PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: HESTI WININGTYAS F 100 070 151 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 PENYESUAIAII DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERIIADAP LINGKUNGAN SEKOLAH Yang dipersiapkan dan disusun oleh : HESTI WININGTYAS F 100 070 151 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 07 Maret 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat @hrs- Drs- Mohammad Amir- M-siPenguji pendamping flrt. II Zzhroful Ilvun- M-Si 07 Maret20l3 ivah Surakarta Psikologi S.Psi, M.SD iv ABSTRAK PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH Hesti Winingtyas Dra. Partini, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar di sekolah, namun ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dilingkungan sosialnya. Fakta-fakta menunjukkan indikasi hambatan siswa dalam proses penyesuaian diri sudah sangat sering ditampilkan oleh berbagai media massa seperti televisi, koran dan internet misalnya tawuran, penyalahgunaan NAPZA, seks bebas, pemerasan, dan kekerasan antara siswa (bullying). Salah satu kondisi lingkungan sekolah yang berperan atau dapat mempengaruhi penyesuaian diri siswa yaitu program kelas akselerasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri; 2) Tingkat atau kondisi penyesuaian diri; 3) Tingkat atau kondisi persepsi terhadap lingkungan sekolah. Hipotesis yang diajukan ada korelasi positif antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri, artinya semakin baik persepsi terhadap lingkungan sekolah, maka semakin baik penyesuaian diri, sebaliknya persepsi yang tidak baik terhadap lingkungan sekolah, maka penyesuaian diri pada siswa akan semakin tidak baik. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SLTP Negeri 2 Surakarta program kelas akselerasi yang berjumlah 18 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan skala persepsi terhadap lingkungan sekolah dan skala penyesuaian diri. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi product moment. Hasil nilai rxy = 0,566 , p = 0,014 (p < 0,05). Artinya ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima. Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap lingkungan sekolah maka semakin tinggi penyesuaian diri, demikian sebaliknya semakin rendah (negatif) persepsi terhadap lingkungan sekolah maka semakin rendah penyesuaian diri. Sumbangan efektif persepsi terhadap lingkungan sekolah terhadap penyesuaian diri sebesar 32% yang berarti masih terdapat 68% faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri di luar variabel persepsi terhadap lingkungan sekolah. Persepsi terhadap lingkungan sekolah pada subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 65,833dan rerata hipotetik (RH) = 60. Penyesuaian diri pada subjek penelitian tergolong sedang, ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 93,611 dan rerata hipotetik (RH) = 92,5. Kata kunci: persepsi terhadap lingkungan sekolah , penyesuaian diri 1 bebas, pemerasan, dan kekerasan antara PENGANTAR siswa (bullying) Penyesuaian diri merupakan salah Salah satu faktor keberhasilan dalam proses sekolah belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat program faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebiasaan, minat, seperti kebutuhan, dalam motivasi diri Kelas dikatakan baik atau tidak Semakin baik persepsi akselerasi pada awalnya dianggap sebagai solusi terbaik untuk dilingkungan memenuhi kebutuhan belajar bagi siswa sosialnya. Fakta-fakta yang menunjukkan dengan IQ tinggi. Sesuai dengan pendapat indikasi hambatan siswa dalam proses sangat dan dirinya begitu juga sebaliknya. mampu menyesuaikan diri dan mengikuti sudah sosialisasi mereka maka semakin baik penyesuaian baik, ada individu atau siswa yang tidak