Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP Taufiq1 Abstrak Penelitian ini untuk menelaah pengaruh pencapaian dan peningkatan pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa. Desain penelitian ini adalah kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pretes dan postes. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan skala sikap disposisi matematik siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Sigli Provinsi Aceh dengan sampel penelitian siswa kelas VIII sebanyak dua kelas yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Skala disposisi matematik menunjukkan bahwa disposisi matematik siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write lebih baik daripada disposisi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian juga menunjukkan hubungan yang positif dan kuat, artinya semakin tinggi skor kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, semakin tinggi pula disposisi matematik siswa. kata kunci: 1 Kemampuan pemecahan masalah dan Disposisi Matematik Pembelajaran kontekstual dan Strategi Think-Talk-Write, Taufiq, Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jabal Ghafur Sigli ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |1 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... dimiliki oleh semua anak yang belajar PENDAHULUAN matematika. 1. Latar Belakang Pemecahan masalah bukan sekedar Pembelajaran matematika tidak hanya keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dimaksudkan dalam matematika tetapi juga merupakan kemampuan kognitif matematik, melainkan keterampilan yang akan dibawa pada masalah- juga aspek afektif, seperti disposisi matematik. masalah keseharian siswa atau situasi-situasi Menurut pembuatan demikian mendefinikan disposisi matematik sebagai kemampuan pemecahan masalah membantu ketertarikan dan apresiasi seseorang terhadap seseorang secara baik dalam hidupnya. Proses matematika, dalam arti yang lebih luas berpikir masalah disposisi matematik bukan hanya sebagai memerlukan kemampuan mengorganisasikan sikap saja tetapi juga sebagai kecenderungan strategi, pemecahan masalah sebagai fokus untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi dari matematika sekolah bertujuan untuk matematik adalah keinginan, kesadaran dan membantu dalam mengembangkan berpikir dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk secara matematik (NCTM, 2000). belajar keputusan, dalam dengan pemecahan Menurut Sumarmo (2004) pemecahan masalah dalam bahwa untuk NCTM meningkatkan (Sumarmo, matematika dan 2010) melaksanakan berbagai kegiatan matematika. pembelajaran Pembelajaran kontekstual merupakan matematika merupakan pendekatan dan tujuan suatu proses yang harus dicapai. Sebagai pendekatan membantu pemecahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara masalah digunakan untuk pendidikan siswa menemukan dan memahami materi atau menghubungkannya konsep matematika. Sedangkan lingkungan tujuan, diharapkan agar mengidentifikasi unsur ditanyakan kecukupan serta sebagai siswa yang melihat yang bertujuan makna dengan pribadinya, dalam konteks sosialnya, dan dapat budayanya. Selanjutnya Washington (Nurhadi, diketahui, 2004: 12) mengemukakan bahwa: pendekatan unsur yang kontekstual adalah pengajaran diperlukan, merumuskan masalah dari situasi memungkinkan sehari-hari dalam matematika, menerapkan memperluas, dan menerapkan pengetahuan strategi dan keterampilan akademisnya dalam berbagai untuk menyelesaikan berbagai latar di atau memecahkan seluruh persoalan yang ada menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan dalam dunia nyata. Strategi ini sangat tepat asal, dan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan di atas dan dipertegas dengan argumentasi menggunakan matematika secara bermakna sebagai berikut: (1). Strategi TTW dapat (meaningful). Sebagai implikasinya maka membantu kemampuan pemecahan masalah hendaknya pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman matematika, menyusul ISSN 2355-0074 model menjelaskan matematika dan siswa luar memperkuat, masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau luar sekolah siswa yang dalam sekolah untuk mengkonstruksi Volume 4. Nomor 1. April 2017 |2 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mendiskusikan pemikirannya dengan