PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP

advertisement
PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI
TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
HESTI WININGTYAS
F 100 070 151
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PENYESUAIAII DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI
TERIIADAP LINGKUNGAN SEKOLAH
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
:
HESTI WININGTYAS
F
100 070 151
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 07 Maret 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
@hrs-
Drs- Mohammad Amir- M-siPenguji pendamping
flrt.
II
Zzhroful Ilvun- M-Si
07
Maret20l3
ivah Surakarta
Psikologi
S.Psi, M.SD
iv
ABSTRAK
PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI
TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH
Hesti Winingtyas
Dra. Partini, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses
belajar di sekolah, namun ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri
dilingkungan sosialnya. Fakta-fakta menunjukkan indikasi hambatan siswa dalam
proses penyesuaian diri sudah sangat sering ditampilkan oleh berbagai media massa
seperti televisi, koran dan internet misalnya tawuran, penyalahgunaan NAPZA, seks
bebas, pemerasan, dan kekerasan antara siswa (bullying). Salah satu kondisi
lingkungan sekolah yang berperan atau dapat mempengaruhi penyesuaian diri siswa
yaitu program kelas akselerasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)
Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri; 2)
Tingkat atau kondisi penyesuaian diri; 3) Tingkat atau kondisi persepsi terhadap
lingkungan sekolah. Hipotesis yang diajukan ada korelasi positif antara persepsi
terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri, artinya semakin baik persepsi
terhadap lingkungan sekolah, maka semakin baik penyesuaian diri, sebaliknya
persepsi yang tidak baik terhadap lingkungan sekolah, maka penyesuaian diri pada
siswa akan semakin tidak baik.
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SLTP Negeri 2 Surakarta
program kelas akselerasi yang berjumlah 18 siswa. Metode pengumpulan data
menggunakan skala persepsi terhadap lingkungan sekolah dan skala penyesuaian
diri. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment.
Hasil nilai rxy = 0,566 , p = 0,014 (p < 0,05). Artinya ada hubungan positif
yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian
diri, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima. Semakin tinggi
(positif) persepsi terhadap lingkungan sekolah maka semakin tinggi penyesuaian diri,
demikian sebaliknya semakin rendah (negatif) persepsi terhadap lingkungan sekolah
maka semakin rendah penyesuaian diri. Sumbangan efektif persepsi terhadap
lingkungan sekolah terhadap penyesuaian diri sebesar 32% yang berarti masih
terdapat 68% faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri di luar variabel
persepsi terhadap lingkungan sekolah. Persepsi terhadap lingkungan sekolah pada
subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 65,833dan
rerata hipotetik (RH) = 60. Penyesuaian diri pada subjek penelitian tergolong sedang,
ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 93,611 dan rerata hipotetik (RH) = 92,5.
Kata kunci: persepsi terhadap lingkungan sekolah , penyesuaian diri
1
bebas, pemerasan, dan kekerasan antara
PENGANTAR
siswa (bullying)
Penyesuaian diri merupakan salah
Salah
satu faktor keberhasilan dalam proses
sekolah
belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat
program
faktor yang mempengaruhi keberhasilan
kebiasaan,
minat,
seperti
kebutuhan,
dalam
motivasi
diri
Kelas
dikatakan
baik
atau
tidak
Semakin
baik
persepsi
akselerasi
pada
awalnya
dianggap sebagai solusi terbaik untuk
dilingkungan
memenuhi kebutuhan belajar bagi siswa
sosialnya. Fakta-fakta yang menunjukkan
dengan IQ tinggi. Sesuai dengan pendapat
indikasi hambatan siswa dalam proses
sangat
dan
dirinya begitu juga sebaliknya.
mampu menyesuaikan diri dan mengikuti
sudah
sosialisasi
mereka maka semakin baik penyesuaian
baik, ada individu atau siswa yang tidak
diri
siswa
bersosialisasi.
semua
individu dapat menyesuaikan diri dengan
penyesuaian
mempengaruhi
dan pandangan lingkungan tempat mereka
lingkungan kerja dan teman sebaya.
ada
menjadikan
ditentukan dari persepsi terhadap penilaian
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
yang
akselerasi
penyesuaian diri pada siswa. Penyesuaian
diantaranya yaitu kondisi lingkungan seperti
aturan-aturan
kelas akselerasi. Ulasan ini
kelas
dapat
faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
tidak
dapat
pergaulan siswa menjadi terbatas. Hal ini
Ditambahkan oleh Schneiders (1994) faktor-
demikian
atau
yang menyatakan bahwa jadwal yang padat
sikap,
berprestasi, emosi dan penyesuaian diri.