diri siswa bersosialisasi. semua individu dapat menyesuaikan diri dengan penyesuaian mempengaruhi dan pandangan lingkungan tempat mereka lingkungan kerja dan teman sebaya. ada menjadikan ditentukan dari persepsi terhadap penilaian lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, yang akselerasi penyesuaian diri pada siswa. Penyesuaian diantaranya yaitu kondisi lingkungan seperti aturan-aturan kelas akselerasi. Ulasan ini kelas dapat faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tidak dapat pergaulan siswa menjadi terbatas. Hal ini Ditambahkan oleh Schneiders (1994) faktor- demikian atau yang menyatakan bahwa jadwal yang padat sikap, berprestasi, emosi dan penyesuaian diri. Namun berperan lingkungan diperkuat pendapat Darmaningtyas (2004) belajar siswa diantaranya yaitu unsur-unsur tertentu yang kondisi mempengaruhi penyesuaian diri siswa yaitu Ahmadi (2005) yang menyebutkan faktor- kepribadian satu Terman sering (dalam Akbar, 2004) yang menyatakan bahwa siswa dengan IQ diatas ditampilkan oleh berbagai media massa normal akan superior dalam kesehatan, seperti televisi, koran dan internet misalnya penyesuaian tawuran, penyalahgunaan NAPZA, seks sosial, dan sikap moral. Kesimpulan ini menimbulkan mitos bahwa 2 siswa dengan IQ tinggi adalah anak yang kesenangan dari kehidupan mental yang berbahagia dan mudah menyesuaikan diri menyendiri itu, tetapi juga merasa kesepian. dengan lingkungan. sebagian Southern dan Jones (Akbar, 2004) kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mengemukakan beberapa masalah dalam kelas yang proses pembelajaran akselerasi, diantaranya membawa penyesuaian diri. Contohnya siswa didorong dampak negatif terhadap kehidupan sosial berprestasi dalam bidang akademik sehingga siswa. sulit kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan berkurang teman sebayanya. Berkurangnya waktu dan akselerasi diharapkan tidak dan Siswa menyesuaian sebaik ditengarai menjadi diri kesempatannya Namun, lebih karena untuk bergaul dan kesempatan dalam di berbagai kegiatan berinteraksi dengan teman, bahkan jam-jam ekstrakurikuler yang seharusnya digunakan untuk program menyebabkan ekstrakurikuler juga dialokasikan untuk memiliki pengalaman yang memadai dalam praktikum atau evaluasi materi pelajaran. pergaulan sosial dengan teman di sekolah. siswa sekolah dapat akselerasi tidak Magviroh (2009) dalam penelitian Mudjijana (2004) pada penelitian yang telah dilakukan juga menyatakan yang telah dilakukan menyatakan, sebagian bahwa semakin tinggi nilai pembelajaran besar masyarakat menilai hasil pendidikan akselerasi siswa berbakat, maka semakin dalam hal ini termasuk hasil belajar tinggi pula pengaruhnya terhadap aspek dititikberatkan pada baik-buruknya iklim perkembangan sosial siswa. Didukung oleh sekolah dalam hal ini termasuk lingkungan penelitian Wijayati (2009) yang menyatakan yang ada di sekolah. ada perbedaan penyesuaian diri antara siswa mengemukakan akselerasi dengan non akselerasi, dimana meliputi berbagai komponen antara lain (1) penyesuaian diri siswa non akselerasi lebih Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang baik berinteraksi dengan siswa secara akrab, dibandingkan siswa akselerasi. Slameto (2003) lingkungan Ditambahkan oleh Akbar (2004) anak-anak menyebabkan yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata kurang lancar. (2) Relasi siswa dengan cenderung lebih banyak menyendiri dan siswa, bila di dalam kelas ada grup yang meskipun saling bersaing secara tidak sehat, maka memperoleh energi dan 3 proses belajar sekolah mengajar jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak tampak. Penempatan siswa pada kelas khusus (3) akselerasi, merupakan salah satu penyebab Disiplin sekolah, peraturan sekolah yang