BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Catu Daya Seperti diketahui bahwa untuk keperluan pensinyalan data digital diperlukan sumber tegangan yang memiliki level “TTL”, yaitu Logika HIGH = +5 Volt, serta Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan diumpankan ke port paralel haruslah memiliki level tegangan TTL. Rangkaian catu daya seperti yang terlihat pada BAB III Gambar 3.2, menunjukkan bahwa untuk bisa menghasilkan tegangan TTL yang stabil terhadap pembebanan maka harus diberikan suatu rangkaian regulator (regulator IC-7805) yang dapat memberikan tegangan keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan. Berikut ini diberikan tabel yang menggambarkan tingkat kestabilan dari catu daya tersebut. Tabel 4.1. Uji Kestabilan Catu Daya Tanpa Beban 4,98 Volt Beban Minimal ( 1 bit ) 4,72 Volt Beban Maksimal (8 bit) 4,31 Volt 33 34 Keterangan tabel : a. Tegangan keluaran tanpa beban, diukur pada keluaran IC-7805, dimana idealnya tegangan keluaran dari IC-7805 adalah tepat 5 Volt, tetapi karena ada unsur ketidak sempurnaan produk, maka toleransi penyimpangan sebesar : toleransi 5.00 4.98) x100% 0, 04% 5.00 dapat dikatakan bahwa IC-7805 masih memberikan hasil yang stabil. b. Tegangan Keluaran dengan beban Minimum, dimana catu daya hanya dibebani saluran data 1 bit saja, karena seperti diketahui, bahwa saluran data juga memerlukan konsumsi arus listrik, sehingga setiap bit saluran data yang dihubungkan ke catu daya, akan menyebabkan pembebanan pada keluaran regulator IC-7805. Toleransi akibat pembebanan minimum adalah : toleransi 5.00 4.72 x100% 5, 6% 5.00 c. Tegangan Keluaran pada beban Maksimun, hal ini terjadi jika data memiliki logika HIGH, sehingga terdapat beban yang kira-kira mendekati 8 kali dari kondisi minimum, sehingga terjadi penurunan tegangan akibat beban ini. Toleransi akibat pembebanan Maksimum adalah : toleransi 5.00 4.31 x100% 13,8% 5.00 35 Tegangan catu daya pada kondisi maksimum beban, ternyata masih dalam jangkauan logika HIGH, sehingga semua tegangan, baik tanpa beban, beban minimum serta beban maksimum masih memenuhi syarat untuk dapat dianggap sebagai tegangan logika HIGH pada level “TTL”, yaitu 3 Volt s/d 5 Volt. untuk tegangan logika HIGH. 4.2 Pengujian Sensitivitas Phototransistor Seperti yang terlihat pada BAB III Gambar 3.2 – Unit Sensor Cahaya, Phototransistor merupakan bagian terpenting dari alat sensor karena arus yang mengalir pada Kolektor dan Emiter dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan saklar elektronik yang bekerja secara ON-OFF. Nilai Tahanan R1 = 1 MOhm pada rangkaian akan menentukan tingkat sensitivitas dari phototransistor terebut. R1 merupakan sebuah variabel-resistor yang nilainya dapat diatur atau dirubah dengan cara memutar atau menggeser R1. Tabel 4.2. Tabel Sensitivitas Phototransistor Nilai R1 Kondisi Q1 Kondisi Q2 Kondisi Q3 Phototransistor Driver1 Driver2 1M Cut-Off Cut-Off Cut-Off 500K Cut-Off Cut-Off Cut-Off 200K Cut-Off Cut-Off Cut-Off 100K Cut-Off Cut-Off Cut-Off 50K Saturasi Saturasi Saturasi 36 Dari nilai R1 pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa transistor sebagai switch atau saklar elektronik harus dioperasikan dalam Zone-Cut Off dan Zone-Saturasi (Jenuh). Dimana dalam keadaan Saturasi (Jenuh), maka arus Kolektor akan Maksimum (Closed-Switch) , sedangkan pada kondisi Cut-Off, maka arus kolektor akan minimum (Open-Switch), terlihat jika nilai R1 jauh diatas 100K-Ohm, maka transistor dalam keadaan Cut-Off, itu artinya arusnya minimum dan bertingkah laku sebagai sebuah