BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Merger dan akuisisi
2.1.1 Merger
Merger adalah salah satu bentuk penyerapan oleh satu perusahaan terhadap
perusahaan lain. Jika dua perusahaan, A dan B, melakukan merger, maka hanya akan
ada satu perusahaan saja, yaitu A atau B. Pada sebagian besar kasus merger,
perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap
mempertahankan nama dan status hukumnya, sedangkan perusahaan yang ukurannya
lebih kecil (perusahaan yang dimerger) akan menghentikan aktivitasnya atau
dibubarkan sebagai badan hukum. Pihak yang masih hidup atau yang menerima
merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing
firm). Sementara itu, perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger
dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size)
yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke
surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan meninggalkan status hukumnya
sebagai entitas yang terpisah, dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian
(unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian ia tidak lagi bisa bertindak
hukum atas namanya sendiri (Abdul Moin, 2003:6).
7
8
2.1.2 Akuisisi
”Akuisisi adalah suatu pengambilalihan kepemilikan dan kontrol manajemen
oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Menurut Coyle, kontrol adalah
kata kunci yang membedakan merger dan akuisisi” (Gunawan Widjaja, 2002:45).
Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan
atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan
dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis
sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin, 2003:8).
Sementara itu, Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan
bahwa akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham
perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut. Sedangkan perspektif akuntansi mengenai akuisisi dalam PSAK No. 22
paragraf 08 menjelaskan bahwa akuisisi (acquisition) adalah suatu bentuk
penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi
(acquiree), degan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham (IAI, 2004:22.3).
2.2 Motif Merger dan Akuisisi
Meningkatnya kegiatan merger dan akuisisi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
dan karakteristik kultural dari waktu dan tempat kegiatan merger dan akuisisi tersebut
9
dilakukan. Pada saat kondisi perkekonomian sedang dalam posisi ekspansi yang salah
satunya ditandai oleh semakin aktifnya kegiatan pasar modal, banyak pelaku usaha
yang mengambil keputusan untuk melakukan merger dan akuisisi. Majunya teknologi
dan kondisi perekonomian yang mendorong aktifnya kegiatan di pasar modal
mendorong para pelaku usaha untuk menata ulang asetnya melalui akusisi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya pelaku usaha yang bermiat untuk
melakukan ekspansi usaha maka aktifitas merger dan akuisisi akan semakin marak.
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong
sebuah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif
ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai
perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Disisi lain, motif
non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada keinginan subyektif atau
ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. Secara garis besar motif merger
dan akusisi adalah sebagai berikut :
2.2.1 Motif Ekonomi
Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan, adalah
seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi
perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi
yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut.
Oleh karena itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk
mencapai tujuan ini.
10
Perushaaan harus melakukan implementasi program melalui langkah-langkah
kongkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan
dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu motif ekonomi
merger dan akuisisi yang lain meliputi :
•
Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.
•
Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.
•
Memperoleh individu-individu semberdaya manusia yang professional.
•
Membangun kekuatan pasar (market power)
•
Membangun kekuatan monopoli.
•
Memperluas pangsa pasar.
•
Mengurangi persaingan.
•
Mendiversifikasi lini produk.
•
Mempercepat pertumbuhan.
•
Menstabilkan cash flow dan keuntungan.
2.2.2 Motif Sinergi
Sinergi yang besar dan kuat merupakan salah satu alasan utama bagi para
pembeli untuk bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi, melebihi nilai yang
sebenarnya dari perusahaan yang diminati. Sinergi mengacu pada reaksi yang di
timbulkan ketika dua perusahaan digabungkan untuk menghasilkan efek yang jauh
lebih baik bagi ke dua entity yang bersangkutan daripada masing-masing perusahaan
melakukan kegiatan operasinya secara independen. Fenomena ini seringkali
digambarkan sebagai 2 + 2 = 5. Didalam konteks merger, hal ini di diterjemahkan
11
sebagai kemampuan dari dua atau lebih perusahaan yang digabungkankan untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika perusahaan tersebut
beroperasi secara independen (Patrick A. Gaughan, Merger, Acqusition, and
corporate Restructuring, USA, New York: John Wiley & Sons, Inc., 1999, pp. 116128)
Lebih jauh Gaughan menegaskan ada 2 tipe sinergi, yaitu sinergi operasional
dan sinergi keuangan. Sinergi operasional mengacu pada dua bentuk yaitu
peningkatan pendapatan (Revenue enhancement) dan pengurangan/efisiensi biaya
(cost reduction). Sinergi keuangan mengacu pada kemungkinan untuk mendapatkan
cost of capital yang lebih rendah dari penggabungan 2 atau lebih perusahaan.
2.2.3 Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui
merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis
dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing dan dapat mengurangi
resiko ketergantungan terhadap satu core business. Perusahaan mendiversifikasi
usahanya
melalui
akuisisi
perusahaan
lain
bertujuan
untuk
mengurangi
ketidakstabilan arus penerimaan kas dan keuntungan.
2.2.4 Motif Non-Ekonomi.
Motif merger dan akuisisi tidak hanya berdasarkan pertimbangan ekonomi,
tetapi bisa didasarkan pada pertimbangan pertimbangan lain seperti prestis dan
ambisi. Motif non-ekonomi ini berasal dari kepentingan personal (personal interest
motive) baik dari manajemen perusahaan maupun pemilik perusahaan.
12
2.3 Analisis Strategi Jangka Panjang Perusahaan
Strategi diperlukan untuk menderivasi visi dan misi ke dalam skala operasional
dengan mendasarkan pada hasil investigasi dan evaluasi lingkungan internal dan
eksternal. Dalam memformulasi dan mengimplementasi strategi, perusahaan
sebelumnya harus melakukan analisis dan evaluasi secara komprehensif terhadap
berbagai elemen baik lingkungan internal maupun eksternal. Salah satu pendekatan
untuk menganalisis lingkungan adalah menggunakan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity dan Threat).
