Strategi Pemasaran Jasa Rekreasi Cave Tubing Kalisuci

advertisement
STRATEGI PEMASARAN JASA REKREASI CAVE TUBING KALISUCI
Fajarrani Enggar Kusumaningsih
Mahasiswa FEB Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
Indonesia is a country with great tourism potencies, espescially nature
based tourism. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) is one of the provinces in
Indonesia which is endowed with a lot of tourism objects. Activity that combines
cave exploring (caving) and river tracking using a tyre as the floating media
(tubing. cave tubing was firstly introduced to public in 2009. Therefore it is still
relatively new. To develop and maintain its existence, appropriate marketting
strategies are very important. This study ia aimed to find out the reason behind
the establishment of cave tubing recreacional object, marketing strategies and
their implementations.
This is a qualitative research. Data were collected using interview and
observation techniques. To test the validity of the data, two analytical methods
were applied. They are data triangulasi and method triangulasi. This research
involved three people from core manajement, three quides and five consumers of
cave tubing recreation object.
Research findings that the reason of cave tubing established was the fact
that Kalisuci prosses unique characters compared the other places, in which it
offen three recreation concept caving, tacking and rafting. In its marketing,
Kalisuci has not applied STP. Promotions are conducted using medias such as
brochres, facebook, twitter and blog. Although quit simple, the management
claimed that these promotions are effective. It is proven from the number of visitor
that increase graduallyyear after year. However, consumers considered the
promotion are not very effective as they know about Kalisuci not from
promotional activities conducted by the marketing them but from their friends.
Keywords : Marketing strategies, Recreational service, AIDA.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang
melimpah, hal tersebut merupakan dasar dari berkembangnya pariwisata di
Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang untuk menjadi sektor unggulan yang
berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia jika pemerintah
melakukan perhitungan neraca satelit pariwisata nasional (nesparnas) dengan
1
tepat. Pariwisata mempunyai peranan cukup besar dalam mengatasi persoalan
ekonomi makro seperti inflasi, pengangguran, serta neraca pembayaran termasuk
neraca perjalanan. Selain itu, mengingat daya tarik utama Indonesia bagi
wisatawan adalah keindahan alam dan kekayaan seni budayanya, maka potensi
pariwisata di Indonesia menarik untuk digarap dan dikembangkan secara optimal
(Sulistiyo, 2012).
Sektor pariwisata rata-rata tumbuh sekitar 7% per tahun sehingga semakin
diperhitungkan sebagai kontributor penting dalam pertumbuhan perekonomian
(http://repository.upi.edu/). Hingga tahun 2010 terdapat lebih dari 200 potensi
wisata alam di Indonesia (Buku Statistik Direktorat PJLK2HL, 2010).
Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia dapat dilihat dari jumlah wisatawan
mancanegara dan wisatawan nasional yang datang. Pada tahun 2011, wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 7,6 juta naik 8,5% dari
tahun 2010. Sedangkan wisatawan nasional dari tahun 2007-2012 cenderung
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20% per tahun. Perkembangan
wisatawan nasional tahun 2007 hingga tahun 2011 secara rinci dapat dilihat pada
tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata terus mengalami
perkembangan dengan jumlah kunjungan wisatawan nusantara terhadap obyekobyek wisata terus mengalami peningkatan.
2
Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nasional Tahun 2007-2012
Sumber : Pusdatin kemenparekraf & BPS (2012)
Darmana (2009) menjelaskan bahwa untuk dapat bersaing dalam industri
pariwisata, suatu usaha yang tergolong baru harus dapat dikenal dengan baik dan
dipercaya citranya oleh masyarakat pada umumnya dan konsumen pada
khususnya. Produsen usaha pariwisata dituntut untuk dapat mengembangkan dan
memasarkan produk atau jasa yang ditawarkan, agar konsumen mengetahui
produk atau jasa yang diinginkan maupun yang dibutuhkan telah tersedia dan
berbeda dari pesaingnya. Pemasaran merupakan kunci utama suatu produk
maupun jasa agar dapat dikenal oleh masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu
upaya yang terintegrasi salah satunya melalui rancangan strategi pemasaran yang
tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin tinggi dalam industri
pariwisata. Perumusan strategi pemasaran ini dilakukan melalui pendekatan
komponen-komponen strategi pemasaran meliputi STP (Segmentation, Targeting,
Positioning).
(Kotler, 1995 : 315) menyatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya
membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal. Pemasaran
eksternal menggambarkan pemasaran normal yang dilakukan perusahaan untuk
menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan dan mempromosikan jasa itu
kepada pelanggan. Sedangkan pemasaran internal
3
menggambarkan pekerjaan
yang dilakukan perusahaan untuk melatih dan memotivasi karyawan agar
melayani pelanggan dengan baik (www.ekonomikompensasi.com). Selain cara
pemasaran yang meliputi STP, Berry (Kotler,1995) berargumen bahwa kontribusi
paling berharga yang dapat dilakukan oleh bagian pemasaran adalah menggerakan
semua orang dalam organisasi untuk mempraktekan pemasaran. Menurut Kotler
dan Keller (2007) segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki
seperangkat keinginan yang sama. Pembagian segmen pasar dapat diidentifikasi
berdasarkan segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku di
kalangan pembeli. Setelah melakukan segmentasi pasar, perusahaan melakukan
identifikasi dan seleksi untuk membidik pasar sasaran. Perusahaan memutuskan
segmen mana yang menyajikan peluang paling besar yang merupakan pasar
sasaran. Penetepan posisi adalah tindakan merancang tawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas di benak pelanggan sasarannya
Peran pemasaran menjadi sangat penting bagi perusahaan dalam
memasarkan hasil produksinya, oleh sebab itu strategi pemasaran yang tepat harus
diterapkan oleh sebuah perusahaan supaya ia tidak kalah dengan para pesaingnya.
Tidak hanya berhenti di titik memperkenalkan saja, tetapi pengelola harus mencari
cara bagaimana usahanya tersebut dapat terus berkembang disaat jasa-jasa
rekreasi lainnya bermunculan. Maka dari itu kewajiban pihak pengelola untuk
menentukan strategi-strategi pemasaran seperti apa saja yang harus dilakukan agar
jasa rekreasi dapat diterima positif bagi masyarakat, dan menuntun mereka agar
mau menikmati jasa rekreasi tersebut (Hardiyanto, 2010).
Menurut penelitian pendahulu tentang strategi pemasaran dalam
persaingan bisnis (Nurbaity Lubis, 2004) strategi pemasaran yang diterapkan oleh
suatu perusahaan harus disesuaikan tidak hanya pada sasaran konsumen semata,
tetapi juga pada para pesaing yang mengincar pasar sasaran konsumen yang sama.
Strategi pemasaran yang dibuat hendaknya haruslah mempertimbangkan situasi
dan keadaan perusahaan baik keadaan internal perusahaan itu sendiri atau
lingkungan perusahaan, maupun keadaan eksternal perusahaan. Dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan semua hal diatas, maka dapat dipastikan
4
perusahaan akan dapat menentukan dengan baik strategi pemasarannya serta
strategi bersaingnya, untuk tetap maju dan berkembang di tengah-tengah persaing
Arifin (2012) mengatakan bahwa strategi pemasaran salah satunya bisa
dilakukan melalui sebuah iklan, baik yang dipublikasikan melalui media
penyiaran maupun media cetak. Untuk menghasilkan iklan yang baik, produsen
harus
memperhatikan struktur iklan AIDA. Pertama yaitu, Attention berarti
bahwa iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Kedua, Interest
yang mana iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki
keinginan lebih jauh. Ketiga, Desire bermakna bahwa iklan harus mampu
menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.
Kemudian, Action mengandung arti bahwa iklan harus memiliki "daya"
membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan
pembelian.
Di Indonesia terdapat 9 macam jenis pariwisata seperti wisata alam,
sejarah, budaya, religi, kuliner, olahraga, minat khusus, belanja, dan umum. Dari
banyaknya obyek pariwisata yang ada, obyek wisata alam merupakan jenis wisata
yang paling terkenal dan paling banyak disukai semua kalangan. Jenis wisata ini
memiliki daya tarik dan manfaat tersendiri bagi para pengunjungnya. Wisata alam
biasanya menjadi salah satu andalan suatu daerah untuk menarik para wisatawan
(AnneAhira.com).
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu propinsi di
Indonesia dengan potensi wisata alam yang melimpah. Tercatat ada 82 macam
Daya Tarik Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keseluruhan Kunjungan
Wisatawan Mancanegara ke Daya Tarik Wisata sebanyak 368.906 orang,
sedangkan Wisatawan Nusantara mencapai 7.752.965 orang (Dinas pariwisata
provinsi DIY).
Salah satu jenis wisata alam yang sedang dikembangkan di DIY dewasa
ini adalah jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci. Cave Tubing adalah salah satu jenis
kegiatan alam bebas dimana seseorang akan menyusuri sungai yang mengalir
5
melewati goa-goa bawah tanah. Terdapat dua lokasi jasa rekreasi Cave Tubing di
DIY, yaitu di goa Pindul dan goa Kalisuci, keduanya berada di kota Wonosari,
Kabupaten Gunung Kidul. Dibandingkan dengan goa Pindul, Cave Tubing goa
Kalisuci memiliki beberapa kelebihan, antara lain jalur penyusuran yang lebih
panjang dan arus sungai yang berjeram. Rekreasi ini memadukan aktivitas caving
(susur goa) dan body rafting. Dengan mamadukan 2 jenis kegiatan alam bebas
menjadi 1 paket petualang, itulah keistimewaan obyek wisata kalisuci, hal tersebut
juga yang akhirnya membuat peneliti memutuskan untuk lebih memilih Goa
Kalisuci sebagai objek penelitian.
Wisata Cave Tubing Kalisuci berlokasi di Desa Pacarejo, Kecamatan
Semanu, Gunung Kidul sekitar 60 kilometer dari arah Kota Yogyakarta. Cave
Tubing Kalisuci dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Masyarakat Sadar Wisata).
Pengelola Cave Tubing yaitu Pokdarwis mengatakan bahwa :
“Yang menjadi pembeda kalisuci dengan sungai-sungai lainnya adalah lokasinya yang
berada di dalam perut bumi atau dibawah tanah. Sungai ini mengalir melewati goa-goa
yang banyak terdapat di gunung kidul dan bermuara di laut Selatan. Kawasan karst
kalisuci merupakan salah satu dari 3 pusat wisata petualangan Cave Tubing yang ada di
dunia setelah meksiko dan selandia baru. Tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi
dunia pariwisata Indonesia terutama Yogyakarta. Setiap pengunjung yang mengikuti
kegiatan Susur goa ini akan mendapatkan fasilitas standar Cave Tubing seperti ban
dalam,life-jacket (pelampung), sepatu Caving, pelindung lutut, dan penerangan. Semua
fasilitas disediakan pengelola. Sedangkan fasilitas yang disediakan oleh penduduk antara
lain tempat parkir, warung makan, dan jasa pemandu” .
Pengelola Cave Tubing Kalisuci mengatakan bahwa mereka telah
melakukan beberapa bentuk strategi pemasaran dalam upayanya memperkenalkan
dan menawarkan produk kepada konsumen, antara lain periklanan, website di
internet, tabloid info wisata, hingga modus mouth to mouth. Sejauh ini, dari awal
terbentuknya jasa Cave Tubing Kalisuci permintaan akan jasa ini terus meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka menarik perhatian penulis untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana stategi pemasaran yang dilakukan oleh
jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci serta bagaimana implementasi strategi
pemasaran tersebut. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi
positif bagi kemajuan jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci kedepan.
6
Masalah dan Persoalan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
maka yang akan menjadi masalah penelitian adalah bagaimana strategi pemasaran
yang dilakukan jasa rekreasi Cave Tubing serta implikasi strategi pemasaran
tersebut. Persoalan penelitian yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Mengapa muncul penyedia jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci?
2. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola jasa rekreasi
Cave Tubing Kalisuci?
3. Bagaimanakah implementasi strategi pemasaran jasa rekreasi Cave Tubing
Kalisuci?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Alasan kemunculan penyediaan jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci.
2. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola jasa rekreasi Cave
Tubing Kalisuci.
3. Implementasi strategi pemasaran jasa rekreasi Cave Tubing Kalisuci.
Apabila persoalan dari penelitian ini sudah dapat terjawab, maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan ataupun dimanfaatkan oleh pihak
pengelola Cave Tubing Kalisuci sebagai tambahan informasi sehingga bisa
mengetahui apakah strategi pemasaran yang dilakukan sudah maksimal atau
belum, yang nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi oleh pihak pengelola.
7
LANDASAN TEORI
9 Pariwisata
Definisi pariwisata terdapat pada Undang- Undang No. 9/1990 tentang
Kepariwisataan pada BAB I pasal 1 mengenai ketentuan umum. Diantara isi pasal
tersebut adalah sebagai berikut: (1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. (2) Wisatawan adalah
orang yang melakukan kegiatan wisata. (3) Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. (4) Usaha pariwisata adalah
kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha
lain yang terkait di bidang tersebut. (5) Kawasan pariwisata adalah kawasan
dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata.
Berpariwisata pada hakekatnya adalah suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Istilah
pariwisata sangat berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggalnya, karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan upah. Perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan sesorang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan
hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang
berhubungan dengan kegiatan olahraga, kesehatan, konvensi, keagamaan dan
keperluan usaha lainnya (Wiwoho et al. 1990).
9 Pariwisata Cave Tubing
Cave
tubing
merupakan
sejenis
olahraga
petualangan
dengan
menggunakan ban dalam, menghanyutkan diri, sambil menikmati indahnya goa di
sungai bawah tanah ([email protected]). Sedangkan yang ditulis dalam
8
www.yogyes.com menyebutkan bahwa cave tubing adalah petualangan yang
memadukan aktivitas caving (susur goa) dan body rafting. Aktivitasnya berupa
menyusuri sungai yang mengalir melewati goa-goa bawah tanah.
9 Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2007), pemasaran berhubungan dengan
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat secara
menguntungkan. Definisi pemasaran dibedakan secara sosial dan manajerial.
Definisi secara sosial, pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut definisi manajerial,
pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk. Tujuan pemasaran adalah
mengetahui dan memahami pelanggan sehingga produk atau jasa yang ditawarkan
cocok dengan pelanggan.
Asosiasi Pemasaran Amerika menyatakan bahwa pemasaran adalah satu
fungsi
organisasi
dan
seperangkat
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola
hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamnya. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif
dibandingkan
para
pesaing
dalam
menciptakan,
menyerahkan,
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Kotler &
Keller 2007). Proses pemasaran terkait dengan tujuan pemasaran yang ingin
dicapai melalui strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Rangkuti (2002) tujuan kegiatan pemasaran adalah : (1)
Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan. (2)
Perusahaan dapat menjelaskan secara detail mengenai semua
kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi
9
berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk,
promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai
pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat.
9 Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage)
Menurut Crown Dirgantoro dalam (2001:159) bahwa, “keunggulan
bersaing merupakan perkembangan dari nilai yang mampu diciptakan perusahaan
untuk pembelinya”.
Menurut Agustinus Sri Wahyudi (1996:61) mendefinisikan keunggulan
bersaing, adalah :
“Sesuatu yang memungkinkan sebuah perusahaan memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata keuntungan yang diperoleh pesaing
dalam industri. Semakin kuat keunggulan yang dimiliki akan semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh perusahaan dan begitu pula sebaliknya”.
Berdasarkan kedua definisi diatas maka keunggulan bersaing tidak dapat
dipahami dengan memandang perusahaan sebagai satu keseluruhan. Keunggulan
bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan yang dilakukan perusahaan dalam
mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan, mendukung produknya.
Masing – masing aktivitas dapat mendukung posisi biaya relatif perusahaan dan
menciptakan dasar untuk diferensiasi. Keunggulan bersaing merupakan inti dari
setiap strategi bersaing seperti yang telah diungkapkan oleh Crown Dirgantoro
(2001:95), “Adapun keuggulan bersaing berkembang dari nilai yang diciptakan
perusahaan
untuk
pembelinya
yang
melebihi
biaya
perusahaan
dalam
menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia bayar.”
9 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang
terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan
keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi pemasaran harus bersifat
distinctive (artinya bersifat unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik)
dan didukung oleh semua potensi yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal
10
(Rangkuti 2002). Strategi pemasaran beroperasi pada dua level yaitu stratejik dan
taktis. Pemasaran stratejik membentangkan pasar sasaran dan proporsi nilai yang
akan ditawarkan, berdasarkan pada suatu analisis peluang pasar terbaik.
Pemasaran taktis menspesifikasikan taktik pasar, termasuk fitur produk, promosi,
perdagangan, penetapan harga, saluran penjualan dan layanan.
Hakikat dari pemasaran stratejik adalah segmentasi, target dan penentuan
posisi (Segmentation, Targeting, Positioning-STP) yaitu melakukan segmentasi
pasar, menyeleksi sasaran pasar yang tepat, dan mengembangkan penentuan
posisi nilai dari tawaran (Kotler & Keller 2007).
1. Segmentation
Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat
keinginan yang sama. Pembagian segmen pasar dapat diidentifikasi berdasarkan
segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku di kalangan pembeli
(Kotler & Keller 2007). (a) Segmentasi Gegografis Segmentasi geografis yaitu
melakukan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti
negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota atau lingkungan rumah tangga. (b)
Segmentasi Demografis Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi
kelompok-kelompok berdasarkan variabel seperti usia, ukuran keluarga, siklus
hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,
generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. (c) Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis membagi para pembeli menjadi kelompok yang berbeda
berdasarkan gaya hidup, kepribadian dan nilai. (d) Segmentasi Perilaku
Segmentasi perilaku yaitu membagi pembeli menjadi kelompokkelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap
produk tertentu.
2. Targeting
Setelah melakukan segmentasi pasar, perusahaan melakukan identifikasi
dan seleksi untuk membidik pasar sasaran. Perusahaan memutuskan segmen mana
yang menyajikan peluang paling besar yang merupakan pasar sasaran. Perusahaan
dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran (Kotler & Keller
11
2007), yaitu : (a) Konsentrasi segmen tunggal, perusahaan memilih berkonsentrasi
pada satu segmen tertentu dengan memiliki pengetahuan yang kuat tentang
kebutuhan segmen dan meraih posisi yang kuat di segmen tersebut. (b)
Spesialisasi selektif, perusahaan memilih sejumlah segmen pasar, secara obyektif
masing-masing segmen menarik dan memadai. (c) Spesialisasi produk,
perusahaan menghasilkan produk yang dijualnya ke beberapa segmen. (d)
Spesialisasi pasar, perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan
kelompok pelanggan tertentu. (e) Cakupan ke seluruh pasar, perusahaan berusaha
melayani semua kelompok pelanggan dengan menyediakan semua produk yang
mungkin mereka butuhkan.
3. Positioning
Selanjutnya
untuk
pasar
sasaran
yang
terpilih,
perusahaan
mengembangkan suatu tawaran pasar dengan penetapan posisi perusahaan.
Penetapan posisi (positioning) adalah tindakan merancang tawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas di benak pelanggan sasarannya
(Kotler 2005). Terdapat tujuh kemungkinan strategi penetapan posisi yang dapat
dilakukan, yaitu: (a) Penetapan posisi berdasar atribut, perusahaan memposisikan
diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaannya. (b) Penetapan posisi
berdasar manfaat, produk diposisikan sebagai pemimpin berdasarkan manfaat
tertentu. (c) Penetapan posisi berdasar penggunaan, memposisikan produk sebagai
yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan. (d) Penetapan posisi
berdasar pemakai, memposisikan produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah
kelompok pemakai. (e) Penetapan posisi berdasar pesaing, memposisikan produk
sebagai lebih baik dari pesaing tertentu. (f) Penetapan posis berdasar kategori
produk, produk diposisikan sebagai pemimpin pada kategori produk tertentu. (g)
Penetepan posisi berdasar mutu/harga, produk diposisikan sebagai yang
menawarkan nilai terbaik.
12
Sedangkan menurut pendapat lain Lingga (2004), dalam mendesain suatu
strategi pemasaran hal terpenting yang perlu dilakukan olah pemasar adalah
penerapan konsep STP (segmentation, targeting, and positioning).
1.
Strategi Segmentasi Pasar (Market Segmentation Strategy) Dalam kegiatan
bisnis, segmentasi pasar digunakan untuk mendesain produkprodukyang lebih
responsif terhadap kebutuhan pasar, mencari peluang,merumuskan pesanpesan komunikasi yang efektif dan efisien, melayani lebih baik, menciptakan
keunggulan bersaing, menganalisis perilaku konsumen, dan sebagainya.
2.
Strategi Penentuan Pasar Sasaran (Market Targeting Strategy) Setelah
perusahaan
mengidentifikasi
peluang
segmen
pasarnya,
tahap
selanjutnyaadalah mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa
banyak dan mana yang akan dibidik. Dalam membidik konsumen, pemasar
harus dapatmembedakan pasarnya antara pasar jangka pendek dan pasar masa
depan sertapasar primer dan pasar sekunder.
3.
Strategi Penentuan Posisi Pasar (Market Positioning Strategy) Penentuan
posisi (positioning) merupakan tindakan untuk merancang penawarandan
citra perusahaan agar menempati suatu posisi kompetitif yang berarti
danberbeda dalam benak pelanggan sasarannya. Hal ini akan membantu
konsumen mengenali perbedaan yang pasti di antara produk yang bersaing
sehingga mereka dapat memilih satu yang paling bernilai di antara produk
tersebut.
9 Strategi Diferensiasi
Diferensiasi adalah cara merancang perbedaan yang berarti untuk
membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaingnya (Kotler dan
Susanto, 2001). Strategi diferensiasi adalah suatu strategi yang dapat memelihara
loyalitas pelanggan dimana dengan menggunakan strategi diferensiasi, pelanggan
mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya. Aaker dalam
Ferdinand (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi yang sukses haruslah
strategi yang mampu :
13
1. Menghasilkan nilai bagi pelanggan
2. Memunculkan persepsi yang bernilai khas
3. Tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru.
Hal ini menyimpulkan bahwa kunci untuk strategi diferensiasi yang sukses
terletak pada upaya mengembangkan “point of differentiation” terutama dari
perspektif pandangan pelanggan daripada perspektif pandangan operasi bisnis.
Perusahaan akan melakukan diferensiasi terhadap para pesaingnya apabila
perusahaan tersebut telah berhasil menampilkan keunikan yang dinilai penting
oleh pelanggan, selain dengan penawaran harga yang rendah dimana telah banyak
dilakukan oleh perusahaan atau pesaing (Delmas, 2000).
Strategi differensiasi terdiri dari :
1.
Differensiasi Produk
Produk memiliki arti atau nilai bahwa perusahaan menciptakan suatu
produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan pelanggan sebagai produk yang
unik dan berbeda. Produk yang memiliki diferensiasi yang unik dan beda
dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu perusahaan. Dalam hal ini,
keunggulan yang berupa posisi superioritas dalam sebuah industri atau pasar
sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena
keunggulan bersaing dapat dicapai dari berbagai kompetensi yang dimiliki
dan ditingkatkan melalui asset-asset stratejik bawaaan khas perusahaan
(Ferdinand, 2003).
14
2.
Differensiasi Personil
Selain mendiferensiasikan produk fisiknya, perusahaan juga dapat
mendiferensiasikan Personilnya.
Jika produk fisiknya tidak mudah
didiferensiasikan, kunci sukses lainnya terletak pada peningkatan kualitas
pelayanan oleh personil (Kotler dan Susanto, 2001). Dalam hal ini,
pelayanan personil yang dimaksud meliputi kualitas dari pelayanan.
