembangunan perekonomian di Indonesia ,yaitu RPJMN 2015-2019, memperlihatkan bahwa pemerintah sudah menyadari akan besarnya manfaat yang diberikan oleh sektor pariwisata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia dan dampak sasaran pembangunan pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi dengan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata berperan penting dalam perekonomian di Indonesia secara keseluruhan. Upaya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara memberikan dampak peningkatan pendapatan nasional lebih besar dibandingkan dampak peningkatan konsumsi wisatawan nusantara. Hasil analisis juga menunjukkan pencapaian target pembangunan pariwisata lebih mengarah pada pengembangan tenaga kerja pertanian, rumah tangga pertanian dan sektor hotel. Kata kunci: Efek pengganda, pariwisata, pendapatan, sistem neraca sosial ekonomi. ABSTRACT ASTRID DAMARIN NUR ALIAH, The Role of Tourism Sector in Economic Development of Indonesia: Social Accounting Matrix (SAM) Approach. Supervised by ADI HADIANTO. The contributions of tourism sector are indicated to have positive prospect on economy both internationally and nationally. The government's policies and regulations designed to increase tourism flows are aiming to stimulate national development, which is already strategized in RPJMN 2015-2019. It obviously shows that government has already aware of the potential impact in tourism development. The objectives of this study are to analyze the role of tourism sector in economic development of Indonesia and to analyze the impact of tourism development targets on factorial, institution, and economy sectors incomes through Social Accounting Matrix (SAM). The result shows that tourism sector has important role in Indonesian economy. It also shows that increase in consumption of foreign tourist will have greater impact on national income than the increase in consumption of domestic tourist. The aggregate of the tourism development targets are pointing to expand agriculture labor, agriculture household income, and hotel sector. Key words: Incomes, multiplier effect, social accounting matrix, tourism. PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA: Pendekatan Social Accounting Matrix (SAM) ASTRID DAMARIN NUR ALIAH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 hingga Juni 2016 ini ialah Peran Sektor Pariwisata Dalam Pembangunan Perekonomian di Indonesia: Pendekatan Social Accounting Matrix (SAM). Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Orang tua tercinta, Harry Nuranto dan Ning Aliah, adik Reina Rosa Nuraliah dan Muhammad Arief Wicaksono Nuranto serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya yang diberikan kepada penulis. 2. Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta Ibu Dian Panjaitan, SE, M.Si dan Khairunnisa, SE yang telah memberikan arahan dan saran selama penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Fitria Dewi Raswastie, SP, M.Si selaku dosen penguji dari perwakilan departemen yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi Syam, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama menjalani perkuliahan. 5. Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB, khususnya teman-teman ESL 49 atas kebersamaannya. 6. Staf Pegawai Kementerian Pariwisata dan Badan Pusat Statistik yang telah membantu selama pengumpulan data. 7. Semua member Neo Culture Technology dan Girls Generation yang selalu menghibur dan menemani. 8. Para sahabat Nur Halimah, Ajeng Octaviany, Allisha Ratu, dan rekan-rekan Tempat Tobat. Sahabat Pentagon Magnievent Dwi Oktapiyah, Indri Ratnasari, Tabhita Talentaningtyas, dan Nisa Awanis. Rekan satu bimbingan Ditaviana, Rahayu, Dewi Bunga Sari, Linda Ligawati, Desi Dwi Cahyani, dan Fitri Pratiwi atas segala kekuatan, kekompakan, dan kebersamaan. 9. Rekan Organisasi REESA ESL Kabinet Biru Muda, khususnya para pimpinan organisasi atas dukungannya dan rekan tersayang Divisi Internal Development 2015 yaitu Rd Noer Assyifa, Fachryan Muhaimin, Rena Indriatmi, Oktavia Tirta, Ricky Andrianto, Maisa Mardiarasari, Devita Nurvidya, dan Ilman Muttaqin. Bogor, Agustus 2016 Astrid Damarin Nur Aliah NIM. H44120089 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ......................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................. Tujuan Penelitian ..................................................................................... Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 1 5 7 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9 2.1 Tinjauan Teoritis ...................................................................................... 2.1.1 Kepariwisataan ............................................................................... 2.1.2 Peran Pariwisata dalam Perekonomian .......................................... 2.1.3 Komponen Pendapatan Nasional ................................................... 2.1.4 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata ...................................................................................... 2.1.5 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata ...................................................................................... 2.1.6 Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah dan Gaji ................................................................................................ 2.1.7 Kebijakan terkait Pariwisata di Indonesia ...................................... 2.1.8 Sistem Neraca Sosial Ekonomi ...................................................... 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 9 9 10 12 III. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................................... 27 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................... 3.1.1 Analisis Pengganda Neraca ............................................................ 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 27 29 31 IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 33 4.1 Jenis dan Sumber data .............................................................................. 4.2 Metode Analisis Data ............................................................................... 4.2.1 Analisis Pengganda SNSE ............................................................. 4.2.2 Analisis Simulasi Kebijakan .......................................................... 4.3 Asumsi dan Keterbatasan Model ............................................................. 33 33 33 35 39 V. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 41 5.1 Peran Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Indonesia ..................... 5.1.1 Analisis Pengganda Nilai Tambah (VAM) ................................. 5.1.2 Analisis Pengganda Institusi ....................................................... 5.1.3 Analisis Pengganda Produksi ...................................................... 5.1.4 Analisis Pengganda Total............................................................ 5.1.5 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ............................................................... 13 15 16 17 18 21 41 41 44 46 48 50 5.2 Dampak Simulasi Pada Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi .................................... 5.2.1 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi ...... 5.2.2 Dampak Peningkatan Peningkatan Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi ........................................................................... 5.2.3 Dampak Peningkatan Wisatawan Nusantara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi ...... VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 6.1 6.2 53 53 57 61 65 Simpulan ................................................................................................ Saran ...................................................................................................... 65 66 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ LAMPIRAN ........................................................................................................... DAFTAR RIWAYAT ............................................................................................ 67 71 83 DAFTAR TABEL Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Halaman Jumlah Perjalanan dan Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Di Indonesia Tahun 2010-2014............................................................................................... PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2013 ............................. Penerimaan Devisa Menurut Jenis Komoditas di Indonesia Tahun 2010-2014............................................................................................... PDB Sektor Pariwisata dalam Sektor Ekonomi Tahun 2011-2014 ................... Struktur Social Accounting Matrix .................................................................... Penelitian Terdahulu Tentang Sistem Neraca Sosial Ekonomi dan Sektor Pariwisata .......................................................................................................... Kerangka dasar dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE .......................... Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan PDB Pariwisata Menurut Sektor Produksi SNSE .................................................................................................. Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Wisatawan Mancanegara Sesuai Jenis Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Pada Neraca SNSE ..................... Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Wisatawan Nusantara Sesuai Jenis Pengeluatran Wisatawan Nusantara Pada Neraca SNSE ......................... Pengganda Nilai Tambah Berdasarkan SNSE 2008 .......................................... Pengganda Institusi Berdasarkan SNSE 2008 ................................................... Pengganda Produksi Berdasarkan SNSE 2008.................................................. Pengganda Total Berdasarkan SNSE 2008 ....................................................... Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor Perekonomian Lainnya Berdasarkan SNSE 2008 ................................................................................... Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ 2 2 3 4 20 23 29 37 38 39 42 45 47 49 52 56 60 63 DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. Halaman Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 32 Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sumber Pendapatan .............................. 54 DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 Halaman Klasifikasi dan Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2008 (105x105) ......................................................................................................... Neraca Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 (miliar Rupiah).......... Matriks Multiplier ............................................................................................ Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut Produk Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013 ............................................................ Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Produk Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013................................................................... Hasil Simulasi Peningkatan Kontribusi PDB Sektor Pariwisata terhadap PDB Nasional (miliar Rupiah) ......................................................................... Hasil Simulasi Peningkatan Wisatawan Mancanegara di Sektor Pariwisata (miliar Rupiah) ................................................................................................. Hasil Simulasi Peningkatan Wisatawan Nusantara di Sektor Pariwisata (miliar Rupiah) ................................................................................................. 72 73 76 78 78 79 80 81 1 I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai dampak positif, seperti pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan ekspor, yang diperoleh dari kegiatan pariwisata, menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan pesat di dunia. Pada tahun 2015, total kedatangan internasional wisatawan di dunia mencapai 1 184 juta orang dengan peningkatan jumlah kedatangan wisatawan internasional sebesar 4.4 persen dari tahun 2014 atau bertambah sekitar 50 juta orang yang melakukan perjalanan wisata internasional (United Nation World Tourism Organization, 2015). Peluang ini telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan bagi berbagai negara di dunia. Di Indonesia, pembangunan sektor pariwisata terus dilakukan dengan mendayagunakan sumberdaya pariwisata yang ada untuk dimanfaatkan sebagai sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan. Perkembangan yang pesat dari komponen-komponen pariwisata yang berperan dalam membangun berbagai kegiatan pariwisata, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Beberapa komponen ekonomi pariwisata yang mempengaruhi pendapatan nasional diantaranya pengeluaran wisatawan nusantara pengeluaran wisatawan mancanegara, investasi dari pemerintah atau swasta di sektor pariwisata, pengeluaran promosi pariwisata, dan pengeluaran usaha bidang pariwisata (Hermawan, 2012). Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, pariwisata nasional, baik fasilitas wisata maupun destinasi wisata nasional, terus mengalami perkembangan. Wisatawan dari berbagai daerah dan negara dapat memperoleh informasi terkait pariwisata nasional dari berbagai event promosi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dengan membawa brand pariwisata Indonesia yaitu Wonderful Indonesia. Upaya ini dilakukan supaya dapat menarik minat kunjungan dari para wisatawan untuk berwisata ke Indonesia. Pada tahun 2014, jumlah perjalanan wisatawan mancanegara mencapai 9.4 juta perjalanan 2 atau meningkat sebesar 2.4 juta perjalanan dari tahun 2010. Sedangkan, jumlah perjalanan wisatawan nusantara mencapai 251.2 juta perjalanan pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 7 823 ribu perjalanan dari tahun 2010 (Kementerian Pariwisata, 2014). Jumlah perjalanan dan rata-rata pengeluaran wisatawan di Indonesia tahun 2010-2014 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Perjalanan dan Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan di Indonesia Tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Wisatawan Mancanegara Rata-rata Jumlah pengeluaran/ perjalanan perjalanan (juta) (USD) 7.0 7.6 8.0 8.8 9.4 1 085.75 1 118.26 1 133.81 1 142.24 1 183.42 Wisatawan Nusantara Rata-rata Jumlah pengeluaran/ perjalanan perjalanan (juta) (ribu Rupiah) 243.377 236.752 245.290 250.036 251.200 150.41 160.89 172.85 711.26 851.68 Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014 Berdasarkan Tabel 1, terlihat pada tahun 2010-2014 wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang melakukan kegiatan wisata di Indonesia, mengalami peningkatan. Hal ini mempengaruhi rata-rata pengeluaran kunjungan wisatawan yang juga mengalami peningkatan pada tahun 2010-2014. Peningkatan jumlah wisatawan ini membawa dampak positif pada kinerja sektor pariwisata dalam menyumbang pendapatan negara yang terlihat pada perolehan PDB nasional. Menurut Kementerian Pariwisata (2014), kontribusi PDB pariwisata terhadap PDB nasional tahun 2011-2014 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2013 2011 2012 2013 2014* 296.97 326.24 365.02 391.48 7 427.09 8 241.86 9 083.97 9 765.27 4.00 3.96 4.02 4.01 Tahun PDB Pariwisata (triliun Rupiah) PDB Nasional (triliun Rupiah) Kontribusi Pariwisata (%) Keterangan: *) Angka sementara Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014 PDB pariwisata dari tahun 2011-2014, mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 391.48 triliun pada tahun 2014. Dari peningkatan PDB pariwisata 3 tersebut, kontribusi PDB pariwisata terhadap PDB nasional dari tahun 2011-2014 telah mencapai rata-rata empat persen. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia memperlihatkan perkembangan yang baik dilihat dari dampak ekonomi yang disumbangkan pada PDB nasional. Peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia membuat sektor pariwisata dalam negeri mampu berperan dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber penerimaan negara yang diperoleh dari konsumsi wisatawan selama melakukan kunjungan ke daerah tujuan wisata di Indonesia (Singagerda, 2014). Potensi wisata ini dikembangkan dan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memperoleh devisa negara. Dari komoditas-komoditas ekspor terbesar di Indonesia pada tahun 2010-2014, pariwisata menghasilkan devisa dengan rata-rata 9.299,79 juta USD. Pada tahun 2014, nilai ekspor pariwisata sebesar 11 166.13 juta USD menempati posisi keempat setelah komoditas minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit. Devisa negara yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata tersedia pada Tabel 3. Tabel 3 Penerimaan Devisa Menurut Jenis Komoditas di Indonesia Tahun 2010 2014 No. Nilai (juta USD) Jenis Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 1 Minyak & gas bumi 28 039. 60 41 477.10 36 977.00 32 633.20 30 318.80 2 Batu bara 18 499.30 27 221.80 26 166.30 24 501.40 20 819.30 3 Minyak kelapa sawit 13 468. 97 17 261.30 18 845.00 15 839.10 17 464.90 4 Karet olahan 9 314.97 14 258.20 10 394.50 9 316.60 7 021.70 5 Pariwisata 7 603.45 8 554.39 9 120.85 10 054.15 11 166.13 6 Pakaian jadi 6 598.11 7 801.50 7 304.70 7 501.00 7 450.90 7 Alat listrik 6 337.50 7 364.30 6 481.90 6 418.60 6 259.10 8 Tekstil 4 721.77 5 563.30 5 278.10 5 293.60 5 379.70 9 Kertas dan barang dari kertas 4 241.79 4 214.40 3 972.00 3 802.20 3 780.00 10 Makanan olahan 3 620.86 4 802.10 5 135.60 5 434.80 6 468.80 11 Bahan kimia 3 381.85 4 630.00 3 636.30 3 501.60 3 853.70 12 Kayu olahan 2 870.49 Sumber: Kementerian Pariwisata, 2016a 3 288.90 3 337.70 3 514.50 3 914.10 Penanganan pariwisata perlu melibatkan berbagai sektor ekonomi, baik sektor yang berkaitan langsung dengan pariwisata seperti hotel dan restoran 4 maupun sektor yang tidak berkaitan langsung dengan sektor pariwisata namun permintaannya berasal dari pariwisata (Kementerian Pariwisata, 2014). Menurut Spillane (1994) dalam Singagerda (2014), adanya permintaan pariwisata yang terbentuk dari konsumsi maupun investasi menimbulkan permintaan barang dan jasa pariwisata (tourism final demand) dari pasar barang dan jasa sektor ekonomi lainnya. Selanjutnya, final demand pariwisata secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (investment derived demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Kegiatan konsumsi pariwisata secara langsung oleh wisatawan memperlihatkan bahwa pariwisata berada pada posisi hilir yang dimana jika terdapat upaya pengembangan padanya dapat menarik output-output dari sektorsektor hulunya (Kusumastuti, 2014). Hubungan sektor-sektor lain dalam menunjang kegiatan pariwisata dapat dilihat dari kontribusi PDB sektor ekonomi terhadap PDB pariwisata tahun 2011-2014 yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 PDB Sektor Pariwisata dalam Sektor Ekonomi Tahun 2011-2014 No. Sektor Ekonomi 1 2 Pertanian Pertambangan & penggalian 3 Industri 4 Listrik, gas, dan air 5 Konstruksi 6 Perdagangan 7 Restoran 8 Hotel 9 Angkutan darat 10 Angkutan air 11 Angkutan udara 12 Jasa penunjang angkutan 13 Komunikasi 14 Jasa lainnya Total PDB Pariwisata 2011 PDB Pariwisata (miliar Rupiah) 2012 2013 2014* 30 467.3 32 512.3 36 391.1 39 029.26 14 938.5 16 347.0 18 304.8 19 631.84 75 562.4 1 757.2 32 990.8 18 192.0 26 409.0 24 320.4 17 576.1 3 050.0 14 771.9 5 696.2 6 144.4 25 092.3 296 986.5 84 191.0 1 930.3 35 369.3 19 640.6 24 904.6 30 023.3 21 898.1 3 142.6 14 529.9 6 090.3 7 202.6 28 458.5 326 240.7 94 091.1 2 119.3 37 020.7 21 671.8 26 375.7 36 894.3 25 471.4 2 021.5 17 502.6 6 891.5 7 743.3 32 579.8 365 025.0 100 921.19 2 272.99 39 704.52 23 242.94 28 287.84 39 568.96 27 260.03 2 168.01 18 771.47 7 391.09 8 304.7 34 941.63 391 487.45 Keterangan: *) Angka Sementara Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014 Dari Tabel 4, sektor industri merupakan sektor yang menghasilkan PDB terbesar bagi sektor pariwisata mencapai Rp 100 921.19 miliar pada tahun 2014. Sektor lainnya yang berkontribusi besar pada PDB pariwisata pada tahun 2011- 5 2014 setelah sektor industri adalah sektor konstruksi, pertanian, hotel, dan restoran. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor pariwisata pada dasarnya tidak dapat secara mandiri menyediakan segala keperluan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan pariwisata dan merupakan pasar yang baik bagi berbagai sektor ekonomi. Peranan sektor pariwisata ini penting dikembangkan dalam upaya pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara nasional. Pembangunan sektor pariwisata ini perlu kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, stakeholders, dan masyarakat secara luas, dalam menjaga kualitas jasa yang ditawarkan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, strategis pembangunan nasional salah satu prioritasnya yaitu pembangunan sektor unggulan, yang termasuk didalamnya adalah sektor pariwisata. Hal tersebut didukung oleh kebijakan pembangunan pariwisata sesuai arah Kebijakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas) 2010-2015 yaitu dengan pengembangan destinasi wisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan pariwisata (Teguh dan Avenzora, 2013). Berdasarkan uraian diatas, pengembangan sektor pariwisata, yang merupakan salah satu sektor unggulan pembangunan nasional dipandang sebagai strategi pembangunan yang sesuai dengan potensi sumberdaya di Indonesia. Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019, pengembangan sektor pariwisata ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia sehingga dapat mendorong perekonomian nasional melalui kontribusi pendapatan berbagai pelaku serta sektor ekonomi di Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka penelitian peran sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia ini penting untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Pariwisata, sebagai suatu aktivitas, telah menjadi bagian penting bagi masyarakat maju hingga masyarakat kecil (Damanik dan Weber, 2006). Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menaruh minat dalam mengembangkan 6 sektor pariwisata yang dapat berperan sebagai katalisator penggerak perekonomian negara (Yoeti, 2006). Berdasarkan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh United Nation World Tourism Organization (2015), rata-rata pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara pada destinasi wisata internasional mencapai 4 persen sejak tahun 2010. Hal ini memperlihatkan performa sektor pariwisata dunia sangat baik dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yang terus meningkat. Berdasarkan Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4, sektor pariwisata di Indonesia telah membuktikan kontribusinya terhadap perdagangan nasional maupun internasional untuk menunjang perekonomian nasional. Semakin pesat arus pariwisata dapat memberikan berbagai manfaat ekonomi bagi negara tujuan wisata terutama bagi pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja, dan perdagangan luar negeri (Pavlìc et al, 2013). Manfaat dari adanya pariwisata ini tidak hanya dirasakan oleh sektor pariwisata saja tetapi dapat berdampak baik pada perekonomian secara luas, maka perlu adanya komitmen yang kuat dari berbagai pihak supaya sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi yang berarti. Peran pemerintah berupa dukungan anggaran, infrastruktur, regulasi, dan kebijakan lainnya dapat mendorong akselerasi pembangunan sektor pariwisata (Dewan Perwakilan Rakyat, 2015). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20152019, pemerintah telah mencanangkan bahwa dalam upaya mendorong perekonomian nasional akan dilakukan pembangunan sektor unggulan yaitu sektor pariwisata. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penghidupan yang berkelanjutan, pemerintah telah menyusun arah kebijakan dan strategi dengan melakukan pengembangan sektor unggulan termasuk sektor pariwisata serta memanfaatkan potensi lokal melalui peningkatan produk unggulan untuk meningkatkan pendapatan penduduk, pengembangan potensi lokal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu, pengembangan sektor pertaian, dan peningkatan kerjasama dunia usaha dan perguruan tinggi untuk meningkatkan akses kepada sumber penghidupan yang layak (Badan Pengawas Keuangan Dan Pembanguan, 2015). Adanya upaya pembangunan pariwisata dalam RPJMN 2015-2019 memperlihatkan bahwa pemerintah sudah 7 menyadari akan besarnya manfaat yang diberikan dari pemanfaatan sektor pariwisata. Pada tahun 2019, untuk mendukung upaya pembangunan sektor pariwisata, pemerintah telah menetapkan beberapa sasaran pembangunan pariwisata diantaranya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional mencapai 8 persen, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, 20 juta wisatawan mancanegara, dan perolehan devisa sebesar Rp 260 triliun. Dalam menunjang perekonomian nasional, sektor pariwisata tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan nasional saja tetapi juga berperan dalam perolehan pendapatan masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia? 2. Seberapa besar dampak terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi, jika terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto di sektor pariwisata? 3. Seberapa besar dampak terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi, jika terjadi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di sektor pariwisata? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung besarnya multiplier nilai tambah, institusi, produksi, dan total multiplier untuk menganalisis peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia. 2. Menganalisis dampak peningkatan Produk Domestik Bruto di sektor pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia. 3. Menganalisis dampak peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan nusantara terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia. 8 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian akan menggunakan Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia 2008 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011. Tabel SNSE 2008 adalah tabel SNSE terakhir yang dipublikasikan oleh BPS. Karena belum terdapat perbaharuan pada Tabel SNSE hingga tahun 2016, dapat dikatakan bahwa Tabel SNSE 2008 masih relevan untuk dianalisis. Data pendukung adalah data-data terbarukan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pariwisata. Fokus dalam penelitian ini adalah sektor pariwisata di Indonesia. Kajian peranan sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia menggunakan pendekatan SNSE, yang meliputi: dampak multiplier atau pengganda pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi. Injeksi pada sektor pariwisata didasarkan pada RPJMN 2015-2019 dan ketersediaan data sekunder yang diperoleh dari Kementerian Pariwisata dan Badan Pusat Statistik. Simulasi kebijakan yang akan dianalisis berupa dampaknya terhadap pendapatan yang disesuaikan dengan klasifikasi neraca dalam SNSE yang telah diagregasi. 9 II. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pariwisata Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan (Ismayanti, 2010). Dalam Undang-undang RI nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, daerah, dan pengusaha. Menurut World Tourism Organization (1999) dalam Ismayanti (2010), pariwisata dijelaskan sebagai berikut. 1. Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis, dan lainnya. 2. Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum atau pribadi. Pelaku/pelawat/pelancong/pemudik/traveler adalah istilah yang diberikan bagi seseorang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke 10 tempat lain. Jika ia melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, maka dihitung sebagai pengunjung dalam statistik pariwisata. 2.1.2 Peran Pariwisata dalam Perekonomian Potensi alam dan budaya yang dimiliki negara-negara berkembang dapat dijadikan modal pengembangan pariwisata di negaranya sehingga dapat dikembangkan sebagai aktivitas perekonomian. Sebagai industri jasa, pariwisata berperan penting dalam kebijakan berkenaan kesempatan kerja karena alasan semakin mendesaknya tuntutan kesempatan kerja tetap seiring dengan meningkatnya wisata dimasa yang akan datang (Spillane, 1994). Dari sisi permintaan dampak industri pariwisata menyusup ke berbagai kegiatan perekonomian dan menyebar secara pesat melalui beragam industri terkait. Dampak ekonomi itu mencakup spektrum kebijakan yang luas, menyangkut kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana, pengembangan wilayah, perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Industri pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan usia muda serta menyebarkan peluang kesempatan kerja, baik dalam ruang lingkup regional, nasional, maupun internasional (Yoeti, 2008). Dengan demikian, industri pariwisata dapat memainkan peran sebagai katalis penting bagi pembangunan wilayah. Bagian terbesar dari prasarana yang dibutuhkan industri ini, seperti halnya jalan, bandara, telekomunikasi, memberikan sumbangan langsung bagi pembangunan perekonomian pada umumnya, dimana industri pariwisata itu dikembangkan. Kedatangan wisatawan mancanegara atau nusantara merupakan sumber penerimaan bagi daerah atau negara, baik dalam bentuk devisa atau penerimaan pajak dan retribusi lainnya, di samping dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dalam kebijaksanaan tahun 1980-an dimana industri pariwisata ditetapkan sebagai sektor prioritas dalam bidang ekonomi bagi penerimaan devisa dan pembukaan lapangan kerja, Indonesia telah mengambil posisi kebijakasanaan strategis mendahului kabanyakan pesaing Indonesia di forum internasional. Untuk menggali potensi industri pariwisata di Indonesia secara efektif untuk bersinergi secara menyeluruh 11 di tingkat nasional, mencakup semua pihak terkait dikembangkan tanpa penundaan lebih lanjut, meliputi semua sub-sektor utama dalam industri pariwisata seperti: kalangan pengembangan kawasan wisata, industri perhotelan, sistem transportasi wisata (terutama maskapai penerbangan), jasa biro perjalanan wisata, pemasaran dan promosi, dan pengembangan sumberdaya manusia (Yoeti, 2008). Menurut Prof. Dr. Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management (1976:12) dalam Ismayanti (2010) mengatakan: “It is an important factor of economic development, as it motivates the development of several sectors on the national economy.” Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional (Yoeti, 2008), misalnya: a) Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan orang-orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional sekali pun. b) Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata seperti misalnya: transportasi, akomodasi, yang akhirnya akan menciptakan permintaan baru seperti: trasportasi wisatawan dan perlengkapan hotel. c) Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lainnya karena semakin banyaknya orang yang melakukan perjalanan wisata. d) Meningkatkan permintaan terhadap souvenir, kerajinan tangan, dan lainlain. e) Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman, seperti: Ukiran Jepara, Patung Bali, Batik Pekalongan, atau Sate Madura. f) Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban defisit neraca pembayaran. 12 g) Memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional. h) Mempercepat perputaran perekonomian pada negara penerima kunjungan wisatawan. i) Dampak pengganda yang ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan, sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata yang dikunjungi wisatawan. Dalam negara berkembang, pendapatan nasional sering digunakan untuk tolak ukur keberhasilan pembangunan nasional (Yoeti, 2008). Dalam ekonomi pariwisata, pendapatan nasional dari sektor pariwisata dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: NI = (N × L × e ) × K Keterangan: NI : National Income (Pendapatan Nasional) N : Number of Tourist visit the country in that year L : Average Length of stay in days e : Average of tourist expenditure per tourist per day K : Coefficient of Multiplier (diperoleh dari hasil penelitian) 2.1.3 Komponen Pendapatan Nasional Menurut teori makroekonomi, pendapatan nasional (Y) terdiri dari beberapa komponen pengeluaran yaitu: a) Konsumsi (C) b) Investasi (I) c) Pembelian pemerintah (G) d) Ekspor neto (NX) Sehingga diperoleh persamaan, Y = C + I + G + NX Pendapatan nasional atau PDB adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok yang terdiri dari barang tidak tahan lama, 13 barang tahan lama, dan jasa. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Invetasi terbagi menjadi tiga subkelompok yaitu investasi tetap bisnis, invetasi tetap residensial, dan invetasi persediaan. Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Kelompok ini meliputi peralatan militer, jalan layang, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Ekspor bersih memperhitungkan perdagangan dengan negara lain (Mankiw, 2007). 2.1.4 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang lebih umum, dapat diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam praktiknya, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang yang diikuti dengan kekuatan membeli. Dengan kata lain, permintaan dapat diartikan sebagai hubungan fungsional yang menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan harga tertentu pada waktu tertentu (Yoeti, 2008). Permintaan dalam pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi wisatawan (Yoeti, 2008). Permintaan untuk layanan wisata seperti informasi, persiapan perjalanan, transportasi, akomodasi, dan lainnya hanya merupakan alat atau instrumen untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh apa yang disebut free goods seperti keindahan alam, cuaca, taman nasional yang merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu. Dari sudut pandang wisatawan, semua unsur permintaan, mulai dari free goods sampai tourist services untuk memperolehnya harus dengan jalan membeli atau mengeluarkan uang. Semua unsur permintaan wisatawan saling melengkapi dan mempunyai kaitan erat sekali, nilai dan kegunaannya tidak hanya ditentukan oleh kualitas dasarnya saja, tetapi juga oleh tersedia atau tidak tersedianya unsur-unsur lainnya yang dibutuhkan wisatawan untuk melengkapi kebutuhan dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (Yoeti, 2006). 14 Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi atas dua, yaitu potential demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki cukup waktu luang dan tabungan yang relatif cukup). Sedangkan actual demand adalah orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu. Kedua permintaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi dua seperti uraian berikut (Yoeti, 2008): a) Faktor Umum Permintaan Pariwisata Secara umum, permintaan terhadap barang dan jasa pariwisata banyak tergantung oleh kekuatan untuk membeli, struktur demografi dan tren, faktor sosial dan kultur, motivasi perjalanan dan budaya lokal, dan kesempatan perjalanan dan biaya perjalanan. b) Faktor Khusus Permintaan Pariwisata Faktor-faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi biasanya ditentukan oleh harga, daya tarik wisata, kemudahan-kemudahan dalam berwisata (accessibilities), layanan sebelum kunjungan dan informasi, dan citra destinasi wisata. Karakteristik permintaan perjalanan pariwisata diantaranya seperti dijelaskan sebagai berikut (Yoeti, 2006): 1. Elastisitas Permintaan pariwisata sangat elastis, artinya permintaan itu menunjukkan elastisitas langsung dengan besarnya pendapatan disatu sisi dan biaya perjalanan disisi yang lain sehingga dapat diketahui korelasi antara suatu peningkatan harga dengan turunnya permintaan melakukan perjalanan wisata dan sebaliknya. Permintaan wisata lebih elastis terutama pada daerah tujuan wisata yang favorit dan daerah tujuan wisata yang masih baru daripada daerah tujuan wisata yang kurang favorit. 2. Sensitivitas Permintaan pariwisata sangat sensitif dengan keadaan sosial, politik, dan keamanan negara yang akan dikunjungi. Hal ini sangat logis, karena seperti kita ketahui wisatawan itu merupakan orang yang akan melakukan 15 perjalanan untuk mencari kesenangan sehingga apabila terdapat sesuatu yang mengancam jiwa maka dapat mengakibatkan seseorang untuk mengundurkan diri untuk melakukan perjalalan wisata ke daerah tujuan wisata tersebut. 3. Musiman Permintaan pariwisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak season) dan musim sepi (off season). Musim ramai terjadi pada hari-hari libur sekolah atau libur akhir tahun seperti Natal dan Tahun Baru. Pada musim ramai permintaan maningkat dari hari-hari biasanya. 4. Ekspansi Kecenderungan peningkatan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kemajuan teknologi seperti teknologi penerbangan, informasi, komunikasi, bertambahnya waktu luang atau semakin singkatnya waktu kerja, dan semakin meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan hidup. 2.1.5 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata Dalam ilmu ekonomi, penawaran diartikan sejumlah barang, produk, atau komoditas yang tersedia dalam pasar yang siap untuk dijual kepada konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang, jasa, atau komoditas yang tersedia di pasar dengan harga tertentu pada suatu waktu tertentu. Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi semua macam produk dan layanan/jasa yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan pariwisata sebagai pemasok, yang ditawarkan baik kepada wisatawan yang datang secara langsung maupun yang membeli melalui Agen Perjalanan atau Biro Perjalanan Lainnya. Termasuk dalam pengertian penawaran adalah semua bentuk daya tarik wisata, semua bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan, dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan yang tersedia pada suatu daerah tujuan wisata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan selama mereka berkunjung di daerah tujuan wisata tersebut (Yoeti, 2008). Menurut Salah Wahab (1977) dalam Oka A. Yoeti (2008), komponen penawaran dalam pariwisata dapat 16 bersumber dari alam atau buatan atau kreasi manusia, yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Natural Amenities Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah iklim, pemandangan, flora, fauna, dan sumberdaya yang berkhasiat. 2. Man-made Supply Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah sejarah, budaya, religi, infrastruktur, fasilitas transportasi, superstructure, dan tata cara hidup masyarakat. 3. Daya Tarik Wisata Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah kekayaan alam, bangunan dengan arsitektur yang menarik, dan budaya lokal. 