tinjauan atas analisis prosedur pemberian serta pencatatan

advertisement
TINJAUAN ATAS ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN
SERTA PENCATATAN AKUNTANSI KREDIT PENSIUN
PADA PT. BANK JABAR BANTEN KCP. IPDN JATINANGOR
KAB. SUMEDANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Ujian Diploma III Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : L. Vina Maya Martiana
NPM : 0308059
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 017/BAN-PT/Ak-VII/Dpl-III/X/2008
BANDUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
TINJAUAN ATAS ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN
SERTA PENCATATAN AKUNTANSI KREDIT PENSIUN
PADA PT. BANK JABAR BANTEN KCP. IPDN JATINANGOR
KAB. SUMEDANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Diploma III Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : L. Vina Maya Martiana
NPM : 0308059
Menyetujui,
Pembimbing
(Intan Oviantari, S.E., M.S. Ak., Ak)
NIP 1110201063
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
(Dr. H. Islahuzzaman,S.E.,M.Si.,Ak)
NIP 11105840
Ketua Program Studi Akuntansi D-3
(Rima Rachmawati, S.E., M.Si., Ak.)
NIP 1110201069
“Tuhan tidak menurunkan takdir begitu saja.
Tuhan memberikan takdir sesuai dengan apa yang kita
lakukan. Jika kita maju dan berusaha,
Tuhan akan memberikan takdir kesuksesan.
Jika kita lengah dan malas,
Maka Tuhan akan memberikan takdir kegagalan.”
“Orang yang gagal selalu mencari jalan untuk
menghindari kesulitan, sementara orang yang sukses
selalu menerjang kesulitan untuk menggapai
kesuksesan.”
“Berbuatlah dan jalankan semua impianmu,
Karena sebenarnya dalam dirimu
Telah terdapat energy dan kemampuan
Untuk melakukan apapun.”
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: L. Vina Maya Martiana
NPM
: 0308059
Tempat dan Tanggal Lahir
: Garut, 08 Maret 1989
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN ATAS ANALISIS
PROSEDUR
PEMBERIAN
SERTA
PENCATATAN
AKUNTANSI
KREDIT PENSIUN PADA PT. BANK JABAR BANTEN KCP. IPDN
JATINANGOR KAB. SUMEDANG” adalah benar dan hasil karya saya sendiri.
Bila terbukti bila demikian, saya bersedia menerima segala akibat yang telah
ditetapkan. Demikian Tugas Akhir ini dibuat sebagaimana mestinya dan adanya.
Bandung, Januari 2013
Penulis
L. Vina maya Martiana
ABSTRAK
Bank merupakan perusahan jasa yang sangat penting yang dapat
menunjang keseluruhan program pembiayaan atau pembayaran baik dalam
menghimpun dana maupun lembaga yang melancarkan
arus uang dari
masyarakat. Bank memiliki fungsi sebagai penghimpun, penyalur dan melayani
jasa dalam lalul intas pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Pencatatan Akuntansi merupakan bagian penting untuk menghasilkan
suatu laporan yang berguna bagi pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan
pada perusahaan. Dalam pencatatan akuntansi dapat dilakukanan alisis Pencatatan
Akuntansi Pemberian Kredit Pensiun yaitu dengan penilaian kredit, prosedur
pemberian kredit serta menetapkan beberapa tahap dalam pengajuan kredit serta
pencatatannya dengan tujuan untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh nasabah. Dalam Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian pada Bank
Jabar Banten yang berlokasi di IPDN Jatinangor Kab. Sumedang.
Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan dapat simpulkan bahwa
dalam prosedur pemberian kredit pensiun PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Sudah
sesuai dengan teori yang ada. Dalam hal ini Bank Jabar Banten menetapkan
beberapa tahap yang harus dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sehingga tidak akan terjadi pengeluaran surat penolakan pemberian
kredit dari perusahaan. Selain itu juga dalam pecatatan pemberian kredit sudah
sesuai dengan teori yang ada, dimana pencatatan pemberian kredit meliputi
Persetujuan pemberian Realisasi (RLA) kredit, Penarikan tunai fasilitas kredit
nasabah, Pendapatan Provisi/Provision Manual Charge (PMC), Pembayaran
Manual (TRA) untuk Kredit Pensiun, Pelunasan Pinjaman Komponen/Revolving
(RLP), Biaya Pelunasan. Yang dimana dalam pelaksanaan uraian tugas pembagian
pembukuan dan pembayaran tidak ada pemisahan tugas.
Kata Kunci : Posedur Pemberian Serta Pencatatan Akuntansi Kredit Pensiun
ABSTRACT
Banks are very important services company that supports the overall
program financing or payment either in raising funds and institutional money
flows are launched from the public. Bank has a function as a collector, dealer and
serve the lalul intas payment services and circulation of money in the community
which aims to support the implementation of national development, in order to
improve equity, economic growth and national stability towards improving the
welfare of the people.
Accounting Record is an important part to produce a report that is useful
for certain parties to make decisions at the company. In the accounting records
may dilakukanan alisis Accounting Record Lending Retirement is a credit
assessment, credit administration procedures and establish a number of stages in
the filing and recording credits in order to determine the conditions that must be
met by the customer. In this final project, the authors conducted a study on the
Bank Jabar Banten is located in IPDN Jatinangor district. Sumedang.
Based on the analysis by the author conclude that the pension credit
granting procedures PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Is in conformity with the
existing theory. In this case the Bank Jabar Banten set several stages that must be
met by the customer in accordance with applicable regulations. So there will be
spending rejection letter from the loan company. In addition, the credit pecatatan
is in conformity with the existing theory, which record includes the loan
agreement granting Realization (RLA) credit, cash withdrawal facility customer
credit, Revenue Provision / Manual Provision Charge (PMC), Payments Manual
(TRA) for Credit retirement, Debt Repayment Component / Revolving (RLP),
Settlement costs. In which the distribution of job descriptions in the
implementation of accounting and payment no separation of duties.
Keywords : Procedures for gatering and accounting pension credit
DAFTAR ISI
ABSTRAK…….......................................................................................................i
ABSTRACT………………………………………………………………...…….ii
KATA PENGANTAR……………….…………………….……………….……iii
DAFTAR ISI……………………….………………………………..………........v
DAFTAR TABEL……………………...…………………………...………......vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………..………….………viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………..………..……….....ix
BAB I PENDAHULUAN……………………………….,……….....…………..1
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul...………………………...…….........1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………….………....…............3
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir………………..………....3
1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir………………...………...................4
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik……….…………………................4
BAB II LANDASAN TEORI……………….…………………...…......….…...5
2.1 Landasan Teori……………………………………….…….................5
2.1.1 Bank……………………………................................................5
2.1.1.1 Pengertian Bank…………….…………………............5
2.1.1.2 Jenis-jenis Bank……….………………….……...…....5
2.1.1.3 Fungsi Bank…………….…………….……..…….......6
2.1.1.4 Tujuan Bank…………….……….………..……….......7
2.1.1.5 Sumber Dana Bank……….….…….……………..…...8
2.1.2 Akuntansi Kredit………………………………………......….9
2.1.2.1 Pencatatan Akuntansi Kredit……………..….…...…...9
2.1.2.2 Metode Pencatatan Pendapatan………………....….…14
2.1.3 Kredit………………………………………………..……...…..14
2.1.3.1 Pengertian Kredit……………………….…………...…14
2.1.3.2 Tujuan Kredit…………………………………..…..…...15
2.1.3.3 Fungsi Kredit…………………………………..….…...16
2.1.3.4 Jenis-Jenis Kredit……………………..……..….….....18
2.1.3.5 Penilaian Kredit……………………….………....…...21
2.1.3.6 Prosedur Pemberian Kredit…………….....……...…...25
2.1.4 Dana Pensiun………………………………..………..…..........27
2.1.4.1 Pengertian Dana Pensiun………………..….……..…...27
2.1.4.2 Tujuan Pensiun……………………....……..…….........28
BAB III OBJEK TUGAS AKHIR……...……………….…………....….…...30
3.1
Objek Tugas Akhir…………………………….…….…..…...….30
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan…………..………..…….........30
3.1.2 Tujuan dan Visi Perusahaan………….………..….….........32
3.1.3 Misi dan Fungsi Perusahaan…………………..…….……..32
3.1.4 Aktivitas Usaha Bank BJB Kcp. IPDN Jatinangor………..33
3.1.5 Struktur Organisasi dan UraianTugas……………..…........36
3.2
Metodologi Tugas Akhir………………………………...….…...43
3.2.1 Jenis dan Sumber Data…………………………..…...........43
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data…………………….….….…....43
BAB IV ANALISIS……………...……………….…………………………....47
4.1
Prosedur Pemberian Kredit Pensiunpada PT. Bank Jabar Banten
Kcp. IPDN Jatinangor…………………………………………...48
4.2
Pencatatan Akuntansi Pemberian Kredit Pensiun pada PT. Bank
Jabar BantenKcp. IPDN Jatinangor……………….………….....50
4.3
Pembahasan……………………………………….…………......54
4.3.1 Analisis Prosedur Pemberian Kredit Pensiun pada PT. Bank
Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor……………..……......54
4.3.2 Analisis Pencatatan Akuntansi Pemberian Kredit Pensiun
Pada PT. Bank JabarBantenKcp. IPDN Jatinangor….........55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………..……………………..59
5.1
Kesimpulan………………………………………….......……….59
5.2
Saran……………………………………………………………..60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…...61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penurunan Plafond atau Pencairan Kredit………..…………………. 10
Tabel 2.2. Biaya-biaya yang harus di bayar nasabah…………..………...…...… 10
Tabel 2.3. Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah……………..……………..... 10
Tabel 2.4. Perhitungan Bunga Accrual Basis..…………………………..…...…. 11
Tabel 2.5. Perhitungan Bunga Cash Basis……………….………………….….. 11
Tabel 2.6. Pembayaran bunga dari nasabah…………………………..…...……. 12
Tabel 2.7. Pelunasan Kredit Nasabah atau Angsuran………..…………..…....... 12
Tabel 2.8. Penghapusan Kredit Nasabah…………………………………...….... 12
Tabel 2.9. Pembayaran Tunggakan Krdit Bermasalah
Reversing pembentukan cadangan kredit………………………..…...13
Tabel 2.10.Pembayaran Tunggakan Kredit Bermsalah Saat Pelunasan……....... .13
Tabel 2.11.Tunggakan Bunga Kredit…………………………………....……….13
Tabel 4.1. Pecatatan pada saat Realisasi (RLA)…..……………..…….…….….51
Tabel 4.2. Pada saat pencairan oleh Nasabah……………………..…….………51
Tabel 4.3. Pendapatan Provisi/Provission Manual Charge dengan Tunai............51
Tabel 4.4. Pendapatan Provisi/Provission Manual Charge dengan Tabungan…..52
Tabel 4.5. Pembayaran Manual secara Tunai untuk Kredit Pensiun…………....52
Tabel 4.6. Pembayaran Manual melalui Tabungan untuk Kredit Pensiun………52
Tabel 4.7. Pelunasan Pinjaman Komonen/Revolting secara Tunai……………..53
Tabel 4.8. Pelunasan Pinjama Komponen/Revolting secara Non Tunai…..…... 53
Tabel 4.9. Biaya Pelunasan…………………………………………………….. 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Bank Jabar Banten…………...……………. 45
Gambar 2. Struktur Organisasi Bagian Kredit PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN
Jatinangor…………………………………………..………………. 46
Gambar 3. Skema Analisis Pemberian Kredit.……………..…………………… 56
Gambar 4. Proses Pemberian Kredit……………………………………………. 57
Gambar 5. Proses Penyelesaian Kredit……………………..…………………... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Formulir Pernyataan Pengajuan Kredit Pensiun………………... 63
Lampiran 2.
Realisasi (RLA) Kredit Pensiun………………………………… 69
Lampiran 3.
Pembayaran Manual (TRA)………………………………….......75
Lampiran 4.
Pelunasan Pinjaman Komitmen/Revolving (RLP)……………… 78
Lampiran 5.
Biaya Pinjaman yang terikan Jangka Waktu (PMC)…..…………82
Lampiran 6.
Surat Keterangan Permintaan Data dari PT. Bank Jabar Banten...85
Lampiran 7.
Foto copy Kartu Bimbingan…………………………………...... 86
Lampiran 8.