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan yang kuat dengan mempekerjakan
dan melatih orang-orang lebih baik.
3.
Differensiasi Saluran
Perusahaan-perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing melalui
cara mereka merancang saluran distribusi, terutama yang menyangkut
jangkauan, keahlian dan kinerja saluran-saluran tersebut.
4.
Differensiasi Citra
Citra yang penting bagi seorang pelanggan adalah citra yang
dirasakan memiliki perbedaan dari citra pesaing. Dalam hal ini, citra yang
dimaksud berupa image dari produk dan perusahaan. Para pembeli memiliki
tanggapan berbeda terhadap citra perusahaan atau merek. Identitas dan citra
perlu dibedakan. Identitas terdiri dari berbagai cara yang dimaksudkan oleh
perusahaan untuk mengidentifikasi atau memposisikan diri atau produknya.
Sedangkan citra adalah cara masyarakat mempersepsi (memikirkan)
perusahaan atau produknya.
Agar identitas dapt berfungsi dengan baik, maka harus diwujudkan melalui
sarana komunikasi dan kontak merek yang tersedia. Ia juga harus diserap dalam
iklan, laporan tahunan, brosur, catalog, kemasan, perlengkapan kantor perusahaan
dan kasus bisnis.
15
9 Word of Mouth
Dalam bahasa Indonesia disebut juga berita dari mulut ke mulut. Word of
Mouth merujuk pada komunikasi lisan mengenai berbagai produk dengan teman,
keluarga, dan rekan sejawat. Word of Mouth merupakan salah satucara menyebarkan
desas-desus (buzz) (Rosen, 2004:323).
Menurut Word of Mouth Marketing Association (WOMMA), word of mouth
merupakan
usaha
pemasaran
yang
memicu
konsumen
untuk membicarakan,
mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk atau merek kepada
pelanggan serta calon konsumen lain.
Khasali dalam Sumarmi (2008) mendefenisikan word of mouth sebagai
sesuatu hal yang dibicarakan banyak orang. Pembicaraan terjadi dikarenakan
adakontroversi yang membedakan dengan hal-hal yang biasa dan normal
dilihatorang.
Word of mouth dapat terjadi di rumah, sekolah, kampus, kafe, maupun
melalui saluran media berteknologi seperti internet dantelepon genggam. Dalam
word of mouth , perbincangan membentuk saluran pribadi ( personal chanel )
yang berarti si penerima pesan mengetahui jelas siapayang menyampaikan
informasi. Semakin menarik informasi yang diterima calon konsumen dari
seorang atau kelompok acuan maka akan semakin meningkat kecenderungan untuk
mengadopsi produk (Asmarandanu,2011).
9 Pemasaran Jasa
Menurut Kotler (2005), jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat
ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
(intangible) dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa
berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Jasa memiliki empat
karakteristik utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran (Kotler
2005), yaitu: (1) Tidak Berwujud (Intangibility). Berbeda dengan produk fisik,
jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum membeli.
16
Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah untuk “mengelola bukti tersebut” dan
“mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud”. Pemasar jasa harus mampu
mengubah jasa yang tidak berwujud menjadi manfaat yang konkret, (2) Tidak
Terpisahkan (Inseparability). Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara
bersamaan. Jika seseorang memberikan jasa, maka penyedianya adalah bagian
dari jasa tersebut. Konsumen juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi
penyediakonsumen merupakan ciri khusus pemasaran jasa, (3) Bervariasi
(Variability). Jasa bervariasi bergantung pada siapa yang memberikannya, kapan,
dan dimana diberikan, (4) Tidak Tahan Lama (Perishability). Jasa tidak dapat
disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan
datang.
Bauran Pemasaran Jasa
Salah satu unsur kunci dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran.
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di
pasar sasaran. McCarthy mengklasifikasikan alat-alat bauran pemasaran menjadi
empat kelompok yang disebut empat P pemasaran, yaitu produk (product), harga
(price), tempat/saluran distribusi (place), dan promosi (promotion).
Zeithaml dan Bitner mengemukakan konsep bauran pemasaran tradisional
terdiri dari 4P dan masing-masing dari empat unsur bauran pemasaran tersebut
saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu
bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya (Zeithaml, 2000:1821). Pendekatan pemasaran empat P berhasil dengan baik untuk pemasaran
produk, tetapi elemen elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa.
Booms dan Bitner mengusulkan tiga P tambahan untuk pemasaran jasa, yaitu
orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process) (Kotler
2005).
17
1. Produk (Product)
Menurut Kotler (2005), produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa,
pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi dan gagasan.
Strategi produk didefinisikan sebagai strategi yang dilaksanakan oleh suatu
perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan.
Sedangkan bauran produk (product mix) adalah rangkaian semua
produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli.
Keanekaragaman produk, mutu/kualitas produk, merek produk, kemasan dan
pelabelan produk, pelayanan, jaminan, maupun pengembalian produk, adalah
beberapa komponen yang menjadi penentu keberhasilan suatu strategi
bauran produk.
2. Harga (Price)
Harga menurut Kotler (2005) adalah jumlah uang yang ditagihkan
untuk suatu produk atau jasa, atau jumlah nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Harga merupakan salah satu unsur penting yang menentukan pangsa pasar
dan profitibilitas perusahaan, karena harga merupakan satu-satunya elemen
bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Sementara elemenelemen lainnya menimbulkan biaya.
Pendekatan umum dalam penetapan harga ada tiga macam, yaitu: (1)
Cost based pricing, pendekatan berdasarkan pada biaya yaitu penetapan
harga cost plus dan penetapan harga titik impas. Penentuan harga
berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk,
kemudian ditambah dengan profit yang diinginkan perusahaan. (2) Value
based pricing, pendekatan berdasarkan pada pembeli yaitu penetapan harga
berdasarkan nilai (value) produk di mata pelanggan. (3) Competitor based
pricing, pendekatan berdasarkan pada persaingan yaitu penetapan harga
18
menurut keadaan dan penawaran tertutup. Penetapan harga menurut keadaan
adalah dengan mengikuti harga pesaing bukan berdasarkan pada biaya
perusahaan. Penetapan harga penawaran tertutup merupakan penetapan
harga yang didasarkan pada bagaimana pesaing menetapkan harga.
3. Saluran Distribusi (Place)
Menurut Kotler (2005), saluran pemasaran adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Sebuah
saluran distribusi mempunyai tugas memindahkan barang dari produsen ke
konsumen melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan
kegunaan atau utilitas bentuk, tempat waktu dan kepemilikan, serta
memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik. Bauran
tempat/saluran distribusi meliputi aspek saluran pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokkan, lokasi, persediaan dan transportasi.
Dilihat dari jauh pendeknya rantai distribusi, saluran distribusi dapat
dikelompokkan menjadi dua (Kotler, 2005) yaitu : (1) Saluran distribusi
langsung, yaitu saluran distribusi dimana produk dari produsen langsung ke
tangan konsumen tanpa melalui perantara atau penyalur. (2) Saluran
distribusi tidak langsung, yaitu perusahaan dalam mendistribusikan
produknya menggunakan penyalur atau agen perantara dan juga pengecer
sebelum sampai ke tangan konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Kotler (2005) menyatakan promosi menunjukkan pada berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan
produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen
untuk membeli produk tersebut. Promosi ini merupakan suatu kegiatan yang
sangat menentukan dalam meningkatkan nilai penjualan, menciptakan
pasaran hasil produksi, dan pertumbuhan produk. Strategi promosi adalah
19
tindakan perencanaan, implementasi, dan pengendalian komunikasi dari
organisasi kepada pelanggan dan audiens sasaran lainnya.
Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari lima cara komunikasi
utama (Kotler 2005), yaitu:
(1) Periklanan : dapat digunakan untuk
membangun citra jangka panjang bagi suatu produk. Dalam periklanan
terdapat sifat-sifat yang dapat diperhatikan yaitu presentasi umum, tersebar
luas, ekspresi yang lebih kuat dan tidak bersifat pribadi. (2) Promosi
Penjualan : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong orang
mencoba atau membeli produk atau jasa. Alat promosi penjualan dapat
berupa kupon, potongan harga, contoh produk dan pameran. Promosi
penjualan digunakan untuk memperoleh tanggapan pembeli yang lebih kuat
dan cepat dengan menawarkan tiga manfaat yang berbeda yang mencakup
komunikasi, insentif, dan ajakan. (3) Hubungan Masyarakat dan Publisitas :
Daya tarik hubungan masyarakat dan publisitas didasarkan pada tiga sifat
khusus yaitu kredibilitas yang tinggi, kemampuan menangkap pembeli yang
tidak dibidik sebelumnya, dan dramatisasi. Humas dan publisitas dapat
berupa seminar, sumbangan amal dan peran sebagai sponsor. (4) Penjualan
Pribadi : adalah interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon
pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan
dan memperoleh pemesanan. Penjualan personal memiliki tiga ciri khusus
yaitu pertemuan pribadi, perkembangan hubungan dan tanggapan. (5)
Pemasaran Langsung : yaitu penggunaan surat, telepon, faksimil, email, dan
alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung
dengan mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon
pelanggan tertentu.
20
5. Orang (People)
Orang (karyawan) merupakan unsur bauran pemasaran jasa yang
memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan
penyampaian produk ke konsumen. Kesuksesan pemasaran sangat
tergantung pada seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumberdaya
manusia.
Karyawan
seharusnya
memperlihatkan
kompetensi,
sikap
kepedulian, sikap tanggap, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah, dan
niat baik. Kesan dari usaha jasa, diukur dari orang-orang yang memberikan
pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan. Pentingnya strategi orang
dalam pemasaran yaitu mengarahkan minat yang lebih besar dalam menarik,
memotivasi, melatih dan mempertahankan kualitas karyawan dengan
mengembangkan
pekerjaan-pekerjaan
untuk
memuaskan
kebutuhan
konsumen (Umar 2003).
6. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan dimana layanan
diciptakan, penyediaan, dan pelanggan berinteraksi. Bukti fisik berhubungan
dengan
fasilitas
apa
yang
diharapkan
pelanggan
sehingga
dapat
meningkatkan kenyamanan. Bukti fisik mewakili keputusan kunci mengenai
desain dan lay-out bangunan, misalnya tempat duduk, toilet, tempat ibadah,
parkir, dan sebagainya yang dibutuhkan pengunjung (Umar 2003).
7. Proses (Process)
Proses merupakan seluruh kegiatan kerja yang berhubungan dengan
pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen, perhatian secara
individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan
untuk
menghubungi
perusahaan,
kemampuan
karyawan
untuk
berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami
keinginan dan kebutuhan pelanggannya (Umar 2003). Dimensi proses ini
merupakan penggabungan dari beberapa dimensi, yaitu: (1) Akses, meliputi
kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. (2)
21
Komunikasi,
merupakan
kemampuan
melakukan
komunikasi
untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari
pelanggan. (3) Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
9 Kelompok Acuan
Schiffman dan Kanuk (1994) mengartikan sebuah kelompok sebagai dua
orang atau lebih yang berinteraksi dalam rangka mencapai kebutuhan individual
maupun kebutuhan bersama. Dalam ranah perilaku konsumen, cakupan lebih
difokuskan pada kelompok yang lebih kecil karena lebih memiliki kemungkinan
mempengaruhi konsumen anggota kelompok tersebut. Sementara kelompok acuan
diartikan oleh Sumarwan (2004) sebagai seorang individu atau sekelompok orang
yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang.
Peter dan Olson (1996) menjelaskan bahwa kelompok acuan memiliki
beragam ukuran, mulai dari satu hingga ratusan orang. Kelompok acuan juga
dapat bersifat tangible maupun intangible dan simbolis. Terdapat kemungkinan
kelompok acuan berasal dari kelas sosial, budaya, bahkan subbudaya yang sama
ataupun berbeda.