Namun
berperan
lingkungan
diperkuat pendapat Darmaningtyas (2004)
belajar siswa diantaranya yaitu unsur-unsur
tertentu
yang
kondisi
mempengaruhi penyesuaian diri siswa yaitu
Ahmadi (2005) yang menyebutkan faktor-
kepribadian
satu
Terman
sering
(dalam
Akbar,
2004)
yang
menyatakan bahwa siswa dengan IQ diatas
ditampilkan oleh berbagai media massa
normal akan superior dalam kesehatan,
seperti televisi, koran dan internet misalnya
penyesuaian
tawuran, penyalahgunaan NAPZA, seks
sosial,
dan
sikap
moral.
Kesimpulan ini menimbulkan mitos bahwa
2
siswa dengan IQ tinggi adalah anak yang
kesenangan dari kehidupan mental yang
berbahagia dan mudah menyesuaikan diri
menyendiri itu, tetapi juga merasa kesepian.
dengan
lingkungan.
sebagian
Southern dan Jones (Akbar, 2004)
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
mengemukakan beberapa masalah dalam
kelas
yang
proses pembelajaran akselerasi, diantaranya
membawa
penyesuaian diri. Contohnya siswa didorong
dampak negatif terhadap kehidupan sosial
berprestasi dalam bidang akademik sehingga
siswa.
sulit
kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan
berkurang
teman sebayanya. Berkurangnya waktu dan
akselerasi
diharapkan
tidak
dan
Siswa
menyesuaian
sebaik
ditengarai
menjadi
diri
kesempatannya
Namun,
lebih
karena
untuk
bergaul
dan
kesempatan
dalam
di
berbagai
kegiatan
berinteraksi dengan teman, bahkan jam-jam
ekstrakurikuler
yang seharusnya digunakan untuk program
menyebabkan
ekstrakurikuler juga dialokasikan untuk
memiliki pengalaman yang memadai dalam
praktikum atau evaluasi materi pelajaran.
pergaulan sosial dengan teman di sekolah.
siswa
sekolah
dapat
akselerasi
tidak
Magviroh (2009) dalam penelitian
Mudjijana (2004) pada penelitian
yang telah dilakukan juga menyatakan
yang telah dilakukan menyatakan, sebagian
bahwa semakin tinggi nilai pembelajaran
besar masyarakat menilai hasil pendidikan
akselerasi siswa berbakat, maka semakin
dalam hal ini termasuk hasil belajar
tinggi pula pengaruhnya terhadap aspek
dititikberatkan pada baik-buruknya iklim
perkembangan sosial siswa. Didukung oleh
sekolah dalam hal ini termasuk lingkungan
penelitian Wijayati (2009) yang menyatakan
yang ada di sekolah.
ada perbedaan penyesuaian diri antara siswa
mengemukakan
akselerasi dengan non akselerasi, dimana
meliputi berbagai komponen antara lain (1)
penyesuaian diri siswa non akselerasi lebih
Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang
baik
berinteraksi dengan siswa secara akrab,
dibandingkan
siswa
akselerasi.
Slameto (2003)
lingkungan
Ditambahkan oleh Akbar (2004) anak-anak
menyebabkan
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata
kurang lancar. (2) Relasi siswa dengan
cenderung lebih banyak menyendiri dan
siswa, bila di dalam kelas ada grup yang
meskipun
saling bersaing secara tidak sehat, maka
memperoleh
energi
dan
3
proses
belajar
sekolah
mengajar
jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan
kebersamaan
siswa
tidak
tampak.
Penempatan siswa pada kelas khusus
(3)
akselerasi, merupakan salah satu penyebab
Disiplin sekolah, peraturan sekolah yang
terjadinya masalah sosial pada diri siswa.
tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan
Pada
siswa dalam menjalankan kegiatan belajar
percepatan
Lingkungan sekolah yang memenuhi
harapan
siswa
yang
terjadi
perkembangan
perkembangan
adalah
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik kurang begitu diperhatikan
lingkungan belajar yang dapat memberikan
(Darmaningtyas, 2004). Jadwal yang padat
pelayanan pembelajaran secara berkualitas
dalam
kepada siswa sehingga mereka nyaman dan
pergaulan siswa menjadi terbatas. Hal ini
bersemangat dalam belajar.