2.3.1 Strength, Weakness, Opportunity, Threats (SWOT)
SWOT merupakan alat pencocokan yang penting membantu mengembangkan
empat tipe strategi. Strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT.
Mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit
terbesar untuk mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik,
dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik. Gambar 2.1 berikut ini menunjukan bahwa
strategi pertama, kedua, ketiga dan keempat masing masing adalah SO, WO,ST dan
WT.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi
kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan
peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan
kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman
eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif
13
yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman
lingkungan.
Gambar 2.1 Matriks SWOT
Selalu dibiarkan kosong
Strength (S)
Weakness (W)
Daftar Kekuatan
Daftar kelemahan
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
Daftar peluang
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Threat (T)
Strategi ST
Strategi WT
Daftar Ancaman
Gunakan kekuatan untuk
menghindari anacaman
Meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
2.3.2 Matriks Boston Consulting Group (BCG)
Matriks BCG secara grafik menggambarkan perbedaan antar divisi dalam arti
posisi pangsa relatif dan kecepatan pertumbuhan industri. Matriks BCG terdiri dari 4
kuadran yaitu Question Mark, Star, Cash Cow dan Dog.
Pada quadran I disebut Question Mark yaitu mempunyai posisi pangsa pasar
relatif rendah, tetapi bersaing dalam industri dengan pertumbuhan tinggi. Pada
umumnya kebutuhan uang tunai perusahaan ini tinggi dan hasilnya rendah. Bisnis ini
disebut Question Mark karena organisasi harus memutuskan apakah memperkuat
14
dengan menjalan strategi intensif (Penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau
pengembangan produk) bahkan menjualnya.
Pada kuadran II (Star) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk
pertumbuhan dan profitabilitas. Pangsa pasar relatif tinggi dan tingkat pertumbuhan
industri tinggi. Posisi ini, perusahaan harus menerima investasi cukup besar untuk
mempertahankan
atau
memperkuat
posisi
dominannya.
Integrasi
kedepan,
kebelakang dan horizontal, diversivikasi konsentrik, penetrasi pasar, pengembangan
pasar, pengembangan produk dan usaha patungan merupakan strategi yang
dipertimbangkan bagi kuadran ini.
Pada kuadran III (Cash Cow) mempunyai posisi pangsa pasar relatif tinggi
namun bersaing dalam industri yang pertumbuhan lambat. Disebut sapi perah karena
menghasilkan uang tunai melebihi yang diperlukannya. Banyak sapi perah adalah
bintang di masa lalu. Sapi perah harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya
selama mungkin.
Pada kuadran IV (Dog) mempunyai pangsa pasar relatif rendah dan bersaing
dalam industri dengan pertumbuhan rendah atau tanpa pertumbuhan. Karena
posisinya yang lemah baik internal maupun eksternal, bisnis ini sering dilikuidasi,
didivestasi atau dipangkas lewat penghematan.
15
Gambar 2.2 Matriks BCG
Posisi Pangsa Pasar Relatif (volume produksi)
Kecepatan Perumbuhan
penjualan industri
Tinggi +20
Sedang 0
STAR
II
QUESTION MARK
I
CASH COW
III
DOG
IV
Rendah -20
1.0
0.5
0.0
2.3.3 Porter’s Five Forces Model
Model ini awalnya adalah sebuah perangkat analisis terhadap lingkungan
industri. Porter menggambarkan adanya kombinasi lima kekuatan (five forces) yang
berasal dari lingkungan eksternal langsung yang berada pada lingkungan industry
yang bersangkutan. Lima kekuatan ini merupakan ancaman serius yang mampu
menekan perusahaan ke posisi yang tidak menguntungkan. Gambar berikut
menunjukkan ancaman lima kekuatan yang berasal dari (1) pendatang baru, (2)
produk substitusi, (3) kekuatan tawar konsumen, (4) kekuatan tawar pemasok dan (5)
para pesaing.
16
Gambar 2.3Porter’s Five Forces Model
Substitutes Product
•
Relative price value of the
substitute compared to industry’s
product
Cost of switching to substitute
Buyers’ propensity to switch
•
•
Supplier Power
•
•
•
•
Number and size of suppliers
Switching costs/product
differentiation
Availability of substitutes
Possibility of forward integration
Market Rivalry
• Number and size of competitors
• Industry growth rate
• Product differetiation factors
• Industry margins pricing
Buyer Power
•
•
•
•
Significance of the purchase
relative to cost structure
Switching costs
Purchase volume
Threat of backward integration
Barrier to Entry
•
•
•
•
•
1
Economic of scale
Capital costs
Cost advantage of existing
competitors
Barrier to exit
Patents
Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry). Yaitu seberapa mudah pemain
baru masuk sebagai pesaing baru dalam industri. Semakin mudah pemain baru
masuk, artinya tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi.
2
Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute). Jika produk perusahaan
mempunyai produk substitusi atau produk pengganti, maka substitusi ini harus
diperhitungkan sebagai pesaing.
3
Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers). Posisi tawar
menawar dari konsumen akan mempengaruhi perusahaan untuk menetapkan
harga jual dan volume produksi.
17
4
Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers). Semakin
banyak pemasok maka semakin kuat posisi tawar menawar perusahaan dalam
menegosiasikan harga, volume dan differensiasi pasokan.
5
Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing
competitor). Tingkat persaingan diantara pemain dalam industri ditentukan
beberapa faktor, diantaranya potensi pertumbuhan industri, beban tetap
perusahaan (fixed cost), diferensiasi produk, identitas merk (brand identity)
dan informasi yang dimiliki.
