BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG A. Ordo

advertisement
7
BAB II
KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG
A. Ordo Lepidoptera
Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "sayap bersisik" dan
mengacu pada karakteristik yang mencakup sisik mikroskopis yang mirip debu
pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang
biasanya terbang di siang hari dengan warna yang mencolok dan ngengat yang
biasanya terbang di malam hari dengan warna yang kusam.
Lepidoptera merupakan salah satu Ordo yang memiliki anggota terbesar,
salah satu anggotanya yaitu kupu-kupu yang memiliki anggota lebih dari 170.000
spesies yang ada di dunia. Jumlah tersebut hanyalah 10 % dari jumlah keseluruhan
spesies Lepidoptera di dunia, termasuk di dalamnya ngengat (Peggie & Amir,
2006). Walaupun kupu-kupu hanya sedikit dibandingkan dengan ngengat, namun
kupu-kupu lebih dikenal karena kupu-kupu memiliki kebiasaan terbang di siang
hari dan memiliki warna yang cerah serta corak yang khas.
Kupu-kupu dapat hidup di berbagai tipe habitat yang berbeda, khususnya di
daerah tropis seperti Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis dan memiliki
struktur ekologi, geologi dan biografi yang kompleks, oleh karena itu
keanekaragaman kupu-kupu di Indonesia pun tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu di
Indonesia ada sekita 170.000 spesies yang diantaranya terdapat 5000 spesies di
Papua (Sihombing, 1999) dan sekitar 560 spesies kupu-kupu di Sulawesi, 24%
diantaranya merupakan kupu-kupu endemik (Soehartono & Mardiastuti, 2003).
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Kupu-kupu merupakan serangga phytophagous. Kupu-kupu beristirahat atau
hinggap dengan menegakkan sayapnya sedangkan ngengat hinggap dengan
membentangkan sayapnya.
1.
Klasifikasi Lepidoptera
Berdasarkan aksesoris tambahan yang terdapat pada sayap Lepidoptera, Ordo
Lepidoptera terdiri dari 2 subordo yaitu Yugatae (Familia Eriocraniidae,
Micropterygidae dan Hepialidae) dan Frenatae (Familia Cossidae, Plutellidae,
Pyralidae, Zygaenidae, Psychidae, Geometridae, Bombycidae, Saturniidae,
Sphingidae, Papilionidae, Danaidae, Nymphalidae, Pieridae, Hesperidae (Hadi,
et.al., 2009).
a.
Sub Ordo Yugatae
Sub Ordo ini memiliki ciri dimana kedua sayap depan dan belakang memiliki
struktur vena yang sama dan dihubungkan dengan yugum yang berbentuk seperti
kait pada bagian dasar dari sayap depan dan menjorok ke bagian bawah sayap
belakang (Hadi et al., 2009). Dengan adanya yugum, sayap depan dan belakang
dari Lepidoptera berlekatan satu sama lain sehingga pada waktu terbang sayap
bergerak bersamaan.
b. Sub Ordo Frenatae
Anggota sub Ordo ini memiliki organ khusus yang disebut frenulum atau
perluasan sudut humeral pada sayap depan yang merupakan sekelompok rambut
kasar yang menjulur ke depan pada pangkal sayap belakang (Hadi et al., 2009).
Pada klasifikasi pada versi yang berbeda menurut C. Linnaeus (1758) Ordo
Lepidoptera terdiri dari 6 Familia, yaitu:
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
1) Familia Papilionidae
Anggota Papilionidae biasanya memiliki ukuran besar, beberapa berwarna
mencolok dengan satu atau dua warna pada latar hitam. Tidak semua spesies
memiliki ‘ekor’, namun ada beberapa spesies yang memiliki ‘ekor’ yang
merupakan perpanjangan dari sudut sayap belakangnya. Beberapa anggota
Papilionidae terbang dengan cepat dengan menggunakan sayap depannya untuk
mendorong dan sayap balakangnya untuk menyetabilkan dan menentukan arah.
