BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Menurut Prof. Simon Kuznets dalam Jhingan (2002), mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan
suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi
kepada penduduknya”. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi serta penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.
Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
1
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi, sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan memengaruhi
secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara (daerah). Hal ini bukan saja
karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan
berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya
manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan
pembangunan suatu negara. Hampir semua negara berkembang menghadapi
masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh
rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf
yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan
yang relatif kurang memenuhi syarat.
Pendekatan di dalam analisis hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan
ekonomi menggunakan beberapa model, baik yang langsung maupun tidak
langsung menghubungkan indikator pendidikan dan indikator ekonomi, seperti
model fungsi produksi. Hal inilah yang menyebabkan teori Human Capital
percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan
produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya
2
hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan
diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan bekerja. Sebagian besar ahli
ekonomi sepakat bahwa sumber daya manusia (Human Resource) dari suatu
bangsa sebagai penentu dalam percepatan pembangunan sosial dan ekonomi
bangsa yang bersangkutan.
Isu mengenai sumber daya manusia (Human Capital) sebagai input
pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada
tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara
dengan mengisolasi dua faktor, yaitu:(1) pentingnya skala ekonomi dan (2)
pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang
sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah mempunyai peran aktif dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan agar SDM yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan
negara maupan daerah. Sebagai salah satu usaha pemerintah untuk memajukan
pendidikan yaitu dengan mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun.
Hal ini diatur dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, tidak boleh ada drop out karena alasan
biaya. Jika hal ini terjadi, pemerintah dianggap telah mengingkari amanat UU dan
mengingkari tugas bangsa. Karena dalam ketetapan pemerintah 20 persen dari
APBN dialokasikan pada sektor pendidikan.
3
Peningkatan pembangunan manusia meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Peningkatan pembangunan manusia dapat dicermati dari besar
kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Apabila IPM mengalami
kenaikan, maka tingkat kesejahteraan masyarakat mengalami kenaikan. Jika
tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, jumlah penduduk miskin menjadi
berkurang dari segi kuantitas maupun kualitas.
Pengukuran variabel pembangunan manusia (Human Development)
meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, dan kemampuan daya beli
masyarakat.
Variabel
tersebut
diketahui
mampu
meningkatkan
human
development index suatu negara. Angka melek huruf ditingkatkan melalui
peningkatan sarana prasarana, pelaksanaan program pendidikan yang jelas,
konsekuensi pelaksanaan kebijakan yang terkait pada pengeluaran pemerintah di
bidang pendidikan. Kebijakan memajukan pendidikan bagi orang miskin
dikombinasikan dengan usaha pemerintah untuk menarik investor dari luar negeri
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Perkembangan pendidikan di D.I. Yogyakarta memperlihatkan bahwa tiap
tahun, dari tahun 2004 sampai tahun 2013 berada pada peringkat 4 besar di
Indonesia. Tingginya tingkat pendidikan di D.I Yogyakarta seharusnya
memperlihatkan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat,
sehingga
jumlah
penduduk miskin menjadi berkurang dari segi kuantitas maupun kualitas. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi akan tumbuh lebih tinggi dari yang lain. Hal
tersebut diperlihatkan dari gambar di bawah ini.
4
Tabel 1.1 Peringkat Pendidikan D.I. Yogyakarta, 2004-2012
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tingkat Pendidikan DIY
8,2
8,4
8,5
8,59
8,71
8,78
9
9,2
9,6
Peringkat di Indonesia
3
4
4
4
4
4
4
4
4
Sumber : BPS dan SUSENAS (diolah)
Peringkat pendidikan di D.I. Yogyakarta mengalami kenaikan selama 20
tahun terakhir. Hal ini bisa dikaitkan dengan banyaknya universitas di D.I
Yogyakarta. Sehingga kemampuan dalam bidang pendidikan lebih tinggi di
banding dengan yang lain.
