BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan bisa dikatakan baik jika memiliki return yang dihasilkan untuk para pemegang saham, yang sahamnya cukup tinggi atau yang sering disebut dengan total shareholder return (TSR). Likuiditas tinggi pun yang didukung fundamental kuat, ditambah kemampuan memberi nilai tambah kekayaan (wealth added index – WAI), menjadikan saham sebuah perusahaan di Bursa Efek Indonesia terus menjadi primadona di pasar saham (SWA,2014). Menurut Gitman (2012), menyatakan bahwa “for maximize shareholder wealth is finance teaches that managers’ primary goal should be to maximize the wealth of the firm’s owners (the stockholders). The simplest and the best measure of stockholder wealth is the firm’s share price, so must textbooks (ours included) instruct managers to take actions that increase the firm’s share price.” Demi memperoleh return yang tinggi dan di saat bersamaan meminimalkan risiko, investor umumnya memilih perusahaan terpercaya dan memiliki profitabilitas yang tinggi. Salah satu alat ukurnya adalah kinerja perusahaan, khususnya analisa laporan keuangan, termasuk laporan laba rugi. Semakin tinggi laba, maka dividen yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Akan tetapi, laba tinggi saja tidak cukup. Ada unsur lain yang bisa menjadi faktor meningkatnya deviden, yaitu wealth added index (WAI), atau kemampuan perusahaan dalam memberi nilai tambah kekayaan. WAI adalah metode pengukuran kinerja perusahaan yang dikembangkan oleh Stern Value Management, sebagai indikator untuk menentukan peningkatan kekayaan yang dihasilkan perusahaan di atas return minimal yang diharapkan investor. 1 Dalam menghitung WAI, harapan akan return itu didasarkan pula pada potential cost plus risiko yang ditanggung investor, yang kemudian diterjemahkan dalam cost of equity (CoE). Sebuah perusahaan yang baik akan menghasilkan WAI positif, yaitu bila total return yang dihasilkan untuk pemegang saham (Total Shareholder Return - TSR) lebih besar dari CoE-nya. Artinya, jika saham perusahaan hanya menghasilkan TSR sama besar dengan CoE-nya, maka saham itu dianggap belum menghasilkan wealth added. Bahkan jika TSR-nya lebih kecil dari COE nya, akan menghasilkan WAI negatif yang berarti terjadi penghancuran kekayaan. Belakangan ini, WAI menjadi salah satu rujukan untuk menentukan perusahaan yang prospektif untuk berinvestasi (SWA, 2014). Berdasarkan perhitungan data harian dari Bloomberg periode 2009-2013, Majalah SWA memeringkat 100 perusahaan Indonesia dengan WAI terbesar 2014. Dalam daftar SWA 100 Indonesia’s Best Wealth Creator 2014 itu, terdapat 23 perusahaan yang ada di peringkat terbawah tahun 2014 dan selalu ada di Indonesia’s Best Wealth Creator dari tahun 2010-2013. Berikut adalah daftar 23 perusahaan tersebut; Tabel 1.1 23 Perusahaan Peringkat Terendah dalam Indonesia’s Best Wealth Creator 2014 NO PERINGKAT NAMA KODE WAI 2009 – 2014 PERUSAHAAN PERUSAHAAN 2013 (Rp Juta) 1 24 2 25 3 26 PT Astra Agro Lestari Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk PT Ultrajaya Trading & Co Tbk AALI TSPC ULTJ 9.403.461 9.182.689 8.947.317 2 NO 4 PERINGKAT NAMA KODE WAI 2009 – 2014 PERUSAHAAN PERUSAHAAN 2013 (Rp Juta) AKRA 8.794.413 PT AKR Corporindo 27 Tbk PT XL Axiata Tbk 5 28 8.384.686 EXCL PT Astra Autoparts 6 30 Tbk 7.673.019 AUTO PT PP London 7 38 Sumatra Indonesia Tbk LSIP 4.116.800 PT Citra Marga 8 9 43 Tbk CMNP PT Matahari Putra 44 Prima Tbk MPPA PT Holcim Indonesia 10 46 11 Nusaphala Persada 56 12 57 13 67 14 68 Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk PT Bentoel Internasional 3.429.705 3.075.886 2.979.455 SMCB RALS TURI INKP RMBA 312.704 161.539 -1.891.479 -2.246.292 3 NO PERINGKAT NAMA KODE WAI 2009 – 2014 PERUSAHAAN PERUSAHAAN 2013 (Rp Juta) FASW -2.804.330 Investama Tbk 15 71 PT Fajar Surya Wisesa Tbk PT Barito Pacific 16 Tbk 81 83 18 84 Realty Tbk PT Medco energy internasional Tbk PLIN MEDC PT Energi mega 86 persada Tbk ENRG PT Aneka tambang 20 Tbk 92 98 -38.161.025 Tbk -45.996.271 BUMI PT Telekomunikasi 100 -8.316.560 ISAT 99 23 -6.709.171 ANTM PT Bumi resources 22 -6.709.089 -12.498.686 PT Indosat Tbk 21 Sumber BRPT PT Plaza Indonesia 17 19 -5.993.406 Indonesia Tbk -83.071.039 TLKM : Majalah SWA 2014 4 Awal mulanya pemeringkatan SWA 100 Indonesia’s Best Wealth Creator setiap tahunnya dipilih terlebih dahulu 100 perusahaan berkapitalisasi besar, lalu dihitung memakai rumus WAI itu sendiri.Besar-kecilnya nilai WAI dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berasal dari luar perusahaan, misalnya kondisi makroekonomi Indonesia, ekonomi global, atau pasar internasional. Adapun faktor internal ditentukan oleh