Spesies jantan biasanya ditemukan di sekitar genangan air dan pinggir sungai
(Morrell, 1960).
Telur berbentuk bulat atau kubah, biasanya ditemukan dibawah permukaan
daun inang larva. Larva memiliki daging bercabang khusus berbentuk seperti
‘tanduk’ yang tersembunyi di belakang kepalanya. ‘Tanduk’ ini akan muncul
keluar dan mengeluarkan bau yang tidak enak disaat merasa terancam. Beberapa
larva muda berbentuk seperti kotoran burung dengan struktur tubuh lembut.
Ukuran kepala larva kecil dengan penebalan tubuh di segmen ketiga dan keempat.
Pupa selalu menempel di bantalan ranting dengan posisi vertikal terbalik dan
terikat oleh sutra tipis (Jaques, 1947).
Banyak jenis yang bersifat sexual dimorphic yaitu berbeda pola sayap jantan
dan betina. Beberapa jenis, betina bersifat polymorphic atau memiliki beberapa
pola sayap. Untuk jenis yang pola sayap jantan dan betina serupa, betina biasanya
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dengan sayap yang agak membulat
(Morrell, 1960).
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
2) Familia Pieridae
Kupu-kupu yang memiliki ukuran tubuh sedang berwarna putih, kuning atau
orange dengan warna yang menebal di bagian atas sayap belakang dan pola urat
berwarna hitam. Tidak ada perpanjangan sayap yang menyerupai ekor dan banyak
jenis yang menunjukan variasi sesuai musim. Beberapa memiliki kebiasaan
bermigrasi dan beberapa jenis menunjukan banyak variasi (Morrell, 1960).
Telur mudah untuk dikenali karena berbentuk ramping dan panjang. Larva
biasanya bercorak hijau dengan bercak longitudinal silindris dan panjang, tanpa
‘tanduk’ atau ‘ekor’ namun berambut jarang. Pupa berwarna hijau, menempel di
bagian anal dan biasanya terikat oleh benang sutra tipis seperti pupa Papilionidae
(Jaques, 1947).
3) Familia Danaidae
Danaidae memiliki ukuran tubuh sedang yang biasanya terbang lambat dan
rendah. insektifor yang berani untuk menyerang Danaidae sangat sedikit karena
Danaidae biasanya mengeluarkan bau dan rasa yang tidak enak dan. Beberapa
burung muda yang memakan Danaidae dengan tidak mengutamakan rasa dan bau
karena terlalu lapar atau memiliki sistem pencernaan yang kuat seperti pemakan
lebah. Jantan memiliki karakter seksual lanjutan pada bentuk jenis dan embelan
dari sisik penghasil feromon pada sayapnya. Danaidae jantan juga memiliki
sepasang ‘kuas’ berbulu yang dapat dikeluarkan dari abdomen mereka, yang
biasanya digunakan pada proses kawin untuk menyapukan feromon dari embelan
sisik baunya pada sayap belakang. Pada banyak spesies, ‘kuas’ keluar saat kupukupu terancam, yang menyebabkan musuh kebingungan serta mengeluarkan bau
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
dan rasa yang tidak enak untuk perlingungan tidak hanya untuk spesies tapi juga
untuk menyembuhkan diri setelah terluka (Morrell, 1960).
4) Familia Nymphalidae
Familia Nymphalidae menunjukan variasi yang beragam dalam ukuran,
bentuk dan warna serta sulit untuk memberikan karakter khusus pada saat pertama
kali mereka diketahui. Seperti Familia Danaidae dan Satyridae, kaki depan kupukupu dewasa Nymphalidae tidak digunakan untuk berjalan dan pupa hanya
menempel pada bagian anal. Kupu-kupu jantan tidak memiliki bau khusus dan
sangat menyukai cahaya matahari (Morrell, 1960).