Curicullum Vitae……………………………………………..…. 87
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
Perkembangan perbankan dewasa ini,makin hari menunjukan peranan
yang makin besar dan makin menentukan dalam meningkatkan perkembangan
pertumbuhan ekonomi. Sektor demi sektor ekonomi secara bertahap dimasuki,
ditangani, dan disentuh, baik secara langsung maupun secara tidak langsung oleh
kegiatan perbankan. Kegiatan perbankan tidak hanya terbatas di kota-kota besar
saja akan tetapi telah tersebar sampai ke kota-kota kecil dan malah di beberapa
daerah telah memasuki desa-desa,walaupun dalam jumlah masih terbatas.
Pada masa sekarang ini,banyak sekali permasalahan ekonomi yang
menjadi kendala dalam berbagai kegiatan masyarakat, bebagai macam kebutuhan
masyarakat selalu dan terus meningkat. Sementara kemampuan untuk mencapai
suatu yang diinginkan sangat terbatas, sehingga terjadi kesenjangan antara
kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang diinginkan.
Mengingat pentingnya kebutuhan tersebut, maka bank menjadi salah satu
lembaga untuk membantu pemasalahan. Dalam hal ini bank tidak hanya
mempunyai fungsi sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam bentuk kredit, tetapi sebagai lembaga intermeditasi antara anggota
masyarakat yang kelebihan dana atau dananya belum dipergunakan (surflus unit)
dengan anggota masyarakat memerlukan atau kekurangan dana (defisit
unit).Sesuai dengan pasal 1 butir 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1998 atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan, Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Fungsi bank adalah merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat
bagi perusahaan, lembaga pemerintahan, swasta maupun perorangan dalam
penghimpunan dana, lalu menyalurkannya dalam bentuk perkreditan dan berbagai
jasa lainnya. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme
sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian (Putra, 2009).
Produk kredit salah satunya yaitu kredit pensiun, pada intinya merupakan
kredit yang sifatnya untuk konsumtif yang hanya diberikan kepada para pensiun
yang berasal dari lingkungan pensionan karyawan (PNS, BUMN/BUMD) yang
didasari oleh perjanjian kerja sama antara pihak Bank dengan Pengelola Dana
Pensiun. Adapun yang dimaksud dengan pengelola dana pension adalah suatu
lembaga yang mengelola dana para pensiunan (marketing strategy, 2010).
Dalam hal bank menyalurkan dana kepada masyarakat yaitu dalam bentuk
kredit pensiun. Maka jalan dengan peraturan-peraturan tentang perbankan, bank
wajib melaksanakan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan bank dan
nasabahnya. Hal ini karena pemberian kredit merupakan usaha pokok bank yang
mengandung resiko tinggi dan sangat berpengauh terhadap kelangsungan usaha
bank. Dengan demikian, pelaksanaan pemberian kredit harus didasarkan pada
azas-azas perkreditan yang sehat. Selain itu juga setelah bank menberikan kredit
harus adanya pencatatan ankuntansi. Pencatatan Akuntansi merupakan bagian
penting untuk menghasilkan suatu laporan yang berguna bagi pihak-pihak tertentu
dalam mengambil keputusan pada perusahaan.
Bank Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang ini salah satu
bank yang memberikan dana pensiun. Karena Bank Jabar ini terletak di dalam
lingkungan Kampus IPDN yang lingkungannya banyak pensiunan (PNS,
BUMN/BUMD). Sehingga para pensiunan mudah untuk mengajukan kredit
pensiun. Bank Jabar Banten (BJB) Kcp. IPDN Jatinangor salah satunya berfungsi
sebagai bank umum memberikan macam-macam Kredit yang terdiri dari kredit
pensiun, kredit pegawai aktif, kredit umum, kredit karyawan. Kredit pensiun
merupakan salah satunya produk penyaluran dana di BJB, selain itu juga
menguntungkan bagi perusahaan BJB karena pendapatan bunga. Hal ini karena
tiap pensiun yang meminjam kredit jelas dipotong gaji tiap bulannya untuk
memperkecil resiko kredit macet. Sehingga diperlukan prosedur untuk pemberian
kredit dengan syarat-syarat, prinsip-prinsip kredit yang sehat serta pencatatan
akuntansi untuk mempermudah menghasilkan informasi/laporan (Ketua Kcp.
STPDN, 2011). Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merasa tertarik
untuk mengetahui lebih dalam dan menuangkannya dalam bentuk tugas akhir
dengan judul “Tinjauan atas Analisis Prosedur Pemberian serta Pencatatan
Akuntansi Kredit Pensiun Pada PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN
Jatinangor Kab. Sumedang.”
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa
selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dilihat dari uraian
latar belakang penelitian diatas maka di identifikasikan permasalahan pada PT.
Bank Jabar Banten adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Prosedur Pemberian Kredit Pensiun Pada PT. Bank Jabar Banten
Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang?
2. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Pemberian Kredit Pensiun Pada PT. Bank
Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang?
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan diatas dapat
diketahui bahwa penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data dan
berbagai informasai yang diperlukan dalam tugas akhir dan untuk memahami
pencatatan akuntansi pemberian kredit, serta mencari dasar teroris yang di dapat
di perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya dilapangan. Tujuan dari
penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit pension pada PT. Bank Jabar
Banten Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang.
2. Untuk mengetahui pencatatan akuntansi pemberian kredit pension pada PT.
Bank Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang.
1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir
Informasi yang diperoleh dari hasil kerja praktik dan studi pustaka yang
berhubungan dengan analisis prosedur pemberian serta pencatatan akuntansi
kredit pensiun, maka penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat berguna untuk
hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi penulis, laporan tugas akhir ini berguna untuk menambah
pengetahuan tentang analisis prosedur pemberian serta pencatatan
akuntansi kredit pensiun.
2. Bagi pihak perusahaan, laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan yang dapat membantu perusahan melakukan analisis
prosedur pemberian serta pencatatan akuntansi kredit pensiun.
3. Bagi pihak lain, laporan tugas akhir ini di harapkan dapat menjadi bahan
referensi dan sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
Untuk menyusun laporan ini, penulis memperoleh data dengan melakukan
penelitian di PT. Bank Jabar Banten (BJB) KCP. IPDN Jatinangor Kab.
Sumedang. Sedangkan waktu dilakukan penulis dalam menganalisa dan meneliti
masalah yang akan dibahas dalam penyusunan laporan tugas akhir ini mulai pada
Bulan Juni sampai selesai.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini, akan dijelaskan mengenai pengertian bank,
pencatatan kredit, kredit, tujuan pensiun, dan seterusnya yang berkaitan dengan
judul yang diteliti. Landasan teori ini penulis ambil dari beberapa referensi yang
berkaitan dengan judul penelitian.
2.1.1 Bank
2.1.1.1 Pengertian Bank
Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat, Bank merupakan
Perusahaan jasa yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program
pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga
yang melancarkan arus uang dari masyarakat.
Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 yang di kutip oleh
Sembiring (2008:2), pengertian Bank adalah:
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”.
Menurut Iskandar (2008:5), pengertian Bank adalah:
“Badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yang
berfungsi sebagai pengumpul dana, pemberi pinjaman dan menjadi
perantara dalam lalu lintas pembayaran giral”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan
bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menyimpan dana
dari masyarakat kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat.
2.1.1.2 Jenis-jenis Bank
Dalam kegiatan perbankan dibedakan sesuai jenis-jenis bank. Setiap jenisjenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatannya, maka
jenis-jenis bank terbagi menjadi dua yaitu bank umum dan bank perkreditan
rakyat.
Menurut Ramly dan Rustan (2005:15), jenis-jenis bank dapat ditinjau
dari berbagai segi, yaitu:
A. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Bank umum dapat memberikan seluruh jasa bank
yang ada dan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.
B. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konversional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta wilayah operasionalnya terbatas.
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis bank
terbagi menjadi dua yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat yang di mana
kegiatan usaha secara konversional atas berdasarkan prinsip syariah dan kelebihan
dari bank umum adalah memberikan seluruh jasa bank yang ada serta wilayah
oprasionalnya sangat luas.
2.1.1.3 Fungsi Bank
Fungsi perbankan yaitu sebagai penghimpun, penyalur dan melayani jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.
Menurut Susilo, Triandaru dan Budisantoso (2005:9), fungsi bank
terdiri dari :
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal
menghimpun danamaupun meyalurkan dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
b. Agent of Development
Kegiatan sektor moneter dan sektor riil dalam perekonomian tidak dapat
dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor
moneter tidak bekerja dengan baik.
c. Agent of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan lain kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang Pasal 3 No. 7 tahun 1992 yang dikutip oleh
Sembiring (2008:87), mengenai fungsi perbankan adalah:
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat atau
penerima dana.
2. Bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat atau sebagai lembaga
pemberi kredit.
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
pembayaran.
Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian. Dengan
demikian bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan
atau financial intermediary institution.
2.1.1.4 Tujuan Bank
Menurut Undang-undang No 10 tahun 1998 (Pasal 1) yang dikutip oleh
Sembiring (2008:7), tujuan bank adalah:
“Perbankan
Indonesia
bertujuan
menunjang
pelaksanaan
pembangunan dalam meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak”.
Menurut Kuswandi (2000:5), tujuan bank adalah:
“Perbankan bertujuan untuk membantu pelaksanaan program
pemerintah seperti pelaksanaan pembangunan, menunjang
pertumbuhan perekonomian dalam peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
tujuan bank adalah ikut serta membantu dalam pelaksanaan program pemerintah
untuk mensejahterakan rakyat banyak.
2.1.1.5 Sumber Dana Bank
Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan dan atau mengatur secara
mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang dikehendaki,
namun bank dapat mempengaruhi jumlah dana yang dihimpun sampai pada
tingkat tertentu. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dan penggunaan
dana tersebut. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang
ditanggung dan harus dilakukan secara tepat.
Sumber dana menurut Kasmir (2007:63), yaitu:
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (Dana Pihak Kesatu)
Dana sendiri terdiri dari setoran modal pemegang saham, cadangan-cadangan
dengan laba pada tahun lalu yang tidak dapat dibagi kepada para pemegang
sahamnya, cadangan ini disediakan untuk mengantisipasi laba ditahun yang
akan datang dan laba yang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.
Keuntungan dari dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif
lebih besar dari pada jika meminjam kelembaga lain.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas (Dana Pihak Kedua)
Sumber dana ini meupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber dana ini. Dana pihak kedua ini relatif paling mudah
jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan sumber dana yang berasal dari
masyarakat ini merupakan sumber dana yang paling dominan, asalkan dapat
memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Adapun sumber dana dari
masyarakat seperti Simpanan Giro, Simpanan Tabungan dan Simpanan
Deposito.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya (Dana Pihak Ketiga)
Sumber dana ketiga ini merupakan tambahan jika perbankan mengalami
kesulitan dalam memperoleh sumber dana pertama dan kedua. Sumber dana
ketiga sifatnya hanya semetara waktu. Sumber dana ketiga terdiri dari kredit
likuditas dari Bank Indonesia, pinjaman antara bank (call money) dan
pinjaman dari bank luar negeri.
Menurut Rahardja (2005:17), sumber-sumber dana bank adalah:
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (Internal).
Setoran modal dari pemegang saham, cadangan-cadangan bank, yaitu
cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham, laba yang belum dibagi merupakan laba yang memang
belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai modal untuk sementara waktu.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas (Eksternal)
Simpanan Giro (Demand Deposit), Simpanan Tabungan (Saving Deposit),
Simpanan Deposito (Time Deposit).
Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
sumber bank terdiri dari Modal sendiri, berasal dari masyarakat luar seperti giro,
tabungan, deposito dan lembaga lain.
2.1.2
Akuntansi Kredit
2.1.2.1 Pencatatan Akuntansi Kredit
Proses akuntansi bank pada prinsipnya sama dengan akuntansi umum.
Proses akuntansi diawali dengan adanya transaksi yang terjadi, yang dilanjutkan
dengan proses pencatatan dokumen, selanjutnya diidentifikasikan, diukur,
diklasifikasikan, dikelompokan dan dijabarkan sehingga menghasilkan suatu
laporan yang beguna bagi pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan.
Menurut Ramly dan Rustan (2005:141), catatan akuntansi kredit terdiri dari :
1. Persetujuan dan pemberian Plafond Kredit.
Persetujuan pemberian kredit dilakukan oleh menejemen dan harus dicatat
memberikan informasi mengenai komitmen bank kepada nasabah. Pada saat
persetujuan untuk pemberian kredit ini harus pula diperhitungkan biaya-biaya
yang menjadi beban nasabah kredit perhitungan pendapatan ini harus sebagai
provisi kredit yang dihitung dari besarnya ekspansi pengguna kredit yang
telah disetujui.