Pengaruh yang diberikan oleh kelompok acuan dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu pengaruh normatif, ekspresi nilai, dan informasi (Sumarwan
2004). Pengaruh normatif adalah pengaruh yang diperoleh konsumen melalui
norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti. Pengaruh tersebut akan
semakin kuat jika ada sanksi sosial bagi yang tidak mengikuti saran dari
kelompok acuan. Kelompok acuan juga akan mempengaruhi konsumen melalui
fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai. Selain itu, pilihan produk atau merek
seorang konsumen akan terpengaruh karena kelompok acuan tersebut sangat
dipercaya dengan latar belakang pengetahuan dan informasi yang diyakini lebih
baik daripada konsumen sendiri.
Terdapat beberapa kelompok acuan yang terkait dengan konsumen
(Schiffman & Kanuk 1994), antara lain:
22
1.
Keluarga : merupakan lingkungan yang paling dekat dengan konsumen
(lingkungan mikro). Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam
keputusan pembelian dan konsumsi suatu produk.
2.
Kelompok pertemanan : teman seringkali mampu memenuhi kebutuhan
dalam cakupan yang luas. Opini dan preferensi teman merupakan pengaruh
penting dalam menentukan produk dan merek yang akhirnya dipilih
konsumen.
3. Kelompok sosial formal : kelompok ini lebih terpisah dan memberi fungsi
yang berbeda bagi konsumen karena keikutsertaannya yang bertujuan
memenuhi niat tertentu.
4. Kelompok belanja : dapat diartikan sebagai dua orang atau lebih yang
berbelanja bersama karena berbelanja bersama orang lain dapat memberi
kesenangan sosial.
5. Kelompok penggiat konsumen : kelompok ini muncul sebagai reaksi atas
gerakan konsumerisme.
6. Kelompok kerja : rata-rata waktu yang dihabiskan konsumen di tempat kerja
dalam seminggu lebih dari 35 jam menyebabkan kesempatan besar bagi
kelompok kerja untuk memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku
konsumsi.
Sementara itu menurut Sumarwan (2004), terdapat beberapa kelompok
yang dijadikan acuan dalam proses konsumsi, di antaranya:
1.
Selebritas
Kredibilitas selebritas menggambarkan persepsi konsumen terhadap
keahlian dan pengetahuan selebritas mengenai suatu produk dan kepercayaan
selebritas tersebut.
23
2.
Ahli atau pakar
Para ahli atau pakar dianggap mumpuni dalam bidangnya karena
pekerjaannya, pendidikannya, atau pengalamannya. Para ahli tersebut
digunakan untuk membantu konsumen dalam mengevaluasi suatu produk.
3. Orang biasa
Testimonial dari orang biasa yang telah menggunakan suatu produk
dan merasa puas akan manfaatnya memberikan gambaran situasi yang
alamiah bagi konsumen.
4. Para eksekutif dan karyawan
5. Karakter Dagang atau Juru Bicara
6. MUI serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
9 Attention-Interest-Desire-Action
Tujuan akhir dari promosi adalah untuk menjadikan seseorang /calon
pembeli potensial membeli suatu produk maupun jasa yang ditawarkan suatu
organisasi bisnis maupun nirlaba. Suatu model yang digunakan untuk menjangkau
tujuan promosi yaitu konsep AIDA (Attention/perhatian, Interest/minat,
Desire/keinginan, Action/tindakan). Model ini mengemukakan bahwa konsumen
memberi respons dari pesan pemasaran dalam urutan kognitif (berpikir), affektif
(perasaan), dan konatif (melakukan). Pertama, manajer promosi menarik
perhatian
seseorang
dengan
suatu
pendekatan
tertentu,
misal
dengan
menggunakan periklanan, promosi penjualan ataupun penjualan personal.
Kemudian suatu presentasi penjualan yang baik, demonstrasi, atau iklan
menciptakan minat terhadap produk sehingga perusahaan berusaha menciptakan
suatu fitur produk khusus yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Akhirnya, penawaran khusus tersebut ditujukan untuk memperoleh
tindakan pembelian (akuntansigorgeuz, 2011).
24
Iklan yang efektif menurut kotler (2005: 575) harus mengandung pesan
yang ideal yaitu : “ideally, the message should gain attention, hold interest,
arouse desire, and elicit action (AIDA) model”. Ungkapan di atas menjelaskan
bahwa pesan dalam suatu iklan yang efektif memenuhi karakteristik sebagai
berikut :
1. Menimbulkan perhatian (Attention)
Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca,
pendengar atau pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan bantuan antara lain berupa
gambar atau tulisan yang mencolok, lagu-lagu yang menarik, serta kata-kata yang
mengandung janji, jaminan, keistimewaan dan lain-lain.
2. Menimbulkan minat (Interest)
Maksudnya iklan harus dapat menimbulkan perasaan ingin tahu yang lebih
jauh sehingga konsumen mau melihat/membaca iklan tersebut dengan lebih
seksama.
3. Menimbulkan keinginan (Desire)
Tidak ada gunanya menyenangkan calon pembeli dengan rangkaian katakata gembira melalui sebuah iklan, kecuali iklan tersebut berhasil menggerakan
keinginan orang untuk memiliki/menikmati produk tersebut. Kebutuhan atau
keinginan pembeli untuk memiliki, memakai atau melakukan sesuatu harus
dibangkitkan.
4. Membuat tindakan (Action)
Merupakan upaya untuk membujuk calon pembeli agar segera melakukan
tindakan pembelian.
25
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti katakata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3)
mengemukakan bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan
Satuan analisis menurut Abell (Ihalauw, 2000:174) adalah hakekat dari
populasi yang tentangnya hasil penelitian berlaku. Satuan pengamatan adalah
sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam rangka
menggambarkan atau menjelaskan tentang satuan analisis (Ihalauw, 2000:178).
Berdasarkan pengertian ini, maka yang menjadi satuan analisis adalah jasa
rekreasi Cave Tubing Kalisuci. Satuan analisis ini juga berfungsi sebagai satuan
pengamatannya.
26
Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari obyeknya (Supramono dan Sugiarto, 1993:11). Data primer dalam
penelitian ini berupa gambaran umum dan data strategi pemasaran dari jasa
rekreasi cave tubing. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah tiga orang
pengelola inti Cave Tubing Kalisuci, tiga orang pemandu, dan lima orang
konsumen yang sudah melakukan pengarungan cave tubing Kalisuci pada hari
saat dilakukan wawancara.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) (Indriantoro, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
dokumen-dokumen pada jasa rekreasi cave tubing Kalisuci. Dokumen tersebut
antara lain : profil kalisuci, struktur organisasi dan beberapa publikasi jasa rekreasi
cave tubing kalisuci di internet.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
observasi yang didukung oleh wawancara dan dilengkapi oleh studi dokumenter.
Menurut Hadi (Sugiyono, 2008:145) observasi tersusun dari proses biologis dan
psikologis yang diantaranya adalah pengamatan dan ingatan. Dalam observasi ini
peneliti terlibat dengan kegiatan yang sedang diamati/yang sedang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Wawancara dilakukan kepada pengelola,
pemandu, dan konsumen yang sudah melakukan pengarungan cave tubing
Kalisuci. Wawancara dilakukan dengan wawancara semi terstruktur, yaitu peneliti
diberi kebebasan untuk mengatur rangkaian urutan pertanyaan yang akan
27
ditanyakan (Widjajanto, 2003). Untuk memperlancar proses wawancara dan
efisiensi waktu, maka penulis telah menyusun daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan. Keunggulan teknik ini bagi pewawancara adalah untuk mengurangi
atau menghindari pertanyaan yang bersifat peka untuk ditanyakan. Hasil
wawancara tersebut akan penulis analisis terlebih dahulu dengan menyesuaikan
teori-teori yang ada.
Teknik Analisis
Teknis analisis menunjukan cara pengolahan dan pembahasan data yang
diperoleh pada saat penelitian dan dimaksudkan untuk memperoleh suatu
gambaran yang jelas tentang objek penelitian.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif,
dimana tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara fakta dan
sistematis mengenai suatu situasi atas kejadian bidang tertentu supaya lebih
dipahami dan disimpulkan Hartono (2009).
Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik
triangulasi. teknik triangulasi merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data (Moeleong, 2005 : 178).
Adapun triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu :
a. Triangulasi data : Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip,
hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi metode : Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,
seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada
saat wawancara dilakukan.
Untuk membantu peneliti dalam melakukan pembahasan, digunakan analisis
isi. Analisis Isi (Content Analysis) diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan
28
dan menganalisis muatan dari sebuah “teks”. Teks dapat berupa kata-kata,makna
gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat
dikomunikasikan (Bell, 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Responden
Penelitian ini melibatkan 11 orang responden yang terdiri dari tiga orang
pengelola inti jasa rekreasi cave tubing Kalisuci bernama Pak Win, Pak Yanto
dan Mas Edy. Tiga orang pemandu jasa rekreasi cave tubing Kalisuci yaitu Tewel,
Japra dan Kirun. Serta lima konsumen yang sudah melakukan pengarungan cave
tubing di Kalisuci pada hari saat dilakukan wawancara. Konsumen yang menjadi
responden ini bernama Ayu, Dimas, Eregil, Son dan May. Untuk mengetahui data
responden secara ringkas, dapat dilihat pada lampiran I.
Hasil Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai
obyek penelitian. Pengamat mengamati dan mendokumentasikan kegiatan yang
dilakukan oleh pihak cave tubing Kalisuci. Mulai saat konsumen datang dan
melakukan pendaftaran di sekretariatan, menemani konsumen yang menunggu
giliran
pengarungan,
persiapan
pengarungan,
perjalanan
menuju
lokasi
pengarungan, pelaksanaan pengarungan, hingga selesai pengarungan dan kembali
kesekretariatan untuk melakukan pembersihan diri. Observasi ini didukung
dengan mewawancarai pengelola inti dan pemandu jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci serta konsumen yang telah melakukan pengarungan di Kalisuci.
Observasi dan wawancara dilakukan di sekretariat jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 14-15 Juni 2012. Untuk observasi
mengenai strategi pemasarannya, peneliti mendokumentasikan foto-foto promosi
yang disebarkan melalui internet baik yang di Facebook (FB), blog, maupun
twitter. Peneliti juga meminta contoh brosur yang ada. Untuk mengetahui hasil
dokumentasi yang telah diambil peneliti, dapat dilihat pada lampiran IV.
29
Gambaran Obyek Penelitian
Jasa rekreasi cave tubing Kalisuci terletak di Desa Pacarejo, Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunung Kidul. Kalisuci merupakan suatu daya tarik alam
yang sangat unik dan langka serta menantang untuk disusuri. Keunikan Sistem
Pergoaan Kalisuci yaitu terletak pada terhubungnya beberapa goa (Goa Suci, Goa
Glatikan, Goa Gelung, Goa Jomblang dan Goa Grubug) oleh aliran sungai bawah
permukaan.
Aliran sungai bawah tanah yang disusuri adalah sepanjang 750 m.
Kegiatan cave tubing di Kalisuci merupakan kegiatan pertama kali yang
dikembangkan di Indonesia atau ketiga didunia setelah di Selandia Baru dan
Meksiko. Sebagai gambaran potensi daya tarik wisata Sistem Pergoaan Karst
Kalisuci dapat dilihat berikut ini :
KALI
SUCI
GAMBARAN ALIRAN SUNGAI BAWAH
PERMUKAAN SISTEM PERGOAAN KARST
KALISUCI
LUWENG
GLATIKAN
N
GOA
SUCI
GOA
GELUNG
LUWENG
GRUBUG
LUWENG
JOMBLANG
TO BARON
BEACH
Gambar 1. Aliran sungai Kalisuci
Sumber : Pengelola jasa rekreasi cave tubing (2010)
Pengembangan daya tarik wisata Sistem Pergoaan Karst Kalisuci diawali
oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kalisuci yang didukung oleh Dinas
30
Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunung Kidul serta HIKESPI
(organisasi yang terkait dengan kegiatan speleologi) yang dipimpin oleh Ir.