Beberapa spesies Nymphalidae memiliki kelakuan yang beragam. Beberapa
kupu-kupu senang kotoran dan buah yang telah busuk dan lebih memilih
bayangan tanaman. Banyak dari jenis kupu-kupu Nymphalidae merupakan kupukupu khas dari kebun dan tempat terbuka serta mengunjungi bunga. Kupu-kupu
lainnya merupakan kupu-kupu tanah terbuka, tepi hutan dan puncak pohon.
Semua spesies Nymphalidae terbang dengan kuat dan cepat (Morrell, 1960).
Gambar 2.1. Euthalia monina (Nymphalidae)
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Larva juga bervariasi dan biasanya menunjukan tingkat adaptasi pertahanan
yang tinggi. Beberapa memiliki duri yang banyak dan biasanya tanaman inang
merupakan tanaman dikotil. Pupa menggantung, biasanya menyerupai daun layu
atau sobek. Banyak jenis memiliki facet metalik atau titik (Jaques, 1947).
5) Familia Lycaenidae
Tanpa pengecualian anggota famila Lycaenidae merupakan kupu-kupu
berukuran paling kecil, banyak jenis sisiknya berwarna biru metalik, silver atau
berwarna tembaga. Pada sayap belakang dari beberapa spesies terdapat satu, dua
atau bahkan tiga ‘ekor’ panjang berbentuk benang yang biasanya satu atau dua
pasang terkait di bawah titik mata pada cuping sayap.
Beberapa spesies seperti genus Liphra, Miletus dan Spalgis memiliki larva
yang memakan serangga lain bukan daun. Kebanyakan larva merupakan perusak
kayu yang kepala, kaki dan klasper tersembunyi di bawah karapaks berdaging,
beberapa spesies bersimbiosis dengan semut dan sebagai timbal balik untuk
perlindungan semut, larva mengeluarkan cairan manis dari kelenjar dorsalnya.
Pupa memiliki bentuk dan cara menempel yang sangat beragam, beberapa tidak
menempel dan menyerupai daun mati. Beberapa spesies memiliki larva yang
tergantung oleh benang sutra tipis, beberapa membentuk pupa di daun yang
menggulung yang diikat oleh benang sutra tipis, beberapa yang lain menempel
tanpa adanya benang pengikat dan menempel padat dan kuat pada bagian segmen
anal (Morrel, 1960).
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
6) Familia Hesperioidae
Secara struktur Familia Hesperioidae sangat berbeda dengan Familia yang
lain dalam asal vein sayapnya yang berasal dari dasar sayap ataupun dari selnya.
Ukuran badan kupu-kupu Hesperioidae labih besar daripada ukuran sayap yang
lebih kecil karena Hesperiidae terbang dengan cepat. Kebanyakan menyukai
cahaya matahari dan biasa ditemui terbang dengan cepat di sekitar semak Lantana
dan Cordia. Tapi kebanyakan aktif hanya di awal pagi dan sekitar pukul 5.30 di
sore hari. Walaupun beberapa spesies ditemukan terbang di tengah hari di bagian
hutan yang berbayang (Hadi, et. al., 2009).
Larva dari banyak spesies makan pada tanaman monokotil, palem,
rerumputan, bambu, jahe dan pisang. Kebanyakan makan dan membentuk pupa di
gulungan daun dan kebanyakan dari mereka berwarna putih. Pupa biasanya
menempel dengan kait atau dampalan dan terikat oleh lebih dari satu benang
(Jaques, 1947).
7) Familia Satyridae
Kebanyakan anggota Satyridae merupakan kupu-kupu kecil, bersayap lebar
terkadang membulat, kupu-kupu ini terbang lambat dan mendekati tanah dan
bayangan tanaman. Biasanya berwarna coklat dengan beberapa ocelli pada bagian
bawah sayap. Jantan dari beberapa spesies memiliki bau yang khas, ‘kuas’ dan
penebalan yang berbeda pada beberapa vein di pangkal sayap depannya (Morrell,
1960).