Tabel 2.1
Penurunan Plafond atau Pencairan Kredit
Nomer
Keterangan
Rekening
106
Fasilitas kredit yang diberikan
101
Debet
Kredit
xxxx
Kas
Xxxx
Sedangkan unuk perhitungan provisi kreditnya akan dibukukan dengan
jurnal sebagai berikut:
Tabel 2.2
Biaya-biaya yang harus di bayar nasabah
Nomer
Rekeing
xxxxxx
Keterangan
Rekening Nasabah
Debet
Kredit
xxxx
50191
Provisi Kredit
Xxxx
501921
Pendapatan Administrasi Bank
Xxxx
Biaya Lain-lain
Xxxx
5029
2. Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah
Setiap terjadi penarikan debitur akan diperhitungkan dalam rekening efektif
dan akan mengurangi komitmen yang telah dicatat dalam rekening
administrasi, penjumlahan rekening administrasi dan saldo debet kredit yang
diberikan akan merupakan besanya plafond kredit yang telah disetujui oleh
bank.
Tabel 2.3
Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah
Nomer
Rekening
xxxxxx
101
Keterangan
Rekening Giro Nasabah
Kas Rupiah
Debet
Kredit
xxxx
Xxxx
3. Perhitungan Bunga
Besarnya bunga yang harus diperhitungkan kepada nasabah adalah lamanya
hari kredit dan harus di catat dalam pembukuan bank.Adanya pencatatan
bunga debitur dalam akuntansi pendapatan bunga debitur, bank diharapkan
pada pemilihan pencatatan secara cash basis atau accrual basis. Metode
maupun yang akan ditetapkan , setiap tanggal jatuh bunga haruslah diadakan
pencatatan. Pada prinsipnya pengakuan pendapatan bunga debitur dilakukan
secara accrual basis, kecuali untuk debiur diklasifikasikan sebagai
nonperforming loan yaitu debitur yang digolongkan kurang lancar, diragukan,
dan macet menurut kriteria Bank Indonesia, maka akan ditetapkan pengakuan
sebagai cash basis. Cash basis adalah bahwa pencatatan bunga kedalam
rekening pendapatan baru dilakukan saat diterima pembayaran dari nasabah
sedangkan accrual basis adalah pencatatan bunga kedalam rekening
pendapatan dilakukan pada saat jatuh waktu.
Tabel 2.4
Perhitungan Bunga Accrual Basis
Nomer
Keterangan
Rekening
xxxxxx
Debitur Tunggakan Bunga-rekening
4011
Debet
Kredit
xxxx
Pendapatan Bunga Debitur
Xxxx
Tabel 2.5
Perhitungan Bunga Cash Basis
Nomer
Keterangan
Debet
Kas atau Rekening Administratif-nasabah
xxxx
Rekening
101
Kredit
Tunggakan Bunga
404
Pendapatan Bunga Debitur
Xxxx
4. Pembayaran bunga kredit nasabah
Pelunasan debitur akan dicatat oleh bank dan disesuaikan dengan penerpan
metode pencatatan yang dianut sewaktu pencatatan bunga yang jatuh tempo.
Perhitungan bunga :
Bunga Kredit = jumlah kredit x Bunga x 30 hari /360 hari
Tabel 2.6
Pembayaran bunga dari nasabah
Nomer
Keterangan
Rekening
101
Kas
Debet
xxxx
Pendapatan bunga – kredit rekening
404
Kredit
Xxxx
Giro
5. Pelunasan Kredit Nasabah atau Angsuran
Apabila terjadi pelunasan kredit, setelah terhutang diperhitungkan dan
dilunasi oleh nasabah debitur, maka pelunasan pinjaman pokok juga
dibukukan dengan cara mengkredit rekening nasabah yang bersangkutan.
Tabel 2.7
Pelunasan Kredit Nasabah atau Angsuran
Nomer
Keterangan
Rekening
101
106
Kas
Debet
Kredit
xxxx
Fasilitas Kredit yang diberikan
Xxxx
6. Penghapusan Kredit Nasabah
Apabila terjadi masalah dalam pengambilan kredit dan kredit tidak bisa di
kembalikan maka dicatat dalam jurnal penghapusan kredit nasabah.
Tabel 2.8
Penghapusan Kredit Nasabah
Nomer
Rekening
601
106
Keterangan
Cadangan Kredit (PPAP)
Fasilitas kredit yang diberikan
Debet
Kredit
xxxx
Xxxx
7. Pembayar Tunggakan Kredit Bermasalah
Apabila terjadi masalah dalam pembayaran yang dilakukan oleh nasabah atau
kredit macet nasabah, dalam melunasi kreditnya dimana bank mencatat dalam
pembayaran tunggakan kredit bermasalah.
Tabel 2.9
Pembayaran Tunggakan Krdit Bermasalah
Reversing pembentukan cadangan kredit
Nomor
Keterangan
Rekening
106
Fasilitas kredit yang diberikan
601
Debet
Kredit
xxxx
Cadangan kredit (PPAP)
Xxxx
Tabel 2.10
Pembayaran Tunggakan Kredit Bermsalah
Saat Pelunasan
Nomor
Keterangan
Rekening
103
BI-giro
Debet
Kredit
xxxx
106
Fasilitas kredit yang diberikan
Xxxx
404
HBL-Tunggakan Bunga Kredit
Xxxx
8. Tunggakan Bunga Kredit
Pada saat terjadi tunggakan bunga kredit, maka bunga yang akan diterima
tidak dapat dibukukan karena bermasalah, untuk setiap bunga yang
bermasalah pencatatanya dilakukan pada rekening administrasi.
Tabel 2.11
Tunggakan Bunga Kredit
Nomor
Keterangan
Rekening
101
Kas
Debet
Kredit
xxxx
404
Pendapatan bunga kredit
Xxxx
502
Denda tunggakan bunga kredit
Xxxx
Berdasarkan pengertian diatas penuis mengambil kesimpulan bahwa
catatan akuntansi yang dimana terdiri dari Persetujuan dan pemberian Plafond
kredit, penarikan tunai fasilitas kredit nasabah, perhitungan bunga, pembayaran
bunga kredit nasabah, pelunasan kredit nasabah, penghapusan kredit nasabah,
pembayaran tunggakan kredit bermasalah, tunggakan bunga kredit.
2.1.2.2 Metode Pencatatan Pendapatan
Menurut Lapoliwa dan Kuswandi (2000:54), metode pencatatan
pendapatan adalah::
1. Cash Basis
Sistem pembukuan dimana, seluruh pengeluaran dan biaya-biaya diakui
sebagai pengeluaran dan biaya-biaya pada peiode tersebut berdasarkan
realitas pembayaran tunai. Sehingga segala pengeluaran dan biaya-biaya serta
penerimaan yang sudah diterima tunainya saja yang akan dimasukan dalam
perhitungan cash basis.
2. Accrual Basis
Pengeluaran dan biaya-biaya yang diakui dan dibukukan pada periode
tersebut berdasarkan pembayaran tunai serta pengeluara atau penerimaan
tidak tunai yang jatuh tempo pada periode tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
metode pencatatan pendapatan terbagi menjadi dua yaitu cash basis dan accrual
basis.
2.1.3 Kredit
2.1.3.1 Pengertian Kredit
Dana yang di peroleh bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam
bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukannya. Bank memperoleh
keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat. Kata kredit
berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang artinya kepercayaan, sehingga
seseorang atau badan usaha diberikan pinjaman, diyakini dapat mengembalikan
karena orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan akan kembali.
Menurut Taswan (2008:215), pengertian Kredit adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”
Menurut Sastradipoera (2008:215), pengertian Kredit adalah :
“Kredit merupakan penyedia uang atau tagihan (yang disamakan
denan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam-meninjam antara bank
dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi
kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga
yang ditetapkan terlebih dahulu”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dijelskan, bahwa pinjaman
atau kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.
Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima
kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuatnya. Dalam perjanjian kredit terakup hak dan kewajiban masing-masing
pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.
2.1.3.2 Tujuan Kredit
Secara ekonmis tujuan kredit yaitu untuk mendapatkn keuntungan, maka
bank akan hanya memberikan kredit jika betul-betul merasa yakin bahwa
penerima kredit mampu atau mau mengembalikan kredit.
Menurut Kasmir (2006:96), tujuan pemberian kredit antara lain :
“1. Mencari keuntungan,
2. Membantu usaha dari nasabah.
3. Membantu pemerintah”.
Penjelasan dari Tujuan kredit adalah :
1. Mencari keuntungan
Tujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tesebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sehingga balas jasa
dan biya administrsi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha dari nasabah
Tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbnkan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
peningkatan pembangunan di berbagai sektor, seperti peneriman pajak,
membuka kesempatan kerja, menghemat devisa negara dan meningkatkan
devisa Negara.
Menurut Bastian (2006:230), tujuan kredit adalah:
“1. Kepentingan Pemerintah.
2. Kepentingan masyarakat (rakyat).
3. Kepentingan pemilik modal (bank)”.
Penjelasan dari Tujuan kredit adalah :
1. Kepentingan pemerintah
Menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
2. Kepentingan masyarakat (rakyat).
Pembantu usaha nasabah dalam memperoleh dana untuk kelangsungan usaha
debitur.
3. Kepentingan pemilik modal (bank).
Memperoleh laba atau keuntungan agar kelangsungan usaha terjamin dan
dapat memperluas usahanya.
Dari ketiga tujuan kredit di atas diharapkan dapat memberikan gambaran
yang menyeluruh dan lengkap mengenai tujuan kredit dalam membantu
perekonomian negara. Dengan demikian tujuan kredit adalah membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan dan untuk
mensejahterakan masyarkat.
2.1.3.3 Fungsi Kredit
Menurut Sinungan (2000:207), fungsi kredit sebagai berikut :
“1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
2. Untuk meningkatkan daya guna barang.
3. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
6. Untuk meningkatkan penerapan pendapatan.
7. Untuk meningkatkan hubungan internasional”.
Penjelasan dari Fungsi kredit adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya
kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk meningkatkan produksi atau
untuk meningkatkan usahanya.
2. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Dengan mendapatkan kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku
menjadi bahan jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
3. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran
baru seperti cek, giro, dan wesel, sehingga apabila pembayaran dilakukan
dengan cek dan yang lainnya maka dapat meningkatkan peredaran uang giral.
4. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan adanya kredit yang dibeikan menjaga pengendalian inflasi,
meningkatkan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
5. Untuk meningktkan kegairahan berusaha.
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi nasabah yang memang yang modalnya pas-pasan.
6. Untuk meningkatkan penerapan pendapatan.
Semakin banyak kredit yang diberikan maka semakin baik terutama dalam
hal meningkatkan pendapatan.
7. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Pinjaman internasional dapat meningkatkan saliang membutuhkan antara
penerima kredit dengan pemberi kredit.
Adapun fungsi kredit kehidupan perekonomian menurut Kasmir
(2007:96), adalah sebagai berikut :
“1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
4. Untuk meningkatkan peredaran barang.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
7. Untuk meningkatkan penerapan pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional”.
Penjelasan dari Fungi kredit adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya adalah
uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang dan jasa oleh penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu
wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang
dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk
memperoleh barang yang tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat.
4. Untuk meningkatkan peredaran barang.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari wilayah ke
wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar bertambah.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan oleh masyarakat.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan penerapan pendapatan.
Semakin banyak kredit yang diberikan maka akan semakin baik terutama
dalam hal meningkatkan pendapatan.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Pinjaman internasional dapat meningkatkan saling membutuhkan antara
penerima kredit dengan pemberi kredit.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
fungsi kredit terdiri dari meningkatkan daya guna dan barang, peredaran dan lalu
lintas uang, sebagai alat stabilitas ekonomi, meningkatkan kegairahan berusaha,
meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan hubungan Internasional. Hal ini
merupakan fungsi penggunaan kredit bagi masyarakat.
2.1.3.4 Jenis-Jenis Kredit
Pada prinsipnya kredit itu cuma satu macam saja yaitu uang bank yang
dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pasa suatu waktu tertentu
dimasa mendatang, disertai dengan suatu kontrak prestasi berupa bunga. Tetapi
berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang
mempengaruhi bidang usaha para nasabah. Jenis-jenis kredit menurut Taswan
(2008:216), adalah :
“1. Jenis kredit menurut bentuknya.
2. Jenis kredit menurut jangka waktu.
3. Jenis kredit menurut kegunaannya”.
Penjelasan dari macam-macam dan jenis kredit adalah :
1. Jenis kredit menurut bentuknya.
a) Kredit rekening Koran.
Dalam hal ini debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening
korannya sampai dengan sebesar plafon yang ditetapkan bank. Pelunasan
pokok kredit dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit
secara umum dihitung secara harian berdasarkan debet (outstanding
credit) atau nilai rata-rata debet setiap bulannya.
b) Installasment loan
Kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur
menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur,
dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut.