saklar yang terbuka (Open-Switch). Sebaliknya pada nilai R1 = 50K transistor akan Jenuh sehingga pada kondisi Saturasi, maka transistor bertingkah laku sebagai saklar yang tertutup (Closed-Switch). Tabel 4.3 Sensitivitas Phototransistor Jarak (cm) Switch 20 ON 40 ON 60 ON 80 ON 100 ON 37 Keterangan : Selama phototransistor menangkap intensitas cahaya yang cukup, phototransistor akan bereaksi dan mengalirkan arus Basis sehingga dapat tercapai kondisi Saturasi, dan Antara Kolektor dan Emitter akan “short” atau hubung singkat, dan ini berarti saklar-tertutup. 4.3 Pengujian Program a. Pada saat Lampu Sorot diarahkan ke Sensor Phototransistor maka, Unit Sensor akan memberikan Output berupa bit “1” atau HIGH. b. Ketika sinar lampu kearah sensor tehalang, unit Sensor akan memberikan Output berupa bit “0” atau LOW. Pada saat itu prosedur Video Capture akan di-trigger, sehingga kamera akan merekam “event” gambar video, proses rekam video akan berakhir ketika prosedur Video Capture menerima trigger sekali lagi dari port printer LPT1 berupa bit “1”, yaitu pada saat lampu sorot dihidupkan. c. Pada saat proses rekam selesai, bersamaan dengan itu “event” gambar video yang terekam secara otomatis akan di simpan ke dalam sebuah file video, yang bernama “capture.avi” d. Kemudian “capture.avi” bisa di-playback atau diputar ulang dengan sebuah video player, seperti : PowerDVD, Windows Media Player, WinAmp dan sebagainya. 38 Tabel 4.4 Proses Video Capture Input Output Program akan secara otomatis mulai Prosedur Video Capture menerima melakukan perekaman “event” video “trigger” berupa bit “0” dari port Perekaman akan berlangsung terus selama printer sebagai akibat adanya program belum menerima trigger bit “1” aktivasi sensor phototransistor dari port printer Prosedur Video Capture menerima Program perekaman saat itu juga berakhir trigger berupa bit “1” dari port dan secara otomatis hasil perekaman Video printer LPT1. akan di simpan kedalam file “capture.avi” 4.4 Pengujian Setting Port Printer 2 Arah (Bidirectional) Pada awalnya port printer dirancang hanya untuk data satu arah, yaitu outputport dimana data dikeluarkan dari port printer (LPT1) ke arah Mesin Printer Paralel. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi, port printer diberi kemampuan tambahan agar dapat dimanfaatkan sebagai port masukan (input port), dengan cara melakukan setting pada Menu BIOS Setup. Pada umumnya ada 4 Pilihan untuk setting Mode pada port printer, yaitu : a. Mode Standard c. Mode ECP + EPP b. Mode Bidirectional d. Mode EPP 39 Pada umumnya untuk mode dua arah dipilih salah satu yang paling cocok, secara Trial-And-Error, karena pada prakteknya tidak semua pilihan mode tersebut dapat berfungsi dengan baik. Tabel 4.5. Pengujian Mode Parallel Port Mode Port Status Bi-Directional Not OK ECP + EPP OK EPP Not OK Mode Yang cocok pada saat diuji pada komputer ini adalam mode ECP + EPP, mode ini dapat diubah tergantung pada BIOS dari komputer yang digunakan. 4.5 Pengujian Terhadap Run Time Error Pada saat running, dimana proses video capture atau perekaman video sedang berlangsung bisa saja terjadi error, hal ini terjadi dikarenakan perubahan status bit yang terjadi pada sensor cahaya yaitu bit “1” dan “0” terjadi terlalu cepat untuk bisa direspons oleh software-nya, sehingga menimbulkan kesalahan pada sistem program. Run Time error tersebut dapat ditiadakan jika pancaran cahaya kearah sensor dapat berlangsung secara stabil, yaitu dengan mengusahakan agar saklar tidak berubah-rubah statusnya dari “1” ke “0” dan sebaliknya.