2.3.4 Grand Strategy
Matriks seleksi grand strategy bisa dilihat pada gambar dibawah ini yang
memberikan ilustrasi strategi alternatif apa yang bisa dipilih. Semua organisasi dapat
diposisikan dalam salah satu dari empat kuadran strategi dari matrik Grand Strategy.
Matriks Grand Strategy didasarkan pada dua dimensi evaluatif yaitu posisi bersaing
dan pertumbuhan pasar.
Perusahaan yang berada pada kuadran satu dalam posisi yang strategis sekali
yaitu bersaing dalam industri dengan pertumbuhan cepat dan mempunyai posisi
persaingan yang kuat. Konsentrasi terus menerus pada pasar saat ini (penetrasi pasar
dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) merupakan strategi
yang tepat. Jika perusahaan mempunyai kelebihan sumber daya, maka integrasi ke
belakang, ke depan atau horizontal dapat merupakan strategi yang efektif. Sedangkan
perusahaan terlalu besar komitmennya terhadap produk tunggal, maka diversifikasi
konsentrik dapat mengurangi resiko berkaitan dengan lini produk yang sempit.
18
Pada kuadran II, perusahaan perlu mengevaluasi pendekatan ke pasar yang
dipakai saat ini secara serius. Walaupun industri sedang tumbuh, mereka tidak
mampu bersaing secara efektif. Strategi yang dipakai adalah strategi intensif (sebagai
lawan dari integratif atau diversifikasi) biasanya pilihan yang harus dipertimbangkan.
Sedangkan kuadran III, perusahaan yang bersaing dalam industri dengan
pertumbuhan lambat dan mempunyai persaingan yang lemah. Perusahaan ini harus
membuat perubahan drastis dengan cepat untuk menghindari kematian dan
kemungkinan likuiditas. Biaya ekstensif dan pengurangan asset harus dikejar terlebih
dahulu.
Dan yang terakhir kuadran IV merupakan perusahaan yang mempunyai posisi
bersaing yang kuat tetapi berada dalam industri dengan pertumbuhan lambat.
Perusahaan ini mempunyai kekuatan untuk diversifikasi ke bidang pertumbuhan yang
menjanjikan.
19
Gambar 2.4 Matriks Seleksi Grand Strategy
Pertumbuhan Pasar Cepat
Pengembangan Pasar
Penetrasi Pasar
Pengembangan Produk
Integrasi Horizontal
Divestasi
Likuidasi
Posisi
Bersaing
Lemah
Pengembangan Pasar
Penetrasi Pasar
Pengembangan Produk
Integrasi ke depan
Integrasi ke belakang
Integrasi Horizontal
Diversifikasi Konsentrik
IV
I
III
II
Penghematan
Diversifikasi Konsentrik
Diversifikasi Horizontal
Diversifikasi Konglomerat
Divestasi
Likuidasi
Posisi
Bersaing
Kuat
Diversifikasi Konsentrik
Diversifikasi Horizontal
Diversifikasi Konglomerat
Usaha Patungan
Pertumbuhan Pasar Lambat
2.3.5 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
QSPM adalah alat untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif
berdasarkan pada faktor - faktor kritis untuk sukses internal dan ekstenal yang
dikenali sebelumnya. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari
berbagai strategi berdasarkan pada sejauh mana faktor - faktor sukses kritis eksternal
dan internal yang ada dimanfaatkan atau diperbaiki. QSPM terdiri dari 3 tahap
analisis formulasi strategi, dengan metode ini secara objektif menentukan alternatif
yang terbaik. QSPM menggunakan input pada tahap 1, hasil analisis pada tahap 2
(analysis) dan pencocokan (matching) pada tahap 3 yang selanjutnya dianalisis untuk
diputuskan secara objektif alternatif strategi.
20
Pada Tahap 1 digunakan EFE Matrix, IFE Matrix, dan Competitive Profile
Matrix, dilanjutkan pada tahap kedua dengan menggunakan SWOT Matrix, SPACE
Analysis, IE Matrix, dan Grand Strategy yang hasilnya digunakan pada tahap 3
menggunakan QSPM. QSPM merupakan alat yang dapat mengevaluasi strategi
secara objektif, berdasarkan pada identifikasi kunci kesuksesan internal dan eksternal
perusahaan yang memerlukan penilaian secara intuitif.
Langkah-langkah untuk memformulasi QSPM adalah sebagai berikut :
1. Menyusun daftar kunci eksternal (peluang dan ancaman) serta daftar kunci
internal (kekuatan dan kelemahan) perusahaan pada kolom kiri dari QSPM.
Informasi tersebut diperoleh dari IFE dan EFE Matrix.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor kritikal keberhasilan internal maupun
eksternal, nilai ini sama dengan bobot pada IFE dan EFE Matrix.
3. Menentukan dan identifikasi alternatif strategi yang dapat dilaksanakan, dan
menuliskan pada baris pertama dari QSPM.
4. Menetukan Attractiveness Scores (AS) sebagai nilai numerik yang menunjukkan
relative attractiveness terhadap setiap alternatif strategi. AS ditetukan dengan
menghitung tiap faktor kunci internal maupun eksternal dalam satu waktu.
5. Menghitung total AS (TAS) dengan mengalikan setiap bobot dengan AS masingmasing. TAS menunjukkan relative attractiveness setiap alternatif strategi.
6. Menghitung rata-rata Total Attractiveness Scores, masukkan TAS pada setiap
kolom strategi. Nilai rata-rata TAS menunjukkan strategi yang paling atraktif.
