BAB I KEDOKTERAN KELUARGA DAN WAWASANNYA Arsita Eka

advertisement
BAB I
KEDOKTERAN KELUARGA DAN WAWASANNYA
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
[email protected]
A. PENDAHULUAN
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.
Tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh
kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang
dimaksudkan dengan sehat di sini ialah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 tahun 1992).
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya
yang harus dilaksanakan. Salah satu di antaranya yang dipandang
mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (Blum, 1976). Jika pelayanan kesehatan tidak
tersedia (available), tidak tercapai (accesible), tidak terjangkau
(affordable), tidak berkesinambungan (continue), tidak menyeluruh
(comprehensive), tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu
(quality) tentu sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat tersebut.
Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksudkan di sini
mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara umum dapat diartikan
sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun
masyarakat (Levey and Loomba, 1973).
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 1
Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan
kesehatan personal (personal health services) atau sering disebut pula
sebagai pelayanan kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan
kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering
disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).
Menurut Leave and Clark (1953), kedua bentuk pelayanan
kesehatan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jika pelayanan kesehatan
tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (curative)
dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan nama
pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut
terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan
mencegah penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan
kesehatan masyarakat.
Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda.
Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan
keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat
adalah kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran
utamanya adalah keluarga disebut dengan nama pelayanan dokter
keluarga (family practice).
B. BATASAN
Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya.
Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah :
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan
komprehensif
bagi
semua
orang
yang
mencari
pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 2
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran
tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit.
Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang
mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya,
dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memperhatikan
psikologis
latar
pasien.
belakang
Dokter
ini
budaya,
sosioekonomi,
bertanggung
jawab
dan
atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung
bagi pasiennya (WONCA, 1991).
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang
sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya
menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita
atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta
pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh
semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila
kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus
yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari
dokter ahli yang sesuai (The American Board of Family Practice,
1969).
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai
kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan
kesehatan,
menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan
menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu
atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke
tempat pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 3
kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab
untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan,
serta
bertindak
sebagai
koordinator
pelayanan
kesehatan,
menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk
konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien, yakni
keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The
American Academic of General Practice, 1947).
5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan
personal,
berkesinambungan
tingkat
kepada
pertama,
pasiennya
menyeluruh
yang
terkait
dan
dengan
keluarga, komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut
berada (Singapore College of General Practitioners, 1987).
Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di
antaranya yang dipandang cukup penting adalah:
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga
sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969).
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas
yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu
kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta
ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi
dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan
dokter
untuk
mempunyai
peranan
yang
unik
dalam
menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah,
pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 4
yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The
American Academy of Family Physician, 1969).
Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi
yang sama, yakni The American Academy of Family Physician,
rumusannya
tidaklah
sama.
Rumusan
yang
pertama,
karena
menunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk
kepentingan penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang
kedua, karena lebih menunjuk pada penerapan disiplin ilmu, lebih
ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.
Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga
(family doctor, family physician).
Cabang ilmu kedokteran yang diterapkan pada pelayanan dokter
keluarga disebut dengan nama ilmu kedokteran keluarga (family
medicine). Batasan tentang ilmu kedokteran di antaranya adalah :
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh
spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan
tingkat
pertama
yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (PB IDI, 1983).
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari
pelayanan dokter keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu
kedokteran yang dirancang untuk rnemenuhi kebutuhan kesehatan
khalayak
secara
lebih
responsif
dan
bertanggung
jawab
(Charmichael, 1973).
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu
kedokteran yang ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok
pengetahuan kedokteran yang bersifat khusus (Wonca, Manila,
1979).
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 5
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang
fenomena yang dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleh para
dokter yang menyelenggarakan perawatan kesehatan perseorangan
pada tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney, 1969).
5. Ilmu
kedokteran
keluarga
adalah
sebuah
pendekatan
multidisipliner yang terpadu menuju perawatan kesehatan yang
menyeluruh dari unit keluarga (Sargent, 1967).
Ilmu kedokteran keluarga (family medicine), haruslah dibedakan
dengan ilmu kesehatan keluarga (family health). Sekalipun sasaran
keduanya adalah sama, yakni keluarga (family), tetapi ilmu
kedokteran keluarga tidak sama dengan ilmu kesehatan keluarga. Ilmu
kedokteran keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kedokteran
(medical sciences), sedangkan ilmu kesehatan keluarga lebih mengacu
pada aplikasi ilmu kesehatan masyarakat (public health sciences).
