BAB I KEDOKTERAN KELUARGA DAN WAWASANNYA Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret [email protected] A. PENDAHULUAN Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat di sini ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 tahun 1992). Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan. Salah satu di antaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum, 1976). Jika pelayanan kesehatan tidak tersedia (available), tidak tercapai (accesible), tidak terjangkau (affordable), tidak berkesinambungan (continue), tidak menyeluruh (comprehensive), tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu (quality) tentu sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat tersebut. Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksudkan di sini mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara umum dapat diartikan sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat (Levey and Loomba, 1973). Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 1 Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan kesehatan personal (personal health services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) (Hodgetts dan Cascio, 1983). Menurut Leave and Clark (1953), kedua bentuk pelayanan kesehatan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan nama pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan mencegah penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan kesehatan masyarakat. Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan nama pelayanan dokter keluarga (family practice). B. BATASAN Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya. Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah : 1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 2 menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan psikologis latar pasien. belakang Dokter ini budaya, sosioekonomi, bertanggung jawab dan atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991). 2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982). 3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (The American Board of Family Practice, 1969). 4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 3 kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan, serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The American Academic of General Practice, 1947). 5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal, berkesinambungan tingkat kepada pertama, pasiennya menyeluruh yang terkait dan dengan keluarga, komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut berada (Singapore College of General Practitioners, 1987). Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di antaranya yang dipandang cukup penting adalah: 1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969). 2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 4 yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969). Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi yang sama, yakni The American Academy of Family Physician, rumusannya tidaklah sama. Rumusan yang pertama, karena menunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada penerapan disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan. Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga (family doctor, family physician). Cabang ilmu kedokteran yang diterapkan pada pelayanan dokter keluarga disebut dengan nama ilmu kedokteran keluarga (family medicine). Batasan tentang ilmu kedokteran di antaranya adalah : 1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (PB IDI, 1983). 2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk rnemenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif dan bertanggung jawab (Charmichael, 1973). 3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat khusus (Wonca, Manila, 1979). Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 5 4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan kesehatan perseorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney, 1969). 5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga (Sargent, 1967). Ilmu kedokteran keluarga (family medicine), haruslah dibedakan dengan ilmu kesehatan keluarga (family health). Sekalipun sasaran keduanya adalah sama, yakni keluarga (family), tetapi ilmu kedokteran keluarga tidak sama dengan ilmu kesehatan keluarga. Ilmu kedokteran keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kedokteran (medical sciences), sedangkan ilmu kesehatan keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kesehatan masyarakat (public health sciences). Karena adanya perbedaan yang seperti ini, tidaklah mengherankan jika ruang lingkup pelayanan kesehatan keluarga lebih terkait pada masalah - masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya, masalah kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan penyakit dan kecelakaan, tumbuh kembang, dan atau masalah gizi ibu hamil, bayi dan anak yang terdapat dalam suatu komunitas dan atau masyarakat. Sedangkan ruang lingkup pelayanan kedokteran keluarga lebih terkait pada masalah - masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kedokteran yakni, masalah sehat - sakit yang dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga. C. STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara Dokter Keluarga dengan Dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 6 kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer diharapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga. Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip – prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip – prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan / mewujudkan : 1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif 2. Pelayanan yang kontinu 3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif 5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya 6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan 9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga. Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah : 1. Kompetensi Dasar a. Ketrampilan Komunikasi Efektif b. Ketrampilan Klinik Dasar Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 7 c. Ketrampilan menerapkan dasar – dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik 2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama a. Bedah b. Penyakit Dalam c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan d. Kesehatan Anak e. THT f. Mata g. Kulit dan Kelamin h. Psikiatri i. Saraf j. Kedokteran Komunitas 3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut a. Ketrampilan melakukan “health screening” b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut c. Membaca hasil EKG d. Membaca hasil USG e. BTLS, BCLS, dan BPLS 4. Ketrampilan Pendukung a. Riset b. Mengajar kedokteran keluarga Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 8 5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif 6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik a. Manajemen klinik dokter keluarga Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA – WHO tahun 2003 meliputi : 1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu a. Bayi baru lahir b. Bayi c. Anak d. Remaja e. Dewasa f. Wanita hamil dan menyusui g. Lansia wanita dan pria 2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif a. Memahami epidemiologi penyakit b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadai c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta penyuluhan gizi g. Memahami pokok masalah perkembangan normal h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukan j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal” Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 9 k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran 3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan a. Dengan keluarga pasien 1) Penilaian keluarga 2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien) 3) Pembinaan dan konseling keluarga b. Dengan masyarakat 1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi 2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat 3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat 4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat 5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat 4. Menangani masalah – masalah kesehatan yang menonjol a. Kelainan alergik b. Anestesia dan penanganan nyeri c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan d. Kelainan kardiovaskular e. Kelainan kulit f. Kelainan mata dan telinga g. Kelainan saluran cerna h. Kelainan perkemihan dan kelamin i. Kelainan obstetrik dan ginekologi j. Penyakit infeksi k. Kelainan muskuloskeletal l. Kelainan neoplastik m. Kelainan neurologi n. Psikiatri 5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan a. Menyusun dan menggerakkan tim b. Kepemimpinan c. Ketrampilan manajemen praktik Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 10 d. Pemecahan masalah konflik e. Peningkatan kualitas (Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia, Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia, 2007). D. KARAKTERISTIK PELAYANAN DOKTER KELUARGA Pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik yang menurut para ahli dibedakan dan diuraikan sebagai berikut : 1. Lan R. McWhinney (1981): a. Lebih mengikatkan diri pada kebutuhan pasien secara keseluruhan, bukan pada disiplin ilmu kedokteran, kelompok penyakit atau teknik - teknik kedokteran tertentu. b. Berupaya mengungkapkan kaitan munculnya suatu penyakit dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. c. Menganggap setiap kontak dengan pasiennya sebagai suatu kesempatan untuk menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit atau pendidikan kesehatan. d. Memandang dirinya sebagai masyarakat yang berisiko tinggi. e. Memandang dirinya sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat. f. Diselenggarakan dalam suatu daerah domisili yang sama dengan pasiennya. g. Melayani pasien di tempat praktek, di rumah dan di rumah sakit. h. Memperhatikan aspek subjektif dari ilmu kedokteran. i. Diselenggarakan oleh seorang dokter yang bertindak sebagai manager dari sumber - sumber yang tersedia. 2. Lynn P. Carmichael (1973) menyusun karakteristik pelayanan dokter keluarga tersendiri : a. Berorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 11 b. Berhubungan dengan pasien sebagai anggota dari unit keluarga, memandang keluarga sebagai dasar dari suatu organisasi sosial dan atau suatu kelompok fungsional yang saling terkait, pada mana setiap individu membentuk hubungan tingkat pertama. c. Memanfaatkan pasien dan pendekatan keluarganya menyeluruh, berorientasi pada dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan. d. Mempunyai ketrampilan diagnosis yang andal serta pengetahuan tentang epidemiologi untuk menentukan pola penyakit yang terdapat di masyarakat dimana pelayanan tersebut diselenggarakan, dan selanjutnya para dokter yang menyelenggarakan pelayanan harus memiliki keahlian mengelola berbagai penyakit yang ditemukan di masyarakat tersebut. e. Para dokternya memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal - balik antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang dihadapi, serta menguasai teknik pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai penyakit yang agak mirip atau tidak khas serta berbagai penyakit yang tergolong psikosomatik. 3. Debra P. Hymovick and Martha Underwood Barnards (1973) menetapkan ada lima karakteristik pokok dari pelayanan dokter keluarga : a. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih responsif serta bertanggung jawab. b. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan kesehatan tingkat pertama (termasuk pelayanan darurat) serta pelayanan lanjutan (termasuk pengaturan rujukan). Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 12 c. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pelayanan pencegahan penyakit dalam stadium dini serta peningkatan derajat kesehatan pasien setinggi mungkin. d. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk diperhatikannya pasien tidak hanya sebagai orang perorang, tetapi juga sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. e. Dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan untuk dilayaninya pasien secara menyeluruh dan dapat diberikan perhatian kepada pasien secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jurnlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. 4. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (1982) Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke - 18 di Surakarta tahun 1982 merumuskan karakteristik pelayanan dokter keluarga sebagai berikut : a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya. b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan. c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin. d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik baiknya. e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 13 Jika diperhatikan, karakteristik pelayanan dokter keluarga sebagaimana dikemukakan di atas, segeralah terlihat bahwa pelayanan dokter keluarga memang merupakan suatu pelayanan kedokteran yang memiliki kedudukan tersendiri. Sebagian melihatnya sebagai pelayanan dokter spesialis. Tetapi sebagian lainnya berpendapat hanya menunjuk pada tata cara pelayanan saja. Sesungguhnyalah pada saat ini ditemukan banyak pendapat tentang status dokter keluarga dalam sistem pelayanan kedokteran. Berbagai pendapat tersebut secara umum dapat dibedakan atas 4 macam (Geyman, 1971), yakni : 1. Dokter Keluarga sama dengan dokter umum Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Inggris dan Australia. Inilah sebabnya organisasi yang didirikan untuk menghimpun organisasi para dokter dokter keluarga keluarga (family tidak disebut pyhsician), sebagai melainkan organisasi dokter umum (general practitioner). 2. Dokter Keluarga adalah dokter spesialis Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Amerika Serikat. Inilah sebabnya, di negara tersebut seorang dokter yang akan menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga, diharuskan untuk mengikuti pendidikan tambahan selama 3 tahun. Di Amerika Serikat, dokter keluarga memang telah dianggap sebagai spesialis umum yang kedudukannya setara dengan berbagai spesialis lainnya. 3. Dokter Keluarga adalah semua dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga Pendapat yang seperti ini ditemukan misalnya di Indonesia. Menurut pendapat ini, siapapun dokter tersebut - dokter umum atau dokter spesialis - sepanjang menyelenggarakan pelayanan Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 14 kesehatan sesuai dengan prinsip - prinsip dokter keluarga, maka dokter yang dimaksud disebut sebagai dokter keluarga. 4. Dokter Keluarga tidak sama dengan dokter umum, tetapi antara keduanya terdapat banyak kesamaan. Pendapat yang seperti ini merupakan pendapat awal yang muncul ketika konsep dokter keluarga diperkenalkan. Tidak mengherankan pertama jika kemudian kali sering disebutkan bahwa dokter keluarga tersebut pada dasarnya perkembangan lebih lanjut dari dokter umum, yakni setelah sebelumnya para dokter umum yang dimaksud memperoleh tambahan pendidikan lebih lanjut. Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat yang seperti ini, jika ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang lebih diutamakan bukanlah status dokter yang menyelenggarakan pelayanan, melainkan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan. Sesungguhnyalah untuk kepentingan masyarakat tersebut, amat diharapkan pelayanan kedokteran dapat diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu serta berkesinambungan, yakni yang sesuai dengan ciri - ciri pokok pelayanan dokter keluarga. Hanya saja, bertitik tolak dari pentingnya tata cara penyelenggaraan yang dimaksud, tidak mengherankan jika kemudian ditemukan beberapa pihak yang kurang setuju dengan pendapat bahwa pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan oleh dokter spesialis. Disebutkan bahwa dokter spesialis, betapapun telah termotivasinya menyelenggarakan dokter keluarga, tetapi karena keahlian yang dimiliki bersifat monodisiplin, maka tidak akan mungkin menyelenggarakan pelayanan yang menyeluruh. Pelayanan dokter spesialis pada umumnya memang bersifat tunggal yakni yang sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki, dan karena itu dipandang tidak sesuai dengan ciri - ciri pelayanan dokter keluarga Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 15 E. STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA 1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care) a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran. 1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik. 2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya. 3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus Pelayanan menggunakan dokter keluarga memiliki segala kesempatan dalam sistim untuk menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya. 4) Deteksi dini Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 16 dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu. 5) Kuratif medik Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi. 6) Rehabilitasi medik dan sosial Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan / atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial. 7) Kemampuan sosial keluarga Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya. 8) Etik medikolegal Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik kedokteran. b. Standar Pelayanan Medis (standardof medical care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis. 1) Anamnesis Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 17 harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis 2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata. 3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 18 4) Prognosis Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based). 5) Konseling Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu. 6) Konsultasi Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata. 7) Rujukan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata. 8) Tindak lanjut Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien. 9) Tindakan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 19 10) Pengobatan rasional Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien. 11) Pembinaan keluarga Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga. c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. 