kinerja dan kondisi di dalam perusahaan itu sendiri. Rumus WAI = Kapitalisasi Pasar (di awal periode) x (TSR – CoE) Memiliki WAI yang rendah adalah alasan yang jelas mengapa 23 perusahaan tersebut terdapat di rangking terbawah. Sedangkan, jika memiliki WAI yang rendah pastinya dapat menghancurkan penambahan kekayaan para pemegang saham atau para investor. Sehingga kinerja perusahaan pun akan terlihat lebih menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Maka dari itu kinerja perusahaan pun dapat dikatakan sebagai pengukur WAI, karena jika WAI menurun pastinya akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan adalah sebuah acuan para investor, untuk berminat investasi di perusahaan tersebut atau tidak. Kinerja keuangan juga merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas(Jumingan, 2008).Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2011). 5 Menilai sebuah kinerja perusahaan dapat dibuktikan dengan melihat dan menganalisa laporan keuangan, salah satu yang menggunakan rasio keuangan adalah penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan financial distress sebuah perusahaan. Banyaknya induk perusahaan maupun anak perusahaan yang listing membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat, baik dalam satu sektor yang sama ataupun dalam sektor yang berbeda. Menurut Wahyu (2009), persaingan antar perusahaan yang semakin ketat menyebabkan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk bersaing maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian, yang pada akhirnya bisa membuat suatu perusahaan mengalami financialdistress. Masalah keuangan yang dihadapisuatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Menurut Lenox et al dalam Pasaribu (2008), kebangkrutan biasanya diawali dengan terjadinya moment gagal bayar, hal ini disebabkan semakin besar jumlah hutang, semakin tinggi probabilitas financial distress. Perusahaan dengan banyak kreditor akan semakin cepat bergerak ke arah financialdistress, dibanding perusahaan dengankreditor tunggal. Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak menggunakan hutang, hal ini beresiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa yang akan datang akibat utang lebih besar dari aset yang dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya financial distress pun semakin besar. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan tersebut. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntasi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. 6 Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktiva, keefektifan pengguna aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami masalah keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pinjaman dan penggabungan usaha atau sebaliknya ada yang menutup usahanya. Rasio likuiditas juga dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress. KarenaMartono dan Agus (2002), rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar, rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya yang harus segera di penuhi. Rasio likuiditas yang biasa dipakai dalam berbagai penelitian adalah current ratio & quick ratio. Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Sedangkan quick ratio dapat menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling lancar mampu menutupi utang lancar. Menurut Toto (2008), ketidakmampuan membayar kewajiban secara tepat waktu akan langsung dirasakan oleh kreditor, terutama kreditor yang berhubungan dengan operasional perusahaan (supplier). Menurut Luciana (2003), hal ini telah mengindikasikan adanya sinyal distress yang menyebabkan adanya penundaan pengiriman dan masalah kualitas produk. Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil. 7 Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalamcurrent ratio dan quick ratioselama 5 tahun: Analisa dari grafik 1.1 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata current ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Kemudian grafik ini mencerminkan bahwa rata – rata current ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Ultrajaya Trading & Co Tbkdengan hasil trend equation sebesar y = 20,048x + 150,62, sedangkan rata – rata current ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT AKR CorporindoTbk dengan hasil trend equation sebesar y = 118,42x + 594,71. Grafik 1.1 Perkembangan Current Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Current Ratio 1000 800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 2014 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : Olahan peneliti 2015 Hal- hal yang memungkinkan terjadinya perusahaan PT Ultrajaya Trading & Co menjadi perusahaan paling maksimum yaitu memiliki nilai peringkat ketiga tertinggi pada tahun 2014 sebesar 252,85% lalu dibandingkan PT Tempo Scan Pacific Tbk sebesar 27,02% dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 278,53%. Keadaan yang membuat PT Ultrajaya Trading & Co Tbk menjadi 8 peringkat terbesar dikarenakan peningkatan yang selalu stabil dari tahun 2010 hingga 2014. PT Ultrajaya Trading & Co Tbk pun memiliki nilai paling besar di tahun 2014, dikarenakan memiliki nilai current asset paling tinggi sebesar Rp 1,740,631 dibandingkan pada tahun 2013 sebesar Rp 1,565,511 dan juga pada tahun 2012 sebesar Rp 1,196,427, karena semakin tinggi current asset akan meningkatkan current ratio. Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT AKR CorporindoTbk menjadi perusahaan paling minimum adalah nilai yang rendah pada tahun 2014 sebesar 108,67% kemudian dibandingkan pada PT Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 108,9% dan Telekomunikasi Tbk sebesar 100,14%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan current liabilites dari tahun 2012 sebesar Rp 5,142,346 menjadi Rp 6,593,626 pada tahun 2013 dan Rp 6,183,756 pada tahun 2014. Karena semakin tingginya current liabilities akan menurunkan current asset. Analisa dari grafik 1.2 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata quick ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata quick ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT XL Axiata Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 13,841x + 10,339, sedangkan rata – rata quick ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT Aneka Tambang Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -116,52x + 675,58. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT XL Axiata Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata- rata quick ratio paling maksimum yaitu karena dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami peningkatan yang baik, walaupun dari setiap tahun tidak memiliki nilai yang paling besar, tetapi peningkatannya hampir selalu stabil. Terlihat bahwa perusahaan ini memiliki nilai paling besar pada tahun 2014 sebesar 85,93%, lalu dibandingkan pada PT Astra Autoparts Tbk sebesar 88,63% dan PT Barito Pacific Tbk sebesar 76,75%. 9 Kemudian yang menyebabkan PT XL Axiata Tbk memiliki nilai yang tinggi pada tahun 2014disebabkan memiliki nilai current asset yang meningkat pada tahun 2013 sebesar Rp 5,844,144 menjadi Rp 13,309,762 pada tahun 2014. Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Aneka Tambang Tbkmenjadi perusahaan paling minimum dalam rata-rata quick ratio dikarenakan memiliki nilai yang rendah pada tahun 2014 sebesar 114,98% lalu dibandingkan pada PT Medco Energy Internasional Tbk sebesar 152,18% dan PT Ultra Jaya Trading & Co Tbk sebesar 149,25%. Grafik 1.2 Perkembangan Quick Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Quick Ratio 1000 800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 2014 RMBA FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM BUMI TLKM AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP ISAT Sumber : olahan peneliti 2015 PT Aneka Tambang Tbk pun memiliki nilaiquick ratio yang terus menurun dari tahun 2011 sebesar 867%, tahun 2012 sebesar 203,75%, tahun 2013 sebesar 120,2%, dan pada tahun 2014 sebesar 114,98%. Penurunan yang terjadi dari tahun 2013 ke 2014 dikarenakan PT Aneka Tambang Tbk memiliki nilai current liabilities yang meningkat dari tahun 2013 sebesar Rp 3,855,512dan sebesar Rp 10 4,592,850 pada tahun 2014. Karena meningkatnya current liabilities akan menurunkan quick ratio. Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Menurut Mamduh (2010), rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio ini dicerminkan dalam Return on Asset (ROA), rasio yang tinggimenunjukkan efisiensi manajemen aset. Begitu juga dengan Return on Equity (ROE) rasio ini digunakan untuk melihat tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola equitynya untuk menghasilkan laba bersih perusahaan. Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam rasio ROA(Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)selama 5 tahun: Grafik 1.3 Perkembangan Return on Asset pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 – 2014 Return on Asset 40 30 20 10 0 -10 2010 2011 2012 2013 2014 -20 -30 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP 11 Sumber : olahan peneliti 2015 Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata return on asset menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata return on asset setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Matahari Putra Prima Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 2,266x - 1,774, sedangkan rata – rata return on asset setiap perusahaan paling rendah adalah PT Bentoel Internasional Investama Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 6,95x + 15,072. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Matahari Putra Prima Tbkmenjadi perusahaan paling maksimum dikarenakan memiliki nilai yang terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2014, dan nilai yang paling tinggi berada pada tahun 2014 sebesar 9,51%, lalu dibandingkan pada PT Ramayana Lestari Sentosa Tbksebesar 7,8% dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk sebesar 7,76%.Perusahaan ini juga meningkat di tahun 2010 hingga 2014 dikarenakan turunnya total asset, pada tahun 2010 sebesar Rp 11,420,600, pada tahun 2011 sebesar Rp 10,308,169, Rp 8,225,206 pada tahun 2012, Rp 6,579,518 pada tahun 2013, dan Rp 5,827,294 pada tahun 2014. Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel Internasional Investama Tbkmenjadi perusahaan paling minimum adalah penurunan yang sangat drastis, dan memiliki nilai yang rendah pada tahun 2014 sebesar -22,23% lalu dibandingkan pada PT Bumi Resources Tbk sebesar -1,86% dan PT Aneka Tambang Tbksebesar -2,48%.Penurunan yang sangat drastis terjadi dari tahun 2010 hingga 2014, hal ini dikarenakan mengalami kenaikan total asset, dibuktikan dengan pada tahun 2010 sebesar Rp 12,218,890, tahun 2011 sebesar Rp 15,201,235, pada tahun 2012 sebesar Rp 19,708,541, pada tahun 2013 sebesar 21,865,117 dan pada tahun 2014 sebesar 22,711,374,karena semakin tingginya total asset, return on asset akan menurun. 12 Analisa dari grafik 1.4 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata return on equity menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata return on equity setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Indosat Tbk dengan trend equation sebesar y = 20,885x - 37,057. Sedangkan rata – rata return on equity setiap perusahaan paling rendah adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -47,859x + 88,733. PT Indosat Tbk pun memiliki nilai yang besar di tahun 2011 disebabkan perusahaan memiliki nilai total assetyang menurun dari tahun 2010 sebesar Rp 52,818,187 dan tahun 2011 sebesar Rp 52,172,311, karena menurunnya total asset akan meningkatkan return on equity. Grafik 1.4 Perkembangan Return on Equity pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Return on Equity 250 200 150 100 50 0 -50 2010 2011 2012 2013 2014 -100 -150 -200 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : olahan peneliti 2015 13 Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata return on equitypaling minimum adalah karena memiliki nilai yang rendah pada tahun 2011 sebesar 0,15% lalu dibandingkan pada PT Barito Pacific Tbk sebesar -0,15%. Return on equity yang turun pada tahun 2010 ke tahun 2011dikarenakan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk memiliki nilai total asset yang meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 53,195,656, sedangkan tahun 2011 sebesar 57,299,196. Karena meningkatnya total asset akan menurunkan return on equity. Rasio Leverage dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi terjadinya financial distress. Menurut Keown (2008), rasio utang/leverage menunjukkan seberapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Rasio leverage yang akan digunakan adalah debt ratio dan debt equity ratio. Debt ratio yaitu total utang dibagi dengan total aktiva, informasi rasio utang ini juga penting karena melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur seberapa tinggi risiko utang yang diberikan kepada suatu perusahaan. Sedangkan debt equity ratioadalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka debt equity ratio maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya. Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam debt ratio dan debt equity ratioselama 5 tahun: Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata debt ratio menunjukan arah yang positif atau meningkat. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata debt ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Bentoel Internasional 14 Investama Tbkdengan hasil trend equation sebesar y = 14,004x + 37,468, sedangkan rata – rata debt ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT Ultrajaya Trading & Co Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -2,158x + 38,048. Grafik 1.5 Perkembangan Debt Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Debt Ratio 120 100 80 60 40 20 0 2010 2011 2012 2013 2014 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : olahan peneliti 2015 Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel Internasional Investama Tbkmenjadi perusahaan paling maksimum dalam rata – rata debt ratio dikarenakannya memiliki nilai yang terus menerus naik dari tahun 2010 – 2014, dan memiliki nilai yang paling tinggi pada tahun 2014 sebesar 113,62%, kemudiandibandingkan pada PT Bumi Resources Tbk sebesar 104,86%,dan PT XL Axiata Tbk sebesar 78,08%. 