Karena
adanya
perbedaan
yang
seperti
ini,
tidaklah
mengherankan jika ruang lingkup pelayanan kesehatan keluarga lebih
terkait pada masalah - masalah keluarga yang ada hubungannya
dengan
masalah
kesehatan
masyarakat.
Misalnya,
masalah
kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan penyakit
dan kecelakaan, tumbuh kembang, dan atau masalah gizi ibu hamil,
bayi dan anak yang terdapat dalam suatu komunitas dan atau
masyarakat. Sedangkan ruang lingkup pelayanan kedokteran keluarga
lebih terkait pada masalah - masalah keluarga yang ada hubungannya
dengan masalah kedokteran yakni, masalah sehat - sakit yang
dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga.
C. STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara Dokter Keluarga
dengan Dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan
kedokteran keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 6
kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer
diharapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan prinsip –
prinsip pelayanan dokter keluarga.
Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia
mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip –
prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip – prinsip ini juga
merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan
dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip –
prinsip
pelayanan
/
pendekatan
kedokteran
keluarga
adalah
memberikan / mewujudkan :
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,
dan lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Dengan
melihat
pada
prinsip
pelayanan
yang
harus
dilaksanakan, maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam
Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan
Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 7
c. Ketrampilan menerapkan dasar – dasar ilmu biomedik, ilmu
klinik,
ilmu
perilaku,
dan
epidemiologi
dalam
praktek
kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,
keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama
dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 8
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu
Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga
Standar Kompetensi
Dokter
Keluarga
menurut Deklarasi
WONCA – WHO tahun 2003 meliputi :
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan
anamnesis
dan
pemeriksaan
jasmani
secara
memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan
serta penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya
bila diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal”
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 9
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah – masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Ketrampilan manajemen praktik
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 10
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
(Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
Indonesia, Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia, 2007).
D. KARAKTERISTIK PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
yang menurut para ahli dibedakan dan diuraikan sebagai berikut :
1. Lan R. McWhinney (1981):
a. Lebih
mengikatkan
diri
pada
kebutuhan
pasien
secara
keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok
penyakit atau teknik - teknik kedokteran tertentu.
b. Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
c. Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu
kesempatan untuk menyelenggarakan pelayanan pencegahan
penyakit atau pendidikan kesehatan.
d. Memandang dirinya sebagai masyarakat yang berisiko tinggi.
e. Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan
kesehatan yang tersedia di masyarakat.
f. Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan
pasiennya.
g. Melayani pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah
sakit.
h. Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran.
i. Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai
manager dari sumber - sumber yang tersedia.
2. Lynn P. Carmichael (1973) menyusun karakteristik pelayanan
dokter keluarga tersendiri :
a. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan
kesehatan.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 11
b. Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga,
memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial
dan atau suatu kelompok fungsional yang saling terkait, pada
mana setiap individu membentuk hubungan tingkat pertama.
c. Memanfaatkan
pasien
dan
pendekatan
keluarganya
menyeluruh, berorientasi
pada
dalam menyelenggarakan setiap
pelayanan kesehatan.
d. Mempunyai
ketrampilan
diagnosis
yang
andal
serta
pengetahuan tentang epidemiologi untuk menentukan pola
penyakit yang terdapat di masyarakat dimana pelayanan
tersebut diselenggarakan, dan selanjutnya para dokter yang
menyelenggarakan
pelayanan
harus
memiliki
keahlian
mengelola berbagai penyakit yang ditemukan di masyarakat
tersebut.
e. Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal
-
balik antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan
penyakit yang dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan
masalah untuk mengatasi berbagai penyakit yang agak mirip
atau tidak khas serta berbagai penyakit yang tergolong
psikosomatik.
3. Debra P. Hymovick and Martha Underwood Barnards (1973)
menetapkan ada lima karakteristik pokok dari pelayanan dokter
keluarga :
a. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang lebih responsif serta bertanggung
jawab.
b. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tingkat pertama (termasuk pelayanan darurat) serta
pelayanan lanjutan (termasuk pengaturan rujukan).
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 12
c. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan
pencegahan penyakit dalam stadium dini serta peningkatan
derajat kesehatan pasien setinggi mungkin.
d. Dapat
menjamin
terpenuhinya
kebutuhan
untuk
diperhatikannya pasien tidak hanya sebagai orang perorang,
tetapi juga sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
e. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk dilayaninya
pasien secara menyeluruh dan dapat diberikan perhatian kepada
pasien secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jurnlah
keseluruhan keluhan yang disampaikan.
4. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982)
Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke - 18 di
Surakarta tahun 1982 merumuskan karakteristik pelayanan dokter
keluarga sebagai berikut :
a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang,
melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai
anggota masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya
penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini
mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan
kesehatan lanjutan.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 13
Jika diperhatikan, karakteristik pelayanan dokter keluarga
sebagaimana dikemukakan di atas, segeralah terlihat bahwa pelayanan
dokter keluarga memang merupakan suatu pelayanan kedokteran
yang memiliki kedudukan tersendiri. Sebagian melihatnya sebagai
pelayanan dokter spesialis. Tetapi sebagian lainnya berpendapat
hanya menunjuk pada tata cara pelayanan saja. Sesungguhnyalah
pada saat ini ditemukan banyak pendapat tentang status dokter
keluarga dalam sistem pelayanan kedokteran. Berbagai pendapat
tersebut secara umum dapat dibedakan atas 4 macam (Geyman, 1971),
yakni :
1.
Dokter Keluarga sama dengan dokter umum
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Inggris dan
Australia. Inilah sebabnya organisasi yang didirikan untuk
menghimpun
organisasi
para
dokter
dokter keluarga
keluarga
(family
tidak
disebut
pyhsician),
sebagai
melainkan
organisasi dokter umum (general practitioner).
2. Dokter Keluarga adalah dokter spesialis
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Amerika
Serikat. Inilah sebabnya, di negara tersebut seorang dokter yang
akan menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga, diharuskan
untuk mengikuti pendidikan tambahan selama 3 tahun. Di
Amerika Serikat, dokter keluarga memang telah dianggap sebagai
spesialis umum yang kedudukannya setara dengan berbagai
spesialis lainnya.
3. Dokter Keluarga adalah semua dokter yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga
Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Indonesia.
Menurut pendapat ini, siapapun dokter tersebut - dokter umum
atau dokter spesialis - sepanjang menyelenggarakan pelayanan
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 14
kesehatan sesuai dengan prinsip - prinsip dokter keluarga, maka
dokter yang dimaksud disebut sebagai dokter keluarga.
4. Dokter Keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi antara
keduanya terdapat banyak kesamaan.
Pendapat yang seperti ini merupakan pendapat awal yang
muncul
ketika
konsep
dokter
keluarga
diperkenalkan. Tidak mengherankan
pertama
jika kemudian
kali
sering
disebutkan bahwa dokter keluarga tersebut pada dasarnya
perkembangan lebih lanjut dari dokter umum, yakni setelah
sebelumnya para dokter umum yang dimaksud memperoleh
tambahan pendidikan lebih lanjut.
Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat yang
seperti ini, jika ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang lebih
diutamakan
bukanlah
status
dokter
yang
menyelenggarakan
pelayanan, melainkan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan.
Sesungguhnyalah untuk kepentingan masyarakat tersebut, amat
diharapkan pelayanan kedokteran dapat diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu serta berkesinambungan, yakni yang sesuai
dengan ciri - ciri pokok pelayanan dokter keluarga.
Hanya
saja,
bertitik
tolak
dari
pentingnya
tata
cara
penyelenggaraan yang dimaksud, tidak mengherankan jika kemudian
ditemukan beberapa pihak yang kurang setuju dengan pendapat
bahwa pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan oleh dokter
spesialis. Disebutkan bahwa dokter spesialis, betapapun telah
termotivasinya menyelenggarakan dokter keluarga, tetapi karena
keahlian yang dimiliki bersifat monodisiplin, maka tidak akan
mungkin menyelenggarakan pelayanan yang menyeluruh. Pelayanan
dokter spesialis pada umumnya memang bersifat tunggal yakni yang
sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki, dan karena itu dipandang
tidak sesuai dengan ciri - ciri pelayanan dokter keluarga
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 15
E. STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of
care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan
medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna
(comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan
rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum
dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi
standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta
memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan
kesehatan pasien dan keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan
menggunakan
dokter
keluarga
memiliki
segala
kesempatan
dalam
sistim
untuk
menerapkan
pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 16
dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk
itu.
5) Kuratif medik
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan
pada
strata
pelayanan
tingkat
pertama,
termasuk
kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan
dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata
yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan /
atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau
kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
memperhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai
dengan mediko legal dan etik kedokteran.
b. Standar Pelayanan Medis (standardof medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan
pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara
lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis
dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam
rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 17
harapan
pasien
mengenai
keluhannya
tersebut,
serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang
menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding,
dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik;
dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara
rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan
diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin
dengan pendekatan diagnosis holistik.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 18
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga
menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis,
derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan
pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga
melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan
dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau
berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau
berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis,
rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien
semata.
