Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan

advertisement
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP
Taufiq1
Abstrak
Penelitian ini untuk menelaah pengaruh pencapaian dan peningkatan pembelajaran melalui
pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan disposisi matematik siswa. Desain penelitian ini adalah kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol pretes dan postes. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran kontekstual
dan strategi think-talk-write dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk
mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah
dan skala sikap disposisi matematik siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1
Sigli Provinsi Aceh dengan sampel penelitian siswa kelas VIII sebanyak dua kelas yang dipilih secara
purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memperoleh pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Skala disposisi matematik menunjukkan bahwa disposisi
matematik siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik
daripada disposisi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian
juga menunjukkan hubungan yang positif dan kuat, artinya semakin tinggi skor kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa, semakin tinggi pula disposisi matematik siswa.
kata kunci:
1
Kemampuan pemecahan masalah dan Disposisi Matematik Pembelajaran
kontekstual dan Strategi Think-Talk-Write,
Taufiq, Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jabal Ghafur Sigli
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |1
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
dimiliki oleh semua anak yang belajar
PENDAHULUAN
matematika.
1. Latar Belakang
Pemecahan masalah bukan sekedar
Pembelajaran matematika tidak hanya
keterampilan untuk diajarkan dan digunakan
dimaksudkan
dalam matematika tetapi juga merupakan
kemampuan kognitif matematik, melainkan
keterampilan yang akan dibawa pada masalah-
juga aspek afektif, seperti disposisi matematik.
masalah keseharian siswa atau situasi-situasi
Menurut
pembuatan
demikian
mendefinikan disposisi matematik sebagai
kemampuan pemecahan masalah membantu
ketertarikan dan apresiasi seseorang terhadap
seseorang secara baik dalam hidupnya. Proses
matematika, dalam arti yang lebih luas
berpikir
masalah
disposisi matematik bukan hanya sebagai
memerlukan kemampuan mengorganisasikan
sikap saja tetapi juga sebagai kecenderungan
strategi, pemecahan masalah sebagai fokus
untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi
dari matematika sekolah bertujuan untuk
matematik adalah keinginan, kesadaran dan
membantu dalam mengembangkan berpikir
dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk
secara matematik (NCTM, 2000).
belajar
keputusan,
dalam
dengan
pemecahan
Menurut Sumarmo (2004)
pemecahan
masalah
dalam
bahwa
untuk
NCTM
meningkatkan
(Sumarmo,
matematika
dan
2010)
melaksanakan
berbagai kegiatan matematika.
pembelajaran
Pembelajaran kontekstual merupakan
matematika merupakan pendekatan dan tujuan
suatu proses
yang harus dicapai. Sebagai pendekatan
membantu
pemecahan
pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
masalah
digunakan
untuk
pendidikan
siswa
menemukan dan memahami materi atau
menghubungkannya
konsep
matematika.