15 PT Bentoel Internasional Investama Tbkpun memiliki nilai yang terus meningkat, disebabkannilai total debt yang meningkat dari tahun 2010 sebesar Rp 2,773,070, dibandingkan pada tahun 2011 sebesar Rp 4,086,673, tahun 2012 sebesar Rp 6,935,601, tahun 2013 sebesar Rp 8,350,151, dan pada tahun 2014 sebesar Rp 11,647,399. Karena meningkatnya total debt akan meningkatkan debt ratio. Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Ultrajaya Trading & Co Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata debt ratio paling minimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yangturun dari tahun 2011 hingga 2014, dan yang paling memiliki nilai yang rendah adalah pada tahun 2014 sebesar 28,02% dibandingkan dengan PT Astra Autoparts Tbk sebesar 29,51% dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk sebesar 29,71%. Hal – hal yang memungkinkanturunnya nilai debt ratio pada PT Ultrajaya Trading & Co Tbk pada tahun 2011 hingga 2014 adalah meningkatnya total asset pada tahun 2011 sebesar Rp 2,179,182, pada tahun 2012 sebesar Rp 2,420,793, pada tahun 2013 sebesar Rp 2,811,621, dan pada tahun 2014 sebesar 3,037,558. Analisa dari grafik 1.6 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata debt equity ratio menunjukan arah yang positif atau meningkat. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata debt equity ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Bumi Resources Tbk dengan hasil trend equation yang sama sebesar y = 20,885x - 37,057, sedangkan rata – rata debt equity ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT Aneka Tambang Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -5,896x + 29,138. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bumi Resources Tbkmenjadi perusahaan paling maksimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yang terus meningkat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, nilai tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 17,75x, lalu dibandingkan pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk sebesar 2,8x dan PT Medco Energy Internasional Tbk sebesar 2,15x. 16 PT Bumi Resources Tbkpun memiliki nilai paling besar di tahun 2012dikarenakan memiliki nilai total equityyang turunpada tahun 2011 sebesar Rp 10,667,629 dibandingkan pada tahun 2012 sebesar Rp 3,792,088. Karena semakin kecilnya total equity akan menurunkan total debt to total equity. Grafik 1.6 Perkembangan Debt Equity Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Debt Equity Ratio 250 200 150 100 50 0 -50 2010 2011 2012 2013 2014 -100 -150 -200 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : olahan peneliti 2015 Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Aneka Tambang Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata rata debt equity ratio paling minimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yang rendah pada tahun 2010sebesar 0,27x lalu dibandingkan pada PT Tempo Scan Pacific Tbk sebesar 0,36x dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0,3x. 17 Dalam penelitian ini variabel pertumbuhan penjualan/sales growth digunakan peneliti sebagai variabel independen juga. Variabel ini adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang(Simamora, 1991). Berdasarkan teori, hubungan rasio pertumbuhan penjualan dengan financial distress adalah negatif. Hal ini disebabkan semakin kecil nilai rasio pertumbuhan penjualan menandakan semakin rendah tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan sehingga probabilitas perusahaan terhadap financial distress akan semakin tinggi. Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam Sales Growth selama 5 tahun; Grafik 1.7 Perkembangan Sales Growth pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Sales Growth 200 150 100 50 0 -50 2010 2011 2012 2013 2014 -100 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : olahan peneliti 2015 Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata sales growth ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan 18 bahwa rata – rata sales growth ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Matahari Putra Prima Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 4,275x - 3,327, sedangkan rata – rata sales growth ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -26,343x + 97,945. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Matahari Putra Prima Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata – rata sales growth paling maksimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yang meningkat dari tahun 2011 ke 2012, nilai tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 21,99%, lalu dibandingkan pada PT Holcim Indonesia Tbk sebesar 19,76% dan PT AKR Corporindo Tbk sebesar 15,25%. Walaupun PT Matahari Putra Prima Tbkmengalami penurunan yang dari tahun 2012 - 2013, tetapi dikarenakan pada tahun 2012 memiliki angka yang tinggi sehingga mendapatkan hasil rata-rata sales growth ratio paling tinggi. PT Matahari Putra Prima Tbkpun memiliki nilai paling besar di tahun 2012 di karenakan memiliki nilai sales growth yang lebih tinggi pada tahun 2012 sebesar Rp 10,868,164 dibandingkan pada tahun 2011 sebesar Rp 8,908,611. Selanjutnya, Hal- hal yang memungkinkan PT Holcim Indonesia Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata – rata sales growth paling minimum adalah dikarenakannya memiliki penurunan yang cukup drastis dari tahun 2010 sampai tahun 2012, kemudian memiliki nilai yang paling rendah pada tahun 2013 sebesar 7,49% dibandingkan pada PT Astra Agro Lestari Tbk sebesar 9,6% dan PT Barito Pacific Tbk sebesar9,75%. Rasio lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio penilaian (valuation ratios), rasio ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian (valuation ratio) merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena mencerminkan rasio risiko dan rasio pengembalian. Rasio ini sangat penting karena rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaaan para pemegang saham. Salah 19 satu bagian dari rasio ini adalah Market to Book Value (M2BV). Rasio market to book value digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sutrisno, 2000). Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam rasio market to book value selama 5 tahun; Grafik 1.8 Perkembangan Market to Book Value pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 MARKET TO BOOK VALUE 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 2010 2011 2012 2013 2014 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP RMBA Sumber : olahan peneliti 2015 Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata market to book value ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan bahwa rata – ratamarket to book value ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Matahari Putra Prima Tbkdengan hasil trend equation sebesar y = 2,432x - 4,196, sedangkan rata – rata market to book value ratiosetiap 20 perusahaan paling rendah adalah PT Bumi Resources Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -3,019x + 12,689. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya perusahaan PT Matahari Putra Prima Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata market to book value ratio paling maksimum karena dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan, nilai paling tinggi ada pada tahun 2014 sebesar 10,48x, lalu dibandingkan pada PT PP London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 1,98x dan PT AKR Corporindo Tbk sebesar 1,47x. Walaupun PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013, tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sehingga membuat PT Matahari Putra Prima Tbk mendapatkan rata – rata paling tinggi dalam rasio ini. PT Matahari Putra Prima Tbkmemiliki nilai yang tinggi pada tahun 2014 karena memiliki market price yang tinggi pada tahun 2014 sebesar Rp 3,050 dibanding tahun 2013 sebesar Rp 1,940. Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bumi Resources Tbkmenjadi perusahaan paling minimum adalah turunnya nilai dari tahun 2010 sampai dengan 2014, nilai yang paling rendah ada pada tahun 2013 sebesar 1,74x lalu dibandingkan pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk sebesar 0,01x,dan pada PT Barito Pacific Tbk sebesar 0,012x.Rendahnya nilai pada tahun 2013 disebabkan turunnya market price dari tahun 2012 sebesar Rp 590 menjadi Rp 300 pada tahun 2013. Rasio lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas (cashflow) Laporan arus kas merupakan campuran antara laporan laba-rugi dengan neraca (Subramanyam, 2010). Laporan arus kas dapat mengekspresikan laba bersih perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan sehingga jika arus kas meningkat, maka laba perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan dan selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan. 21 Suatu perusahaan memiliki arus kas operasi yang tinggi berarti memiliki sumber dana untuk melakukan aktivitas operasinya seperti untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Menurut Almilia (2003), rasio arus kas bersih meningkat, maka laba perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan dan selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan sehingga perusahaan tidak akan mengalami financial distress. Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam cashflowselama 5 tahun; Grafik 1.9 Perkembangan Cash Flow pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014 Cash Flow 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 -200.00 2010 2011 2012 2013 2014 -400.00 -600.00 FASW BRPT PLIN MEDC ENRG ANTM ISAT BUMI TLKM RMBA AALI TSPC ULTJ AKRA EXCL AUTO LSIP CMNP MPPA SMCB RALS TURI INKP Sumber : olahan peneliti 2015 Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata cash flow menunjukan arah yang positif dan meningkat. Bahkan mencerminkan bahwa rata – rata cashflow setiap perusahaan paling tinggi adalahPT Fajar Surya Wisesa Tbk 22 dengan hasil trend equation sebesar y = 99,839x - 175,8.Sedangkan rata – rata cashflow setiap perusahaan paling rendah adalah PT Bentoel Internasional Investama Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -192,48x + 690,34. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Fajar Surya Wisesa Tbk menjadi perusahaan yang meiliki rata – rata cash flow paling tinggi adalah dikarenakannya memiliki nilai yang terus meningkat, dan memiliki nilai paling besar pada tahun 2014 sebesar 532,58%, lalu dibandingkan pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar 210,6% dan PT Aneka Tambang Tbk sebesar 149,1%. Hal ini dikarenakan PT Fajar Surya Wisesa Tbk memiliki nilai arus kas aktivitas yang meningkat dari tahun 2013 sebesar Rp 209,910,765,041 ke tahun 2014 sebesar Rp 1,327,852,701,205 sehingga mengalami peningkatan yang tinggi sehingga membuat perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang memiliki nilai cash flow paling maksimum. Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel Internasional Investama Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata cash flow paling rendah karena memiliki penurunan yang cukup banyak dari tahun 2010 hingga tahun 2013, nilai yang paling rendah ada pada tahun 2012 sebesar -340,26%, lalu dibandingkan pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar -118,08% dan PT Tunas Ridean Tbk sebesar -120,04%. PT Bentoel Internasional Investama Tbk pun memiliki nilai paling rendah di tahun 2012 di karenakan pada tahun 2012 memiliki nilai cash flow yang rendah sebesar – Rp 344,108 dibandingkan pada tahun 2011 sebesar Rp 143,218. Seluruh rasio yang digunakan dalam penelitian ini telah diteliti oleh penelitian terdahulu, seperti dalam penelitian Orina Andre (2005)yang memberikan hasil bahwa (1) Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI, (2) Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI, (3) Leverage mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada 23 perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI. Rasio yang tidak diteliti oleh Orina Andre dan ada dalam penelitian ini, dijelaskan kembali oleh penelitian DinaRossely Martha (2008) memberikan hasil bahwa secara parsial rasio Current Liabilities to Total Assets berpengaruh signifikan terhadap financial distress.Sedangkan rasio Current Assets to Total Assets, Net Fixed Assets to Total Assets,Total Liabilities to Total Asset dan Sales Growth secara parsial tidak berpengaruhsignifikan terhadap financial distress. Secara simultan rasio Current Assets toTotal Assets, Net Fixed Assets to Total Assets, Total Liabilities to Total Asset,Current Liabilities to Total Assets dan Sales Growth berpengaruh signifikanterhadap financial distress. Kemudian diperkuat oleh penelitian yang diteliti olehImam Mas’ud dan Reva Maymi Srengga (2006-2010) memberikan hasil bahwa (1) profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress, (2) financial leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress, dan (3) Operation Cash Flow berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian terdahulu ini memberikan hasil yang berbeda dengan hasil penelitian Orina Andre, dikarenakan hasil return on asset yang berbeda.Penelitian tersebut diteliti oleh Muhammad Arif Hidayat dan Wahyu Meiranto (2014)memberikan hasil bahwa debt ratio, current ratio, dan total asset turnover signifikan terhadap prediksi financial distress, sedangkan return on asset tidak signifikan terhadap financial distress. Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya karena Widarjo dan Setiawan (2009), memasukan variabel yang jarang diteliti yaitu quick ratio, dan menggunakan 7 rasio keuangan untuk memprediksi financial distress. Rasio-rasio tersebut adalah rasio current assets to current liabilities, quick ratio, cash ratio, net income to total assets, total liabilities to total assets, current liabilities to total 24 assets dan sales growth. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa quick ratio dan net income to total assets berpengaruh negatif terhadap financial distress sedangkan rasio keuangan lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Penelitian terdahulu yang terakhir ini memberikan hasil current ratio yang sama dengan penelitian Orina Andre. Kali ini diteliti oleh Evanny Indri Hapsari (2012), yangmemberikan hasil bahwa rasio likuiditas (current ratio) dan rasio profitabilitas (profit margin on sales) tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress. Sedangkan rasio profitabilitas (return on asset) dan rasio leverage (current liabilities to total asset) berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress. Berdasarkan informasi di atas dan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk mengambil topik tersebut dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Prediksi Financial Distress pada Perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)periode 2010-2014” 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut; 1. Bagaimanaperkembangancurrent ratio, quick ratio, return on asset, return on equity, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price to book value,dan cash flow pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014? 2. Bagaimana pengaruh current ratio, quick ratio, return on asset, return on equity, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price to book value,dan cash flowterhadap financial distresspada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014? 25 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Manajemen S-1, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama serta memberi gambaran sekaligus masukan tentang “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014” Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangancurrent ratio, quick ratio, return on asset, return on equtiy, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price to book value,dan cash flow pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 2. Untuk mengetahui pengaruhcurrent ratio, quick ratio, return on asset, return on equtiy, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price to book value,dan cash flow terhadap financial distress pada perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada; 1. Perusahaan Khususnya pihak manajemen perusahaan, dapat menyumbangkan pemikiran yang mungkin berguna bagi perusahaan dalam usaha memecahkan masalah yang di hadapi untuk menyempurnakan kekurangan –kekurangan yang ada. 2. Masyarakat Terutama bagi civitas perguruan tinggi diharapkan hasil ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan problematika sejenis. 26 3. Penulis Hasil penelitian di harapkan akan dapat menambah pengetahuan penulis dan sebagai sarana untuk membandingkan aplikasi atau ilmu dalam praktek yang sebenernya dengan teori yang telah di peroleh selama mengikuti kuliah. 1.5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis memakai metode penelitian yaitu metode deskriptif dan verifkatif. Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Menurut Hasan (2010), metode verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang mengunakan perhitungan statistik. Pengujian statistik dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama digunakan analisis diskriminan agar terlihat bahwa variabel mana saja yang menjadi variabel dominan dalam penelitian ini. Penerapan analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan masih terbatas, karena dilakukan secara terpisah. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan analisis rasio keuangan tersebut, dapat digunakan model multivariate, yaitu model yang menggunakan beberapa rasio keuangan yang berperan sebagai variabel independen secara bersama-sama (simultan) untuk memprediksi kebangkrutan. Model tersebut menggunakan analisis diskriminan (Hanafi, 2010). Tahapan kedua memakai analisis regresi berganda, berguna untuk melihat apakah variabel dominan dalam analisis diskriminan berpengaruh pula dalam analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk 27 mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010 – 2014 dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan – perusahaan tersebut dari Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Kota Bandung serta data lainnya melalui internet. Waktu penelitian dilakukan dari pertengahan agustus hingga awal november 2015. 28