Tanaman inang biasanya monokotil seperti rerumputan, palem dan bambu.
Sebagian larva instar awal dari beberapa spesies yang umum ditemukan tidak
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
diketahui, beberapa Familia Satyridae tidak menempatkan telur mereka dengan
bebas pada tanaman inang terpilih, tapi mereka hanya menjatuhkan telurnya saat
terbang di atas rerumputan sehingga sangat sulit untuk diobservasi (Morrell,
1960). Bentuk tubuh larva meruncing ke bagian kepala maupun ke belakang
sehingga biasanya dianggap memiliki dua ‘ekor’ dan biasanya ‘bertanduk’.
Kebanyakan pupa menggantung dengan menempel pada bagian anal tanpa adanya
benang sutra yang menahan dan beberapa dibentuk di tanah diantara akar
rerumputan. Kaki depan kupu-kupu dewasa tidak digunakan untuk berjalan
(Jaques, 1947).
2.
Morfologi
Struktur tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian yaitu caput, thoraks dan
abdomen dengan 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap di bagian thoraks seperti yang
terlihat pada gambar 2.2. Alat kelamin Lepidoptera terdapat pada bagian ujung
ruas abdomennya. Tubuh Lepidoptera dilapisi oleh eksoskeleton atau rangka luar
berupa lapisan kitin dan tersusun dalam segmen-segmen seragam yang dipisahkan
oleh membran fleksibel. Ketiga bagian tubuh Lepidoptera memiliki struktur yang
berbeda-beda dengan fungsinya masing–masing (Morrell, 1960), yaitu :
a.
Caput (kepala)
Kepala bulat kecil dengan alat makan berbentuk belalai disebut probosis dan
terdapat alat sensorik berupa sepasang antenna yang biasanya menebal di bagian
ujungnya. Mata Lepidoptera adalah mata majemuk berbentuk belahan bola pada
bagian atas kepala.
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
b.
Thoraks (dada)
Thoraks merupakan bagian tubuh dimana kaki dan sayap terletak, tersusun
atas tiga segmen yang masing-masing terdapat sepasang kaki untuk berjalan dan
berpegangan. Dua pasang sayap kupu-kupu terletak di meso thoraks dan pada
meta thoraks. Pada beberapa jenis kupu-kupu seperti Papilionidae dan
Nymphalidae memiliki embelan seperti ekor (tornus).
c.
Abdomen (perut)
Abdomen Lepidoptera merupakan bagian tubuh paling lunak dibanding caput
dan thoraks. Abdomen memiliki sepuluh segmen, namun hanya tujuh atau depalan
yang mudah terlihat. Segmen ujung dari abdomen merupakan alat kelamin kupukupu. Pada jantan alat kelaminnya terdiri dari sepasang capit dan pada betina
segmen terakhir abdomen berupa ovipositor yang fungsinya untuk meletakkan
telur.
Gambar 2.2. Struktur tubuh dan sayap Lepidoptera (Danaidae)
(Sumber: Morrell, 1960)
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
3.
Siklus hidup kupu-kupu
Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan metamorfosis sempurna
yang tiap tingkatan siklusnya memiliki bentuk yang berbeda. Kupu-kupu memiliki
pola hidup bawaan yang khas antara lain pola reproduksi, pertumbuhan dan
perkembangan individu dalam populasi yang disebut siklus hidup. Siklus hidup
kupu-kupu memiliki empat tahap: telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan
imago (dewasa). Keberadaan tahapan larva dan pupa pada siklus hidup kupu-kupu
merupakan tahapan yang paling mudah untuk dibedakan dari serangga lain. Kedua
tahapan tersebut juga merupakan tahapan terpenting dalam siklus hidup kupukupu karena kedua tahapan tersebut berperan penting dalam menentukan
keberhasilan siklus reproduksinya (Hadi, et. al., 2009).