terjadinya masalah sosial pada diri siswa. tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan Pada siswa dalam menjalankan kegiatan belajar percepatan Lingkungan sekolah yang memenuhi harapan siswa yang terjadi perkembangan perkembangan adalah kognitif, afektif dan psikomotorik kurang begitu diperhatikan lingkungan belajar yang dapat memberikan (Darmaningtyas, 2004). Jadwal yang padat pelayanan pembelajaran secara berkualitas dalam kepada siswa sehingga mereka nyaman dan pergaulan siswa menjadi terbatas. Hal ini bersemangat dalam belajar. Misalnya dapat sarana memadai penyesuaian diri pada siswa. Penyesuaian yang suasana sedangkan ini, dan belajar adalah kelas cukup kelas akselerasi mempengaruhi sosialisasi dikatakan baik diri belajar, peraturan sekolah yang tegas dan ditentukan dari persepsi terhadap penilaian tertib yang membantu kedisiplinan siswa dan pandangan lingkungan tempat mereka dalam menjalankan kegiatan belajar, serta bersosialisasi. adanya relasi guru dan siswa, siswa dengan mereka maka semakin baik penyesuaian siswa yang terbangun secara harmonis dirinya begitu juga sebaliknya. Semakin Menurut atau dan membuat siswa lebih bersemangat dalam sehingga terjalin komunikasi yang terbuka siswa menjadikan baik Winkel tidak persepsi (2006) faktor dan dapat mempererat pergaulan, pada lingkungan mempengaruhi sikap dan reaksi akhirnya mampu meningkatkan penyesuaian dalam aktivitas belajar siswa, sebab individu diri yang belajar merupakan interaksi dengan pada individu. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di awal, lingkungan. Tanpa maka lingkungan, suatu masalah penelitian ini dapat adanya individu dukungan dalam dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada melakukan aktivitasnya, baik sehari-hari hubungan antara persepsi siswa terhadap maupun kegiatan belajar akan memenuhi lingkungan sekolah dengan penyesuaian hambatan, atau dengan kata lain proses dan diri? usaha dalam mencapai prestasi belajar lingkungan 4 belajar berfungsi sebagai stimulus. Jadi jika stimuli itu baik maka adjustment. akan mendorong dan memperlancar proses mempersepsi sesuatu di lingkungan, dan hal belajar baik. itu sesuai dengan kerangka acuan maupun Sedangkan jika stimuli jelek atau negatif kemampuan berpikirnya maka, individu maka akan menjadi hambatan atau kendala akan mudah menyesuaikan diri. Hal ini juga dalam kegiatan belajarnya. berlaku sebaliknya, apabila obyek yang siswakearah Senada yang dengan lebih uraian Santrock Artinya, apabila individu dipersepsi tidak sesuai maka, individu akan (2008) bahwa perkembangan prestasi anak sulit berbakat membutuhkan Simandjuntak dan Pasaribu (2000) bahwa lingkungan, anak harus diberi kebebasan untuk belajar pengajaran yang amat baik, dan dorongan dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. motivasional. Hal yang dukungan menonjol khusus dari Ada orangtua yang menyesuaikan ini bertujuan untuk Menurut memberi membebankan tuntutan yang amat tinggi kesempatan pada anak, yang mengharapkan prestasi dengan suatu golongan dan menghadapi yang jauh lebih tinggi daripada talenta keadaan anaknya. Tuntutan yang tidak realistik belajar dan bergaul ini tentu harus mengarah tersebut pada hal yang positif. selalu gagal dan dapat mengakibatkan stress berat dalam kehidupan untuk diri. sebenarnya. Hipotesis menyesuaikan Kebebasan diri dalam penelitian menyatakan : anak, dan seringkali orangtua memaksa Ada korelasi positif antara persepsi terhadap anak-anak untuk melakukan kegiatan yang lingkungan sekolah membosankan yang diri, artinya semakin baik persepsi terhadap Tuntutan lingkungan sekolah, maka semakin baik lingkungan seperti ini dapat menimbulkan penyesuaian diri, sebaliknya persepsi yang persepsi dalam diri anak tentang