Alternatif strategi dengan jumlah nilai TAS tertinggi adalah alternatif strategi
21
terbaik, dimana peluang eksternal cukup besar untuk dimanfaatkan dengan
menggunakan kekuatan dan kelemahan perusahaan saat ini.
2.4 Proses Akuisisi dan Due Diligence
Strategi perusahaan mengambil keputusan bahwa Merger dan Akuisisi
merupakan
strategi
yang
terbaik,
selanjutnya
perusahaan
bersiap
untuk
merealisasikannya melalui proses pentahapan. Evaluasi yang sistematis dan
konprehensif diperlukan untuk memastikan apakah target perusahaan merupakan
calon yang layak untuk di akuisisi dan mampu meningkatkan nilai perusahaan dalam
jangka panjang. Disamping itu, perusahaan harus melakukan due diligence agar
memiliki informasi selengkap mungkin untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
calon perusahaan target. Due diligence ini dilakukan terhadap berbagai aspek seperti
keuangan, pemasaran, produksi dan teknologi, organisasi dan sumber daya manusia.
Dari sisi legalitas, perusahaan perlu melihat secara yuridis merger dan akuisisi tidak
melanggar atau bertentangan dengan ketentuan hukum atau perundangan yang
berlaku. Gambar berikut ini adalah tahap-tahap proses Akuisisi.
22
Gambar 2.5 Tahap Proses Akuisisi
Identifikasi Awal
Screening
Perencanaan
Penawaran Formal
Due Diligence
Proses
Negosiasi/Deal
Closing
Integrasi
Pasca Akuisisi
2.4.1 Identifikasi Awal
Pada tahapan paling awal ini perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk di akuisisi.
Identifikasi ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan
perusahaan yang seperti apa yang akan dijadikan target akuisisi. Dalam gambar 2.6 di
bawah ini merupakan elemen elemen yang penting dalam melakukan identifikasi
perusahaan.
23
Gambar 2.6 Identifikasi Awal Perusahaan Target
Kekuatan dan Kelemahan
Pemasaran
Ukuran Perusahaan
Kinerja Keuangan
Posisi dalam Industri
Perusahaan
Target
Kinerja Manajemen
Status Perusahaan
Sumber daya Manusia
Sejarah masa lalu
Pemegang Saham
Organisasi
2.4.2 Screening
Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon
target tersebut yang paling layak untuk diakuisisi. Proses screening ini tidak
dilakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu calon perusahaan target.
Sebaliknya apabila terdapat dua atau lebih calon maka proses screening ini
diperlukan untuk memilih salah satu perusahaan yang akan di akuisisi.
2.4.3 Penawaran Formal
Perusahaan membentuk tim yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
merger dan akuisisi. Apabila perusahaan merekrut personal ahli dari pihak luar
(external advisor) maka pihak ini akan bergabung dalam tim dan selanjutnya tim
melakukan pendekatan dengan target. Pendekatan pertama dilakukan secara formal
dengan pemberitahuan secara resmi dan tertulis yang ditujukan kepada manajemen
24
puncak perusahaan target tentang maksud akuisisi (letter of intent). Pada tahap ini
dilakukan penjajakan pelaksanaan merger dan akuisisi antara kedua belah pihak dan
pembicaraan tentang harga yang akan disepakati.
Dalam penawaran formal ini, informasi sebaiknya tidak dilakukan terbuka
karena hal ini akan mempengaruhi harga pasar saham terutama apabila perusahaan
target adalah perusahaan publik.
2.4.4 Due Diligence
Due Diligence atau uji tuntas adalah investigasi yang menyeluruh dan
mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini dimaksudkan
untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target
dilihat dari semua aspek. Disamping itu uji tuntas juga dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghindari kesulitan-kesulitan yang bisa menyebabkan kegagalan
akuisisi. Uji tuntas ini dilakukan terhadap aspek hukum, keuangan, organisasi dan
sumber daya manusia, pemasaran, teknologi dan produksi.
Pengakuisisi bisa leluasa memperoleh informasi berbagai aspek tentang
perusahaan target karena telah ada pembicaraan pendahuluan. Namun demikian,
kesulitan due diligence adalah ketika perusahaan target tidak memiliki dokumentasi
atau informasi yang lengkap sebagaimana dibutuhkan oleh calon pengakuisisi.
Disamping itu kesulitan lainnya adalah ketiga due diligence dilakukan pada aspek
organisasi dan manajemen. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan waktu yang
tidak singkat.
25
2.4.5 Negosiasi / Deal
Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan
persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal (tidak terjadi hostile take over) yaitu
manajemen dan pemegang saham. Setelah kedua pihak setuju dengan syarat-syarat
yang disepakati antara pengakuisisi dan target, selanjutnya adalah menandatangani
nota kesepakatan
(memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal
mereka.
2.4.6 Closing
Jika negosiasi mencapai kesepakatan, berarti persetujuan formal merger dan
akuisisi telah terlaksana dan selanjutnya adalah dilakukan closing. Pada kasus
merger, closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang di merger ke
dalam perusahaan hasil merger bersamaan dengan diserahkannya saham perusahaan
hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang dimerger tersebut. Sedangkan
pada akuisisi, closing berarti diserahkannya pembayaran oleh pengakuisisi kepada
pemegang saham perusahaan yang diakuisisi. Pada tahap ini semua penyerahan
dokumen yang terkait dengan pelaksanaan merger dan akuisisi telah selesai. Selain
itu masalah penjaminan dan penggantian kerugian juga penting diselesaikan pada saat
closing.
2.4.7 Integrasi
Integrasi berarti tahap dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan
melakukan penggabungan bisnis sebagai entitas ekonomi. Perusahaan hasil merger
26
dan pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan strategik yang telah disusun
sebelumnya.