4. Fasilitas Pelayanan di daerah Tujuan Wisata Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah akomodasi, restoran, bar, kafe, transportasi pada daerah tujuan wisata, fasilitas olah raga dan aktivitas lainnya, dan pedagang eceran. 5. Aksesibilitas Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pelayanan visa kunjungan, tersedianya penerbangan langsung, prasarana industri pariwisata, pelayanan imigrasi dan bea cukai, serta pelayanan informasi pariwisata. 2.1.6 Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah dan Gaji Aktivitas pariwisata dipercaya akan menciptakan lapangan pekerjaan, yang selanjutnya akan menciptakan upah/gaji berupa balas jasa pekerja. Secara konsep upah dan gaji adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja yang didasarkan pada latar belakang (background) pendidikan, kemampuan (skill), kompetensi pekerjaan maupun sektor usahanya. Dalam memproduksi barang dan jasa, faktor tenaga kerja merupakan bagian penting dari proses produksi disamping barang modal dan teknologi. Tingkat upah dapat pula mencerminkan pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian nasional melalui konsumsi (Kementerian Pariwisata, 2013). Dengan kata lain, 17 pada saat perekonomian mengalami pertumbuhan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal juga mengalami pertumbuhan (Mankiw, 2007). 2.1.7 Kebijakan terkait Pariwisata di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, kekayaan alam Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata, dan destinasi di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempercepat persahabatan antar bangsa (Teguh dan Avenzora, 2013). Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip pembangunan keberlanjutan termasuk sektor pariwisata. Upaya penerapan prinsip pembangunan keberlanjutan ini semata-mata dilakukan untuk alasan supaya kegiatan ekonomi di Indonesia mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata. Untuk menjamin terlaksananya pariwisata yang berkelanjutan, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Kepariwisataan Nasional RI No.50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025. Dalam Ripparrnas ditegaskan lima hal utama untuk mengarahkan pembangunan kepariwisataan yaitu: (1) berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan, (2) dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan, (3) dengan tata kelola yang baik, (4) secara terpadu, lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku, (5) dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat (Teguh dan Avenzora, 2013). Pembangunan sektor pariwisata yang dimaksud dalam kebijakan tersebut mencakup beberapa program yaitu: 1. Pengembangan destinasi pariwisata: perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata nasional, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan aksesibilitas pariwisata, pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan 18 fasilitas pariwisata, pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, dan pengembangan investasi di bidang pariwisata. 2. Pengembangan industri pariwisata: penguatan struktur industri pariwisata, peningkatan daya saing produk pariwisata, pengembangan kemitraan usaha pariwisata, penciptaan kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan. 3. Pengembangan pemasaran pariwisata: pengembangan pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata. 4. Pengembangan kelembagaan kepariwisataan: penguatan organisasi kepariwisataan, pembangunan sumberdaya manusia pariwisata, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan. Dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan pariwisata yang tercantum dalam RIPPARNAS 2010-2025, pemerintah memutuskan dalam RPJMN 2015-2019, sasaran-sasaran pembangunan pariwisata untuk meningkatkan daya saing pariwisata. Uraian sasaran pembangunan pariwisata diantaranya yaitu kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional mencapai 8 persen, 20 juta wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, dan perolehan devisa sebesar Rp 260 triliun (Badan Pengawas Keuangan Dan Pembanguan, 2015). 2.1.8 Sistem Neraca Sosial Ekonomi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) merupakan suatu sistem kerangka data yang disajikan dalam bentuk matriks, yang memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi dan sosial masyarakat dan keterkaitan antara keduanya secara komprehensif, konsisten dan terintegrasi. SNSE sebagai suatu sistem kerangka data yang komprehensif dan terintegrasi, mencakup berbagai data ekonomi dan sosial secara konsisten karena menjamin keseimbangan transaksi dalam setiap neraca yang terdapat didalamnya. SNSE juga bersifat modular karena dapat menghubungkan berbagai variabel ekonomi dan sosial di dalamnya, sehingga keterkaitan antar variabel-variabel tersebut dapat diperlihatkan dan dijelaskan (Badan Pusat Statistik, 2011). 19 Melalui penggunaan SNSE, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara atau provinsi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional, termasuk masalahmasalah pendapatan, baik pendapatan rumah tangga maupun pendapatan faktorial, dan juga pola pengeluaran rumah tangga, dapat ditelaah. Data SNSE menggunakan kerangka keseimbangan umum, hal yang sama pada Tabel I-O. Tetapi cakupan SNSE lebih luas dari Tabel I-O. Tabel I-O menyajikan informasi mengenai pendapatan, konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja tetapi secara agregat sehingga perincian secara mendalam tidak dapat dilakukan. Selama ini pendapatan dalam I-O hanya menurut sektor ekonomi, tidak menurut golongan tenaga kerja/ rumah tangga. Jumlah tenaga kerja hanya dirinci menurut sektor ekonomi tanpa merinci apakah tenaga kerja tersebut bekerja sebagai manajer, staf, dan sebagainya (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Sedangkan menurut Sadoulet dan de Janvry (1995), mengatakan bahwa model SAM ini sesungguhnya merupakan perluasan dari model I-O. Dengan demikian ruang lingkup pemotretannya jauh lebih luas dan terperinci dibandingkan dengan model I-O. Yang dipaparkan dalam model I-O, hanyalah arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor-faktor produksi, rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan luar negeri, sedangkan dalam SAM hal tersebut di disagregasikan berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya. Di samping itu dalam model SAM dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti pajak, subsidi, modal, dan sebagainya, sehingga model SAM dapat menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral, dan institusi secara utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SAM dibanding model I-O adalah bahwa model SAM mampu menggambarkan arus pendapatan dalam perekonomian (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Menurut Sadoulet dan de Janvry (1995), ada enam neraca dalam sebuah matriks SAM yang lengkap yaitu; (1) aktivitas; (2) komoditas; (3) faktor-faktor produksi; (4) institusi domestik yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah; (5) modal; dan (6) rest of the world. Struktur Social Accounting Matrix dapat dilihat pada Tabel 7. 20 20 Tabel 5 Struktur Social Accounting Matrix Pengeluaran 1 2 3 Komoditas Aktivitas produksi Faktor produksi 4 Penerimaan 1 Komoditas 2 Aktivitas produksi 3 Faktor produksi Penerimaan antara 5 6 Neraca capital Rest of the world (ROW) Investasi dan stok Ekspor Institusi Rumah tangga Perusahaan Konsumsi rumah tangga Pemerintahan Konsumsi pemerintah Penjualan domestic Nilai tambah faktor produksi Total Penerimaan produk Penjualan produksi Pendapatan faktor dari luar negeri Penerimaan faktor produksi Institusi Pendapatan tenaga kerja dan lainnya Rumah tangga 4 Perusahaan Pemerintah 5 Neraca capital 6 Rest of the world (ROW) Total Transfer antar rumah tangga Keuntungan yang dibagikan ke rumah tangga Surplus usaha Pajak produksi Pajak langsung Pajak langsung Tabungan rumah tangga Tabungan perusahaan Transfer dari pemerintah Pendapatan tenaga kerja Transfer dari luar negeri Pendapatan rumah tangga Transfer ke perusahaan Surplus usaha Transfer dari luar negeri Pendapatan perusahaan Transfer dari luar negeri Pendapatan pemerintahan Transfer kapital dari luar negeri Pendapatan atas modal Tabungan pemerintahan Keseimbangan neraca kapital Impor Penawaran produksi Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Transfer kapital Biaya produksi Pembayaran faktor produksi Pengeluaran rumah tangga Pengeluaran perusahaan Pengeluaran pemerintah Total investasi Penerimaan dari ROW Pengeluaran ke ROW 21 Di samping itu, terdapat beberapa keuntungan lainnya dari penggunaan SNSE sebagai alat analisis, seperti: 1) mampu menggambarkan struktur perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri. Ini artinya SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi dan pendapatan di dalam suatu kawasan perekonomian wilayah; 2) dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan meyajikan seluruh dana perekonomian wilayah; 3) dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pedapatan, dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu terkait analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi atau Social Accounting Matrix dan sektor pariwisata sudah banyak dilakukan. Teridentifikasinya manfaat yang diperoleh dari adanya kegiatan pariwisata mendorong adanya penelitian mengenai peranan sektor pariwisata. Kegiatan pariwisata telah memberikan manfaat ekonomi diantaranya kontribusi pada PDB, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan mendorong peningkatan kegiatan produksi sektor ekonomi lainnya. Dengan kata lain, adanya kegiatan pariwisata ini dapat menunjang perekonomian pada suatu negara maupun daerah (Sari, 2006; GÜL, 2013; Ujiani, 2006). Kajian dengan SNSE dapat dilakukan untuk menganalisis dampak dari suatu kegiatan ekonomi terhadap distribusi pendapatan baik tenaga kerja atau rumah tangga dan juga terhadap aktivitas produksi sektor ekonomi. Penelitian menggunakan metode Social Accounting Matrix telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Meidianty (2015) dan Sarmila (2013). Persamaan dengan penelitian ini yaitu alat analisis yang digunakan yaitu SAM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan data SNSE 2008 yang diterbitkan tahun 2011 untuk menganalisis peran dari sektor pariwisata melalui analisis pengganda untuk mengetahui dampak 22 peran sektor pariwisata dalam pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia. Simulasi kebijakan berupa peningkatan PDB pada sektor pariwisata dan konsumsi wisatawan mancanegara serta nusantara akan dikaji untuk mengetahui dampaknya terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia. 23 Tabel 6 Penelitian Terdahulu Tentang Sistem Neraca Sosial Ekonomi dan Sektor Pariwisata Penelitian dan Judul Nilam Anggar Sari (2006), Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia; Suatu pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pendapatan pada faktor produksi , institusi, dan sektor produksi akibat adanya perubahan pengeluaran wisatawan mancanegara pada tahun 2005. 2. Menganalisis pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi akibat adanya kebijakan peningkatan anggaran promosi sektor pariwisata dalam APBN. Metode Penelitian 1. Metode deskriptif dan metode kualitatif. 2. Pendekatan model SNSE 2003. 3. Simulasi kebijakan dengan model SNSE 2003 4. Analisis efek pengganda dan pengganda neraca. Hasil dan Pembahasan 1. Peningkatan pengeluaran wisatawan mancanegara pada tahun 2005 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada nilai tambah faktor produksi, rumah tangga, serta sektor produksi. 2. Peningkatan anggaran promosi sektor pariwisata juga meningkatkan nilai tambah faktor produksi, pendapatan rumah tangga, serta sektor produksi. 2. Hasan GÜL (2013), Economic Impact Of An Increase In The Foreign Tourism Receipts: A SAM-Based Income Multiplier Analysis For Turkey. 1. Menganalisis dampak 1. Analisis Social Accounting peningkatan permintaan Matrix. pariwisata terhadap sektor pariwisata, industri lainnya, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan. 1. Skenario peningkatan permintaan pariwisata berdampak pada peningkatan produksi berbagai industri, pendapatan tenaga kerja, dan pendapatan rumah tangga. 2. Dengan hasil skenario berikut dapat memberikan dampak ekonomi yang baik dalam rangka mencapai target pariwisata yang tercantun pada Strategi Pariwisata di Turki 2023. 3. Dwi Pangastuti Ujiani (2006), Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Menganalisis peranan jasa 1. pariwisata dan sektor pendukungnya dalam struktur perekonomian propinsi D.I.Yogyakarta . 2. .Menganalisis dampak penyebaran jasa pariwisata dan Analisis Tabel Input-Output Atas Dasar Harga Produsen. 1. Berdasarkan total permintaan, peran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Provinsi D.I Yogyakarta menduduki posisi paling penting dibandingkan sembilan sektor ekonomi lainnya. 2. Jasa pariwisata dan sektor 23 No 1. 24 24 Tabel 6 Lanjutan No Penelitian dan Judul (Analisis Input-Output) Tujuan Penelitian Sektor pendukungnya di Propinsi D.I Yogyakarta terhadap sektor-sektor perekonomian. 3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja. 4. Mengidentifikasi sebsektor yang dapat dijadikan sebagai sektor prioritas. Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan pendukungnya mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik dan mendorong terhadap pertumbuhan output industri hulu dan hilirnya, karena memiliki nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu. 3. Subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang dapat dijadikan sektor kunci adalah jasa hiburan, rekreasi, dan kebudayaan swasta serta restoran. 4. Inong Ruchi Sarmila (2013), Peran investasi di sektor peternakan terhadap 1. Mengetahui dampak investasi di sektor peternakan terhadap pendapatan tenaga kerja di seluruh sektor yang terkait dengan peternakan. 2. Mengetahui dampak investasi di sektor peternakan terhadap 1. Pendekatan Keseimbangan umum dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008. 1. Tambahan pendapatan tenaga kerja tertinggi berdasarkan nilainya diperoleh oleh tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa. 2. Presentase tambahan perubahan pendapatan ditunjukkan oleh tenaga kerja kepemimpinan, profesial, dan teknisi bukan penerima upah dan gaji di desa dan tambahan terkecil oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa. 3. Jumlah penyerapan tenaga kerja palingbesar terjadi di desa dan penyerapan terkecil terjadi di kota. 25 Tabel 6 lanjutan No Penelitian dan Judul 5. Annisa Meidianty (2015), Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peranan sektor pertanian dan agroindustri dalam perekonomian Indonesia. 2. Menganalisis dampak peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan 1. Analisis neraca SNSE 2008 1. Sektor tanaman pangan lebih berperan dengan analisis pengganda dalam meningkatkan PDB dibanding neraca dan analisis simulasi sektor lainnya. kebijakan. 2. Sektor tanaman pangan berperan paling baik dalam meningkatkan pendapatan institusi. 3. Sektor restoran memberikan peningkatan pendapatan tertinggi pada sektor-sektor produksi pada setiap injeksi Rp 1 miliar. 4. Secara keseluruhan sektor restoran paling berperan dalam perekonomian secara keseluruhan. 5. Peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri akan meningkatkan pendapatan faktor produksi, pendapatan institusi, pendapatan sektor produksi dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Tetapi peningkatan investasi pada sektor pertanian dan agroindustri secara bersamaan akan memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan peningkatan investasi pada sektor agroindustri saja. 25 26 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis SAM pada dasarnya merupakan sebuah matriks berbentuk bujursangkar yang menggambarkan arus moneter dari berbagai transaksi ekonomi. Dimana kolomnya menjelaskan pengeluaran (expenditure), sedangkan baris menunjukkan penerimaan (receipt). Salah satu karakteristik yang fundamental dari SAM adalah kemampuannya untuk menyajikan secara komprehensif dan konsisten mengenai hubungan-hubungan ekonomi pada tingkatan produksi dan faktor-faktor, serta institusi, yang terdiri dari pemerintahan, rumah tangga dan swasta (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Sedangkan kerangka dasar SNSE Indonesia berbentuk matriks dengan ukuran 5x5, yang dibedakan menurut lajur baris dan lajur kolom. Kerangka dasar dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE disajikan pada Tabel 8. Lajur baris (ke samping) menunjukkan penerimaan, sedangkan lajur kolom (ke bawah) menunjukkan pengeluaran. Dalam kerangka SNSE terdapat lima neraca utama, yaitu: 1. Neraca faktor produksi, 2. Neraca institusi, 3. Neraca sektor produksi, 4. Neraca kapital, dan 5. Neraca luar negeri (rest of the world). Masing-masing neraca tersebut yang berisikan berbagai transaksi menempati lajur baris dan lajur kolom. Perpotongan antara suatu neraca dengan neraca yang lainnya memberikan indikasi adanya interaksi antar pelaku beserta perilaku ekonominya, meskipun ada sel-sel yang terisi dan ada yang tidak (Badan Pusat Statistik, 2011). Neraca faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja dan modal. Dibaca secara baris, neraca ini memperlihatkan penerimaan-penerimaan yang berasal dari upah dan sewa, selain itu juga menggambarkan pendapatan remittance dan pendapatan modal. Sedangkan secara kolom menunjukkan adanya revenue yang didistribusikan ke rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi ke perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah. Neraca institusi mencakup rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dalam hal ini rumah tangga akan didisagregasi kedalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya. Penerimaan rumah tangga antara lain datang dari pendapatan faktor-faktor produksi, berbagai macam 28 transfer seperti transfer pendapatan diantara rumah tangga itu sendiri, transfer pendapatan pemerintah, dari perusahaan (biasanya berupa asuransi), atau dari luar negeri. Sementara itu pengeluaran rumah tangga ditujukan untuk konsumsi barang-barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukkan untuk saving dalam neraca modal. Pada perusahaan, penerimaannya berasal dari keuntungan yang diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada pembayaran pajak dan transfer. Untuk pemerintah, pengeluarannya berupa subsidi, konsumsi, barang dan jasa, transfer ke rumah tangga dan perumahan. Sebagian juga berupa saving. Disisi lain penerimaannya berasal dari pajak dan transfer pendapatan dari luar negeri. Neraca aktivitas atau sektor produksi merupakan neraca yang menjelaskan tentang pembelian bahan-bahan mentah, barang-barang antara dan sewa untuk memproduksi suatu komoditas. Dibaca secara kolom semua transaksi tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa, value added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap sebagai penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi ekspor, dan penerimaan. Neraca terskhir adalah neraca eksogen yang memuat neraca modal, dan transaksi luar negeri atau rest of the world. Dalam neraca modal, dari sisi penerimaan (secara baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumah tangga, swasta, dan pemerintah. Sementara dari sisi pengeluaran (secara kolom), pada neraca komoditas berupa investasi. Transaksi antara domestik dengan luar negeri juga dicatat dalam neraca terakhir yang memuat segala penerimaan yang berhubungan dengan luar negeri yang datang dari ekspor, transfer pendapatan institusi dari luar negeri, transfer pendapatan faktor-faktor produksi, dan pemasukan modal dari luar negeri. Sedangkan, pengeluarannya berupa impor, pembayaran faktor-faktor produksi dan transfer ke luar negeri. Jumlah pengeluaran dan penerimaan pada masing-masing neraca haruslah sama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tabel SAM selalu terdapat keseimbangan dari masingmasing neraca. 