Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan
penulisan untuk mengadakan suatu penelitian dengan mengumpulkan data yang
relevan dan kemudian menganalisanya berdasarkan obyek yang diteliti.
2.1
Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :
“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang
ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.”
Dengan demikian pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana dampak yang
ditimbulkan dapat berpengaruh terhadap pihak lain, sehingga secara otomatis
kegiatan yang dilakukan dapat langsung berubah tetapi keadaan yang sebenarnya
tetap sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengaruh jika dikaitkan dengan
judul maka suatu daya yang ada atau timbul dari Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan
Size Perusahaan yang membentuk Harga suatu saham.
2.2
Laporan Arus Kas
2.2.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang
wajib di sampaikan oleh perusahaan yang mencatat sahamnya di bursa efek pada
laporan keuangannya. Laporan arus kas sendiri berguna untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas suatu entitas untuk
periode tertentu.
Stice et al. (2007), memberikan definisi Laporan Arus Kas sebagai berikut:
“A statement of cash flows explains the change during period in cash and
cash equivalen .”
Sedangkan menurut Kieso et al. (2011), definisi Laporan Arus Kas adalah:
“The statement of cash flows is a primary statement that reports the cash
receipts, cash payment and net change resulting form the operating, investing
and financial activities of an enterprise during a periode.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas merupakan
laporan utama yang menyajikan informasi mengenai penerimaan kas, pembayaran
kas dan hasil perubahan dalam nilai bersih dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan pada suatu periode tertentu.
2.2.2 Tujuan Laporan Arus kas
FASB (financial accounting standar board) mengusulkan laporan arus kas
digunakan oleh investor, kreditor dan pengguna lainnya untuk menilai hal-hal
berikut:
1. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan Arus Kas dimasa depan.
Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang
memungkinkan untuk memprediksi jumlah, waktu dan ketidak pastian Arus
Kas di masa depan.
2. Kemampuan untuk membayar dividen dan memenuhi kewajibannya. Jika
perusahaan tidak mempunyai jumlah kas yang cukup, maka terdapat
kemungkinan gaji karyawan tidak dapat di bayar, kewajiban tidak dapat
dilunasi dividen tidak dapat dibayar dan peralatan tidak dapat dibeli.
Laporan Arus Kas menunjukan bagaimana kas digunakan dan darimana kas
itu berasal. Karyawan, kreditur, pemegang saham dan pelanggan memiliki
kepentingan dengan laporan ini karena menunjukan arus kas yang terjadi
dalam perusahaan.
3. Alasan perbedaan antara laba bersih dan arus kas operasi. Laba bersih
memberikan informasi tentang keberhasilan atau kegagalan sebuah
perusahaan bisnis dari suatu periode ke periode lainnya.
4. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan nonkas selama
satu periode. Dengan memeriksa kegiatan investasi perusahaan (pembelian
dan penjualan aset selain dari produknya) dan kegiatan pembiayaan
(peminjaman dan pelunasan pinjaman, investasi oleh pemilik dan distribusi
kepada pemilik), seorang pembaca laporan keuangan dapat memahami
dengan lebih baik mengapa aset dan kewajiban bertambah selama satu
periode.
Sedangkan tujuan Laporan Arus Kas menurut Kieso et al. (2011) adalah:
“To provide information about cash receipt and cash disbursements during
the period of the entity. Another aim is to provide information about the
operating, investing and financing entity on the basis of cash.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan arus kas
adalah menyediakan informasi tentang aktivitas operasi, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan dalam satu periode akuntansi yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi bagi pihak yang menggunakannya untuk mengetahui perubahan
arus kas di masa yang akan datang.
2.2.3 Komponen Laporan Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam
tiga kategori utama, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.
2.2.3.1
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang
menghasilkan pendapatan dan beban, kemudian dimasukan dalam penentuan laba
bersih. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan
perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup untuk dapat melanjutkan usahanya.
Definisi menurut Stice et al. (2007) adalah:
“Operating activities include those transaction and events associated with
ekspenses that enter into determination of net income.”
Definisi aktivitas operasi menurut Kieso et al.(2011), yaitu:
“operating activities involve the cash effects of transactions that enter into the
determination of net income, such as cash receipts form sales of goods and
services and cash payments to suppliers and employees to obtain supplies and
to pay expenses.”
Sedangkan menurut PSAK No. 2 tahun 2009 paragraf 05 mendefinisikan
aktivitas operasi sebagai :
“Aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas lain yang bukan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan.”
Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Jumlah
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Beberapa
contoh arus kas dari aktivitas operasi antara lain:
(PSAK No.2 Tahun 2009 Paragraf 13)
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain.
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
4. Pembayaran kas kepada karyawan.
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, kliam, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya.
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali
jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktifitas
pendanaan dan investasi.
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan uuntuk tujuan
transaksi usaha dan perdagangan.
Penyajian laporan arus kas dari aktivitas operasi menurut Stice et al. (2007)
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1
2
The direct method is essentially a rexamination of each income statement item
with objective of reporting how much cash was received or disbursed in
association with item. For example, for the item sales in the income statement,
there is a corresponding item in the cash flow statement called cash collected
from customers. For cost of good sold, the corresponding item is cash paid for
inventory. To prepare the operating activities section using the direct method,
one must adjust each income statenment item for the effect of the accrual.