2.5 Analisis Laporan Keuangan
2.5.1 Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah sebuah ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo dan sumber
dana untuk membiayai pelunasan hutang tersebut dari aktiva lancar. Rasio-rasio ini
memberikan informasi yang sangat berguna bagi pengakuisisi ketika menilai
perusahaan target yaitu seberapa besar tingkat likuiditas pasca merger. Perusahaan
akan relatif lebih aman jika memiliki rasio likuiditas yang tinggi.
A. Current Ratio
Rasio ini menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan, dengan mengunakan
aktiva lancarnya melunasi atau menutup hutang lancar. Semakin besar rasio ini
semakin likuid perusahaan tersebut.
Current Ratio
Current Assets
=----------------------------Current Liabilities
B. Quick Ratio
Rasio ini mengukur seberapa besar aktiva yang betul betul likuid untuk menjamin
pelunasan hutang lancar.
Persediaan dikeluarkan dari komponen aktiva lancar,
karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak
27
likuid.Persediaan perlu waktu yang relatif lama untuk mengubahnya menjadi kas.
Semakin besar rasio ini semakin likuid perusahaan tersebut.
Current Assets-Inventory
Quick Ratio =------------------------------------Current Liabilities
C. Cash Ratio
Cash Ratio adalah perbandingan antara dana tunai perusahaan dengan hutang lancar.
Dana tunai ini adalah kas dan rekening di bank yang setiap saat dapat dicairkan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancar hanya
dengan menggunakan kasa dan setara kas.
Cash
Cash Ratio =------------------------------------Current Liabilities
2.5.2 Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Ukuran profitabilitas harusnya dikaitkan dengan tingkat risiko usaha.
Artinya belum tentu sebuah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi lebih baik dibandingkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang
rendah jika tidak melihat risiko masing-masing perusahaan.
A. Profit Margin
Net profit margin mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang dihasilkan setiap
rupiah pendapatan.
28
Net Income
Net Profit Margin = -------------------------Total Revenues
B. Return On Assets
Return on Assets sering disebut return on Investment. Rasio ini mengukur seberapa
efektif asset yang ada mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar rasio ini
semakin efektif penggunaan asset. Yang perlu diperhatikan pada rasio ini adalah nilai
buku asset berbeda dengan nilai pasar dimana nilai buku biasanya lebih rendah di
banding dengan nilai pasar. Bila nilai buku dinyatakan undervalue makaakan
menghasilkan ROA yang tinggi.
Net Income
Net Return On Assets = -------------------------Total Aseets
C. Return On Equity
Return On Equity mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang tersedia bagi
pemegang saham. Dengan kata lain rasio ini mengukur berapa Rupiah keuntungan
yang dihasilkan modal sendiri.
Net Income
Return On Equity = ----------------------------Shareholders’ Equity
29
D. Sustainable Growth Rate
The sustainable growth rate (tingkat pertumbuhan berkesinambungan) menunjukan
besarnya pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai oleh perusahaan tanpa
menggunakan pembiayaan hutang. Angka ini menunjukan seberapa besar perusahaan
mempu tumbuh dengan hanya mengandalkan pembiayaan dari modal sendiri. Angka
ini diperoleh dengan cara mengalaikan ROE dengan retention ratio. Skema di bawah
ini menggambarkan distribusi net income.
Cash Dividend
Payout Ratio = ---------------------Net Income
Cash deviden
Net Income
Retained Earning
Retention Ratio
Sustainable Growth Rate
Retained Earning
= -------------------------Net Income
= ROE x Retention Ratio
2.5.3 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola
aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan asset-aset
perusahaan dikelola atau diputar dalam rangka melakukan aktivitas bisnisnya.
Intensitas perputaran ini sangat terkait dengan karakteristik perusahaan.
A. Assets Turnover
Assets turnover mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu menghasilkan
pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan utama
30
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif aktiva tersebut dalam
menghasilkan pendapatan.
Asset Turnover
Total Operating Revenue
= ----------------------------------Total Assets
B. Receivable Turnover
Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara pendapatan operasi atau penjualan
dengan piutang selama satu periode misalnya satu tahun. Piutang yang dipakai disini
adalah piutang setelah disisihkan piutang yang potensial untuk tidak tertagih.
Total Operating Revenue
Receivable Turnover = ----------------------------------Receivable (Average)
C. Inventory Turnover
Inventory turnover diperoleh dengan membandingkan antara Harga Pokok Penjualan
(COGS) dengan persediaan. Semakin besar inventory turnover, semakin pendek
persediaan tersebut berada di perusahaan. Namun tinggi rendahnya perputaran, belum
tentu mengindikasikan keadaan baik atau buruk arus persediaan.
COGS
Inventory Turnover = ----------------------------------Inventory (Average)
31
2.5.4 Financial Leverage
Pembiayaan dengan hutang (debt financing) di maksudkan untuk mendongkrak
kekuatan perusahaan dalam membiayai usahanya. Kemampuan perusahaan dengan
hanya mengandalkan kemampuan modal sendiri (equity financing) seringkali
terbatas, sehingga pembiayaan dengan hutang ditempuh untuk mendukung
pembiayaan equity. Penggunaan hutang juga lebih menguntungkan dibandingkan
dengan pembiayaan equity karena pembayaran bunga bias menjadi faktor pengurang
pajak. Meskipun demikian penggunaan hutang yang terlalu besar akan makin
mempertinggi kemungkinan default. Dengan demikian semakin tinggi hutang
semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan financial (financial
distress)
A. Debt Ratio
Rasio ini mengukut seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh asset perusahaan,
semakin besar rasio ini semakin berisiko perusahaan karena semakin besar beban
asset untuk menjamin hutang. Jika dilihat dari sisi kreditor, rasio ini memberikan
petunjuk tentang seberapa besar perusahaan memberikan proteksi atas pinjaman yang
diberikannya.