bagaimana tidak baik terhadap lingkungan sekolah, anak harus berperilaku dan menyesuaikan maka penyesuaian diri pada siswa akan diri dengan lingkungannya. semakin tidak baik. menyenangkan daripada mereka. Teori gestalt (dalam Sarwono, 2004) dengan penyesuaian METODE menyatakan bahwa persepsi memegang Variabel bebas: peranan yang penting dalam pembentukkan lingkungan sekolah 5 Persepsi terhadap Variabel tergantung:Penyesuaian Diri Model analisis yang digunakan yaitu Subjek uji coba siswa siswi kelas VIII SLTP Negeri 2 Surakarta korelasi product moment program kelas akselerasi yang terdiri dari dua kelas yang berjumlah 35 siswa. Adapun HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek Hasil penelitian menunjukkan ada penelitian adalah siswa-siswi kelas VII hubungan positif SLTP Negeri 2 Surakarta persepsi program kelas akselerasi yang berjumlah 18 siswa. Skala yang yang signifikan antara terhadap lingkungan sekolah dengan penyesuaian diri, sehingga hipotesis untuk penelitian yang diajukan dapat diterima. siswa Semakin tinggi (positif) persepsi terhadap akselerasi dalam penelitian ini adalah skala lingkungan sekolah maka semakin tinggi penyesuaian diri Wijayati (2009). Skala ini penyesuaian memiliki nilai validitas (rbt) =0,246 sampai semakin rendah (negatif) persepsi terhadap dnegan rbt = 0,786, dan nilai reliabilitas (rtt) lingkungan sekolah maka semakin rendah = 0,915. Penyusunannya mengacu pada teori penyesuaian diri. mengungkap digunakan penyesuaian diri Schineiders (dalam Wijayati, 2009), yang menyatakan bahwa menunjukkan adanya tiga penyesuaian keharmonisan aspek yang diri, yaitu; diri diri, pribadi, dan adanya keharmonisan lingkungan.. terhadap lingkungan sekolah diukur menggunakan skala persepsi terhadap lingkungan sekolah yang disusun Analisis Product moment Hasil rxy = 0,566 p = 0,014 (p< 0,05) Interpretasi Korelasi positif signifikan Sumbangan efektif r2 = 0,320 = 32% Kategori Persepsi terhadap lingkungan sekolah Kategori Penyesuaian diri Rerata empirik = 77,245 Rerata hipotetik = 60 Faktor lain = 68% Sedang (2003) mengenai Rerata empirik = 93,611 Rerata hipotetik = 92,5 Sedang Sumber: print out olah data SPS peneliti dengan mengacu pada pendapat Syah sebaliknya Tabel 1 Rangkuman Hasil Analisis Uji Hipotesis kemampuan mengatasi ketegangan konflik, Persepsi demikian Berdasarkan hasil analisis diperoleh aspek-aspek nilai lingkungan sekolah, yaitu: (a) lingkungan koefisien korelasi rxy =0,566 ; p= 0,014 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan non sosial dan (b) lingkungan sosial. ada hubungan positif yang signifikan antara 6 persepsi terhadap lingkungan sekolah Lingkungan sekolah yang memenuhi dengan penyesuaian diri. Dengan demikian harapan hipotesis penelitian yang diajukan dapat lingkungan belajar yang dapat memberikan diterima. Semakin positif persepsi terhadap pelayanan pembelajaran secara berkualitas lingkungan sekolah maka semakin tinggi kepada siswa sehingga mereka nyaman dan penyesuaian diri, demikian pula sebaliknya bersemangat dalam belajar. Misalnya semakin sarana memadai rendah lingkungan sekolah persepsi terhadap siswa belajar adalah yang suasana cukup dan maka semakin rendah membuat siswa lebih bersemangat dalam penyesuaian diri. Mudjijana (2004) pada belajar, peraturan sekolah yang tegas dan penelitian yang telah dilakukan menyatakan, tertib yang membantu kedisiplinan siswa sebagian besar masyarakat menilai hasil dalam menjalankan kegiatan belajar, serta pendidikan dalam hal ini termasuk hasil adanya relasi guru dan siswa, siswa dengan belajar dititikberatkan pada baik-buruknya siswa yang terbangun secara harmonis iklim sekolah dalam hal ini termasuk sehingga terjalin komunikasi yang terbuka lingkungan yang ada di sekolah. Slameto