Gambar 2.3. Siklus hidup kupu-kupu
(Sumber: Anonim, 2008)
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
Bentuk larva kupu-kupu sangat berbeda dengan bentuk dewasanya karena
larva belum memiliki mata majemuk, antena tereduksi dan tidak memiliki bukti
eksternal keberadaan formasi sayap. Larva kupu-kupu melakukan molting pada
setiap tahapan larvanya. Sebagian besar kegiatan larva yaitu makan, dengan
mayoritas makanan mereka pada dedaunan, meskipun banyak spesies makan
batang, akar, buah, atau bunga. Tahapan pupa kupu-kupu biasanya ditemukan di
dalam kokon walaupun tidak semua spesies menghasilkan kokon. Kokon
merupakan lapisan penutup yang terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar
akhir (Hadi, et al., 2009).
Evolusi pada tahapan pupa sangat berbeda dengan tahapan dewasa yang
memungkinkan perkembangan yang terspesialisasi. Larva lebih terspesialisasi
dalam pengumpulan makanan sedangkan dewasa berkembang lebih jauh dalam
bereproduksi dan melakukan penyebaran. Selain itu, larva mengkonsumsi
makanan yang berbeda dan lebih banyak dibandingkan dewasa sehingga dapat
mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan. Larva kupu-kupu memakan
jaringan tumbuhan hijau untuk pertumbuhannya, sedangkan kupu-kupu dewasa
memakan nektar bunga untuk keberlangsungan hidupnya. Ketika keduanya baik
larva maupun dewasa terspesialisasi untuk mengumpulkan makanan, sumber
makanan mereka tidak sama (Hadi, et al., 2009).
Lepidoptera diurnal dan nokturnal menunjukkan keragaman yang besar
dalam ukuran dan tingkat perkembangan. Setiap spesies yang memiliki
perkembangan yang cepat dapat menyelesaikan siklus perkembangan mereka
dalam waktu tiga minggu, sedangkan yang lebih lambat mungkin memerlukan
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
selama dua atau bahkan tiga tahun. Faktor fisik lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan ini yaitu temperatur. Semakin
tinggi suhu semakin cepat pula pertumbuhannya (Hadi, et al., 2009).
B. Kenekaragaman Kupu-kupu
Kajian mengenai keanekaragaman kupu-kupu telah banyak dilakukan di
semua negara termasuk Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara tropis
dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, sehingga kegiatan kajian
mengenai keanekaragaman kupu-kupu pun banyak dilakukan. Seperti yang telah
di laporkan oleh Panjaitan, di taman wisata Gunung Meja Kabupaten Manokwari
terdapat 96 spesies kupu-kupu dan Noerdjito & Amir (1991) menyampaikan
bahwa di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya terdapat 64
spesies kupu-kupu dan 20 spesies belum terindentifikasi.
Sedangkan di Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta
terdapat 25 spesies (Sin et al. 2002). Keanekaragaman Kupu-kupu di Kampus IPB
Darmaga terbilang tinggi dengan ditemukannya 77 spesies dan 3 spesies endemic
(Saputro, 2007). Selain itu telah dilaporkan di teluk Wondama, Manokwari bahwa
keanekaragaman kupu-kupu di wilayah itu sedang dengan 95 spesies (Shintawati,
2009). Di sepanjang Jalur Lembang-Jayagiri, Gunung Tangkuban Perahu Jawa
Barat keanekaragaman kupu-kupu sedang dengan ditemukannya 28 spesies.
(Yunita, 2009). Di Resort Gunung Putri, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dilaporkan bahwa keanekaragaman kupu-kupu disana sedang dengan
ditemukannya 19 spesies. (Syafitri et al., 2010).
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
C. Kupu-kupu dengan Tanaman Inang
1.