8) Tindak lanjut
Pada
saat
-
saat
dinilai
perlu,
dokter keluarga
menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada
pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan
tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan
kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi
kepentingan pasien.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 19
10) Pengobatan rasional
Pada
setiap
anjuran
pengobatan,
dokter keluarga
melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti
(evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien
akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka
dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk
konseling keluarga.
c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan
yang
disediakan
dokter
keluarga
bersifat
menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia
seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1) Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan
dokter
keluarga
memiliki
sistim
untuk
memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan
memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi
dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan
pasien.
3) Pelayanan menggunakan segala sumberdi sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala
sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan
keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 20
d. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu,
selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada
saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan
lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang
pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
1) Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam
penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik
bersama antar dokter – pasien - keluarga, maupun bersama
antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah sakit.
2) Mitra dokter - pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan
kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis.
3) Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia
pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan
kesehatan formal di sekitarnya.
4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimentermedik
Pelayanan
memperhatikan
dokter
keluarga
kebutuhan
dan
mempedulikan
perilaku
pasien
dan
dan
keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
e. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan
pelayanan
bersinambung,
yang
melaksanakan
pelayanan
kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi
kesehatan pasien.
1) Pelayanan proaktif
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 21
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan
layanan secara proaktif.
2) Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya
dan pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa
penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien
yang bersangkutan.
3) Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas,
sadar mutu dan sadar biaya.
4) Pendampingan
Pada saat - saat dilaksanakan konsultasi dan / atau
rujukan, pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian
melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.
2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards ofbehaviour in practice)
a. Standar
perilaku
terhadap
pasien
(patient-physician
relationship standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi
pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah
kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien
untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat
memutuskan
pemilihan
penatalaksanaan
yang
akan
dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan
yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan
yang diinginkan.
2) Masa konsultasi
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 22
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter
keluarga kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk
menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk
dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesa
dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan
partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan
yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.
3) Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas
kepada pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan,
keuntungan,
resiko
yang
berhubungan
dalam
hal
pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan
sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat
memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara
puas dan terinformasi.
4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif
berlandaskan rasa saling percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban
pasien, hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung
tinggi kerahasiaan pasien.
b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of
partners relationship in practice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter
keluarga sebagai pimpinan manajemen untuk mengelola klinik
secara profesional.
1) Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan
satu atau beberapa tenaga kesehatan dan tenaga lainnya
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 23
berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam
suasana kekeluargaan.
2) Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam
peningkatan
derajat
kesehatan
pasien
dan
keluarga,
pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
3) Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang
dokter keluarga atau bila terdiri dari beberapa dokter
keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen
yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan.
c. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with
colleagues)
Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai
pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam
pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik secara
profesional.
1) Hubungan profesional antar profesi
Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik
dengan mempunyai hubungan profesional dengan profesi
medik lainnya untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesama dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan
medik yang diambil oleh dokter lain dan memperbaiki
penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien tanpa
merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga
adalah anggota perkumpulan profesi yang sekaligus menjadi
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 24
anggota Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi pada
kegiatan - kegiatan yang ada.
d. Standar pengembangan ilmu dan
ketrampilan praktik
(Standard of knowledge and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti
kegiatan - kegiatan ilmiah guna memelihara dan menambah
ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan pengetahuan
kedokteran sepanjang hayatnya.
1) Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang
berpraktik untuk secara teratur dalam lima tahun praktiknya
mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti pelatihan,
seminar,
lokakarya
dan
pendidikan
kedokteran
berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga
mutu secara mandiri dan / atau bersama - sama dengan
dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik
dalam pendidikan dokter keluarga, dan berusaha untuk
berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran atau
pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik
dalam penelitian dan berusaha untuk menyelenggarakan
penelitian yang sesuai dengan etika penelitian kedokteran,
demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 25
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga
berpartisipasi secara aktif dan / atau pasif pada jurnal ilmiah
kedokteran.
e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan (standard as community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi
aktif
dalam
segala
kegiatan
peningkatan
kesehatan
di
sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada setiap
kondisi kesehatan di daerahnya.
1) Menjadi anggota perkumpulan sosial
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang
bekerja dalam pelayanan dokter keluarga, menjadi anggota
perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan.
2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
Bila ada kegiatan - kegiatan kesehatan masyarakat di
sekitar tempat praktiknya, pelayanan dokter keluarga
bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan - kegiatan
tersebut.