2. Jenis kredit menurut jangka waktu.
a) Kredit jangka pendek.
Kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
b) Kredit jangka menengah.
Kredit yang jangka waktu antara satu sampai dengan tiga tahun.
c) Kredit jangka panjang.
Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
3. Jenis menurut kegunaannya.
a) Kredit modal kerja.
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usaha,
misalnya untuk pembelian barang dagangan.
b) Kredit investasi.
Kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha, misalnya
kredit untuk membangun pabrik, membeli mesin dan pembangunan
infrastruktur lainnya.
c) Kredit konsumtif.
Kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi.Kredit ini sering disebut
juga personal loan.
Menurut Ramly dan Rustan (2005:132), macam-macam kredit dan jenis
kredit terdiri dari :
“1. Berdasarkan tujuan pengguna.
2. Berdasarkan jangka waktu kredit.
3. Berdasarkan sifatnya”.
Penjelasan dari macam-macam dan jenis kredit adalah :
1. Bedesarkan tujuan pengguna.
a. Kredit komersial (commercial loan).
Kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di
bidang dagangan. Kredit komersial ini meliputi antara lain kredit
leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain-lain.
b. Kredit konsumtif (consumer loan).
Kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang
bersifat konsumtif.
2. Berdasarkan jangka waktu kredit.
a. Kredit jangka pendek.
Kredit yang jangka waktunya maksimal satu tahun jadi pemakaian kredit
itu tidak melebihi 1 tahun.
b. Kredit jangka panjang.
Kredit yang brjangka melebihi dari 3 tahun.
3. Berdasarkan sifatnya.
a. Revolving credit.
Pada credti revolving pinjaman yang telah dilunasi masih dapat ditarik
kembali maka sifat pemakaian dan jenis kredit inni adalah “naik-turun”
sesuai dengan kebutuhan debitur.
b. Non revolving credit
Kredit tidak dapat ditarik secara berulang-ulang.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
jenis-jenis kredit terbagi mejadi tiga bagian yang terdiri dari bentuk kredit, jangka
waktu kredit, sifat kredit dan kegunaan kredit.
2.1.3.5 Penilaian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali, keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian
kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya seperti melalui prosedur penilaian yang benar.
Biasanya kriteria yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
Menurut Kasmir (2007:104), analisis 5C adalah :
“1. Character.
2. Capacity (Capability).
3. Capital.
4. Colleteral.
5. Condition”.
Penjelasan dari analisis 5C adalah :
1. Character
Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon
debitur.Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa,
sifat atau watak dari orang-orang yang memberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya.
2. Capacity (Capability)
Untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya
mencari laba.
3. Capital
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%.
Artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula
menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain
capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki
nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan
untuk masa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing.
Menurut Rahardja yang dikutip oleh Bastian (2006:250), analisis 5C
adalah:
“1. Character.
2. Capacity (Capability).
3. Capital
4. Colleteral.
5. Condition of economic.
6. Condition”.
Penjelasan dari analisis 6C adalah:
1) Character
Pengertian character adalah sifat atau watak nasabah. Character merupakan
ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Orang yang
memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan
berbagai cara.
2) Capacity (Capability)
Dilihat kemampuan calon nasabah, sehingga pada akhirnya akan terlihat
kemampuannya dalam mengembalikannya kredit disalurkan.
3) Capital
Capital yaitu unatuk mengetahui sumber-sember pembiayaan yang dimiliki
nasabah terhadap suatu usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4) Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah.Fungsi jaminan adalah
sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
5) Condition of economic.
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomik sekarang dan
kemungkinan di masa yang akan dating sesuai sektor masing-masing serta
diakibatkan prospek usaha dari sector yang di jalankan.
6) Condition
Prinsip pemberian kredit yang terakhir, perinsip kendala ini mengacu pada
kemungkinan terjadinya tekanan.
Sedangkan penilaian kredit dengan metode analisis 7P menuut Kasmir
(2007:106), adalah sebagai berikut :
“1. Personality.
2. Party.
3. Perpose.
4. Prospect.
5. Payment.
6. Profitability.
7. Protection”.
Penjelasan dari analisis 7P kredit adalah :
1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah
laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2) Party
Yaitu mengklarifikasi nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3) Perpose
Yaitu mengengetahui tujuan nasabah dalam pengambilan kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif
atau untuk tujuan perdagangan.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit
yang diperolehnya.
6) Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencaari laba.
Profitability diukur dari peiode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya
dari bank.
7) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank
namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
Menurut Susilo, Triandaru dan Santoso (2005:215), metode analisis 7P
adalah :
“1. Personality.
2. Party.
3. Perpose.
4. Prospect.
5. Payment.
6. Profitability
7. Protection.
Penjelasan dari analisis 7P kredit adalah :
1) Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun masa lalunya. Selain itu juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku
dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.
2) Party
Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal.
3) Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diingikan nasabah.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan
atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
6) Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7) Protection
Menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan,
seperti jaminan barang atau jaminan asuransi.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis mengambil keputusan bahwa
Analisis kredit adalah penilaian yang diberikan kepada nasabah dalam pengajuan
kredit.Analisis 5C dan 7P yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan
mempertimbangkan dengan posisi pasar dengan pesaingan, prospek usaha,
karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa kuantitatif
dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan nasabah mengetahui usulan
kredit yang dapat diterima atau ditolak.
2.1.3.6 Prosedur Pemberian Kredit
Sedangkan prosedur pemberian kredit menurut Kasmir (2007:113),
adalah:
“1. Pengajuan berkas-berkas.
2. Penyelidikan berkas pinjaman.
3. Wawancara ke I
4. Pemeriksa lapangan (on the spot).
5. Wawancara ke II
6. Keputusan kredit
7. Penandatangan kredit atau perjanjian lainnya.
8. Realisasi kredit.
9. Penyaluran atau penarikan”.
Penjelasan dari prosedur pemberian kredit adalah :
1. Pengajuan berkas-berkas.
Dalam hal ini kredit yang dituangkan dalam suatu proposal kemudian
dilampirkan dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan.
2. Penyelidikan berkas pinjaman.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai dengan persyaratan dan sudah benar.
3. Wawancara ke I.
Merupakan penyelidikan kepada
calon peminjam dengan
langsung
berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakini apakah berkas-berkas
tersebut sesuai dengan lengkap seperti dengan bank inginkan.
4. Pemeriksaan lapangan
Merupakan kegiatan pemeriksaan lapangan dengan meninjau berbagai objek
dijadikan usaha atau jaminan, sehingga apa yang kita lihat dilapangan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara ke II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan.
6. Keputusan kredit.
Menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka
diprinsipkan administrasinya bagi kredit yang ditolak maka hendaknya
dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan kredit atau perjanjian lainnya.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusan kredit, maka sebelum
kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangan akad
kredit mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau persyaratan
yang dianggap perlu.
8. Realisasi kredit.
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka rekening giro atau tabungan dibank yang bersangkutan.
9. Penyaluran atau penarikan.
Pencariran atau pengembalian uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil ketentuan dan tujuan kredit.
Menurut Rahardja (2000:110), prosedur pemberian kredit adalah :
a) Mengajukan permintaan kredit, termasuk di dalam wawancara antara
petugas bank dengan calon nasabah.
b) Perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot dilapangan.
c) Pemutusan kredit, ialah menentukan apakah kredit diterima atau
ditolak.
d) Setelah kredit itu di setujui maka nasabah menandatangan perjanjian
kredit, pencarian kredit atau pengembalian melalui rekening”.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
prosedur pemberian kredit bermanfaat untuk mendeteksi kegiatan pengendalian
dan pengawasan terhadap proses pemberian kredit, juga membantu meminimalisir
permasalahan kredit sehingga dapat membantu manajemen untuk menyikap
penyimpangan-penyimpangan pada area tertentu di bagian kredit, sehingga dapat
mendorong pemberian kredit yang efektif.
2.1.4 Dana Pensiun
2.1.4.1 Pengertian Dana Pensiun
Dana pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan memungut dana dari
pendapatan para karyawan suatu perusahaan, kemudian membayarkan kembali
dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian artinya pensiun dapat diberikan pada saat karyawan tersebut sudah
memasuki usia pensiun.Menurut Kasmir (2006:306), Dana Pensiun adalah :
“Dana pensiun dikelola oleh satu lembaga dan memungut dana dari
pendapatan para karyawan dari suatu perusahaan, kemudian
membayar kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah
jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara kedua belah
pihak”.
Sedangkan menurut Susilo, Triandaru dan Budisantoso (2005:215),
Dana Pensiun adalah :
“Dana pensiun merupakan satu lembaga yang mengelola program
pensiun yang dimaksudkam untuk perusahan terutama yang telah
pensiun. Penyelenggaraan pensiun tersebut dapat dikelola oleh
pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga
keuangan yang menawarkan jasa untuk mengelola program pensiun”.
Dari penjelasan di atas dana pensiun adalah dana yang dikelola suatu
lembaga yang mengelola program pensiun, pemungutan dan dari pendapatan para
karyawan dan akan dikembalikan kepada karyawan sesuai dengan jangka waktu
yang sudah ditetapkan.
2.1.4.2 Tujuan Pensiun
Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan program pensiun atau
harapan untuk memperoleh pensiun dihubungkan dengan berbagai tujuan.
Masing-masing memiliki maksud tersendiri, baik bagi penerima pensiun maupun
bagi penyelenggara pensiun.
Sedangkan Tujuan Pensiun menurut Kasmir (2007:308), adalah sebagai
berikut :
“Bagi pemberi kerja tujuaan untuk menyelenggarakan dana pensiun bagi
karyawannya adalah sebagai berikut :
1. Menmberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah
mengabdi di perusahaan tersebut.
2. Agar dimasa pensiun dapat menikmati hasil yang diperoleh setelah
bekerja diperusahaannya.
3. Memberikan rasa aman dari segi batiniah, sehingga dapat menurunkan
turn over karyawan.
4. Meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
5. Meningkatkan citra perusahaan dimata masyarakat dan pemerintah.
Sedangkan bagi karyawan yang menerima pensiun, manfaat yang
diperoleh dengan adanya pensiun adalah :
1. Kepastian memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang sesudah
masa pensiun.
2. Memberikan rasa aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja.
Sedangkan bagi lembaga pengelola dana pensiun tujuaan penyelenggaraan
dana pensiun adalah :
1. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan dengan
melakukan berbagai kegiatan investasi.
2. Turut membantu dan mendukung program pemerintah”.
Menurut Susilo, Triandaru dan Budisantoso (2005:216), tujuan pensiun
adalah :
“Jika dipandang dari pemberi kerja tujuan penyelenggaraan dana pensiun adalah :
1. Kewajiban moral
Perushaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman
kepada karyawan pada saat mencapai usia tua.
2. Loyalitas
Jaminan yang diberikan oleh perusahaan untuk karyawan akan
memberikan dampak positif pada perusahaan.
3. Kompetisi pasar tenaga kerja
Dengan memasukan program pensiun sebagai suatu bagian dari total
kopentensi yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan
akan memiliki daya saing dan professional dipasar tenaga kerja.
Sedangkan jika dipandang dari sisi karyawan :
a. Rasa aman karyawan terhadap yang akan datang dalam arti
mempunyai penghasilan pada saat mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik yaitu karyawan mempunyai tambahan
kompensansi meskipun bisa dinikmati pada saat usia pensiun atau
berhenti kerja”.
Dari uraian diatas tujuan pensiun adalah timbal balik yang diterima oleh
karyawan dari perusahaan atas kerja sama yang dilakukan. Tujuan kredit pensiun
untuk mensejahterakan karyawan di hari tua nanti.
BAB III
OBJEK TUGAS AKHIR
3.1 Objek Tugas Akhir
Penulis mengadakan penelitian di PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten, Tbk Kantor Cabang Pembantu IPDN Jatinangor yang beralamat
di IPDN Jatinangor Kab. Sumedang. Adapun yang menjadi objek penelitian di
dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah mengenai Tinjauan atas Analisis
Prosedur Pemberian serta Pencatatan Akuntansi Kredit Pensiun Pada PT. Bank
Jabar Banten (BJB) Kcp. IPDN Jatinangor Kab. Sumedang. Untuk lebih jelas
berikut ini akan diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan dan struktur
organisasi perusahaan.