1) Pasien adalah manusia seutuhnya Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya. 2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien. 3) Pelayanan menggunakan segala sumberdi sekitarnya Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 20 d. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal. 1) Koordinator penatalaksanaan pasien Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter – pasien - keluarga, maupun bersama antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah sakit. 2) Mitra dokter - pasien Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis. 3) Mitra lintas sektoral medik Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya. 4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimentermedik Pelayanan memperhatikan dokter keluarga kebutuhan dan mempedulikan perilaku pasien dan dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya. e. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien. 1) Pelayanan proaktif Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 21 Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif. 2) Rekam medik bersinambung Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien yang bersangkutan. 3) Pelayanan efektif efisien Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya. 4) Pendampingan Pada saat - saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien. 2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards ofbehaviour in practice) a. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship standard) Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya. 1) Informasi memperoleh pelayanan Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan. 2) Masa konsultasi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 22 Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien. 3) Informasi medik menyeluruh Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi. 4) Komunikasi efektif Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling percaya. 5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien. b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners relationship in practice) Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan manajemen untuk mengelola klinik secara profesional. 1) Hubungan profesional dalam klinik Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga kesehatan dan tenaga lainnya Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 23 berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam suasana kekeluargaan. 2) Bekerja dalam tim Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim. 3) Pemimpin klinik Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan. c. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues) Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik secara profesional. 1) Hubungan profesional antar profesi Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien. 2) Hubungan baik sesama dokter Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien tanpa merugikan nama dokter lain. 3) Perkumpulan profesi Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan profesi yang sekaligus menjadi Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 24 anggota Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi pada kegiatan - kegiatan yang ada. d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of knowledge and skill development) Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya. 1) Mengikuti kegiatan ilmiah Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya. 2) Program jaga mutu Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan / atau bersama - sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat praktiknya. 3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran atau pelatihan dokter. 4) Penelitian dalam praktik Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran. 5) Penulisan ilmiah Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 25 Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif dan / atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran. e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan (standard as community leader) Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya. 1) Menjadi anggota perkumpulan sosial Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan. 2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat Bila ada kegiatan - kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya, pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan - kegiatan tersebut. 3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya, pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya dalam bidang kesehatan. 3. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management) a. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources) Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau pelatihannya. 1) Dokter keluarga Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 26 Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal perilaku kesehatan. 2) Perawat Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga. 3) Bidan Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga. 4) Administrator klinik Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga. b. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management) Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen keuangan profesional. 1) Pencatatan keuangan Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi. 2) Jenis sistim pembiayaan praktik Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti , baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistim pembiayaan fee-for service Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 27 c. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for practice) Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang disebut klinik dengan manajemen yang profesional. 1) Pembagian kerja Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing - masing. 