KAJIAN TEORI 1. Pengertian Pemecahan Masalah temannya sehingga siswa saling membantu Pembahasan mengenai pemecahan dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan masalah tentunya tidak terlepas dari pengertian membantu siswa dalam memahami materi masalah itu sendiri. Masalah adalah suatu yang diajarkan oleh guru. (2) Strategi TTW kesenjangan antara suatu yang diharapkan dan dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil kenyataan yang ada. Ruseffendi (1991:336- diskusinya dalam 337) mengemukakan bahwa suatu persoalan sistematis sehingga bentuk siswa tulisan secara akan lebih merupakan masalah bagi seseorang bila memahami materi dan membantu siswa untuk persoalan itu tidak dikenalnya, dan orang memecahkan masalah soal maemaika. tersebut mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya, terlepas apakah ia sampai 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah atau tidak kepada jawaban masalah itu. Situasi tersebut, pemasalahan yang diangkat dalam dikatakan masalah jika seseorang menyadari penelitian ini adalah sebagai berikut: keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa 1) Apakah peningkatan pemecahan masalah kemampuan siswa, yang mendapat pembelajaran kontekstual situasi tersebut memerlukan tindakan dan tidak dengan kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional? 2) Apakah disposisi matematik antara dapat menemukan pemecahannya. dan strategi think-talk-write lebih baik daripada segera Menurut Hudojo (2001:162) suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum yang segera dapat dipergunakan siswa, yang mendapat pembelajaran untuk kontekstual dan strategi think-talk- tersebut. write lebih baik daripada disposisi mengemukakan siswa yang mendapat pembelajaran merupakan suatu masalah bergantung kepada konvensional? individu dan waktu. Artinya, suatu pertanyaan 3) Apakah terdapat korelasi menemukan jawaban Selanjutnya bahwa pertanyaan Hudojo suatu juga pertanyaan antara merupakan suatu masalah bagi siswa, tetapi kemampuan pemecahan masalah dan mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi disposisi matematik siswa pada kelas siswa yang lain. Pertanyaan yang dihadapkan yang pembelajaran kepada siswa yang tidak bermakna akan bukan kontekstual dan strategi think-talk- merupakan masalah bagi siswa tersebut. write? Dengan perkataan lain, pertanyaan yang menggunakan dihadapkan kepada siswa haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut. Jadi, pertanyaan itu haruslah sesuai dengan struktur kognitif siswa. ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |3 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... Pemecahan masalah merupakan mendasar yang harus dimiliki siswa dalam bagian dari kurikulum matematika yang sangat belajar matematik. Walaupun tidak mudah penting karena dalam proses pembelajaran untuk maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan kepentingan memperoleh kemampuan pemecahan masalah hendaknya pengalaman menggunakan mencapainya, pengetahuan serta keterampilan yang sudah diajarkan dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan tingkatan. masalah yang bersifat tidak rutin (Suherman dan kepada tetapi karena kegunaannya maka seluruh siswa 2. Langkah-langkah dkk, 2001:86). semua Pemecahan Masalah Matematik Dalam pemecahan akan pembelajaran masalah matematika banyak ahli yang merupakan mengemukakan aturan atau urutan langkah- pendekatan dan sebagai tujuan yang harus langkah dalam pemecahan masalah. Polya dicapai. (Ruseffendi, 2010:177) menganjurkan sebagai Sebagai dapat Sudah pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan berikut: memahami materi atau konsep matematika 1) Memahami persoalan, hal ini dapat yang sedang dipelajari. Sedangkan sebagai dilakukan dengan menuliskan kembali tujuan pembelajaran adalah mampu: mengidentifikasi diketahui, unsur kecukupan yang unsur merumuskan agar siswa persoalan dengan bahasa sendiri yang unsur yang dapat ditanyakan, dan yang masalah diperlukan; matematik lebih 2) Membuat atau strategi mungkin. berbagai masalah di dalam maupun di luar matematika; rencana menyelesaikannya, dibuat menyelesaikan dan lebih atau cara untuk disini juga dapat jawaban yang operasional. menyusun model matematik; menerapkan untuk dimengerti 3) dugaan-dugaan