dan dapat mempererat pergaulan, pada (2003) mengemukakan lingkungan sekolah akhirnya mampu meningkatkan penyesuaian meliputi berbagai komponen antara lain (1) diri pada individu. Sudarmanto (2007) pada Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang penelitian berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyimpulkan ada korelasi yang positif menyebabkan mengajar antara lingkungan belajar dengan prestasi kurang lancar. (2) Relasi siswa dengan belajar, semakin baik lingkungan belajar siswa, bila di dalam kelas ada grup yang maka akan semakin tinggi prestasi belajar saling bersaing secara tidak sehat, maka siswa. jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan (2007) juga menyimpulkan bahwa melalui kebersamaan (3) penerapan pembelajaran modeling, persepsi Disiplin sekolah, peraturan sekolah yang terhadap lingkungan sekolah berpengaruh tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan positif terhadap penyesuaian diri pada siswa. proses siswa belajar tidak tampak. siswa dalam menjalankan kegiatan belajar telah dilakukan Penelitian Pidiana dan Nursalim Setiap kemampuan 7 yang siswa untuk harus mempunyai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah agar dapat diri sebesar 32% oleh koefisien determinan memenuhi kebutuhan. (r2) sebesar 0,320, yang berarti masih kebutuhan utama Pada siswa dasarnya SMA yang terdapat 68% faktor-faktor lain yang mempunyai rentang umur lebih kurang 15- mempengaruhi penyesuaian diri di luar 18 tahun ialah yang bersifat psikologis variabel seperti mendapat kasih sayang, menerima sekolah . Sesuai pendapat Santrock (2008) pengakuan untuk yaitu: kondisi fisik, kepribadian lingkungan, semakin mandiri, memperoleh prestasi di kebudayaan, keyakinan dan agama. Serta berbagai bidang yang dihargai oleh orang pendapat Desmita (2010) yaitu: psikogenik dewasa dan teman sebaya, merasa aman dan sosiopsikogenik. terhadap dorongan persepsi terhadap lingkungan dengan perubahan kejasmaniannya sendiri Berdasarkan hasil analisis diketahui (Winkel, 2006). Apabila siswa tidak dapat persepsi terhadap lingkungan sekolah pada memenuhi subjek kebutuhan tersebut maka penelitian tergolong sedang individu akan mengalami masalah yaitu ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan 65,833 dan rerata hipotetik (RH) = 60. Hasil sekolah terutama dengan teman sebaya. analisis deskripsi menunjukkan dari 18 Manakala persepsi individu terhadap memperoleh lingkungan subjek penelitian terdapat 32orang yang sekolah memiliki persepsi terhadap lingkungan berupa perhatian emosional, ia akan merasa sekolah rendah, 7 orang memiliki persepsi bahwa orang lain akan memberi perhatian, terhadap lingkungan sekolah sedang, dan 9 menghargai dan mencintai dirinya, ia akan subjek lebih mempunyai kemantapan diri yang baik lingkungan sekolah serta memiliki sikap yang dapat menerima Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa kenyataan, mengembangkan aspek-aspek persepsi terhadap lingkungan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki sekolah yang terdiri dari aspek sosial dan kemandirian untuk mencapai segala sesuatu non sosial sudah dapat diterima atau yang diinginkan. dirasakan oleh subjek penelitian meskipun dapat Sumbangan efektif persepsi terhadap lingkungan sekolah memiliki belum secara optimal. terhadap penyesuaian 8 persepsi terhadap tergolong tinggi. Penyesuaian diri pada subjek berhasil baik apabila menimbulkan sikap penelitian tergolong sedang, ditunjukkan setuju atau penerimaan dari masyarakat. oleh rerata empirik (RE) = 93,611 dan rerata hipotetik (RH) = 92,5. Hasil analisis deskripsi diketahui terdapat 3 KESIMPULAN DAN SARAN subjek 1. Ada hubungan positif yang sangat memiliki penyesuaian diri rendah, 5 subjek signifikan memiliki