2) Program pelatihan Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job training) terlebih dahulu. 3) Program kesehatan dan keselamatan kerja(K3) Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan. 4) Pembahasan administrasi klinik Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik 4. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of Facilities) a. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities) Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya. 1) Fasilitas untuk praktik Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 28 2) Kerahasiaan dan privasi Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien. 3) Bangunan dan interior Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien. 4) Alat komunikasi Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya. 5) Papan nama Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh organisasi profesi. b. Standar peralatan klinik (standard of practice equipments) Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer). 1) Peralatan medis Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama. 2) Peralatan penunjang medis Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 29 3) Peralatan non medis Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama. c. Standar proses - proses penunjang praktik (Standard of clinical supports process) Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga. 1) Pengelolaan rekam medik Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical record). 2) Pengelolaan rantai dingin Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya. 3) Pengelolaan pencegahan infeksi Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya. 4) Pengelolaan limbah Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar klinik. 5) Pengelolaan airbersih Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 30 6) Pengelolaan obat Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa. (Trisna, et al, 2007). F. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam : 1. Tujuan Umum Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga. 2. Tujuan Khusus a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga disebabkan karena dalam memang lebih menangani efektif. suatu Ini masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing - masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 31 b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga lebih efisien. Ini disebabkan karena pelayanan dokter keluarga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinarnbungan. Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan berkesinarnbungan. yang menyeluruh, Karena salah terpadu dan satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang - ulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas. G. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA Sesungguhnya apabila pelayanan diselenggarakan dengan baik, akan dokter banyak keluarga dapat manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research Institute, 1976): a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan. b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 32 c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama di tengah - tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini. d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya. e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi. f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis. g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan. h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan. H. SEJARAH PERKEMBANGAN Jika ditinjau dari prinsip pokok yang dimiliki, maka pelayanan dokter keluarga yang memusatkan perhatian pada masalah - masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Perhatikan misalnya ungkapan Somers and Somers (1970) tentang pelayanan kesehatan tempo dulu yang secara singkat diuraikannya sebagai ”…the traditional symbol of medical care the kindly old family doctor with big heart and little bag, part healer, part priest, part family counselor.” Pada tahap selanjutnya, ketika ilmu dan teknologi kedokteran berkembang dengan pesat, setelah Versalius dikenal anatomi, setelah Harvey dikenal fisiologi, setelah Malpighi dikenal patologi, setelah Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 33 Virchow dikenal patologi sel, setelah Pasteur dan Koch dikenal bakteriologi, setelah Claude Bernard dikenal endokrinologi, setelah Wohler dikenal biokimia, setelah Chusing dikenal bedah otak, … demikian seterusnya yang kemudian makin dipacu oleh rekomendasi yang mengharuskan pendidikan kedokteran diselenggarakan di Lembaga Pendidikan Tinggi, maka bersamaan dengan makin banyak dilaksanakannya berbagai penelitian, munculah berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi dalam ilmu kedokteran. Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi ini berjalan dengan amat pesat sekali, yang sampai dengan tahun 1988, sebagaimana yang tercatat dalarn The American Medical Dictionary, adalah sebanyak 33 macam. Pada saat ini jumlah spesialisasi dan sub-spe-sialisasi tersebut telah makin meningkat, yakni tidak kurang dari 57 macam (Somers and Somers, 1970). Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi yang seperti ini, di samping mendatangkan banyak manfaat yakni makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka kematian, ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah yang dimaksud yang dipandang cukup penting ialah makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sesungguhnyalah, dengan makin berkembangnya spesialisasi dan sub-spesialisasi tersebut, secara bertahap minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum, makin berkurang. Oleh komisi Millis (1966) penyebab makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum ini, disimpulkan sebagai : 1. Karena makin menurunnya harga diri seorang dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 34 2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan sebagai dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin kurang. 