The indirect method beggin with net income as reported on the income
statement and adjust this accruals amount for any items that do not affect
cash flow. The adjustments are three basic types:
 Revenues and expenses that do not involve cash inflow or out flow.
 Gains and losses associated with investing or financing activities.
 Adjustments for changes in current operating assets and liabilities
that indicated noncash sources of revenues and expenses.
Sedangkan menurut PSAK No.2 tahun 2009 paragraf 17, pelaporan arus kas
dari aktivitas operasi mempunyai metode yaitu:
1
Metode langsung; dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
2
Metode tidak langsung; dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi nonkas, penangguhan atau
akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu
dan masa depan, dan unsur penghasilan.
Dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut menghasilkan jumlah yang
sama yaitu jumlah arus kas bersih yang disediakan atau digunakan dalam aktivitas
operasi dari kedua metode tersebut metode tidak langsung lebih sering digunakan
oleh
sebagian
besar
perusahaan
karena
mudah
digunakan
dan
dapat
merekonsiliasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari aktivitas
operasi.
2.2.3.2
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi, yaitu arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi investasi dari aktiva lancar. Definisi arus kas dari aktivitasi investasi
menurut Kieso et al. (2011) adalah:
“Investing activities include making and collecting loans and acquiring and
disposing of investments (both debt and equity) and property, plant and
equipment.”
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa kegiatan investasi termasuk
membuat dan mengumpulkan pinjaman, mendapatkan dan, melepaskan atau menjual
investasi (baik hutang dan ekuitas) dan properti, bangunan serta peralatan.
Sedangkan menurut PSAK No. 2 Tahun 2009 paragraf 05 dinyatakan bahwa:
“Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.”
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan pengungkapan
terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus
kas masa depan. Beberapa contoh Arus Kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah: (PSAK No. 2 Tahun 2009 paragraf 15)
1
Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan
aset tetap yang dibangun sendiri.
2
Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, serta aset tidak
berwujud dan aset jangka panjang lain.
3
Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
4
Uang muka dan pinjaman yang di berikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang di lakukan oleh lembaga keuangan).
5
Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts,
option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut
dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing are trading), atau apabila
pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
2.2.3.3
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Pengertian arus kas dari aktivitas pendanaan menurut Kieso at al (2011),
yaitu:
“financing activities involve liability and equity items. They include (a)
obtaining resources from owner and providing them with areturn on their
investment and (b) borrowing money from creditors and repaying the amounts
borrowed.”
Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa aktivitas pendanaan
melibatkan kewajiban dan ekuitas serta mencakup (a) perolehan sumber daya dari
pemilik dan menyediakan laba atas investasi mereka dan (b) peminjaman uang dari
kreditur dan membyar jumlah yang dipinjam.
Sedangkan menurut PSAK No.2 Tahun 2009 paragraf 05, Pengertian aktivitas
pendanaan adalah:
“Aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta kompesisi
kontribusi modal dan pinjaman entitas .”
Arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu di lakukan pengungkapan
terpisah karena berguna untuk memprediksi kliam terhadap arus kas masa depan oleh
para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan adalah:
(PSAK No.2 Tahun 2009 paragraf 16)
1. penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya .
2. pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus
saham perusahaan.
3. Penerimaan dari emisi obligasi, pinjaman, wasel, hipotek, dan pinjaman lainnya.
4. Pelunasan pinjaman.
5. Pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease).
2.3
Laba
Tujuan
utama perusahaan pada umunya adalah untuk memperoleh laba,
kecuali lembaga-lembaga atau yayasan non profit. Besarnya laba perusahaan dihitung
dengan semua biaya di dalam suatu periode akuntansi yang sama.
2.3.1 Pengertian Laba
Laba merupakan pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki
berbagai kegunaan. Kebanyakan orang mengaitkannya dengan uang sisa dari
pendapatan setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Laba biasanya mengacu pada surplus atau kelebihan pendapatan
atas biaya (keuntungan netto dari suatu proses produksi).
Soemarso (2004) mendefinisikan laba sebagai berikut:
“Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha
untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu .”
Menurut Sofyan Syafri (2002)
“Laba adalah perbedaan antara revenue yang timbul dari transaksi pada
periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tersebut.”
Sedangkan menurut Robert N. Anthony dan Vijay govindarajan (dalam Gracelia
Magdalena, 2008) Mendefinisikan laba sebagai berikut:
“Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan
pihak manajemen senior dapat menggunakan beberapa indikator (beberapa
diantaranya mengarah kepada hal yang berbeda).”
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bawa laba
merupakan selisih antara pendapatan yang dihasilkan perusahaan atas beban yang
terjadi selama suatu periode tertentu. Besar kecilnya laba ditentukan oleh perusahaan.
Oleh karena itu, laba merupakan alat yang tepat untuk mengukur prestasi dari
pimpinan dan manajemen perusahaan atau dengan kata lain efektivitas dan efisiensi
dari suatu perusahaan secara garis besar dapat dilihat dari laba (profit)
yang
diperoleh.