Misalnya
dapat
sarana
memadai
penyesuaian diri pada siswa. Penyesuaian
yang
suasana
sedangkan
ini,
dan
belajar
adalah
kelas
cukup
kelas
akselerasi
mempengaruhi
sosialisasi
dikatakan
baik
diri
belajar, peraturan sekolah yang tegas dan
ditentukan dari persepsi terhadap penilaian
tertib yang membantu kedisiplinan siswa
dan pandangan lingkungan tempat mereka
dalam menjalankan kegiatan belajar, serta
bersosialisasi.
adanya relasi guru dan siswa, siswa dengan
mereka maka semakin baik penyesuaian
siswa yang terbangun secara harmonis
dirinya begitu juga sebaliknya.
Semakin
Menurut
atau
dan
membuat siswa lebih bersemangat dalam
sehingga terjalin komunikasi yang terbuka
siswa
menjadikan
baik
Winkel
tidak
persepsi
(2006)
faktor
dan dapat mempererat pergaulan, pada
lingkungan mempengaruhi sikap dan reaksi
akhirnya mampu meningkatkan penyesuaian
dalam aktivitas belajar siswa, sebab individu
diri
yang belajar merupakan interaksi dengan
pada
individu.
Berdasarkan
permasalahan yang dipaparkan di awal,
lingkungan.
Tanpa
maka
lingkungan,
suatu
masalah
penelitian
ini
dapat
adanya
individu
dukungan
dalam
dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada
melakukan aktivitasnya, baik sehari-hari
hubungan antara persepsi siswa terhadap
maupun kegiatan belajar akan memenuhi
lingkungan sekolah dengan penyesuaian
hambatan, atau dengan kata lain proses dan
diri?
usaha dalam mencapai prestasi belajar
lingkungan
4
belajar
berfungsi
sebagai
stimulus. Jadi jika stimuli itu baik maka
adjustment.
akan mendorong dan memperlancar proses
mempersepsi sesuatu di lingkungan, dan hal
belajar
baik.
itu sesuai dengan kerangka acuan maupun
Sedangkan jika stimuli jelek atau negatif
kemampuan berpikirnya maka, individu
maka akan menjadi hambatan atau kendala
akan mudah menyesuaikan diri. Hal ini juga
dalam kegiatan belajarnya.
berlaku sebaliknya, apabila obyek yang
siswakearah
Senada
yang
dengan
lebih
uraian
Santrock
Artinya,
apabila
individu
dipersepsi tidak sesuai maka, individu akan
(2008) bahwa perkembangan prestasi anak
sulit
berbakat
membutuhkan
Simandjuntak dan Pasaribu (2000) bahwa
lingkungan,
anak harus diberi kebebasan untuk belajar
pengajaran yang amat baik, dan dorongan
dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya.
motivasional.
Hal
yang
dukungan
menonjol
khusus
dari
Ada
orangtua
yang
menyesuaikan
ini
bertujuan
untuk
Menurut
memberi
membebankan tuntutan yang amat tinggi
kesempatan
pada anak, yang mengharapkan prestasi
dengan suatu golongan dan menghadapi
yang jauh lebih tinggi daripada talenta
keadaan
anaknya. Tuntutan yang tidak realistik
belajar dan bergaul ini tentu harus mengarah
tersebut
pada hal yang positif.
selalu
gagal
dan
dapat
mengakibatkan stress berat dalam kehidupan
untuk
diri.
sebenarnya.
Hipotesis
menyesuaikan
Kebebasan
diri
dalam
penelitian menyatakan :
anak, dan seringkali orangtua memaksa
Ada korelasi positif antara persepsi terhadap
anak-anak untuk melakukan kegiatan yang
lingkungan sekolah
membosankan
yang
diri, artinya semakin baik persepsi terhadap
Tuntutan
lingkungan sekolah, maka semakin baik
lingkungan seperti ini dapat menimbulkan
penyesuaian diri, sebaliknya persepsi yang
persepsi dalam diri anak tentang bagaimana
tidak baik terhadap lingkungan sekolah,
anak harus berperilaku dan menyesuaikan
maka penyesuaian diri pada siswa akan
diri dengan lingkungannya.
semakin tidak baik.
menyenangkan
daripada
mereka.
