Analisis Inflasi TPI dan Pokjanas TPID Edisi 2 Juli 2015 Penyusun: Divisi Asesmen Inflasi - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro - Kemenkeu RI, Direktorat Pengembangan Ekonomi Daerah – Kemendagri RI “INFLASI JUNI MASIH TERKENDALI, TETAP WASPADAI RISIKO PANGAN DAN ADMINISTERED PRICES” Inflasi Juni terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi harga pemerintah. Realisasi inflasi IHK Juni 2015 tercatat sebesar 0,54% (mtm) atau 7,26% (yoy), lebih rendah dari inflasi periode puasa tahun sebelumnya. Tekanan inflasi pada periode Ramadhan ini terutama masih bersumber dari inflasi kelompok volatile food yang mencapai 1,74% (mtm) atau 8,83% (yoy) bersumber dari komoditas cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Namun demikian, lonjakan harga yang lebih tinggi dapat diredam didukung oleh kebijakan stabilisasi harga Pemerintah yang dalam beberapa minggu terakhir gencar melakukan Operasi Pasar dan Pasar Murah di Jabodetabek dan beberapa kota lainnya. Namun demikian, secara spasial, sebagian besar kota masih mengalami inflasi dan hanya sedikit kota yang mengalami deflasi terutama di Kawasan Indonesia Timur karena pasokan ikan dari daerah sentra (Tual, Maluku) yang melimpah. Sejalan dengan itu, inflasi administered prices juga terkendali. Inflasi administered prices pada Juni 2015 tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau 13,14% (yoy) terutama bersumber dari kenaikan harga BBM Non Subsidi dan tariff adjustment TTL kelompok Rumah Tangga dengan daya listrik di atas 2.200 VA. Demikian juga dengan perkembangan inflasi inti yang pada Juni 2015 masih terjaga yakni sebesar 0,26% (mtm) atau 5,04% (yoy) sejalan dengan kegiatan perekonomian domestik yang cenderung tumbuh moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali. Kendati inflasi pada periode Ramadhan ini relatif terkendali, namun risiko ke depan tetap perlu diwaspadai. Risiko dari eksternal terutama terkait dengan pelemahan nilai tukar Rupiah dan kecenderungan kenaikan harga minyak dunia yang akan mempengaruhi penetapan harga BBM dan tariff adjustment Tarif Tenaga Listrik (TTL), serta dampak lanjutannya ke tarif angkutan dan harga barang lainnya. Rencana pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM hingga setelah Lebaran dan kenaikan dilakukan antara 3-6 bulan tetap perlu disosialisasikan dengan baik, agar kenaikan harga BBM tersebut direspon oleh pelaku usaha secara proporsional. Dari sisi domestik, tekanan inflasi yang masih perlu tetap diwaspadai adalah potensi terjadinya El Nino. Risiko inflasi juga bersumber dari kelompok administered prices terkait dengan uji coba distribusi tertutup LPG 3 kg yang akan dilakukan di 3 daerah yakni Batam, Balikpapan, dan Banten. Masih besarnya risiko tekanan inflasi ke depan menuntut Bank Indonesia dan Pemerintah untuk semakin memperkuat koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah dalam pengendalian inflasi baik jangka pendek maupun jangka menengah. Terkait dengan berbagai risiko tersebut di atas, peran TPID menjadi sangat penting khususnya dalam mengurangi tekanan inflasi pangan baik yang bersumber dari EL Nino maupun faktor musiman karena perayaan HBKN serta mitigasi dari uji coba distribusi tertutup LPG 3 kg. 1. Inflasi IHK Juni 2015 meningkat dari bulan lalu, terutama bersumber dari kelompok volatile food, tetapi masih cukup terkendali didukung oleh upaya pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga. Pada Juni 2015, inflasi IHK tercatat sebesar 0,54% (mtm) atau 7,26% (yoy), meningkat dari bulan lalu (0,50% mtm), namun lebih rendah dari historis Ramadhan tiga tahun terakhir sebesar 0,85% (mtm). Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,74% (mtm) atau 8,83% (yoy), meningkat dibandingkan bulan lalu (1,52% mtm), dan lebih tinggi di atas historis Ramadhan tiga tahun terakhir (1,60%, mtm). Kendati demikian, realisasi inflasi bulan Ramadhan tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan periode Ramadhan tahun lalu, karena upaya stabilisasi harga pangan yang dilakukan pemerintah dalam beberapa pekan terakhir. Kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm) atau 13,14% (yoy), menurun dari bulan lalu (0,38%, mtm) dan lebih rendah dibandingkan historis Ramadhan tiga tahun terakhir (0,55% mtm). Sementara inflasi inti tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau 5,04% (yoy), sedikit meningkat dari bulan lalu (0,23% mtm), namun lebih rendah dari historis Ramadhan tiga tahun terakhir (0,72%, mtm). Analisis Inflasi Mei 2015 – TPI dan Pokjanas TPID 1 Analisis Inflasi TPI dan Pokjanas TPID Edisi 2 Juli 2015 Penyusun: Divisi Asesmen Inflasi - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro - Kemenkeu RI, Direktorat Pengembangan Ekonomi Daerah – Kemendagri RI Tabel 1. Disagregasi Inflasi Juni 2015 Grafik.1 Disagregasi Inflasi Juni 2015 2. Inflasi inti meningkat terbatas sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik, ekspektasi inflasi yang terkendali, dan penurunan harga komoditas global non minyak. Inflasi inti pada Juni 2015 tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau 5,04% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan bulan lalu (0,23% mtm), namun lebih rendah dibandingkan historis Ramadhan tiga tahun terakhir (0,72%, mtm). Realisasi yang lebih rendah dari historis bersumber dari permintaan domestik yang melemah serta dampak pelemahan Rupiah pada beberapa bulan sebelumnya yang ditengarai belum sepenuhnya ditransmisikan ke harga jual. Grafik 2. Dekomposisi Inflasi Inti Nontraded 3. Grafik 3. Inflasi Inti Traded dan Faktor Eksternal Inflasi kelompok volatile food terutama disebabkan oleh kenaikan harga daging ayam ras, aneka cabai, dan beras. Kelompok volatile food tercatat inflasi sebesar 1,74% (mtm) atau 8,83% (yoy), lebih tinggi dari historis Ramadhan tiga tahun terakhir (1,60%, mtm), namun lebih rendah dibandingkan inflasinya pada 2014. Hal tersebut sejalan dengan upaya pengendalian harga pangan yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain melaui operasi pasar dan pasar murah. Di samping itu, rendahnya inflasi juga dipengaruhi oleh koreksi harga bawang dan cabai merah di pekan terakhir sejalan dengan mulai berlangsungnya panen di beberapa wilayah1. Kenaikan harga cabai merah didorong oleh masuknya musim tanam cabai merah pada tiga minggu pertama bulan ini di tengah peningkatan permintaan di bulan Ramadhan. Kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras didorong oleh kenaikan harga pakan impor akibat depresiasi Rupiah yang berlangsung sejak awal tahun ini dan pemangkasan DOC (Day Old Chicks) di tengah peningkatan permintaan menjelang ramadhan. Sementara beras yang pada dua bulan terakhir mengalami deflasi, pada bulan ini tercatat mengalami inflasi sebesar 0,55% (mtm). Peningkatan harga beras disebabkan oleh peningkatan permintaan pada bulan Ramadhan di tengah berlalunya musim panen. 4. 1 Inflasi kelompok administered prices cukup terkendali. Pada Juni 2015, kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm) atau 13,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan historis Ramadhan tiga tahun terakhir (0,55% mtm). Tekanan inflasi administered price bulan ini bersumber dari kenaikan BBM non-subsidi dan tariff adjustment listrik kelompok rumah tangga dengan daya di atas 2200VA. Terkendalinya inflasi administered prices didorong oleh deflasi yang terjadi pada beberapa komoditas (antara lain tarif angkutan udara, tarif angkutan laut, tarif dan kereta api). Panen bawang telah terjadi a.l di Bima, Brebes, Nganjuk, dan Cirebon; panen cabai terjadi di sebagian wilayah Jawa dan Sumatera. Analisis Inflasi Mei 2015 – TPI dan Pokjanas TPID 2 Analisis Inflasi TPI dan Pokjanas TPID Edisi 2 Juli 2015 Penyusun: Divisi Asesmen Inflasi - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi Makro - Kemenkeu RI, Direktorat Pengembangan Ekonomi Daerah – Kemendagri RI 5. Secara spasial, pada Juni 2015, tekanan inflasi secara nasional meningkat dibandingkan periode sebelumnya, yang disumbang oleh kenaikan harga di hampir seluruh daerah, kecuali Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku. Inflasi pada bulan Juni 2015 tercatat sebesar 0,54%, sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,50% mtm). Secara umum, kenaikan inflasi pada periode bulan laporan di hampir seluruh wilayah berada di bawah rata-rata selama tiga tahun terakhir, kecuali di Kalimantan. Di wilayah Kalimantan, inflasi secara agregat tercatat sebesar 0,81%, lebih tinggi dibanding wilayah lainnya, didorong oleh cukup tingginya inflasi di Kalimantan Tengah (0,94%) dan Kalimantan Timur (0,93%). Sebaliknya, inflasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara agregat merupakan yang terendah dibanding wilayah lainnya yakni sebesar 0,42%. Hal ini dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi di NTB dan Maluku sehingga relatif dapat mengompensasi kenaikan inflasi yang cukup tinggi di beberapa daerah seperti di Papua Barat (1,71%) dan Sulawesi Barat (0,95%). Kenaikan inflasi tersebut bersumber dari meningkatnya harga komoditas bahan makanan (antara lain daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras dan beras) akibat peningkatan permintaan seiring dengan masuknya masa Ramadhan 6. Masih besarnya risiko tekanan inflasi ke depan menuntut Bank Indonesia dan Pemerintah untuk semakin memperkuat koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah dalam pengendalian inflasi baik jangka pendek maupun menengah. Beberapa upaya stabilisasi harga dalam menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang telah dilakukan oleh Pemerintah selama ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan efektivitasnya bahkan termasuk yang sifatnya struktural. Selain itu, Bank Indonesia akan melakukan pembahasan dengan pemerintah dan instansi terkait mengenai rencana pemerintah untuk melanjutkan reformasi subsidi energi di tahun 2016. Hal ini penting mengingat kebijakan yang akan diambil menyangkut barang strategis yakni TTL Rumah Tangga golongan 450-900 VA dan LPG 3 kg yang selama ini subsidinya cukup besar. Jakarta, 2 Juli 2015 Analisis Inflasi Mei 2015 – TPI dan Pokjanas TPID 3