Cahyoalkantana M.Sc.
Adapun aturan-aturan terkait dengan teknis pelaksanaan cave tubing antara lain
sebagai berikut :
1. Kegiatan wisata susur Goa Sistem Pergoaan Kalisuci dibuka setiap hari
Sabtu dan Minggu mulai jam 08.00 – 16.00.
2. Sebelum pelaksanaan kegiatan susur goa para wisatawan wajib
mendaftarkan diri ditempat pendaftaran atau reservasi (via telepon atau email bisa).
3. Kegiatan susur goa sistem pergoaan Kalisuci dilakukan secara
berkelompok, satu kelompok sebanyak 10 – 20 orang dengan
menggunakan ban dalam kendaraan besar dan setiap peserta harus
menggunakan peralatan susur goa yang sudah disediakan oleh pengelola
sesuai standar yang ada.
4. Untuk menjaga kenyamanan dalam menikmati kegiatan susur goa, maka
ada Interval waktu antara kelompok satu dengan kelompok yang lain
dengan kisaran 15 sampai 20 menit,
5. Sebelum pelaksanaan kegiatan susur goa wisatawan akan memberikan
informasi atau arahan terkait dengan etika penyelusuran goa serta potensi
lingkungan yang ada disekitar goa tersebut.
6. Rute kegiatan susur goa Sistem Pergoaan Karst Kalisuci mulai dari Goa
Suci sampai dengan Goa Gelung (Buriomah) dengan waktu tempuh 1,5 –
2 jam.
31
Hasil Wawancara
Wawancara bertujuan untuk menjawab masalah penelitian yang diteliti.
Yang menjadi responden dalam wawancara ini adalah pengelola inti, pemandu
dan konsumen jasa rekreasi cave tubing Kalisuci. Responden yang dipilih adalah
pengelola inti yang masih aktif dalam kepengurusan. Untuk pemandu adalah
pihak aktif menemani konsumen dalam pengarungan. Konsumen yang dipilih
sebagai partisipan adalah mereka yang sudah melakukan pengarungan cave tubing
Kalisuci pada hari saat dilakukan wawancara.
Content Analysis untuk Persoalan Penelitian Pertama dan Kedua
Berikut ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan berkenaan
dengan persoalan penelitian mengenai mengapa muncul jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci dan bagaimana strategi pemasarannya serta implementasi dari sisi jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci. Wawancara mengenai persoalan penelitian ini
dilakukan oleh responden dari pengelola inti dan pemandu jasa rekreasi cave
tubing. Tabel content analysis untuk persoalan penelitian pertama dan kedua
dapat dilihat pada lampiran III.
Alasan kemunculan jasa rekreasi cave tubing Kalisuci
Dari enam responden yang diwawancarai, diketahui bahwa alasan muncul
jasa rekreasi ini berawal dari seorang pecinta goa bernama Cahyo Alkantana yang
merasa bahwa di Kalisuci terdapat goa yang berpotensi untuk dilakukan kegiatan
cave tubing. Tahun 2009 Cahyo Alkantana memperkenalkan konsep cave tubing
kepada masyarakat. Dengan adanya jasa rekreasi ini diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan desa maupun memberdayakan masyarakat setempat.
Cave tubing Kalisuci diperkenalkan sebagai penyusuran goa horisontal
sepanjang 600 meter menggunakan peralatan seperti ban, pelampung, pelindung
lutut dan helm. Cave tubing Kalisuci merupakan wisata three in one karena
memiliki tiga konsep permainan. Pertama adalah caving, menyusuri aliran sungai
yang di dalamnya terdapat goa beserta keindahan ornamen goa. Setelah itu ada
32
rafting yaitu permainan jeram. Kegiatan terakhir setelah sampai finish adalah
tracking. Tahun 2009 - 2010 jasa ini dipegang oleh Cahyo Alkantana, mulai tahun
2010 hingga saat ini diserahkan oleh pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang
membentuk sebuah tim pengelola jasa rekreasi cave tubing Kalisuci. Tim
pengelola ini layaknya sebuah organisasi yang memiliki kepengurusan.
Kepengurusannya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa seksiseksi.
Strategi pemasaran jasa rekreasi cave tubing Kalisuci
Karena tergolong jasa rekreasi baru, maka pengelola tidak memiliki target
pasar. Jasa rekreasi ini terbuka untuk semua segmen karena pengelola ingin
memperkenalkan cave tubing Kalisuci kepada seluruh lapisan masyarakat.
Menurut pengelola, biasanya konsumen yang melakukan pengarungan tersaring
secara alamiah yaitu konsumen yang berani dengan kondisi ekstrem dan berjiwa
petualang. Karena tim pengelola tidak memiliki target pasar, sehingga promosi
disamakan tanpa ada pembeda.
Untuk memasarkan jasa yang ditawarkan,
pengelola telah melakukan beberapa promosi seperti pembagian brosur, pameranpameran, bantuan dari dinas pariwisata, dan jejaring sosial di internet seperti FB,
twitter dan blog. Walaupun promosi yang dilakukan hanya melalui brosur,
pameran-pameran, bantuan dari dinas pariwisata dan jejaring sosial di internet;
tetapi pihak cave tubing Kalisuci merasa bahwa promosi yang dilakukan sudah
efektif. Hal tersebut dibuktikan dengan pengunjung yang datang menikmati jasa
rekreasi ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Partisipan mengungkapkan bahwa setiap harinya wisata cave tubing
Kalisuci membatasi konsumen yang ingin melakukan pengarungan. Satu hari
pengelola hanya bisa menerima konsumen tidak lebih dari 100 orang. Alasan
mengapa hanya menerima 100 orang per hari adalah keterbatasan waktu dan
tenaga pemandu. Waktu efektif melakukan pengarungan yaitu mulai pukul 08.0016.00 sedangkan pengarungan setiap grupnya 2 jam, apabila terlalu banyak
permintaan pengarungan, waktu tidak akan cukup. Kedua, dari sisi pemandu.
33
Pemandu aktif hanya lima orang, apabila dipaksakan sering turun menemani
pengarungan maka akan berdampak pada fisik para pemandu. Berdasarkan alasan
tersebut, maka promosi yang dilakukan oleh pihak cave tubing Kalisuci memang
sengaja dibatasi agar konsumen yang datang untuk melakukan pengarungan tidak
melebihi target.
Awal terbentuknya jasa rekreasi ini yang ditawarkan tidak hanya cave
tubing Kalisuci. Sempat ditawarkan paket outbound, tetapi karena alat-alat
tersebut merupakan pinjaman sehingga diminta kembali, dan saat ini jasa yang
ditawarkan hanya cave tubing Kalisuci. Untuk kedepannnya dari pihak pengelola
merencanaan diadakan kembali paket outbound untuk mengatasi kondisi cuaca
yang tidak menentu serta meminimalisir penumpukan tamu-tamu.
Dalam menentukan harga ada komponen-komponen yang sudah
dipertimbangkan oleh pengelola. Konsumen jika ingin melakukan pengarungan
harus membayar biaya sebesar Rp 65.000, 00. Biaya tersebut sudah diplot
pembagiannya diantaranya untuk jasa pemandu, pengurus, kontribusi ke tiga
pedukuhan, asuransi, konsumsi dan biaya operasional. Dengan harga Rp
65.000,00 konsumen sudah dapat menikmati pengarungan dan berbagai fasilitas
fisik yang sudah disediakan jasa rekreasi ini. Fasilitas fisik ini berupa
Perlengkapan pengarungan seperti helm, pelampung, ban, dan pelindung tulang
kering. Sedangkan untuk di sekretariat fasilitas fisiknya berupa WC, tempat parkir
dan tempat sholat. Tapi sungguh disayangkan karena basecamp yang saat ini
ditempati masih menumpang di salah satu rumah warga. Pengelola masih
menunggu pemerintah untuk membangun basecamp tetap.
Di Kalisuci seluruh pengurus berperan dalam melakukan promosi, tetapi
ada salah seorang pengurus yang bertanggung jawab penuh atas promosi internet.
Untuk mengetahui apakah strategi pemasaran yang dilakukan sudah efektif atau
belum, pengelola mengadakan evaluasi setiap bulannya. Menurut pengelola,
promosi yang dilakukan sampai saat ini sudah efektif. Hal tersebut dilihat dari
jumlah wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat pengunjung
34
sepi tidak ada strategi untuk menarik konsumen. Mereka menggunakan
kesempatan ini untuk bisa beristirahat. Bagi konsumen yang ingin menikmati jasa
rekreasi ini dapat menghubungi contact peson yang telah tersedia untuk
mengetahui kondisi cuaca dilokasi maupun keberadaan jasa rekreasi ini. Terkait
akses sudah pernah dibuat penunjuk arah tetapi rusak.
Content Analysis untuk Persoalan Penelitian Ketiga
Berikut ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk
menjawab persoalan penelitian mengenai implementasi strategi pemasaran jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci dari sisi konsumen. Responden dalam wawancara
ini adalah konsumen yang sudah melakukan pengarungan cave tubing Kalisuci
pada hari saat dilakukan wawancara. Tabel content analysis untuk persoalan
penelitian ketiga dapat dilihat pada lampiran III.
Terkait implementasi strategi pemasaran, dari sisi konsumen justru menilai
bahwa pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dipandang masih kurang
efektif. Hal tersebut terlihat dari rata-rata responden yang mengetahui informasi
awal adanya jasa rekreasi cave tubing Kalisuci justru dari teman-temannya.
Konsumen juga menyatakan bahwa belum pernah melihat iklan tentang cave
tubing Kalisuci sebelum mendapat informasi dari teman. Setelah mendapatkan
informasi cave tubing dari teman, konsumen baru berinisiatif untuk mencari
informasi di internet. Hal tersebut menandakan bahwa fungsi promosi di internet
lebih sebagai penyedia informasi lanjutan tentang jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci. Di lain sisi, hal tersebut mengoatkan pernyataan responden pihak
pengelola, bahwa strategi pemasaran mulut ke mulut merupakan salah satu
strategi pemasaran yang efektif.
Responden mengetahui cave tubing Kalisuci hanya sebatas pengarungan
sungai melewati goa. Menurut konsumen, jasa rekreasi cave tubing Kalisuci ini
menarik. Hal tersebut yang mendasari konsumen untuk akhirnya mencoba jasa
rekreasi ini. Responden memberi masukan terkait promosi jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci kedepan antara lain dengan menyiarkannya di TV dan radio lokal
35
serta iklan-iklan di daerah perkotaan. Selain itu, pengelola diharapkan lebih
menjadikan anak muda sebagai sasaran target promosi jasa rekreasi ini. Fungsi
internet sebagai sarana informasi cukup berperan bagi calon konsumen untuk
mengetahui gambaran cave tubing Kalisuci di lapangan. Hal tersebut dibuktikan
dengan pernyataan rata-rata responden bahwa informasi yang ditawarkan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
Mengenai harga responden tidak merasa keberatan, mereka beranggapan
bahwa harga tersebut sesuai dengan fasilitas dan jasa yang dinikmati. Meskipun
demikian yang masih menjadi keluhan terkait fasilitas fisik adalah peralatan
pengarungan yang masih kurang dan saran MCK yang sangat terbatas (hanya ada
tiga). Terlepas dari itu semua, rata-rata responden mengaku tertarik untuk
mencoba kembali jasa rekreasi cavetubing di kemudian hari.
Pembahasan
Pada bagian ini dilakukan pembahasan atas hasil pengumpulan data
dihubungkan dengan teori yang terkait dengan masalah penelitian. Adapun
pembahasan berguna untuk menjawab masalah penelitian, yaitu alasan yang
mendasari kemunculan jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, strategi pemasaran jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci serta implementasinya.
Alasan Yang Mendasari Kemunculan Jasa Rekreasi Cave tubing Kalisuci:
Persoalan Penelitian Pertama
Menurut Undang- Undang No. 9/1990 tentang Kepariwisataan pada BAB I
pasal 1 salah satu definisi pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usahausaha yang terkait di bidang tersebut. Dari wawancara yang telah dilakukan
kepada pengelola dan pemandu jasa rekreasi cave tubing, diketahui bahwa alasan
kemunculan jasa rekreasi cave tubing Kalisuci adalah karena Kalisuci memiliki
daya tarik wisata berupa sistem pergoaan yang dilalui sungai. Cave tubing
Kalisuci memiliki keunikan yaitu terdapat tiga konsep permainan berupa rafting,
caving, dan tracking. Daya tarik wisata ini juga sulit untuk dijumpai di tempat36
tempat lain. Responden C mengatakan kegiatan wisata yang dilakukan di
Kalisuci dalam hal ini Cave tubing merupakan suatu kegiatan yang pertama kali
dilakukan di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Menurut Agustinus Sri Wahyudi (1996:61) mendefinisikan keunggulan bersaing,
adalah :
“Sesuatu yang memungkinkan sebuah perusahaan memperoleh keuntungan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata keuntungan yang diperoleh pesaing
dalam industri. Semakin kuat keunggulan yang dimiliki akan semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh perusahaan dan begitu pula sebaliknya.”
Dengan menawarkan tiga konsep permainan, dimana tidak ada jasa rekreasi
lain yang menggabungkan permainan tersebut maka dapat dikatakan bahwa jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci memiliki keunggulan bersaing dibandingkan para
pesaing jasa rekreasi lainnya. Dengan konsep berbeda dan baru pertama kalinya
ada di indonesia menjadikan para konsumen merasa tertarik untuk mencoba jasa
rekreasi ini. Responden A mengatakan :
“Setelah muncul jasa ini, jasa rekreasi yang berada didekatnya seperti goa
jomlang mengalami penurunan jumlah wisatawan, sebagian besar konsumen yang
datang ke wonosari malah penasaran dengan jasa rekreasi kami.”
Hal ini membuktikan bahwa wisatawan tertarik untuk mengetahui dan
akhirnya memilih menikmati jasa rekreasi cave tubing Kalisuci dibanding jasa
rekreasi lainnya. Hal tersebut dialami oleh salah satu responden, yaitu responden
H. Responden H awalnya berencana pergi ke goa Jomlang, tetapi sesampainya
dilokasi Responden H akhirnya lebih tertarik untuk menikmati jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci setelah diberitahu warga setempat tentang keunikan Kalisuci.
Menurut Kotler dan Keller (2007), pemasaran berhubungan dengan
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat secara
menguntungkan. Hal ini terjadi juga dengan jasa rekreasi cave tubing Kalisuci.
Selain memiliki daya tarik wisata, alasan munculnya jasa rekreasi ini juga untuk
meningkatkan pendapatan desa serta memberdayakan masyarakat setempat. Ini
terlihat dari Responden D,E,F yang berasal dari warga setempat dan bekerja
sebagai pemandu jasa rekreasi cave tubing Kalisuci.
37
Strategi Pemasaran Jasa Rekreasi Cave tubing Kalisuci: Persoalan Penelitian
Kedua
Hakikat dari strategi pemasaran adalah segmentasi, target dan penentuan
posisi (Segmentation, Targeting, Positioning-STP) yaitu melakukan segmentasi
pasar, menyeleksi sasaran pasar yang tepat, dan mengembangkan penentuan
posisi nilai dari tawaran (Kotler & Keller 2007). Tetapi pada jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci tidak memberlakukan STP. Karena masih tergolong jasa rekreasi
baru, maka pengelola belum memilah-milah segmen mana yang dijadikan
prioritas. Hingga saat ini target pasar jasa rekreasi cave tubing Kalisuci adalah
semua segmen.
Responden D mengungkapkan :
“kalau Kalisuci ngasih promo besar-besaran, promo itu jadi bom, kita belum
siap terima tamu banyak. Soalnya satu hari terima tamu Cuma 100 orang.”
Dari jawaban tersebut, diketahui bahwa pihak pengelola memang sengaja
untuk tidak melakukan promosi secara besar-besaran. Segala promosi yang
dilakukan memang dibatasi penyebarannya. Dalam satu hari pengelola hanya
berani menerima konsumen tidak lebih dari 100 orang. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Responden B, E dan F yang mengatakan hal sama bahwa jasa
rekreasi ini per harinya tidak boleh menerima tamu yang ingin melakukan
pengarungan lebih dari 100 orang.
Walau pihak pengelola tidak menggunakan STP dan promosi yang
disebarkan terbatas, tetapi pengelola mengungkapkan bahwa promosi yang
dilakukan sudah efektif. Ini terbukti dari jumlah wisatawan yang datang setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Tidak hanya mengalami peningkatan, tetapi
pihak cave tubing Kalisuci sering menolak konsumen yang ingin melakukan
pengarungan karena pada hari itu konsumen yang melakukan pengarungan sudah
mencapai 100. Karena jasa rekreasi ini memiliki batas maksimal pengarungan,
maka strategi pemasaran yang dilakukan sederhana tetapi tetap memberikan
informasi lengkap seputar cave tubing Kalisuci, hal ini seperti disampaikan oleh
38
Rangkuti (2002) mengenai Strategi pemasaran harus bersifat distinctive (artinya
bersifat unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik).
Dengan menawarkan tiga konsep permainan yaitu caving, rafting, dan
tracking; jasa rekreasi ini telah melakukan strategi diferensiasi produk. Menurut
Kotler dan Susanto (2001) diferensiasi adalah cara merancang perbedaan yang
berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaingnya.
Konsep yang ditawarkan Kalisuci baru pertama kalinya ada di Indonesia bahkan
di Asia tenggara, tentunya ini merupakan keunggulan bagi jasa rekreasi cave
tubing dibandingkan dengan jasa rekreasi lainnya. Dengan konsep baru yang
belum pernah ditawarkan di jasa rekreasi lain, menjadikan jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci kebanjiran konsumen. Walau pihak pengelola tidak pernah
mengeluarkan promosi secara besar-besaran, tetapi karena jasa ini memiliki
keunikan dibanding jasa rekreasi lainnya sehingga banyak orang yang
memperbincangkan cave tubing Kalisuci dan kemudian tertarik untuk
menikmatinya.
Jika produk fisiknya tidak mudah didiferensiasikan, kunci sukses lainnya
terletak pada peningkatan kualitas pelayanan oleh personil (Kotler dan Susanto,
2001). Selain melakukan differensiasi roduk, pihak cave tubing juga melakukan
differensiasi personil. Ini terbukti dari pengelola maupun pemandu cave tubing
merupakan warga sekitar Kalisuci, sehingga mereka benar-benar mengetahui
bagaimana gambaran wisata Kalisuci. Tentunya ini menjadi nilai lebih tersendiri
bagi jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, karena saat pengarungan konsumen akan
dijelaskan mengenai goa yang ada di Kalisuci dan pastinya pengelola maupun
pemandu dapat memberikan informasi yang terpercaya. Saat melakukan
pengarungan pemandu dituntut komunikatif, sehingga suasana menjadi menarik
dan tidak membosankan.
Hardiyanto (2010) mengungkapkan bahwa tidak hanya berhenti di titik
memperkenalkan saja, tetapi pengelola harus mencari cara bagaimana usahanya
dapat terus berkembang disaat jasa-jasa rekreasi bermunculan. Untuk itu, jasa
39
rekreasi cave tubing Kalisuci harus mempunyai strategi-strategi pemasaran yang
dapat menarik konsumen dan terus diminati konsumen, walau jasa rekreasi
lainnya bermunculan ataupun saat jasa rekreasi yang sudah ada melakukan
inovasi. Salah satu unsur kunci dalam strategi pemasaran adalah bauran
pemasaran. Berikut ini terkait dengan tujuh bauran pemasaran jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci:
Produk
Jasa rekreasi ini hanya menawarkan jasa cave tubing. Menurut Kotler
(2005), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Karena wisata cave tubing
tergantung sekali dengan cuaca, sehingga pengelola harus mensiasati bagaimana
menawarkan jasa lain saat cave tubing Kalisuci tidak bisa beroperasi. Seperti yang
diungkapkan Responden C :
“kedepan jasa lain yang akan ditawarkan adalah paket outbound.”
Dari jawaban tersebut pengelola mempunyai rencana kedepan untuk
membentuk jasa baru yang disediakan untuk mengantisipasi konsumen yang telah
datang tetapi tidak bisa melakukan pengarungan, maupun untuk mengisi waktu
disaat konsumen menunggu giliran pengarungan. Rencana kedepan yang akan
dilakukan
pengelola
mengenai
penambahan
jasa,
sesuai
dengan
yang
diungkapakan Darmana (2009) bahwa untuk dapat bersaing dalam industri
pariwisata, suatu usaha yang tergolong baru harus dapat mengembangkan dan
memasarkan jasa yang ditawarkan agar konsumen mengetahui jasa yang
diinginkan maupun yang dibutuhkan telah tersedia dan berbeda dari pesaingnya.
40
Harga
Menurut Kotler (2005) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk
suatu produk atau jasa. Jasa rekreasi cave tubing Kalisuci menetapkan harga Rp
65.000,00 untuk sekali pengarungan. Dengan harga Rp 65.000,00 konsumen
diharapkan dapat mendapatkan kenyamanan dan kepuasan saat pengarungan
maupun saat disekretariatan.
Penelitian pendahulu tentang strategi pemasaran dalam persaingan bisnis
(Lubis, 2004) mengatakan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan oleh suatu
perusahaan harus disesuaikan tidak hanya pada sasaran konsumen semata, tetapi
juga pada para pesaing yang mengincar pasar sasaran konsumen yang sama.
Strategi ini juga diterapkan oleh jasa rekreasi cave tubing Kalisuci. Wisata cave
tubing di pindul menawarkan pengarungan tanpa jeram melewati 1 goa dengan
harga Rp 30.000,00 per orang, sedangkan wisata rafting yang hanya melakukan
pengarungan jeram ditawarkan per orang dengan harga Rp 125.000,00. Dengan
Rp 65.000,00 per orang, di Kalisuci konsumen sudah bisa menikmati wisata
rafting, caving, dan tracking. Tentunya harga yang ditawarkan oleh pihak
pengelola Kalisuci relatif murah jika dibandingkan dengan jasa rekreasi lain yang
hampir sejenis seperti cave tubing di pindul maupun rafting. Apabila terdapat
beberapa jasa rekreasi yang hampir sejenis, konsumen akan cenderung lebih
memilih menikmati jasa rekreasi yang tarifnya lebih terjangkau. Ini tentunya
menjadi keungulan bersaing tersendiri bagi cave tubing Kalisuci. Pernyataan
mengenai harga diungkapkan beberapa responden sebagai berikut :
Responden I
: “sudah terjangkau”
Responden J
: “harga terjangkau”
Responden K
: “sangat terjangkau”
Dari kutipan pernyataan Responden I, J, dan K dapat disimpulkan bahwa tarif
yang ditawarkan oleh pihak pengelola jasa rekreasi cave tubing Kalisuci
terjangkau. Dengan harga lebih terjangkau dari pada jasa rekreasi lain, banyak
konsumen lebih memilih untuk menikmati jasa rekreasi cave tubing.
41
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada pengelola dan
pemandu jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, Penetapan harga yang diberikan
mengikuti pendekatan Cost based pricing. Pendekatan Cost based pricing yaitu
menentukan harga berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu
barang kemudian ditambah dengan profit yang diinginkan perusahaan.
Komponen-komponen yang dipertimbangkan dalam penentuan harga cave tubing
Kalisuci adalah jasa pemandu, jasa pengurus, kontribusi tiga dusun, bayar listrik,
konsumsi, bayar air, jasa angkutan, administrasi, PPPK dan kas kelompok.
Saluran Distribusi
Kotler (2005) menyatakan bahwa saluran pemasaran adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan
suatu produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Sebagai sebuah jasa
rekreasi yang independen, pengelola cave tubing Kalisuci merupakan organisasi
inti yang memegang seluruh peranan distribusi jasa rekreasi cave tubing. Hal
tersebut dapat diketahui dari promosi yang sebagian besar dikerjakan sendiri tanpa
melalui pihak ketiga secara formal, kemudian dari proses administrasi hingga ke
teknis di lapangan, semuanya dlakukan secara mandiri oleh pokdarwis. Kondisi
tersebut menegaskan bahwa jasa rekreasi cave tubing Kalisuci termasuk dalam
kategori jasa dengan saluran distribusi langsung, yaitu saluran distribusi dimana
produk dari produsen langsung ke tangan konsumen tanpa melalui perantara atau
penyalur.
Dalam melakukan promosi, tidak ada 1 orang yang fokus pada pemasaran,
semuanya ikut terlibat. Cara tersebut hampir sama dengan teori yang diungkapkan
kotler (1995) bahwa kontribusi paling berharga yang dapat dilakukan oleh bagian
pemasaran
adalah
menggerakan
semua
orang
dalam
organisasi
untuk
mempraktekan pemasaran. Walau tidak memiliki bagian pemasaran secara
langsung, tetapi pengelola dapat menggerakan seluruh orang di kepengurusannya
untuk melakukan promosi.
42
Dikaitkan dengan targeting konsumen yang terbatas dan harga yang
ditetapkan, saluran distribusi langsung yang dipakai oleh pihak pengelola
merupakan keputusan yang efektif dan efisien. Efektif karena dengan targeting
konsumen yang tidak boleh lebih dari 100 orang perhari, pengelola tidak merasa
perlu untuk bekerjasama dengan pihak ketiga yang menambah panjang rantai
distribusi. Efisien karena dengan saluran distribusi langsung, tidak perlu
menambah biaya distribusi yang pada akhirnya harga yang ditawarkan pada
konsumen menjadi lebih kompetitif.
Promosi
Menurut Kotler (2005) promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan
mengingatkan para pelanggan dan konsumen untuk membeli produk tersebut.
Kunci dari promosi menurut Kotler adalah faktor komunikasi dengan calon
konsumen. Promosi yang telah dilakukan oleh pengelola cave tubing Kalisuci dari
lounching pertama kali hingga saat ini menunjukkan trend yang berkembang.
Mulai dari pembagian brosur, mengikuti pameran-pameran hingga promosi
melalui media internet seperti blog, twitter dan FB. Berbagai media promosi
tersebut dilakukan pihak pengelola untuk menjalin komunikasi dengan calon
konsumen maupun dengan pelanggan. Berikut ini merupakan beberapa contoh
promosi di internet yang dikeluarkan oleh pihak pengelola :
Gambar 2. Promosi cave tubing di Facebook
Sumber : [email protected] (2012)
43
Gambar 3. Promosi cave tubing di blog
Sumber : www.kalisucicavetubing.blogspot.com (2012)
Gambar 4. Promosi cave tubing di twitter
Sumber : @KALISUCICAVETUB (2012)
44
Gambar 4. Promosi cave tubing di google
Sumber : www.yogyes.com (2012)
Dari wawancara dengan pihak pengelola diketahui bahwa internet
merupakan media promosi yang sejauh ini paling efektif. Namun jika di
konfirmasi dengan pernyataan konsumen, justru promosi jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci yang paling efektif adalah promosi dari mulut ke mulut yang berasal dari
kelompok acuan. Peran media internet lebih kepada penyedia informasi lanjutan
mengenai jasa rekreasi cave tubing Kalisuci setelah calon konsumen tahu pertama
kali dari cerita teman atau orang lain. Namun bila dilihat dari segi menjalin
komunikasi dengan konsumen (konsumen dalam hal ini adalah konsumen yang
sudah pernah minimal sekali mencoba jasa rekreasi cave tubing Kalisuci), media
internet tergolong media yang efektif untuk menjalankan promosi, karena rata-rata
konsumen setelah mencoba jasa rekreasi cave tubing Kalisuci akan tergabung
dalam akun-akun FB, twitter, dan blog yang dibuat oleh pihak pengelola. Hal
tersebut membuat konsumen selalu mendapatkan informasi up to date dari pihak
pengelola dan memancing konsumen untuk kembali mencoba jasa rekreasi cave
tubing Kalisuci.
Kesimpulannya adalah, media internet seperti FB, twitter, dan blog
sebagai sarana promosi merupakan media yang efektif untuk menjalin komunikasi
45
bagi para konsumen. Sedangkan promosi mouth to mouth merupakan sarana
promosi yang paling efektif untuk memperkenalkan jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci kepada calon konsumen. Dengan demikian kunci dari promosi jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci terletak dari bagaimana pihak pengelola mampu
memberikan image yang baik kepada konsumen, karena konsumenlah yang akan
mempromosikan dengan sendirinya jasa rekreasi cave tubing Kalisuci kepada
calon konsumen sekaligus sebagai konsumen yang potensial untuk mencoba
kembali.
Rangkuti (2002) mengatakan salah satu tujuan pemasaran adalah
menjelaskan secara detail mengenai produk kepada konsumen. Responden G dan
I mengungkapkan promosi yang dikeluarkan pihak cave tubing Kalisuci sudah
menjelasakan secara detail mengenai bagaimana produk yang ditawarkan. Hal
tersebut membuktikan bahwa pihak cave tubing telah berhasil melakukan salah
satu tujuan pemasaran.
Orang
Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi yang berorientasi profit,
sumber daya manusia (SDM) memegang peranan penting dalam penyampaian
produk ke konsumen. Pengetahuan tentang produk merupakan hal yang wajib
dimiliki oleh SDM yang terlibat dalam organisasi tersebut (Kotler, 2005). Pada
jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, faktor SDM merupakan faktor penting dalam
upaya promosi dan memberikan service yang baik kepada konsumen. Setiap
orang baik dari pengurus inti hingga ke pemandu wajib mengetahui tentang “apa”
dan “bagaimana” itu jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, hal tersebut dikarenakan
pengurus ataupun pemandu akan berhadapan dengan calon konsumen setiap
harinya. Terlebih lagi pemandu sebagai front liner dari jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci yang bertugas untuk memandu konsumen selama pengarungan
diwajibkan memiliki pengetahuan tambahan tentang goa dan medan yang akan
ditempuh serta skill dalam berkomunikasi dengan konsumen.
46
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa pelanggan merupakan
faktor kunci dari promosi jasa rekreasi cave tubing Kalisuci, maka penyampaian
informasi yang baik serta komunikasi yang atraktif, merupakan syarat mutlak
untuk membentuk image yang baik di mata konsumen.
Bukti Fisik
Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai ketika
kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan konsumen.
Sebaliknya, bila kualitas tidak memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan
kebutuhan konsumen maka kepuasan tidak tercapai. Konsumen yang tidak puas
terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mencari perusahaan lain yang
mampu menyediakan kebutuhannya. Untuk dapat memuaskan konsumen, jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci menyediakan kelengkapan bagi konsumen baik saat
pengarungan maupun disekretariatan. Untuk pengarungan disediakan jasa rekreasi
ban, pelampung, helm, dan pelindung tulang kering. Sedangkan disekretariat
terdapat kamar mandi, ruang ganti, ruang tunggu, tempat parkir dan tempat sholat.
Fasilitas fisik tersebut disediakan dalam upaya pihak pengelola memberikan rasa
nyaman dan aman kepada konsumen saat menunggu pengarungan, melakukan
pengarungan, maupun selesai pengarungan. Hal tersebut sama seperti yang
diungkapkan kotler (2005) bahwa bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa
yang diharapkan pelanggan sehingga dapat meningkatkan kenyamanan.
Responden D mengungkapkan :
“untuk kedepannya demi kenyamanan konsumen akan ditambah kamar mandi dan
alat-alat pengarungan.”
Pernyataan yang diungkapkan Responden D diatas, senada dengan pernyataan
Responden F, G, I dan J sebagai berikut :
Responden F
: “yang perlu diperbaiki kedepannya adalah fasilitas kamar
mandi, karena hanya 3 sangat kurang. Banyak konsumen yang
mengantri untuk mandi”.
Responden G
: “kurangnya tidak ada sepatu khusus untuk pengarungan”.
47
Responden I
: “kurang lengkap untuk peralatannya. seperti pelindung lutut,
tadi ada beberapa yang kurang layak”.
Responden J
: “untuk WC masih kurang bersih dan jumlahnya masih sedikit”.
Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal
yang harus diperbaiki oleh pihak pengelola cave tubing Kalisuci seperti fasilitas
kamar mandi yang hanya berjumlah tiga buah, sehingga banyak konsumen yang
mengantri untuk mandi. Selain itu juga minimnya peralatan dan ada beberapa
peralatan yang sudah tidak layak pakai harus diperbaiki. Perbaikan peralatan
maupun fasilitas penunjang lainnya dilakukan untuk meningkatkan kepuasan dan
kenyamanan konsumen.
Proses
Pihak pengelola memberikan kemudahan pemesanan bagi konsumen yang
ingin menikmati jasa rekreasi cave tubing Kalisuci melalui contact person yang
dicantumkan pada promosi yang dibuat. Dengan contact person tersebut,
diharapkan konsumen mampu menghubungi pihak pengelola terlebih dahulu
untuk menanyakan kesanggupan pengarungan pada hari itu, maupun terkait
dengan lokasi cave tubing Kalisuci. Perjalanan menuju lokasi cave tubing
Kalisuci tidak mudah, karena lokasinya jauh dari perkotaan dan masuk ke desadesa. Bagi para konsumen yang tidak mengetahui secara jelas arah-arah menuju
lokasi cave tubing Kalisuci, dapat langsung menghubungi contact person yang
tersedia. Responden D mengatakan :
“temen-temen yang gak tau alamatnya emang kita suruh telepon ke adminnya,
nanti setelah dikota dijemput pengelola disini.”
Dari hasil jawaban responden dapat dikatakan bahwa pihak pengelola
telah melakukan kegiatan kerja yang berhubungan dengan pelayanan yang
diberikan kepada konsumen, perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya (Umar,
2003).
48
Implementasi Strategi Pemasaran Jasa Rekreasi Cave tubing Kalisuci:
Persoalan Penelitian 3
Dalam menganalisis implementasi pemasaran yang telah dilakukan oleh
pihak pengelola cave tubing Kalisuci, digunakan analisis AIDA. AIDA bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana efektifitas strategi pemasaran yang telah
dilakukan. Dari hasil wawancara dengan lima konsumen, mereka menilai bahwa
pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola dipandang masih kurang efektif.
Hal tersebut terlihat dari rata-rata responden yang justru mengetahui cave tubing
Kalisuci dari kelompok acuan.
Menurut Schiffman & Kanuk 1994 terdapat beberapa kelompok acuan
yang terkait dengan konsumen yaitu keluarga, kelompok pertemanan, kelompok
sosial formal, kelompok belanja, kelompok penggiat konsumen dan kelompok
kerja. Kelompok acuan yang dominan dari jawaban konsumen adalah kelompok
pertemanan. Ini terlihat dari jawaban responden H,I dan J :
“saya tau dari teman.”
Menurut Word of Mouth Marketing Association (WOMMA), word of mouth
merupakan
usaha
pemasaran
yang
memicu
konsumen
untuk membicarakan,
mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk atau merek kepada
pelanggan serta calon konsumen lain. Dapat dikatakan bahwa strategi WOM
merupakan strategi yang berhasil dilakukan oleh jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci, karena sebagian besar Responden yang diwawancarai mengetahui jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci bukan dari promosi yang dikeluarkan pihak
pengelola melainkan dari teman-teman Responden yang sudah pernah menikmati
jasa rekreasi cave tubing dan merekomendasikannya kepada Responden.
Menurut Kotler (2005) Iklan harus menarik perhatian khalayak
sasarannya, baik pembaca, pendengar atau pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan
bantuan antara lain berupa gambar atau tulisan yang mencolok, lagu-lagu yang
menarik, serta kata-kata yang mengandung janji, jaminan, keistimewaan dan lainlain. Saat ditanya mengenai pendapat mereka tentang iklan cave tubing Kalisuci,
49
sebagian Responden tidak bisa menjawabnya. Responden mengaku tidak pernah
melihat iklan tentang cave tubing Kalisuci baik melalui media cetak maupun
elektronik. Responden hanya tahu dari orang-orang yang ada disekitarnya. Dari
hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi melalui iklan
di media cetak maupun elektronik yang dilakukan oleh pihak pengelola cave
tubing belum bisa dikatakan efektif. Sebagian besar konsumen justru pertama kali
tahu tentang cave tubing di Kalisuci melalui promosi word of mouth yang berasal
dari kelompok acuan. Iklan di media cetak maupun elektronik lebih berfungsi
sebagai sumber informasi lanjutan setelah konsumen mendengar wisata cave
tubing Kalisuci dari teman atau orang lain.
Kotler (2005) mengatakan Sebuah iklan juga harus menimbulkan minat
(Interest), menimbulkan keinginan (Desire), dan membuat tindakan (Action).
Responden I mengatakan :
“ingin mencoba cave tubing karna menarik, lebik ekstim, pengarungannya lebih
lama.”
Selain responden I, responden J mengungkapkan hal hampir serupa:
“ kata teman lebih menarik Kalisuci dari pada pindul.”
Sesuai dengan definisi Kotler diatas, walaupun sebagian besar konsumen
hanya mendengar promosi dari teman, tetapi tidak menyusutkan keinginan
Responden untuk mencoba. Konsumen mengaku sangat tertarik dan penasaran
dengan jasa rekreasi cave tubing Kalisuci setelah mendengar cerita-cerita dari
temannya.
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan
(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005).
Responden G, H, I, J dan K menyatakan puas dengan jasa rekreasi ini, baik dari
sisi pengarungannya maupun disekretariatannya. Walaupun ada sedikit hal yang
harus dibenahi, responden mengaku ingin kembali lagi menikmati jasa rekreasi
cave tubing ini. Berdasarkan jawaban konsumen tersebut dapat disimpulkan
bahwa jasa rekreasi cave tubing Kalisuci telah berhasil memberikan pelayanan
yang baik kepada konsumen.
50
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Jasa rekreasi yang dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) ini
muncul karena Kalisuci memiliki daya tarik wisata berupa sistem pergoaan yang
dilalui sungai. Hanya dengan menggunakan ban, pelampung, helm dan pelindung
tulang kering kita sudah bisa menikmati kegiatan ini. Indonesia mempunyai 2 jasa
rekreasi cave tubing yaitu di pindul dan kalisuci. Tetapi cave tubing kalisuci lebih
memiliki keunggulan dibanding cave tubing pindul karena cave tubing kalisuci
menawarkan 3 konsep permainan yaitu rafting, caving, dan tracking. Dengan
konsep yang dimiliki Cave tubing Kalisuci, menjadikan keunggulan bersaing
tersendiri bagi jasa rekreasi Cave tubing Kalisuci.
Karena
masih
memberlakukan STP,
tergolong
jasa
rekreasi
baru,
pengelola
belum
pengelola masih ingin memeperkenalkan cave tubing
Kalisuci kepada seluruh lapisan masyarakat. Dalam melakukan promosi,
pengelola memang sengaja membatasi iklan yang dikeluarkan. Hal tersebut
dilakukan karena pengelola membatasi pengarungan setiap harinya tidak lebih
dari 100 orang. Berdasarkan latar belakang tersebut, akhirnya pengelola tidak
gencar dalam melakukan promosi. Promosi yang dibuat sederhana hanya sebatas
melalui brosur, FB, twwiter, dan blog. Walaupun hanya sebatas promosi
sederhana, tetapi setiap tahunnya wisatawan cave tubing Kalisuci meningkat.
Sebagian besar dari wisatawan merasa tertarik dengan tiga konsep permainan
yang ditawarkan jasa rekreasi ini.
Saat ini, Kalisuci hanya menawarkan jasa pengarungan cave tubing. Untuk
mensiasati konsumen yang telah datang tapi tidak bisa melakukan pengarungan
ataupun disaat konsumen menunggu pengarungan, pengelola berencana
meluncurkan jasa lain yaitu outbound.
Agar konsumen merasa aman dan nyaman, pengelola memberikan
perlengkapan safety prosedur saat pengarungan maupun fasilitas pendukung
51
lainnya di sekretariatan. Pengelola juga menyediakan contact person bagi
konsumen yang ingin memastikan apakah konsumen bisa melakukan pengarungan
pada hari itu, ataupun hanya untuk sebatas mengetahui lokasi jasa rekreasi ini.
Bagi yang tidak mengetahu lokasi jasa rekreasi cave tubing, pengelola akan
menjemputnya di kota Wonosari.
Ini merupakan salah satu cara bagaimana
pengelola memberikan rasa puas kepada pelanggan.
Terkait dengan strategi pemasaran yang telah dilakukan jasa rekreasi ini,
pengelola mengungkapkan bahwa promosi yang dilakukan sudah efektif. Ini
terlihat dari jumlah wisatawan yang datang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bahkan seringkali pengelola menolak konsumen yang ingin melakukan
pengarungan , karena dalam satu hari itu konsumen yang melakukan pengarungan
sudah mencapai 100 orang.
Efektif bagi pengelola, Tapi belum bagi konsumen. Konsumen merasa
bahwa strategi pemasaran yang dilakukan belum efektif. Sebagian besar
konsumen mengaku bahwa mereka tidak pernah melihat langsung promosi yang
dikeluarkan oleh jasa ini. Konsumen hanya tahu dari teman-temannya. Walaupun
tidak pernah melihat iklan cave tubing Kalisuci, tetapi tidak menyurutkan
keinginan konsumen untuk mencoba. Ketertarikan akan konsep yang ditawarkan
menjadi salah satu pemicu besar dalam pengambilan keputusan konsumen untuk
akhirnya mencoba.
KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1.
Karena masih tergolong jasa rekreasi baru, sehingga ada data yang diminta
tidak tersedia. Data yang tidak tersedia adalah jumlah wisatawan yang
menikmati jasa rekreasi cave tubing Kalisuci dari tahun ke tahun.
2.
Dalam menjawab permasalahan mengenai strategi pemasaran, peneliti tidak
bisa menggali lebih dalam mengenai strategi STP. Hal ini dikarenakan jasa
rekreasi cave tubing Kalisuci tidak memiliki target pasar, sehingga pembahasan
yang disajikan sangat singkat.
52
SARAN DAN AGENDA PENELITIAN MENDATANG
Berikut ini beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak jasa rekreasi
cave tubing Kalisuci berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat :
1.
Supaya tidak terlalu banyak menolak konsumen, pengelola sebaiknya
menambah jumlah pemandu agar dalam 1 hari mereka bisa menerima
konsumen lebih dari 100 orang.
2.
Pengelola mencoba menggunakan STP, agar konsumen terseleksi dengan
baik tanpa harus ada pembatasan promosi.
3.
Melakukan strategi promosi lain seperti siaran radio, TV lokal, ataupun
langsung terjun kelapangan. Hal tersebut dilakukan agar promosi yang
dibuat tidak sia-sia. Karena selama ini promosi yang dikeluarkan malah
tidak banyak dilihat konsumen, konsumen mengetahui cave tubing dari
kelompok acuan.
4.
Ada bagian tersendiri dari pengelola yang mendata wisatawan datang, ini
dapat berfungsi untuk evaluasi pihak kalisuci nantinya.
5.
Sebaiknya pengelola mendahulukan kelengkapan pengarungan dari pada
fasilitas fisik disekretariatan, karena kelengkapan pengarungan berkaitan
dengan kenyamanan, dan keamanan konsumen.
Dalam penelitian yang akan datang diharapkan peneliti yang lain dapat
menambahkan metode wawancara mendalam (indepth interview) dan kelompok
diskusi terfokus (focus group discussion), sehingga data-data yang diperoleh bisa
lebih terperinci. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dari penelitian ini
khususnya dari sisi objek jasa rekreasi cave tubing Kalisuci adalah dari segi
pengelolaannya, mengingat jasa rekreasi tersebut baru berdiri dan terus
berkembang dipastikan membutuhkan manajerial yang semakin profesional pula.
Selain itu, dari sisi konsumen dapat diteliti mengenai apa yang menjadi
prioritas keinginan dan kebutuhan dari konsumen pada jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci, sehingga dapat memberikan kontribusi berarti untuk pengembangan
kedepan.
Penelitian
lainnya
yang
disarankan
adalah
terkait
persoalan
kesejahteraan masyarakat sekitar dilihat dari sudut pandang manajemen
53
operasional. Keunikan dari pengelolaan jasa rekreasi ini adalah karena masyarakat
sekitar yang menjadi tulang punggung berdirinya jasa rekreasi cave tubing
Kalisuci, sehingga secara otomatis kesejahteraan masyarakat sekitar sebagai
partisipan maupun penunjang perlu untuk diperhatikan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, 1996, Manajemen Strategik : Pengantar Proses Berfikir Strategik,
Bandung : Binarupa Aksara.
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002,
Metodologi Penelitian Bisnis,
Cetakan Kedua, Yogyakara; Penerbit BFEE UGM.
Bell, Philip, (2001), Content Analysis of Visual Images, Dalam Jewit, Carey,
dan Van Leewen, Theo. Handbook of Visual Analysis. London: Sage
Publications.
Dirgantoro, Crown,
2001 ,
Manajemen Stratejik Konsep, Kasus, dan
Implementasi, Grasindo, Jakarta.
Fandy Tjiptono, 2005, Pemasaran Jasa, Malang : Banyu Media Publishing.
Ihalauw, John, JOI, SE, PhD 2000, Bangunan Teori, UKSW Salatiga.
Kotler, 1995, Manajemen Pemasaran Analisa, Perencanaan, Implementasi, dan
Kegunaan, Edisi Kedelapan, Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran Edisi II, Penerbit PT. Indeks,
Jakarta.
Kotler, Philip, 2007, Manajemen Pemasaran, Penerbit Airlangga, Jakarta.
Moleong , 2005, Metodologi Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Peter
dan Olson, 1996, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran,
D. Sihombing (penerjemah). Consumen Behavior. Gelora Aksara Pratama.
Jakarta.
Rangkuti, F, 2002, Riset Pemasaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Schiffman, Leon G and Leslie Lazar Kanuk, (2004).\, Customer Behavior, New
Jersey : Prestice Hall.
55
Sumarwan, Ujang, 2004, Perilaku konsumen ‘Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran’, Penerbit PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB.
Supramono, Sugiarto, STATISTIKA, Andi Ofset Yogyakarta, Yogyakarta, 1993.
Yin, R., 2003, Studi Kasus, Desain dan Metode, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Darmana, 2009, Strategi Pemasaran pada Delabert’s Cake, Skripsi Program SI
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Kristen
Satya
Wacana
(tidak
dipublikasikan).
Hardiyanto, 2009, Strategi Komunikasi Pemasaran Grand Wahid Hotel
Salatiga, Skripsi Program S1 Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
http://akuntansigorgeuz.wordpress.com/2011/02/12/manajemen-pemasaran/
(Diunduh tanggal 6 Mei 2012)
http://ekowisata.org/wp-content/uploads/2011/03/Statistik-Dit.PJLK2HL2010.pdf (Diunduh tanggal 6 Mei 2012)
http://www.scribd.com/doc/76703648/8/Word-Of-Mouth (Diunduh tanggal 15
Agustus 2012)
http://www.ukrida.ac.id/jkunukr/s1/ek_ma/2007/jkunukr-ns-s1-2007-312003168
671-promosi-chapter2.pdf (Diunduh tanggal 6 Mei 2012)
56
Download