Teori gestalt (dalam Sarwono, 2004)
dengan penyesuaian
METODE
menyatakan bahwa persepsi memegang
Variabel bebas:
peranan yang penting dalam pembentukkan
lingkungan sekolah
5
Persepsi terhadap
Variabel tergantung:Penyesuaian Diri
Model analisis yang digunakan yaitu
Subjek uji coba siswa siswi kelas VIII
SLTP Negeri 2 Surakarta
korelasi product moment
program kelas
akselerasi yang terdiri dari dua kelas yang
berjumlah
35
siswa.
Adapun
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek
Hasil penelitian menunjukkan ada
penelitian adalah siswa-siswi kelas VII
hubungan positif
SLTP Negeri 2 Surakarta
persepsi
program kelas
akselerasi yang berjumlah 18 siswa.
Skala
yang
yang signifikan antara
terhadap
lingkungan
sekolah
dengan penyesuaian diri, sehingga hipotesis
untuk
penelitian yang diajukan dapat diterima.
siswa
Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap
akselerasi dalam penelitian ini adalah skala
lingkungan sekolah maka semakin tinggi
penyesuaian diri Wijayati (2009). Skala ini
penyesuaian
memiliki nilai validitas (rbt) =0,246 sampai
semakin rendah (negatif) persepsi terhadap
dnegan rbt = 0,786, dan nilai reliabilitas (rtt)
lingkungan sekolah maka semakin rendah
= 0,915. Penyusunannya mengacu pada teori
penyesuaian diri.
mengungkap
digunakan
penyesuaian
diri
Schineiders (dalam Wijayati, 2009), yang
menyatakan
bahwa
menunjukkan
adanya
tiga
penyesuaian
keharmonisan
aspek
yang
diri,
yaitu;
diri
diri,
pribadi,
dan adanya keharmonisan lingkungan..
terhadap
lingkungan
sekolah diukur menggunakan skala persepsi
terhadap lingkungan sekolah yang disusun
Analisis
Product moment
Hasil
rxy = 0,566
p = 0,014
(p< 0,05)
Interpretasi
Korelasi
positif
signifikan
Sumbangan efektif
r2 = 0,320 = 32%
Kategori Persepsi
terhadap lingkungan
sekolah
Kategori
Penyesuaian diri
Rerata empirik = 77,245
Rerata hipotetik = 60
Faktor lain
= 68%
Sedang
(2003)
mengenai
Rerata empirik = 93,611
Rerata hipotetik = 92,5
Sedang
Sumber: print out olah data SPS
peneliti dengan mengacu pada pendapat
Syah
sebaliknya
Tabel 1
Rangkuman Hasil Analisis
Uji Hipotesis
kemampuan mengatasi ketegangan konflik,
Persepsi
demikian
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
aspek-aspek
nilai
lingkungan sekolah, yaitu: (a) lingkungan
koefisien
korelasi
rxy
=0,566
;
p= 0,014 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan
non sosial dan (b) lingkungan sosial.
ada hubungan positif yang signifikan antara
6
persepsi
terhadap
lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah yang memenuhi
dengan penyesuaian diri. Dengan demikian
harapan
hipotesis penelitian yang diajukan dapat
lingkungan belajar yang dapat memberikan
diterima. Semakin positif persepsi terhadap
pelayanan pembelajaran secara berkualitas
lingkungan sekolah maka semakin tinggi
kepada siswa sehingga mereka nyaman dan
penyesuaian diri, demikian pula sebaliknya
bersemangat dalam belajar.
Misalnya
semakin
sarana
memadai
rendah
lingkungan sekolah
persepsi
terhadap
siswa
belajar
adalah
yang
suasana
cukup
dan
maka semakin rendah
membuat siswa lebih bersemangat dalam
penyesuaian diri. Mudjijana (2004) pada
belajar, peraturan sekolah yang tegas dan
penelitian yang telah dilakukan menyatakan,
tertib yang membantu kedisiplinan siswa
sebagian besar masyarakat menilai hasil
dalam menjalankan kegiatan belajar, serta
pendidikan dalam hal ini termasuk hasil
adanya relasi guru dan siswa, siswa dengan
belajar dititikberatkan pada baik-buruknya
siswa yang terbangun secara harmonis
iklim sekolah dalam hal ini termasuk
sehingga terjalin komunikasi yang terbuka
lingkungan yang ada di sekolah. Slameto
dan dapat mempererat pergaulan, pada
(2003) mengemukakan lingkungan sekolah
akhirnya mampu meningkatkan penyesuaian
meliputi berbagai komponen antara lain (1)
diri pada individu. Sudarmanto (2007) pada
Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang
penelitian
berinteraksi dengan siswa secara akrab,
menyimpulkan ada korelasi yang positif
menyebabkan
mengajar
antara lingkungan belajar dengan prestasi
kurang lancar. (2) Relasi siswa dengan
belajar, semakin baik lingkungan belajar
siswa, bila di dalam kelas ada grup yang
maka akan semakin tinggi prestasi belajar
saling bersaing secara tidak sehat, maka
siswa.
jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan
(2007) juga menyimpulkan bahwa melalui
kebersamaan
(3)
penerapan pembelajaran modeling, persepsi
Disiplin sekolah, peraturan sekolah yang
terhadap lingkungan sekolah berpengaruh
tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan
positif terhadap penyesuaian diri pada siswa.
proses
siswa
belajar
tidak
tampak.
siswa dalam menjalankan kegiatan belajar
telah
dilakukan
Penelitian Pidiana dan Nursalim
Setiap
kemampuan
7
yang
siswa
untuk
harus
mempunyai
menyesuaikan
diri
dengan lingkungan sekolah agar dapat
diri sebesar 32% oleh koefisien determinan
memenuhi
kebutuhan.
(r2) sebesar 0,320, yang berarti masih
kebutuhan
utama
Pada
siswa
dasarnya
SMA
yang
terdapat
68%
faktor-faktor
lain
yang
mempunyai rentang umur lebih kurang 15-
mempengaruhi penyesuaian diri di luar
18 tahun ialah yang bersifat psikologis
variabel
seperti mendapat kasih sayang, menerima
sekolah . Sesuai pendapat Santrock (2008)
pengakuan
untuk
yaitu: kondisi fisik, kepribadian lingkungan,
semakin mandiri, memperoleh prestasi di
kebudayaan, keyakinan dan agama. Serta
berbagai bidang yang dihargai oleh orang
pendapat Desmita (2010) yaitu: psikogenik
dewasa dan teman sebaya, merasa aman
dan sosiopsikogenik.
terhadap
dorongan
persepsi
terhadap
lingkungan
dengan perubahan kejasmaniannya sendiri
Berdasarkan hasil analisis diketahui
(Winkel, 2006). Apabila siswa tidak dapat
persepsi terhadap lingkungan sekolah pada
memenuhi
subjek
kebutuhan
tersebut
maka
penelitian
tergolong
sedang
individu akan mengalami masalah yaitu
ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) =
kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan
65,833 dan rerata hipotetik (RH) = 60. Hasil
sekolah terutama dengan teman sebaya.
analisis deskripsi menunjukkan dari 18
Manakala
persepsi
individu
terhadap
memperoleh
lingkungan
subjek penelitian terdapat 32orang yang
sekolah
memiliki
persepsi
terhadap
lingkungan
berupa perhatian emosional, ia akan merasa
sekolah rendah, 7 orang memiliki persepsi
bahwa orang lain akan memberi perhatian,
terhadap lingkungan sekolah sedang, dan 9
menghargai dan mencintai dirinya, ia akan
subjek
lebih mempunyai kemantapan diri yang baik
lingkungan sekolah
serta memiliki sikap yang dapat menerima
Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa
kenyataan,
mengembangkan
aspek-aspek persepsi terhadap lingkungan
kesadaran diri, berfikir positif, memiliki
sekolah yang terdiri dari aspek sosial dan
kemandirian untuk mencapai segala sesuatu
non sosial sudah dapat diterima atau
yang diinginkan.
dirasakan oleh subjek penelitian meskipun
dapat
Sumbangan efektif persepsi terhadap
lingkungan sekolah
memiliki
belum secara optimal.
terhadap penyesuaian
8
persepsi
terhadap
tergolong tinggi.
Penyesuaian
diri
pada
subjek
berhasil baik apabila menimbulkan sikap
penelitian tergolong sedang, ditunjukkan
setuju atau penerimaan dari masyarakat.
oleh rerata empirik (RE) = 93,611 dan rerata
hipotetik (RH) = 92,5. Hasil analisis
deskripsi
diketahui
terdapat
3
KESIMPULAN DAN SARAN
subjek
1. Ada hubungan positif yang sangat
memiliki penyesuaian diri rendah, 5 subjek
signifikan
memiliki penyesuaian diri sedang dan 10
lingkungan sekolah
subjek memiliki penyesuaian diri tinggi.
diri.