29 Tabel 7 Kerangka dasar dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE Pengeluaran Neraca Endogen Penerimaan Fator Produksi Institusi Sektor Produksi Neraca Endogen Faktor Produksi 0 Alokasi pendapatan faktor produksi ke institusi (T21) 0 Institusi 0 Sektor Produksi Alokasi nilai tambah ke faktor produksi (T13) Neraca Eksogen Pendapatan faktor produksi dari luar negeri (X1) Transfer dari luar negeri (X2) Transfer antar institusi (T22) 0 Permintaan akhir (T32) Permintaan antara (T33) Ekspor dan investasi (X3) Neraca Eksogen Alokasi pendapatanfa ktor produksi ke luar negeri (L1) Tabungan pemerintah swasta dan rumah tangga (L2) Impor, pajak tidak langsung (L3) Transfer Lainnya Total Distribusi pengeluara n faktor produksi (Y1) Distribusi pengeluara n institusiona l (Y2) Total input (Y3) Pengeluar an lainnya (Y4) Total Distribusi faktor produksi (Y1) Distribusi pendapatan institusional (Y2) Total output menurut sektor produksi (Y3) Total penerimaan neraca lainnya (Y4) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 3.1.1 Analisis Pengganda Neraca Terdapat dua macam analisis multiplier dalam pengolahan model SAM, yaitu accounting multiplier (pengganda neraca) dan fixed price multiplier (pengganda harga tetap). Analisis pengganda neraca pada SAM kurang lebih sama dengan analisis pengganda neraca pada model Input-Output yang meliputi own multiplier, other linkage multiplier dan total multiplier. Sedangkan analisis pengganda harga tetap digunakan untuk mengukur respons rumah tangga terhadap perubahan neraca eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). 30 Analisis efek multiplier berguna untuk mengetahui efek perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit terhadap neraca endogen. Dari kerangka dasar SAM tersebut, pendapatan dan pengeluaran neraca endogen dapat dirinci menjadi (Daryanto dan Hafizrianda, 2010): Pendapatan faktor produksi : Y1 = T13 + X1 (1) Pendapatan institusi : Y2 = T21 + T22 + X2 (2) Pendapatan kegiatan produksi : Y1 = T32 + T33 + X3 (3) Pengeluaran faktor produksi : Y1 = T21 + L1 (4) Pengeluaran institusi : Y2 = T22 + T32 + L2 (5) Pengeluaran kegiatan produksi : Y3 = T13 + T33 + L3 (6) Matriks SAM sederhana dapat dituliskan dengan persamaan umum sebagai berikut : Y=T+X (7) dimana Y adalah pendapatan/pengeluaran, T adalah transaksi dan X adalah neraca eksogen. Sedangkan matriks T dapat ditulis sebagai berikut : 𝑇= (8) Matriks transaksi T menunjukkan adanya transaksi dalam lingkup yang lebih sempit yaitu didalam neraca endogen seperti T13, T21, T32, dan transaksi dalam neraca sendiri yaitu: T22, dan T33. Jika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij, dianggap sebagai perbandingan antara pengeluaran sektor j untuk sektor ke-i dengan total pengeluaran ke j (Yj), maka : Aij = Tij / Yj (9) dengan matriks Aij dapat disusun sebagai berikut : 𝐴𝑚 = Jika persamaan (1) dibagi dengan Y, maka : (10) 31 Y/Y = T/Y + X/Y, karena A = T/Y maka I = A + X/Y (I - A) Y = X Y = (I – A)-1 X Y = Ma X (11) Dimana Ma = (I – A)–1 merupakan matriks pengganda neraca. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Sektor pariwisata di Indonesia telah memberikan berbagai manfaat ekonomi dalam menunjang perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan pada kontribusi sektor pariwisata pada Produk Domestik Bruto, devisa negara, dan mampu penyerap output dari sektor ekonomi lainnya. Namun, peluang pariwisata di Indonesia belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam perekonomian di Indonesia. Dalam upaya pembangunan perekonomian nasional, pemerintah menetapkan kebijakan pembangunan sektor unggulan dalam RPJMN 2010-2019, yang termasuk didalamnya adalah sektor pariwisata. Berbagai sasaran pembangunan pariwisata telah ditetapkan untuk menunjang pembangunan pariwisata sesuai dengan rencana pembangunan pariwisata dalam Ripparnas tahun 2010-2025. Pembangunan pariwisata ini diharapkan dapat berdampak pada bagi masyarakat secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nasional sesuai tujuan pembangunan nasional. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) untuk melihat peran sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia dengan menghitung nilai multiplier. Pendekatan SNSE digunakan untuk melihat pengaruh sektor pariwsata dalam pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, digunakan juga untuk melihat dampak dari adanya peningkatan kontribusi PDB sektor pariwisata dan peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara terhadap pendapatan. Hasil analisis ini diharapkan akan menjadi bahan studi dalam pembangunan sektor pariwisata di Indonesia. Kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1. 32 Kontribusi Sektor Pariwisata - Pendapatan Wisatawan - PDB nasional - Devisa Negara - Penyerap Output Sektor Ekonomi Lainnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasiona 2010-2025 Sasaran Pembangunan Sektor Pariwisata pada RPJMN 2015-2019 Peran sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia Dampak peningkatan kontribusi PDB Pariwisata Analisis Social Accounting Matrix Peran dan dampak sektor pariwisata dalam pembangunan perekonomian nasional terhadap distribusi pendapatan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Gambar 1 Kerangka Pemikiran Dampak peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara 33 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi tahun 2008 klasifikasi 105 neraca yang kemudian diagregasi menjadi 28 neraca. Data sekunder lainnya yang dikumpulkan meliputi data Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah perjalanan dan pengeluaran wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, struktur pengeluaran wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, dan PDB sektor pariwisata. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait, seperti data Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangan Nasional (Bappenas), Kementerian Pariwisata, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti buku, skripsi, jurnal maupun media elektronik seperti situs internet. 4.2 Metode Analisis Data Sesuai dengan kerangka pemikiran pada uraian sebelumnya, untuk memberikan gambaran aktivitas perekonomian nasional di Indonesia untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian, maka dilakukan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif berupa analisis multiplier (pengganda) SNSE. Pengolahan data SNSE Indonesia menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007. Melalui analisis SNSE terhadap data yang ada dengan menggunakan perangkat lunak tersebut, kinerja ekonomi suatu negara, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional, pendapatan rumah tangga, maupun pendapatan faktorial, dan pola pengeluaran rumah tangga dapat ditelaah. 4.2.1 Analisis Pengganda SNSE Analisis dalam penelitian ini menggunakan neraca SNSE berukuran 105 x 105 yang telah diagregasi menjadi neraca berukuran 28 x 28. Neraca SNSE 2008 secara keseluruhan terdiri dari 101 neraca endogen dan 4 neraca eksogen. Setelah dilakukan agregasi, neraca endogen meliputi neraca faktor produksi (3 neraca), neraca institusi (5 neraca), neraca sektor produksi (15 neraca), neraca margin 34 perdagangan dan margin pengangkutan. Sedangkan neraca eksogen terdiri dari neraca kapital, pajak tidak langsung, subsidi dan luar negeri. Dalam studi ini analisis pengganda yang digunakan adalah analisis pengganda rata-rata (Ma). Melalui matrix multiplier Ma yang tercantum pada persamaan 11 dapat dilakukan berbagai logaritma untuk memperoleh bermacammacam jenis multiplier ekonomi yang dapat dipakai untuk menggambarkan seberapa besar hubungan antara aktivitas ekonomi dalam suatu perekonomian secara keseluruhan. Multiplier yang dimaksud antara lain (Daryanto dan Hafizrianda, 2010): 1. Value added multiplier (VAM) yaitu besaran multiplier yang menunjukan berapa besar pengaruh dari suatu sektor dalam blok produksi terhadap perubahan nilai tambah secara total dalam perekonomian. Nilai tambah ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur yang termasuk dalam blok faktor produksi. 2. Induced Household Income Multiplier (IHIM) yaitu besaran multiplier yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari suatu sektor dalam blok produksi terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dalam blok institusi. Pengganda pendapatan perusahaan atau Private Income Multiplier (PIM) dan pengganda pendapatan pemerintah atau Government Income Multiplier (GIM). 3. Production Multiplier (PROM) yaitu besaran multiplier yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari suatu sektor produksi terhadap perubahan output perekonomian secara keseluruhan. Other Sector Linkage Multiplier (OSLM) yaitu besaran multiplier yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari suatu sektor terhadap perubahan output di sektor-sektor lainnya dalam blok produksi. Nilai pengganda produksi juga dapat mendeskripsikan nilai own multiplier yang menunjukkan besaran pengaruh dari suatu sektor terhadap perubahan output pada sektor itu sendiri. 4. Pengganda total atau Gross Output Multiplier (GOM) menunjukkan pengaruh suatu sektor ekonomi terhadap output perekonomian secara keseluruhan. Nilai pengganda total didapatkan dari penjumlahan nilai pengganda nilai tambah, pengganda institusi dan pengganda produksi. 35 4.2.2 Analisis Simulasi Kebijakan Angka pengganda neraca dari analisis pengganda digunakan untuk melakukan analisis simulasi kebijakan sehingga diperoleh dampaknya berupa presentasi perubahan pendapatan output sektoral, pendapatan faktorial, dan pendapatan rumah tangga sebelum dan sesudah simulasi. Analisis simulasi kebijakan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) yang telah diagregasi. Klasifikasi neraca faktor produksi diagregasikan ke dalam 3 neraca, yaitu (a) tenaga kerja pertanian, (b) tenaga kerja non pertanian, dan (c) bukan tenaga kerja. Neraca institusi diagregasi ke dalam 5 neraca, yaitu (a) rumah tangga pertanian, (b) non pertanian di desa, (c) non pertanian di kota, (d) perusahaan, dan (e) pemerintah. Neraca sektor produksi diklasifikasikan menjadi 15 neraca sektor yaitu (a) pertanian, (b) pertambangan dan galian, (c) industri makanan, minuman, dan tembakau, (d) industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, (e) industri kayu dan barang dari kayu, (f) industri kertas, percetakan, alat angkutan, dan barang dari logan, dan industri, (g) industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, (h) listrik, gas, air bersih, (i) konstruksi, (j) perdagangan, (k) restoran, (l) perhotelan, (m) transportasi dan komunikasi, (n) keuangan dan jasa perusahaan, (o) jasa-jasa. Analisis utama dalam model SNSE adalah analisis pengganda yang dapat dinyatakan dalam persamaan matriks sebagai berikut. Y = Ma X (11) dimana Ma = (I – A)-1 disebut sebagai matriks pengganda neraca (accounting multiplier) dan (I – A)-1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief. Model tersebut menjelaskan bahwa pendapatan neraca endogen (yaitu neraca faktor produksi, neraca institusi, dan neraca sektor produksi) yang dinyatakan dalam notasi T, akan berubah sebesar Ma unit akibat adanya perubahan neraca eksogen, dinyatakan dalam notasi X sebesar satu unit. Besarnya Ma ditentukan oleh besaran koefisien multiplier pada matriks (I – A)-1. Kebijakan ekonomi dalam penelitian ini diarahkan pada sektor-sektor pariwisata terkait dan mengkaji peran sektor pariwisata dalam pendapatan faktor produksi, institusi, dan rumah tangga sebagai dampak dari tercapainya sasaran pembangunan pariwisata pada RPJMN 2015-2019 dengan pengembangan 36 pariwisata yang berdasarkan pada Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Tahun 2010-2025. Analisis simulasi kebijakan yang akan dilakukan berupa peningkatan PDB sektor pariwisata dan peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Simulasi berikut tidak mengikutsertakan neraca pemerintah dalam neraca endogen, yang berarti pemerintah menjadi variabel eksogen atau variabel yang mempengaruhi model. Secara rinci simulasi kebijakan sebagai berikut. 1. Peningkatan Kontribusi Produk Domestik Bruto Sektor Pariwisata Terhadap Produk Domestik Bruto Nasional Dalam rangka pembangunan sektor unggulan dalam pembangunan nasional, pemerintah telah menetapkan sasaran-sasaran pembangunan pariwisata yang terangkum dalam RPJMN 2015-2019. Pada tahun 2014, PDB Pariwisata mencapai Rp 391 480 miliar atau 4.01 % dari total PDB Nasional. Sesuai dengan sasaran pembangunan pariwisata, pada tahun 2019 kontribusi pariwisata terhadap PDB Nasional ditargetkan dapat mencapai 8 %. Dari target tersebut, diperlukan peningkatan sebesar 3.99 % yang setara dengan Rp 389 634.273 miliar. Dalam mencapai sasaran-sasaran menetapkan strategis pembangunan pariwisata tersebut, pembangunan pariwisata sesuai dengan pemerintah Peraturan Pemerintah Kepariwisataan Nasional RI No.50 Tahun 2011 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025. Neraca yang disimulasikan pada bagian ini berupa sektor produksi. Alokasi nilai simulasi peningkatan PDB pariwisata pada sektor produksi dalam Tabel SNSE akan disesuaikan dengan proporsi kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam menyumbang PDB Pariwisata Tahun 2014 (Tabel 4). Tabel 10 memperlihatkan alokasi anggaran pemerintah yang akan disimulasikan pada penelitian ini. 37 Tabel 8 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan PDB Pariwisata Dalam Sektor Produksi SNSE No. 1 Pertanian 2 Pertambangan & penggalian 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sektor produksi menurut SNSE Pertanian Pertambangan & penggalian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Sektor Industri Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, gas, dan air Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Transportasi dan komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Lainnya Listrik, gas, dan air Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Transportasi dan komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Lainnya Total 10.0% Injeksi (miliar Rupiah) 38 843.61 5.0% 19 538.46 5.2% 20 088.23 5.2% 20 088.23 5.2% 20 088.23 5.2% 20 088.23 5.2% 20 088.23 0.6% 10.1% 5.9% 7.2% 10.1% 2 262.18 39 515.66 23 132.38 28 153.29 39 380.75 14.2% 55 326.18 5.5% 21 520.31 Proporsi 5.5% 100.0% 21 520.31 389 634.273 Sumber: Data diolah, 2016 2. Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara Di Sektor Pariwisata Simulasi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara ini berdasarkan sasaran pembangunan pariwisata tahun 2019 sebesar 20 juta orang. Dari sasaran pembangunan pariwisata tersebut, memerlukan peningkatan wisatawan mancanegara sebesar 11 juta orang dari jumlah wisatawan mancanegara tahun 2014 yang sebesar 9 juta orang. Nilai yang akan diinjeksikan diperoleh dari hasil konversi dari perkalian antara target peningkatan wisatawan mancanegara dengan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara tahun 2014 terhadap nilai tukar rupiah tahun 2014 sebesar Rp 11.900, sesuai baseline RPJMN 2015-2019. Hasil konversi tersebut akan dimasukan pada neraca endogen pada Tabel SNSE 2008. Penentuan sektor 38 produksi dalam Tabel SNSE akan disesuaikan dengan distribusi pengeluaran wisatawan mancanegara pada Nesparnas 2014 (Lampiran 4). Tabel 11 menyajikan alokasi injeksi simulasi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara sesuai jenis pengeluatran wisatawan mancanegara pada neraca SNSE. Tabel 9 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara Sesuai Jenis Pengeluatran Wisatawan Mancanegara Pada Neraca SNSE No Jenis Pengeluaran 1 Hotel dan Akomodasi Restoran dan sejenisnya Perhotelan 48.9% Injeksi (miliar Rupiah) 75 760.56 Restoran 17.7% 27 369.34 Angkutan Domestik Transportasi dan Komunikasi 8.7% 13 546.93 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata Jasa Seni Budaya dan Rekreasi Kesehatan dan Kecantikan Jasa Pariwisata Lainnya Jasa-jasa 10.4% 16 125.13 3.3% 5 043.74 3.3% 5 043.74 3.3% 5 043.74 3.3% 5 043.74 1.2% 1 932.75 2 3 4 5 6 7 Sektor Produksi menurut SNSE Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 8 Souvenir Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Produk Industri Non Logam dan Industri 9 Makanan Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Industri Makanan, Minuman, 10 Produk Pertanian dan Tembakau Total Sumber: Data diolah, 2016 3. Proporsi 100.0% 154 909.678 Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara Di Sektor Pariwisata Simulasi peningkatan konsumsi wisatawan nusantara ini berdasarkan sasaran pembangunan pariwisata tahun 2019 sebesar 275 juta kunjungan. Sasaran pembangunan pariwisata tersebut memerlukan peningkatan kunjungan wisatawan nusantara sebesar 25 juta kunjungan dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara tahun 2014 yang sebesar 250 juta kunjungan. Nilai yang akan diinjeksikan diperoleh dari hasil perkalian target peningkatan wisatawan nusantara dengan rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara tahun 2014 sebesar Rp 851 680. Hasil 39 konversi tersebut akan dimasukan pada neraca endogen berupa sektor produksi pada Tabel SNSE 2008. Penentuan sektor produksi dalam Tabel SNSE akan disesuaikan dengan distribusi pengeluaran wisatawan nusantara pada Nesparnas tahun 2014. Tabel 12 menyajikan alokasi injeksi simulasi peningkatan konsumsi wisatawan nusantara sesuai jenis pengeluaran wisatawan nusantara pada neraca SNSE. Tabel 10 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara Sesuai Jenis Pengeluatran Wisatawan Nusantara Pada Neraca SNSE No Jenis Pengeluaran Sektor Produksi menurut SNSE Proprsi Injeksi (miliar Rupiah) 1 Hotel dan Akomodasi Perhotelan 10.8% 2 307.89 2 Restoran dan sejenisnya Restoran 19.4% 4 141.02 3 Angkutan Domestik Transportasi dan Komunikasi 42.0% 8 934.15 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata Jasa Seni Budaya dan Rekreasi Kesehatan dan Kecantikan Jasa Pariwisata Lainnya Jasa-jasa 9.1% 1 934.55 3.9% 832.21 3.9% 832.21 3.9% 832.21 3.9% 832.21 3.0% 645.57 100.0% 21 292 4 5 6 7 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 8 Souvenir Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Produk Industri Non Dari Logam dan Industri 9 Makanan Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Industri Makanan, Minuman, 10 Produk Pertanian dan Tembakau Total Sumber: Data diolah, 2016 4.3 Asumsi dan Keterbatasan Model Asumsi pada model SNSE diantaranya sebagai berikut (Sari, 2006): 1. Keseragaman mensyaratkan bahwa setiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda. 2. Kesebandingan menyatakan bahwa hubungan antara input dan output di dalam sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis input yang 40 diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Penjumlahan menyatakan bahwa efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan. 4. Kapasitas sumberdaya berlebih yang mengartikan bahwa sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi permintaan dari penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan atara keduanya. Konsekuensinya harga-harga tidak pernah berubah atau harga tetap dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE). 