Pancasila sebagai Sistem Filsafat

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PANCASILA
Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Manajemen
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Abstract
Kompetensi
Pembahasan ini bertujuan untuk
memahami Pancasila sebagai system
filsafat dan hakikat sila-sila Pancasila
Mahasiswa mampu memahami tentang
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
MODUL 7
A.
: Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pengertian Filsafat
Secara etimologi, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu : philosophia, philo /
philos / philein yang artinya cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang berarti kebijakan /
wisdom / kearifan / himah / hakikat kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan kebijakan
atau hakikat kebenaran.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara
metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal, untuk mencari hakikat sesuatu. Pada
umumnya, terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat
sebagai pandangan hidup.
Demikian pula dikenal ada filsafat dalam arti teoritis dan
filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi
dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi bangsa Indonesia di manapun mereka berada.
Nilai-nilai sebagai hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kehidupan yang
dianggap paling baik bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila, baik sebagai filsafat
maupun sebagai pandangan hidup.
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung
dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami
segala sesuatu dalam mencari kebenaran.
Berpikir aktif dalam mencari kebenaran
adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.
pemikiran
yang
sedalam-dalamnya
tentang
Ajaran filsafat merupakan hasil
kesemestaan,
secara
mendasar
(fundamental dan hakiki).
Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau system
nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang
2015
2
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dianut suatu masyarakat atau bangsa dan Negara. Filsafat demikian telah berkembang
dan terbentuk sebagai suatu nilai yang melembaga sebagai suatu paham seperti
kapitalisme, komunisme, sosialisme, nazisme, fasisme, theokratisme, dan sebagainya
yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan Negara modern.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan yang
mendasar. Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat
realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan
manusia dan logika. Sebaliknya filsafat yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan
(sektoral, frakmentaris) tak dapat disebut system filsafat melainkan hanya ajaran filosofis
seorang ahli filsafat.
Aliran-aliran utama yang ada sejak dahulu sampai sekarang, meliputi sebagai berikut :
a.
Aliran Materialisme
Aliran materialisme mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk makhluk
hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi dan terikat
pada hukum alam, yaitu hukum sebab akibat yang bersifat obyektif.
b.
Aliran Idealisme/Spiritualisme
Aliran idealism atau spiritualisme mengajarkan bahwa idea tau spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subyek manusia sadar atas realitas dirinya
dan kesemestaan, karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Manusia yang tak sadar
atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi hakikat diri
dan kenyataan ialah akal budi (ide dan spirit).
c.
Aliran Realisme
Aliran realism menggambarkan bahwa kedua aliran di atas, materialisme dan edealisme
yang bertentangan itu, tidak sesuai dengan kenyataan.
Sesungguhnya realitas
kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan
seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, mereka hidup berkembang
biak, kemudian tua, akhirnya mati.
Pastilah realitas demikian lebih daripada materi.
Karenanya, realitas itu adalah paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non
materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khususnya pada manusia, tampak dalam gejala
daya pikir, cipta, dan budi. Jadi realism merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah
materi dengan non-materi.
2015
3
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B.
Filsafat Pancasila
Apabila kita berbicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, filsafat
sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Keduanya akan berguna bagi
ideologi Pancasila.
Filsafat sebagai metode menunjukkan cara berpikir dan cara
mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan
ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai
dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip normative yang berlaku bagi Negara
Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Namun filsafat Pancasila
akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada
bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya. Manusia adalah makhluk
yang khas, yaitu dilengkapi rasio dan kehendak bebas, maka etika atau filsafat moral
merupakan bagian yang penting.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan
dalam suatu system.
Pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau pemikiran yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai
dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila kemudian
dikembangkan oleh soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965.
Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi
budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen) dan Arab (Islam).
Filsafat Pancasila
menurut Soeharto telah mengalami Indonesianisasi. Semua sila dalam Pancasila adalah
asli diangkat dari budaya Indonesia dan selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci ke
dalam butir-butir Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat Pancasila
tidak hanya mengandung pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut
2015
4
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar
hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia
maupun di akhirat.
Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideology yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, antar manusia, manusia dengan masyarakat atau bangsanya,
dan manusia dengan alam lingkungannya. Alasan yang principal mengenai Pancasila
sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a.
Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia menjadi pencipta
serta mengatur penguasa alam semesta
b.
Keseimbangan
dalam
hubungan,
keserasian-keserasian
dan
untuk
menciptakannya perlu mengendalikan diri
c.
Dalam mengatur hubungan, peranandan kedudukan bangsa sangat penting,
Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan nilai sentral
d.
Kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan, serta musyawarah untuk mufakat
dijadikan sendi kehidupan bersama
e.
Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama
Isi pemikiran filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentang Negara, bahwa
Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah
asasi filosofis tentang Negara yang terpusat pada lima masalah keadilan.
a.
Masalah pertama,
Apa Negara itu? Masalah ini dijawab dengan prinsip
kebangsaan Indonesia
b.
Masalah kedua, Bagaimana hubungan antar bangsa/antar Negara? Masalah ini
dijawab dengan prinsip perikemanusiaan
c.
Masalah ketiga, Siapakah sumber dan pemegang kekuasaan Negara? Masalah ini
dijawab dengan prinsip demokrasi
2015
5
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d.
Masalah keempat, Apa tujuan Negara? Masalah ini dijawab dengan prinsip Negara
kesejahteraan
e.
Masalah kelima,
Bagaimana hubungan antar agama dan Negara? Masalah ini
dijawab dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
C.
Hakikat Sila-sila Pancasila
Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang
Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui silasila Pancasila tersebut.
Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya
berikut ini:
-
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya memuat pengakuan akan
eksistensi Tuhan sebagai sumber dan pencipta.
Pengakuan iin sekaligus
memperlihatkan hubungan antara yang diciptakan terhadap yang mencipta.
-
Sila Kedua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, sesungguhnya merupakan
penjabaran lebih lanjut dari sila pertama, Sila ini memperlihatkan secara mendasar
dari Negara atas martabat manusia dan sekaligus komitmen untuk melindunginya.
Manusia, mempunyai kedudukan yang khusus di antara ciptaan-ciptaan lainnya,
mempunyai hak dan kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian, manusia
dengan akal dan budinya mempunyai kewajiban untuk mengembangkan dirinya
menjadi person yang bernilai.
-
Sila Ketiga, Persatuan Insonesia, secara khusus meminta perhatian setiap warga
Negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada Negara, khususnya
dalam menjaga eksistensi Negara dan bangsa.
-
Sila Keempat,
permusyawaratan
demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
dan
perwakilan,
memprlihatkan
pengakuan
segara
serta
perlindungannya terhadap kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim
“musyawarah dan mufakat”. Dalam iklim keterbukaan untuk saling mendegarkan,
2015
6
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mempertimbangkan satu sama lain dan juga sikap belajar serta saling menerima dan
memberi.
Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui dan dilindungi haknya untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik.
-
Sila Kelima,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara istimewa
menekankan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setiap warga Negara harus
bisa menikmati keadilan secara nyata, tetapi iklim keadilan yang merata hanya bisa
dicapai apabila struktur social masyarakat sendiri adil.
Keadilan social, terutama
menurut informasi struktur-struktur social, yaitu struktur ekonomi, politik, budaya dan
ideology kea rah yang lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat.
Susunan secara hirarkies mengandung pengertian bahwa sila-sila Pancasila memiliki
tingkatan berjenjang, yaitu sila yang ada di atas menjadi landasan sila yang ada di
bawahnya. Sila pertama melandasi sila kedua, sila kedua melandasi sila ketiga, sila
ketiga melandasi sila keempat, dan sila keempat melandasi sila kelima.