Adaptasi, Kebiasaan Kawin dan Migrasi Lepidoptera
Kebiasaan kupu-kupu sangatlah beragam, tergantung pada adaptasi dari
spesies atau kelompok terhadap iklim, jenis lingkungan, tanaman inang, cara
makan, dan faktor lainnya. Kupu-kupu merupakan hewan kosmopolitan yang bisa
dijumpai hampir di berbagai tipe habitat yang berbeda. Kupu-kupu biasanya
mudah ditemukan di suatu wilayah yang terdapat tanaman inangnnya dan terdapat
genangan ataupun aliran air di dekatnya karena kupu-kupu sering mengunjungi
areal basah untuk memperoleh air. Sebagai serangga poikilotermal yang selalu
menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan tempat tinggalnya, kupukupu lebih banyak di temukan di area terbuka dengan suhu hangat (Nugroho
dalam Bidiversitas Indonesia, 2011). Namun ada beberapa jenis lain yang lebih
suka di daerah tertutup seperti di bawah tajuk pohon yang lembab dan sejuk.
Dari perbedaan kedua tipe habitat tersebut terdapat perbedaan warna spesies
yang mencolok. Kupu-kupu yang teramati terbang di daerah terbuka biasanya
memiliki warna sayap yang lebih cerah dan terdiri dari aneka warna. Salah satu
contohnya yaitu Graphium sarpedon dengan paduan warna yang cerah.
Sedangkan kupu-kupu yang terbang di daerah yang tertutup biasanya memiliki
warnah yang lebih gelap, contohnya yaitu Euploea mulciber. Perbedaan warna
pada pola sayap kupu-kupu merupakan salah satu pola adaptasi kupu-kupu
terhadap kondisi lingkungannya. Warna sayap kupu-kupu yang gelap akan
membantu penyerapan panas lingkungan pada tubuh kupu-kupu yang hidupnya di
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
habitat tertutup dengan suhu rendah (Nugroho dalam Bidiversitas Indonesia,
2011).
Meskipun jumlah kupu-kupu jauh lebih banyak dan beragam di daerah tropis,
beberapa spesies bertahan hidup di batas vegetasi kutub. Banyak sekali spesies
yang dapat hidup di hampir setiap lingkungan, dari padang pasir kering dan
puncak gunung tinggi sampai ke rawa-rawa dan hutan hujan tropis. Sebagian
besar telah beradaptasi untuk kehidupan di relung ekologi yang relatif terbatas dan
dapat dibatasi hanya untuk sekelompok kecil tanaman pangan dan lebih sering
hanya satu bagian dari satu tanaman. Karena itu mereka jarang melimpah di lebih
dari satu tipe habitat. Banyak Lepidoptera hidup hanya di koloni yang terisolasi
sebagai sisa populasi, terputus dari kerabatnya di tempat lain oleh perubahan
geologi atau iklim (Ehrlich, 1984).
Persebaran dan migrasi kupu-kupu dilakukan oleh setiap individu untuk
bertahan dan berada dimana mereka dewasa dan indikator dari habitat yang sesuai
menunjukan bahwa migrasi dan persebaran tersebut sukses. Diasumsikan bahwa
terdapat perbedaan genetik di dalam populasi untuk jarak persebaran (Baker
1969). Terdapat dua jenis genotip untuk perilaku migrasi dan persebaran yaitu
genotip untuk individu yang diam di habitatnya dan yang menyebar. Namun, gen
penyebaran tidak mengakumulasi sebuah unit demografi apabila mereka terusmenerus terbawa lebih cepat oleh emigran daripada mereka diperkenalkan oleh
imigran. Dalam unit demografi yang menempati bagian berbeda dari suatu habitat
dimana sumber daya selalu melimpah, pemilihan tanaman inang akan sangat
mendukung individu yang memiliki gen untuk diam di habitatnya kecuali wilayah
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
tersebut sangat sempit. Sebenarnya semua individu yang menyebar akan bertahan
dan bereproduksi pada habitat mereka yang baru. Saat kualitas habitat selalu
cenderung memburuk atau saat sumber daya yang dibutuhkan oleh kupu-kupu
dewasa cenderung lebih melimpah jauh dari dimanfaatkan oleh larva, individu
dengan genotip yang berpindah dengan cepat akan terdukung (Baker, 1969).