2.3.2 Pengukuran Laba
Ada dua pendekatan dalam pengukuran laba, yaitu:
1.
Pendekatan transaksi (transaksional approach)
Pendekatan transaksi merupakan pendekatan konvensional yang digunakan
oleh akuntan dalam mengukur laba. Pendekatan ini meliputi pencatatan perubahan
penilaian aset dan liability yang merupakan akibat dari adanya transaksi baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Prosedur umum dalam pendekatan ini adalah
mencatat pengukuran dan penilaian revenue dan expenses yang didapat dari transaksi
dan membandingkannya selama periode tertentu. Pendekatan transaksi ini
mempunyai beberapa keuntungan, seperti yang di kemukakan oleh Eldon S.
Hendrikson (2000), yaitu:
a. Komponen laba bersih dapat diklarifikasi dengan beberapa cara seperti
menurut produk atau kelompok pelanggan, guna memperoleh informasi
yang lebih berguna bagi manajemen.
b. Laba yang timbul dari berbagai sumber seperti dari operasidean dari sebabsebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh laba tersebut dapat
diukur.
c. Pendekatan ini memberikan dasar untuk penentuan jenis serta kuantitas
aktiva dan kewajiban yang ada pada akhir periode.
d. Efisiensi bisnis mensyaratkan pencatatan transaksi eksternal untuk tujuantujuan lain.
e. Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling melengkapi agar dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam atas data yang mendasari.
2.
Pendekatan aktivitas (activities approach)
Pendekatan aktivitas merupakan pendekatan laba yang lebih memfokuskan
pada deskripsi aktivitas dari perusahaan, laba diasumsikan diperoleh dari aktivitas
tertentu perusahaan, misalnya pada saat perencanaan, pembelian, produksi dan proses
penjualan. Perbedaan utama dengan pendekatan transaksi adalah pendekatan aktivitas
berdasarkan pada konsep aktivitas dunia nyata (real world concept of activities) atau
peristiwa secara garis besar, sedangkan dalam pendekatan transaksi berdasarkan
proses pelaporan yang mengukur peristiwa eksternal yaitu transaksi . pendekatan
aktivitas juga memiliki keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Eldon S.
Hendriksen (2000), yaitu :
“Pendekatan ini memungkinkan pengukuran beberapa konsep laba yang
berbeda-beda, yang dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda.”
2.3.3 Kegunaan laba
Laba merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, oleh karena itu
memperoleh laba adalaha tujuan utama setiap badan usaha. Informasi mengenai laba
perusahaan merupakan informasi yang penting, baik pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan. Laba mempunyai peran yang penting antara lain:
1. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pajak.
2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran dividen kepada
pemegang saham.
3. Laba dijadikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan
pengambilan keputusan .
4. Laba dijadikan dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya dimasa yang akan datang.
5. Laba dijadikan dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
Tujuan pelaporan laba menurut Eldon S Hendriksen (dalam Babay Akhirudin,
2007) adalah sebagai berikut:
“Tujuan umum pelaporan laba adalah bahwa laba haruslah merupakan hasil
penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.
Karena laba akuntansi didasarkan pada konsep seperti realisasi pendapatan
dan konsep penandingan (matching) beban dengan pendapatan, maka umunya
dianggap bahwa kegiatan utama perusahaan secara keseluruhan.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pelaporan laba adalah
untuk memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Tujuan khususnya,
yaitu sebagai pengukuran efisiensi manajemen, untuk meramalkan kondisi usaha dan
diistribusi dividen di masa yang akan datang, dan sebagai pengukuran keberhasilan
serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.
Jika dilihat betapa pentingnya informasi laba, maka tidak ada jalan lain bagi
perusahaan atau individu yang bertindak sebagai investor, harus menguasai informasi
laba tersebut. Penguasaan akan informasi laba ini dapatlah dimulai dengan konsep
laba itu sendiri, karena banyak ahli dari berbagai sudut pandang memberikan
penjelasan mengenai laba berdasarkan bidangnya masing-masing.
2.3.4 Laba Kotor
Laba kotor merupakan keuntungan perusahaan dari penjualan barang
dagangan sebelum dikurangi beban operasional, seperti gaji, sewa dan biaya
pengiriman. Laba kotor mudah dihitung dan dapat menyediakan informasi mengenai
peforma suatu perusahaan. Beberapa pengertian laba kotor dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti yang di definisikan oleh Stice et al (2007) yaitu:
“Gross profit or often referred to as gross margin is definedas the diference
betwen the cost of good sold to sales.”
Selain itu menurut Kieso et al. (2011), yang dimaksud dengan laba kotor
adalah:
“Gross profit is the profit earned from net sales minus cost of goods sold
(COGS). Gross profit provides a useful number for evaluating the
performance of the company and asset future earning.”
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba kotor (gross profit)
adalah hasil dari penjualan bersih yang dikurangi dengan harga pokok penjualan.
Laba kotor sering disebut dengan gross profit margin.