Menjalankan rencana yang telah dibuat menjelaskan atau menginterpretasikan hasil pada butir 2 atau menyelesaikan masalah sesuai permasalahan asal; dan menggunakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. matematika secara bermakna (Sumarmo, 4) Melihat 2003). atau memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh. Dari berbagai macam pandangan 3. Disposisi Matematik tentang pemecahan masalah, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah satu faktor yang menentukan keberhasilan sebagai tujuan inti dan utama dalam kurikulum belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi matematika, yang berarti pemecahan Disposisi matematis merupakan salah dalam pembelajaran akan menjadikan mereka gigih matematika, lebih mengutamakan proses siswa menghadapi masalah yang lebih menantang, menyelesaikan suatu masalah daripada sekedar untuk bertanggung jawab terhadap belajar hasil, pemecahan mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kemampuan kebiasaan baik di matematika. Sayangnya, masalah sehingga kemampuan dijadikan ISSN 2355-0074 sebagai Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |4 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... guru cenderung mengurangi beban belajar yang matematika dengan maksud untuk membantu pemecahan masalah (Philipou, 2004: 1). siswa padahal itu merupakan sesuatu yang penting untuk siswa. spesifik akan lebih baik dalam Pengertian Disposisi matematik di atas dapat disimpulkan bahwa disposisi matematik Disposisi menurut Maxwell (2001), merupakan bentuk karakter yang tumbuh terdiri dari (1) inclination (kecenderungan), dalam yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas- pembelajaran matematika, ia akan merasa tugas; bahwa (2) sensitivity (kepekaan), yaitu diri siswa belajar setelah matematika mengalami penting dan bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi berguna bagi kehidupannya. Kemampuan yang tugas; dan (3) ability (kemampuan), yaitu diharapkan tidak hanya memiliki kompetensi bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan matematika yang baik tetapi memiliki sikap tugas secara lengkap; dan (4) enjoyment menghargai dan memaknai matematika yang (kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku baik. siswa dalam menyelesaikan tugas. Disposisi matematik harus ditingkatkan 4. Pendekatan karena Kontekstual Strategi Think-Talk-Write merupakan faktor utama yang menentukan a. Pendekatan kesuksesan belajar (Kilpatrick et.al, 2001). Kontekstual Sedangkan disposisi matematik dan Pembelajaran menurut Pendekatan pembelajaran kontekstual Sumarmo (2010) adalah keinginan, kesadaran, menurut Depdiknas (2003) adalah pendekatan kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada yang diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan dengan situasi dunia nyata siswa dalam berbuat secara matematik. Sedangkan dalam mendorong siswa membuat hubungan antara 10 standar NCTM tahun 2000 (Sumarmo, pengetahuan yang 2010) penerapannya dalam dikemukakan bahwa disposisi mengaitkan materi yang diajarkan dimilikinya dengan kehidupan mereka. matematik menunjukkan: rasa percaya diri, Belajar dan mengajar kontekstual berasumsi ekspetasi dan bahwa belajar adalah merepresentasikan suatu perhatian serius dalam belajar matematika, konsep untuk mengaitkan mata pelajaran yang kegigihan dan dipelajari siswa dengan konteks dimana materi menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tersebut digunakan serta berhubungan dengan tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat bagaimana cara siswa belajar. dan metakognisi, dalam gairah menghadapi dengan orang lain. Hasil penelitian Pendekatan pembelajaran kontekstual mengungkapkan dapat dilakukan dengan mengembangkan ke terdapat korelasi yang signifikan antara sikap tujuh komponen utamanya sebagai langkah terhadap matematik, kepercayaan diri dan penerapan dalam pembelajaran (Depdiknas, kinerja. Akibatnya, tampak bahwa siswa 2003: 10), yaitu: dengan sikap terhadap matematik positif dan 1) memiliki kepercayaan diri tinggi pada domain ISSN 2355-0074 Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |5 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... 