3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi
kesehatan
di
sekitarnya,
pelayanan
dokter
keluarga
berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya dalam
bidang kesehatan.
3. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management)
a. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga,
juga terdapat
petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan atau pelatihannya.
1) Dokter keluarga
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 26
Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter
keluarga adalah dokter yang bersertifikat dokter keluarga
dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal perilaku
kesehatan.
2) Perawat
Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga
telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan
kedokteran keluarga.
3) Bidan
Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah
mengikuti
pelatihan
pelayanan
dengan
pendekatan
kedokteran keluarga.
4) Administrator klinik
Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan
dokter keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang
pelayanan pendekatan kedokteran keluarga.
b. Standar
manajemen
keuangan
(Standard
of
finance
management)
Pelayanan
dokter
keluarga
mengelola
keuangannya
dengan manajemen keuangan profesional.
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat
secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat
transparansi.
2) Jenis sistim pembiayaan praktik
Manajemen
keuangan
pelayanan
dokter keluarga
dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti , baik
sistem pembiayaan praupaya maupun sistim pembiayaan
fee-for service
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 27
c. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for
practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu
tempat pelayanan yang disebut klinik dengan manajemen yang
profesional.
1) Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian
kerjanya masing - masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik
diadakan pelatihan kerja (job training) terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja(K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti
prosedur K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) untuk pusat
pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas
pelaksanaan administrasi klinik
4. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of Facilities)
a. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas
pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
1)
Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk
kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang
berpraktik.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 28
2) Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan
kerahasiaan dan privasi pasien.
3) Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan
bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama
yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4) Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan
masyarakat sekitarnya.
5)
Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan
nama yang telah diatur oleh organisasi profesi.
b. Standar peralatan klinik (standard of practice equipments)
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang
sesuai
dengan
fasilitas
pelayanannya,
yaitu
pelayanan
kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1) Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan
medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk
dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama.
2)
Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan
penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang
praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 29
3) Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non
medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk
dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.
c. Standar proses - proses penunjang praktik (Standard of clinical
supports process)
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.
1) Pengelolaan rekam medik
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan
dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam medik
berorientasikan pada masalah (problem oriented medical
record).
2) Pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan
rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh
kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
3) Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal
precaution management yang mengutamakan pencegahan
infeksi pada pelayanannya.
4) Pengelolaan limbah
Pelayanan
dokter
keluarga
memperhatikan
sistim
pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis
maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman
bagi masyarakat sekitar klinik.
5) Pengelolaan airbersih
Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih
atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 30
6) Pengelolaan obat
Pelayanan
dokter
keluarga
melaksanakan
sistim
pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk
mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa.
(Trisna, et al, 2007).
F. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat
luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas
dua macam :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama
dengan tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan
kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi
setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya
kebutuhan
keluarga
akan
pelayanan
kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan
dokter keluarga
disebabkan
karena
dalam
memang
lebih
menangani
efektif.
suatu
Ini
masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang
disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga
dengan
lingkungannya
masing
-
masing.
Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka
pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan
secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah
kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 31
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga juga lebih efisien. Ini disebabkan
karena
pelayanan dokter keluarga
lebih mengutamakan
pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinarnbungan.
Dengan
diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti
angka
jatuh
sakit akan menurun,
yang
apabila
dapat
dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam
menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan
pada
pelayanan
berkesinarnbungan.
yang
menyeluruh,
Karena
salah
terpadu
dan
satu keuntungan
dari
pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan
dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang - ulang, yang
besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana
kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat
terbatas.
G. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Sesungguhnya
apabila
pelayanan
diselenggarakan dengan baik, akan
dokter
banyak
keluarga
dapat
manfaat
yang
diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge
Research Institute, 1976):
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai
manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang
disampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit
dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 32
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan
lebih
baik dan
terarah,
terutama
di tengah
- tengah
kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu
sehingga
penanganan
suatu
masalah
kesehatan
tidak
menimbulkan berbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka
segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan
kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan
tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan
karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran
canggih yang memberatkan biaya kesehatan.
H. SEJARAH PERKEMBANGAN
Jika ditinjau dari prinsip pokok yang dimiliki, maka pelayanan
dokter keluarga yang memusatkan perhatian pada masalah - masalah
kesehatan
keluarga
secara
keseluruhan,
sebenarnya
bukanlah
merupakan hal yang baru. Perhatikan misalnya ungkapan Somers and
Somers (1970) tentang pelayanan kesehatan tempo dulu yang secara
singkat diuraikannya sebagai ”…the traditional symbol of medical
care the kindly old family doctor with big heart and little bag, part
healer, part priest, part family counselor.”