Sedangkan
lingkungan
tujuan,
diharapkan
agar
mengidentifikasi
unsur
ditanyakan
kecukupan
serta
sebagai
siswa
yang
melihat
yang
bertujuan
makna
dengan
pribadinya,
dalam
konteks
sosialnya,
dan
dapat
budayanya. Selanjutnya Washington (Nurhadi,
diketahui,
2004: 12) mengemukakan bahwa: pendekatan
unsur
yang
kontekstual
adalah
pengajaran
diperlukan, merumuskan masalah dari situasi
memungkinkan
sehari-hari dalam matematika, menerapkan
memperluas, dan menerapkan pengetahuan
strategi
dan keterampilan akademisnya dalam berbagai
untuk
menyelesaikan
berbagai
latar
di
atau
memecahkan seluruh persoalan yang ada
menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
dalam dunia nyata. Strategi ini sangat tepat
asal,
dan
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
menyelesaikannya untuk masalah nyata dan
di atas dan dipertegas dengan argumentasi
menggunakan matematika secara bermakna
sebagai berikut: (1). Strategi TTW dapat
(meaningful). Sebagai implikasinya maka
membantu
kemampuan pemecahan masalah hendaknya
pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman
matematika,
menyusul
ISSN 2355-0074
model
menjelaskan
matematika
dan
siswa
luar
memperkuat,
masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau
luar
sekolah
siswa
yang
dalam
sekolah
untuk
mengkonstruksi
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |2
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat
mendiskusikan
pemikirannya
dengan
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Pemecahan Masalah
temannya sehingga siswa saling membantu
Pembahasan
mengenai
pemecahan
dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan
masalah tentunya tidak terlepas dari pengertian
membantu siswa dalam memahami materi
masalah itu sendiri. Masalah adalah suatu
yang diajarkan oleh guru. (2) Strategi TTW
kesenjangan antara suatu yang diharapkan dan
dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil
kenyataan yang ada. Ruseffendi (1991:336-
diskusinya
dalam
337) mengemukakan bahwa suatu persoalan
sistematis
sehingga
bentuk
siswa
tulisan
secara
akan
lebih
merupakan
masalah
bagi
seseorang bila
memahami materi dan membantu siswa untuk
persoalan itu tidak dikenalnya, dan orang
memecahkan masalah soal maemaika.
tersebut
mempunyai
keinginan
untuk
menyelesaikannya, terlepas apakah ia sampai
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
atau tidak kepada jawaban masalah itu. Situasi
tersebut, pemasalahan yang diangkat dalam
dikatakan masalah jika seseorang menyadari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa
1) Apakah
peningkatan
pemecahan
masalah
kemampuan
siswa,
yang
mendapat pembelajaran kontekstual
situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak
dengan
kemampuan
siswa
yang
mendapat pembelajaran konvensional?
2) Apakah disposisi matematik antara
dapat
menemukan
pemecahannya.
dan strategi think-talk-write lebih baik
daripada
segera
Menurut Hudojo (2001:162) suatu
pertanyaan akan merupakan suatu masalah
hanya
jika
seseorang
tidak
mempunyai
aturan/hukum yang segera dapat dipergunakan
siswa, yang mendapat pembelajaran
untuk
kontekstual dan strategi think-talk-
tersebut.
write lebih baik daripada disposisi
mengemukakan
siswa yang mendapat pembelajaran
merupakan suatu masalah bergantung kepada
konvensional?
individu dan waktu. Artinya, suatu pertanyaan
3) Apakah
terdapat
korelasi
menemukan
jawaban
Selanjutnya
bahwa
pertanyaan
Hudojo
suatu
juga
pertanyaan
antara
merupakan suatu masalah bagi siswa, tetapi
kemampuan pemecahan masalah dan
mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi
disposisi matematik siswa pada kelas
siswa yang lain. Pertanyaan yang dihadapkan
yang
pembelajaran
kepada siswa yang tidak bermakna akan bukan
kontekstual dan strategi think-talk-
merupakan masalah bagi siswa tersebut.
write?
Dengan perkataan lain, pertanyaan yang
menggunakan
dihadapkan kepada siswa haruslah dapat
diterima oleh siswa tersebut. Jadi, pertanyaan
itu haruslah sesuai dengan struktur kognitif
siswa.
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |3
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
Pemecahan
masalah
merupakan
mendasar yang harus dimiliki siswa dalam
bagian dari kurikulum matematika yang sangat
belajar matematik. Walaupun tidak mudah
penting karena dalam proses pembelajaran
untuk
maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan
kepentingan
memperoleh
kemampuan pemecahan masalah hendaknya
pengalaman
menggunakan
mencapainya,
pengetahuan serta keterampilan yang sudah
diajarkan
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
tingkatan.
masalah yang bersifat tidak rutin (Suherman
dan
kepada
tetapi
karena
kegunaannya
maka
seluruh
siswa
2. Langkah-langkah
dkk, 2001:86).
semua
Pemecahan
Masalah Matematik
Dalam
pemecahan
akan
pembelajaran
masalah
matematika
banyak
ahli
yang
merupakan
mengemukakan aturan atau urutan langkah-
pendekatan dan sebagai tujuan yang harus
langkah dalam pemecahan masalah. Polya
dicapai.