41 V. 5.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Indonesia Analisis dengan pendekatan SNSE digunakan untuk mengetahui peranan suatu sektor ekonomi dalam perekonomian nasional. Sektor pariwisata di Indonesia memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan perekonomian secara keseluruhan. Sebagian besar sektor terkait pariwisata memiliki kemampuan yang besar dalam meningkatkan pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi. Adanya pengembangan pada sektor pariwisata di Indonesia akan mengakibatkan peningkatkan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan faktor produksi maupun pendapatan institusi, sehingga hal ini memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya aktivitas pariwisata di Indonesia dapat memicu adanya aktivitas produksi pada sektor ekonomi secara keseluruhan. Secara garis besar terdapat dua neraca dalam SNSE yaitu neraca endogen yang merupakan neraca yang terdiri dari faktor-faktor yang disebabkan dan neraca eksogen yang merupakan neraca yang terdiri dari faktor-faktor penyebab. Analisis dalam penelitian ini tidak akan membahas seluruh kegiatan dari sektor produksi, sesuai dengan tujuan penelitian, hanya aktivitas yang terkait pariwisata pada sektor-sektor produksi tersebut yang akan dibahas. Analisis pengganda yang akan dibahas dalam penelitian ini terdiri dari analisis pengganda nilai tambah (VAM), analisis pengganda pendapatan institusi yang terdiri dari pendapatan rumah tangga (Induced Household Income Multiplier/ IHIM), pengganda pendapatan perusahaan (Private Income Multiplier/ PIM), dan pengganda pendapatan pemerintah (Government Income Multiplier/ GIM). Selain itu akan dilihat juga pengganda produksi (PROM) yang terdiri dari own multiplier dan keterkaitan dengan sektor lain (OSLM), serta pengganda total (GOM). 5.1.1 Analisis Pengganda Nilai Tambah (VAM) Angka multiplier nilai tambah (Value Added Multiplier/ VAM) menunjukkan besarnya pengaruh total yang diterima oleh neraca endogen pada blok faktor produksi (tenaga kerja dan modal) akibat perubahan dari suatu sektor 42 dalam blok produksi. Hasil pengganda nilai tambah tersedia pada Tabel 13. Dari beberapa sektor terkait pariwisata, tiga sektor yang menciptakan pengganda nilai tambah tertinggi yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, dan sektor restoran. Sektor perdagangan menghasilkan nilai tambah sebesar 1.4938, sedangkan sektor jasa-jasa menghasilkan nilai tambah sebesar 1.4184 dan sektor restoran menghasilkan nilai tambah sebesar 1.3625. Sektor transportasi dan komunikasi berhasil menempati posisi kelima dengan nilai pengganda nilai tambah sebear 1.2175. Oleh karena basis perhitungan VAM adalah faktor produksi (tenaga kerja dan modal), maka nilai tambah sektor perdagangan sebesar 1.4938 mengandung arti bahwa apabila sektor perdagangan diinjeksi sebesar satu miliar rupiah pada neraca eksogennya, maka pendapatan faktor produksi akan naik sebesar Rp 1.4938 miliar. Dengan kata lain, sektor perdagangan memiliki kemampuan untuk meningkatkan PDB Nasional sebesar Rp 1.4938 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar satu miliar rupiah. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya. Tabel 11 Pengganda Nilai Tambah Berdasarkan SNSE 2008 Kode 9 10 11 Sektor Produksi Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 14 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17 Konstruksi 18 Perdagangan 19 Restoran 20 Hotel 21 Transportasi dan Komunikasi 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 Jasa-Jasa Sumber: Data diolah, 2016 Keterangan: VAM (Value Added Multiplier) TK 0.8102 0.3892 0.5456 Modal 0.4241 0.7533 0.4145 VAM 1.2343 1.1425 0.9601 Rank 6 8 13 0.5011 0.5224 1.0235 11 0.5797 0.2954 0.4947 0.3421 1.0744 0.6375 10 15 0.3416 0.4971 0.8388 14 0.4048 0.5471 0.9545 0.9353 0.4973 0.6511 0.5223 0.9148 0.9105 0.5892 0.5393 0.4272 0.4728 0.5665 0.7655 0.5036 1.3153 1.1363 1.4938 1.3625 0.9701 1.2175 1.2878 1.4184 4 9 1 3 12 5 7 2 Walaupun sektor-sektor industri selama ini mendominasi komposisi PDB nasional, namun efek multiplier terhadap PDB nasional ternyata lebih rendah dari 43 pada sektor perdagangan, jasa-jasa, dan restoran. Fenomena ini memberi petunjuk bahwa peranan sektor perdagangan, jasa-jasa, dan restoran dalam meningkatkan pendapatan PDB nasional jauh lebih baik dari pada sektor-sektor industri. Jika penciptaan nilai tambah hanya dilihat dari sisi tenaga kerja, sektor perdagangan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan faktor produksi tenaga kerja. Hal ini dikarenakan nilai pengganda dari sektor tersebut lebih didominasi dari pendapatan tenaga kerja atau dengan kata lain sektor perdagangan lebih bersifat padat karya. Selain sektor perdagangan, terdapat sektor lainnya yang nilai tambahnya didominasi oleh nilai tambah tenaga kerja diantaranya sektor jasa-jasa, sektor restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor hotel, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri kayu dan barang dari kayu. Sedangkan sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri, dan sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen perolehan nilai tambah didominasi oleh modal atau dengan kata lain sektor ini lebih bersifat padat modal. Sebagian besar kegiatan terkait sektor pariwisata berhubungan langsung dengan sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, sektor transportasi dan komunikasi, sektor hotel, dan sektor-sektor industri. Sesuai dengan hasil analisis tersebut, perolehan nilai tambah dari sektor-sektor tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki kemapuan untuk menciptakan kenaikan dalam menyumbang PDB Nasional baik dari penerimaan tenaga kerja maupun modal. Dari hasil angka pengganda nilai tambah yang telah dianalisis, tiga sektor produksi yang memberikan nilai tambah terbesar merupakan sektor produksi yang kegiatannya banyak terkait dengan pariwisata. Dalam perjalanan wisata, wisatawan memerlukan berbagai jenis kebutuhan yang diketahui banyak didominasi oleh kebutuhan pangan, penginapan, dan angkutan domestik untuk mencapai daerah tujuan wisata (Lampiran 4 dan 5). Oleh karena itu, upaya yang dilakukan dalam rangka untuk menunjang sektor pariwisata melalui sektor yang terkait dengan pariwisata untuk mengupayakan ketersediaan kebutuhan wisatawan, diperkirakan akan mampu meningkatkan PDB nasional dan juga 44 penerimaan tenaga kerja maupun modal sehingga dapat mendorong perekonomian nasional. 5.1.2 Analisis Pengganda Institusi Pengganda pendapatan institusi mencerminkan pengaruh total yang diterima neraca endogen pada blok institusi akibat adanya perubahan pada neraca eksogen. Pengganda pendapatan institusi terdiri dari pengganda pendapatan rumah tangga (Induced Household Income Multiplier/ IHIM), pengganda pendapatan perusahaan (Private Income Multiplier/ PIM), dan pengganda pendapatan pemerintah (Government Income Multiplier/ GIM). Tabel 14 memuat hasil pengganda pendapatan institusi berdasarkan SNSE 2008. Berdasarkan hasil analisis, sektor terkait pariwisata yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, sektor restoran mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan pendapatan institusi. Hal itu dibuktikan dengan perolehan angka pengganda pendapatan institusi pada sektor perdagangan sebesar 1.7804 menempati posisi pertama, sektor jasa-jasa sebesar 1.6872 menempati posisi ketiga, dan sektor restoran sebesar 1.5989 menempati posisi kelima. Sektor transportasi, walaupun tidak termasuk dalam posisi lima besar, dapat menghasilkan nilai pengganda sebesar 1.4976 yang menempati posisi keenam. Nilai pengganda tersebut mengindikasikan bahwa jika pada sektor jasa-jasa tersebut diinjeksi sebesar satu miliar rupiah, maka pendapatan institusi pada sektor jasa-jasa akan meningkat sebesar Rp 1.6872 miliar. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengganda pendapatan institusi terdiri dari pengganda pendapatan rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan. Jika dibandingkan dari perolehan pendapatan rumah tangga, sektor pariwisata yang memberikan pengaruh terbesar pada pendapatan rumah tangga adalah sektor perdagangan sebesar 1.1780, yang kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 1.1237. Sebaliknya, sektor pariwisata yang belum memberikan peranan yang cukup besar pada pendapatan rumah tangga yaitu sektor perhotelan pada posisi kesepuluh dengan nilai tambah rumah tangga sebesar 0.6877, sektor kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen sebesar 0.5394, dan sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri sebesar 0.4324. 45 Namun secara keseluruhan, pendapatan institusi sektor terkait pariwisata didominasi oleh pendapatan rumah tangga sehingga sektor pariwisata memiliki peran besar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga. Pada perolehan pendapatan perusahaan, sektor pariwisata yaitu sektor transportasi dan komunikasi cukup memberikan pengaruh besar (termasuk lima besar) yaitu sebesar 0.4256 yang berada pada posisi lima besar. Dalam perolehan pendapatan pemerintah, sektor perdagangan juga memberikan pengaruh cukup besar, dibandingkan dengan sektor pariwisata lainnya, yaitu sebesar 0.1930 dan berada pada posisi lima besar. Besaran nilai GIM mengandung makna jika neraca eksogen pada sektor perdagangan sebesar satu miliar rupiah, maka pendapatan pemerintah akan meningkat sebesar 0.1930 miliar rupiah. Hal serupa juga terkandung dalam nilai IHIM dan PIM. Tabel 12 Pengganda Institusi Berdasarkan SNSE 2008 IHIM PIM GIM Pengganda Institusi Rank 0.9849 0.3230 0.1519 1.4598 8 Pertambangan dan Galian 0.6869 0.5600 Industri Makanan, Minuman 11 dan Tembakau 0.7137 0.3124 Industri Pemintalan, Tekstil, 12 Pakaian dan Kulit 0.7109 0.3913 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 13 0.7799 0.3718 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari 14 Logam dan Industri 0.4324 0.2558 Industri Kimia, Pupuk, Hasil 15 Dari Tanah Liat, Semen 0.5394 0.3706 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.7637 0.6760 17 Konstruksi 0.7836 0.4410 18 Perdagangan 1.1780 0.4095 19 Restoran 1.1143 0.3267 20 Hotel 0.6877 0.3547 21 Transportasi dan Komunikasi 0.8804 0.4256 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 0.8268 0.5707 23 Jasa-Jasa 1.1237 0.3826 Sumber: Data diolah, 2016 Keterangan: IHIM (Induced Household Income Multiplier) PIM (Private Income Multiplier) GIM (Government Income Multiplier) 0.2396 1.4865 7 0.1417 1.1678 13 0.1734 1.2756 0.1674 1.3191 10 0.1126 0.8008 15 0.1608 0.2876 0.1951 0.1930 0.1579 0.1581 0.1916 0.2475 0.1809 1.0708 1.7272 1.4197 1.7804 1.5989 1.2005 1.4976 1.6450 1.6872 14 2 9 1 5 12 6 4 3 Kode 9 10 Sektor Produksi Pertanian Dari hasil analisis pendapatan institusi berikut, hampir semua sektor pariwisata terkait, memberikan pengaruh cukup besar terhadap pendapatan rumah 46 tangga, perusahaan, maupun pemerintah. Hal ini dapat dijelaskan dari Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2014, bahwa nilai investasi dalam negeri maupun luar negeri dari sektor pariwisata cukup besar yang mencapai 4.23 persen dari total investasi nasional yang selanjutnya berdampak pada penerimaan perusahaan dan pemerintah. Selain itu, menurut Oka A. Yoeti pada bukunya yang berjudul Ekonomi Pariwisata (2008), dari hasil kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan merupakan sumber pendapatan dan sekaligus juga berfungsi sebagai alat pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara sedikitnya bagi orangorang dalam usaha pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut. Sektor pariwisata dikatakan sebagai sumber pendapatan karena tanpa kedatangan wisatawan pada daerah wisata tujuan tersebut, orang-orang dan perusahan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok pariwisata tidak akan menerima pendapatan akibat tidak ada pembeli atau tidak ada yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. 5.1.3 Analisis Pengganda Produksi Nilai pengganda produksi (PROM) terdiri dari dua komponen yaitu own multiplier dan Other Sector Linkage Multiplier (OSLM). Nilai pengganda produksi dapat menjelaskan dampak dari injeksi disuatu sektor produksi terhadap sektor produksi lain dan dirinya sendiri. Pada Tabel 15 dimuat hasil pengganda produksi berdasarkan SNSE 2008. Dari sektor pariwisata terkait, sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor transportasi dan komunikasi memberikan nilai pengganda produksi tertinggi dibandingkan sektor pariwisata lainnya yang menempati posisi lima besar. Perolehan nilai pengganda produksi sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor angkutan darat sebesar 6.2562, 6.2153, 5.7552, dan 5.3221. Nilai pengganda produksi tersebut berarti bahwa jika sektor restoran diberikan injeksi sebesar satu miliar rupiah maka akan meningkatkan pendapatan produksi sebesar Rp 6.2153 miliar. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya. Jika dilihat dari perolehan nilai pengganda sendiri (own multiplier), sektor pariwisata terkait yang memberikan nilai terbesar adalah sektor jasa-jasa sebesar 2.3410, selanjutnya sektor transportasi dan komunikasi sebesar 2.0920, dan sektor 47 restoran sebesar 2.0775. Angka pengganda sendiri ini berarti jika sektor jasa-jasa diberikan injeksi sebesar satu miliar rupiah maka akan memberikan dampak terhadap kenaikan penerimaan pada sektor jasa-jasa sebesar Rp 2.3410 miliar. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya. Tabel 13 Pengganda Produksi Berdasarkan SNSE 2008 Kode Sektor Produksi Own Multiplier OSLM PROM Rank 9 Pertanian 2.6264 2.2464 4.8728 9 10 2.0377 1.9621 3.9999 13 2.4018 2.4917 4.8936 8 2.4267 2.2025 2.6668 2.8675 5.0936 5.0700 6 7 2.1962 1.4657 3.6619 15 15 Pertambangan dan Galian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 1.9578 1.8311 3.7889 14 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.7136 2.8103 4.5239 11 17 Konstruksi 2.0066 3.6097 5.6163 4 18 Perdagangan 1.9663 4.2899 6.2562 1 19 Restoran 2.0775 4.1379 6.2153 2 20 Hotel 1.6815 2.4991 4.1806 12 21 Transportasi dan Komunikasi 2.0920 3.2301 5.3221 5 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 2.2935 2.5760 4.8695 10 2.3410 3.4142 5.7552 3 11 12 13 14 23 Jasa-Jasa Sumber: Data diolah, 2016 Keterangan: PROM (Production Multiplier) OLSM (Other Linkage Sector Multiplier) Sedangkan dari perolehan Other Linkage Sector Multiplier (OLSM), sektor perdagangan kembali memberikan pengaruh paling besar terhadap perubahan output pada sektor lain sebesar 4.2899. Selanjutnya nilai pengganda OSLM terbesar kedua diperoleh oleh sektor restoran sebesar 4.1379. Sektor pariwisata lainnya yang memberikan nilai pengganda OSLM yang cukup besar adalah sektor jasa-jasa sebesar 3.4142 yang menempati posisi keempat dan sektor transportasi dan komunikasi sebesar 3.2301 yang menempati posisi kelima. Angka OSLM ini, mengindikasikan jika neraca eksogen pada sektor perdagangan diinjeksi sebesar satu miliar rupiah, maka pendapatan sektor-sektor perekonomian lainnya (sektor hulunya) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 4.2899 miliar. Perolehan nilai OLSM yang tinggi menandakan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan ke 48 belakang yang besar terhadap sektor ekonomi lainnya dalam perekonomian nasional. Perolehan nilai pengganda pendapatan produksi dari sektor pariwisata terkait didominasi dari perolehan OLSM. Hal ini memperlihatkan bahwa hubungan antara sektor pariwisata terkait dengan sektor ekonomi lainnya sangat erat dan membuktikan bahwa sektor pariwisata memerlukan dukungan dari sektor ekonomi lainnya untuk menunjang kegiatan pariwisata. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rahayu (2006) yang menyatakan bahwa sektor pariwisata memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya dengan menyerap output-output dari sektor perekonomian lainnya sebagai input langsung. Hubungan keterkaitan sektor tersebut terlihat dari perolehan nilai PDB pariwisata yang merupakan gabungan dari pendapatan-pendapatan sektor ekonomi lainnya sesuai Tabel 4. 5.1.4 Analisis Pengganda Total Besaran pengganda total atau Gross Output Multiplier (GOM) menunjukkan pengaruh total yang diterima oleh perekonomian secara keseluruhan akibat adanya perubahan pendapatan sektor produksi. Nilai GOM diperoleh dari akumulasi nilai-nilai pengganda dalam blok faktor produksi, institusi, maupun aktivitas produksi. Hasil analisis pengganda total dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16, sektor perdagangan memperoleh nilai pengganda total tertinggi yaitu sebesar 9.5305. Hal ini mengandung arti bahwa apabila sektor perdagangan diinjeksi sebesar satu miliar rupiah maka akan menghasilkan peningkatan pada pendapatan total sebesar 9.5305 miliar dengan peningkatan pendapatan faktor produksi sebesar Rp 1.4938 miliar, peningkatan pendapatan institusi sebesar Rp 1.7804 miliar, dan peningkatan pendapatan produksi sebesar Rp 6.2562 miliar. Sementara itu sektor yang memperoleh nilai tambah terbesar kedua adalah sektor restoran sebesar 9.1768, diikuti sektor jasa-jasa sebesar 8.8608 yang menempati posisi ketiga, dan sektor transportasi dan komunikasi sebesar 8.0372 yang menempati posisi ke lima. Sektor industri kayu dan barang dari kayu menempati posisi kesembilan dengan nilai 7.4635. Sektor industri kayu dan barang dari kayu ini menempati posisi tebaik dibandingkan dengan sektor 49 industri lainnya maka hal ini berarti sektor industri kayu dan barang dari kayu lebih berpengaruh terhadap perekonomian nasional dibandingkan sektor industri lainnya. Sementara itu, sektor perhotelan menempati posisi ke-12 dalam menghasilkan nilai pengganda total yang sebesar 6.3512. Perolehan nilai pengganda total yang besar dari sektor terkait pariwisata yaitu sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor transportasi dan komunikasi mengindikasikan bahwa sektor tersebut sangat baik dalam menghasilkan pendapatan nasional. Berbeda dari sektor perhotelan dan sektorsektor industri yang juga merupakan sektor yang terkait dengan sektor pariwisata, kurang memberikan dampak yang berarti pada pendapatan nasional baik melalui pendapatan nilai tambah, institusi, maupun produksi dibandingkan dengan sektor produksi lainnya. Tabel 14 Pengganda Total Berdasarkan SNSE 2008 Kode Sektor Produksi VAM 9 10 11 Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 1.2343 1.1425 0.9601 Pengganda Institusi 1.4598 1.4865 1.1678 1.0235 12 13 14 15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17 Konstruksi 18 Perdagangan 19 Restoran 20 Hotel 21 Transportasi dan Komunikasi 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 Jasa-Jasa Sumber: Data diolah, 2016 Keterangan: VAM (Value Added Multiplier) PROM (Production Multiplier) GOM (Gross Output Multiplier) PROM GOM Rank 4.8728 3.9999 4.8936 7.5669 6.6289 7.0214 7 12 11 1.2756 5.0936 7.3927 10 1.0744 0.6375 1.3191 0.8008 5.0700 3.6619 7.4635 5.1002 9 15 0.8388 1.0708 3.7889 5.6985 14 1.3153 1.1363 1.4938 1.3625 0.9701 1.2175 1.2878 1.4184 1.7272 1.4197 1.7804 1.5989 1.2005 1.4976 1.6450 1.6872 4.5239 5.6163 6.2562 6.2153 4.1806 5.3221 4.8695 5.7552 7.5664 8.1723 9.5305 9.1768 6.3512 8.0372 7.8023 8.8608 8 4 1 2 13 5 6 3 Berdasarkan keseluruhan hasil analisis multiplier SNSE, maka dapat diketahui sektor pariwisata terkait memiliki peran yang besar dalam perekonomian nasional terutama dalam menunjang pembentukan output dari 50 sektor ekonomi lainnya yang ditunjukkan dengan nilai pengganda sektor pariwisata terkait didominasi dengan nilai pengganda produksi. Namun jika dilihat secara keseluruhan, sektor pariwisata terkait mampu memberikan peningkatan pendapatan lebih besar pada faktor produksi, institusi, maupun sektor produksi dibandingkan sektor ekomoni lainnya. Dengan begitu, apabila terdapat upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata maka dapat mendorong pembangunan perekonomian nasional. 