Total Debt
Debt to Assets Ratio = ------------------------Total Assets
32
B. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity rasio merupakan perbandingan antara besarnya total hutang dengan
total equity. Rasio ini melihat kemampuan perusahaan dengan equity yang dimiliki,
untuk membayar hutang pada kreditor.
Total Debt
Debt to Equity Ratio = ----------------------------Total Equity
C. Interest Coverage
Rasio ini mengukur seberapa besar keuntungan sebelum bunga dan pajak mampu
menutup pembayaran bunga hutang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk menutup pengeluaran untuk pembayaran bunga.
EBIT
Interest Coverage = ------------------------Interest Expenses
2.5.5 Rasio Pasar
A. Price Earning Ratio
Price earning ratio adalah perbandingan harga saham dengan laba per saham yang
kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan seorang
investor membeli saham sebuah perusahaan.
Hal umum yang dilakukan adalah
menjadikan rasio P/E sebagai pembanding untuk menilai pertumbuhan suatu
perusahaan. Artinya, pertumbuhan sebuah perusahaan dinilai tinggi jika rasio P/E
33
perusahaan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rasio P/E perusahaan dalam
industri yang sejenis.
Price
Price Earning Ratio = ------------------------Earning per Share
B. Price to Book Value
Rasio ini membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham
berdasarkan book value. Perhitungan ini ingin melihat berapa besar tingkat
undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan book value
setelah dibandingkan dengan harga pasar.
Price
Price to Book Value = ----------------------------Book Value per Share
2.6 Valuasi Perusahaan
Permasalahan kunci pada transaksi pengambil-alihan sebuah perusahaan adalah
menghitung dan men-discounting value added yang di hasilkan dari transaksi merger
dan akuisisi. Tujuan dari dilakukannya valuasi adalah untuk memperoleh harga yang
paling sesuai , sehingga tidak terlalu rendah yang akan menyebabkan perusahaan
target menolak untuk diakuisisi, atau terlalu tinggi dimana premium yang dibayarkan
ke perusahaan target mungkin tidak dapat tertutup lagi bahkan dengan sinergi dari
penggabungan usaha sekalipun.
34
Total nilai perusahaan merupakan penjumlahan dari seluruh ekuiti dan
hutangnya, digambarkan dengan persamaan berikut :
Company with leverage = Equity + Debt
Dalam transaksi Merger akuisisi melalui leverage buy-out, beban bunga yang
ditanggung perusahaan dapat mengurangi pajak pendapatan perusahaan, hal ini
digambarkan dengan persamaan berikut :
Company value with leverage = Value Unlevered + Tax shield of the debt
Sebuah perusahaan dapat terus beroperasi apabila dapat menghasilkan
pendapatan lebih banyak dari biaya yang harus dikeluarkan. Ketidakpastian dalam
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya merupakan kendala
yang akan menyebabkan investor, supplier, dan customer takut untuk berinvestasi
pada perusahaan dan pada akhirnya akan mengurangi future cashflow perusahaan.
Hal ini dikenal sebagai distress cost atau deadweight costs (Koller et al. 2005). Untuk
melihat kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan operasinya
digunakan formula rate of return atas modal yang diinvestasikan yang akan memicu
peningkatan nilai perusahaan.
EBIT
Return on invested Capital = ----------------------------Invested Capital
35
Merger dan akuisisi akan meningkatkan nilai perusahaan apabila nilai
kombinasi dari usaha yang digabungkan lebih besar dari nilai perusahaan sebelum
merger dan akuisisi dilakukan. Berikut model sederhana yang akan digunakan untuk
mengukur peningkatan nilai perusahaan Induk setelah proses merger dan akuisisi
dilakukan (Weston & Weaver 2001) :
NVI = VBT – (VB + VT)
Dimana,
NVI
= Net Value Increase
VB
= Value of bidder alone
VT
= Value of target alone
VBT
= Value of firms combined
2.6.1 Discounted Cash Flow (DCF)
Dasar dari metode valuasi ini adalah bahwa nilai dari suatu aktiva adalah nilai
saat ini (present value) dari arus kas yang dihasilkan dari aktiva tersebut. Formula
dari perhitungan DCF sebagai berikut :
n
Value =
∑
t =1
Dimana,
CFt
= Cashflow in period t
CF
(1 + r ) t
36
N
= Life of the asset
r
= Discount rate reflecting the risk of the estimated cashflow
2.6.2 Free Cash Flow Valuation (FCF)
Arus kas yang digunakan oleh claim holder yaitu pemegang saham dan pemilik
obligasi. Formula yang digunakan untuk menghitung FCF sebagai berikut :
FCFF = EBIT (1-Tax Rate) + Depreciation – CapEx – Δ Working Capital
Depresiasi dan capital expenditure dapat diperolaeh dari laporan keuangan
perusahaan. Depresiasi adalah biaya penyusutan, sedangkan capital expenditure
merupakan belanja perusahaan untuk memperoleh aktiva baru untuk pertumbuhan
dimasa yang akan datang. Working capital (WC) atau modal kerja adalah dana yang
dibutuhkan perusahaan untuk melaksanakan kegiatannya.