Laba kotor menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan dan menilai laba masa depan. Suatu studi atas kecenderungna laba kotor
dapat memperlihatkan seberapa sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya; studi
serupa juga dapat menjadi dasar untuk memahami bagaimana margin laba telah
berubah akibat tekanan persaingan.
2.4
Size Perusahaan
Size perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin
besar suatu perusahaan, maka semakin banyak modal yang ditanamkan, lebih mudah
memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan dapat
membayar bunga yang lebih rendah untuk dana yang di pinjam. Menurut Sudarmadji
dan Sulartono (dalam Rhaisya, 2012), terdapat berbagai proksi yang biasanya
digunakan untuk mewakili size perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah
penjualan dan kapitalisasi pasar.
Daniati dan Suhairi (2006) menyatakan bahwa size perusahaan adalah:
“Salah satu tolok ukur yang menunjukan besar kecilnya perusahaan adalah
aktiva dari perusahaan tersebut.”
Sedangkan menurut Widjaya (2009) yang dimaksud dengan size adalah
“Suatu ukuran yang menunjukan besar kecilnya suatu perusahaan , antara lain
total ekuitas rata-rata tingkat penjualan total aset .”
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai size
perusahaan, yaitu suatu tolok ukur yang dimiliki satu perusahan dan dapat dihitung
berdasarkan total ekuitas, rata-rata penjualan dan total aset.
2.5
Saham
Untuk mendayakan kelebihan kas yang menganggur agar memberikan
keuntungan, banyak investor yang menanamkan uangnya kedalam surat berharga
seperti obligasi dan saham. Investasi dalam saham merupakan aktiva bagi investor.
Investasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh dividen dan menjual saham
dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada saat membeli saham
tersebut yang disebut dengan capital gain. Ada juga beberapa investor lainnya yang
melakukan investasi dalam saham dengan tujuan untuk mempengaruhi atau yang
mengandalkan suatu perusahaan. Menurut Rusdin (2008) saham merupakan:
“Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan.”
Menurut Sitompul (2000) saham merupakan:
“Bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan, dimana bukti kepemilikan ini
terkait dalam dua bentuk yaitu saham yang dikeluarkan atas nama pemiliknya
dan saham yang tidak mencantumkan nama pemiliknya.”
Sedangkan dalam bukunya Principles of managerial finance, Gittman (2003)
menyatakan:
“ A firm can obtain equity, or ownership, capital by selling either common or
pefered stock. All corporation initially issuecommon stock to raise equity
capital. Some of these firm later issue either additional common stock or
prefered stock to raise more equity capital.”
Dari ke tiga definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
saham mempunyai nilai nominal oleh karena itu memiliki nilai ekonomis. karena
mempunyai nilai ekonomi, maka saham dapat diperjual belikan baik melalui pasar
saham ataupun secara langsung kepada masyarakat. Perwakilan kepemilikan
seseorang tercermin dalam sedikit banyaknya lembar saham yang dimiliki. Semakin
banyak lembar saham yang dimiliki maka semakin besar derajat kepemilikannya.
Saham yang dikeluarkan perusahaan juga merupakan bukti penyertaan
pemegang saham kedalam perusahaan yang memiliki hak atas sebagian harta
perusahaan. Selain itu juga pemegang saham, selaku pemilik berhak untuk turut
ambil bagian dalam menentukan jalannya perusahaan seperti dalam pemilihan
direksi, menyetujui perubahan anggaran dasar pemegang saham, juga berhak atas
pembagian laba apabila Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan
pembagian dividen perusahaan.
2.5.1 Karakteristik dan Resiko Saham
Saham memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b) Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote).
c) Memilik hak terakhir dalam pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan
tersebut dilikuidasi, setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
d) Memiliki tanggung jawab terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya.
e) Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
Selain kelima karakteristik di atas saham juga dikenal dengan karakteristik
high risk high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberi
peluang keuntungan tinggi
namun juga
berpotensi risiko
tinggi.
Saham
memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan. Namun seiring
dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal
mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.
Risiko potensial yang dapat dialami pemodal dengan kepemilikan sahamnya,
adalah:
a. Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan
keuntungan dan mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam RUPS
untuk membagikan dividen. Dengan demikian kesempatan pemegang saham
untuk memperoleh dividen di tentukan oleh kinerja perusahaan.
b. Menderita capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya ada kalanya pemodal
harus menjual saham dengan harga beli. Dengan demikian pemodal
mengalami capital loss.
Disamping risiko diatas, pemegang saham juga masih dapat menghadapi
risiko-risiko lain, yaitu:
a)
Perusahaan bangkrut atau likuidasi
Jika perusahaan bangkrut maka tentu saja hal tersebut akan berakibat
langsung pada saham perusahaan
tersebut. Dalam kondisi perusahaan
dilikuidasi, maka para pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah
dari pada kreditur atau pemegang obligasi, artinya pemegang saham akan
menerima dividen setelah semua aset dijual untuk membayar kewajiban pada
pemegang obligasi.
b) Saham delisting di bursa
Risiko lain yang dihadapi para pemodal adalah saham perusahaan
dikeluarkan dari bursa efek (delisting). Suatu saham di delist dari bursa saham
karena kinerja yang buruk. Saham yang telah di delist tentu saja tidak dapat
lagi diperdagangkan dibursa, namun tetap diperdagangkan dii luar bursa
dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual
biasanya harganya jauh dari harga sebelumnya.