Pada tahap selanjutnya, ketika ilmu dan teknologi kedokteran
berkembang dengan pesat, setelah Versalius dikenal anatomi, setelah
Harvey dikenal fisiologi, setelah Malpighi dikenal patologi, setelah
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 33
Virchow dikenal patologi sel, setelah Pasteur dan Koch dikenal
bakteriologi, setelah Claude Bernard dikenal endokrinologi, setelah
Wohler dikenal biokimia, setelah Chusing dikenal bedah otak, …
demikian seterusnya yang kemudian makin dipacu oleh rekomendasi
yang mengharuskan pendidikan kedokteran diselenggarakan di
Lembaga Pendidikan Tinggi, maka bersamaan dengan makin banyak
dilaksanakannya berbagai penelitian, munculah berbagai spesialisasi
dan sub-spesialisasi dalam ilmu kedokteran.
Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi ini berjalan
dengan amat pesat sekali, yang sampai dengan tahun 1988,
sebagaimana yang tercatat dalarn The American Medical Dictionary,
adalah sebanyak 33 macam. Pada saat ini jumlah spesialisasi dan
sub-spe-sialisasi tersebut telah makin meningkat, yakni tidak kurang
dari 57 macam (Somers and Somers, 1970).
Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi yang seperti
ini, di samping mendatangkan banyak manfaat yakni makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai
oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka kematian,
ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah
yang dimaksud
yang
dipandang
cukup penting ialah
makin
berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter
umum.
Sesungguhnyalah, dengan makin berkembangnya spesialisasi
dan
sub-spesialisasi
tersebut,
secara
bertahap
minat
dokter
menyelenggarakan pelayanan dokter umum, makin berkurang. Oleh
komisi Millis (1966) penyebab makin berkurangnya minat dokter
menyelenggarakan pelayanan dokter umum ini, disimpulkan sebagai :
1. Karena makin menurunnya harga diri seorang dokter umum
dibandingkan dengan dokter spesialis.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 34
2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan
sebagai dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin
kurang.
3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan
dengan dokter spesialis.
Penyebab lain dari makin berkurangnya minat dan sekaligus
jumlah dokter umum, yang dikemukakan oleh Robert Haggery (1963)
adalah :
1. Komisi penerimaan mahasiswa baru terdiri dari para dokter
spesialis, yang lebih mengutamakan calon mahasiswa yang lebih
berorientasi pada keilmuan.
2. Tidak adanya bagian dokter keluarga (departemen of familiy
medicine) di fakultas kedokteran.
3. Terbatasnya fasilitas yang berafiliasi dengan fakultas kedokteran
yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan pendidikan dokter
keluarga.
4. Makin
meningkatnya
proporsi
mahasiswa
yang
langsung
mengikuti pendidikan dokter spesialis.
5. Perhatian terhadap dokter spesialis lebih baik daripada dokter
umum, misalnya pada wajib militer dan asuransi kesehatan.
6. Status dokter umum di rumah sakit lebih rendah daripada dokter
spesialis, serta jam kerja lebih lama daripada dokter spesialis.
Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang
menyelenggarakan pelayanan dokter umum, dan sementara itu jumlah
dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin
bertambah, menyebabkan timbulnya berbagai masalah lainnya.
Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci menurut subsistem
kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sub-sistem Pelayanan Kesehatan
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 35
Masalah yang paling menonjol yang diketemukan pada
sub-sistem pelayanan kesehatan ialah pelayanan kesehatan
tersebut menjadi terkotak - kotak (fragmented health services),
amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih
serta cenderung mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih
majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan masyarakat,
karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (comprehensive health services).
Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko.
Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan
dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak
- kotak ini, maka hubungan dokter-pasien (doctor-patient
relationship) menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian
dokter hanya terhadap belahan yang disampaikan, bukan terhadap
diri penderita secara keseluruhan.
Sesungguhnyalah sebagaimana dikemukakan oleh Ward
Darley
(1954)
“barriers
to
the
concept
of
continuing
comprehensive care because of pragmentation of patient care
that has resulted from specialization, practice habits that limit
interest to the episodic care of illness, and efficiency measures
that limit the amount of time a physician gives to the individual
patients.”
2. Sub-sistem Pembiayaan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada
sub-sistem pembiayaan kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi
meningkat. Peningkatan biaya kesehatan tersebut bukan saja
karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi
juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak.