penyesuaian diri sedang dan 10 lingkungan sekolah subjek memiliki penyesuaian diri tinggi. diri. Seperti halnya pada persepsi terhadap terhadap lingkungan sekolah maka semakin lingkungan sekolah , kondisi ini juga dapat tinggi penyesuaian diri, demikian pula diartikan aspek-aspek yang terdapat dalam sebaliknya variabel persepsi penyesuaian diri yaitu: keharmonisan diri pribadi; keharmonisan antara persepsi terhadap dengan penyesuaian Semakin tinggi semakin terhadap (positif) persepsi rendah (negatif) lingkungan sekolah maka semakin rendah penyesuaian diri. dengan lingkungan; kemampuan mengatasi 2. Sumbangan efektif persepsi sekolah terhadap ketegangan, konflik, dan frustrasi belum terhadap sepenuhnya menjadi bagian dari perilaku penyesuaian diri sebesar 32%, sehingga dan karakter subjek dalam bersosialisasi masih terdapat 68% faktor-faktor lain yang dengan mempengaruhi penyesuaian diri di luar lingkungan. Menurut Hurlock (2006) individu yang memiliki penyesuaian variabel diri memadai apabila memiliki beberapa sekolah karakteristik sebagai berikut: (a) sekolah penyesuaian sedang. memadai akan yang berhasil menimbulkan persepsi terhadap lingkungan 3. Persepsi terhadap lingkungan kenyamanan psikis (psychological comfort), diri lingkungan atau kepuasan pada subjek penelitian tergolong Penyesuaian diri pada subjek penelitian juga tergolong sedang. psikis, sedangkan yang tidak berhasil akan Peneliti selanjutnya diharapkan menimbulkan rasa tidak puas, kecewa, meminimalisir kelemahan-kelemahan yang gelisah, lesu, dan depresi; (b) penerimaan ada, baik dari segi alat ukur maupun sosial (social acceptance), penyesuaian diri sampling yang digunakan, caranya antara 9 Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. lain dengan: a) Melengkapi alat ukur skala dengan alat ukur pembanding, misalnya dokumentasi, observasi dan wawancara terhadap subjek fenomena dan penelitian hasil Mudjijana R. 2004. Hubungan Antara Iklim Sekolah dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur - No.02 / Th.III/ Maret 2004 Pasaribu, J. Z. 2000. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara sehingga penelitian yang diungkap lebih mendalam. b) Menambah variabel-variabel lain yang secara teoretis mempengaruhi variabel penyesuaian persepsi sekolah. c) terhadap diri selain lingkungan Santrock, J.W. 2008. Live Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima Jilid 2. (terjemahan Chusaeri dan Damanik) Jakarta : Erlangga. Menambah jumlah subjek penelitian dan menentukan karakteristik yang lebih spesifik, misalnya membandingkan penyesuaian diri antar jenis Sarwono, S.W. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Bulan Bintang. kelamin, atau antar sekolah akselerasi dan non akselerasi. Scheniders, A.A. 1994. Personal Adjusment and Mental Health. New York : Rinehart And Winston. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : Bhineka Cipta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Darmaningtyas, 2004. Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta : BPFE. Sudarmanto, R.G. 2007. Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Jurnal Pendidikan Vol. I. H.1-10. Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya Maghviroh, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Akselerasi Siswa Berbakat Intelektual Terhadap Aspek Perkembangan Sosial (Penelitian Terhadap Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Mangkubumen Lor No.15 Surakarta Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. 10 Wijayati, C.D.2009. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Antara Kelas Akselerasi dan Kelas Non Akselerasi Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Winkel W. S. 2006. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia. 11