3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis. Penyebab lain dari makin berkurangnya minat dan sekaligus jumlah dokter umum, yang dikemukakan oleh Robert Haggery (1963) adalah : 1. Komisi penerimaan mahasiswa baru terdiri dari para dokter spesialis, yang lebih mengutamakan calon mahasiswa yang lebih berorientasi pada keilmuan. 2. Tidak adanya bagian dokter keluarga (departemen of familiy medicine) di fakultas kedokteran. 3. Terbatasnya fasilitas yang berafiliasi dengan fakultas kedokteran yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga. 4. Makin meningkatnya proporsi mahasiswa yang langsung mengikuti pendidikan dokter spesialis. 5. Perhatian terhadap dokter spesialis lebih baik daripada dokter umum, misalnya pada wajib militer dan asuransi kesehatan. 6. Status dokter umum di rumah sakit lebih rendah daripada dokter spesialis, serta jam kerja lebih lama daripada dokter spesialis. Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter umum, dan sementara itu jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin bertambah, menyebabkan timbulnya berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci menurut subsistem kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sub-sistem Pelayanan Kesehatan Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 35 Masalah yang paling menonjol yang diketemukan pada sub-sistem pelayanan kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak - kotak (fragmented health services), amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan masyarakat, karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh (comprehensive health services). Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak - kotak ini, maka hubungan dokter-pasien (doctor-patient relationship) menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya terhadap belahan yang disampaikan, bukan terhadap diri penderita secara keseluruhan. Sesungguhnyalah sebagaimana dikemukakan oleh Ward Darley (1954) “barriers to the concept of continuing comprehensive care because of pragmentation of patient care that has resulted from specialization, practice habits that limit interest to the episodic care of illness, and efficiency measures that limit the amount of time a physician gives to the individual patients.” 2. Sub-sistem Pembiayaan Kesehatan Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada sub-sistem pembiayaan kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi meningkat. Peningkatan biaya kesehatan tersebut bukan saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan berulang - ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 36 Lebih daripada itu, untuk para dokter yang tetap menyelenggarakan pelayanan dokter umum, ditemukan pula masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang diselenggarakan ternyata jauh dari memuaskan. Penelitian yang dilakukan oleh University of North Carolina and Rockefeller Fondation yang membuktikan dilaksanakan keadaan ini. pada Hasil tahun 1953-1954 penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 44% dari dokter umum yang diteliti menyelenggarakan pelayanan yang di bawah standar. Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkernbangan ilmu dan teknologi kedokteran. Adanya keadaan yang seperti ini tentu tidak membahagiakan semua pihak. Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam, yakni (Somers and Somer, 1970) : 1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dokter umum sehingga dapat mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya. 2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara khusus. 3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik pelayanan kesehatan yang menyeluruh. 4. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The American Academy of General Practice yang didirikan pada tahun 1947. Organisasi ini aktif menyelenggarakan berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter umum. Lebih daripada itu, organisasi ini juga serta mengusahakan adanya hubungan praktek dokter umum dengan rumah sakit. Hasil yang diperoleh cukup Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 37 menggembirakan karena secara bertahap berbagai ketinggalan yang dimiliki oleh dokter umum dapat diatasi. Pada tahun 1959, dalam rangka lebih meningkatkan bobot dan nilai pelayanan kesehatan yang menyeluruh tersebut The American Medical Association menyusun suatu rancangan pendidikan khusus yang bersifat lebih formal. Rancangan ini pada tahun 1969 berhasil disahkan, dan sejak tahun 1969 tersebut, di Amerika Serikat, dokter keluarga dipandang sebagai salah satu dokter spesialis. Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi di masing - masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan. Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Inggris Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952, praktek dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practise. 2. Australia Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya The College of General Practice yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family Medicine Program oleh pemerintah federal. 3. Filipina Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 38 melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians. Organisasi ini aktif menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga, yang lulusan angkatan pertamanya dilantik tahun 1975. 4. Singapura Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah dimulai sejak tahun 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program pendidikan. Sayang sekali sampai saat ini program tersebut belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah. 5. Indonesia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun 1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tetapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan, baik dari profesi kedokteran dan ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World Organization of National College, Academic and Academic Assiciation of General Practitioners / Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 39 I. RUANG LINGKUP 1. Kegiatan yang Dilaksanakan Ruang lingkup pertama dari pelayanan dokter keluarga adalah yang menyangkut kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah pelayanan yang diselenggarakan. Berbeda dengan pelayanan yang diselenggarakan oleh berbagai spesialisasi kedokteran lainnya, pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi satu syarat pokok. Syarat pokok di sini adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh (comprehensive medical services). Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang tidak menyeluruh bukanlah dokter keluarga yang baik. Dengan ruang lingkup yang seperti ini jelaslah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang baik, perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan pelayanan kedokteran yang menyeluruh tersebut. 2. Sasaran Pelayanan Ruang lingkup kedua dari pelayanan dokter keluarga adalah yang menyangkut sasaran, yakni kepada siapa pelayanan dokter keluarga tersebut ditujukan. Sesuai dengan batasan yang dimiliki, sasaran yang dimaksudkan di sini adalah keluarga sebagai satu unit. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, isteri atau suami, isteri, dan anak, atau ayah dan anak atau ibu dan anak. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah keluarga dan sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992). Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 40 Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai obyek kasus, juga individu sebagai seorang manusia yang terkait dengan aspek fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah kesehatan individu merupakan suatu komponen dari sistem pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan lingkungan (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004). Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai berikut : Lingkungan Umum Lingkungan Terbatas Lingkungan Keluarga Individu Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi atau mempengaruhi anggota anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan - aturan dan norma - norma sosial tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah - masalah kesehatan. (Notoatmodjo, 2003). Adapun kita ketahui ada sembilan fungsi keluarga, yaitu : Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 41 a. Fungsi holistik Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi psikologi, dan fungsi sosial – ekonomi. Fungsi biologis menunjukkan apakah di dalam keluarga tersebut terdapat gejala – gejala penyakit yang menurun (herediter), penyakit menular, maupun penyakit kronis. Fungsi psikologis menunjukkan bagaimana hubungan antara anggota keluarga, memecahkan apakah masalah keluarga bersama. Fungsi tersebut dapat sosio-ekonomi menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi keluarga, dan peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial bermasyarakat. b. Fungsi fisiologis Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi : 1) Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradapatasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. 2) Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3) Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4) Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5) Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 42 Skor untuk masing – masing kategori adalah : 0 = jarang / tidak sama sekali 1 = kadang – kadang 2 = sering / selalu Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu nilai rata – rata ≤ 5 kurang, 6 – 7 cukup, dan 8 – 10 adalah baik. c. Fungsi patologis Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian sebagai berikut : 1) Social (melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar) 2) Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun) 3) Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya) 4) Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga) 5) Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga) 6) Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai). d. Fungsi hubungan antarmanusia Menunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota keluarga (Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh, tidak baik digambarkan dengan garis putus – putus). e. Fungsi keturunan (genogram) Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga. Menunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular dalam keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam keadaan baik. f. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 43 Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar akan pentingnya kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat. g. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan) Fungsi nonperilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan meliputi : 1) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan 2) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan 3) Jarak dengan Puskesmas / Rumah Sakit h. Fungsi indoor Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah apakah telah memenuhi syarat – syarat kesehatan. Penilaian meliputi lantai, dinding , ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara, sumber air bersih, jarak jamban dengan rumah, serta pengelolaan sampah dan limbah. i. Fungsi outdoor Menunjukkan gambaran lingkungan luar rumah apakah telah memenuhi syarat – syarat kesehatan, misalnya jarak rumah dengan jalan raya, tingkat kebisingan, serta jarak rumah dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum. Pelayanan dokter keluarga yang tidak memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, tidak memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga, dan ataupun tidak memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga, bukanlah pelayanan dokter keluarga yang baik. Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 44 Kedua ruang lingkup ini saling terkait, yang secara sederhana dapat dibedakan dalam bagan sebagai berikut : Gambar 1. Bagan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga RUANG LINGKUP PELAYANAN DOKTER KELUARGA KEGIATAN SASARAN PELAYANAN KEDOKTERAN MENYELURUH KELUARGA SEBAGAI SATU UNIT Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Page 45