Dikutip dari David Bloom (2006), sekretaris umum UN Kofi Annan
menyatakan bahwa:”Universitas menjadi bagian utama bagi pembangunan sebuah
negara baru. Lulusan universitas membantu pembangunan sesuai dengan keahlian
nya, yakni menganalisis permasalahan yang dihadapi dengan lebih baik,
memperkuat lembaga dalam negeri, penguasaan yang lebih baik bagi pelayanan
masyarakat, dan kepedulian terhadap hak asasi manusia, serta ketersediaan
pendidikan untuk berperan aktif pada peningkatan lulusan pendidikan.”
5
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi D.I Yogyakarta, 2004-2013
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tingkat Pertumbuhan DIY
5,1
4,73
3,7
4,31
5,03
4,43
4,88
5,17
5,32
5,40
Nasional
5.03
5.69
5.5
6.35
6.01
4.58
6.2
6.46
6.23
5.78
Sumber : BPS (diolah)
Secara umum, kinerja pembangunan D.I Yogyakarta mengalami
peningkatan. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5,10 persen pada tahun 2004
menjadi
5,32 persen pada tahun 2012. Secara nasional, andil PDRB D.I.
Yogyakarta menempati peringkat ke-20. Sementara laju pertumbuhan ekonomi
D.I. Yogyakarta mencapai 0.02 persen dan berada pada urutan ke-22 secara
nasional. Laju pertumbuhan ekonomi D.I. Yogyakarta tahun 2013 mencapai 5.40
persen dan berada di urutan ke-24 di antara lain secara nasional (Berita resmi
statistik D.I. Yogyakarta, 2014).
Teori ekonomi Neo-Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh kemampuan untuk meningkatkan kegiatan produksinya, sedangkan kegiatan
produksi tidak hanya ditentukan oleh potensi yang bersangkutan, tetapi juga
ditentukan pula oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antardaerah.
Menurut model Solow-Swan menyatakan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
akan sangat ditentukan melalui unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi modal,
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.
6
Teori Human Capital sendiri menyatakan pendidikan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. Teori ini menganggap pertumbuhan penduduk
ditentukan oleh produktivitas perorangan. Jika setiap orang memiliki penghasilan
lebih tinggi karena pendidikannya lebih tinggi, maka pertumbuhan ekonomi
penduduk dapat ditunjang.
Kondisi di D.I. Yogyakarta justru memperlihatkan kebalikan dari teori
Neo-Klasik, teori Solow-Swan, ataupun teori Human Capital yakni nilai Human
Capital diperlihatkan dari data pendidikan berada pada peringkat ke-4 dari 33 di
Indonesia. Berdasarkan teori seharusnya nilai pertumbuhan ekonomi di D.I.
Yogyakarta lebih tinggi dari yang lainnya. Namun justru tingkat pertumbuhan
ekonomi di D.I. Yogyakarta berada pada peringkat ke-24 dari 33 di Indonesia.
Sejak tahun 1999, United Nations Development Program (UNDP)
mengenalkan konsep pengukuran mutu modal manusia yang diberi nama Human
Developmen Index atau disebut IPM (Indeks Pembangunan Manusia).
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memungkinkan naiknya output
dan pendapatan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Secara khusus, IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
komponen dasar kualitas hidup. IPM ini merupakan indeks komposit atas 3
indeks, yaitu:
1. Indeks harapan hidup, sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan
sehat (longevity)
2. Indeks pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan
(knowledge)
7
3. Indeks standar hidup layak, sebagai perwujudan dimensi hidup layak
(decent living)
Dalam studi ini, indeks yang digunakan adalah indeks pendidikan.
Perhitungan indeks pendidikan menggunakan dua indikator, yaitu: angka melek
huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (Yos). Angka melek huruf adalah
presentase dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis
dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata
jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh
jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang dijalani. Indikator ini
dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat
pendidikan yang sedang ditamatkan tingkat pendidikan yang sedang diduduki
(Eko Budiriyanto, 2011:8).
Dalam studi ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh human capital yang
digambarkan dari sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Data yang
digunakan data kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dari tahun 1990- 2013.