2) 3) 4) bekerja sendiri, menentukan sendiri, dan dahulu mengkontruksi sendiri pengetahuan dan merefleksikan dan keterampilan barunya (contrutivism). serta menguji ide-ide itu sebelum memulai Melaksanakan sebisa mungkin kegiatan menulisnya. strategi think-talk-write yang penemuan dalam proses pembelajarannya dipilih pada penelitian ini dibangun dengan (inquiry). memberikan waktu Kembangkan sifat ingin tahu siswa melakukan kegiatan melalui pertanyaan (questioning). merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, Ciptakan dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya). suasana belajarโdengan 5) 6) 7) „masyarakat melakukan belajar melakukan Strategi kegiatan berpikir, menyusun ide-ide, kepada siswa tersebut TTW untuk (berpikir, dimulai dengan kelompok (learning community). bagaimana siswa memikirkan penyelesaian Hadirkan „modelโ sebagai alat bantu dan suatu tugas (masalah), kemudian melalui contoh dalam pembelajaran (modelling). diskusi siswa dapat menuliskan kembali hasil Lakukan reflesi di akhir pertemuan pemikiran (reflection). penggunaan strategi think-talk-write dalam Lakukan penilaian yang sebenarnya tersebut. pembelajaran Keuntungan adalah: (1) lain, mempercepat dengan berbagai cara. Penilaian yang kemahiran dalam menggunakan strategi, (2) sebenarnya membantu siswa mempercepat pemahaman, dilakukan dengan mempertimbangkan setiap aspek kegiatan (3) yang dilakukan siswa selama proses mendiskusikan suatu strategi penyelesaian pembelajaran untuk mempercepat problem solving maupun berlangsung (authentic memberi kesempatan assesment). reasoning. b. Strategi Think-Talk-Write METODE PENELITIAN Strategi pembelajaran think-talk-write yang diperkenalkan Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Sigli Kabupaten Aceh Laughlin (1996: 82) dengan alasan bahwa Pidie Provinsi Aceh. Sekolah SMP Negeri 1 di strategi ini Sigli di jadikan sebagai subjek penelitian. membangun secara tepat untuk berpikir dan Sampelnya siswa dari dua kelas VIII yang refleksikan serta untuk mengorganisasikan dipilih secara acak dari 10 kelas VIII. yaitu ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan siswa diminta untuk menulis. VIII-2 sebagai kelas kontrol. Dari beberapa Dalam Huinker siswa dan pembelajaran oleh pada think-talk-write kegiatan pembelajaran kelas yang ada tersebut dikelompokkan matematika sering ditemui bahwa ketika siswa menjadi dua kelompok pembelajaran, yaitu diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba kelompok yang menggunakan pendekatan untuk langsung memulai menulis jawaban. kontektual dan strategi think-talk-write sebagai Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, kelas eksperimen, dan kelompok yang namun akan lebih bermakna jika dia terlebih ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |6 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... menggunakan pembelajaran konvensional kontrol yang sebagai kelas kontrol. konvensional. HASIL PENELITIAN DAN penelitian. PEMBAHASAN mendapat Berikut ini pembelajaran uraian hasil 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Pembahasan hasil penelitian ini Matematik berdasarkan pada faktor-faktor yang diamati dan ditemukan dalam penelitian. Data kemampuan pemecahan masalah matematik siswa diperoleh melalui pre-test, Data kuantitatif diperoleh melalui tes post-test, dan gain ternormalisasi. Adapun kemampuan pemecahan masalah dan disposisi hasil skor kemampuan pemecahan masalah matematik di awal dan akhir pembelajaran. matematik siswa dapat dilihat deskripsi pre- Data tersebut didapat dari 60 orang siswa, test, terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen yang kemampuan pemecahan masalah matematik mendapat siswa pada kelas kontekstual dan strategi TTW pembelajaran kontekstual dan strategi think-talk-write dan 30 siswa kelas post-test, dan gain ternormalisasi dan kelas konvensional. Tabel 1 Data Statistik Deskriptif Skor Pemecahan Masalah Kontekstual dan TTW Konvensional Nilai n s n s ๐ ๐ Pre-test 30 4,27 1,89 30 4,07 2,06 Post-test 30 9,07 2,77 30 6,67 2,26 Gain 30 0,31 0,12 30 0,16 0,115 Ternormalisasi Skor Maksimum Ideal = 20 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh rataan adalah 0,31 lebih tinggi daripada kelas pre-test kelas kontekstual dan strategi TTW konvensional dengan rataan sebesar 0,16 sebesar kelas dengan peningkatan di kelas kontekstual dan konvensional sebesar 4,07. Rataan pre-test strategi TTW pada kualifikasi sedang dan kedua kelas konvensional pada kualifikasi rendah. 