Akibatnya pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan
berulang - ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 36
Lebih
daripada
itu,
untuk
para
dokter
yang
tetap
menyelenggarakan pelayanan dokter umum, ditemukan pula
masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang
diselenggarakan ternyata jauh dari memuaskan. Penelitian yang
dilakukan oleh University of North Carolina and Rockefeller
Fondation
yang
membuktikan
dilaksanakan
keadaan
ini.
pada
Hasil
tahun
1953-1954
penelitian
tersebut
menyimpulkan bahwa 44% dari dokter umum yang diteliti
menyelenggarakan
pelayanan
yang
di
bawah
standar.
Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak
memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak
mengikuti perkernbangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Adanya keadaan yang seperti ini tentu tidak membahagiakan
semua pihak. Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat
dibedakan atas 4 macam, yakni (Somers and Somer, 1970) :
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dokter umum
sehingga dapat mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya.
2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik
secara khusus.
3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan
teknik pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
4. Menciptakan
keadaan
lingkungan
yang
dapat
memacu
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
terpadu.
Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The
American Academy of General Practice yang didirikan pada tahun
1947. Organisasi ini aktif menyelenggarakan berbagai program
pendidikan tambahan untuk dokter umum. Lebih daripada itu,
organisasi ini juga serta mengusahakan adanya hubungan praktek
dokter umum dengan rumah sakit. Hasil yang diperoleh cukup
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 37
menggembirakan karena secara bertahap berbagai ketinggalan yang
dimiliki oleh dokter umum dapat diatasi.
Pada tahun 1959, dalam rangka lebih meningkatkan bobot dan
nilai pelayanan kesehatan yang menyeluruh tersebut The American
Medical Association menyusun suatu rancangan pendidikan khusus
yang bersifat lebih formal. Rancangan ini pada tahun 1969 berhasil
disahkan, dan sejak tahun 1969 tersebut, di Amerika Serikat, dokter
keluarga dipandang sebagai salah satu dokter spesialis.
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan
juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi di masing - masing negara,
akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan.
Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa
negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Inggris
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Inggris telah dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu
banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952,
praktek dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan
berhasil didirikannya Royal College of General Practise.
2. Australia
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Australia telah dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan
didirikannya The College of General Practice yang pada waktu itu
aktif
menyelenggarakan
program
pendidikan
kedokteran
berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun
1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni
dengan mulai diselenggarakannya Family Medicine Program oleh
pemerintah federal.
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Filipina telah dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 38
melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan
didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians.
Organisasi
ini
aktif
menyelenggarakan
pendidikan
dokter
keluarga, yang lulusan angkatan pertamanya dilantik tahun 1975.
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Singapura telah dimulai sejak tahun 1971, dan sejak tahun 1972
aktif menyelenggarakan program pendidikan. Sayang sekali
sampai saat ini program tersebut belum mendapat pengakuan
resmi dari pemerintah.
5. Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981, yakni dengan
didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun 1990,
melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah
menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Sekalipun organisasi
ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tetapi pelayanan
dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan, baik dari profesi kedokteran dan ataupun dari
pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat
internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter
keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World
Organization
of
National
College,
Academic
and
Academic
Assiciation of General Practitioners / Family Physician (WONCA).
Indonesia adalah anggota WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter
Keluarga Indonesia.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 39
I.
RUANG LINGKUP
1. Kegiatan yang Dilaksanakan
Ruang lingkup pertama dari pelayanan dokter keluarga
adalah yang menyangkut kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan
yang dimaksudkan di sini adalah pelayanan yang diselenggarakan.
Berbeda dengan pelayanan yang diselenggarakan oleh berbagai
spesialisasi kedokteran lainnya, pelayanan yang diselenggarakan
oleh dokter keluarga harus memenuhi satu syarat pokok. Syarat
pokok di sini adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
(comprehensive
medical
services).
Dokter
keluarga
yang
menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang tidak menyeluruh
bukanlah dokter keluarga yang baik. Dengan ruang lingkup yang
seperti ini jelaslah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga yang baik, perlulah dipahami dahulu apa yang
dimaksud dengan pelayanan
kedokteran yang
menyeluruh
tersebut.
2. Sasaran Pelayanan
Ruang lingkup kedua dari pelayanan dokter keluarga adalah
yang menyangkut sasaran, yakni kepada siapa pelayanan dokter
keluarga tersebut ditujukan. Sesuai dengan batasan yang dimiliki,
sasaran yang dimaksudkan di sini adalah keluarga sebagai satu unit.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami, isteri atau suami, isteri, dan anak, atau ayah dan anak atau
ibu dan anak.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai
nilai strategis dalam pembangunan kesehatan, karena setiap
masalah individu merupakan masalah keluarga dan sebaliknya.
Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, isteri, anak, dan
anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992).
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 40
Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan
secara holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai obyek kasus,
juga individu sebagai seorang manusia yang terkait dengan aspek
fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan.
Masalah kesehatan individu merupakan suatu komponen dari
sistem pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan,
individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari
masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan lingkungan
(Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004).
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu
dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai
berikut :
Lingkungan Umum
Lingkungan Terbatas
Lingkungan Keluarga
Individu
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok,
terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka
kemungkinan untuk dipengaruhi atau mempengaruhi anggota anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok
senantiasa berlaku aturan - aturan dan norma - norma sosial
tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok
berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula
perilaku individu tersebut terhadap masalah - masalah kesehatan.
(Notoatmodjo, 2003). Adapun kita ketahui ada sembilan fungsi
keluarga, yaitu :
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 41
a. Fungsi holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi
fungsi biologis, fungsi psikologi, dan fungsi sosial – ekonomi.
Fungsi biologis menunjukkan apakah di dalam keluarga
tersebut terdapat gejala – gejala penyakit yang menurun
(herediter), penyakit menular, maupun penyakit kronis.
Fungsi psikologis menunjukkan bagaimana hubungan antara
anggota
keluarga,
memecahkan
apakah
masalah
keluarga
bersama.
Fungsi
tersebut
dapat
sosio-ekonomi
menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga, dan
peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
b. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score.
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai
fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota
keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga
yang lain. APGAR score meliputi :
1) Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut
beradapatasi dengan anggota keluarga yang lain, serta
penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga
yang lain.
2) Partnership
:
menggambarkan
komunikasi,
saling
membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam
segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3) Growth
: menggambarkan dukungan keluarga terhadap
hal – hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection
: menggambarkan hubungan kasih sayang dan
interaksi antar anggota keluarga.
5) Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga
tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama
anggota keluarga yang lain.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 42
Skor untuk masing – masing kategori adalah :
0 = jarang / tidak sama sekali
1 = kadang – kadang
2 = sering / selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata – rata ≤ 5
kurang, 6 – 7 cukup, dan 8 – 10 adalah baik.
c. Fungsi patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan
SCREEM score dengan rincian sebagai berikut :
1) Social (melihat bagaimana interaksi dengan tetangga
sekitar)
2) Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap
budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun)
3) Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya)
4) Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)
5) Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)
6) Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai).
d. Fungsi hubungan antarmanusia
Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi
antar anggota keluarga (Interaksi dua arah baik digambarkan
dengan garis penuh, tidak baik digambarkan dengan garis
putus – putus).
e. Fungsi keturunan (genogram)
Fungsi
keturunan
(genetik)
dinilai
dari
genogram
keluarga. Menunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah
penyakit menular dalam keluarga. Apabila keduanya tidak
ditemukan, berarti dalam keadaan baik.
f. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 43
Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan,
sikap sadar akan pentingnya kesehatan, dan tindakan yang
mencerminkan pola hidup sehat.
g. Fungsi
nonperilaku
(Lingkungan,
pelayanan
kesehatan, keturunan)
Fungsi nonperilaku meliputi lingkungan dan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan meliputi :
1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
3) Jarak dengan Puskesmas / Rumah Sakit
h. Fungsi indoor
Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan
dalam rumah apakah telah memenuhi syarat – syarat
kesehatan. Penilaian meliputi lantai, dinding , ventilasi,
pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban
dengan rumah, serta pengelolaan sampah dan limbah.
i. Fungsi outdoor
Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah
telah memenuhi syarat – syarat kesehatan, misalnya jarak
rumah dengan jalan raya, tingkat kebisingan, serta jarak
rumah dengan sungai dan tempat pembuangan sampah
umum.
Pelayanan dokter keluarga yang tidak memperhatikan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan,
tidak memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi
terhadap keluarga, dan ataupun tidak memperhatikan pengaruh
keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap
anggota keluarga, bukanlah pelayanan dokter keluarga yang baik.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 44
Kedua ruang lingkup ini saling terkait, yang secara sederhana
dapat dibedakan dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 1.
Bagan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga
RUANG LINGKUP
PELAYANAN DOKTER KELUARGA
KEGIATAN
SASARAN
PELAYANAN
KEDOKTERAN
MENYELURUH
KELUARGA
SEBAGAI
SATU UNIT
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 45
Download