Individu yang menyebar akan lebih memilih untuk bereproduksi dari pada mereka
yang diam pada habitatnya. Pada kasus ini, unit demografi akan semakin besar
karena pergerakan individu akan lebih lama. Kupu-kupu tersebut bergerak dalam
mencari sumber daya untuk mekanisme perkembangan dan memastikan wilayah
yang sama tidak dicari secara berulang, salah satu bukti dalam mekasisme tersebut
yaitu kupu-kupu yang terbang dalam sudut konstan berdasarkan matahari (Baker,
1968).
Banyak kupu-kupu menempati habitat suksesional dan banyak yang bisa
menigkatkan kepadatan populasinya yang dapat mengancam kualitas dan
kuantitas sumber dayanya. Kupu-kupu lainnya sepertinya telah terprogram secara
genetik untuk berpindah tanpa isyarat kepadatan dari daerah yang masih memiliki
sumber daya dan luas wilayah yang mendukung. Penyebaran telah terbukti
meningkat dengan kepadatan, gangguan dari betina yang dikawin oleh jantan dan
menyebabkan emigrasi dari betina. Salah satu contohnya yaitu anggota Genus
Pieris yang menunjukan puncak arah penerbangan geografik dibandingkan
menyebar secara sederhana (Baker, 1969). Bukti keragaman dari pola migrasi
kupu-kupu mencerminkan respon memilih untuk gradien lingkungan, khususnya
temperatur. Bukti ini muncul bersamaan dengan spesies yang memiliki sumber
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
daya yang tersebar luas. Seperti contohnya Pieris yang dapat menigkatkan
kemampuan mereka dengan cara berpindah yang mengarah pada fekunditas yang
lebih tinggi (Baker, 1969).
2.
Kebiasaan Makan dan Pemilihan Tanaman Inang Kupu-kupu
Larva kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang memiliki mandibula
dengan fungsi untuk menggigit dan mengunyah. Namun tidak semua bagian
tanaman dimakan oleh larva kupu-kupu dan hanya beberapa bagian tanaman yang
dimakan seperti daun dan kelopak bunga. Beberapa kelompok larva kupu-kupu
memiliki cara makan yang berbeda. Ada beberapa kelompok kupu-kupu yang
memakan bagian tepi daun terutama apabila kutikula tanaman tersebut tebal,
tetapi banyak dari kelompok kupu-kupu yang memakan permukaan daun dan
meninggalkan lubang yang menjadi karakteristik dari suatu spesies. Namun,
beberapa spesies memiliki kebiasaan makan yang lebih luas dan kadang-kadang
dapat mencapai puncak kelimpahan abnormal dan menggundulkan sebagian besar
area hutan gugur atau padang rumput. Mayoritas larva kupu-kupu pada seluruh
tahapan memiliki perilaku yang serupa dan mereka hidup pada habitat yang sama
dan mengkonsumsi makanan yang sama.
Berbagai kelompok larva kupu-kupu memakan rumput dan teki tahunan.
Dalam pemilihan tanaman inang pada kondisi habitat alami, serangga dihadapkan
pada berbagai stimulus eksternal, kondisi dan respon internal serta rangkaian dari
hambatan lingkungan (Badenes et al., 2004) yang menyebabkan sulitnya
membedakan stimulus dari serangga seperti bahan kimia, visualisasi, dan stimulus
mekanik dari tanaman inang dan tanaman yang bukan inang.
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
Kupu-kupu dewasa mengkonsumsi nektar dari bunga tanaman inangnya.