Seperti halnya pada persepsi terhadap
terhadap lingkungan sekolah maka semakin
lingkungan sekolah , kondisi ini juga dapat
tinggi penyesuaian diri, demikian pula
diartikan aspek-aspek yang terdapat dalam
sebaliknya
variabel
persepsi
penyesuaian
diri
yaitu:
keharmonisan diri pribadi; keharmonisan
antara
persepsi
terhadap
dengan penyesuaian
Semakin tinggi
semakin
terhadap
(positif) persepsi
rendah
(negatif)
lingkungan
sekolah
maka semakin rendah penyesuaian diri.
dengan lingkungan; kemampuan mengatasi
2.
Sumbangan
efektif
persepsi
sekolah
terhadap
ketegangan, konflik, dan frustrasi belum
terhadap
sepenuhnya menjadi bagian dari perilaku
penyesuaian diri sebesar 32%, sehingga
dan karakter subjek dalam bersosialisasi
masih terdapat 68% faktor-faktor lain yang
dengan
mempengaruhi penyesuaian diri di luar
lingkungan.
Menurut
Hurlock
(2006) individu yang memiliki penyesuaian
variabel
diri memadai apabila memiliki beberapa
sekolah
karakteristik
sebagai
berikut:
(a)
sekolah
penyesuaian
sedang.
memadai
akan
yang
berhasil
menimbulkan
persepsi
terhadap
lingkungan
3. Persepsi terhadap lingkungan
kenyamanan psikis (psychological comfort),
diri
lingkungan
atau
kepuasan
pada subjek penelitian tergolong
Penyesuaian
diri
pada
subjek
penelitian juga tergolong sedang.
psikis, sedangkan yang tidak berhasil akan
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
menimbulkan rasa tidak puas, kecewa,
meminimalisir kelemahan-kelemahan yang
gelisah, lesu, dan depresi; (b) penerimaan
ada, baik dari segi alat ukur maupun
sosial (social acceptance), penyesuaian diri
sampling yang digunakan, caranya antara
9
Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi.
Semarang:
Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.
lain dengan: a) Melengkapi alat ukur skala
dengan alat ukur pembanding, misalnya
dokumentasi, observasi dan wawancara
terhadap
subjek
fenomena
dan
penelitian
hasil
Mudjijana R. 2004. Hubungan Antara Iklim
Sekolah
dan
Kecerdasan
Emosional Siswa dengan Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Penabur - No.02 / Th.III/ Maret
2004
Pasaribu, J. Z. 2000. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
sehingga
penelitian
yang
diungkap lebih mendalam. b) Menambah
variabel-variabel lain yang secara teoretis
mempengaruhi
variabel
penyesuaian
persepsi
sekolah. c)
terhadap
diri
selain
lingkungan
Santrock,
J.W.
2008.
Live
Span
Development, Perkembangan Masa
Hidup. Edisi Kelima Jilid 2.
(terjemahan Chusaeri dan Damanik)
Jakarta : Erlangga.
Menambah jumlah subjek
penelitian dan menentukan karakteristik
yang
lebih
spesifik,
misalnya
membandingkan penyesuaian diri antar jenis
Sarwono, S.W. 2004. Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta : Bulan Bintang.
kelamin, atau antar sekolah akselerasi dan
non akselerasi.
Scheniders, A.A. 1994. Personal Adjusment
and Mental Health. New York :
Rinehart And Winston.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta
: Bhineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Darmaningtyas, 2004. Pendidikan yang
Memiskinkan. Yogyakarta : BPFE.
Sudarmanto,
R.G.
2007.
Pengaruh
Lingkungan Belajar Dan Minat
Belajar terhadap Prestasi Belajar
Akuntansi Siswa SMK Negeri I
Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2006/2007. Jurnal Pendidikan Vol. I.
H.1-10. Jurusan Pendidikan IPS
FKIP Universitas Lampung,
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Maghviroh,
S.
2009.
Pengaruh
Pembelajaran Akselerasi
Siswa
Berbakat
Intelektual
Terhadap
Aspek
Perkembangan
Sosial
(Penelitian Terhadap Siswa Kelas V
Sekolah
Dasar
Negeri
Mangkubumen Lor No.15 Surakarta
Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
10
Wijayati, C.D.2009. Perbedaan Penyesuaian
Diri Siswa Antara Kelas Akselerasi
dan Kelas Non Akselerasi Skripsi.
Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Winkel W. S. 2006. Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT.
Gramedia.
11
Download