(Ruseffendi, 2010:177) menganjurkan sebagai
Sebagai
dapat
Sudah
pendekatan,
pemecahan
masalah digunakan untuk menemukan dan
berikut:
memahami materi atau konsep matematika
1)
Memahami persoalan, hal ini dapat
yang sedang dipelajari. Sedangkan sebagai
dilakukan dengan menuliskan kembali
tujuan
pembelajaran
adalah
mampu:
mengidentifikasi
diketahui,
unsur
kecukupan
yang
unsur
merumuskan
agar
siswa
persoalan dengan bahasa sendiri yang
unsur
yang
dapat
ditanyakan,
dan
yang
masalah
diperlukan;
matematik
lebih
2)
Membuat
atau
strategi
mungkin.
berbagai
masalah di dalam maupun di luar matematika;
rencana
menyelesaikannya,
dibuat
menyelesaikan
dan
lebih
atau
cara
untuk
disini
juga
dapat
jawaban
yang
operasional.
menyusun model matematik; menerapkan
untuk
dimengerti
3)
dugaan-dugaan
Menjalankan rencana yang telah dibuat
menjelaskan atau menginterpretasikan hasil
pada butir 2 atau menyelesaikan masalah
sesuai permasalahan asal; dan menggunakan
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
matematika
secara
bermakna
(Sumarmo,
4)
Melihat
2003).
atau
memeriksa
kebenaran
jawaban yang diperoleh.
Dari
berbagai
macam
pandangan
3. Disposisi Matematik
tentang pemecahan masalah, dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
masalah
satu faktor yang menentukan keberhasilan
sebagai tujuan inti dan utama dalam kurikulum
belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi
matematika,
yang
berarti
pemecahan
Disposisi matematis merupakan salah
dalam
pembelajaran
akan
menjadikan
mereka
gigih
matematika, lebih mengutamakan proses siswa
menghadapi masalah yang lebih menantang,
menyelesaikan suatu masalah daripada sekedar
untuk bertanggung jawab terhadap belajar
hasil,
pemecahan
mereka sendiri, dan untuk mengembangkan
kemampuan
kebiasaan baik di matematika. Sayangnya,
masalah
sehingga
kemampuan
dijadikan
ISSN 2355-0074
sebagai
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |4
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
guru cenderung mengurangi beban belajar
yang
matematika dengan maksud untuk membantu
pemecahan masalah (Philipou, 2004: 1).
siswa padahal itu merupakan sesuatu yang
penting untuk siswa.
spesifik
akan
lebih
baik
dalam
Pengertian Disposisi matematik di atas
dapat disimpulkan bahwa disposisi matematik
Disposisi menurut Maxwell (2001),
merupakan bentuk karakter yang tumbuh
terdiri dari (1) inclination (kecenderungan),
dalam
yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-
pembelajaran matematika, ia akan merasa
tugas;
bahwa
(2)
sensitivity
(kepekaan),
yaitu
diri
siswa
belajar
setelah
matematika
mengalami
penting
dan
bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi
berguna bagi kehidupannya. Kemampuan yang
tugas; dan (3) ability (kemampuan), yaitu
diharapkan tidak hanya memiliki kompetensi
bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan
matematika yang baik tetapi memiliki sikap
tugas secara lengkap; dan (4) enjoyment
menghargai dan memaknai matematika yang
(kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku
baik.
siswa dalam menyelesaikan tugas. Disposisi
matematik
harus
ditingkatkan
4. Pendekatan
karena
Kontekstual
Strategi Think-Talk-Write
merupakan faktor utama yang menentukan
a. Pendekatan
kesuksesan belajar (Kilpatrick et.al, 2001).
