9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan dapat didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
di hitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
( minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke
28 hingga ke 40) ( Prawirohardjo,2010;h.213).
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan
pada ibu maupun lingkungannya. Kehamilan juga merupakan suatu
peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita dan keluarga pada
umumnya,walaupun
perubahan
besar
yang
akan
terjadi
sangat
mempengaruhi semua orang terutama wanita (Hutahaean Serri,2013;h.43).
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalannya sperma untuk menemui sel telur / ovum betul-betul
penuh dengan perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang
dikeluarkan, hanya sedikit yang survice dan berhasil mencapai tempat sel
telur. Dari jumlah itu yang sudah seditik itu,Cuma 1 sperma saja yang bisa
membuahi sel telur (Mirza,2008;h.69)
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan yaitu:
a. Tanda pasti kehamilan ( Hutahaean Serri,2013;h.44).
1)
Adanya denyut jantung janin.
2)
Adanya pergerakan janin (usia 19 minggu )
3)
Visiualisasi fetus dalam USG ( usia 5-6 minggu)
b. Tanda presumtif/dugaan( Walyani,2014;h.70-71).
1) Nausea (mual dan muntah)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah
yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau
sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut
dengan hiperemensis gravidarum.
2) Mengidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan
pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan.
3) Anoreksia
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian
nafsu makan timbul kembali.
4) Mammae membesar dan tegang
Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat membesar.
5) Miksi
Desakan rahim kedepanmenyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi
pada triwulan pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih.
Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
triwulan, gejala ini bisa timbul karena janin mulai masuk ke ronnga
panggul dan menekan kembali kandung kemih.
6) Konstipasi / obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus/tonus
otot menurun sehingga kesulitan untuk BAB.
7) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
c. Tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar.
2) Uterus membesar.
3) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.
4) Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan
mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
5) Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena
ovum berimplementasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang lebih dulu.
6) Braxton Hicks merupakan kontraksi yang terjadi akibat peregangan
myometrium yang di sebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
7) Reaksi kehamilan positif( Walyani,2014;h.70-71).
a. Sel Telur (ovum)
Urutan pertumbuhan ovum :
1)
Oogonium
2)
Oosit pertama (primary obcyte)
3)
Primary ovarian follicle
4)
Likuor folikularis
5)
Pematangan pertama ovum,dan
6)
Pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum.
b. Sel Mani ( Spermatozoon)
Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis)
1)
Spermatogonium,membelah dua
2)
Spermatosit pertama,membelah dua
3)
Spermatosit kedua,membelah dua
4)
Spermatid,kemudian tumbuh menjadi
5)
Spermatozoon (sperma)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
c. Pembuahan (Konsepsi : Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan sel
telur di tuba uterine. Dalam beberapa jam setelah pembuahan,mulailah
pembelahan zigot yang terjadi selama 3 hari sampai stadium morula.
d. Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi dan mukosa rahim
Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum
kompaktrum dan stratum spongiosum.
4. Proses kehamilan menurut (Hutahaean Serri, 2013;h.27).
Proses pembuahan ( konsepsi)
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan / konsepsi.
Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah
penyatuan sperma laki laki denagn ovum perempuan. Spermatozoa
merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga
memungkinkan
untuk
bergerak
dalam
media
cair
dan
dapat
mempertahankan fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur/ovum
akan hidup maximal 48 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu agar fertilisasi
berhasil, senggsama harus dilakukan dalam waktu 5 hari sekitar ovulasi.
Pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang distimulasi
oleh hormon estrogen ini terjadi di sepertiga saluran telur / tuba fallopi.
Sementara penghambatan pertemuan antara sel telur dengan sel sperma
pada dua pertiga bagian dari saluran telur dilakukan oleh hormon
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
progesteron. Pada saat ovulasi,ovum akan di dorong keluar dari folikel de
graaf dan kemudian ditangkap oleh fimbriae. Jutaan sperma harus berjalan
dari vagina menuju uterus dan masuk ke tuba fallopi. Dalam perjalanan itu
kebanyakan sperma di hancurkan oleh mukus atau lendir asam di vagina,
uterus, dan tuba fallopi.
5. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan
Perubahan fisiologi yang terjadi pada kehamilan yaitu :
a. Perubahan pada sistem reproduksi
1) Uterus
a) Ukuran rahim membesar.
b) Berar dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan lunak (tanda
hegar, dan pisscacek).
d) Terjadi vaskularisasi (Prawirohardjo,2014;h.217).
2) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh
estrogen
sehingga
tampak
merah
dan
kebiruan
(Mochtar,2012;h30).
3) Ovarium
Ovarium berhenti masih terdapat korpus luteum gravidarum sampai
terbentuknya plasenta yang mengambil pengeluaran estrogen dan
progesteron (Mochtar,2012;h30).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
b. Perubahan pada organ dan sistem lainya (Mochtar,2012;h30).
1) Sirkulasi darah ibu
a) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin.
b) Hubungan langsung antara arteri dan vena pada retnoplasenter.
c) Pengaruh peningkatan hormon estrogen dan progesteron.
d) Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum lebih dari
pertumbuhan sel terjadi hemodilusi.
e) Mengalami anemia fisiologi akibat dari hemodilusi.
3) Sistem respirasi
Terjadi desakan diagfragma karena dorongan atau pembesaran
rahim ada akibat dari kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil
akan bernafas lebih dalam.
4) Perubahan pada kulit
Terjadi kloasma gravidarum, striae livida, striae alba, striae nigra,
pigmentasi pada mamae atau papila mamae.
5) Perubahan metabolisme
a) Metabolisme basal naik 15-20 %.
b) Keseimbangan asam basa meiurun akibat hemodilusi darah dan
kebutuhan mineral untuk janin.
c) Kebutuhan nutrisi meningkat.
d) Pertambahan berat badan ibu hamil normal antara 6,5-16,5 kg
selama hamil atau 0,5 kg per minggu (Manuaba,2012;h95).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
6. Perubahan Psikologis pada Kehamilan
Perubahan psikologis pada wanita hamil menurut trimester kehamilan
adalah :
a. Trimester I
1) Rasa Cemas Bercampur Bahagia (Manuaba,2012;h95).
Perubahan psikologis yang paling menonjol pada usia kehamilan
trimester pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus
disertai rasa bahagia. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat
berkaitan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh
bayi dan kandungannya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia
merasa sudah sempurna sebagai wanita yang dapat hamil.
2) Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan
emosi
pada
trimester
pertama
menyebabkan adanya penurunan kemauan berhubungan seksual,
rasa letih dan mual, perubahan suasana hati, cemas, depresi,
kekhawatiran
ibu
tentang
kesejahteraannya
dan
bayinya,
kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik dan
sebagainya.
3) Ketidakyakinan atau Ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada
kehamilannya. Dan hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah
emosi dan kepribadian. Meskipun demikian pada kebanyakan ibu
hamil terus berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya sedang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
hamil dan harus membutuhkan perhatian dan perawatan khusus buat
bayinya.
4) Fokus pada Diri Sendiri
Pada bulan-bulan
pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu
lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin.
Meskipun demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi
bayinya. bu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi
bagian yang tidak terpisahkan.
5) Stres
Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester
pertama bisa berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini
dapat mempengaruhi perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat
instrinsik dan ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor
eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
6) Goncangan Psikologis
Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada
trimester pertama dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.
b. Trimester II
Selama fase trimester kedua kehidupan psikologi ibu hamil tampak
lebih tenang, namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk
tubuh, kehidupan seks, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi
yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan
figur
ibu,
melihat
dan
meniru
peran
ibu
serta
meningkatnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
ketergantungan ibu pada pasangannya. Beberapa bentuk perubahan
psikologis pada trimester kedua, yaitu :
1) Rasa Khawatir / Cemas
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir
sewaktu-waktu.
Keadaan
ini
menyebabkan
peningkatan
kewaspadaan terhadap datangnya tanda-tanda persalinan. Hal ini
diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi yang dilahirkannya
tidak normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat kebanyakan
ibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya dengan
memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi, menghindari orang
atau benda-benda yang dianggap membahayakan bayinya.
2) Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode
bulan kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga
ibu mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan
dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat
seiring bertambahnya usia kehamilannya.
c. Trimester III
1) Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin
jelek. Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitan dengan
adanya perasaan sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga
ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, bidan.
2) Perubahan Emosional
Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan emosi ibu
semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak terkontrol.
Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir,
cemas, takut, bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya
saat ini lebih buruk lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran
dan kecemasan akibat ketidakmampuannya dalam menjalankan
tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya.
7. Dukungan Psikososial terhadap Ibu hamil
Dukungan psikologi yang diberikan pada ibu hamil yaitu :
a. Dukungan Suami
Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang hamil akan
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin, kesehatan fisik dan psikologis ibu. Bentuk dukungan suami tidak
cukup dari sisi finansial semata, tetapi berkaitan dengan cinta kasih,
menanamkan rasa percaya diri, komunikasi terbuka dan jujur, sikap
peduli, perhatian, tanggap dan kesiapan menjadi ayah.
b. Dukungan Keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang
lain, namun sifat ketergantungannya akan menjadi besar ketika
mendekati persalinan. Sifat ini dipengaruhi kebutuhan rasa aman,
terutama keamanan dan keselamatan saat melahirkan. Dukungan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
keluarga besar menambah percaya diri dan kesiapan mental ibu pada
masa hamil dan ketika menghadapi persalinan.
c. Tingkat Kesiapan Personal Ibu
Kesiapan personal merupakan modal besar bagi kesehatan fisik dan
psikis ibu. Hal yang berkaitan dengan kesiapan personal adalah
kemampuan untuk menyeimbangkan perubahan-perubahan fisik dengan
kondisi psikologisnya sehingga beban fisik dan mental bisa dilaluinya
dengan sukacita, tanpa stres atau depresi.
e. Tingkat Aktivitas Ibu
Dokter menganjurkan ibu untuk melakukan latihan prenatal yang
telah
dirancang
khusus
untuk
wanita
hamil.