Pengertian
matematika pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkies sila-sila
Pancasila menurut urut-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya
(kualitas). Dengan demikian diperoleh pengertian bahwa menurut urut-urutannya, setiap
sila merupakan pengkhususan dari sila-sila yang ada dimukanya.
Dalam susunan hirarkies dan pyramidal, sial Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial.
Sebaliknya,
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun,
memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial.
Demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila di dalamnya
mengandung sila-sila lainnya.
Dari setiap sila-sila, kita cari pula intinya. Setelah kita ketahui hakikat dan intinya, maka
selanjutnya kita cari hakikat pokok-pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai
berikut :
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur sikap
dan tingkah laku manusia Indonesia, dalam hubungannya dnegan Tuhan,
masyarakat dan alam semesta.
b. Pancasila sebagai dasar Negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan
2015
7
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bernegara, seperti yagn diatur oleh UUD 1945.
Untuk kepentingan-kepentingan
kegiatan praktis operasional, hal ini diatur dalam Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata urutan Perundang-undangan yaitu sebagai berikut:
c.
1.
UUD 1945
2.
Ketetapan MPR
3.
UU
4.
Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu)
5.
Peraturan Pemerintah
6.
Keputusan Presiden
7.
Peraturan Daerah
Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, dan
merupakan urutan terinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila.
d.
Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kebulatan yang utuh.
e.
Jiwa pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 tercermin dalam pokok-pokok yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945.
f.
Berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 pada pasal-pasalnya.
Hal ini
berarti pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 menjelmakan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan diri jiwa
Pancasila.
g.
Berhubung dengan itu, kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan
berdasarkan Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.
h.
Nilai-nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat Indonesia dan belum
tertampung dalam pembukaan UUD 1945, perlu diselidiki untuk memperkuat dan
memperkaya nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan batang
tubuh UUD 1945 dengan ketentuan sebagai berikut :
2015
8
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Nilai-nilai yang menunjang dan memperkuat kehidupan bermasyarakat dan
bernegara dapat dita terima, asal tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya referendum atau pemilihan
presiden secara langsung.
2. Nilai-nilai yang melemahkan dan bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 tidak dimasukkan sebagai nilai-nilai
Pancasila.
Bahkan harus diusahakan tidak hidup dan berkembang lagi dalam
masyarakat Indonesia, misalnya demonstrasi dengan merusak bangunan/kantor,
penjahat dihakimi massa atau penjarahan.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
dipergunakan sebagai batu ujian dari nilai-nilai yang lain agar dapat diterima sebagai
nilai-nilai Pancasila.
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa
hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara
hubungan tersebut yaitu sebagai berikut :
1.
Hubungan Vertikal
Hubungan vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai
penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungan ini manusia
memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menghentikan
segala larangan-Nya.
Sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari Tuhan Yang
Maha Kuasa, adalah rahmat tidak terhingga yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa dan pembalasan amal baik di akhirat nanti.
2.
Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam
fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa dan warga Negara.
Hubungan
tersebut melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang, seperti pajak yang dibayar
kepada Negara sebagai suatu kewajiban warga Negara, sedangkan hak yang diterima
warga Negara adalah pembangunan infrastruktur sebagai kewajiban Negara terhadap
rakyatnya.
2015
9
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3.
Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala
isinya adalah untuk kebutuhan manusia, namun manusia berkewajiban melestarikan
alam dan kekayaannya, karena alam mengalami penyusutan yang nilai-nilainya makin
lama semakin berkurang, sedangkan manusia yang membutuhkannya makin lama makin
bertambah. Dengan demikian hubungan manusia dengan alam memiliki keseimbangan
antara hak dan kewajibannya sebagaimana hubungan manusia dengan masyarakat dan
Tuhan Yang Maha Kuasa.
2015
10
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
PENDIDIKAN PANCASILA; Edisi Keempat; Pandji Setijo; Grasindo 2010
PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI; Implementasi Nilai-nilai Karakter
Bangsa: Dr. H. Syahrial Syarbani, M.A.; 2014
2015
11
Pancasila
Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download