Kontekstual
Sedangkan
disposisi
matematik
dan
Pembelajaran
menurut
Pendekatan pembelajaran kontekstual
Sumarmo (2010) adalah keinginan, kesadaran,
menurut Depdiknas (2003) adalah pendekatan
kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada
yang
diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan
dengan situasi dunia nyata siswa dalam
berbuat secara matematik. Sedangkan dalam
mendorong siswa membuat hubungan antara
10 standar NCTM tahun 2000 (Sumarmo,
pengetahuan
yang
2010)
penerapannya
dalam
dikemukakan
bahwa
disposisi
mengaitkan
materi
yang
diajarkan
dimilikinya
dengan
kehidupan
mereka.
matematik menunjukkan: rasa percaya diri,
Belajar dan mengajar kontekstual berasumsi
ekspetasi
dan
bahwa belajar adalah merepresentasikan suatu
perhatian serius dalam belajar matematika,
konsep untuk mengaitkan mata pelajaran yang
kegigihan
dan
dipelajari siswa dengan konteks dimana materi
menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang
tersebut digunakan serta berhubungan dengan
tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat
bagaimana cara siswa belajar.
dan
metakognisi,
dalam
gairah
menghadapi
dengan orang lain.
Hasil
penelitian
Pendekatan pembelajaran kontekstual
mengungkapkan
dapat dilakukan dengan mengembangkan ke
terdapat korelasi yang signifikan antara sikap
tujuh komponen utamanya sebagai langkah
terhadap matematik, kepercayaan diri dan
penerapan dalam pembelajaran (Depdiknas,
kinerja. Akibatnya, tampak bahwa siswa
2003: 10), yaitu:
dengan sikap terhadap matematik positif dan
1)
memiliki kepercayaan diri tinggi pada domain
ISSN 2355-0074
Kembangkan pemikiran bahwa siswa
akan belajar lebih bermakna dengan cara
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |5
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
2)
3)
4)
bekerja sendiri, menentukan sendiri, dan
dahulu
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
merefleksikan dan
keterampilan barunya (contrutivism).
serta menguji ide-ide itu sebelum memulai
Melaksanakan sebisa mungkin kegiatan
menulisnya. strategi think-talk-write yang
penemuan dalam proses pembelajarannya
dipilih pada penelitian ini dibangun dengan
(inquiry).
memberikan
waktu
Kembangkan sifat ingin tahu siswa
melakukan
kegiatan
melalui pertanyaan (questioning).
merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide,
Ciptakan
dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya).
suasana
belajarโ€Ÿdengan
5)
6)
7)
„masyarakat
melakukan
belajar
melakukan
Strategi
kegiatan
berpikir,
menyusun ide-ide,
kepada
siswa
tersebut
TTW
untuk
(berpikir,
dimulai
dengan
kelompok (learning community).
bagaimana siswa memikirkan penyelesaian
Hadirkan „modelโ€Ÿ sebagai alat bantu dan
suatu tugas (masalah), kemudian melalui
contoh dalam pembelajaran (modelling).
diskusi siswa dapat menuliskan kembali hasil
Lakukan reflesi di akhir pertemuan
pemikiran
(reflection).
penggunaan strategi think-talk-write dalam
Lakukan
penilaian
yang
sebenarnya
tersebut.
pembelajaran
Keuntungan
adalah:
(1)
lain,
mempercepat
dengan berbagai cara. Penilaian yang
kemahiran dalam menggunakan strategi, (2)
sebenarnya
membantu siswa mempercepat pemahaman,
dilakukan
dengan
mempertimbangkan setiap aspek kegiatan
(3)
yang dilakukan siswa selama proses
mendiskusikan suatu strategi penyelesaian
pembelajaran
untuk mempercepat problem solving maupun
berlangsung
(authentic
memberi
kesempatan
assesment).
reasoning.
b. Strategi Think-Talk-Write
METODE PENELITIAN
Strategi pembelajaran think-talk-write
yang
diperkenalkan
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP di Sigli Kabupaten Aceh
Laughlin (1996: 82) dengan alasan bahwa
Pidie Provinsi Aceh. Sekolah SMP Negeri 1 di
strategi
ini
Sigli di jadikan sebagai subjek penelitian.
membangun secara tepat untuk berpikir dan
Sampelnya siswa dari dua kelas VIII yang
refleksikan serta untuk mengorganisasikan
dipilih secara acak dari 10 kelas VIII. yaitu
ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum
kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan
siswa diminta untuk menulis.