Latihan
yang
menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan menguatkan dinding
perut yang akan menopang uterus dan otot panggul, latihan kaki untuk
meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot.
8. Komplikasi Pada Kehamilan
Dalam buku Mochtar (2012;h.141-184) menyebutkan :
a. Hiperemensis Gravidarum
Adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi kira-kira sampai
umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu / TM 1,
mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat. Semua yang dimakan
dan diminum ibu dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum
dan pekerjaan sehari-hari ibu. Berat badan menurun, terjadi dehidrasi,
terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti apendistis,
pielitis dan sebagainya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
c. Abortus (Keguguran)
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.
e. Pendarahan Antepartum
Pendarahan Antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu.
f. Penyakit jantung
Kebutuhan janin akan oksigen dan zat makanan bertambah seama
kehamilan, yang harus dipengaruhi melalui darah ibu. Oleh karena itu,
banyaknya darah yang beredar semakin meningkat, sehingga jantung
harus bekerja lebih keras.
9. Deteksi Dini Risiko Kehamilan
Deteksi Dini adalah tindakan untuk mengetahui seawal mungkin
adanya komplikasi, kelainan dan penyakit baik saat hamil, bersalin maupun
nifas. Deteksi dini adalah suatu mekanisme yang berupa pemberian
informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar
masyarakat/individu di
daerah rawan mampu mengambil tindakan
menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk
merespon secra efektif (Imron, Asih dan Indrasari, 2016. Hal:2).
Manfaat deteksi dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau
meminimalkan risik terjadinya kmplikasi pada kehamilan, bersalin hingga
nifas. Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat meempengaruhi
keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi.
Kehamilan resiko tinggi adalah beberapa situasi dan kondisi serta keadaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
umum seorang selama masa kehamilan, bersalin, nifas akan memberikan
ancaman pada kesehatan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Atau
dapat
juga
dikatakan
bahwa
deteksi
dini
merupakan
upaya
memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu
masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan
situasi suatu masalah Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui
serangkaian
kegiatan
pemantau
rutin
selama
kehamilan
(Prawirohardjo, 2014 h; 278).
Kunjungan pemeriksaan antenatal menurut Kemenkes RI (2013. h; 23)
sebagai berikut :
a.
Trimester I
Jumlah minimal satu kali dengan waktu yang dianjurkan adalah
pada saat umur kehamilan sebelum minggu ke 16.
b.
Trimester II
Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan
yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 24 – 28 minggu.
c.
Trimester III
Jumlah kunjungan minimal dua kali dengan waktu kunjungan yang
dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 30 – 32 minggu dan
pada saat umur kehamilan 36 – 38 minggu.
10. Tujuan pemeriksaan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalinan dengan selamat,
dan melahirkan bayi yang sehat. (Sari dkk, 2015). Standar asuhan
kebidanan ANC menurut kemenkes (2014, h;87) minimal kehamilan
termasuk dalam 10T yaitu sebagai berikut :
a. Ukur berat badan dan tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Ukur lingkar lengan atas (LILA).
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemberian imunisasi TT.
f. Pemberian tablet fe minimal 90 tablet.
g. Penentuan presentasi janin dan DJJ.
h. Temu wicara/konseling.
i. Pelayanan tes laboratorium.
B. Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadikarena cukup bulan (36-42 minggu) dan bersifat spontan kurang
dari 18 jam tanpa ada faktor penyulit dan komplit baik bagi ibu maupun janin
(Yongky, Judha, Rodiyah dan Sudarti, 2012. Hal: 47).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati, Ambar Dwi,
2011. Hal:3).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Persalinan adalah proses hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2013;h.164).
Persalinan
adalah
rangkaian
proses
yang
berakhir
dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebabnya awitan persalinan spontan
tidak diketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan
profesionalnya
perawatan
kesehatan
mengetahui
cara
menginduksi
persalinan pada kondisi tertentu (Varney, 2007;h.672).
Persalinan menurut Mochtar (2010;h.71) yaitu. Persalinan (partus =
labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan
lahir biasa. Pelahiran (delivery) adalah momentum kelahiran janin sejak kala II
(akhir kala I).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.1-2) adalah
sebagai berikut:
a. Abortus
1) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup
diluar kandungan.
2) Umur kehamilan sebelum 28 minggu.
3) Berat janin kurang dari 1000 gram.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
b. Persalinan Aterm
1) Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu.
2) Berat janin ≥2500 gram.
2. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan
Teori penyebab mulainya persalinan menurut Sondakh (2013;h.2-3),
yaitu sebagai berikut:
a. Teori penurunan progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai.
b. Teori keregangan
Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput
ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran
serviks
c. Teori oksitosin interna
Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah
tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.
Beberapa tanda dimulainya proses persalinan menurut Sondakh
(2013) yaitu sebagai berikut:
a. Terjadinya His Persalinan
Sifat his persalinan adalah:
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
3) Makin beraktifitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
b. Pengeluaran lendir dengan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan:
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
3) Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.
Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap.
Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan aka
berlangsung kurang dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang diharapkan dari pemeriksaan dalam menurut Sondakh,
(2013;h.3).
1) Pelunakan serviks.
2) Pendataran serviks.
3) Pembukaan serviks
Tanda dan gejala persalinan menurut Varney (2007) yaitu:
a. Lightening
Lightening, yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.
Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged)
setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun” (Varney, 2007;h.672).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini,
Anda tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballote terhadap kepala
janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pubis pada
palpasi abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari
Anda yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.
Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.
Hal ini kemungkinan disebabkan peningkatan intensitas kontraksi Braxton
Hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang lebih sering ditemukan
pada primigravida (Varney, 2007;h.672).
b. Perubahan serviks
Mendekati
persalinan,
serviks
semakin
“matang.”
Evaluasi
kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya,
sebagai contoh, pada masa hamil, serviks ibu multipara secara normal
mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi
normal serviks menutup. (Varney, 2007;h.673).
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas
kontraksi Braxton Hicks.
c. Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengarruh signifikan terhadap serviks. Ontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu kehamilan (Varney,
2007;h.673)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut
disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
e. Bloody Show
Plak Lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dab
menutup jalan lahir selama kehamilan. Bloody show paling sering terlihat
sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan
dengan cermat dari perdarahan murni (Varney, 2007;h.673).
f. Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai
48 jam sebelum awitan persalinan.
g. Gangguan saluran cerna (Varney, 2007;h.674).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses
persalinan adalah penumpang (passanger), jalan lahir (passage), kekuatan
(power), posisi ibu (positioning), dan respons psikologis (psychology
response). Masing-masing dari faktor tersebut menurut Sondakh (2013;h.4-5)
sebagai berikut:
a. Penumpang (passanger).
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal
yang harus diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan yang perlu
diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.
b. Jalan lahir (passage).
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir
lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran
dan bentuk tulang pangggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan
lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,
otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.
c. Kekuatan (power).
Karakteristik HIS persalinan sesungguhnya dan HIS persalinan
palsu menurut Johariyah dan Ningrum (2010;.h.23).
Tabel 2.1 Perbedaan HIS persalinan dan HIS palsu
His Persalinan
His Palsu
Rasa nyeri dengan interval teratur
Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara Tidak ada perubahan interval antara rasa
perlahan semakin pendek
nyeri yang satu dengan yang lainnya.
Waktu dan kekuatan kontraksi semakin Tidak ada perubahan pada waktu dan
bertambah.
kekuatan kontraksi.
Rasa nyeri dibagian belakang dan Kebanyakan rasa nyeri pada abdomen
bagian depan.
bagian bawah.
Berjalan akan menambah intensitas.
Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan
berjalan.
Ada hubungan antara tingkat kekuatan Tidak ada hubungan antara tingkat dan
kontraksi dengan intensitas rasa nyeri.
kekuatan uterus dengan intensitas rasa
nyeri.
Menyebabkan penipisan dan pembukaan Tidak ada perubahan pada serviks.
serviks
Sumber: Johariyah dan Ningrum (2010;.h.23).
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:
1) Kekuatan primer (kontraksi involuter).
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan
hihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelmbang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter).
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi
setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha
untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
d. Posisi Ibu (positioning).
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok)
memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya
gravitasi membantu penurunan janin.
4. Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi empat kala, yaitu:
a. Kala I Persalinan
1) Kala I (kala pembukaan)
Inpartu
(partus
mulai)
ditandai
dengan
keluarnya
lendir
bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase menurut Mochtar (2013;h.71).
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsgung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
b) Fase aktif: berlangsung 2 jam, dibagi menjadi 3 subfase.
(1) Priode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
(2) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Tabel 2.2 perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan multigravida
Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan multigravida adalah
sebagai berikut:
Primi
Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu
Mendatar dan membuka dapat terjadi
baru berdilatasi
bersamaan.
Berlangsung 13-14 jam.
Berlangsung 6-7 jam.
Sumber: (Mochtar , 2013;.h.71)
2) Penatalaksanaan Perawatan Kala Satu Persalinan
Penatalaksanaan perawatan selama
kala satu
persalinan
mencakup tanggung jawab menurut Varney (2007), yaitu:
a) Diagnosis banding persalinan
Diagnosis aktual persalinan palsu didasarkan pada definisi
persalinan sebagai perubahan serviks yang progresif. Dengan
demikin, ketika ditemukan bahwa kontraksi tidak mengakibatkan
penipisan dan pembukaan serviks, maka diagnosis persalinan palsu
ditegakkan berdasarkan fakta tidak ada pembukaan serviks (Varney,
2007;h.689).
b) Penatalaksanaan Persalinan Palsu
Penatalaksanaan untuk perawatan wanita yang mengalami
persalinan palsu dan wanita yng menderita rasa sakit menyeluruh
menjelang akhir kehamilan adalah sama. Keduanya memerlukan
kesabaran, pengertian, penjelasan dan perhatian yang lembut dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
penuh cinta. Anggota keluarga perlu menunjukkan dukungan dan
kesabaran (Varney, 2007;h.689).
c) Evaluasi awal terhadap ibu dan janin dalam persalinan
Selain pemeriksaan fisik untuk penapisan, pemeriksaan
abdomen dan pelvik yang menyeluruh sangat penting untuk
mengevaluasi status persalinan dan kesejahteraan bayi.
d) Dua belas penatalaksanaan dasar untuk keputusan yang berkaitan
dengan perawatan (Varney, 2007;h.695).
e) Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu
Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu mencakup
pemantauan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin
1.
a.
b.
c.
d.
2.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
5.
a.
b.
c.
1.
2.
3.
Ibu
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Temperatur
Denyut nadi
Pernapasan
Distensi kandung kemih
Urine
Protein
f) E
Keton
Hidrasi
v
Cairan
Mual/muntah
Kondisi
a umum
Keletihan dan penurunan fisik
Perilaku
l dan respon terhadap persalinan
Nyeri ddan kemampuan koping
Janin
u
Normalitas letak, presentasi, sikap, posisi, dan variasi janin.
Adaptasi janin terhadap pelvis.
a
Frekuensi
dan pola denyut jantung janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
Menurut Erawati (2011;h.53) kala II atau kala pengeluaran janin
adalah tahap persalinan yang dimulai dengan pembukaan serviks lengkap
sampai bayi keluar dari uterus.
1) Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi:
(1) Kepala membuka pintu.
(2) Sub occiput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka,
serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala dengan punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan cara:
(1) Kepala dipegang os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik
dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu
depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
(3) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
g) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam multigravida 1,5-1 jam.
2) Memilih posisi dalam persalinan
Posisi
persalinan
telentang
(supine)
dapat
menyebabkan
hipotensi karena bobot karena uterus yang menekan vena kava inferior,
aorta, dan dan pembuluh lain dari sistem vena tersebut.
Posisi
yang
dianjurkan
dalam
persalinan
menurutErawati
(2011;h.54) yaitu sebagai berikut:
a) Posisi jongkok atau berdiri
Keuntungan posisi jongkok atau berdiri, yaitu sebagai berikut.
(1) Membantu penurunan kepala bayi.
(2) Memperbesar dorongan untuk meneran.
(3) Mengurangi rasa nyeri.
b) Posisi duduk/setengah duduk
Keuntungan posisi duduk/setengah duduk, yaitu sebagai berikut.
(1) Memberi rasa nyaman bagi ibu.
(2) Memberikan kemudahan untuk istirahat saat kontraksi.
(3) Gaya gravitasi dapat membantu mempercepat kelahiran.
c) Posisi berbaring miring ke kiri
Keuntungan posisi berbaring miring ke kiri, yaitu sebagai berikut.
(1) Memberi rasa santai pada ibu yang letih.
(2) Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
(3) Membantu mencegah terjadinya laserasi perineum.
3) Pemantauan Kala II Persalinan
Hal-hal yang dilakukan dalam pemantauan kala II persalinan menurut
Erawati (2011;h.59), adalah sebagai berikut.
a) Evaluasi terus-menerus kesejahteraan ibu yang berupa:
(1) Pemeriksaan denyut nadi tiap 15 menit.
(2) Pemeriksaan tekanan darah tiap 30 menit.
(3) Periksa kontraksi ibu tiap 30 menit untuk menilai frekuensi dan
lamanya kontraksi selama 10 menit.
b) Evaluasi terus-menerus kesejahteraan janin yang berupa:
(1) Penurunan, presentasi, dan sikap janin melalui pemeriksaan
dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi.
(2) Penurunan kepala janin melalui pemeriksaan abdomen tiap 30
menit.
(3) Kondisi kepala, verteks (kaput, mulase).
(4) Denyut jantung janin dan polanya sesering mungkin.
(5) Warna cairan ketuban jika selaput ketuban sudah pecah.
c) Pemantauan bayi baru lahir.
d) Asuhan dukungan yang berupa:
(1) Meningkatkan rasa aman dengan mendukung, mendorong dan
meyakinkan ibu.
(2) Membantu pernapasan.
(3) Membantu dalam teknik mengejan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
(4) Mengikutsertakan, menghormati anggota keluarga atau teman
yang mendampingi.
(5) Memberikan tindakan yang menyenangkan, misalnya mengusap
dahi.
(6) Memberikan dan membantu ibu minum antara waktu kontraksi.
(7) Secara terus menurus mengamati prinsip pencegahan infeksi
dan dasar-dasar hygiene.
(8) Memastikan kandung kemih kosong dengan membantu dan
mendorong ibu mengosongkannya secara rutin.
b. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Menurut Sondakh (2013;h.6) Kala III dimulai segera setelah bayi
lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Menurut Erawati (2011;h.79) Kala III persalinan adalah periode
waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta sudah
dilahirkan seluruhnya.
1) Tanda-tanda pelepasan plasenta
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan
tanda-tanda di bawah ini.
a) Uterus menjadi bundar.
b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
c) Tali pusat bertambah panjang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
d) Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara
melahirkan
plasenta
adalah
menggunakan
teknik
dorsokranial (Sondakh, 2013;h.6).
2) Kala III terdiri dari dua fase, yaitu:
a) Fase pelepasan plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta menurut Sondakh, (2013;h.7)
antara lain:
(1) Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara
ini merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang
lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak plasenta ini, perdarahan
biasanya tidakada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak
setelah plasenta lahir
(2) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya
plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar
antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari
tengah dan pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran plasenta
Perasat-perasat untukmengetahui lepasnya plasenta adalah:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
(1) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas
simpisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk
berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas.
(2) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara
ini tidak digunakan lagi).
3) Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III persalinan menurut Erawati (2011;h.74),
yaitu manajemen aktif kala III persalinan terdiri atas tiga langkah utama
yaitu suntik oksitosin, penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan
masase fundus uterus.
4) Pemeriksaan setelah plasenta keluar
a) Plasenta
(1) Bentuk : bulat/agak bulat/oval/datar.
(2) Ukuran : diameter 20-22 cm, tebal ± 2 cm, berat ± 500 gram,
hidrops fetalis (ada/tidak).
(3) Permukaan
maternal
:
kotiledon
(lengkap/tidak),
infark
(ada/tidak).
(4) Permukaan fetal : korion dan amnion (ada yang tertinggal/tidak,
letak robekan).
b) Tali pusat
(1) Panjang : 40-50 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
(2) Diameter : 1-2 cm.
(3) Insersi : normal atau sentral, lateral, battledore, velamentosa.
5) Tindakan-tindakan kala III
Tindakan-tindakan kala III menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.151153) yaitu:
a) Kompresi Bimanual Interna (KBI)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri. Setelah
meyakini bahwa plasenta telah lahir lengkap, akan tetapi kontraksi
tidak terjadi, maka penanganan atonia uteri adalah dengan cara KBI.
b) Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
c) Kompresi Aorta
c. Kala IV (Kala Pengawasan/observasi/pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Sondakh,
2013;h.7).
Kala IV menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.7) adalah kala
pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, untuk mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Kala IV menurut Mochtar (2013;h.73) adalah kala pengawasan
selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,
terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
Menurut Erawati (2010;h.85) kala IV (kala pengawasan) adalah kala
pengawasan selama dua jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pascapartum.
1) Observasi yang dilakukan menurut Johariyah dan Ningrum (2012;h.7)
adalah:
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
c) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri.
Dalam evaluasi uterus, yang perlu dilakukan adalah
mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus
yang normal akan teraba keras saat dipalpasi. Jika tidak terjadi
kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus,
akan terjadi atonia uterus (Erawati, 2011;h.86).
d) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak melebihi 400
sampai 500 cc.
2) Fisiologi kala IV persalinan menurut Erawati (2011;h.85)
Setelah plasenta lahir, tinggi fundus uterus kurang lebih dua jari
di bawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada
di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
3) Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum
a) Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks menganga
seperti corong
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
b) Vagina dan perineum
Evaluasi laserasi dan perdarah aktif pada perineum dan vagina. Kaji
perluasan laserasi perineum. Laserasi perineum dibagi menjadi
empat derajat menurut Erawati (2010;h.86), yaitu sebagai berikut.
(1) Derajat I
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.
(2) Derajat II
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum
dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan
teknik jelujur.
(3) Derajat III
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum,
otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
(4) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rektum anterior. Pada derajat III dan
IV, segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik
dan prosedur khusus.
5. Langkah-langkah Persalinan Normal
Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58
langkah, sebagai berikut:
a.
Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua, seperti
sebagai berikut:
1) Adanya keinginan untuk meneran.
2) Tekanan pada rektum dan vagina.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
b.
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk bersih
dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
1) menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu
bayi.
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
c.
Pakai celemek plastik.
d.
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
e.
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
f.
Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung tangan
DTT dan steril.
g.
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati dari
depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air DTT.
1) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan
dengan
seksama.
Mengganti
sarung
tangan
jika
terkontaminasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
2) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
3) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%)
h.
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
i.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
j.
Periksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah kontrasksi
dalam batas normal(120-160 x/menit).
1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
k.
Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
1) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi
dan
kenyamanan
ibu
dan
janin
(ikuti
pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
l.
Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
m. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
2) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
5) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
6) Menganjurkan makan minum.
7) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai.
8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida).
n.
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
o.
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepalabayi telah membka vulva dengan diameter 5-6 cm.
p.
Letakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
q.
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
r.
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
s.
Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering. Tangan yang lainmenahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
t.
Periksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan segera proses kelahiran bayi.
1) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut.
u.
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
v.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masng-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat ada
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut gerakkan kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu
belakang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
w. Setelah kedua bahu dilahirkan, geserkan tangan kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala bayi. Lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tagan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
x.
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya).
y.
Lakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia lakukan
resusitasi.
z.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu.
1) keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
(tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.
2) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
3) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu
aa. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
bb. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik).
cc. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM) di
1/3
paha
atas
bagian
distal
lateral
(lakukan
aspirasi
sebelum
menyuntikkan oksitosin)
dd. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit setelah bayi lahir)
pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm
distal dari klem pertama.
ee. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
1) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
lkukan pengguntingan, tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali 1 benang ke sisi berlawanan dan lalkukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
ff.
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
susu ibu.
gg. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
hh. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
ii.
Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
jj.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu.
kk. Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorsokranial)
1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
2) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
a) Beri dosis ulangan oksitosin 1o unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
f) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta mnual
ll.
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput
yang tertinggal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
mm. Segera setelah plassenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
terasa lembek). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidaak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
nn. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat yang sudah disediakan.
oo. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila leserasi menyebabkan perdarahan.
pp. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
qq. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
1) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup menyusui dari 1 payudara
2) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
rr. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri anterolateral setelah jam
kontak kulit ibu-bayi.
ss. Berikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin
K1) di paha kanan anterolateral.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50
1) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa
disusukan.
2) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum berhasil menyusu
di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
tt.
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan.
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
uu. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
vv. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
ww. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan.
2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
xx. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
yy. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi
(10
menit).
Cuci
dan
bilas
peralatan
setelah
didekontaminasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51
zz. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
aaa. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
bbb. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi makan dan minum.
ccc. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
ddd. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
eee. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang bersih.
fff. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.
6. Komplikasi Dalam Persalinan
Deteksi dini komplikasi kala I menurut Johariah dan Ningrum
(2012;h.91-159) adalah sebagai berikut:
a. Deteksi dini komplikasi kala I
1)
Riwayat bedah sesar.
2)
Perdarahan pervaginam.
3)
Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
Rencana asuhan:
a) Segera rujuk ibu kefasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan bstetri dan bayi baru lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52
b) Dampingi ibu ketempat rujukan.
4)
Ketuban pecah dengan mekonium yang kental.
Rencana asuhan:
a) Baringkan ibu miring ke kiri.
b) Dengarkan DJJ (normal DJJ 120-160x/menit).
c) Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
melakukan bedah sesar.
5)
Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).
6)
Ketuban pecah pada persalianan kurang bulan (kurang dari 37 minggu
usia kehamilan).
7)
Pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah lebih dari
160/100 dan atau terdapat prtein dalam urine).
8)
Tinggi fundus 40 cm (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda).
9)
Gawat janin (DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada
dua kali penilaian dengan jarak 5 menit).
10) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin
masih 5/5.
11) Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll).
12) Presentasi majemuk/ganda (adanya bagian janin, seperti misalnya
lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
13) Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut).
14) Syok.
15) Persalinan dengan fase laten yang memanjang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53
16) Belum inpartu.
17) Partus lama.
b. Deteksi dini komplikasi kala II persalinan
1)
Dehidrasi
Tanda dan gejala
a) Perubahan nadi (100x/m atau lebih).
b) Urine pekat.
c) Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam).
2)
Infeksi
Tanda/gejala:
a) Nadi cepat (110x/m atau lebih).
b) Suhu >38ºC.
c) Menggigil.
d) Air ketuban atau cairan vagina berbau.
3)
Pre-Eklampsia Ringan
Tanda/gejala:
a) TD diastolik 90-110 mmHg.
b) Protein urin +2.
4)
Pre-Eklampsia Berat
Tanda/gejala:
a) TD diastolik 110 mmHg atau lebih.
b) TD diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang.
c) Nyeri kepala.
d) Gangguan penglihatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54
e) Kejang (eklapsia).
5)
Inersia Uteri
Tanda/gejala:
Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang
dari 40 detik.
6)
Gawat janin
Tanda/gejala:
a) DJJ <120/>160x/m, mulai waspada tanda awal gawat janin.
b) DJJ <100/>180x/m.
7)
Kepala bayi tidak turun.
8)
Distosia bahu.
9)
Cairan ketuban bercampur mekonium.
10) Tali pusat menumbung.
11) Lilitan tali pusat.
12) Kehamilan kembar (Gemeli) tak terdeteksi.
13) Presentasi muka.
14) Letak lintang.
15) Letak sungsang.
c. Deteksi dini komplikasi kala III persalinan
1) Perdarahan kala III
a) Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas
implantasi plasenta menjadi tidak terkendali.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55
b) Retensio plasenta
c) Perlukaan jalan lahir
d. Deteksi dini komplikasi kala IV persalinan
1) Demam.
2) Perdarahan aktif.
3) Keluar banyak bekuan darah
4) Bau busuk dari vagina.
5) Pusing.
6) Lemas luar biasa.
7) Nyeri panggul atau abdomen yang luar biasa dari nyeri kontraksi biasa.
Komplikasi dalam persalinan menurut Varney (2008;h.780-802) adalah
sebagai berikut :
a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua
1) Kala 1 lama
Menurut Prawirohardjo (2010, 569-573) membagi kelainan pada kala 1
lama sebagai berikut :
a) Fase laten memanjang
Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada
persalinan untuk menjelaskaan tujuan-tujuan fisiologis persalinan.
Tahap persalinan ini mungkin peka terhadap sedasi dan anesthesia
regional. Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten
berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara
dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi
fase laten antara lain adalah anesthesia regional atau sedasi yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56
berlebihan, keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak
mengalami pendataran, atau tidak membuka), dan persalinan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama
efektif
dan
amannya
dalam
memperbaiki
fase
laten
yang
berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu
sering tidak disadari. Amniotomi tidak dianjurkan karena adanya
insiden persalinan palsu.
b) Fase aktif memanjang
Menurut Friedman rerata durasi persalinan fase aktif pada nulipara
adalah 4,9 jam. Deviasi standar 3,4 jam cukup lebar. Dengan
demikian, fase aktif dilaporkan memiliki maksimum statistic sebesar
11,7 jam. Friedman membagi lagi masalah fase aktif menjadi
gangguan
protaction
(berkepanjangan/berlarut-larut)
dan
arrest
(macet, tak maju). Protaksi yaitu kecepatan pembukaan atau
penurunan
yang
lambat,
untuk
nulipara
adalah
kecepatan
pembukaan <1,2 cm/jam atau penurunan <1 cm/jam. Untuk multipara
protaksi yaitu kecepatan pembukaan <1,5 cm/jam atau penurunan <2
cm/jam.
Ia
mendefinisikan
sebagai
berhentinya
secara
total
pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of
dilatation) yaitu tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam, dan
kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya
penurunan janin dalam 1 jam. Pada persalinan yang berkepanjangan
dan macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik untuk
mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terapi yang dianjurkan untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57
persalinan yang berkepanjangan adalah menunggu, sedangkan
oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi
sefalopelvik.
2) Riwayat seksio sesaria sebelumnya.
3) Persalinan atau kelahiran prematur.
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai pada awal
usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37. Penatalaksanaan
pada persalinan prematur didasarkan pada pertama kali dengan
mengidentifikasi wanita yang beresiko mengalami ini.
4) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum
persalinan
atau
sebelum
adanya
tanda-tanda
inpartu
(Kemenkes RI, 2013;h.122).
5) Amnionitis dan karioamnionitis
Varney (2007;h.792) mengatakan amnionitis adalah inflamasi
kantong dan cairan amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion
selain infeksi cairan amnion dan kantong amnion.
Penatalaksanananya antara lain :
a) Fasilitas kesehatan
b) Induksi oksitosin atau augmentasi untuk memperpendek fase laten
dalam persalinan.
c) Hidrasi dengan cairan intravena
d) Pemantauan tanda – tanda vital setiap jam
e) Pelaporan kedokter pediatric
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58
6) Disporposi sefalopelvik
Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yaitu
ukuran pelvis tidak cukup besar untuk mengakomondasikan keluarnya
janin (Varney,2007;h.797).
Indikasi kemungkinan disporposi sefalopelvik
a) Ukuran janin besar.
b) Tipe dankarakteristik khususnya tubuh wanita secara umum.
c) Riwayat fraktur pelvis.
d) Pelvia platiperoid.
e) Malpresentasi atau malposisi.
7) Difungsi uterus
a) Disfungsi uterus hipotonik.
Tanda dan gejala difungsi uterus hipotonis menurut varney
(2007;h.799) adalah sebagai berikut:
(1) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan persalinan
berhenti.
(2) Komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan intensitas
ringan.
(3) Tidak ada kemajuan dilatasi servik atau penurunan janin.
b) Disfungsi uterus hipertonik.
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut Vaney
(2008;h.799) adalah sebagai berikut :
(1) Kontraksi terasa sangat nyeri selama priode persalinan dan
keparahan kontraksi saat palpasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59
(2) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.
(3) Tidak ada kemajuan pendapatan dan dilatasi servik.
e. Komplikasi pada kala tiga persalinan.
1) Plasenta tertinggal
Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum terlepas dan
mengakibatkan perdarahan tidak terlihat. Manajemen untuk kasus ini
adalah dengan menual plasenta. (Varney, 2007;h.831).
2) Perdarahan kala tiga
3) Retensio plasenta
Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Manajemen untuk kasusu ini adalah dengan manual plasenta dan
segera merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.
4) Inversio uterus
Adalah keadaan uterus benar-benar membaik dari bagian dalam
keluar sehingga bagian dalam fundus menonjol keluar melalui orifisum
servik, turun dan masuk kedalam introitus vagina, dan menonjol keluar
melewati vulva (Varney, 2007;h.833).
f. Komplikasi pada kala empat persalinan
1) Perdarahan post partum
a) Definisi
Definisi
perdarahan
adalah
kehilangan
darah
secara
abnormal. Rata-rata kehilangan darah selama pelahiran pervagina
tanpa komplikasi adalah lebih dari 500 ml (Varney, 2007;h.841).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60
b) Faktor predisposisi
2) Distensi berlebihan pada uterus.
3) Induksi oksitosin atau augmentasi.
4) Persalinan cepat atau presipitatus.
5) Kala satu atau kala dua yang memanjang.
6) Grande multipara
C. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir padausia kehamilan 3742 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh, 2013;h.150).
Menurut Prawirohardjo (2005) bayilahir normal adalah bayi yang lahir
cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat normal sekitar 2500-3000 gram dan
panjang badan sekitar 50-55 cm (Sondakh, 2013;h.150).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010;h.1).
Dari kesimpulan diatas bayi baru lahir yaitu bayi yang lahir secara
normal maupun tidak normal yang sedang menyesuaikan kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
2. Kunjungan bayi baru lahir
Kunjungan neonatal menurut PERMENKES NO 53 (2014), yaitu:
a. KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam
b. KN-2: pada saat bayi berumur 3-7 hari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61
c. KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari
3. Ciri-ciri Bayi Normal
a.
Berat badan 2.500-4000 gram
b.
Panjang badan 48-52 cm
c.
Lingkar dada 30-38 cm
d.
Lingkar kepala 33-35 cm
e.
Bunyi jantung dalam
menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun sampai 120-110 x/menit
f.
Pernafasan 40-60 x/menit
g.
Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
h.
Reflek hisap dan menelan baik
i.
Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan memeluk.
j.
Reflek menggenggam sudah baik
k.
Eliminasi baik, urine dan meconium akan keluar 24 jam pertama,
meconium berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011;h.2).
4. Evaluasi Nilai Apgar
Evaluasi ini digunakan 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil
pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62
Table 2.4 APGAR Score
TANDA
1. Appereance
1. Pulse (Bunyi jantung)
3. Grimace (Refleks)
SKOR
0
Seluruh tubuh
biru atau pucat
Tidak ada
Tidak ada
4. Activity (Aktivitas)
Tidak ada
5 Respiratory (Pernapasan) Tidak ada
Sumber: (Dewi,2011;h.2).
1
2
Tubuh
merah Seluruh tubuh
ekstremitas biru kemerahan
< 100
> 100
Ekstremitas
Gerakan aktif
sedikit fleksi
Sedikit gerak
Menangis kuat
Lambat,
Menangis
tidak teratur
Interpretasi
a.
Nilai 1-3 asfiksia berat.
b.
Nilai 4-6 asfiksia sedang.
c.
Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).
5. Pengkajian reflek
a. Reflek moro. Didapat dengan cara memberikan isyarat kepada bayi,
dengan cara gerakan mendadak dan respon bayi berupa menghentakan
kaki atau menangis.
b. Reflek menggenggam. Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan
bayi dengan sebuah objek, atau dengan jari pemeriksa.
c. Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagunya
disentuh dan bayi akan menoleh.
8. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir
Menurut manuaba (2013;h.432-435) komplikasi pada bayi baru lahir antara
lain :
a. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur
organ janin sejak saat pembuhan. Kelainan kongenital merupakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63
penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah
persalinan pada minggu pertama. Kejadian kelainan kongenital sekitar 0,2
% sampai 0,4 % dari seluruh persalinan.
b. Infeksi neonatorum
Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui : infeksi antenatal (terjadi
sejak
masih
dalam
kandungan),
infeksi
intranatal
(terjadi
saat
berlangsungnya persalinan),infeksi postnatal (terjadi setelah bayi berada
diluar kandungan).
Gejala klinik infeksi neonatorum antara lain : malas minum, bayi
tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat menurun,
terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan bervariasi dapat
meningkat menurun atau dalam batas normal, pergerakkan makin
menurun, dan pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning,
pembesaran hati dan limpa (hepatosplenoggemali), purpura (bercak darah
dibawah kulit), dan kejang-kejang.
c. Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan
cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi.
Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat berlangsung minum
kolostrum yang banyak mengandung protein, kasein, kalsium, sehingga
dapat beradaptasi dengan ASI.
d. Tetanus Neonatorum
Masuknya kuman tetanus klostridium tetani sebagaian besar
melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3-10 hari. Tetanaus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64
neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motoric, jaringan otak,
pusat pernafsan, dan jantung. (Manuaba, 2014;h.434).
D. Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai
alat-alat
kandungan
kembali
seperti
sebelumn
hamil.
Nifas
(peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 suku kata
yakni peur dan parous. Peur berarti bayi dan parous berarti merupakan masa
setelah melahirkan. (Asih dan Risneni, 2016;h.1-2).
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum
atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6
minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Asih dan Risneni, 2016;h.1-2).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan
waktunya, bahkan dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Di masyarakat Indonesia,
masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya proses persalinan
sampai 40 hari setelah itu. (Asih dan Risneni, 2016;h.1-2).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo,
2010;h.356).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi, 2013;h.1).
Kesimpulan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa masa nifas
adalah masa setelah 2 jam persalinan sampai 40 hari atau sampai kembalinya
organ reproduksi seperti semula saat sebelum hamil.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dan perawatan masa nifas menurut Asih dan Risneni (2016;h.3-4).
ini adalah:
a. Memulihkan kesehatan klien
1) Menyediakan nutrisi sesuai dengan kebutuhan;
2) Mengatasi anemia;
3) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi;
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam
nifas) untuk memperlancar peredaran darah.
b. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis;
c. Mencegah infeksi dan komplikasi;
d. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI);
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa
nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhuna dan perkembangan yang optimal;
f. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada
ibu dan keluarga melalui KIE;
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
g. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.
Tata laksana/prosedur Asuhan Ibu Nifas meliputi:
a. Periksa 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
b. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
c. Pemantaunan keadaan umum ibu.
d. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding Attachment)
e. ASI Eksklusif
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hypotermi.
3. Peran dan tanggung jawab bidan bidan dalam masa nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tangggung jawab bidan dalam masa nifas
menurut Asih dan Risneni (2016;h.45) antara lain:
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara profesional.
4. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu:
a. Periode pasca salin segera (immediete postpartum) 0-24 jam.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur
melakukan pemeriksaan kntraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan
darah dan suhu.
b. Peride pasca salin awal (early post partum) 24 jam-1 minggu
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak
ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu-6 minggu.
Menururt Saleha (2009) Pada periode ini tenaga kesehatan tetap
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Asih dan
Risneni, 2016;h.5).
Tahapan Masa Nifas menurut Dewi dan Sunarsih (2013;h.4)
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
ganggguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Pelayanan kesehatan pada masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari
pasca salin oleh tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
Tujuan:
Memeriksa tanda bahaya yang harus di deteksi secara dini yaitu:
atnia uteri (uterus tidak berkontraksi dengan baik), robekan jalan lahir yang
dapat terjadilan lahir yang dapat terjadi pada daerah: perineum, dinding
vagina, adanya sisa plasenta, seperti selaput, kotiledon, ibu mengalami
bendungan/hambatan pada payudara, retensi urin ( air seni tidak dapat
keluar dengan lancar atau tidak keluar sama sekali).
Menurut Saifuddin (2006) agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu
dilakukan beberapa upaya antara lain:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri:
berikan ASI awal: lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
(lakukan bounding attachment)
4) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat (Asih dan Risneni,
2016;h.67).
b. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya:
1) Mengenali tanda bahaya seperti: mastitis (radang pada payudara),
abses payudara (payudara mengeluarkan nanah), metritis, peritnitis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
2) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau yang
abnormal.
3) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda
penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan
Tujuannya : sama dengan kunjungan nifas ke 2 (6 hari setelah persalinan)
d. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan
Menurut Mochtar (1998) tujuannya:
1) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Asih dan Risneni,
2016;h.7-8).
6. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Periode pascapartum ialah masa enam minggu
sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan kebalikan
dari proses kehamilan. Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan
fisiologis terutama pada alat-alat genetalia eksterna maupun interna, dan akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas menurut Asih dan Risneni
(2016), yaitu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71
a. Perubahan Sistem Reproduksi.
Menurut Asih dan Risneni (2016;h.66-67) perubahan pada sistem
reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi, disamping itu juga
terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi. Organ reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
1) Uterus.
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar
karena telah mengalami perubahan besar selama masa kehamilan dan
persalinan.
Proses katabolisme sebagian besar disebabkan leh dua faktor, yaitu:
a) Ischemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atropi.
b) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan memendekan
jaringan otot yang sempat mengendurkan hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
Akhir 6 minggu pertama persalinan :
a) Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram.
b) Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x 4 cm.
c) Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Proses Involusi Uteri
No
Waktu
involusi
Bayi lahir
Tinggi
Fundus Uteri
Setinggi pusat
2
Uri/plasenta
lahir
3
1 minggu
4
2 minggu
5
6 minggu
Dua
jari
dibawah
pusat
Pertengahan
pusat-simpisis
Tidak teraba
diatas
simpisis
Bertambah
kecil
1
Berat
Uterus
1000
gram
750
gram
Diameter
Uterus
12,5 cm
Palpasi
Serviks
Lunak
12,5 cm
Lunak
500
gram
300
gram
7,5 cm
2 cm
5 cm
1 cm
60
gram
2,5 cm
Menyempit
Sumber: Asih dan Risneni (2016;h.67).
Tabel 2.6 Tinggi Fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi
Tinggi fundus uteri
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari bawah pusat
750 gram
1 minggu
Pertengahan
pusat 500 gram
simpisis
2 minggu
Tidak teraba di atas 350 gram
simpisis
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar nrmal
30 gram
Sumber: Mochtar (2010;h.87)
Fundus uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin.
Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari perhari. Dalam 10-12 hari
uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di bawah
simpisis (Asih dan Risneni, 2016;h.67).
2) Afterpains
Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini
karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73
3) Lochea
Menurut Saleha (2009;h.36), lochea adalah cairan secret yang
berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas.
a) Lochea Rubra
Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput kebutuhan, set-set desidua verniks
caseoca, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.
b) Lochea Sanguinolenta
Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning bersih darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Lochea serosa adalah cairan yang berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 samapai hari ke-14 pasca persalinan.
Lochea serosa mengandung cairan serum, jaringan desidua, leokosit,
dan eritrosit.
d) Lochea Alba
Lochea alba dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama
makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu
berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri
atas leokosit dan sel-sel desidua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74
4) Tempat tertanamnya lasenta
Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan
relaksasi sehingga volume/ruang tempat plasenta berkurang atau
berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan berkerut sampai diameter
7,5 cm. (Asih dan Risneni, 2016;h.69).
5) Perineum, vagina, vulva dan anus
Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot
panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum
otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan berguna jika ibu
melakukan ambulasi dinim dan senam nifas (Asih dan Risneni,
2016;h.69-70)
b. Perubahan sistem pencernaan
Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada
kehamilan trimester I.
c. Perubahan sistem perkemihan
Terjadi diuresis yang
sangat banyak dalam hari-hari pertama
puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai
5 hari postpartum.
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal
yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan
trjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75
e. Perubahan sistem endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin di dalamsirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot
uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh
glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara
sehingga menstimulasi produksi ASI.
3) HCG, HPL, Estrogen dan Progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat
hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesteron di dalam darah ibu
menurun dengan cepat, nrmalnya setelah 7 hari.
4) Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi
sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu yang
melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui
ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76
f. Perubahan Tanda-tanda Vital
No
1.
2.
3.
Tabel.2.7 Perubahan Tanda-tanda Vital
Tanda Vital
Temperatur
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38ºC sebagai akibat efek
dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak harus demam.
Denyut nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama
jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi
yang tidak diketahui. Pada mingggu ke-8 sampai minggu ke-10 setelah
melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.
Tekanan Darah
Sedikit berubah atau menetap.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih
lanjut setelah kala III, ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di
dalam sirkulasi. Penurunan setelah hari pertama peurperium dan kembali
normal pada akhir minggu ketiga.
Meskipun terjadi penurunan di dalam aliran darah ke rgan setelah
hari pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk mengadakan
laktasi.
h. Perubahan Berat Badan
Ibu nifas kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan, dan 3
sampai 5 kg selama minggu pertama masa nifas.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa
pascapartum.
i. Perubahan Kulit.
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat
karena proses hormonal (Asih dan Risneni, 2016;h.76).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
77
7. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Pada Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi ibu pada masa nifas (Saleha, 2009;h.63-64).
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca
persalinan, erutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a) Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
b) Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
c) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
d) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini di ekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada 3 tahap
yait:
a) Taking In Periode
Terjadi pada 12 hari setelah persalinan,ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang di alami, serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b) Letting go periode
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggungjawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas menurut Saleha
(2009;h.64) adalah sebagai berikut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
78
a) Fisik. Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara segar,
dan lingkungan yang bersih.
b) Psikologi. Stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan
dengan dukungan dari keluarga yang menunnjukan rasa simpati,
mengakui, dan menghargai.
c) Sosial. menemani ibu bila terlitat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menganggapi dan memperhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila
ibu terlihat sedih.
d) Psikososial.
8. Depresi Postpartum
Depresi postpartum sering terjadi pada masa nifas. Menurut para ahli
mereka didiagnosis menderita depresi postpartum. Depresi postpartum
merupakan gangguan afeksi yang paling sering di jumpai pada masa
postpartum (Saleha, 2009;h.65-66).
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi
postpartum adalah sebagai berikut :
a. Perasaan sering gelisah, sedih dan kecewa.
b. Sering menangis.
c. Merasa gelisah dan cemas.
d. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
e. Tidak bisa tidur atau insomnia.
Faktor atau penyebab defresi postpartum adalah :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
79
a. Perubahan hormonal yang cepat
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalah
prolaktin, steroid, progesteron, dan estrogen.
b. Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH, diabetes melitus atau
disfungsi tiroid.
c. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun
dalam keluarga.
d. Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan
e. Marah dengan kehamilannya.
f. Merasa terisolasi.
g. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan
keluarga dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit.
9. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
Kebutuhan dasar ibu nifas menurut (Saleha, 2009;h.71-76) yaitu:
a. Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai
berikut.
1) Mengonsumsi tambahan 500 kaloritiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter per hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
80
4) Pil zal besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama
40 hari pascasalin.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
ke dua postpartum.
d. Personal hygiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan
diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan ibu mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
81
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
e. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan ibu gar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat
proses
involusi
uterus
dan
memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
f. Aktivitas seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri (Asih dan Risneni, 2016;h.111).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
82
g. Latihan dan senam nifas
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan
langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan sena nifas.
Tujuan senam nifas menurut Asih dan Risneni (2016;h.113) adalah
sebagai berikut:
1) Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim ke
bentuk semula).
2) Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pasa
kondisi semula.
3) Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani masa
nifas.
4) Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar panggul,
serta otot tungkai bawah.
5) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan mencegah
timbulnya varises.
10. Deteksi Dini Komplikasi Pada Nifas Dan Penangananya
Komplikasi masa nifas menurut (Saleha, 2009;h.95-110).
a. Infeksi masa nifas
1) Pengertian
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
2) Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob,
yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
83
a) Streptococcus haemolyticus aerobicus
b) Stapylococcus aereus
c) Escherichia coli
d) Clostridium welchii
3) Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas inersio plasenta merupakan
sebuah luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk berkembangnya bakteri. Begitu juga serviks,
vulva, vagina dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada
persalinan. Semua ini merupakan tempat masuk/berkembangnya kuman
patogen.
4) Gejala klinis
Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut :
a) Infeksi Terbatas
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
(1) Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka yang terbuka menjadi
ulkus dan mengeluarkan pus.
(2) Vaginitis
Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus, serta getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
84
ulkus. Penyebaran terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
(3) Servisitis
Luka serviks yang dalam dan meluas dapat langsung ke
dasar ligamentum latum sehingga menyebabkan infeksi menjalar
ke parametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis adalah
sebagai berikut:
(a) Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi.
(b) Kadang perih bila BAK.
(c) Demam dengan sehu badan 39ºC-40ºC.
b) Infeksi yang menyebar
Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah, limfe,
dan permukaan endometrium.
Trombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena sering
terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian karena
infeksi peurperalis
5) Penatalaksanaan
Di samping pemberian antibiotika dalam pengobatan infeksi
puerperalis
masih
diperlukan
beberapa
tindakan
khusus
untuk
mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
85
a) Penatalaksanaan luka perineum, vulva dan vagina
Luka biasanya menjadi nyeri,merah dan bengkak. Jika terjadi
infeksi dari luka luar biasanya jahitan diangkat supaya ada drainase
getah luka atau lakukan kompres.
b) Penatalaksanaan endometitris
Pasien sebisa mungkin diisolasi, tapi bayi boleh terus
menyusu pada ibunya. Untuk Kelancaran pengaliran lokea, pasien
boleh diletakan pada posisi fowler dan di beri uterostonica serta di
anjurkan banyak minum.
b. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab pendarahan pada masa nifas adalah :
1) Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh
sisa plasenta.
Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui
biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.
2) Endometritis puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,
radang terbatas pada endmetrium.
3) Sebab fungsional
Hal yang termasuk perdarahan oleh sebab-sebab fungsional antara lain
sebagai berikut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
86
a) Perdarahan karena hiperplasia glandularis yang dapat terjadi yang
berhubungan dengan siklus anovulatorius dalam nifas.
b) Perubahan dinding pembuluh darah. Pada golongan ini tidak
ditemukan sisa plasenta, endometritis, ataupun luka.
4) Pendarahan karena luka
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak
didiagnosis sewaktu persalinan, karena perdarahan pada waktu itu tidak
menonjol. Beberapa hari setelah postpartum dapat terjadi perdarahan
yang banyak.
c. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas masih relatif tinggi
dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma
kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.
Biasanya memperikan gejala yang lebih berat, demam, menggigil,
serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria
dan hematuria.
Pengobatan:
Antibiotika yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamid,
trimetropim, Bsulfametoksazol. Banyak penelitian yang melaporakan
resistensi mikrobakterial terhadap golongn penisilline.
d. Patologi menyusui
1) Puting susu lecet
Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
87
a) Kesalah dalam teknik menyusui.
b) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
c) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu.
d) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue).
e) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang hati-hati.
2) Payudara bengkak
a) Penyebab
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui
dengan adekuat sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus
yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
b) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya
bengkak adalah sebagai berikut:
(1) Massase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum
menyusui.
(2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena
dan mengurangi rasa nyeri.
(3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang
terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
88
3) Saluran susu tersumbat
a) Penyebab
(1) Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
(2) Pemakaian bra yang terlalu ketat.
(3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera
dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan.
b) Pencegahan
(1) Perawatan payudara pascapersalinan secara teratur, untuk
menghindari terjadinya statis aliran ASI.
(2) Posisi menyusui yang diubah-ubah.
(3) Mengenakan bra yang menyanggga, bukan yang menekan.
4) Mastitis
a) Pengertian
Mastitis adalah radang payudara.
b) Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
(1) Payudara bengkak yang tidak disusul secara adekuat, akhirnya
terjadi mastitis.
(2) Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
(3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement,
jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
(4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah
terkena infeksi.
c) Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
89
(1) Bengkak,nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.
(2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
(3) Payudara keras dan benjol
(4) Panas badan dan rasa sakit umum.
5) Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan
karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
a) Gejala
(1) Ibu tampak lebih parah sakite.
(2) Payudara lebih merah dan mengkilap.
(3) Benjolan lebih lunak karena berisi nanah,sehingga perlu diinsisi
untuk mengeluarkan nanah tersebut.
b) Penatalaksanaan
(1) Tehnik menyusui yang benar.
(2) Kompres air hangat dan dingin.
(3) Terus menyusui pada mastitis.
(4) Susukan dari yang sehat.
(5) Senam laktasi.
(6) Rujuk.
(7) Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotik bila abses
bertambah.
Deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan penanganannya menurut
Dewi dan Sunarsih (2013;h.107-118) adalah sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
90
a. Hemoragi
1) Perdarahan pascapersalinan primer
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
2) Perdarahan pascapersalinan sekunder
Etiologi:
a) Proses reepitelialisasi plasental site yang buruk (80%).
b) Sisa konsepsi atau gumpalan darah.
Terapi awal yang dilakukan adalah memasang cairan infus dan
memberikan
uterotonika
(methergin
0,5
mg
intramuskular),
antipiretika, dan antibiotika (bila ada tanda infeksi). Kuretase
dilakuakan bila terdapat sisa konsepsi.
b. Infeksi masa nifas
c. Tromboflebitis dan emboli paru
Tanda dan gejala
1) Kemungkinan peningkatan suhu ringan.
2) Takikardi ringan.
3) Awitan tiba-tiba nyeri sangat berat terjadi pada tungkai diperburuk
dengan pergerakan atau saat berdiri.
4) Edema pergelangan kaki.
5) Tanda Homan pasti. Tanda homan diperiksa dengan menempatkan satu
tangan dilutut ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki
tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat kaki, tanda ini positif.
6) Nyeri saat penekanan betis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
91
7) Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan
pembuluh darah dapat teraba.
d. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah.
Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi,
anemia, dan infeksi. Hematoma trejadi karena ruptur pembuluh darah
spontan atau akibat trauma.
E. Metode Keluarga Berencana
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan
ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode
KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan kb, susuk kb, atau AKBK ( alat susuk
bawah kulit ), AKDR/IUD. Sumber: (Manuaba, 2013;h.592)
1. Kb Metode Sederhana
Metode kb sederhana merupakan metode kb yang digunakan tanpa
bantuan orang lain. Yang termasuk metode kb sederhana adalah kondom,
pantang berkala, senggama terpusus, dan spermisid. Metode sederhana akan
lebih efektif bila penggunaanya diperhitungkan dengan masa subur.
a. Kondom, dalam usaha meningkatkan pemeriksaan gerakan keluarga
berencana
nasional,
peran
pria
sebenarnya
sangat
penting
dan
menentukan.
Menurut sejarah, kondom sudah diketahui sejak zaman mesir kuno
dan dibuat dari kulit atau usus binatang. Atas perintah raja Charles II di
inggris, dokter Condom membuat kondom dari kulit binatang dengan
panjang 190 mm, diameter 60 mm, dan tebalnya 0,038 mm. Tehnik dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
92
biaya pembuatannya cukup mahal dan keberhasilannya masih rendah
sebagai alat kontrasepsi.
Dokter fallopio dari italia membuat kondom dari linen dengan tujuan
utama untuk menghindari infeksi hubungan seksual pada tahun 1564. Cara
kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak masuk
kedalam kanalis servikalis. Keuntungan dari alat kontrasepsi kondom
adalah murah, mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis,
berfungsi ganda, dan di pakai oleh kalangan yang berpendidikan.
Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan terganggu, mungkin alergi
terhadap karet atau jelinnya yang mengandung spermisid, dan sulit
dipasarkan kepada masyarakat dengan pendidikan rendah.
b. Pantang berkala
c. Pantang berkala dengan sistem kalender
Sistem ini dikenal dengan nama sistem Ogino-Knaus, nama orang
yang meneliti terjadinya ovulasi sekitar 12 sampai 16 hari sebelum
menstruasi. Kelemahan sistem ini sulit menilai menstruasi yang akan
datang. Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga
dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan
tidak melakukan hubungan seks. Dengan ditemukannya sistem masa
subur oleh
Ogino-Knaus, metode pantang berkala makin dikenal oleh
masyarakat.
Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan perhitungan
minggu subur sebagai berikut :
1) Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
93
2) Masa subur dapat diperhitungkan,yaitu menstruasi hari pertama
ditambah 12 yang merupakan hari pertama minggu subur dan akhir
minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 19.
3) Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14.
Sebagai contoh, seorang wanita mendapat menstruasi 5 maret
1994. Maka perhitungan minggu suburnya adalah antara tanggal 17
sampai 24 maret 1994, sehingga harus menghindari hubungan seks untuk
mencegahy
kehamilan.
Sistem
pantang
berkala
dengan
kalender
mempunyai kegagalan berkisar 15 % sampai 20 %.
d. Pantang berkala dengan sistem suhu basal
Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai
1 derajat celcius pada hari ke 12 sampai 13 menstruasi, ketika ovulasi
terjadi pada hari ke 14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu
basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi terdapat temperatur
bifasik.
Pantang berkala dengan pengukuran suhu basal memerlukan
pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat
bermanfaat. Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%.
Kelemahannya dalah merepotkan dan tidak akurat, hanya saja dapat
digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna pada siklus
menstruasi 20-30 hari.
e. Senggama terputus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
94
Konsep senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan
menjelang terjadinya ejakuasi. Senggama terputus merupakan metode
tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan pada
masyarakat.
Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah
pihak, kegagalan hamil sekitar 30-35% karena semen keluar sebelum
mencapai puncak kenikmatan, etrlam bat mengeluarakan kemaluan,
semen yang tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan
dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak.
f. Spermisida
Spermisida dalah zat kimia yang dapat melumpuhkan bahkan
mematikan spermatozoa yang di gunakan menjelang hubungan seks.
Setelah pemasangan sekitar 5-10 menit, hubungan seksual dapat
dilakukan agar spermasid dapat berfungsi. Metode spermasid telah dikenal
pada zaman yunani kuno. Metode spermasida tetap dikembangkan oleh
berbagai pabrik farmasi seperti foam tablet, krem atau pasta, supositoria,
dan jeli.
Kekurangan spermasida adalah sebagai berikut :
1) Merepotkan menjelang hubungan senggama.
2) Nilai kepuasan berkurang.
3) Dapat menimbulkan iritasi atau alergi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
95
Kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai 35% karena pemasangan
tidak sempurna atau terlalu epat melakukan senggama (Manuaba,
2013;h.593-597).
2. Kb Metode Efektif
a. Kontrasepsi hormonal
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi hormonal telah
mempelajari bahwa estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melaui hipotalamus dan
hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating
hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikel de graaf
tidak terjadi. Disamping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran
hormon luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga
hasil konsepsi mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi.
Fungsi komponen progesterone :
1) Rangsangan baik ke hipotalamus dan hipofisis, sehingga pengeluaran
LH tidak terjadi dan mengakibatkan ovulasi.
2) Progesterone
mengubah
endometrium,
sehingga
kapasitasi
spermatozoa tidak berlangsung.
3) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa.
4) Menghambat peristaltik tuba, menyulitkan konsepsi.
5) Menghindari implantasi, melalui perubahan struktur endometrium.
b. Kontrasepsi hormonal pil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
96
Kontrasepsi hormonal pil telah mengalami penelitian panjang,
sebagian besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan, dengan patrun
menstruasi normal serta durasi antara 4-6 hari. Disamping durasi 4-6 hari,
masih terdapat patrun menstruasi wanita. Wanita tergolong durasi
menstruasi kurang dari 4 hari, memerlukan pil kb dengan efek estrogen
tinggi. Wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6 hari memerlukan pil kb
dengan efek estrogen yang rendah.
Tabel.2.9 Berbagai nama paten kb pil di pasaran :
Progesterone kuat
Progesteron lemah
Anovlar
Ovulen
Gynovlar
Volidan
Norlestrine
Lyndiol
Anacycline
Noracycline
Ovosta
Conovid E
Eugynon
Prevision
Norinyl
Ortho novum
Microgynon 60 ED
Nuvacim
Microgynon 30 ED
Sifat khas kontrasepsi hormonal dengan komponen estrogen
menyebabkan pemakaian mudah tersinggung, tegang, retensi air dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, pendarahan
banyak
saat
menimbulkan
menstruasi,
perlunakan
meningkatkan
serviks.
pengeluaran
Sedangkan
dengan
leukorea,
komponen
progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (kukulan), kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang
senggama kering.
1) Keuntungan :
a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%.
b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah :
(1) Ketegangan menjelang menstruasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
97
(2) Pendarahan menstruasi yang tidak teratur.
(3) Nyeri saat menstruasi.
(4) Pengobatan pasangan mandul.
(5) Pengobatan penyakit endometriosis.
(6) Dapat mengakibatkan libido.
2) Kerugian :
a) Harus minum pil secara teratur.
b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium.
c) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh
acne, mual sampai muntah).
d) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal.
Berbagai pabrik farmasi mengeluarkan pil KB sebagai berikut :
1) Pil kombinasi. Sejak semula telah terdapat kombinasi komponen
progesteron dan estrogen.
2) Pil sekuensial. Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan
sistem hormonal tubuh. 12 pil pertama hanya mengandung estrogen, pil
yang ke 13 dan seterusnya mengandung kombinasi.
3) Progesteron. Pil ini hanya mengandung progesteron dan di gunakan ibu
postpartum.
4) After morning pill. Pil ini digunakan segera setelah hubungan seksual.
c. Kontrasepsi hormonal suntikan
1) Keuntungan :
c) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu.
d) Tingkat efektifitasnya tinggi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
98
e) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.
f) Dapat
diberikan
pascapersalinan,
pasca-keguguran
atau
pascamenstruasi.
g) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
h) Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan
mendapatkan menstruasi.
2) Kerugian :
a) Pendarahan yang tidak menentu.
b) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan.
c) Masih terjadi kemungkinan hamil.
d) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan oeserta KB
menghentikan suntikan KB.
d. Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implan)
1) Tehnik pemasangan susuk KB :
Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang dilengan kiri atas dan
pemasangan seperti kipas mekar dengan 6 kapsul.
a) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti kipas terbuka.
b) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan lidokain
2%.
c) Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.
d) Trokar ditusukan subkutan sampai batasnya.
e) Kapsul dimasukan kedalam trokar, dan didorong dengan alat
pendorong sampai terasa tertahan.
f) Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik keluar.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
99
g) Untuk meyakinkan bahwa kapsul telah ditempatnya, alat pendorong
dimasukan sampai teras tidak ada tahanan.
h) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan plester.
Setiap kali susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang
akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep
mekanisme kerja sebagai progesteron yang dapat menghalangi
pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir
serviks dan mengahalangi migrasi spermatozoa, dan menyebabkan
situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.
2) Keuntungan :
a) Dipasang selama 5 tahun.
b) Kontrol medis ringan
c) Dapat dilayani di daerah pedesaan
d) Penyulit medis tidak terlalu tinggi
e) Biaya murah
3) Kerugian :
a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi
dan terjadi pendarahan yang tidak teratur.
b) Berat badan bertambah
c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara.
d) Liang senggama terasa kering.
4) Pada pencabutan banyak dijumpai kesulitan sehingga diupayakan untuk
merekayasa tehnik pencabutan sebagai berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
100
a) Metode Standar. Tempat pencabutan didesifektan kemudian ditutup
dengan duk. Diberikan anastesi lokal dengan lidokain 2%. Insisi
dibuat pada sekitar tempat inersi susuk KB. Pencabutan dengan
cara:
(1) Tehnik Blind (buta). Kapsul dijepit dengan klem arteri dan
selanjutnya ditarik keluar.
(2) Tehnik AVUC. Ujung kapsul dibersihkan dari jaringan ikat dan
selanjutnya dipegang dengan klem
arteri dan selanjutnya
dikeluarkan.
(3) Tehnik U. Tempat pencabutan didesinfektan kemudian ditutup
dengan duk steril. Insisi dibuat sejajar dengan pemasangan susuk
KB. Jaringan penutup susuk KB dibersihkan. Alat U dipakai untuk
memegang
kapsul,
ditarik
kearah
insisi,
jaringan
ikatnya
dibersihkan dan selanjutnya kapsul ditarik keluar.
(4) Tehnik Tusuk (Ma) pencabutan susuk.
Perlengkapan untuk susuk KB dengan tehnik tusuk (Ma) :
(a) Duk steril yang berlubang 5 cm.
(b) Pisau tajam untuk membuat insisi.
(c) Sebuah klem arteri untuk memperdalam dan menyisihkan
jaringan ikat penutup kapsul susuk KB.
(d) Pinset bedah untuk memegang kapsul susuk KB.
(e) Alat tusuk, pencabut susuk yang dibuat sendiri.
(f) Spuit 5 cc.
(g) Lidokain ampul.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
101
(h) Plester untukmenutup luka insisi.
(i)
Bahan desinfektan dan kassa steril.
3. Kontrasepsi Mekanis
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), Richter dari polandia 1909
membuat AKDR dari benang sutra tebal yang dimasukan kedalam rahim.
a. Mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut :
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan
reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.
2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang
menghalangi kapasitas spermatozoa.
3) Pemdatan
endometrium
oleh
leukosit,
makrofag,
dan
limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis
tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk
melaksanakan konsepsi.
b. Kekurangan :
1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
2) Terdapat pendarahan.
3) Leukorea, sehinnga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa
lebih basah.
4) Dapat terjadi infeksi.
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder
dan kehamilan ektopik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
102
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan menggangu
hubungan seksual.
c. Tehnik pemasangan AKDR :
1) Persiapan
a) Penderita tidur terlentang di meja ginekologi.
b) Vulva dibersihkan dengan kapas lisol, betadine, hibiscrube, atau
lainnya.
c) Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menetukan besar dan arah
rahim.
d) Duk steril dipasang dibawah bokong.
e) Serviks-porsio dibersihkan dengan kaps betadine atau lisol.
f) Dilakukan sodage untuk menentukan dalam panjang rahim dan arah
posisi rahim.
d. Pemasangan
Beberapa jenis pemasangan AKDR
1) Jenis lippes loop.
2) Jenis copper atau seven copper.
3) Jenis multiload atau medusa (Manuaba,2013;h.597-616).
4. Metode Kb Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan pada
hubunganseks yang tidak langsug dalam waktu 72 jam sampai 7 hari,
sehingga dapat menghindari kehamilan.
Pelayanan kontrasepsi darurat :
a. Metode hormonal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
103
1) Pemberian estrogen tingkat tinggi.
Per oral
a) Memberikan estrogen dengan dosis 50 mg dua kali dengan interval
12 jam.
b) Memberikan etinilestradiol 5 mg selama 5 hari.
Suntikan
a) Suntikan estradiol benzoate 30 mg setiap hari selama 5 hari.
b. Metode postinor buatan gedeon richter hongaria
1) Pemberian lenovogastrel 0,75 mg satu jam setelah hubungan seks
tanpa proteksi.
2) Penggunaan hanya 4 tablet dalam satu bulan.
c. Penggunaan danazol
1) Pemberian danazol 600 mg dua kali dengan interval 12 jam.
2) Efeknya sebagai kontrasepsi darurat kurang menguntungkan.
5. Metode Inersi AKDR
Inersi AKDR dalam waktu 72 jam sampai 7 hari banyak manfaatnya
sebagai kontrasepsi darurat, yang dapat dipertimbangkan pemakaiannya.
Perlu diperhatikan pemakaiannya pada wanita muda yang belum punya anak
dengan komplikasi infeksi dapat menimbulkan infertilitas.
a. Kontrasepsi Mantap Pria
Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan
operasi ringan, murah, aman dan mempunyai arti demografis yang tinggi,
artinya operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari (Manuaba, 2013;h.617631).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
104
II. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur berfikir
bagi seorang bidan dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya (Estiwidani, 2008;.h.124).
Menurut buku 50 tahun IBI (2007) manajemen kebidanan adalah
pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat (Estiwardani, 2008;h.124).
Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berturutan yang
dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semuah situasi. Akan tetapi setiap langkah dapat
diuraikan lagi mengajdi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa sesuai
dengan ketuban klien.
Ketujuh langkah-langkah Manajemen Kebidanan adalah sebagai
berikut :
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah pertama dalam pengumpulan data dasar yang menyeluruh
untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data ini meliputi pengkajian
riwayat pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi, meninjau kembali
proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
105
terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan
penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah
semuah data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan
kondisi ibu dan bayi baru lahir (Varney, 2007;h.27).
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Membuat
sebuah
identifikasi
masalah
atau
diagnosis
dan
kebutuhan keperawatan kesehatan yang akurat bedasarkan perbaikan
interprestasi data yang benar (Varney, 2007;h.26).
c. Langkah III (Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)
Langkah ketiga berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan
jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan
terhadap semuah keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah
langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang
aman (Varney, 2007;h.27).
d. Langkah IV (Evaluasi Kebutuhan Segera)
Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan
atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen kolaborasi
dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai dengan kondisi yang
diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir (Varney, 2007;h.26).
e. Langkah V (Perencanaan)
Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
106
keputusan
yang
dibuat
dan
dilaksanakan
pada
langkah-langkah
sebelumnya (Varney, 2007;h.26).
f. Langkah VI (Pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melakukan rencana perawaaatan secara
menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan
atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota tim
kesehatan lain (Varney, 2007;h.28).
g. Langkah VII (Evaluasi)
Langkah ketujuh, merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar mencapai langkah tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang didentifikasikan pada langkah
kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan
kesehatan.
Rencana
tersebut
menjadi
efektif
bila
bidan
mengimplementasikan semuah tindakan dalam rencana, dan menjadi tidak
efektif
bila tidak diimplementasikan. Mungkin saja sebagian efektif,
sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif (Varney, 2007;h.28).
III. Aspek Hukum
Landasan hukum kewenangan bidan dan kompetensi bidan :
A. Landasan hukum kewenangan bidan
Peraturan Mentri Kesehatan Indonesia No 1464/MENKES/PER/X/2010
yang berisi tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. Pada pasal 9
disebutkan bahwa bidan dalam menyelenggarakan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan ibu yang
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
107
masa menyusui, dan masa antara kedua kehamilan. Kemudian pelayanan
kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir, kesehatan reproduksi
perempuan, dan keluarga berencana dengan memberikan penyeluruhan dan
konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke
puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk bidan yang berkerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
B. Kompetensi bidan
Area kompetensi bidan di Indonesia menurut Ditjen Dikti Kemendikbud 2011
meliputi :
1. Area Kompetensi 1 : etik legal dan keselamatan pasien.
Berperilaku profesional, bermoral, dan memiliki etika dalam tanggap
terhadap/ menyikapi/ mencermati issue maupun aspek legal dalam praktik
kebidanan
yang
berorientasi
pada
keselamatan
perempuan
dan
masyarakat.
2. Area Kominikasi 2 : komunikasi efektif.
Mampu bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien/
perempuan, keluarganya, masyarakat di lingkungan perempuan, sesama
profesi, antar profesi kesehatan, dan stake holder.
3. Area Kompetensi 3 : pengembangan diri dan profesionalisme.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
108
Mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan inmu dan
teknologi terkini, serta menyadari keterbatasan diri berkaitan dengan
praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap profesi
bidan.
4. Area Kompetensi 4 : landasan ilmiah praktek kebidanan.
Bidan memiliki pengetahuan tentang kebidanan, neonatologi, ilmu-ilmu
social, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang tempat
untuk perempuan, bayi yang baru lahir “childbearning women”, dan
keluarga.
5. Area Kompetensi 5 : keterampilan klinis dalam praktik kebidanan.
Bidan memiliki pengetahuan tentang kebidanan, neonatologi, ilmu-ilmu
social, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang tempat
untuk perempuan, bayi yang baru lahir “childbearning women”, dan
keluarga.
6. Area Kompetensi 6 : promosi kesehatan dan konseling.
Melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai kesehatan
masyarakat pada umumnya, dan kesehatan perempuan sesuai dengan
tahap perkembangan siklus reproduksinya.
7. Area Kompetensi 7 : manajemen, kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah tanggung
jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif sumber daya di wilayah
kerjanya dengan memanfaatkan IPTEK untuk menghasilkan langkahlangkah strategis pengembangan organisasi.
C. Standar Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
109
Menurut Kepmenkes No.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang standar asuhan
kebidanan.
Pengertian Standar Asuhan Kebidanan :
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian.
1. Pernyataan Standar.
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Kriteria Pengkajian.
a. Data tepat, akurat dan lengkap.
b. Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
c. Data Obyektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
1. Pernyataan Standar.
a. Bidan Diagnoa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
110
c. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
d. Menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikan
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah
kebidanan yang tepat.
2. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
STANDAR III : Perencanaan.
1. Pernyataan Standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
2. Kriteria Perencanaan.
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.
b. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV : Implementasi.
1. Pernyataan Standar.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
111
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam
bentuk
upaya
promotif,
preventif,
kuratif
dan
rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2. Kriteria Implementasi.
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosialspiritual-kultural.
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent).
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
d. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
e. Menjaga privacy klien/pasien.
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
i. Melakukan tindakan sesuai standar.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
STANDAR V : Evaluasi.
1. Pernyataan Standar.
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
112
2. Kriteria Evaluasi.
a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan.
1. Pernyataan Standar.
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan.
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
c. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
d. O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Sartika Senen, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download