3.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah
Bank
Pembangunan
Daerah
Jawa
Barat
dimulai sejak
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1960 tentang peraturan
perusahaan Indonesia milik Belanda yang dikenakan nasionalisasi, salah satu
perusahaan milik Belanda tersebut yaitu NV Denis (deeerste nederlaandche
indische shareholding), yang merupakan sebuah bank hipotek yang kegiatan
utamanya memberikan kredit dengan jaminan harta tetap dan berkedudukan di
Bandung.
Sebagai tindak lanjut dari adanya penyerahan kepada pemerintah daerah
tersebut, mendirikan Bank Karya Pembangunan (BKP) daerah Jawa Barat dengan
akta pendirian nomor 125 tanggal 19 November 1960, yang kemudian diubah
dengan akta nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 serta akta nomor 184 tanggal 13
Mei 1961 yang semuanya dibuat dihadapan notaris Noezar yang berkedudukan di
Bandung.
Penyempurnaan bentuk
hukumnya
kemudian diubah menjadi
perusahaan daerah dengan surat keputusan gubernur kepala daerah tingkat I Jawa
Barat
nomor
7/GKDH/BPD/61
tanggal
20
Mei
1961,
juncto
nomor
163B.X/Des/Huk/SK/71 tanggal 16 November 1471, yang disempurnakan dengan
peraturan daerah tingkat I Jawa Barat nomor II/PD-DPRD/71 tanggal 27 Juni
1972 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia dengan surat keputusan nomor 193a tanggal 15 Desember 1972.
Selanjutnya diadakan penyempurnaan kembali, yaitu dengan peraturan
daerah nomor I/DP/040/PD/78 tanggal 27 Juni 1978 yang mengubah sebutan
Bank Karya Pembangunan (BKP) Jawa Barat menjadi Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Jawa Barat yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia dengan surat keputusan nomor pemerintah 10/6/43-64 tanggal
23 Januari 1979. Peraturan daerah tersebut kemudian disempurnakan kembali
dengan peraturan daerah tingkat I Jawa Barat nomor 10 tahun 1986 tanggal 29
November 1986 yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia dengan surat keputusan No.584.32-360 tanggal 2 April 1987.
Penyempurnaan peraturan daerah tersebut kemudian dilakukan lagi dengan
adanya peraturan daerah tingkat I Jawa Barat nomor 6 tanggal 21 Agustus 1989
yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan surat
keputusan nomor 584.32-477 tanggal 12 Juni 1990. Selanjutnya dilakukan
perubahan kembali dengan diterbitkannya peraturan daerah tingkat I Jawa Barat
nomor 10 tahun 1992 yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia dengan surat keputusan nomor 584.32-412 tanggal 23
Maret 1993.
Sesuai dengan perkembangan serta dalam rangka memperluas operasional
perbankan, maka Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat mengajukan izin untuk
beroperasi sebagai bank devisa, dan atas permohonan tersebut Bank Indonesia
menerbitkan surat keputusan nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992
yang merupakan persetujuan bank pembangunan daerah Jawa Barat sebagai bank
devisa. Sehubungan dengan telah diperolehnya status sebagai dank devisa tersebut
serta dalam rangka membentuk image yang baru, maka Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat membuat sebutan / call name baru yaitu Bank Jabar.
Melalui peraturan daerah provinsi daerah tingkat I Jawa Barat nomor 22
tahun 1998 dilakukan perubahan bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Sebagai
tindak lanjut, maka dibuat akta pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat nomor 4 tahun 1999 tanggal 8 April 1999 dari Notaris Ny.
Poppy Kuntari Sutresna, SH di Bandung.Akta pendirian tersebut telah
mendapatkan pengesahan dengan keputusan menteri kehakiman Republik
Indonesia nomor C2-7103.HT.01.01.TH.99 tanggal 16 April 1999.
Selanjutnya pada tanggal 26 November 2007 Bank Indonesia menerbitkan
SK Gubernur BI No. 9/63/Kep. BGI/2007 tentang perubahan izin usaha atas nama
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,Tbk terhitung sejak
tanggal 26 November 2007.
Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB)
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21
April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.12/78/APBU/Bd tanggal 30
Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo serta Surat Keputusan Direksi Nomor
1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah
menjadi bank bjb.
3.1.2
Tujuan dan Visi Perusahaan
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten,Tbk didirikan
dengan maksud membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pemerataan pembangunan daerah di segala bidang melalui aktivitasnya agar
tercapai peningkatan taraf hidup rakyat.
Adapun tujuan didirikannya bank bjb adalah:
a. Turut mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
b. Bertindak sebagai penyalur pembiayaan usaha-usaha pembangunan
daerah.
c. Membantu dan mendorong usaha-usaha pembangunan daerah Jawa Barat.
d. Sebagai salah satu sumber pendapatan asli bagi daerah.
3.1.3
Misi dan Fungsi Perusahaan
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,Tbk sebagai salah
satu alat kelengkapan otonomi daerah mempunyai misi sebagai :
a. Penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah
b. Melaksanakan penyimpanan uang daerah.
c. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Dan mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan ekonomi daerah
degan membantu membiayai usaha-usaha pembangunan daerah oleh pemerintah
daerah maupun usaha-usaha swasta yang dapat menunjang taraf hidup rakyat.
Dalam kegiatan operasional perbankan, bank bjb mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Bank bjb sebagai bank pembangunan daerah
2. Pemegang kas daerah provinsi dan kabupaten atau kota seJawa Barat dan
Banten.
3. Pembayaran gaji pegawai otonom yang berada di wilayah Jawa Barat
dimana sumber keuangannya dari kantor kas negara.
4. Pembayaran gaji pensiun yang berada di wilayah Jawa Barat dan Banten
5. Pembayaran setoran pelanggan telepon
6. Pembayaran setoran pelanggan PDAM
7. Bank umum
Pelaksanaan fungsi tersebut sebagai usaha untuk menunjang pembangunan
daerah, yang selalu berpedoman pada undang-undang No.II/PDDP/RD/72
meliputi:
a. Menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan
daerah dalam rangka pembangunan nasional semesta berencana.
b. Memberikan pinjaman untuk keperluan modal kerja dan investasi.
c. Sebagai penyalur pembiayaan usaha pembangunan Jawa Barat.
d. Ikut serta dalam membina dan mengembangkam bank karya produksi desa
dan lembaga perkreditan di wilayah Jawa Barat.
e. Dapat mengeluarkanobligasi dan mengadakan pinjaman lain.
f. Mengadakan kerja sama dengan bank lain dan LKBB (Lembaga Keuangan
Bukan Bank).
g. Menyelenggarakan perdagangan valas (valuta asing).
3.1.4
Aktivitas Usaha bank bjb Kcp. IPDN Jatinangor
Dengan mempertimbangkan perekonomian dan perbankan nasional yang
telah memasuki masa pemulihan, bank bjb Kantor Cabang Pembantu IPDN
Jatinangor dalam menetapkan target pasar berpegang pada prinsip kehati-hatian
dengan tetap mempertahankan sebagai retailbanking, melalui berbagai aktivitas
usaha sebagai berikut :
1. Penghimpunan dana
Bank Jabar yang telah ditunjuk sebagai bank operasional I, II, III oleh
departemen keuangan RI, melakukan aktivitas penghimpunan dana yang
diarahkan kepada nasabah corporate maupun instansi dan departemen terkait,
melalui upaya peningkatan mutu layanan dan kegiatan pemasaran. Adapun
penghimpunan dana ini dilakukan melalui produk-produk sebagai berikut:
a. Giro (dalam bentuk rupiah maupun valas)
Giro sering pula disebut demand of deposit, checking account, current account
atau rekening koran. Disebut rekening koran karena dalam pelaksanaannya giro
ditatausahakan atau dibukukan oleh bank dalam suatu rekening koran, dalam arti
setiap saat dapat ditarik atau disetor oleh pemegang rekening. Rekening giro dapat
berbentuk atas nama perorangan, atas nama badan usaha maupun atas nama
lembaga atau dinas.
b. Deposito
Deposito sering disebut juga sebagai deposito berjangka (time deposit) adalah
dana pihak ketiga pada bank yang penarikannya dilakukan pada saat jatuh tempo
sesuai kesepakatan. Jangka waktu deposito ini pada umumnya adalah 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Sedangkan tingkat bunga deposito yang
berlaku pada bulan Januari 2009 adalah sebagai berikut:
1) Jangka waktu 1 bulan sebesar 8%
2) Jangka waktu 3 bulan sebesar 8%
3) Jangka waktu 6 bulan sebesar 8,5%
4) Jangka waktu 12 bulan sebesar 8,5%
5) Jangka waktu 24 bulan sebesar 8,5%
2. Tabungan
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan pasal 1 butir (9) yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Jenis tabungan yang dikeluarkan oleh bank bjb
dan tingkat suku bunganya adalah :
a. Tandamata
b. Tandamata Gold
c. Tandamata Haji
d. Tandamata Dollar
e. SIMPEDA
3. Surat Berharga
Surat berharga adalah bukti hutang dari emiten (pihak yang menerbitkan
obligasi) yang dijamin dengan agunan, merupakan kekayaan emiten yang
bersangkutan dan atau pihak ketiga yang berjanji menanggung. Baik pembayaran
maupun pelunasan pokok pinjaman yang akan dilakukan pada tanggal jatuh
tempo.
4. Penyaluran dana
Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk meningkatkan ekonomi
kerakyatan, maka penyaluran dana lebih diarahkan kepada peningkatan kredit
retail yang memberikan dampak multiplier kepada seluruh sektor usaha kecil dan
penyaluran kredit program kepada debitur-debitur binaan yang prospektif seperti
kredit pertanian, kredit dakabalarea dan kredit pola syariah dan lain-lain,
sedangkan untuk dana-dana yang belum tersalurkan dalam bentuk kredit,
dioptimalkan dalam bentuk penempatan dana dan pembelian surat berharga
dengan memperhatikan faktor likuiditas, rentabilitas dan resiko. Penyaluran dana
ini dilakukan terutama dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat untuk berbagai
jenis dan sektor usaha yang terdiri dari :
a. Kredit modal kerja
b. Kredit investasi
c. Kredit lainnya
Dalam rangka optimalisasi pendapatan, dana yang belum tersalurkan dalam
bentuk pinjaman kepada masyarakat, ditempatkan pada beberapa bank, pembelian
surat berharga dan penyertaan dengan mempertimbangkan tingkat likuiditas,
profitabilitas dan resikonya.
5. Jasa layanan perbankan lainnya
Diarahkan untuk memberikan jasa layanan yang unggul sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat
melalui
upaya
peningkatan
teknologi,
perluasan
jaringankantor dan kemitraan dengan lembaga/badan usaha/instansi lainnya.
Selain itu,
jasa bank dilakukan untuk meningkatkan fee-based income
(pendapatan diluar bunga).
a. Kiriman uang/transfer
Kiriman uang adalah jasa yang diberikan bank kepada masyarakat untuk
memperlancar alur lalu lintas giro.
b. Kliring
Kliring adalah jasa yang diberikan dalam rangka menagih dan membayarkan
warkat antar bank melalui lembaga kliring untuk memperluas dan
memperlancar lalulintas pembayaran giral (cek).
c. Jaminan bank
Jaminan ini adalah jaminan dalam bentuk surat yang diberikan kepada
pemohon (nasabah) yang dipergunakan sebagai suatu syarat tertentu seperti
syarat tender.
d. Garansi bank
Garansi bank adalah sertifikat jaminan bank pada pihak ketiga, dimana pihak
bank akan menjamin pembayaran dana bilamana suatu waktu pihak ketiga
tersebut tidak bisa memenuhi kewajibannya (wan-prestasi).
e. Keterangan/referensi bank
Referensi bank adalah surat yang diminta oleh nasabah sebagai suatu syarat
tertentu seperti pembukaan rekening pada sebuah bank.
f. Penerimaan pembayaran setoran ibadah haji, pembayaran rekening telepon,
pajak, dan PDAM adalah suatu jasa yang diberikan bank untuk pembayaran
tagihan-tagihan telepon, pajak, dan lain-lain kepada pihak terkait.
3.1.5
Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Struktur organisasi suatu perusahaan memegang peranan yang sangat
penting dalam rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Pengorganisasian
merupakan salah satu unsur manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Melalui
struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas kedudukan dan hubungan antara
suatu bagian dengan bagian lainnya dalam suatu perusahaan sehingga terjalin
kerja sama yang baik dengan adanya pemisahan tanggung jawab struktur.
Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut, sebuah bank dalam
kegiatannya dapat berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan oleh sebuah
organisasi. Tanggung jawab dari setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya
masing-masing-masing menentukan dalam terwujudnya suatu kebersamaan yang
serasi dan dapat mencapai hasil yang memuaskan.