5.1.5 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya Peranan sektor pariwisata dalam berinteraksi dengan sektor-sektor perekonomian lainnya tergambarkan dari nilai pengganda keterkaitan dengan sektor lainnya (Other-Sector Linkage Multiplier/OSLM). Oleh karena OSLM dalam SNSE hanya menggambarkan hubungan keterkaitan ke belakang, maka Tabel 15 menggambarkan seberapa besar pengaruh sektor pariwisata terhadap sektor-sektor hulunya. Semakin tinggi nilai OSLM yang tertera pada tabel memperlihatkan bahwa sektor pariwisata terkait tersebut memiliki keterkaitan besar terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan angka OSLM tersebut, selain peringkat pertama diperoleh oleh sektor itu sendiri, hampir semua sektor pariwisata terkait memberikan pengaruh besar terhadap sektor pertanian. Sektor pariwisata tersebut terdiri dari sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri kayu dan barang dari kayu. sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, sektor perdagangan, sektor hotel, sektor restoran, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri memiliki pengaruh terbesar kedua pada sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Berbeda halnya dengan sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen memiliki pengaruh terbesar kedua pada sektor pertambangan dan penggalian, lalu sektor transportasi dan komunikasi memberikan pengaruh terbesar kedua pada sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Angka OLSM ini menandakan apabila sektor industri makanan, minuman, dan tembakau diinjeksi sebesar satu miliar rupiah, maka 51 dapat meningkatkan pendapatan pada sektor pertanian sebesar Rp 1.2149 miliar. Tingginya nilai OLSM ini terjadi karena tingginya permintaan dari sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan produksi sektor terkait sektor pariwisata tersebut. Hal ini terlihat dari tingginya laju pertumbuhan pada kontribusi sektor pertanian dalam PDB nasional. Pada tahun 2015, laju pertumbuhan sektor pertanian mencapai 4.02 persen dengan kontribusi sebesar 13.52 persen dari total PDB nasional (Badan Pusat Statistik, 2016a). Selain sektor pertanian, sektor pariwisata terkait seperti sektor perdagangan, sektor restoran, sektor hotel, dan sektor jasa-jasa juga memiliki keterkaitan terbesar ketiga terhadap sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Sedangkan sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri kayu dan barang dari kayu, sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit memiliki keterkaitan terbesar ketiga terhadap sektor sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Beberapa sektor pariwisata terkait juga memiliki keterkaitan besar pada sektor jasa-jasa. Sektor pariwisata tersebut adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor hotel, sektor transportasi dan komunikasi yang terlihat menempati posisi keempat. Dari data struktur pengeluaran wisatawan tahun 2013 oleh Kementerian Pariwisata tahun 2014, terlihat bahwa sebagian besar pengeluaran wisatawan dikeluarkan untuk kebutuhan makanan serta untuk akomodasi dan jasa-jasa wisata (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata terkait memiliki ketergantungan yang besar terhadap pemakaian input berbahan baku pertanian dan jasa-jasa lebih besar dari pada sektor lainnya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan wisatawan. 52 52 Tabel 15 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor Perekonomian Lainnya Berdasarkan SNSE 2008 Kode Sektor Produksi 9 10 Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Transportasi dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Sumber: Data diolah, 2016 Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor 11 12 13 14 15 18 19 20 21 23 1.2149 0.6186 0.7692 0.2741 0.3855 0.7271 1.4979 0.7822 0.5591 0.8047 0.0729 0.1276 0.1037 0.1442 0.4149 0.1414 0.0973 0.0609 0.1518 0.1342 2.4018 0.3642 0.4015 0.2085 0.2658 0.5691 0.9742 0.5497 0.4377 0.5962 0.0568 2.4267 0.0711 0.0387 0.0470 0.1149 0.1029 0.0590 0.0739 0.0991 0.0194 0.0206 2.2025 0.0206 0.0149 0.0449 0.0289 0.0180 0.0247 0.0324 0.2279 0.2674 0.2903 2.1962 0.1871 0.4612 0.3217 0.2108 0.3872 0.5881 0.2769 0.0225 0.0204 0.0000 0.0887 0.0079 0.1176 0.1277 0.2381 0.5023 0.0560 0.0249 0.0000 0.1004 0.0102 0.1494 0.1652 0.2601 0.4090 0.0375 0.0217 0.0000 0.1074 0.0089 0.1846 0.1672 0.2954 0.2924 0.0283 0.0150 0.0000 0.0606 0.0058 0.0974 0.1125 0.1675 1.9578 0.0228 0.0186 0.0000 0.0726 0.0068 0.0972 0.0990 0.1989 0.5134 0.0781 0.0922 1.9663 0.1901 0.0183 0.3595 0.5298 0.4500 0.3747 0.0336 0.0260 0.0000 2.0775 0.0122 0.1642 0.1740 0.3304 0.2284 0.0229 0.0183 0.0000 0.0905 1.6815 0.1101 0.1163 0.2319 0.6202 0.0392 0.0422 0.0000 0.1250 0.0130 2.0920 0.2374 0.5187 0.4810 0.0462 0.0464 0.0000 0.1489 0.0138 0.1963 0.2269 2.3410 53 5.2 Dampak Simulasi Pada Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi Simulasi dalam penelitian ini terdiri dari simulasi peningkatan PDB sektor pariwisata, peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara pada sektor pariwisata nasional sesuai dengan sasaran pembangunan nasional pada RPJMN 2015-2019. Analisis dampak simulasi menggunakan analisis pengganda neraca yaitu analisis dampak pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi. Angka multiplier nilai tambah dari blok faktor produksi yang akan di analisis dalam simulasi ini akan terdiri dari faktor produksi tenaga kerja pertanian, tenaga kerja non pertanian, dan bukan tenaga kerja atau modal. Sedangkan pada pengganda institusi yang akan dianalisis akan terdiri dari pendapatan rumah tangga pertanian, rumah tangga non pertanian di desa, rumah tangga non pertanian di kota, perusahaan, dan pemerintah. 5.2.1 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi Percepatan pemerataan dan keadilan merupakan salah satu tantangan yang perlu diselesaikan dalam agenda pembangunan nasional periode 2015-2019. Angka kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja masih menjadi masalah akibat belum meratanya hasil-hasil pembangunan (Badan Pengawas Keuangan Dan Pembanguan, 2015). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik memperlihatkan bahwa sekitar 52 persen rumah tangga miskin di Indonesia adalah rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian (Badan Pusat Statistik, 2016c). Rumah tangga miskin berdasarkan sumber pendapatan utama tahun 2014 tersedia pada Gambar 2. Untuk menyelesaikan persoalan ini, pemerintah menerapkan kebijakan berupa pembangunan sektor unggulan yang salah satunya merupakan sektor pariwisata. Sektor pariwisata telah memperlihatkan performanya dalam mendukung perekonomian nasional baik dari PDB nasional maupun devisa negara. Selain itu, sektor pariwisata juga memiliki kontribusi cukup baik dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013, sektor pariwisata mampu menyerap sebesar 8.52 persen dari total tenaga kerja nasional 54 dengan kontribusi distribusi pendapatan mencapai 4.15 persen dari total distribusi upah/ gaji nasional (Kementerian Pariwisata, 2014). Gambar 2 Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sumber Pendapatan Utama Tahun 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016c Dalam upaya mencapai berbagai tujuan pembangunan nasional, sesuai pada RPJMN 2015-2019, sasaran pembangunan pariwisata yaitu kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional tahun 2019 sebesar 8 persen. Besarnya dampak dari peningkatan PDB sektor pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi ditampilkan pada Tabel 16. Dari hasil analisis berikut, dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan PDB sektor pariwisata secara keseluruhan, akan meningkatkan total pendapatan faktor produksi sebesar Rp 445 947.8 miliar atau sebesar 15.1 persen dari total dampak peningkatan PDB sektor pariwisata secara keseluruhan. Pertumbuhan tertinggi akibat peningkatan PDB sektor pariwisata terjadi pada tenaga kerja pertanian sebesar 12.86 persen atau sebesar Rp 76 432.5 miliar. Selain itu, adanya peningkatan PDB sektor pariwisata mampu meningkatkan pendapatan institusi sebesar Rp 546 977.1 miliar atau sebesar 18.52 persen dari total dampak peningkatan PDB sektor pariwisata secara keseluruhan. Dari hasil yang terlihat, perubahan peningkatan pendapatan rumah tangga yang terbesar diperoleh oleh rumah tangga pertanian sebesar 9.81 persen. Hal ini memberi petunjuk bahwa adanya upaya pembangunan sektor pariwisata sehingga mendorong terciptanya peningkatan kontribusi pendapatan sektor pariwisata terhadap PDB nasional, mampu mendorong kesejahteraan tenaga kerja pertanian 55 maupun rumah tangga pertanian lebih baik dari pada faktor produksi dan institusi lainnya sehingga diperkirakan dapat mendukung upaya pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Hal ini didukung oleh empat keunggulan sektor pariwisata dalam upaya mengurangi kemiskinan yaitu sektor pariwisata memiliki potensi besar dengan pengusaha lokal, intensif tenaga kerja, berpotensi bagi negara-negara yang tidak memiliki daya saing komoditas ekspor, dan produk pariwisata dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya alam dan budaya sesuai aset yang dimiliki masyarakat lokal (Brahmantyo dan Kusmayadi, 2004). Dengan adanya peningkatan pendapatan sektor pariwisata, memperlihatkan semakin banyaknya kegiatan pariwisata yang diakses oleh wisatawan yang berkunjung di daerah wisata di Indonesia. Berbagai kebutuhan wisatawan seperti tour guide, penginapan, konsumsi selama berwisata, souvenir, dan akomodasi lainnya terkait aktivitas pariwisata, mendorong sektor pariwisata untuk menyediakan kebutuhan dan keinginan wisatawan tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan produksi berbagai sektor ekonomi secara keseluruhan. Dari hasil penelitian, adanya peningkatan kontribusi pendapatan oleh sektor pariwisata terhadap PDB nasional mengakibatkan peningkatan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan sebesar 66.38 persen atau sebesar Rp 1 959 175.9 miliar. Sektor hotel mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 97 persen sedangkan peningkatan pendapatan terbesar kedua diperoleh oleh sektor industri kayu dan barang dari kayu sebesar 17.46 persen, sektor restoran sebesar 17.16 persen, diikuti sektor transportasi dan komunikasi pada posisi keempat dengan peningkatan pendapatan sebesar 15.91 persen, dan sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit sebesar 14.48 persen. Peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut mengindikasikan bahwa dengan semakin banyaknya kebutuhan wisatawan akan akomodasi, penginapan, dan souvenir yang dibeli oleh wisatawan selama berwisata dapat mendorong upaya pembangunan pariwisata sehingga dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan sekaligus meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata. Dalam RPJMN 2015-2019, arah kebijakan pembangunan nasional ditujukan untuk membangun ekonomi domestik melalui pembangunan desa dan 56 kawasan perdesaan yang diupayakan dengan mengembangkan ekonomi kawasan perdesaan. Strategi pengembangan kawasan perdesaan yang dimaksud diupayakan, salah satunya, dengan mewujudkan dan mengembangkan destinasi pariwisata. Terdapat sepuluh destinasi wisata yang sedang diusung untuk upaya pembangunan pariwisata yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Tanjung Lesung di Banten, Tanjung Kalayang di Bangka Belitung, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di NTB, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Labuan Bajo di NTT, dan Pulau Morotai di Maluku Utara. Tabel 16 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah) Kode Uraian Faktor Produksi Tenaga Kerja Pertanian Tenaga Kerja Non Pertanian Bukan Tenaga Kerja Institusi 4 Rumah Tangga Pertanian 5 Rumah Tangga Non Pertanian Desa 6 Rumah Tangga Non Pertanian Kota 7 Perusahaan 8 Pemerintah Sektor Produksi 9 Pertanian 10 Pertambangan dan Galian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 11 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 12 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 13 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan 14 Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, 15 Semen 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17 Konstruksi 18 Perdagangan 19 Restoran 20 Hotel 21 Transportasi dan Komunikasi 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 Jasa-Jasa Total Sumber: Data diolah, 2016 1 2 3 Dampak Perubahan 76432.52 165591.69 203923.58 12.86% 7.89% 8.28% 87049.24 96722.26 140788.89 153336.09 69080.63 9.81% 8.69% 7.99% 8.10% 7.53% 347125.19 95248.33 226615.51 75464.58 58047.86 12.92% 7.60% 10.96% 14.48% 17.46% 180579.14 6.66% 196582.53 17398.73 92044.63 45485.36 98639.96 70064.17 168363.62 119575.21 167941.05 1959175.87 8.17% 7.05% 6.97% 4.71% 17.16% 97.00% 15.91% 10.29% 10.32% Sebagian besar daerah wisata tersebut terletak pada daerah pedesaan, yang sebagian besar mata pencaharian masyarakat pedesaaan diperoleh dari pertanian. Pengembangan pariwisata sesuai dengan arah kebijakan pembangunan nasional 57 dapat memberikan dampak besar pada daerah pedesaan yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat pada daerah wisata tersebut. Besarnya dampak dari pembangunan pariwisata terhadap pengembangan pedesaan dapat diupayakan sebagai pembangunan pariwisata yang diarah pada pengembangan pertanian sebagai pendukung pencapaian sasaran pembangunan pariwisata sehingga daerah pedesaan sebagai daerah pertanian dapat berkembang sebagai daerah pemasok kebutuhan pariwisata terutama terkait kebutuhan pangan hingga produk pertanian yang dibutuhkan wisatawan. 5.2.2 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi Pada tahun 2014, kunjungan wisatawan mancanegara ke wisata di Indonesia mencapai 9.44 juta perjalanan atau meningkat sebesar 5.66 persen dari tahun 2013 (Kementerian Pariwisata, 2015). Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata (2016d), perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan mancanegara paling banyak memiliki tujuan untuk liburan dan kegiatan bisnis. Daya tarik wisata Indonesia yang beragam mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara yaitu diantaranya keanekaragaman budaya, sumberdaya alam, dan berbagai event menarik yang diselenggarakan pada daerah wisata. Kunjungan wisatawan mancanegara pada daerah wisata memiliki pengaruh besar dalam perolehan devisa bagi negara. Semakin besar pengeluaran wisatawan tersebut untuk memenuhi kebutuhan wisata mereka, maka semakin banyak devisa yang diterima oleh negara. Berdasarkan agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia 2015-2019 yang terkait pariwisata, terkandung pada butir enam yang berbunyi Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing Di Pasar Internasional sehingga Indoneisa Dapat Maju dan Bangkit Bersama Bangsa-Bangsa Asia Lainnya. Dalam upaya meningkatkan akselarasi pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan sektor pariwisata akan diarahkan pada peningkatan daya saing dengan memanfaatkan potensi-potensi wisata yang belum di kelola dengan optimal. Tujuan dari pengembangan pariwisata ini memiliki sasaran pembangunan yaitu salah satunya 58 peningkatan jumlah wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara (Kementerian Pariwisata, 2016c). Berdasarkan pada sasaran pembangunan pariwisata tersebut, dampak akibat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, sesuai dengan target pokok pembangunan nasional pada RPJMN 2015-2019, akan meningkatkan pendapatan faktor produksi sebesar Rp 170 038.33 miliar. Peningkatan faktor produksi tertinggi akibat peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara, dinikmati oleh tenaga kerja pertanian yaitu sebesar 4.94 persen atau sekitar Rp 29 390.47 miliar. Hal ini didukung oleh studi dari Barudin (2011), bahwa adanya peningkatan permintaan wisatawan akan pariwisata selain dapat meningkatkan PDB nasional tetapi juga mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, dan menciptakan kesejahteraan. Dalam perolehan pendapatan institusi, akibat adanya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara ini mampu meningkatkan pendapatan institusi sebesar Rp 206 992.1 miliar dengan peningkatan tertinggi dirasakan oleh rumah tangga pertanian dengan peningkatan sebesar 3.77 persen atau setara Rp 33 492.03 miliar. Adanya peningkatan permintaan akan pariwisata, dapat mengakibatkan semakin banyak barang dan jasa yang diperlukan untuk mendukung kegiatankegiatan wisata sehingga dengan memperbesar investasi padat karya membuka kesempatan untuk meningkatkan pendapatan penduduk serta menyerap tenaga kerja yang ada (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014). Pengembangan pariwisata melalui upaya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara mampu memberikan kesejahteraan lebih baik pada tenaga kerja pertanian dan rumah tangga pertanian dibandingkan dengan fakor produksi lainnya dan institusi lainnya. Peningkatan permintaan wisata di Indonesia dalam rangka pembangunan pariwisata ini akan juga mendorong peningkatan permintaan barang-barang wisata sebagai kebutuhan wisatawan tersebut. Adanya peningkatan konsumsi pariwisata oleh wisatawan mancanegara ini mengakibatkan peningkatan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan sebesar Rp 1 127 070.51 miliar. Peningkatan permintaan pariwisata ini berpengaruh besar tehadap pendapatan sektor hotel yang menghasilkan hampir 200 persen atau mengalami tambahan hingga dua kali lipat 59 dari keadaan sebelum adanya peningkatan permintaan wisata oleh wisatawan mancanegara. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya upaya pengembangan pariwisata dengan mengupayakan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mampu memberikan pengaruh besar pada pengembangan sektor hotel dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain sektor hotel, sektor ekonomi lain yang mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sektor restoran sebesar 12.12 persen, diikuti sektor jasa-jasa pada posisi ketiga sebesar 4.70 persen, sektor transportasi dan komunikasi pada posisi keempat sebesar 4.46 persen, dan sektor pertanian pada posisi kelima sebesar 4.97 persen. Selain sektor hotel, sektor berikut juga akan mengalami perkembangan yang cukup besar dibanding sektor ekonomi lainnya sebagai dampak dari adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagai upaya pembangunan nasional. Dampak peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara terhadap terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi tersedia pada Tabel 17. Sektor pertanian bukan merupakan sektor yang berpengaruh langsung dengan sektor pariwisata namun ternyata dengan adanya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara, sektor pertanian termasuk dalam lima besar sektor yang mengalami peningkatan pendapatan terbesar. Jika dikaji secara keseluruhan, akibat adanya peningkatan konsumsi wisatawan ini telah mengakibatkan peningkatan besar pada bidang pertanian baik dari pendapatan sektor, tenaga kerja, maupun rumah tangga. Menurut Faulkner (1997), Baldwin dan Brodess (1993) dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2011), dalam paradigma lama, pariwisata lebih mengutamakan pariwisata masal namun sekarang lambat laun bergerak kearah pariwisata baru yaitu lebih mengarah pada wisata yang lebih canggih, keragaman minat khusus, dan pengalaman baru. Dalam usaha pengembangan pariwisata di Indonesia perlu diperhatikan akan dampak-dampak yang ditimbulkan sehingga pengembangan ekowisata dan agriwisata dapat menjadi pariwisata alternatif (Utama, 2011). Menurut Eadington dan Smith (1995) dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2011), ekowisata dan agrowisata tersebut diartikan sebagai pariwisata altenatif karena konsisten dengan nilai-nilai alam, sosial, dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara pelakunya. Penerapan pariwisata berkelanjutan bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif 60 masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya dengan penerapan agrowisata dilakukan sedemikian rupa supaya kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi melalui konsistensi dalam pemeliharaan integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan (Utama, 2011). Tabel 17 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah) Kode Uraian Faktor Produksi 1 Tenaga Kerja Pertanian 2 Tenaga Kerja Non Pertanian 3 Bukan Tenaga Kerja Institusi 4 Pertanian 5 Non Pertanian Desa 6 Non Pertanian Kota 7 Perusahaan 8 Pemerintah Sektor Produksi 9 Pertanian 10 Pertambangan dan Galian 11 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 14 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17 Konstruksi 18 Perdagangan 19 Restoran 20 Hotel 21 Transportasi dan Komunikasi 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 Jasa-Jasa Total Sumber: Data diolah, 2016 Dampak Perubahan 29 390.47 67 177.71 73 470.15 4.94% 3.20% 2.98% 33 492.03 37 523.13 55 429.87 55 363.26 25 183.81 3.77% 3.37% 3.14% 2.93% 2.75% 133 479.48 15 621.23 94 750.33 4.97% 1.25% 4.58% 23 020.81 14 445.38 4.42% 4.35% 54 780.94 2.02% 60 202.50 4 707.59 3 864.73 0.00 69 704.18 128 297.40 47 231.30 23 434.40 76 499.80 1 127 070.51 2.50% 1.91% 0.29% 0.00% 12.12% 177.62% 4.46% 2.02% 4.70% Dalam penelitian Adnyana (2012), menyatakan bahwa sektor pariwisata memiliki peranan yang relatif lebih baik dalam pertumbuhan perekonomian dan distribusi pendapatan dari pada sektor pertanian namun kontribusi sektor pertanian dari aspek ketenagakerjaan lebih besar dibandingkan sektor pariwisata. Oleh karena itu, adanya penerapan pengelolaan yang berkesinambungan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian dapat mendukung upaya penyerapan tenaga 61 kerja sesuai tujuan pembangunan nasional. Selain itu juga, untuk mencapai sasaran pembangunan pariwisata, melalui peningkatan daya saing sehingga dapat menarik minat kunjung wisatawan mancanegara yang lebih besar, perlu ditunjang oleh aspek keamanan, kenyamanan, dan keberlanjutan pariwisata yang merupakan faktor penting dalam berwisata. 5.2.3 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi Jumlah kunjungan wisatawan nusantara memiliki pengaruh besar terhadap potensi perolehan pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan masyarakat di daerah tujuan wisata. Pada tahun 2014, perjalanan wisatawan nusantara mencapai 251.20 juta perjalanan atau meningkat sekitar 0.47 persen dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 250 juta perjalanan. Pencapaian jumlah perjalanan wisatawan nusantara yang diperoleh selama setahun ini disebabkan oleh banyaknya liburan ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/ Sabtu, Minggu dan Senin) selain hari libur nasional. Selain itu, semakin banyaknya orang kelas menengah baru, berkembangnya telekomunikasi dan informasi serta angkutan udara juga mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisata oleh wisatawan nusantara (Kementerian Pariwisata, 2015). Sesuai dengan arah kebijakan pada RPJMN 2015-2019, tercantum bahwa sasaran pembangunan pariwisata yaitu diantara adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Berdasarkan sasaran pembangunan pariwisata tersebut, peningkatan konsumsi wisatawan nusantara di Indonesia mampu meningkatkan pendapatan faktor produksi secara total sebesar Rp 25 096.97 miliar. Peningkatan pendapatan faktor produksi akibat peningkatan kunjungan wisatawan nusantara diterima oleh tenaga kerja pertanian yaitu sebesar 0.63 persen atau sebesar Rp 3 753.7 miliar. Sedangkan terhadap pendapatan institusi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sesuai sasaran pembangunan mampu meningkatkan pendapatan institusi sebesar Rp 30 506 miliar dengan perolehan peningkatan pendapatan rumah tangga tertinggi diperoleh oleh rumah tangga pertanian sebesar 0.52 persen atau sebesar Rp 4 648.37 miliar. Hal ini menunjukkan dengan tercapainya sasaran 62 pembangunan pariwisata yaitu peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebesar 275 juta perjalanan mampu memberikan dampak peningkatan paling tinggi pada tenaga kerja dan rumah tanga pertanian dibandingkan dengan faktor produksi dan institusi lainnya. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan analisis sebelumnya bahwa sektor pariwisata yang bersifat padat karya. Peningkatan intensitas jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara akan direspon dengan terjadinya peningkatan permintaan akan barang-barang pariwisata sebagai kebutuhan kegiatan wisata. Dampak yang dihasilkan, akibat peningkatan konsumsi wisatawan nusantara, mampu meningkatkan perolehan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan sebesar Rp 167 489.50 miliar. Peningkatan pendapatan terbesar akibat peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terjadi pada sektor hotel sebesar 5.68 persen atau sebesar Rp 4 105.55 miliar. Peningkatan terbesar kedua dinikmati oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 1.94 persen, diikuti sektor restoran pada posisi ketiga sebesar 1.84 persen, sektor jasa-jasa pada posisi keempat sebesar 0.74 persen, dan sektor industri kayu dan barang dari kayu sebesar 0.7 persen. Dampak peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terhadap terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi tersedia pada Tabel 18. Peningkatan pendapatan, baik faktor produksi, institusi, dan sektor ekonomi, akibat peningkatan jumlah konsumsi wisatawan mancanegara lebih besar daripada wisatawan nusantara diakibatkan oleh pengeluaran biaya konsumsi yang dilakukan wisatawan mancanegara tersebut dalam bentuk mata uang asing sehingga perlu dikonversi nilainya ke mata uang rupiah dan nilai mata uang asing ini nilainya lebih besar dari pada nilai mata uang rupiah sehingga memberikan pendapatan yang besar bagi Indonesia dalam bentuk devisa. Perbedaan inilah yang mengkibatkan dampak yang dihasilkan akibat peningkatan jumlah konsumsi wisatawan mancanegara jauh lebih besar dibandingkan dengan wisatawan nusantara. Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebagai target pembangunan nasional dapat menjadi insentif peningkatan pendapatan bagi berbagai sektor produksi lainnya dan perekonomian 63 nasional. Pemenuhan berbagai kebutuhan wisatawan dan fasilitas wisata dari perjalanan menuju daerah wisata hingga kegiatan wisata tersebut selesai, sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan pariwisata karena hal tersebut sangat mempengaruhi daya saing pariwisata dalam menarik minat kunjung para wisatawan. Menurut Egon Smeral (2003), pertumbuhan sektor pariwisata dapat begitu pesat karena sektor ini sangat dipengaruhi oleh struktur permintaannya. Pariwisata merupakan suatu sumberdaya yang terbatas dan cenderung kurang memanfaatkan terknologi sehingga hal ini sangat memberikan keuntungan dalam pembentukan kesempatan kerja sehingga dengan bertumbuhnya permintaan akan pariwisata dapat memberikan dampak besar dalam pembangunan sektor pariwisata yang selanjutnya dapat mendorong perekonomian di Indonesia. Tabel 18 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah) Kode Uraian Faktor Produksi 1 Tenaga Kerja Pertanian 2 Tenaga Kerja Non Pertanian 3 Bukan Tenaga Kerja Institusi 4 Pertanian 5 Non Pertanian Desa 6 Non Pertanian Kota 7 Perusahaan 8 Pemerintah Sektor Produksi 9 Pertanian 10 Pertambangan dan Galian 11 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 14 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17 Konstruksi 18 Perdagangan 19 Restoran 20 Hotel 21 Transportasi dan Komunikasi 22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 Jasa-Jasa Total Sumber: Data diolah, 2016 Dampak Perubahan 3 753.70 10 635.38 10 707.91 0.63% 0.51% 0.43% 4 648.37 5 532.67 8 569.71 8 072.55 3 682.70 0.52% 0.50% 0.49% 0.43% 0.40% 17 047.75 2 863.56 12 948.92 3 600.63 2 337.27 0.63% 0.23% 0.63% 0.69% 0.70% 9 010.76 0.33% 11 360.08 767.04 696.40 0.00 10 557.74 4 105.55 20 519.72 4 083.92 11 987.19 167 489.50 0.47% 0.31% 0.05% 0.00% 1.84% 5.68% 1.94% 0.35% 0.74% 64 65 VI. 6.1 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sektor pariwisata merupakan sektor yang penting untuk dikembangkan dalam pengembangan perekonomian di Indonesia. a. Sektor pariwisata memiliki peran besar dalam penciptaan nilai tambah faktor produksi, lapangan pekerjaan, distribusi pendapatan institusi, dan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor perekonomian secara keseluruhan. b. Sektor pariwisata terkait yang memiliki efek multiplier tertinggi yaitu sektor perdagangan, sektor restoran, dan sektor jasa-jasa. c. Dalam keterkaitan dengan sektor-sektor perekonomian, sektor pariwisata memiliki hubungan sangat erat dengan sektor-sektor hulunya terutama sektor pertanian. 2. Pencapaian sasaran pembangunan pariwisata berupa peningkatan kontribusi PDB sektor pariwisata pada PDB nasional, memperlihatkan adanya perkembangan terbesar pada pendapatan tenaga kerja pertanian dan rumah tangga pertanian. Sedangkan, peningkatan terbesar pada pendapatan sektor ekonomi diperoleh oleh sektor hotel, sektor industri kayu dan barang kayu, dan sektor restoran. 3. Peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara atau wisatawan nusantara juga meningkatkan pendapatan faktor produksi, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan. a. Dampak dari adanya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara pada sektor pariwisata menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan faktor produksi terbesar pada tenaga keja pertanian dan peningkatan pendapatan institusi terbesar pada rumah tangga pertanian. Sedangkan, dampak peningkatan terbesar pada pendapatan sektor ekonomi terjadi pada sektor hotel, sektor restoran, dan sektor pertanian. 66 b. Dampak dari adanya peningkatan konsumsi wisatawan nusantara pada sektor pariwisata juga menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan faktor produksi terbesar pada tenaga keja pertanian dan peningkatan pendapatan institusi terbesar pada rumah tangga pertanian. Sedangkan, dampak peningkatan terbesar pada pendapatan sektor ekonomi akibat adanya peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terjadi pada sektor hotel, sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor restoran. c. Dampak peningkatan pendapatan, baik pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor ekonomi, akibat peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara lebih besar dibandingkan dengan akibat peningkatan konsumsi wisatawan nusantara. 6.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diberikan saran sebagari berikut: 1. Perlu adanya kegiatan promosi destinasi pariwisata, terutama pariwisata berbasis pertanian berupa wisata kuliner, agrowisata, dan ekowisata. 2. Pembangunan sektor pariwisata diarahkan pada pengembangan sektor hotel atau penginapan sekitar daerah wisata tujuan yang berbasis masyarakat. 3. Pembangunan pariwisata dengan pengembangan destinasi sebaiknya disesuaikan dengan minat dan selera dari wisatawan saat ini terutama wisatawan mancanegara. 67 DAFTAR PUSTAKA Adnyana IM. 2012. Pertanian dan Pariwisata dalam Perekonomian Bali: Analisis Peranan dan Keterkaitan Antarsektor [Disertasi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Afifah DN. 2007. Peran sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian terhadap perekonomian Jawa Tengah dengan pendekatan system neraca sosial ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Brahmantyo H, Kusmayadi. 2004. Kontribusi Untuk Daya Saing Nasional dalam Membangun Pariwisata Berkelanjutan. Didalam: Brahmantyo H, Kusmayadi, editor. Orasi Ilmiah Lustrum VII Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti: 2004 juni 2; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Academia. 1-16; [diunduh 3 Agustus 2016]. Tersedia pada https://stpsahid.academia.edu/kusmayadi Badan Pusat Statistik. 2011. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 . Di dalam: www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 1 Februari 2016]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Sistem-Neraca-SosialEkonomi-Indonesia-2008.pdf Badan Pusat Statistik. 2016a. Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010 (Persen) Tahun 2014-2016 . Di dalam: www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1138 Badan Pusat Statistik. 2016b. PDB Seri 2010 Triwulan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2016 . Di dalam: www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/826 Badan Pusat Statistik. 2016c. Karakteristik Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin 2013 dan 2014 Di dalam: www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 6 Agustus 2016]. Tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/908 Badan Pengawas Keuangan Dan Pembanguan. 2015. Buku I RPJMN 2015-2019: Agenda Pembangunan Nasional. Di dalam www.bpkp.go.id [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 1 Februari 2016]. Tersedia pada http://www.bpkp.go.id/sesma/konten/2254/Buku-I-II-dan-IIIRPJMN-2015-2019.bpkp. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Barudin. 2011. Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral Di Indonesia [tesis]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta. Penerbit Andi 68 Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Okttariani A, Syarifah SS, editor.Bogor: IPB Pr. Dewan Perwakilan Rakyat. 2015. Industri Pariwisata: Alternatif sektor andalan di tengah pelemahan ekonomi domestik. Di dalam http://www.dpr.go.id [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 1 Februari 2016]. Tersedia pada http://www.dpr.go.id/setjen/index/id/Analisis-APBN-BIRO-ANALISAANGGARAN-DAN-PELAKSANAAN-APBN. Dewi AS. 2013. Analisis daya saing dan permintaan pariwisata Indonesia di pasar ASEAN [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. GÜL H. 2013. Economic impacts of an increase in the Foreign tourism receipts: a sam‑based income Multiplier analysis for Turkey. Advancein hospitality and tourism research (AHTR). 1(1): 17-36. Hermawan B. 2012. Analisis Kontribusi transaksi pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor pariwisata. Wahana Informasi Pariwisata: Media Wisata. 7(1): 11-29. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Penerbit Grasindo. Kementerian Pariwisata. 2013. Neraca Satelit Pariwisata Nasional 2013. Di dalam www.kemenpar.go.id [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia pada http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=146&id=3073. Kementerian Pariwisata. 2014. Neraca Satelit Pariwisata Nasional 2014. Di dalam: disbun.jatimprov.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia pada http://disbun.jatimprov.go.id/produkdomestik.php. Kementerian Pariwisata. 2015. Laporan kinerja kementerian pariwisata tahun 2014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 21 Februari 2016 ]. Tersedia pada http://www.kemenpar.co.id/asp/detil.asp?c=142&id=3068. Kementerian Pariwisata. 2016a. Ranking devisa pariwisata terhadap komoditas ekspor lainnya. Di dalam www.kemenpar.go.id [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia pada http://www.kemenpar.go.id/asp/ringkasan.asp?c=117. Kementerian Pariwisata. 2016b. Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 11 Februari 2016 ]. Tersedia pada http://www.kemenpar.co.id/asp/detil.asp?c=142&id=3068. Kementerian Pariwisata. 2016c. Laporan Akuntanbilitas Kinerka Kementerian Pariwisata Tahun 2015. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=19&id=3175. Kementerian Pariwisata. 2016d. Profil Wisatawan Mancanegara Tahun 20092014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=110&id=1417 Kusumastuti SY. 2014.Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia. Jurnal ekonomi pembangunan Trisakti. 1(2): 93-108. 69 Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam.Liza F, Nurmawan I, penerjemah.Barnadi D, Hardani W, Saat S, editor. Jakarta: Erlangga. Meidianty A. 2015. Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Mardiyaningsih DI. 2003. Industri pariwisata dan dampaknya terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat lokal (kasus Dua Desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor (ID). Institusi Pertanian Bogor. Pavlìc I, Tolic M S, Svilokos T.2013 Impact of tourism on the emloyment in Croatia. World Scientific and Engineering Academy and Society. 34: 219224. Rahayu, F. 2006. Analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Bogor [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Sekretariat Negara. Jakarta. Sadoulet E, A de Janvry. 1995. Quantitative Development Policy Analysis. Baltimore. The Johns Hopkins University Press. Sari NA. 2006. Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia: Suatu pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Sarmila IR. 2013. Peran Investasi di sektor peternakan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Singagerda FIS. 2014. Faktor-faktor penentu aliran investasi, dan perdagangan pariwisata serta dampaknya terhadap permintaan dan penawaran pariwisata Indonesia [disertasi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Smeral, E. 2003.A structural view of tourism growth. 9(1): 77-93. Spillane JJ. 1994. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Suryadi. 2000. Analisis peranan ekonomi industri pariwisata terhadap perekonomian Propinsi Bali; Analisis input-output [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Susilowati SH, Sinaga BM, Limbong WH, Erwidodo. 2007. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap kemiskinan dan pendapatan rumah tangga di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 25(1): 11-36. Teguh F dan Avenzora R. 2013. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia, Potensi, Pembelajaran, dan Kesuksesan. Jakarta. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tiffania D. 2008. Peranan sektor industri agro dalam perekonomian Jawa barat: Suatu pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Ujiani, DP. 2006. Analisis peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis InputOutput) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. United Nation World Tourism Organization. 2015. Tourism – an economic and social phenomenon. Di dalam http://www2.unwto.org/ [Internet]. [Waktu 70 dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diakses 23 Februari 2016]. Pada http://www2.unwto.org/content/why-tourism. United Nation World Tourism Organization. 2015. UNWTO Annual Reports 2015. Di dalam http://www2.unwto.org/ [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diakses 29 Mei 2016]. Pada http://www2.unwto.org/annual-reports. Utama, I Gusti Bagus R. 2011. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Utama, IGBR 2011. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Di dalam https://www.scribd.com/ [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diakses 2 Agustus 2016]. Pada https://www.scribd.com/doc/142965214/Agrowisata-Sebagai-PariwisataAlternatif Yoeti Oka A, 2006. Tours and Travel Marketing. Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita. Yoeti Oka A, 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informsi, dan Implementasi. Jakarta. Penerbit Buku Kompas. 71 LAMPIRAN 72 Lampiran 1 Klasifikasi dan Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2008 (29x29) Kode Uraian SNSE Pertanian 1 Tenaga Kerja Faktor Non Pertanian 2 Produksi Bukan Tenaga Kerja 3 Pertanian 4 Rumah Desa 5 Non Tangga Pertanian Institusi Kota 6 Perusahaan 7 Pemerintah 8 Pertanian 9 Pertambangan dan Galian 10 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 11 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 12 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 13 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan 14 Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, 15 Sektor Semen Produksi Listrik, Gas, dan Air Bersih 16 Konstruksi 17 Perdagangan 18 Restoran 19 Hotel 20 Transportasi dan Komunikasi 21 Keuangan dan Jasa Perusahaan 22 Jasa-Jasa 23 Margin Perdagangan & Pengangkutan 24 Neraca Kapital 25 Pajak Tidak Langsung 26 Subsidi 27 Luar Negeri 28 JUMLAH 29 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 73 Lampiran 2 Nerasa Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 (miliar Rupiah) 1 2 3 1 0.0 0.0 0.0 2 0.0 0.0 0.0 3 0.0 0.0 0.0 4 377341.0 246491.2 143729.4 5 188678.8 569354.1 269762.2 6 28491.2 1278549.0 375058.4 7 0.0 0.0 1591198.0 8 0.0 0.0 0.0 9 0.0 0.0 0.0 10 0.0 0.0 0.0 11 0.0 0.0 0.0 12 0.0 0.0 0.0 13 0.0 0.0 0.0 14 0.0 0.0 0.0 15 0.0 0.0 0.0 16 0.0 0.0 0.0 17 0.0 0.0 0.0 18 0.0 0.0 0.0 19 0.0 0.0 0.0 20 0.0 0.0 0.0 21 0.0 0.0 0.0 22 0.0 0.0 0.0 23 0.0 0.0 0.0 24 0.0 0.0 0.0 25 0.0 0.0 0.0 26 0.0 0.0 0.0 27 0.0 0.0 0.0 28 0.0 5419.7 91227.0 29 594511.0 2099813.9 2470975.0 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) 4 5 6 7 8 0.0 0.0 0.0 2287.3 1450.2 1549.2 9083.9 15749.7 195055.7 183.8 217988.3 27511.4 8923.8 73945.2 61644.1 6583.4 0.0 0.0 37847.3 2630.9 51771.9 26848.7 93414.2 0.0 70856.5 0.0 0.0 2994.1 908319.5 0.0 0.0 0.0 3347.3 2468.0 1927.4 11078.4 26317.0 200099.0 471.7 214563.8 38547.7 13403.7 101581.1 107527.9 11760.3 0.0 0.0 68749.6 6586.3 69039.8 47442.5 114087.0 0.0 91886.1 0.0 0.0 4955.7 1135840.6 0.0 0.0 0.0 13352.8 9595.2 7387.1 15002.0 43006.7 249326.2 657.5 324842.0 47902.5 16421.5 206003.8 141022.6 20706.2 0.0 0.0 122557.1 11771.1 104253.2 82857.7 191574.1 0.0 162701.5 0.0 0.0 11343.5 1782284.4 0.0 0.0 0.0 6410.3 11707.4 24967.3 176469.9 650052.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 990597.3 0.0 0.0 56496.9 1916701.7 0.0 0.0 0.0 94510.2 59635.6 44888.1 89692.4 181676.4 49.5 0.0 0.0 1501.1 100.8 18172.4 14220.9 2845.5 17135.1 0.0 13686.9 3210.9 17890.8 10709.0 195043.5 0.0 229473.1 0.0 240891.5 28699.7 1264033.4 9 594511.0 24514.8 191185.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1325115.2 2.1 75932.0 624.3 335.8 8295.2 88216.1 764.0 8234.9 0.0 628.1 36.8 4078.1 11989.6 5170.7 287173.6 0.0 18832.2 0.0 54385.9 2700025.5 10 11 0.0 106821.1 442310.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 151.5 776261.8 0.0 217.6 99.9 14719.4 15896.3 366.7 7908.7 0.0 661.5 129.1 6046.9 6906.8 5823.1 23262.9 0.0 26722.1 0.0 140667.1 1574973.3 0.0 120240.7 166466.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 431601.3 1176.5 1129488.7 273.7 259.8 10217.8 15996.8 1668.3 232.8 0.0 1267.7 241.0 6539.2 11675.1 7681.2 220787.1 0.0 60480.2 0.0 59269.7 2245564.5 73 Lampiran 2 74 74 Lanjutan (miliar Rupiah) 12 13 14 15 1 0.0 0.0 0.0 0.0 2 45828.7 35860.0 179195.4 166589.2 3 62883.6 36245.2 251794.5 374785.1 4 0.0 0.0 0.0 0.0 5 0.0 0.0 0.0 0.0 6 0.0 0.0 0.0 0.0 7 0.0 0.0 0.0 0.0 8 0.0 0.0 0.0 0.0 9 23901.4 25570.6 5503.7 47102.5 10 585.6 112.1 61465.2 298957.2 11 1690.4 918.2 1032.8 4644.6 12 378503.6 728.0 3177.8 3319.2 13 188.6 211692.6 6933.0 389.2 14 6246.3 4424.2 1745978.0 13110.1 15 41193.0 14736.1 141879.0 1259660.8 16 5578.4 1479.3 14492.5 6754.7 17 706.5 68.9 1856.7 1068.9 18 0.0 0.0 0.0 0.0 19 1351.7 801.0 3833.9 2562.1 20 322.4 8.1 703.1 452.0 21 5678.6 6127.7 25653.0 11462.7 22 7219.4 4039.6 35290.7 12805.8 23 2864.1 3479.3 15195.8 8657.2 24 43827.4 38734.1 332252.1 224722.6 25 0.0 0.0 0.0 0.0 26 9154.3 1901.4 74928.9 38017.9 27 0.0 0.0 0.0 0.0 28 16972.8 3872.8 494480.7 389624.7 29 654696.7 390799.1 3395646.9 2864686.6 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) 16 17 18 19 0.0 16370.9 111220.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 21902.9 0.0 18.1 0.0 3088.4 35968.3 134951.6 1003.7 0.0 53.9 28.3 367.9 3007.2 205.9 0.0 0.0 2350.2 0.0 0.0 330537.7 0.0 200903.9 226751.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 24478.5 90404.3 0.0 1122.1 68312.3 316474.5 215171.9 405.9 1221192.0 0.0 7438.2 1246.3 11120.1 48480.1 6476.4 0.0 0.0 23986.6 0.0 0.0 2463964.4 0.0 441454.1 58428.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 526.7 43.4 1246.5 9438.2 4735.9 33585.6 61254.6 24186.5 28211.6 965459.3 19208.0 2562.3 90445.7 160260.0 29871.6 0.0 0.0 33663.5 0.0 0.0 1964582.0 0.0 104242.4 11904.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 102070.7 0.1 59697.9 2114.6 17.7 214.4 1743.4 502.1 49.8 0.0 285129.2 74.2 197.6 1750.8 354.4 0.0 0.0 9497.5 0.0 8556.4 588117.9 20 0.0 9278.8 14171.9 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8472.8 16.4 5842.9 132.2 2.1 213.3 209.5 120.9 32.9 0.0 140.1 39619.5 234.1 421.9 296.0 0.0 0.0 2967.1 0.0 16241.2 98413.6 21 22 0.0 155357.5 135467.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 381.5 71.8 3510.7 915.7 35.9 27496.0 121862.8 4057.3 5567.9 0.0 3638.0 1023.7 619286.7 29899.2 75891.3 0.0 0.0 17744.3 0.0 66573.4 1268781.4 0.0 98688.7 274350.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 331.6 0.0 1219.6 805.1 20.0 23365.5 7861.0 3111.1 17327.1 0.0 2722.6 973.9 15547.1 636112.8 26926.3 0.0 0.0 11948.1 0.0 60691.1 1182002.2 23 0.0 392760.5 106351.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 47171.1 1162.5 24802.2 4264.1 512.7 104844.9 59574.8 6296.6 9261.0 0.0 2690.9 611.9 12480.6 24108.1 845071.8 219.9 0.0 12745.5 0.0 36420.1 1691350.5 75 Lampiran 2 Lanjutan (miliar Rupiah) 24 25 26 1 0.0 0.0 0.0 2 0.0 0.0 0.0 3 0.0 0.0 0.0 4 0.0 0.0 0.0 5 0.0 0.0 0.0 6 0.0 0.0 0.0 7 0.0 0.0 0.0 8 0.0 0.0 344939.9 9 0.0 -16740.3 0.0 10 0.0 72330.7 0.0 11 0.0 -27340.2 0.0 12 0.0 13551.3 0.0 13 0.0 11743.6 0.0 14 0.0 339259.4 0.0 15 0.0 -48268.6 0.0 16 0.0 0.0 0.0 17 0.0 1144106.0 0.0 18 999122.7 0.0 0.0 19 0.0 0.0 0.0 20 0.0 0.0 0.0 21 154321.8 0.0 0.0 22 0.0 2446.0 0.0 23 17535.0 17742.8 0.0 24 0.0 0.0 0.0 25 0.0 0.0 0.0 26 0.0 0.0 0.0 27 0.0 0.0 0.0 28 0.0 36683.9 0.0 29 1170979.6 1545514.5 344939.9 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) 27 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 985.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 154270.6 83906.5 0.0 0.0 0.0 0.0 1688.4 0.0 40.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 240891.5 28 0.0 1707.2 6657.5 20850.1 23189.1 19466.7 24176.9 2291.1 28870.9 249167.8 205484.1 120028.3 46670.3 344411.3 353044.8 0.0 0.0 0.0 13150.0 26181.8 54549.5 17731.0 27948.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1585576.4 29 594511.0 2099813.9 2470975.0 908319.5 1135840.6 1782284.4 1916701.7 1264033.4 2700025.5 1574973.3 2245564.5 654696.7 390799.1 3395646.9 2864686.6 330537.7 2463964.4 1964582.0 588117.9 98413.6 1268781.4 1182002.2 1691350.5 1170979.6 1545514.5 344939.9 240891.5 1585576.4 40474523.8 75 76 76 Lampiran 3 Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Matriks Multiplier 1 1.24247 0.32476 0.41446 0.87099 0.54204 0.33430 0.32582 0.17078 1.10120 0.12150 0.87058 0.13654 0.04412 0.44354 0.46331 0.04184 0.02742 0.00000 0.19034 0.01547 0.23997 0.21195 0.47098 2 0.22037 1.32989 0.41263 0.34311 0.49221 0.89848 0.32364 0.17377 1.00084 0.12429 0.80399 0.13089 0.04299 0.48032 0.46751 0.04581 0.02754 0.00000 0.21721 0.01870 0.24018 0.22995 0.47496 3 0.09712 0.16773 1.19248 0.18468 0.23174 0.31436 0.88199 0.36821 0.44110 0.05797 0.34884 0.05748 0.01911 0.22279 0.21559 0.02105 0.02111 0.00000 0.09581 0.00896 0.11170 0.10554 0.29266 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) 4 0.25174 0.32167 0.41266 1.24110 0.22607 0.28443 0.32453 0.16780 1.14331 0.11776 0.91013 0.13433 0.04288 0.43524 0.44857 0.03969 0.02723 0.00000 0.17637 0.01361 0.23762 0.20213 0.47143 5 0.22859 0.32971 0.41847 0.22875 1.22253 0.28944 0.32890 0.17614 1.03815 0.12857 0.80413 0.14261 0.04701 0.45101 0.49302 0.04531 0.02779 0.00000 0.21258 0.01852 0.24472 0.22778 0.46864 6 0.21160 0.33295 0.41178 0.22236 0.22038 1.29188 0.32250 0.17461 0.96100 0.12417 0.78687 0.12556 0.04141 0.50410 0.46178 0.04741 0.02761 0.00000 0.22806 0.01984 0.23967 0.23725 0.48047 7 0.03946 0.09703 0.09362 0.08349 0.08024 0.10890 1.20855 0.48561 0.17919 0.02833 0.13770 0.02335 0.00807 0.11137 0.10184 0.01025 0.01910 0.00000 0.04306 0.00487 0.05402 0.05110 0.21919 8 0.09090 0.23787 0.22320 0.19861 0.18209 0.23390 0.26532 1.28848 0.41282 0.06759 0.31494 0.05380 0.01874 0.26638 0.24160 0.02442 0.04931 0.00000 0.10094 0.01182 0.12865 0.12160 0.55525 9 0.57830 0.23191 0.42409 0.43521 0.30453 0.24517 0.32300 0.15189 2.62642 0.09818 0.60048 0.07854 0.02650 0.28084 0.39200 0.02649 0.03080 0.00000 0.11314 0.00950 0.14659 0.14765 0.29565 10 0.09095 0.29823 0.75330 0.15975 0.20912 0.31804 0.55997 0.23965 0.41307 2.03772 0.32606 0.05432 0.01939 0.25043 0.24388 0.02083 0.03733 0.00000 0.09069 0.00842 0.11834 0.11900 0.26039 11 0.26751 0.27807 0.41448 0.24134 0.21637 0.25598 0.31240 0.14169 1.21492 0.07292 2.40184 0.05681 0.01941 0.22788 0.27687 0.02247 0.02043 0.00000 0.08872 0.00789 0.11765 0.12770 0.23805 12 0.13620 0.36490 0.52244 0.17742 0.21225 0.32126 0.39131 0.17338 0.61858 0.12755 0.36423 2.42675 0.02060 0.26737 0.50230 0.05602 0.02489 0.00000 0.10042 0.01017 0.14938 0.16517 0.26013 77 Lampiran 3 Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lanjutan 13 0.16936 0.41036 0.49466 0.20198 0.23188 0.34602 0.37185 0.16740 0.76917 0.10374 0.40146 0.07106 2.20254 0.29032 0.40904 0.03749 0.02173 0.00000 0.10740 0.00892 0.18461 0.16716 0.29538 14 0.06035 0.23508 0.34210 0.09724 0.12866 0.20653 0.25580 0.11259 0.27408 0.14417 0.20850 0.03874 0.02064 2.19616 0.29243 0.02826 0.01497 0.00000 0.06062 0.00583 0.09744 0.11249 0.16755 15 0.08487 0.25677 0.49714 0.12885 0.16257 0.24793 0.37063 0.16079 0.38546 0.41491 0.26580 0.04704 0.01491 0.18708 1.95780 0.02285 0.01863 0.00000 0.07259 0.00678 0.09721 0.09899 0.19888 16 0.10331 0.30154 0.91045 0.18144 0.23431 0.34791 0.67596 0.28755 0.46918 0.35351 0.36430 0.06088 0.02092 0.27508 0.56326 1.71360 0.03388 0.00000 0.10050 0.00948 0.12407 0.14971 0.28555 17 0.11943 0.42767 0.58917 0.18025 0.23287 0.37047 0.44104 0.19508 0.54240 0.30142 0.37986 0.06580 0.14289 0.77287 0.59921 0.02928 2.00660 0.00000 0.11444 0.01107 0.15059 0.21710 0.28276 18 0.16011 0.79440 0.53931 0.24809 0.34100 0.58887 0.40945 0.19302 0.72714 0.14136 0.56915 0.11489 0.04488 0.46124 0.51344 0.07811 0.09216 1.96631 0.19008 0.01828 0.35945 0.52978 0.44998 19 0.32982 0.60549 0.42723 0.32341 0.32865 0.46222 0.32673 0.15788 1.49791 0.09728 0.97419 0.10287 0.02893 0.32171 0.37472 0.03362 0.02596 0.00000 2.07745 0.01219 0.16417 0.17396 0.33040 20 0.17223 0.32511 0.47278 0.19125 0.20637 0.29009 0.35470 0.15812 0.78218 0.06088 0.54973 0.05895 0.01804 0.21082 0.22844 0.02293 0.01835 0.00000 0.09054 1.68147 0.11007 0.11626 0.23191 21 0.12310 0.52795 0.56647 0.19326 0.25888 0.42823 0.42563 0.19157 0.55908 0.15176 0.43768 0.07390 0.02473 0.38724 0.62018 0.03924 0.04217 0.00000 0.12501 0.01300 2.09200 0.23743 0.51870 22 0.11219 0.41011 0.76552 0.18842 0.24848 0.38986 0.57065 0.24755 0.50953 0.08728 0.40154 0.06869 0.02578 0.36470 0.30109 0.03485 0.08414 0.00000 0.11711 0.01279 0.18147 2.29353 0.38700 23 0.17718 0.73761 0.50358 0.24884 0.32614 0.54871 0.38263 0.18088 0.80468 0.13416 0.59616 0.09906 0.03239 0.58814 0.48102 0.04625 0.04643 0.00000 0.14892 0.01384 0.19626 0.22692 2.34096 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah) 77 78 Lampiran 4 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut Produk Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013 No Jenis Pengeluaran Jumlah (miliar Rupiah) 1 Hotel dan Akomodasi 54 884.78 2 Restoran dan sejenisnya 19 827.73 3 Angkutan Domestik 9 814.08 4 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata 2 982.93 5 Jasa Seni Budaya dan Rekreasi 5 504.76 6 Kesehatan dan Kecantikan 2 282.41 7 Jasa Pariwisata Lainnya 8 Souvenir 8 827.36 9 Produk Industri Non Makanan 5 788.41 10 Produk Pertanian 1 400.18 Total Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014 Lampiran 5 911.76 112 224.40 Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Produk Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013 No Jenis Pengeluaran Jumlah (miliar Rupiah) 19 276.54 1 Hotel dan Akomodasi 2 Restoran dan sejenisnya 34 587.73 3 Angkutan Domestik 74 622.16 4 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata 3 350.08 5 Jasa Seni Budaya dan Rekreasi 4 998.17 6 Kesehatan dan Kecantikan 7 Jasa Pariwisata Lainnya 7 732.99 8 Souvenir 6 907.36 9 Produk Industri Non Makanan 10 Produk Pertanian Total Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014 76.99 20 896.49 5 392.11 177 840.61 79 Lampiran 6 Kode 1 Hasil Simulasi Peningkatan Kontribusi PDB Sektor Pariwisata terhadap PDB Nasional (miliar Rupiah) Uraian Tenaga Kerja Pertanian Tenaga Kerja Non 2 Pertanian Bukan Tenaga Kerja 3 Pertanian 4 Non Pertanian di Desa 5 Non Pertanian di Kota 6 Perusahaan 7 Pemerintah 8 Pertanian 9 Pertambangan dan Galian 10 Industri Makanan, 11 Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, 12 Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang 13 Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam 14 dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, 15 Semen Listrik, Gas, dan Air 16 Bersih Konstruksi 17 Perdagangan 18 Restoran 19 Hotel 20 Transportasi dan 21 Komunikasi Keuangan dan Jasa 22 Perusahaan Jasa-Jasa 23 Sumber: Data diolah, 2016 Injeksi 0 Dampak 76432.52 Awal 594511.01 Perubahan 12.86% 0 0 0 0 0 0 0 38843.61293 19538.45894 165591.69 203923.58 87049.24 96722.26 140788.89 153336.09 69080.63 347125.19 95248.33 2098106.73 2464317.45 887469.46 1112651.47 1762817.77 1892524.79 916802.43 2686909.68 1253474.84 7.89% 8.28% 9.81% 8.69% 7.99% 8.10% 7.53% 12.92% 7.60% 226615.51 2067420.60 10.96% 20088.2294 20088.2294 75464.58 521117.15 14.48% 20088.2294 58047.86 332385.31 17.46% 20088.2294 180579.14 2711976.14 6.66% 20088.2294 196582.53 2405639.70 8.17% 2262.178267 39515.66098 23132.38234 28153.28571 39380.74579 17398.73 246631.22 92044.63 1319858.48 45485.36 965459.25 98639.96 574967.90 70064.17 72231.75 7.05% 6.97% 4.71% 17.16% 97.00% 55326.17706 168363.62 1058221.69 15.91% 21520.31198 21520.31198 119575.21 1161825.17 167941.05 1628083.97 10.29% 10.32% 80 Lampiran 7 Kode 1 Hasil Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara di Sektor Pariwisata (miliar Rupiah) Uraian Tenaga Kerja Pertanian Tenaga Kerja Non 2 Pertanian Bukan Tenaga Kerja 3 Pertanian 4 Non Pertanian di Desa 5 Non Pertanian di Kota 6 Perusahaan 7 Pemerintah 8 Pertanian 9 Pertambangan dan Galian 10 Industri Makanan, 11 Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, 12 Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang 13 Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang 14 Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, 15 Semen Listrik, Gas, dan Air 16 Bersih Konstruksi 17 Perdagangan 18 Restoran 19 Hotel 20 Transportasi dan 21 Komunikasi Keuangan dan Jasa 22 Perusahaan Jasa-Jasa 23 Sumber: Data diolah, 2016 Injeksi 0 Dampak 29780.68 Awal 594511.01 Perubahan 5.01% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 67093.36 73361.20 33721.83 37610.87 55379.14 55287.07 25159.23 135251.66 15315.07 2098106.73 2464317.45 887469.46 1112651.47 1762817.77 1892524.79 916802.43 2686909.68 1253474.84 3.20% 2.98% 3.80% 3.38% 3.14% 2.92% 2.74% 5.03% 1.22% 4424.220404 99975.90 2067420.60 4.84% 4424.220404 21563.01 521117.15 4.14% 4424.220404 13094.81 332385.31 3.94% 4424.220404 53531.95 2711976.14 1.97% 4424.220404 58940.91 2405639.70 2.45% 0 0 0 27372.5401 75766.32351 4674.53 3866.45 0.00 69722.09 128307.24 246631.22 1319858.48 965459.25 574967.90 72231.75 1.90% 0.29% 0.00% 12.13% 177.63% 13554.59683 47214.11 1058221.69 4.46% 0 16126.09748 23418.72 76528.12 1161825.17 1628083.97 2.02% 4.70% 81 Lampiran 8 Kode 1 Hasil Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara di Sektor Pariwisata (miliar Rupiah) Uraian Tenaga Kerja Pertanian Tenaga Kerja Non 2 Pertanian Bukan Tenaga Kerja 3 Pertanian 4 Non Pertanian di Desa 5 Non Pertanian di Kota 6 Perusahaan 7 Pemerintah 8 Pertanian 9 Pertambangan dan Galian 10 Industri Makanan, 11 Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan 12 Kulit Industri Kayu & Barang 13 Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang 14 Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, 15 Semen Listrik, Gas, dan Air 16 Bersih Konstruksi 17 Perdagangan 18 Restoran 19 Hotel 20 Transportasi dan 21 Komunikasi Keuangan dan Jasa 22 Perusahaan Jasa-Jasa 23 Sumber: Data diolah, 2016 Injeksi 0 Dampak 3776.52 Awal 594511.01 Perubahan 0.64% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10628.49 10699.46 4661.39 5537.00 8565.18 8066.54 3680.58 17151.41 2844.59 2098106.73 2464317.45 887469.46 1112651.47 1762817.77 1892524.79 916802.43 2686909.68 1253474.84 0.51% 0.43% 0.53% 0.50% 0.49% 0.43% 0.40% 0.64% 0.23% 794.61744 13259.90 2067420.60 0.64% 794.61744 3511.90 521117.15 0.67% 794.61744 2255.23 332385.31 0.68% 794.61744 8933.57 2711976.14 0.33% 794.61744 11282.04 2405639.70 0.47% 0 0 0 4141.294 2308.0528 764.91 696.38 0.00 10558.54 4105.80 246631.22 1319858.48 965459.25 574967.90 72231.75 0.31% 0.05% 0.00% 1.84% 5.68% 8934.1232 20517.14 1058221.69 1.94% 0 1933.3136 4082.30 11985.24 1161825.17 1628083.97 0.35% 0.74% 82 83 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 17 Juli 1995 dari Ayah Harry Nuranto dan Ibu Ning Aliah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Siwalan Kerto III Surabaya tahun 2000-2006. Setelah itu menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 22 Surabaya tahun 2006-2009 dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 15 Surabaya tahun 2009-2012. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2012, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama jadi pelajar, penulis aktif dalam kegiatan pramuka dan drum band pada tahun 2004-2006. Pada periode 2009-2012 penulis aktif dalam kegiatan paskibra selama tiga tahun dan aktif sebagai atlet softball selama dua tahun. Selama jadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjadi staff divisi Internal Deveplopment di himpunan profesi Resources and Enviromental Economics Student Association (REESA) periode tahun 2013-2014. Penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi Internal Deveplopment periode tahun 2014-2015. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan baik lingkup departemen atau fakultas. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2016 dan lolos sebagai PKM yang Dibiayai serta pernah menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2014-2016.