BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan atau situasi yang berakibat beban tambahan jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat beberapa faktor beban tambahan yakni faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis, dan faktor mental psikologis. Dimana iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik dan dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja. 1 Di Indonesia masih banyak perusahaan besar maupun menengah dan kecil yang belum memikirkan iklim kerja. Padahal iklim kerja merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Iklim kerja yang tidak tepat dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja, yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas, sebaliknya iklim kerja yang tepat atau optimal akan memberi kenyamanan yang akan meningkatkan produktifitas kerja.2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat menimbulkan gangguan penyakit pada pekerja, seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke dan miliaria pada suhu yang terlalu panas. Sedang suhu yang dingin bisa menyebabkan penyakit chilblains, trench foot, dan frost bite. 2 Pada ruangan yang diberi pendingin (AC) akan meningkatkan efisiensi kerja, namun suhu yang terlalu dingin juga akan mengurangi efisiensi.3 Air Conditioning (AC) dapat mencegah terjadinya suhu yang terlalu dingin atau panas, yang keduanya ada peranannya dalam menimbulkan kecelakaan. 4 Iklim kerja yang tidak dikondisikan pengaturannya serta pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau yang tidak mengenakkan) merupakan salah satu sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai, karena temperatur yang terlalu panas atau dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.5 Suhu yang nikmat atau yang tidak menimbulkan kepanasan atau tidak dingin bagi tenaga kerja di Indonesia sekitar 24 – 26 0 C. Suhu dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat sesudah 32 0 C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motorik, serta memudahkan untuk dirangsang. Kerja pada suhu yang tinggi dapat membahayakan karena disertai penyesuaian waktu kerja dan perlindungan yang tepat.1 Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29 – 30 0 C dengan kelembaban sekitar 85 – 95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. 1 Di tempat kerja, teknologi atau mesin sering sinkron dengan pemakaian energi atau panas yang terbebas, hal ini menimbulkan masalah baru yaitu pengaruh cuaca kerja atau suhu kerja terhadap tenaga kerja. Di tempat kerja pada perusahaan-perusahaan suhu kering sering bernilai 30 – 340 C. bahkan kadang-kadang sampai 40 0 C. Suhu radiasi pernah mencapai 450 C, dimana ini sangat mempengaruhi sekali terhadap kesehatan atau kondisi tubuh pekerja. Berdasarkan penelitian Sugiharto di ruang pengepresan dan pembakaran pengrajin genteng Di Desa Sidorejo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman 2003 di dapatkan data tekanan panas dengan parameter indeks suhu basah dan bola (ISBB) di ruang pengepresan sebesar 26,97 0 C dan di ruang pembakaran sebesar 34 0 C. Pabrik jenang MUBAROK Kudus berlokasi di Kabupaten Kudus dengan hasil produksi berupa makanan kecil yakni jenang. Pabrik jenang MUBAROK terdiri dari satu kantor pabrik induk dan beberapa anak cabang. Tenaga kerja pada bagian pengolahan terdiri dari 22 karyawan laki-laki dan bagian pengepakan 22 karyawan laki-laki. Dari survey pendahuluan di pabrik jenang MUBAROK Kudus pekerja pengolahan melakukan aktivitas kerjanya pada ruangan dengan iklim kerja ruangan yang panas atau tidak sesuai NAB yang berasal dari beberapa tungku pembakaran untuk pengolahan jenang. Sedangkan pada pekerja bagian pengepakan melakukan aktivitas pekerjaan dengan iklim kerja ruangan standar atau sesuai NAB (sekitar 28 – 300 C). Didukung dengan ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan karena ruang kerja terasa panas sehingga sering keluar keringat berlebihan dan kadang sampai terasa pusing dan lelah pada waktu bekerja, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan tekanan darah pekerja berdasarkan iklim kerja ruangan di Pabrik Jenang MUBAROK Kudus. B. Rumusan Masalah Adakah perbedaan tekanan darah pekerja berdasarkan iklim kerja ruangan di pabrik jenang MUBAROK Kudus. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tekanan darah pekerja berdasarkan iklim kerja ruangan di pabrik jenang MUBAROK Kudus. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur iklim kerja ruangan di pabrik jenang MUBAROK Kudus di bagian pengolahan dan pengepakan. b. Mengukur tekanan darah pekerja bagian pengolahan dan pengepakan di pabrik jenang MUBAROK Kudus. c. Menganalisa perbedaan tekanan darah pekerja berdasarkan iklim kerja ruangan pada pekerja bagian pengolahan dan pengepakan di pabrik jenang MUBAROK Kudus. D. Manfaat Untuk Perusahaan Dapat menjadi masukan bagi masyarakat atau perusahaan dalam merencanakan suhu udara ruang kerja yang sesuai dengan lingkungan kerja. Untuk Fakultas Dapat menjadi salah satu sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam bidang kesehatan kerja. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan kerja.