Menurut Barro dan Sala-i-Martin (1995) indikator ukuran tingkat
pertumbuhan ekonomi setidaknya ada dua, yaitu:.
a. Modal awal (initial outlays) yang dimiliki oleh suatu negara yaitu berupa
ketersediaan sumber daya modal. Ada dua macam sumber daya modal,
yaitu sumber daya modal fisik (physical capital stock) dan sumber daya
modal insani (human capital stock) diwujudkan dalam bentuk pendidikan
dan kesehatan
b. Yang menjadi variabel kontrol yakni variabel berkaitan dengan
lingkungan pemerintahan atau perusahaan seperti rasio konsumsi
pemerintah terhadap produk domestik bruto (pdb), harga minyak mentah,
perubahan nilai tukar (exchange rate), angka kelahiran, stabilitas politik
dan hukum, tingkat tarif dan lain sebagainya
8
Pada studi ini digunakan pendekatan faktor produksi. Variabel PDRB
kabupaten/kota di D.I. Yogyakarta dijadikan variabel dependent. Variabel ini
melihat ada tidaknya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh
variabel independent yang digunakan.
Variabel independent yang pertama yakni variabel angkatan kerja yang
merupakan bagian dari tenaga kerja baik terlibat atau berusaha untuk terlibat
dalam kegiatan produksi. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan
golongan yang menganggur atau pencari kerja. Variabel independent kedua
adalah variabel pendidikan yang akan dilihat melalui lama rata-rata sekolah.
Pemilihan variabel ini karena variabel melek huruf tidak terlalu peka
menggambarkan variasi yang terjadi antardaerah.
Variabel independent ketiga adalah pengeluaran pemerintah daerah di
sektor pendidikan. Variabel tersebut merupakan dana bantuan pendidikan
pemerintah dalam bentuk belanja yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan
daerah pada barang dan jasa. Beberapa pemerintahan mengartikannya sebagai
belanja konsumsi. Variabel pendidikan dan peraturan pemerintah memengaruhi
produktivitas faktor total sebagai contoh, jika pengeluaran masyarakat yang lebih
tinggi maka mempertinggi mutu pendidikan, para pekerja akan menjadi lebih
produktif dan output akan naik, yang menunjukkan produktivitas faktor total akan
naik (Hubband, et al, 2012).
Studi oleh Edwin Dewan dan Shajehan Hussein (2001) juga memperkuat
kaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja, investasi dan human
9
capital. Human capital yang digunakan dalam studi ini yakni tingkat pendidikan
tenaga kerja dan kesehatan. Data yang digunakan berasal dari 41 daerah
berpendapatan rendah. Metode pendekatan dilakukan dengan fungsi produksi.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Rini Raharti (2003)
memperlihatkan dampak dari pertumbuhan pengeluaran publik bidang pendidikan
serta pertumbuhan investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka
pendek maupun jangka panjang ternyata positif dan signifikan. Sehingga
peningkatan pertumbuhan dalam pengeluaran publik dalam bidang pendidikan di
Indonesia penting dilakukan melihat Indonesia berada pada posisi paling rendah
di banding sesama anggota ASEAN. Peningkatan alokasi subsidi pendidikan juga
perlu diperbaiki terutama untuk mensukseskan program wajib belajar. Selain itu,
alokasi subsidi pendidikan yang lebih baik dan tepat sasaran karena ternyata
subsidi untuk pendidikan dasar jauh lebih kecil dibanding untuk pendidikan
tinggi.
Berdasarkan penelitian David Bloom, et al (2006) menyatakan tingkat
pendidikan suatu negara berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara
tersebut. Namun perlu diingat peran serta manajemen dari macroeconomi dalam
negara tersebut misal peran pemerintah dalam pelaksanaan perdagangan bebas
juga turut berpengaruh dalam peningkatan pembangunan ekonomi. Kemampuan
negara mengikuti perkembangan teknologi berperan terhadap kemampuan untuk
memaksimalkan hasil ekonomi. Data yang digunakan adalah data panel. Metode
pendekatan dalam studi ini adalah fungsi produksi codd-douglas.