Berikut uraian tugas dan tanggung jawab berdasarkan jabatan yang ada di
bank bjbKantor Cabang Pembantu IPDN Jatinangor, yaitu :
1. Pemimpin cabang
Bertanggung jawab atas terlaksananya visi, misi dan tugas cabang yang
meliputi :
a. Merumuskan, memantau, dan mengendalikan rencana cabang dan cabang
pembantu.
b. Memantau serta mengendalikan penerapan manajemen risiko dalam
pengelolaan operasional dan bisnis cabang.
c. Merencanakan serta mengelola pemasaran produk dan jasa bank secara
prudent dan menguntungkan.
d. Merencanakan serta mengembangkan layanan unggul kepada nasabah.
e. Menjalin dan membina hubungan baik dengan pemegang saham dan lembaga
terkait lainnya.
f. Mengelola kerja sama antar bank dengan lembaga terkait sesuai dengan surat
kuasa direksi, dalam rangka meningkatkan penghimpunan dana.
g. Merencanakan serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
h. Merencanakan penatausahaan administrasi secara efisien, efektif, akurat, dan
tepat waktu.
i. Mengelola dan meminimalisir tingkat resiko.
j. Mengelola dan memelihara aset cabang.
k. Melakukan monitoring atas pelaksanaan operasional kantor cabang
pembantu.
l. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap upaya pencapaian laba bank
secara keseluruhan.
m. Memberikan kontribusi yang nyata untuk mendorong pemberdayaan ekonomi
daerah.
n. Mengelola pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap
peraturan bank indonesia, peraturan perundang-undangan, serta peraturan
intern lainnya yang berlaku.
o. Mengelola seluruh buku pedoman perusahaan (BPP), peraturan bank
Indonesia serta peraturan-peraturan intern bank lainnya yang berlaku.
p. Mempertanggungjawabkan hasil kinerja pelaksanaan tugas pokok, fungsi
serta kegiatannya.
q. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh direksi.
Seorang pemimpin cabang juga membawahi langsung:
a. Audit intern cabang.
b. Pemimpin seksi pelayanan.
c. Pemimpin seksi administrasi.
d. Pemimpin seksi pemasaran.
e. Pemimpin seksi kredit standar.
f. Pemimpin cabang pembantu.
Berikut uraian dari masing-masing tugas adalah sebagai berikut :
2. Internal Audit Cabang
Tugas internal audit cabang adalah sebagai berikut :
a. Melakukan
pemeriksaan
kebenaran
neraca
harian/laba
rugi/rekening
adminisrtatif.
b. Melakukan kontrol terhadap pos-pos terbuka/suspend account dan rekeningrekening yang mencurigakan.
c. Melakukan kontrol terhadap jurnal-jurnal harian masing-masing unit kerja.
d. Melakukan pemeriksaan terhadap posisi kas besar, kas kecil, dan ATM.
e. Melakukan pemeriksaan terhadap nominatif giro, tabungan, deposito, kredit,
garansi bank, dan titipan.
f. Melakukan pemeriksaan terhadap rekening-rekening uang muka, rekening
dalam penyelesaian, dan rekening titipan.
g. Melakukan pemeriksaan phisik kas besar, kas kecil, kas ATM baik di cabang
induk, maupun KCP, dan kantor kas. Dilakukan secara rutin minimal satu
minggu sekali ataupun dilakukan secara mendadak pada waktu tertentu.
h. Melakukan pemeriksaan berkas giro, tabungan, deposito, kredit garansi bank.
i. Melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap dan inventaris.
j. Melakukan pemeriksaan terhadap
kebenaran pembentukan cadangan
pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP) kredit dan cadangan
lainnya.
k. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran perhitungan kualitas aktiva produktif.
l. Membuat laporan/berita acara atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
m. Mengkoordinir dan memeriksa atas laporan risiko operasional dan risiko
kredit.
n. Melakukan evaluasi bulanan atas anggaran.
o. Membuat laporan kesehatan bank.
p. Membuat analisa rasio keuangan.
q. Membuat laporan-laporan sesuai permintaan kantor pusat diantaranya laporan
risiko operasional,
r. Memeriksa kepatuhan laporan-laporan unit kerja agar tidak melampaui limit
waktu laporan dan datanya akurat.
s. Memeriksa pelaksanaan penerapan know your customer (KYC), pengaduan
nasabah.
t. Melakukan koordinasi dengan divisi audit intern, divisi manajemen
risiko/kepatuhan dan divisi-divisi lain yang berkaitan dengan objek tugas.
u. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku.
3. Pemimpin seksi pelayanan
Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pada bagian pelayanan yang
meliputi :
a. Melakukan koordinasi dengan seksi lain dalam menyusun dan merumuskan
rencana bisnis bagian.
b. Mengukur dan melaksanakan penerapan manajemen risiko dalam bidang
pelayanan.
c. Melayani dan mengelola pembukaan dan penutupan rekening giro, deposito,
dan tabungan sesuai prinsip know your customer (KYC).
d. Menerima permintaan pembukaan rekening kredit.
e. Melayani informasi saldo kredit dan informasi mengenai pengajuan kredit.
f. Melayani pembukaan dan penutupan kartu ATM, kartu debet, dan kartu
kredit.
g. Melayani print out rekening nasabah.
h. Menyediakan informasi mengenai produk dan jasa bank.
i. Menyediakan
aplikasi/formulir
yang
berhubungan
dengan
kredit
(kreditinvestasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit program dan
kredit mikro).
j. Melayani pengaduan nasabah.
k. Menatausahakan penarikan cek/bilyet giro kosong.
l. Mengelola daftar hitam bank Indonesia.
m. Melayani nasabah safe deposit box.
n. Melayani transaksi transfer dan inkaso.
o. Melayani permohonan pembayaran sistem kliring bank nasional (SKBN).
p. Melayanipermintaan surat keterangan bank.
q. Mengelola administrasi dan pelaporan transaksi kas daerah.
r. Melayani pengisian kas automatic teller machine (ATM).
s. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pemimpin cabang.
Pemimpin seksi pelayanan membawahi langsung :
a. Customer service
b. Ass. Customer service
c. Head teller
d. Teller
e. Ass. Payment pointpadaKantor Pajak Pratama Cimahi
f. Ass. Payment pointPBB
Adapun tugas customer service ialah sebagai berikut :
a. Melayani dan mengelola pembukaan dan penutupan rekening giro, deposito,
dan tabungan sesuai prinsip know your customer (KYC).
b. Menerima permintaan pembukaan rekening kredit.
c. Melayani informasi saldo kredit dan informasi mengenai pengajuan kredit.
d. Melayani pembukaan dan penutupan kredit kartu ATM, kartu debet, dan
kartu kredit.
e. Melayani print out rekening nasabah.
f. Menyediakan informasi mengenai produk dan jasa bank.
g. Menyediakan aplikasi/formulir yang berhubungan dengan kredit (kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit program dan kredit
mikro).
h. Melayani pengaduan nasabah.
i. Melayani nasanah safe deposit box.
j. Melayani permohonan pembayaran sistem kliring bank nasional (SKBN).
k. Melayani permintaan surat keterangan bank.
Tugas teller ialah sebagai berikut :
a. Menatausahakan penarikan cek/bilyet giro kosong.
b. Melayani transaksi transfer, inkaso, deposito, surat berharga, giro, dan
tabungan.
c. Melakukan mutasi kredit dan debet serta memprint out rekening nasabah.
d. Mengelola administrasi dan pelaporan transaksi kas daerah.
e. Mengelola dan membayar setoran serta meneliti keabsahan pada setiap bukti
transaksi.
f. Memeriksa identitas nasabah.
g. Menyetujui pembayaran dan mengesahkan tanda terima setoran.
4. Pemimpin seksi administrasi, kredit, dana dan jasa
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pada seksi administrasi
kredit,dana dan jasa yang meliputi :
a. Melakukan koordinasi dengan seksi lain dalam menyusun dan merumuskan
rencana bisnis bagian.
b. Mengukur dan melaksanakan penerapan manajemen risiko dalam bidang
administrasi kredit dana, dan jasa.
c. Melayani dan mengelola pembukaan, penutupan serta pemeliharaan rekening
giro, deposito, dan tabungan sesuai dengan prinsip KYC.
d. Mengelola administrasi perkreditan.
e. Mengelola penerbitan garansi bank, sistem kliring bank dalam negeri
(SKBDN) dan plafond letter of credit.
f. Meneliti, menyimpan dan mengamankan dokumen perkreditan.
g. Menyampaikan informasi mengenai portofolio kredit.
h. Mengelola pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP).
i. Mengelola pelaporan perkreditan ke Bank Indonesia yaitu laporan bulanan
bank umum dan sistem informasi penyediaan dana.
j. Mengelola administrasi transaksi real time gross settlement.
k. Mengelola administrasi kredit standar.
l. Mengelola pelaporan kredit standar.
m. Melakukan entry transaksi pemindahbukuan.
n. Melakukan entry transaksi pajak atas beban rekening kedalam sistem
pemerimaan.
o. Mengelola kegiatan bank operasional untuk kantor penerimaan kas negara
(KPKN).
p. Menyelesaikan pos-pos terbuka rekening antar kantor cabang dan antar bank
(rupiah dan valuta asing).
q. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap peraturan bank
Indonesia, peraturan perundang-undangan serta peraturan internal lainnya
yang berlaku.
r. Menyusun dan menyampaikan laporan seksi.
s. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pemimpin cabang.
Pemimpin seksi administrasi kredit, dana dan jasa membawahi langsung :
1. Ass. Administrasi dana dan jasa
2. Ass. Administrasi customer service (KYC & pengaduan nasabah)
3. Ass. Administrasi kredit corporate.
4. Ass. Administrasi kredit standar/retail.
5. Ass. Administrasi laporan perkreditan.
6. Ass. KU/RTGS/pajak
7. Ass. Administrasi miring.
3.2 Metodologi Tugas Akhir
Penulis dalam penyusunan tugas akhir ini menggunakan metode deskriptif,
yaitu metode yang menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan fakta yang
ada, yang kemudian diolah menjadi data dan informasi sehingga diperoleh suatu
kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2005:21), Metode Deskriptif dapat didefinisikan bahwa :
“Metode Deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambar atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai cara
pemecahan masalah yang dihadapi pada waktu yang lalu maupun sekarang.
Berikut adalah teknik dan sumber data yang digunakan dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini.
3.2.1
Jenis dan Sumber Data
Adapun untuk mendapatkan data yang dapat menunjang penulisan
Laporan Tugas Akhir ini, maka jenis dan sumber data yang dikumpulkan penulis
berasal dari :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak perusahaan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui
dokumen-dokumen yang dapat memberikan informasi yang berhubungan
dengan masalah yang sedang diteliti.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan dan
mengolah data adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan ( Field Research )
Penelitian ini adalah peninjauan secara langsung pada objek penelitian untuk
mendapatkan data di lapangan nyata. Penelitian ini dapat dilakukan dengan
cara :
a. Observasi ( Observation )
Penulis
meninjau dan mengamati secara langsung hal-hal yang
berhubungan dengan dalam segi pengumpulan data dan prosedur
pemberian kredit yang digunakan di bagian kredit.
b. Wawancara langsung ( Interview )
Penulis mengadakan wawancara dengan staf bidang kredit untuk
mendapatkan informasi yang terkait dalam pemberian kredit pensiun pada
bank jabar banten dan wawancara dilakukan kepada beberapa karyawan
yang bertanggung jawab pada bagian tertentu.
c. Documentation (Dokumentasi)
Dokumentasu yaitu mengumpulan bahan-bahan tertulis berupa data yang
diperoleh dari PT. Bank Jabar Banten dan bagian kredit.
2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan
dengan pokok permasalahan untuk memperoleh data sekunder yang bersifat
teoritis yang dijadikan sebagai bahan dasar dan acuan bagi penulis agar dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini lebih terarah karena menggunakan
landasan teori yang kuat dalam melakukan pembahasan permasalahannya.