2.5.2 Jenis - jenis Saham
Menurut Rusdin (2008) saham berdasarkan cara peralihan, dibedakan
menjadi:
“Saham atas unjuk (bearir stock) dan saham atas nama (registered stock).”
Jenis-jenis saham di atas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Saham atas unjuk (bearir stock)
Adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah di pindah
tangan kan agar dari satu investor ke investor lain.
2. Saham atas nama (registered stock)
Adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Dimana cara
peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat
nama daftar pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut
dengan mudah mendapat penggantinya.
Masih menurut Rusdin (2008) saham berdasarkan manfaat yang diperoleh
pemegang saham , dibedakan menjadi :
“Saham biasa (CS) dan saham luar biasa (PS).”
Jenis-jenis saham diatas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Saham biasa
Merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk
memperoleh dana dari masyarakat dan juga jenis yang paling popular di pasar modal.
Saham biasa memiliki karakteristik seperti:
a) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.
b) Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain
yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c) Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan di setujui di dalam
RUPS.
d) Hak tanggung jawab terbatas.
e) Hak memesan efek terkebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan
pada masyarakat.
2. Saham istimewa
Saham istimewa adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan
saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham
istimewa sama dengan saham biasa karena tidak memilik tanggal jatuh tempo dan
juga mewakili kepemilikan dari modal. Dilain pihak, saham istimewa sama dengan
obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku saham, memiliki klaim
atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat di pertukarkan
dengan saham biasa.
Karakteristik saham istimewa adalah :
a. Pembayar dividen pada jumlah tetap.
b. Hak klaim lebih dulu dibandingkan saham biasa jika perusahan di
likuidasi.
c. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.
2.5.3 Harga saham
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya
sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar
bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau
menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya semakin banyak investor
yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak
turun. Turun atau naiknya saham ini merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh investor yang terlibat dalam pasar modal, ataupun manajemen
perusahaan publik yang sahamnya diperjualbelikan di pasar modal, sebab indikasi
harga saham dapat pula dijadikan ukuran nilai suatu perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2000) menjelaskan ada beberapa nilai yang berhubungan
dengan saham yaitu:
“Nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik
(intrinsic value).”
1. Nilai buku
Nilai buku merupakannilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten.
Untuk menilai nilai buku suatu saham diperlukan beberapa nilai yang berhubungan
dengan nilai buku tersebut, diantaranya:
a) Nilai nominal (par value), yaitu nilai dari suatu saham yang merupakan nilai
kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
b) Agio saham, merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada
perusahaan dengan nilai nominal seharusnya.
c) Nilai modal disetor (paid in capital) , merupakan total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham
preferen atau saham biasa.
d) Saldo laba (retained earning), merupakan laba yang tidak di bagikan kepada
pemegang saham.
e) Nilai buku per lembar saham, menunjukan aktiva bersih (net aset) yang dimiliki
oleh pemegang saham dengan memilikisatu lembar saham.
2. Nilai pasar
Merupakan harga dari saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang di tentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini di tentukan oleh penawara dan
permintaan saham di pasar bursa.
3. Nilai intrinsik
Bisa di sebut juga nilai fundamental, merupakan nilai yang seharusnya atau
sebenarnya dari suatu saham yang di perdagangkan. Dua macam analisis yang
digunakan untuk menentukan nilai intrinsik dari saham adalah analisis sekuritas
fundamental (fundamental security analisis) dan analisis teknikal (technical
analysis).
2.5.4 Penilaian Harga Saham
Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua pendekatan yang
sering digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1.
Analisis fundamental
Husnan (2005) menyatakan bahwa:
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, dan (ii) menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.”
Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat
mempengaruhi harga saham. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek
fundamental perusahan yang bersifat kuantitatif. Model ini seringkali di sebut dengan
price earning ratio (PER).
2.
Analisis teknikal
Husnan (2005) menyatakan bahwa:
“Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harganya diwaktu yang lalu. Pemikiran yang
mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan
informasi relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan
harga di waktu yang lalu, (iii) karenanya perubahan harga saham akan
mempengaruhi pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.”
Berbeda
memperhatikan
dengan
pendekatan
faktor-faktor
fundamental,
fundamental
(seperti
analisis
teknikal
kebijakan
tidak
pemerintah,
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan laba, tingkat bunga dan sebagainya) yang
mempengaruhi harga saham.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa semua hal seperti kondisi
ekonomi, politik, fundamental, dan lain-lain sudah tercermin pada harga pasar saham.
Analisis teknikal merupakan pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham
di kemudian hari. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk
menentukan kapan untuk membeli atau permintaan dan kapan akan menjual atau
penawaran.
2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu:
1. Pengaruh Eksternal
a) Penawaran dan permintaan
Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh interaksi antara penawaran dan
permintaan. Jumlah penawaran dan permintaan tersebut akan mencerminkan
kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada
umunya harga saham akan mengalami penurunan dan sebaliknya.