10
Penelitian yang sama dilakukan oleh Hadi Utomo (2010). Peneliti
mencoba untuk melihat seberapa jauh pengaruh dari pengeluaran pemerintah
untuk sektor pendidikan, jumlah penduduk yang melek huruf, besarnya
pengeluran pemerintah untuk sektor kesehatan, dan ketersediaan fasilitas
kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Metode yang digunkan
Ordinary Least Square dan Engle granger’s Error Correction Model (EG-ECM).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memperlihatkan semua variabel control
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Sanggahan dilontarkan oleh penelitian Bayhaqi (2006) dan Van Leeuwen
dan Foldvari (2008) penelitian mereka menemukan human capital bukan
merupakan faktor yang berkontribusi utama bagi pertumbuhan ekonomi. Berbagai
macam pilihan human capital berdampak pada peningkatan pertumbuhan, yakni
faktor produksi dan menambah faktor teknologi. Van Leeuwen dan Foldvarri
(2008) dan Van der Eng (2010) yang melakukan penelitian di Indonesia
menemukan peran human capital di Indonesia masih terbatas untuk menjadi
faktor produksi dibanding sebagai penambah faktor teknologi.
Penelitian Hanushek dan Woesmann (2008) juga menyatakan ukuran
pencapaian pendidikan tidak dapat menjelaskan secara lebih rinci terkait
pertumbuhan ekonomi. Analisis yang digunakan adalah analisis panel Negara.
Literatur performan dan test number digunakan untuk menganalisis studi ini.
Sanggahan muncul dari penelitian yang dilakukan oleh Isola dan Alani
(2011). Data digunakan dari negara Nigeria dan model pertumbuhan
11
dispesifikasikan ke dalam pertumbuhan GDP sebagai fungsi tenaga kerja dan
modal. Hasil dari penelitian memperlihatkan hanya sedikit pelaksanaan yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan dibanding pendidikan. Padahal kenyataan
justru memperlihatkan pendidikan dan kesehatan adalah komponen pembangunan
yang penting bagi pertumbuhan ekonomi di negara Nigeria.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari teori Neo-Klasik, teori Solow-Swan ataupun teori human
capital meyakini bahwa pendidikan memberikan kontribusi lebih terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini tidak terjadi di D.I Yogyakarta, nilai human
capital yang diperlihatkan dari data pendidikan menunjukkan peringkat 4 besar
dari 33 di Indonesia, tetapi nilai pertumbuhan ekonomi menunjukkan peringkat
ke-24 dari 33 di Indonesia.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini
akan dibatasi oleh pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah sektor pendidikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta tahun 1990-2013?
b. Apakah pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta
tahun 1990-2013?
12
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat diketahui bahwa penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Menganalisis peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di
D.I. Yogyakarta tahun 1990-2013 melalui sektor pendidikan.
b. Menganalisis peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di
D.I. Yogyakarta tahun 1990-2013 melalui pengeluaran pemerintah di
sektor pendidikan.
1.5 Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa:
a. Pembanding dari studi sejenis di masa yang akan datang.
b. Masukan kebijakan terkait di bidang sektor pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta.
1.6 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan studi ini yaitu:
BAB I PENDAHULUAN: Berisi penjelasan singkat mengenai penelitian yang
akan dilakukan. Latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan akan diuraikan dalam
bagian ini.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Berisi uraian tentang dasar-dasar teori serta
studi terdahulu mengenai pentingnya pendidikan dalam perekonomian suatu
negara serta studi empiris mengenai hal-hal yang mempengaruhi pendidikan
sebagai pendukung atas penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN: Berisi tentang metodologi penelitian
yang berkaitan dengan jenis data, sumber data, model dasar, definisi variabel dan
teknik penaksiran model yang digunakan dalam penelitian ini. Model ekonometri
serta hipotesis penelitian akan diuraikan pada bagian ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN: Menguraikan hasil estimasi dari data dan
kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengolahan data.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN:
Menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil studi dan saran untuk
penelitian selanjutnya serta keterbatasan yang terdapat pada studi ini.
14
Download