Setelah FCFF didapat, value of the firm dapat dihitung dengan mendiskontokan
FCFF pada WACC (Weighted Average Cost of Capital). Secara umum, perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan stabil dapat divaluasi dengan rumus berikut :
n
Value of the firm =
∑
t =1
FCFFt
(1 + WACC ) t
2.6.2.1 Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Dalam mencari cost of capital dperlukan rumusan sebagai berikut :
37
COC = ( COE x weighted EQUITY ) +( COD x weighted DEBT )
Dimana Cost Of Equity (COE) dan Cost Of Debt (COD) dikalikan dengan
proporsi antara modal dan kewajiban dengan total modal dan kewajiban. Untuk
perhitungan dan pengertian dari Cost Of Equity (COE) dan Cost Of Debt (COD) ialah
sebagai berikut :
A. Cost of Equity (CoE)
Yang dimaksud dengan Cost of Equity adalah tingkat pengembalian yang
dipersyaratkan investor atas investasi equity di perusahaan. Untuk mendapatkan Cost
of Equity digunakan teori CAPM (Capital Asset Pricing Model). Adapun input yang
dibutuhkan untuk mendapatkan CAPM adalah riskless rate Beta dan Risk Premium.
Formula yang digunakan untuk menghitung CAPM :
Cost Of Equity = Risk Free Rate + ( Beta X Risk Premium )
Pendekatan konvensional untuk mengestimasi beta adalah dengan meregresi
tingkat return suatu saham dari indeks pasar saham. Dengan demikian maka Beta
adalah risiko pasar. Ada tiga pendekatan untuk menentukan Beta. Pertama historical
beta, kedua estimasi berdasarkan fundamental perusahaan dan yang ketiga adalah
dari pendekatan akuntansi.
B. Cost of Debt
Yang dimaksud dengan Cost of Debt adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
atas pinjaman yang dilakukan. Komponen yang menentukan adalah sebagai berikut :
38
A. Tingkat Bunga Bebas Resiko
Semakin tinggi tingkat suku bunga bebas resiko maka biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendapatkan pinjaman akan semakin tinggi.
B. Tingkat Resiko Gagal Bayar Perusahaan
Semakin tinggi tingkat gagal bayar perusahaan maka akan semakin tinggi
untuk memperoleh pajak.
C. Keuntungan Pajak Dari Penggunaan Hutang
Biaya bunga yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan unsur pengurang
pajak atau merupakan keuntungan pajak. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya Cost of Debt.
2.6.3 Growth
Tingkat pertumbuhan adalah unsur utama dalam setiap valuasi. Ada tiga unsur
untuk menentukan pertumbuhan. Pertama adalah estimasi dari Analis, kedua adalah
pertumbuhan masa lalu dan ketiga adalah berdasarkan fundamental perusahaan. Salah
satu sumber yang dipakai adalah riset yang dilakukan oleh Equity Research Analyst
memberikan tidak hanya rekomendasi kepada perusahaan yang mereka amati tetapi
juga estimasi dari earning dan earning growth . Ada beberapa alasan kenapa hasil
riset analis dapat dipergunakan:
A. Analis mengunakan informasi dengan menggunakan data laba perusahaan
yang terakhir untuk membuat prediksi mengenai pertumbuhan masa depan.
39
B. Expected growth dari perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan GNP, tingkat
suku bunga dan inflasi. Analis bisa mengupdate proyeksi dengan
menggunakan data-data makro ekonomi tersebut.
C. Analis dapat menunjukan kondisi persaingan seperti kebijakan harga dan
pertumbuhan masa depan.
D. Analis kadang-kadang mempunyai akses ke kedalam perusahaan yang relevan
untuk pertumbuhan masa yang akan datang.
E. Analis melakukan riset dengan menggunakan semua informasi yang tersedia
di publik. Perusahaan yang ingin bertumbuh harus melakukan reinvestasi.
Ukuran terbaik untuk menilai kualitas pertumbuhan adalah return on equity.
Pertumbuhan perusahaan akan selalu menambah value perusahaan.
2.7 Pembiayaan Akuisisi
2.7.1 Metode Pembayaran Tunai
Pemgakuisisi cenderung membiayai akuisisi dengan kas jika ada kesempatan
besar untuk tumbuh. Pemegang saham target menyerahkan saham-saham mereka
dengan imbalan uang tunai. Pembayaran secara tunai lebih menarik dan lebih disukai
baik pemegang saham perusahaan target maupun perusahaan pengakuisisi. Jika
pengakuisisi membayar secara tunai berarti pengakuisisi harus menyediakan kas yang
cukup besar. Dana ini bisa ditambah dengan cadangan dan kumulatif laba ditahan
yang dimiliki pengakuisisi. Meskipun pengakuisisi mempunyai daba yang cukup
untuk mengakuisisi, namun tetap memperhatikan dampaknya terhadap aktifitas
operasional pengakuisisi. Dengan kata lain pengakuisisi harus mempertimbangkan
40
likuiditas pasca akuisisi, jika perusahaan target mampu memberikan cash flow yang
relatif cepat, hal ini tidak terlalu mengganggu likuiditas pengakuisisi. Jika sebaliknya
hal ini dapat membahayakan likuiditas pengakuisisi.
2.7.2 Metode Pembayaran dengan Hutang (Leverage Buy Out)
2.7.2.1 Pengertian LBO
Leverage Buy Out (LBO) adalah akuisisi/ pembelian perusahaan atau divisi
bisnis yang tehnik pembiayaannya sebagian besar bersumber dari hutang. Namun
juga dapat dikombinasikan dengan kas dan saham. Dalam hal ini jika perusahaan
pengakuisisi tidak cukup memiliki kas maka pengakuisisi harus mencari sumber dana
dari pihak ketiga dalam bentuk hutang. Dengan demikian LBO merupakan pembelian
perusahaan secara tunai tetapi sebagian besar diperoleh dari pinjaman atau hutang.