VIII-2 sebagai kelas kontrol. Dari beberapa
Dalam
Huinker
siswa
dan
pembelajaran
oleh
pada
think-talk-write
kegiatan
pembelajaran
kelas
yang
ada
tersebut
dikelompokkan
matematika sering ditemui bahwa ketika siswa
menjadi dua kelompok pembelajaran, yaitu
diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba
kelompok yang menggunakan pendekatan
untuk langsung memulai menulis jawaban.
kontektual dan strategi think-talk-write sebagai
Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah,
kelas
eksperimen,
dan
kelompok
yang
namun akan lebih bermakna jika dia terlebih
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |6
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
menggunakan
pembelajaran
konvensional
kontrol
yang
sebagai kelas kontrol.
konvensional.
HASIL PENELITIAN DAN
penelitian.
PEMBAHASAN
mendapat
Berikut
ini
pembelajaran
uraian
hasil
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pembahasan
hasil
penelitian
ini
Matematik
berdasarkan pada faktor-faktor yang diamati
dan ditemukan dalam penelitian.
Data kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa diperoleh melalui pre-test,
Data kuantitatif diperoleh melalui tes
post-test, dan gain ternormalisasi. Adapun
kemampuan pemecahan masalah dan disposisi
hasil skor kemampuan pemecahan masalah
matematik di awal dan akhir pembelajaran.
matematik siswa dapat dilihat deskripsi pre-
Data tersebut didapat dari 60 orang siswa,
test,
terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen yang
kemampuan pemecahan masalah matematik
mendapat
siswa pada kelas kontekstual dan strategi TTW
pembelajaran
kontekstual
dan
strategi think-talk-write dan 30 siswa kelas
post-test,
dan
gain
ternormalisasi
dan kelas konvensional.
Tabel 1
Data Statistik Deskriptif Skor Pemecahan Masalah
Kontekstual dan TTW
Konvensional
Nilai
n
s
n
s
๐’™
๐’™
Pre-test
30
4,27
1,89
30
4,07
2,06
Post-test
30
9,07
2,77
30
6,67
2,26
Gain
30
0,31
0,12
30
0,16
0,115
Ternormalisasi
Skor Maksimum Ideal = 20
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh rataan
adalah 0,31 lebih tinggi daripada kelas
pre-test kelas kontekstual dan strategi TTW
konvensional dengan rataan sebesar 0,16
sebesar
kelas
dengan peningkatan di kelas kontekstual dan
konvensional sebesar 4,07. Rataan pre-test
strategi TTW pada kualifikasi sedang dan
kedua
kelas konvensional pada kualifikasi rendah.
4,27
kelas
dan
rataan
relatif
sama,
pre-test
hal
tersebut
bermakna bahwa kedua kelas sebelum diberi
perlakuan
mempunyai
yang
sama sebelum perlakuan diberikan. Sedangkan
relatif sama. Rataan skor post-test kemampuan
untuk rataan post-test kelas yang mendapat
pemecahan masalah matematik pada kelas
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
kontekstual dan strategi TTW adalah 9,07
talk-write menunjukkan hasil skor yang lebih
lebih tinggi daripada kelas konvensional
tinggi dibandingkan kelas yang mendapatkan
dengan
6,67.
pembelajaran konvensional. Dari data di atas
ternormalisasi
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor
kemampuan pemecahan masalah matematik
kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa pada kelas kontekstual dan strategi TTW
siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
rataan
Sedangkan
post-test
rataan
ISSN 2355-0074
kemampuan
Kemampuan awal kedua kelas relatif
gain
sebesar
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |7
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
a.
Analisis Skor Pre-test dan Post-test
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu
Kemampuan
uji normalitas dan uji homogenitas.