Lepidoptera dewasa dapat menemukan sumber makanan mereka dengan baik dari
penglihatan dan bau, penglihatan menjadi sangat penting pada spesies diurnal dan
bau sangat penting untuk banyak spesies diurnal dan terutama pada spesies
nokturnal. Banyak kelompok Lepidoptera lebih memilih tanaman karena sangat
erat kaitannya dengan perolehan nutrisi larva yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan keseluruhan perkembangan, serta bahan kimia untuk tampilan (warna) dan
pertahanan sebagai kupu-kupu dewasa (Boppre, 1984). Sumber utama yang
digunakan adalah nektar bunga, tetapi getah (terutama jika fermentasi), buahbuahan masak, honeydew homopteran (gula yang mengandung sekresi dari
serangga homopteran), kotoran dan bangkai kadang-kadang dikonsumsi oleh
kupu-kupu. Ada hubungan mutualistik dari jenis yang luas antara spesies kupukupu yang mengunjungi bunga dan bunga tanaman yang mereka kunjungi serta
penyerbukannya. Namun, hubungan ini jarang spesifik atau obligat, karena jarang
tanaman dan Lepidoptera saling ketergantungan.
3.
Peran dan Keberadaan Kupu-kupu di Lingkungan
Kupu-kupu memiliki peran dan kontribusi yang sangat penting dalam
mempertahankan keseimbangan alam dengan perannya sebagai polinator (Amir et
al., 2003; Hamidun, 2003). Diantara semua serangga, kupu-kupu menduduki
posisi vital di dalam ekosistem. Keberadaan dan keanekaragamannya dijadikan
indikator lingkungan terestrial yang masih terjaga (Aluri & Rao, 2002). Serta
salah bioindikator yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pengaruh perubahan
iklim terhadap biodiversitas oleh banyak peneliti (Ramana, el al., 2011). Kupu-
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
kupu memberikan pengaruh yang besar terhadap hidup manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada bidang pertanian, larva kupu-kupu dapat
menjadi hama dan dianggap musuh bagi manusia. Namun, sebagai konsumen
utama dari tanaman hijau, kupu-kupu sangat penting dalam rantai makanan, bukan
hanya karena jumlah spesies yang sangat besar dalam Ordo dan keragaman dari
kebiasaan makan mereka, tetapi juga karena kelimpahan mereka (Borror et al.,
1992). Dalam nilai estetika dari keindahan warnah dan corak, kupu-kupu dapat
dijadikan media pendidikan lingkungan. Dari hal tersebut kupu-kupu bisa
dikembangkan sebagai produk ekonomi wisata kreatif yang ramah lingkungan
seperti Taman Kupu-kupu di Cihanjuang, Cimahi. Bahkan siklus hidup dan
metamorfosis sempurna kupu-kupu pun dapat diamati oleh semua kalangan
masyarakat.
Kupu-kupu merupakan hewan yang rentan terhadap perubahan lingkungan
habitatnya, terutama dampak dari kegiatan manusia dan konversi lahan hutan
secara besar-besaran. Kegiatan manusia inilah yang menyebabkan terjadinya
kepunahan dan terancamnya keberadaan kupu-kupu saat ini (Thomas, et. al.,
2004). Kepunahan kupu-kupu mungkin merupakan komponen dasar dalam
dinamika populasi dari banyak kupu-kupu. Peran dari kepunahan dalam dinamika
populasi kupu-kupu normal hanya satu aspek dari kepunahan kupu-kupu sekarang
ini. Aspek lainnya yaitu kecenderungan tanpa arah dan kecenderungan global
terhadap hilangnya populasi kupu-kupu dan spesies sebagai dampak perluasan
populasi dan aktivitas manusia (Ehrlich, 1984).
Senny Yustitia, 2012
Keanekaragaman Dan Kelimpahan Kupu-Kupu Di Kebun Botani Upi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download