4,27 kelas dan rataan relatif sama, pre-test hal tersebut bermakna bahwa kedua kelas sebelum diberi perlakuan mempunyai yang sama sebelum perlakuan diberikan. Sedangkan relatif sama. Rataan skor post-test kemampuan untuk rataan post-test kelas yang mendapat pemecahan masalah matematik pada kelas pembelajaran kontekstual dan strategi think- kontekstual dan strategi TTW adalah 9,07 talk-write menunjukkan hasil skor yang lebih lebih tinggi daripada kelas konvensional tinggi dibandingkan kelas yang mendapatkan dengan 6,67. pembelajaran konvensional. Dari data di atas ternormalisasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor kemampuan pemecahan masalah matematik kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada kelas kontekstual dan strategi TTW siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. rataan Sedangkan post-test rataan ISSN 2355-0074 kemampuan Kemampuan awal kedua kelas relatif gain sebesar Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |7 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... a. Analisis Skor Pre-test dan Post-test dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu Kemampuan uji normalitas dan uji homogenitas. Pemecahan Masalah Matematik 1) Uji Perbedaan Rataan Pre-test Analisis skor pre-test menggunakan Setelah diketahui bahwa data skor pre- uji perbedaan pre-test dan uji perbedaan post- test kemampuan pemecahan masalah kelas test. Uji perbedaan pre-test bertujuan untuk kontekstual memperlihatkan apakah terdapat perbedaan berdistribusi normal dan kedua data homogen, yang signifikan antara kemampuan awal kedua maka bisa dilanjutkan pada uji perbedaan kelas. Sedangkan uji perbedaan post-test rataan pre-test dengan menggunakan uji non bertujuan untuk melihat apakah terdapat parametrik (Mann-Whitney U-Test) dengan perbedaan yang signifikan antara kemampuan bantuan program SPSS 16. Berikut rangkuman akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas hasil uji perbedaan rataan skor pre-test pada kontekstual dan strategi TTW dan kelas taraf signifikansi α = 0,05. dan strategi TTW tidak konvensional. Sebelum data dianalisis terlebih Tabel 2 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pre-test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Statistik Nilai Kesimpulan Mann-Whitney U 434,000 Z -0,240 H0 Diterima Asymp. Sig. (2-tailed) 0,810 Asymp. Sig. (1-tailed) 0,405 Tabel di atas, memperlihatkan bahwa konvensional. Dengan demikian kemampuan skor pre-test kemampuan pemecahan masalah awal kedua kelas sama. matematik memiliki nilai signifikansi lebih 2) Uji Perbedaan Rataan Post-test besar dari 0,05 yaitu 0,405 artinya Sig α > Setelah diketahui bahwa data skor 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima, post-test kedua kelompok tidak normal, dan artinya kedua data homogen sehingga dilanjutkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test kemampuan pada pemecahan kelas menggunakan uji non parametrik (Mann- kontekstual dan strategi TTW dan kelas Whitney U-Test) dengan bantuan program masalah matematik uji perbedaan post-test dengan SPSS 16. Tabel 3 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Statistik Nilai Kesimpulan Mann-Whitney U 220,000 Z -3,431 H0 Ditolak Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 Asymp. Sig. (1-tailed) 0,0005 ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |8 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa gain ternormalisasi juga menunjukkan nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu klasifikasi peningkatan skor siswa yang 0,0005 yang artinya ๐๐๐ ๐ผ < 0,05. Hal ini dibandingkan dengan skor maksimal idealnya. menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya Rataan gain ternormalisasi menggambarkan pencapaian kemampuan pemecahan masalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mendapat pembelajaran matematik kontekstual dan strategi think-talk-write lebih pembelajaran kontekstual dan strategi think- baik talk-write maupun yang hanya mendapat daripada siswa yang mendapat Analisis Skor Gain skor Rangkuman Ternormalisasi ternormalisasi Pemecahan Masalah Matematik Analisis yang mendapatkan pembelajaran konvensional. pembelajaran