Pemecahan
Masalah
Matematik
1)
Uji Perbedaan Rataan Pre-test
Analisis skor pre-test menggunakan
Setelah diketahui bahwa data skor pre-
uji perbedaan pre-test dan uji perbedaan post-
test kemampuan pemecahan masalah kelas
test. Uji perbedaan pre-test bertujuan untuk
kontekstual
memperlihatkan apakah terdapat perbedaan
berdistribusi normal dan kedua data homogen,
yang signifikan antara kemampuan awal kedua
maka bisa dilanjutkan pada uji perbedaan
kelas. Sedangkan uji perbedaan post-test
rataan pre-test dengan menggunakan uji non
bertujuan untuk melihat apakah terdapat
parametrik (Mann-Whitney U-Test) dengan
perbedaan yang signifikan antara kemampuan
bantuan program SPSS 16. Berikut rangkuman
akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas
hasil uji perbedaan rataan skor pre-test pada
kontekstual dan strategi TTW dan kelas
taraf signifikansi α = 0,05.
dan
strategi
TTW
tidak
konvensional. Sebelum data dianalisis terlebih
Tabel 2
Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pre-test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Statistik
Nilai
Kesimpulan
Mann-Whitney U
434,000
Z
-0,240
H0 Diterima
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,810
Asymp. Sig. (1-tailed)
0,405
Tabel di atas, memperlihatkan bahwa
konvensional. Dengan demikian kemampuan
skor pre-test kemampuan pemecahan masalah
awal kedua kelas sama.
matematik memiliki nilai signifikansi lebih
2)
Uji Perbedaan Rataan Post-test
besar dari 0,05 yaitu 0,405 artinya Sig α >
Setelah diketahui bahwa data skor
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima,
post-test kedua kelompok tidak normal, dan
artinya
kedua data homogen sehingga dilanjutkan
tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara skor pre-test kemampuan
pada
pemecahan
kelas
menggunakan uji non parametrik (Mann-
kontekstual dan strategi TTW dan kelas
Whitney U-Test) dengan bantuan program
masalah
matematik
uji
perbedaan
post-test
dengan
SPSS 16.
Tabel 3
Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Post-test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Statistik
Nilai
Kesimpulan
Mann-Whitney U
220,000
Z
-3,431
H0 Ditolak
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,001
Asymp. Sig. (1-tailed)
0,0005
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |8
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa
gain
ternormalisasi
juga
menunjukkan
nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu
klasifikasi peningkatan skor siswa yang
0,0005 yang artinya ๐‘†๐‘–๐‘” ๐›ผ < 0,05. Hal ini
dibandingkan dengan skor maksimal idealnya.
menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya
Rataan gain ternormalisasi menggambarkan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa yang mendapat pembelajaran
matematik
kontekstual dan strategi think-talk-write lebih
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
baik
talk-write maupun yang hanya mendapat
daripada
siswa
yang
mendapat
Analisis
Skor
Gain
skor
Rangkuman
Ternormalisasi
ternormalisasi
Pemecahan Masalah Matematik
Analisis
yang
mendapatkan
pembelajaran konvensional.
pembelajaran konvensional.
b.
siswa
gain
ternormalisasi
masalah
rataan
Gain
kemampuan
matematik
siswa
pemecahan
pada
kelas
kemampuan pemecahan masalah matematik
kontekstual dan strategi TTW dan kelas
menggunakan data gain ternormalisasi, data
konvensional disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 4
Data Rataan dan Klasifikasi Gain ternormalisasi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Rataan Gain
Kelas
Klasifikasi
ternormalisasi
Kontekstual
0,3145
Sedang
dan TTW
Konvensional
0,1617
Rendah
Skor gain ternormalisasi siswa yang
matematik
siswa
yang
mendapatkan
mendapatkan pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
strategi think-talk-write (kelas eksperimen)
talk-write lebih baik dari siswa yang hanya
dengan
mendapat
mendapatkan pembelajaran konvensional perlu
memiliki
dilakukan uji statistik.
siswa
pembelajaran
yang
hanya
konvensional
perbedaan yang tidak signifikan. Klasifikasi
c.
Uji
Perbedaan
Rataan
Skor
Gain
skor gain ternormalisasi kelas kontekstual dan
Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan
strategi TTW dengan kelas konvensional
Masalah
termasuk kategori sedang dan rendah.
Hal
ini
menunjukkan
Berdasarkan hasil uji normalitas yang
bahwa
telah
dilakukan
sebelumnya
didapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
kesimpulan bahwa skor gain ternormalisasi
matematik siswa kelas kontekstual dan strategi
kelas kontekstual dan strategi TTW dan kelas
TTW lebih baik dari kelas konvensional.
konvensional berdistribusi normal. Sedangkan
Namun untuk meyakinkan apakah benar
untuk uji homogenitas menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
varians skor gain ternormalisasi kemampuan
ISSN 2355-0074
Volume 4. Nomor 1. April 2017 |9
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
pemecahan
masalah
matematik
kedua
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
kelompok
homogen.
Sehingga
untuk
matematik
yang
mendapat
pembelajaran
membuktikan bahwa skor gain ternormalisasi
kontekstual dan strategi think-talk-write lebih
kemampuan pemecahan masalah matematik
baik
siswa kelas kontekstual dan strategi TTW
pembelajaran konvensional.
berbeda dengan kelas konvensional dilakukan
Berikut rangkuman hasil uji perbedaan
rataan skor gain ternormalisasi pada taraf
signifikansi α = 0,05.
uji perbedaan rataan skor gain ternormalisasi
daripada
siswa
yang
mendapat
dengan menggunakan uji-t.
Tabel 5
Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Gain Ternormalisasi
t-test for Equality of Means
Kesimpulan
t
Df
Sig. (2-tailed)
4,970
58
0,000
Tabel 5 diperoleh thitung = 4,970 untuk
H0 Ditolak
2.
Disposisi Matematik
α = 0,05 dengan Df = 58, nilai ttabel = 2,00,
Data tentang disposisi matematik siswa
maka thitung berada di daerah penolakan H0,
diperoleh melalui angket yang diberikan pada
atau nilai signifikan
akhir perlakuan pada kedua kelompok siswa
0,000 < α = 0,05
sehingga H0 Ditolak yang artinya terdapat
yaitu
perbedaan yang signifikan antara peningkatan
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
kemampuan pemecahan masalah matematik
talk-write dan kelas kontrol yang mendapat
siswa
pembelajaran konvensional.
yang
kontekstual
mendapat
dan
strategi
pembelajaran
think-talk-write.
Hasil
kelas
Uji
eksperimen
Perbedaan
yang
Rataan
mendapat
Disposisi
Dengan demikian peningkatan kemampuan
Matematik, setelah diketahui bahwa data
pemecahan masalah matematik siswa yang
disposisi matematik memenuhi uji prasyarat
mendapat
dan
kenormalan dan homogenitas, maka bisa
strategi think-talk-write lebih baik daripada
dilanjutkan pada uji perbedaan rataan dengan
siswa
menggunakan
pembelajaran
yang
kontekstual
mendapatkan
pembelajaran
konvensional.
independent
sample
t-test
dengan bantuan program SPSS.
Tabel 6
Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Disposisi Matematik
t-test for Equality of Means
Keterangan
t
Df
Sig. (2-tailed)
3,509
62
0,001
Ho Diterima
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |10
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa
Korelasi antara Kemampuan Pemecahan
nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu
Masalah dengan Disposisi Matematik Kelas
0,001 yang artinya ๐‘†๐‘–๐‘” ๐›ผ < 0,05. Hal ini
Pembelajaran Kontekstual dan TTW
Untuk melihat ada dan tidaknya
menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya
disposisi matematik siswa yang mendapat
korelasi
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
masalah dan disposisi matematik digunakan
talk-write
korelasi r pearson.
lebih
matematik
baik
siswa
daripada
yang
disposisi
antara
kemampuan
pemecahan
Hasil pengelompokkan kemampuan
memperoleh
pemecahan masalah dan disposisi matematik
pembelajaran konvensional.
tersaji pada tabel berikut.