Berdasarkan teknik pengumpulan data, penulis melakukan analisis data
kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan cara menganalisis data berdasarkan
informasi-informasi yang diperoleh dan disesuaikan dengan teori yang
mendukung laporan tugas akhir, kemudian data analisis secara kualitatif diolah
dan disusun secara sistematik, sehingga ditonjolkan pokok-pokok permasalahan
agar data tersebut dapat memberikan gambaran yang tajam.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dewan Komisaris
Board of Commissioners
Komite Audit
Audit Committee
Komite Remunerasi
& Nominasi
Remuneration &
Nomination
Committee
Komite
Pemantauan Risiko
Komitekomite
eksekutif
Executif
Direktur Utama
President Director
committee
Direktur
Komersial
Commersial
Banking
Director
Direktur
Konsumer
Consumer
Banking
Director
Direktur
Operasi
Operations
Director
Direktur
Kepatuhan &
Manajemen
Risiko
Complience &
Risk
Divisi
Komersial
Divisi
Konsumer
Divisi
Tekihnologi
Informasi
Divisi
Kepatuhan
& Hukum
Divisi Mikro
Divisi Card
Center &
Electronic
Divisi
Layanan
Operasional
Divisi
Manajemen
Risiko
Divisi
Jaringan &
Pengemban
gan
Layanan
Divisi
Umum
Divisi
Tresuri
Divisi
Internasional
Divisi
Manajemen
Anak
Perusahaan
Kantor
Cabang
Divisi
Keuangan
&
Akuntansi
Divisi
Corporate
Secretary
Divisi
Sumber
Daya
Manusia
Divisi
Pendidikan &
Pelatihan
(Sumber :Laporan Tahunan/Annual Report 2010 PT. Bank Jabar Banter)
Gambar 1
Struktur Organisasi PT. Bank Jabar Banten
Divisi
Charge
Management
Office
Charge
Managemen
t Office
Division
Divisi Audit
Internal
Divisi
Perencanaan
Strategik
Kepala Kcp
Nunuy Nuryani
Operation Suvervisior
Widarsih
Teller
Kety
Novi
CS
Vita
Credit Suppot
Widy Hidayat
Adm
Widy
Hidayati
Marketing
Sales
M. Taufik
Marketing
Deri
Eko
Yudi
(Sumber: Struktur organisasi PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor)
Gambar 2
Struktur Organisasi Bagian Kredit
PT.Bank Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor
BAB IV
ANALISIS
Pinjaman atau kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur
dengan uang.Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan
nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan
kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang
ditetapkan. Kredit ini bertujuan mencari keuntungan, membantu usaha dari
nasabah, membantu pemerintah. Dalam kredit terdapat sebagian kredit yang
disebut dana pensiun yaitu dana yang dikelola suatu lembaga yang mengelola
program pensiun, pemungutan dan dari pendapatan para karyawan dan akan
dikembalikan kepada karyawan sesuai dengan jangka waktu yang sudah
ditetapkan, dengan mempunyai tujuan untuk menyejahterahan masyarakat di hari
tua. Pengajuan dana pensiun atau kredit pensiun harus sesuai dengan prosedur dan
syarat-syarat yang telah ditentukan serta harus adanya pencatatan akuntansinya.
Hasil penelitian yang diperoleh penulis adalah tinjauan atas analisis prosedur
pemberian serta pencatatan akuntansi kredit pensiun pada PT. Bank Jabar Banten
Kcp. IPDN Jatinangor.
Analisis kredit adalah penilaian yang diberikan kepada nasbah dalam
pengajuan kredit.Analisis 5C dan 7P yang terdiri dari analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha
dengan mempertimbangkan posisi pasar dengan persaingan, prospek usaha,
karakter permohonan, latar belakang dan kualitas manajemennya. Analisa
kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis kondisi keuangan nasabah
mengetahui usulan kredit yang dapat diterima atau ditolak. Usulan kredit dapat
diterima harus memenuhi prosedur dan syarat-syarat yang di tentukan yaitu
dengan cara: Pengajuan berkas-berkas, Penyelidikan berkas pinjaman, Wawancara
ke I, Pemeriksa lapangan (on the spot), Wawancara ke II, Keputusan kredit,
Penandatangan kredit atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit, Penyaluran atau
penarikan.
Pengajuan kredit ini tidak hanya harus memenuhi prosedur atau syaratsyarat pengajuan kredit pensiun, tetapi dalam hal ini harus disertakan adanya
pencatatan akuntansi. Pencatatan akuntansi sangat penting untuk menghasilkan
suatu laporan yang berguna bagi pihak-pihak tertentu dalam mengambil
keputusan. Maka dalam pengajuan sampai pelunasan kredit pensiunpun harus ada
pencatatan akuntansinya agar mempermudah mengehasilkan laporan bagi pihak
tertentu dan untuk melaporkan sebagian kredit pada laporan keuangan.
4.1 Prosedur Pemberian kredit pensiun pada PT. Bank Jabar Banten Kcp.
IPDN Jatinangor
Berdasarkan hasil penelitian pada Bank Jabar Banten, dalam prosedur
pemberian kredit terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh oleh nasabah
mulai dari pengajuan permohonan untuk mendapatkan kredit sampai dengan tahap
pencairan kredit. Brikut ini prosedur dari pemberian kredit yang berlaku pada PT.
Bank Jabar Banten :
1. Calon debitur yang menginginkan pinjaman kredit pensiun terlebih dahulu
harus menghubungi bagian administrasi kredit untuk mendapatkan informasi
tenang persyaratan yang harus dipenuhi serta menyerahkan syarat-syarat
seperti :
a. SK Pensiun asli.
b. Kartu Identitas Pensiun (KARIP).
c. Foto copy Tanda Penduduk (KTP).
d. Foto copy Kartu Keluarga (KK).
e. Foto copy Surat Nikah.
f. Pas Foto Sumi/Istri ukuran 3x4.
g. Foto copy buku tabungan/struk gaji terakhir.
Yang dimana persyaratan ini harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan perusahaan dan hal-hal yang berhubungan dengan
perkreditan.
2. Calon debitur mengisi lembar permohonan pengajuan kredit pensiun secara
lengkap dan disertai dengan dokumen-dokumen pendukung lainnya.
Selanjutnya bagian administrasi kredit meneliti dan menelaah semua berkas
persyaratan permohonan kredit serta mengajukannya kepada bagian kredit.
Sebagai contoh lembar permohonan dicantumkan pada lampiran 1.
3. Selanjutnya kepala bagian kredit menganalisa dokumen-dokumen yang
dibawa oleh debitur apakah dokumen-dokumen itu masih berlaku atau tidak
berlaku lagi. Setelah di cross chek antara dokumen-dokumen dan di
wawancara debitur itu sendiri dan diputuskan apakah permohonan kredit
disetujui atau ditolak. Apabila kredit ditolak, maka bagian kredit akan
membuat surat penolakan kredit yang akan diberikan kepada nasabah.
Apabila kredit disetujui, maka bagian kredit akan memproses lebih lanjut
seperti menghitung berapa besar pinjaman yang diajukan oleh nasabah.
Setelah ada kesepakatan antara bagian kredit dan debitur tentang besaran
pinjaman, jangka waktu, bunga pinjaman dan biaya-biaya lainya maka bagian
kredit akan mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung dalam pemberian
kredit diantaranya :
a. Surat informasi data pensiun bulanan yang dikeluarkan oleh PT.
TASPEN.
b. Dokumen berita acara investigasi debitur dalam hal wawancara dokumen
nasabah apakah sesuai dengan data yang ada.
c. Dokumen nota persetujuan pinjaman pensiun yang dimana terdapat
rincian angsuran kredit, asuransi, bunga, biaya administrasi dan lainnya.
d. Dokumen analisis pinjaman debitur.
e. Surat perjanjian kredit pensiun.
f. Bukti penerimaan premi asuransi.
g. Surat kuasa pemotongan gaji.
h. Tanda terima agunan atau jaminan kredit.
i. Surat persetujuan suami atau istri.
Setelah di persiapkan dokumen-dokumen maka bagian kredit mencetak
akad kredit atau perjanjian kredit.
4. Setelah dicetak, akad kredit tersebut diserahkan kepada nasabah untuk
dipelajari dan pihak bank memberi informasi ulang tentang isi akad yang
meliputi besarnya kredit yang disesuaikan dengan gaji dan ketentuan umum,
jangka waktu pengembalian, besarnya tingkat bunga dan cara pembayaran
yang dipotong dari gaji pensiun. Setalah akad tersebut sudah dipelajari dan
debitur sepakat, barulah ditandatangan oleh nasabah yang bersangkutan.
5. Setelah ditandatangan oleh nasabah selanjutnya ditandatangan oleh petugas
kredit, ditandatangan kantor urusan kredit, ditandatangan kantor urusan legal,
ditandatangan kantor urusan ADM kredit, selanjutnya ditandatangan oleh
manager marketing, yang dimana surat keputusan kredit dibuat dua rangkap
untuk didistribusikan kepada :
a. Rangkap pertama ke manager marketing kredit untuk ditandatangani lalu
diserahkan kepada bagian pembukuan.
b. Rangkap kedua sebagai arsip di kepala bagian kredit.
6. Bagian teller atau pembayaran menerima slip penarikan kredit kemudian
mengeluarkan uang sejumlah yang di tertera pada slip penarikan kredit
berikut bukti penarikan kredit. Bagian pembukuan setelah menerima slip
penarikan kredit segera melakukan internal check antara slip penarikan kredit
dengan surat keputusan kredit. Apabila telah sesuai dan tidak dapat kesalahan
maka petugas pembukuan segera membuat proses pencatatan dan surat
keputusan kredit diembalikan kepada bagian teller untuk di arsip.
4.2 Pencatatan Akuntansi Pemberian Kredit Pensiun pada PT. Bank Jabar
Banten Kcp. IPDN Jatinangor.
Dalam pencatatan pemberian kredit pada bank tabungan pensiun nasional
yang mencatat dalam transaksi pemberian kredit dilakukan oleh bagian
pembukuan kredit yang dimana pencatatan pemberian kredit meliputi Persetujuan
dan pemberian Realisasi (RLA) kredit, Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah ,
Pendapatan Provisi/Provision Manual Charge (PMC), Pembayaran Manual
(TRA) untuk Kredit Pensiun, Pelunasan Pinjaman Komponen/Revolving
(RLP),Biaya Pelunasan.
1. Persetujuan dan pemberian Realisasi (RLA)
Persetujuan pemberian kredit yang dilakukan pihak bank untuk
memberikan informasi mengenai komitmen bank kepada nasabah yang
meliputi perhitungan biaya-biaya, provisi dan bunga yang dibebankan kepada
nasabah.
Tabel 4.1
Pecatatan pada saat Realisasi (RLA)
Tanggal
Keterangan
Nomer
Rekening
Kredit Pensiun
Debet
Kredit
xxxx
Tabungan
Xxxx
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten kcp. IPDN)
Pada saat nasabah mlakukan pengajuan dan telah memenuhi semua
syarat yang harus dipenuhi, maka pihak bank akan memberikan informasi
mengenai komitmen bank kepada nasabah atau bisa disebut Persetujuan dan
pemberian Realisasi dan lansung diinput pada rekening nasabah yang
mengajukan kredit pensiun. Hal ini dapat dilihat dan dijelaskan dalam
lampiran 2.
2. Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah.
Pada saat terjadi penarikan maka telah dicatat besaran yang ditarik oleh
nasabah besarnya plafon kredit yang telah disetujui oleh bank.
Tabel 4.2
Pada saat pencairan oleh Nasabah
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Tabungan
Debet
Kredit
xxxx
Kas
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten kcp. IPDN)
Xxxx
3. Pendapatan Provisi/Provision Manual Charge (PMC)
Setelah turunnya realisasi setiap nasabah mendapatkan pendapatan
provosi yang terikat jangka waktu. Dihitung dengan rumus:
PMC = 0,2% / tahun x Jangka waktu
Tabel 4.3
Pendapatan Provisi/Provission Manual Charge dengan Tunai
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Kas
Debet
Kredit
xxxx
Pendapatan Provosi
Xxxx
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
Tabel 4.4
Pendapatan Provisi/Provission Manual Charge dengan Tabungan
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Tabungan
Debet
Kredit
xxxx
Pendapatan Bunga
Xxxx
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN
Pendapatan provosi dapat dilakukan melalui dua cara antara lain:
pendapatan provosi dengan tunai yaitu pendapatan provosi langsung ke
tangan nasabah, sedangkan pendapatan provosi melalui tabungan yaitu
pendapatan provosi melalui rekening nasabah/tabungan serta langsung diinput
oleh pihak bank. Hal ini dilampirkan pada lampiran 3 untuk memperjelas
penginputan Pendapatan provosi/Provossion Manual Charge (PMC).
4. Pembayaran Manual (TRA) untuk Kredit Pensiun
Pada saat nasabah akan melakukan pembayaran manual (TRA)
nasabah biasa membayar secara tunai maupun melalui tabungan nasabah.
Tabel 4.5
Pembayaran Manual secara Tunai untuk Kredit Pensiun
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Kas
Kredit Pensiun
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
Debet
Kredit
xxxx
Xxxx
Tabel 4.6
Pembayaran Manual melalui Tabungan untuk Kredit Pensiun
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Tabungan
Debet
Kredit
xxxx
Kredit Pensiun
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
Xxxx
Nasabah bisa menggunakan cara pembayaran manual melalui tunai
maupun pembayaran manual melalui tabungan menurut keinginan masingmasing. Dalam rekening bank d input sesuai dengan cara pebayaran yang
nasabah tentuhan. Untuk memperjelas cara penginputan ini di cantumkan
dalam lampiran 4.
5. Pelunasan Pinjaman Komponen/Revolving (RLP)
Pada saat nasabah akan membayar pelunasan pinjaman, nasabah biasa
melakukan pelunasan dengan cara tunai maupun non tunai.
Tabel 4.7
Pelunasan Pinjaman Komonen/Revolving secara Tunai
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Kas
Debet
Kredit
xxxx
Kredit
Xxxx
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
Tabel 4.8
Pelunasan Pinjaman Komponen/Revolving secara Non Tunai
Tanggal
Keterangan
Nomor
Rekening
Tabungan
Kredit
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
Debet
Kredit
xxxx
Xxxx
Setelah mulai dari pada saat Persetujuan dan pemberian Realisasi
(RLA), Penarikan tunai fasilitas kredit nasabah, Pendapatan Provisi/Provision
Manual Charge (PMC), Pembayaran Manual (TRA) untuk Kredit Pensiun
dan yang terakhir saatnya nasabah melakukan Pelunasan Pinjaman
Komponen/Revolving (RLP). Pelunasan ini bias dilakukan secara tunai
maupun non tunai. Lampiran 5 menjelaskan cara pengimputa Pelunasan
Pinjaman Komponen/Revolving (RLP)
6. Biaya Pelunasan.
Biaya pelunasam ini muncul padasaat nasabah akan mlakukan
pelunasan pinjaman kredit atau setelah RLP muncul. Biaya yang harus d
bayar oleh nasabah ditentukan dengan rumus:
Biaya pelunasan = 3 x angsuran bunga
Tabel 4.9
Biaya Pelunasan
Nomor
Tanggal
Keterangan
Rekening
Kas/Tabungan
Pendapat Bunga Pelunasan
Debet
Kredit
xxxx
xxxx
(Sumber: Modul panduan PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Prosedur Pemberian kredit pensiun pada PT. Bank Jabar
Banten Kcb. Jatinagor.
Dalam prosedur pemberian kredit pensiun PT. Bank Jabar Banten
dilakukan melalui tahap-tahap dalam penyaluran kredit yang terdiri dari nasabah
pengajuan
berkas-berkas,
bagian
kredit
penyelidikan
berkas
pinjaman,
wawancara, keputusan pemberian kredit beserta penandatanganan akad kredit,
realisasi kredit dan penyaluran kredit. Dalam prosedur yang dilakukan oleh Bank
Jabar Banten yang dimana dalam hal ini sangat membantu proses penyaluran
kredit bagi bank, khususnya bgian pemberian kredit dalam memutuskan layak
atau tidak layak nasabah dalam mengajukan pinjaman kredit pensiun. Menjadi
pertimbangan bagi Bank Jabar Banten dalam pelaksanaan pemberian kredit
pensiun berdasarkan ketentuan umum yang sudah di tentukan oleh bank tersebut.
Dalam teori prosedur pemberian kredit menurut Kasmir (20007:113) yang
terdapat sembilan tahap diantaranya pengajuan berkas-berkas, penyelidikan
berkas pinjaman, wawancara kesatu, pemeriksaan lapangan, wawancara kedua,
keputusan kredit, penandatanganan kredit atau perjanjian lainnya, realisasi kredit,
dan penyaluran atau penarikan.
Dalam hal ini penulis mengnalisa prosedur pemberian kredit pensiun yang
dilakukan oleh Bank Jabar Banten, secara keseluruhan prosedur pemberian kredit
pada Bank Jabar Banten dalam menjalankan tahap-tahap pemberian kredit sudah
sesuai teori yang ada. Ternyata dalam pelaksanaan dilapangan terdapat
kekurangan dalam penyelidikan berkas-berkas nasabah oleh bagian kredit seperti
tidak adanya foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan
kartu identitas pensiun dimana bagian kredit melanjutkan ke tahap selanjutnya
walapun berkas-berkas nasabah ada yang kurang. Dalam prosedur pemberian
kredit bahwa apabila nasabah tidak melengkapi persyaratan-persyaratan yang ada
maka pihak bank menyatakan tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya dan
pihak bank harus membuat surat penolakan kredit (SKP) yang akan diberikan
kepada nasabah.
4.3.2 Analisis pencatatan akuntansi pemberian kredit pensiun pada PT. Bank
Jabar Banten.
Dalam pencatatan pemberian kredit pensiun pada Bank Jabar Banten yang
di mana melalui tahap-tahap dalam pencatatan pemberian kredit. Hal ini sangat
membantu bagi manager untuk
menganalisis bagaimana perkembangan
perkreditan pada bank Bank Jabar Banten apakah mengalami peningkatan atau
penurunan. Dalam pencatatan pemberian kredit Bank Jabar Banten dalam
pengakuan pendapatan menggunakan metode accrual basis.
Secara keseluruhan dalam pencatatan pemberian kredit pada Bank Jabar
Banten telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam teori yang
dikemukakan oleh Moh. Ramly Fuad (2005 : 141). Tetapi dalam pembukuan dan
pembayaran kredit PT. Bank Jabar Banten dipisahkan tidak sesuai dengan
fungsinya dimana dalam pemisahan tugas sangat beperan penting dalam
pertanggung jawaban tugasnya.
PT. Bank Jabar Banten (BJB) Kcp.
IPDN Jatinangor Kab. Sumedang
Menyalurkan Dana
(Landing)
Menghimpun Dana
(Funding)
Pinjaman yang
diberikan kepada
debitur.
- Kredit Investasi
- Kredit UKM
- Kredit Pensiun
Sumber Dana :
1. Dana pihak ke 1
2. Dana pihak ke 2
3. Dana pihak ke 3
Pencatatan penberian
kredit pensiun PT. BJB
Bagian legal
transaksi
Bagian kredit menganalisis data
nasabah dengan menggunakan 5C
dan 7P selanjutnya mencetak
dokumen yang diperlukan dalam
pemberian kredit.
Pembukuan
Pembayaran
Pencairan
Dana
(Sumber :Modul Panduan PT. Bank Jabar Banten)
Gambar 3
Skema Analisis Pemberian Kredit
Kekurangan Persyaratan Dokumen
Lack Documentation Requirement
Pengajuan ke KCP
Summision to the breach
office
Wawancara
Interview
Permintaan Dokumen
Document Request
Analisa Administrasi
Administration
Analysis
On The Spot
Kewenangan Cabang
Beach Autorized
Tidak
Rejected
Over Brach Autorized
Analisa Kelayakan
Usaha
Feasibility Analiysis
of Bussines
Keputusan Kredit
Credit Decition
Ya
Approved
SP3K
SP3K
Perjanjian Kredit
Credit Agrimeent
Pencairan
Loan
Disbursement
Kantor Pusat
Head Office
Analisis
Kelayakan
Kredit
Feasibility
Credit Analysis
Surat Penolakan
Rejection Letter
Tidak
Di atas Kewenangan
Cabang
Kantor Cabang
Branch Office
Ya
Approved
Keputusan Kredit
Credit Decision
Kantor Cabang
Branch Office
(Sumber :Laporan Tahunan/Annual Report 2010 PT. Bank Jabar Banten)
Gambar 4
Proses Pemberian Kredit
Rejected
Realisasi Kredit
Credit Realization
Monitoring & Supervisi
Monitoring & Supervision
Kredit Bermasalah
Non- Performing loans
Penagihan
Billing
Surat Penagihan
Billing Letter
Eksekusi Agunan
Execution Collateral
Restrukturisasi
Restructuring
Pelunasan Kredit
Loan Payament
(Sumber : Laporan Tahunan/Annual Report 2010 PT. Bank Jabar Banten)
Gambar 5
Proses Penyelesaian Kredit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam prosedur pemberian kredit pensiun pada PT. Bank Jabar Banten
Kcp. IPDN Jatinangor sudah sesuai dengan teori yang ada. Dalam hal ini
Bank Jabar Banten Kcp. IPDN menetapkan beberapa tahap dalam
pengajuan kredit yang meliputi tahap nasabah pengajuan berkas-berkas,
bagian penyelidikan berkas pinjaman, wawancara, keputusan pemberian
kredit beserta penandatanganan kredit, realisasi kredit dan penyaluran
kredit. Dalam pelaksanaan di lapangan terdapat kekurangan dalam tahap
penyelidikan berkas-berkas nasabah oleh bagian kreditnya dimana dalam
persyaratan pengajuan kredit nasabah tidak lengkap, perusahaan tetap
melanjutkan tahap yang berikutnya. Apabila dalam prosedur pemberian
kredit persyaratan nasabah tidak lengkap perusahaaan tidak boleh
melanjutkan tahap berikutnya dan perusahaan harus mengeluarkan surat
penolakan pemberian kredit.
2. Dalam pencatatan pemberian kredit pada PT. Bank Jabar Banten Kcp.
IPDN Jatinangor sudah sesuai teori yang ada, dimana pencatatan kredit
terdiri dari persetujuan dan pemberian Realisasi (RLA), penarikan tunai
fasilitas kredit nasabah, pendapatan Provosi (PMC), pembayaran Manual
(TRA), pelunasan pinjaman komponen/Revolving (RLP), biaya pelunasan.
5.2
Saran
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis akan memberikan
saran yang mungkin akan bermanfaat bagi PT. Bank Jabar Banten dalam
pencatatan pemberian kredit pensiun. Dari saran yang penulis harapkan dapat
meningkatkan kinerja dan menciptakan kondisi dan situasi yang lebih baik dari
keadaan yang sudah ada. Dalam proses pemberian kredit yang dilakukan oleh PT.
Bank Jabar Banten, sebaiknya harus melakukan beberapa kali peemeriksaan
syarat-syarat pengajuan kredit, karena di lapangan masih ada saja yang kurang
persyaratannya seperti kurangnya Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Foto
copy Kartu Keluarga (KK), dan yang lain sebagainya. Selain itu juga harus
memeriksa dalam pencatatan data-datanya agar tidak terjadi kesalahan, sehingga
apabila adanya kurang lengkapnya syarat-syarat dan salah pencatatan datanya
maka tidak akan disetujui pengajuan kredit pensiun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta :Salemba Empat,
Jakarta
Iskandar, Syamsu. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : PT
Semesta Asa Bersama
Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :Pernada Media
Laporan Keuangan. Desember 2010. PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN
Jatinangor Kab. Sumedang, Sumedang
Laporan Tahunan/Annual Report PT. Bank Jabar Banten. 2010. Yang diakses dari
www.google.com/AR_bjb
Muliyadi. 2001. System Akuntansi. Jakarta :Salemba Empat
Marketing strategy. 2010. Kredit Pensiunan. Diakses dari: www.google.com
Putra. 2009. Definisi, Fungsi dan Peranan Bank Umum dalam Perekonomian.
Diakses dari: http://putracenter.net
Rahardja, Prathama,. 2000. Uang & Perbankan. Jakarta :Rineka Cipta
Raja Guk-Guk, Sulfiana Rahayu.2008. Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Pesero) Tbk, Cabang P. Berandan.Medan :Skripsi
Minor
Ramly Faud. Moh, dan Rustan. 2005. Akuntansi Perbankan. Yogyakarta :Graha
Ilmu
Sembring, Sentosa. 2006. Himpunan Lengkap Tentang Undang-Undang
Perbankan. Cetakan Pertama. Bandung :NuansaAulia
Sentosa, Sembiring. 2008. Himpunan Lengkap Tentang Undang-Undang
Perbankan. Cetakan Pertama. Bandung :Nuansa Aulia
Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manageman Dana Bank.Jakarta :Bumi Aksara
Silitonga, Frans. 2009. Pengaruh Analisa Kinerja Perusahaan Untuk Keputusan
Pemberian Kredit Di PT. Bank Mandiri. Medan :Skripsi
Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoso. 2005. Bank dan Lembaga
Keuangan. Jakarta :Salemba Empat
Sruktur Organisasi dan Uraian Tugas. 2010. PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN
Jatinangor Kab. Sumedang. Sumedang
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian. Bandung:Alfabetis
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta
Alfabetis
Suyatno, Thomas. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta :PT Gramedia Pustaka
Utama
Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan. Jakarta :Salemba Empat
Uraian Tugas. 2010. PT. Bank Jabar Banten Kcp. IPDN Jatinangor Kab.
Sumedang, Sumedang
Download