Kekuatan pasar juga dapat diilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual.
Bagi investor yang merencanakan investasi jangka pendek maupun jangka panjang,
perlu diketahui tingkat likuiditas suatu efek dan posisinya di suatu pasar, apakah efek
tersebut banyak diminati masyarakat atau tidak.
b) Tingkat efisiensi pasar modal
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang sekuritas sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat harga baru
tercermin dalam sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Penyampaian
informasi yang sangat sempurna menghalangi investor manapun untuk memperoleh
laba ekonomi yang didapat dengan cara memanipulasi informasi yang ada.
c) Tingkat risiko
Ada tiga tingkat resiko yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa,
yaitu:
1) Resiko negara (country risk) merupakan resiko secara umum dalam
melakukan investasi di suatu negara. Keadaan negara yang stabil akan
memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan keadaan
negara yang tidak stabil.
2) Risiko pasar (market risk), merupakan suatu resiko perusahaan yang
bergerak pada suatu pasar tertentu. Pasar yang sudah dipenuhi oleh
pemain bursa akan lebih beresiko daripada pasar yang lebih sedikit
pemainnya.
3) Risiko perusahaan (company risk),
terdiri atas resiko usaha dan
(businese risk ) dan risiko keuangan (financial risk), Risiko usaha
adalah risiko yang harus dihadapi jika perusahaan menggunakan
modal ekuitas tanpa membuka utang. Risiko keuangan merupakan
risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham karena perusahaan
menggunakan dana dari luar.
d) Tingkat inflasi suatu Negara
Tingkat pengembalian investasi atas saham disebut sebagai tingkat
pengembalian nominal. Namun tingkat pengembalian tersebut tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya, karena ada pengaruh dari faktor inflasi. Tingkat
pengembalian normal setelah dikurangi tingkat
inflasi merupakan tingkat
pengembalian investasi yang riil dan benar-benar diperoleh investor.
e) Tingkat pajak
Pada sejumlah negara, terdapat pengenaan pajak terhadap capital gain yang
diperoleh investor, dengan tarif yang relatif tinggi. Hal ini akan menjadi
pertimbangan investor dalam melakukan investasinya. Di indonesia, pajak atas
transaksi di bursa ditetapkan pada saat penjualan dan dibayar dimuka tanpa melihat
keuntungan dan kerugian atas investasi tersebut.
2. Prilaku Investor
Investor yang masuk ke lantai bursa memiliki berbagai motif dan tujuan
dalam melakukan investasinya. Jika ditinjau dari segi tujuannya, investor dapat dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Investor yang bertujuan memperoleh dividen.
Kelompok ini mencari perusahaan-perusahaan yang sudah sangat
stabil, harapan kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen yang
cukup dan sudah terjamin setiap tahunnya.
2. Investor yang bertujuan berdagang.
Kelompok ini dalam membeli saham bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual
saham tersebut.
3. Investor yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan.
Bagi kelompok ini, yang paling penting adalah keikutsertaan mereka
sebagai pemilik perusahaan. Para investor ini cenderung memilih
saham yang sudah memiliki nama baik. Kelompok ini tidak aktif
dalam perdagangan bursa.
4. Investor yang bertujuan spekulasi.
Kelompok investor ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang
belum berkembang, tetapi diyakini akan berkembang baik. Pada
umunya kegiatan pasar modal, para spekulator memiliki peranan untuk
meningkatkan aktifitas pasar sekaligus meningkatkan likuiditas saham.
3. Kinerja Keuangan Emiten
Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam
penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena kinerja keuangan
emitan merupakan faktor yang paling objektif dan cukup representatif untuk
menggambarkan harga saham perusahaan.
Kinerja keuangan emiten sering diukur dengan menggunakan informasi
keuangan yang dihasilkan selama satu periode tertentu yang tercermin pada laporan
keuangannya. Informasi keuangan inilah yang sering digunakan investor untuk
menilai harga saham dan membantu dalam pengambilan keputusan investasi.
2.5.6. Perubahan harga saham
Perubahan harga saham di bursa efek indonesia ditentukan oleh pasar yang
tergantung oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Perusahaan yang memiliki
kinerja keuangan yang baik sahamnya cenderung diminati oleh investor, oleh karena
itu harga saham akan bergerak naik. Sebaliknya, jika minat investor rendah untuk
membeli saham maka harganya akan turun. Dalam jangka panjang, kinerja keuangan
perusahaan emiten dan pergerakan harga saham umunya akan bergerak searah.
Perubahan harga saham menurut Jogiyanto(2003) adalah:
“Perubahan harga saham merupakan kenaikan atau penurunan dari harga
saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi harga
saham kemudian dibandingkan dengan harga saham setahun sebelumnya.”
Harga dari surat berharga mencerminkan penilaian investor terhadap proyek
laba perusahaan di masa mendatang, termasuk didalamnya penilaian terhadap kualitas
manajemen.