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik
Korelasi r Pearson
Sig.
Kesimpulan
0,906
0,000
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 7 di atas diperoleh
mendapatkan pembelajaran konvensional. (2)
nilai Sig. yaitu 0,000, sehingga H0 ditolak. Hal
Disposisi matematik siswa yang mendapat
ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
signifikan
dan
masalah
antara
dan
kemampuan
think-talk-write
lebih
baik
daripada disposisi matematik siswa yang
koefisien r pearson menunjukkan besarnya
memperoleh pembelajaran konvensional. (3)
koefisien antara pemecahan masalah dan
korelasi
disposisi matematik yaitu 0,906. Koefisien
masalah dan disposisi matematik siswa pada
tersebut menunjukkan hubungan yang positif
kelas yang mendapat pembelajaran dengan
dan
pendekatan kontekstual
artinya
matematik.
strategi
Nilai
kuat,
disposisi
pemecahan
semakin
tinggi
skor
kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa, semakin tinggi pula disposisi matematik
siswa.
antara
kemampuan
pemecahan
dan strategi think-
talk-write termasuk asosiasi tinggi.
2. Saran
Kesimpulan yang dikemukakan di atas
memberikan rekomendasi sebagai berikut: (1)
PENUTUP
Pembelajaran kontekstual dan strategi think-
1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data,
talk-write hendaknya menjadi alternatif model
analisis, temuan dan pembahasan diperoleh
pembelajaran bagi guru SMP khususnya dalam
kesimpulan sebagai berikut: (1) Pencapaian
meningkatkan
dan
masalah dan disposisi matematik siswa. (2)
peningkatan
kemampuan
Pemecahan
kemampuan
Masalah siswa yang mendapat pembelajaran
Untuk
dengan pendekatan kontekstual dan strategi
pembelajaran kontekstual dan strategi think-
think-talk-write lebih baik daripada siswa yang
talk-write, sebaiknya guru membuat sebuah
ISSN 2355-0074
|11
menerapkan
pemecahan
pembelajaran
dengan
Volume 4. Nomor 1. April 2017
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
skenario dan perencanaan yang lebih baik,
sehingga pembelajaran kontekstual
ISSN 2355-0074
strategi
think-talk-write
dapat
diterapkan.
dan
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |12
Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan...
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas.
Huinker, D. & Laughlin. 1996. ”Talk Your Way Into Writing”. In P.C Elliot, and M.J. Kenney (Eds.)
1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and beyond. USA: NCTM.
Hudojo. 2001. Common Textbook : Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika.
Malang : JICA Universitas Negeri Malang.
Ruseffendi, E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung.
Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito.
Kilpatrick, J. et al. 2001. The Standars of Mathematical Proficiency. Adding it up: Helping Children
Learn Mathematics. Washington DC: National Academy Press.
Maxwell, K. (2001). Positive learning dispositions in mathematics. [on line].
http://www.education.auckland.ac.nz/uoa/fms/default/education/docs/
word/research/foed_paper/issue11/ACE_Paper_3_Issue_11.doc
[4 November
2013].
National Council of Teacher of Mathematics. (1991). Professional Standards for Teaching
Mathematics. Reston, VA: NCTM.
National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standarts for School
Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nurhadi dan Senduk, A.G. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Philipou, G. & Nicolaidou, M. (2004) “Attitudes Toward Mathematics, Self Efficacy and Achievment
in Problem Solvingโ€Ÿ. Jurnal: ERME, CERME-3, TG-2.
Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Tim MKBPM
JICA UPI Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada Siswa Sekolah Menengah dan
Mahasiswa Calon Guru. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA UPI Bandung.
Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya.
Sumarmo, U. (2010). Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Teori Paradigma,
Prinsip, Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |13
Download