Perusahaan yang berstatus LBO, bekerja dalam kondisi yang berat karena
harus membayar hutang sesuai dengan jadwal pelunasan. Secara teoritis perusahaan
memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi karena proporsi hutang yang dimiliki
sedemikian besar disbanding dengan modal sendiri. Sebaliknya jika LBO ini berhasil,
maka perusahaan yang berstatus LBO ini akan dapat mengembalikan hutanghutangnya sekaligus mengambil alih perusahaan.
2.7.2.2 Karakteristik Calon LBO
Perusahaan target yang diakuisisi dengan cara LBO harus mampu untuk
meningkatkan kinerjanya sehingga lebih baik kondisinya disbanding sebelum di
akuisisi. Secara umum perusahaan calon LBO harus memiliki manajemen yang solid,
memiliki posisi yang mapan dalam industri dan memiliki keuntungan yang stabil.
41
Karena LBO mengindikasikan adanya risiko yang lebih tinggi akibat pembiayaan
dengan hutang, dengan demikian tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan
setelah akuisisi harus lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan hutang. Disamping
itu perusahaan harus mampu mengembalikan hutang ditambah bunga dalam periode
yang direncanakan. Kinerja perusahaan target setelah akuisisi harus menunjukan
keadaan-keadaan sebagai berikut :
•
Adanya peningkatan kinerja manajemen
•
Kemampuan untuk menurunkan dan memangkas biaya sehingga tercapai
Economics of scale atau economics of scope.
•
Mampu menghasilkan arus kas yang stabil
•
Mampu mencapai efisiensi penggunaan dana.
Karakteristik perusahaan yang menjadi target LBO adalah sebagai berikut :
•
Premium Companies
Perusahaan yang memiliki kualitas kinerja baik yang ditunjukan oleh cash flow
dan keuntungan yang stabil, manajemen berpengalaman, memiliki produk yang
sukses di pasar dan memiliki posisi financial yang kuat.
•
Second-tier Companies
Perusahaan yang memiliki kinerja yang cukup baik tetapi juga memiliki banyak
kekurangan/ defisiensi. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki asset-aset
yang cukup bernilai tetapi tidak memiliki cash flow yang stabil.
42
•
Troubled Companies
Perusahaan ini dicirikan memiliki kinerja yang kurang bagus, misalnya memiliki
hutang yang cukup besar, manajemen yang kurang berhasil atau cash flow yang
sangat tidak stabil sehingga kurang baik sebagai calon LBO. Keuntungan
membeli perusahaan tipe ini adalah pengakuisisi memiliki bargaining yang
tinggi untuk mengambil alih/ membeli perusahaan seperti ini.
2.7.2.3 Struktur Pembiayaan LBO
Struktur pembiayaan LBO sebagian besar adalah dengan hutang pihak ketiga.
Perggunaan hutang ini dengan sendirinya memaksa perusahaan untuk membayar
beban tetap yang berupa pembayaran pokok pinjaman dan bunga. Pembayaran beban
tetap akan berdampak pada cash flow perusahaan dan kemampuan likuiditas. Dalam
situasi tertentu pengakuisisi bisa menjual sebagian asset yang kurang berfungsi untuk
membayar sebagian pinjaman pada awal-awal periode pengembalian. Selanjutnya
pembayaran hutang ini harus disiapkan dari cash flow perusahaan.
Hutang jangka penjang memiliki proportsi yang paling besar dibandingkan
denganjenis yang lain, disusul dengan saham preferen. Penggunaan hutang jangka
pendek atau menengah memiliki proporsi yang kecil karena jangka waktu
pengembalian yang pendek. Penggunaan jenis hutang jangka penjang adalah
menghindari resiko tidak terbayarnya hutang (default)yang segera jatuh tempo. Tabel
berikut adalah contoh struktur pembiayaan dalam LBO :
Jenis Pembiayaan
Hutang jangka Panjang
Hutang jangka pendek dan menengah
Saham preferen
Saham biasa
Persentase
40-80 %
5-20%
10-20%
1-20%
Sumber
Perusahaan Asuransi, Bank LBO Funds
Bank Komersial
Perusahaan lain, investor-individu
Asuransi, Modal ventura, Manajer Investasi
43
2.7.2.4 Risiko LBO
Risiko yang dihadapi oleh LBO lebih tinggi dibandingkan dengan akuisisi dengan kas
atau akuisisi dengan pertukaran saham. hal ini sangat wajar mengingat biaya LBO
diperoleh dari dana pinjaman pihak luar. Terdapat tiga maca risiko yaitu :
•
Risiko bisnis (Business Risk)
Risiko
bisnis
adalah
kemungkinan
tidak
terpenuhinya
target
pendapatan/keuntungan akibat faktor persaingan dan faktor iklim perekonomian
makro yang tidak menguntungkan. Risiko ini dihadapi oleh Semua bentuk
akuisisi.
•
Risiko Perusahaan (Corporate Risk)
Risiko ini berasal dari perusahaan itu sendiri akibat ketidakmampuan perusahaan
tersebut untuk meningkatkan kinerja setelah akuisisi.
•
Risiko Default (Default Risk)
Risiko ini merupakan kemungkinan tidak terbayarnya hutang dan bunga
pinjaman oleh perusahaan LBO.
2.7.3 Metode Pembayaran dengan Saham
Metode pembayaran dengan saham merupakan alternative yang bisa diambil
oleh pengakuisisi. Saham pengakuisisi yang masih dalam portepel akan dipertukarkan
dengan saham perusahaan target (share swap) dengan rasio tukar yang disepakati
melalui negosiasi kedua belah pihak. Jika kedua perusahaan tersebut telah Go Public
dasar pertimbangannya adalah harga pasar saham. Cara pertukaran saham akan lebih
kompleks karena masing-masing perusahaan memiliki harga saham yang berbeda.
Download