2.6
Pengaruh Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan
Size Perusahaan Terhadap Harga Saham
2.6.1 Pengaruh Informasi Komponen Laporan Arus Kas Terhadap Harga
Saham
Aktivitas usaha suatu perusahaan baik langsung maupun tidak langsung akan
terkait dengan kas sehingga kinerja perusahaan akan dapat terlihat dari mutasi-mutasi
yang terjadi dalam kas. Penambahan kas merupakan peningkatan aktiva yang
selanjutnya meningkatkan nilai perusahaan.
2.6.1.1
Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham
Arus kas operasi merupakan cerminan dari mutasi-mutasi kas yang timbul
karena kegiatan utama perusahaan seperti yang telah disebutkan di muka.
Peningkatan arus kas operasi menunjukan meningkatnya penghasilan perusahaan
sehingga investor tertarik untukmelakukan investasi yang akan mempengaruhi
permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan permintaan
saham ini selanjutnya akan meningkatkan harga saham.
2.6.1.2
Pengaruh Arus Kas Investasi terhadap Harga Saham
Pengumuman investasi yang baru mempunyai pengaruh positif terhadap
saham, karena peningkatan investasi akan memberikan arus kas yang lebih besar
dimasa yang akan datang. Sehingga pengeluaran kas untuk investasi akan ditanggapi
positif oleh investor yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham. (Miller dan
Rock dalam Widodo, 2003). Indrayanti (2007) dan Rona (2009) memperlihatkan
hasil penelitian bahwa AKI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) dan Simanullang
(2009) memperlihatkan hasil yang berbeda, AKI terbukti tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
2.6.1.3
Pengaruh Arus Kas Pendanaan terhadap Harga Saham
Hubungan antara aliran kas dari pendanaan dengan harga saham dijelaskan
di dalam penelitian Tjiptowati (2008) yang menjelaskan hubungan antara arus kas
pendanaan dengan saham. Berdasar asumsi tentang informasi asimetris yang dimiliki
antara manajer dan investor atau pihak luar perusahaan, penerbitan utang merupakan
signal yang baik untuk menaksir arus kas karena pemilik dapat mempertahankan
kepemilikannya dari pada menerbitkan saham. Berdasarkan teori ini, pasar akan
bereaksi positif terhadap pengumuman penerbitan utang. Adapun peneliti terdahulu
yang berhasil membuktikan bahwa AKP berpengaruh terhadap harga saham adalah
Indrayanti (2007). Bertentangan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2009), Simanullang (2009) dan Rona (2009) memperlihatkan bahwa AKP
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2.6.2
Pengaruh Laba Kotor Terhadap Harga Saham
Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan
cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan yang
untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke
pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan
dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual.
Febrianto (2005) dalam penelitiannya yang menguji angka laba mana
antara laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang direaksi lebih kuat oleh investor
dan seberapa signifikan perbedaan reaksi pasar terhadap ketiga angka laba tersebut.
Penelitian Febrianto (2005) ini menyimpulkan bahwa angka laba kotor lebih mampu
memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan harga saham. Laba
kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening cost barang terjual
menentukan daya saing produk dipasar. Manajemen pasti berusaha untuk
mengendalikan biaya tersebut pada tingkat yang rendah agar produk bisa dijual
dengan harga yang kompetitif. Rekening yang membentuk cost barang terjual pun
relatif bebas dari pilihan metode akuntansi, jikapun ada itu hanya pilihan antara FIFO
dan LIFO yang didalam penelitian dibuktikan tidak mempengaruhi keputusan
investor dan masalah pembebanan biaya overhead pabrik yang sebenarnya tidak
terlalu mengubah nilai akhir cost barang terjual. Metode ABC dan Just in Time
misalnya adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan cost
barang terjual.
Dalam penyusunan laporan laba rugi, laba kotor dilaporkan lebih awal dari
dua angka laba lainnya, artinya perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih
sedikit komponen pendapatan dan biaya dibanding angka laba lainnya. Karena
semakin detail perhitungan suatu angka laba akan semakin banyak pilihan metode
akuntansi sehingga semakin rendah kualitas laba.
2.6.3
Pengaruh Size Perusahaan terhadap Harga Saham
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus
kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif
lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
asset yang kecil (Indriani:2005).
Cooke (1992) meneliti pengaruh size perusahaan, status pendaftaran dan
jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan Jepang
yang terdaftar dibursa. Size perusahaan merupakan variabel penting yang
menjelaskan luas pengungkapan dalam laporan tahunan, sedangkan untuk jenis
industri ditemukan bahwa perusahaan manufaktur berpengaruh signifikan terhadap
luas pengungkapan dibandingkan dengan jenis industri lain. Miswanto (1999) dalam
penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan
bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya
diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang
lebih tinggi dibanding perusahaan besar.
2.7
Kerangka Pemikiran
Para investor dalam mengambil keputusan membutuhkan informasi yang
akurat. Informasi ini dapat diperoleh dari laporan keuangan tahunan.laporan
keuangan dari perusahaan minimal terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan
arus kas. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja)
selama periode tertentu. (Triyono dan Jogiyanto, 2000)
Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan
komponennya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur (Ferry Agung dan Arthik
Davianti, 2006). Investor dan kreditur berkepentingan untuk mengetahui informasi
yang lebih bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada suatu saat
tertentu. Hal tersebut dapat diketahui melalui relevansi nilai (value-relevance) ukuran
kinerja akuntansi perusahaan (laba dan arus kas). Investor dan kreditur harus merasa
yakin bahwa ukuran kerja yang menjadi fokus perhatian mereka adalah mampu
secara baik menggambarkan kondisi ekonomi serta prospek perusahaan dimasa depan
(Ferry Agung dan Arthik Davianti, 2006).
Kieso dan Weygandt (2010) menjelskan tujuan laporan arus kas sebagai
berikut:
“The primary purpose of a statement of cash flows is to provide relevant
information about the cash receipts and cash payment of an enterprise during
a period.”
Maksud dari kutipan diatas adalah tujuan laporan arus kas memberikan
informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu
perusahaan selama satu periode.
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pengguna laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas
tersebut. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lain, laporan arus
kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk
mengevaluasi perubahan dalam asset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus
kas dalam rangka adaptasi dengan keadaan dan peluang (PSAK, 2009).
Laporan arus kas merupakan bagian dari informasi akuntansi yang berguna
untuk memprediksi hasil operasi berdasarkan kapasitas produksi yang dimiliki dan
direncanakan. Laporan ini juga digunakan untuk menilai kapasitas ekspansi masa
depan, kebutuhan modalnya dan sumber arus kas masuknya (J Wild, 2005).
Kieso dan Weygandt (2010), mengkasifikasikan laporan ke dalam tiga
aktifitas, yaitu :
1) Operating activities
2) Investing activities
3) Financing activities
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
(principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang
menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup
untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan
(Daniati, 2006). Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia (IAI, 2007)
aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal
revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau
rugi. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitaas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup
untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari
luar Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan
aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk
dalam setara kas, mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang
tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif
(Daniati, 2006). Menurut standar akuntansi Keuangan di Indonesia (IAI, 2007)
aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas.
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan pengungkapan
terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus
kas masa depan.
Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia (IAI, 2007) aktivitas
pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan pengungkapan terpisah karena
berguna untuk
memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal
perusahaan.
Laba tidak memiliki definisi yang menunjukkan makna ekonomi, seperti
halnya elemen laporan keuangan yang lain. Oleh karena itu, konsep laba masih
menjadi subyek perbedaan interpretasi dan perdebatan (Anis Chariri dan Imam
Ghozali, 2007). Laba dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan perusahaan.
Pengukuran terhadap laba tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat bila
tidak menggambarkan sebab-sebab timbulnya laba. Sumber penyebab timbulnya laba
memiliki peranan penting dalam menilai kemajuan perusahaan.
Laba kotor adalah laba yang diperoleh dari hasil penjualan bersih dikurangi
dengan harga pokok penjualan (HPP). Laba kotor menyediakan angka yang berguna
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan (Kieso, 2002).
Febrianto dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa laba kotor lebih mampu
memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan harga saham yang
sangat erat pula hubungannya dengan return saham , sehingga laba kotor mempunyai
hubuingan yang positif terhadap expected return saham.
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus
kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih
stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset
yang kecil (Indriani:2005).
Cooke (1992) meneliti pengaruh size perusahaan, status pendaftaran dan jenis
industri terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan Jepang yang
terdaftar dibursa. Size perusahaan merupakan variabel penting yang menjelaskan luas
pengungkapan dalam laporan tahunan, sedangkan untuk jenis industri ditemukan
bahwa perusahaan manufaktur berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan
dibandingkan dengan jenis industri lain. Miswanto (1999) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar
kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti
empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi
dibanding perusahaan besar.
Menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
mendefinisikan Bursa efek sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
system dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek. Saham adalah tanda bukti memiliki
perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau
stockholder) (Samsul, 2006). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap
sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang
saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Bukti bahwa
seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar
saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum.
Harga pasar (market price) adalah harga yang sedang berlaku di pasar. Nilai
pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa
efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya
(clossing price). Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar (market value) suatu saham
yaitu dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan
(Sunariyah, 2004). Biasanya pergerakan harga saham disajikan setiap hari,
berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.
Arus Kas dari
Aktivitas Operasi
Arus Kas dari
Aktivitas Pendanaan
HARGA SAHAM
Arus Kas dari
Aktivitas Investasi
Laba Kotor
Size Perusahaan
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.8
Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji (Uma Sekaran, 2006). Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan
jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk
studi penelitian.
Ha1: Arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap
harga saham.
Ho1: Arus kas dari aktivitas operasi tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap
harga saham.
Ha2: Arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap
harga saham.
Ho2: Arus kas dari aktivitas investasi tidak berpengaruh signifikan dan positif
terhadap harga saham.
Ha3: Arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
harga saham.
Ho3: Arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berpengaruh signifikan dan positif
terhadap harga saham.
Ha4: Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Ho4: Laba kotor tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Ha5: Size perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Ho5: Size perusahaan tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Ha6: Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari
aktivitas pendanaan, laba kotor dan Size perusahaan secara simultan
berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Ho6: Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari
aktivitas pendanaan, laba kotor dan Size perusahaan secara simultan tidak
berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Download