konvensional. b. siswa gain ternormalisasi masalah rataan Gain kemampuan matematik siswa pemecahan pada kelas kemampuan pemecahan masalah matematik kontekstual dan strategi TTW dan kelas menggunakan data gain ternormalisasi, data konvensional disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 4 Data Rataan dan Klasifikasi Gain ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Rataan Gain Kelas Klasifikasi ternormalisasi Kontekstual 0,3145 Sedang dan TTW Konvensional 0,1617 Rendah Skor gain ternormalisasi siswa yang matematik siswa yang mendapatkan mendapatkan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran kontekstual dan strategi think- strategi think-talk-write (kelas eksperimen) talk-write lebih baik dari siswa yang hanya dengan mendapat mendapatkan pembelajaran konvensional perlu memiliki dilakukan uji statistik. siswa pembelajaran yang hanya konvensional perbedaan yang tidak signifikan. Klasifikasi c. Uji Perbedaan Rataan Skor Gain skor gain ternormalisasi kelas kontekstual dan Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan strategi TTW dengan kelas konvensional Masalah termasuk kategori sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan Berdasarkan hasil uji normalitas yang bahwa telah dilakukan sebelumnya didapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah kesimpulan bahwa skor gain ternormalisasi matematik siswa kelas kontekstual dan strategi kelas kontekstual dan strategi TTW dan kelas TTW lebih baik dari kelas konvensional. konvensional berdistribusi normal. Sedangkan Namun untuk meyakinkan apakah benar untuk uji homogenitas menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah varians skor gain ternormalisasi kemampuan ISSN 2355-0074 Volume 4. Nomor 1. April 2017 |9 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... pemecahan masalah matematik kedua Peningkatan kemampuan pemecahan masalah kelompok homogen. Sehingga untuk matematik yang mendapat pembelajaran membuktikan bahwa skor gain ternormalisasi kontekstual dan strategi think-talk-write lebih kemampuan pemecahan masalah matematik baik siswa kelas kontekstual dan strategi TTW pembelajaran konvensional. berbeda dengan kelas konvensional dilakukan Berikut rangkuman hasil uji perbedaan rataan skor gain ternormalisasi pada taraf signifikansi α = 0,05. uji perbedaan rataan skor gain ternormalisasi daripada siswa yang mendapat dengan menggunakan uji-t. Tabel 5 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Gain Ternormalisasi t-test for Equality of Means Kesimpulan t Df Sig. (2-tailed) 4,970 58 0,000 Tabel 5 diperoleh thitung = 4,970 untuk H0 Ditolak 2. Disposisi Matematik α = 0,05 dengan Df = 58, nilai ttabel = 2,00, Data tentang disposisi matematik siswa maka thitung berada di daerah penolakan H0, diperoleh melalui angket yang diberikan pada atau nilai signifikan akhir perlakuan pada kedua kelompok siswa 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 Ditolak yang artinya terdapat yaitu perbedaan yang signifikan antara peningkatan pembelajaran kontekstual dan strategi think- kemampuan pemecahan masalah matematik talk-write dan kelas kontrol yang mendapat siswa pembelajaran konvensional. yang kontekstual mendapat dan strategi pembelajaran think-talk-write. Hasil kelas Uji eksperimen Perbedaan yang Rataan mendapat Disposisi Dengan demikian peningkatan kemampuan Matematik, setelah diketahui bahwa data pemecahan masalah matematik siswa yang disposisi matematik memenuhi uji prasyarat mendapat dan kenormalan dan homogenitas, maka bisa strategi think-talk-write lebih baik daripada dilanjutkan pada uji perbedaan rataan dengan siswa menggunakan pembelajaran yang kontekstual mendapatkan pembelajaran konvensional. independent sample t-test dengan bantuan program SPSS. Tabel 6 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Disposisi Matematik t-test for Equality of Means Keterangan t Df Sig. (2-tailed) 3,509 62 0,001 Ho Diterima ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |10 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa Korelasi antara Kemampuan Pemecahan nilai signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu Masalah dengan Disposisi Matematik Kelas 0,001 yang artinya ๐๐๐ ๐ผ < 0,05. Hal ini Pembelajaran Kontekstual dan TTW Untuk melihat ada dan tidaknya menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya disposisi matematik siswa yang mendapat korelasi pembelajaran kontekstual dan strategi think- masalah dan disposisi matematik digunakan talk-write korelasi r pearson. lebih matematik baik siswa daripada yang disposisi antara kemampuan pemecahan Hasil pengelompokkan kemampuan memperoleh pemecahan masalah dan disposisi matematik pembelajaran konvensional. tersaji pada tabel berikut. Tabel 7 Hasil Uji Korelasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Korelasi r Pearson Sig. Kesimpulan 0,906 0,000 H0 ditolak Berdasarkan Tabel 7 di atas diperoleh mendapatkan pembelajaran konvensional. (2) nilai Sig. yaitu 0,000, sehingga H0 ditolak. Hal Disposisi matematik siswa yang mendapat ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual signifikan dan masalah antara dan kemampuan think-talk-write lebih baik daripada disposisi matematik siswa yang koefisien r pearson menunjukkan besarnya memperoleh pembelajaran konvensional. (3) koefisien antara pemecahan masalah dan korelasi disposisi matematik yaitu 0,906. Koefisien masalah dan disposisi matematik siswa pada tersebut menunjukkan hubungan yang positif kelas yang mendapat pembelajaran dengan dan pendekatan kontekstual artinya matematik. strategi Nilai kuat, disposisi pemecahan semakin tinggi skor kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, semakin tinggi pula disposisi matematik siswa. antara kemampuan pemecahan dan strategi think- talk-write termasuk asosiasi tinggi. 2. Saran Kesimpulan yang dikemukakan di atas memberikan rekomendasi sebagai berikut: (1) PENUTUP Pembelajaran kontekstual dan strategi think- 1. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data, talk-write hendaknya menjadi alternatif model analisis, temuan dan pembahasan diperoleh pembelajaran bagi guru SMP khususnya dalam kesimpulan sebagai berikut: (1) Pencapaian meningkatkan dan masalah dan disposisi matematik siswa. (2) peningkatan kemampuan Pemecahan kemampuan Masalah siswa yang mendapat pembelajaran Untuk dengan pendekatan kontekstual dan strategi pembelajaran kontekstual dan strategi think- think-talk-write lebih baik daripada siswa yang talk-write, sebaiknya guru membuat sebuah ISSN 2355-0074 |11 menerapkan pemecahan pembelajaran dengan Volume 4. Nomor 1. April 2017 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... skenario dan perencanaan yang lebih baik, sehingga pembelajaran kontekstual ISSN 2355-0074 strategi think-talk-write dapat diterapkan. dan Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |12 Taufiq, Pendekatan Kontekstual dan... DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas. Huinker, D. & Laughlin. 1996. ”Talk Your Way Into Writing”. In P.C Elliot, and M.J. Kenney (Eds.) 1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and beyond. USA: NCTM. Hudojo. 2001. Common Textbook : Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA Universitas Negeri Malang. Ruseffendi, E. T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung. Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Kilpatrick, J. et al. 2001. The Standars of Mathematical Proficiency. Adding it up: Helping Children Learn Mathematics. Washington DC: National Academy Press. Maxwell, K. (2001). Positive learning dispositions in mathematics. [on line]. http://www.education.auckland.ac.nz/uoa/fms/default/education/docs/ word/research/foed_paper/issue11/ACE_Paper_3_Issue_11.doc [4 November 2013]. National Council of Teacher of Mathematics. (1991). Professional Standards for Teaching Mathematics. Reston, VA: NCTM. National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standarts for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Nurhadi dan Senduk, A.G. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Philipou, G. & Nicolaidou, M. (2004) “Attitudes Toward Mathematics, Self Efficacy and Achievment in Problem Solvingโ. Jurnal: ERME, CERME-3, TG-2. Suherman, E. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Tim MKBPM JICA UPI Bandung. Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA UPI Bandung. Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya. Sumarmo, U. (2010). Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Teori Paradigma, Prinsip, Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |13