BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah perusahaan bisa dikatakan baik jika memiliki return yang dihasilkan
untuk para pemegang saham, yang sahamnya cukup tinggi atau yang sering
disebut dengan total shareholder return (TSR). Likuiditas tinggi pun
yang
didukung fundamental kuat, ditambah kemampuan memberi nilai tambah
kekayaan (wealth added index – WAI), menjadikan saham sebuah perusahaan di
Bursa Efek Indonesia terus menjadi primadona di pasar saham (SWA,2014).
Menurut Gitman (2012), menyatakan bahwa “for maximize shareholder
wealth is finance teaches that managers’ primary goal should be to maximize the
wealth of the firm’s owners (the stockholders). The simplest and the best measure
of stockholder wealth is the firm’s share price, so must textbooks (ours included)
instruct managers to take actions that increase the firm’s share price.”
Demi memperoleh return yang tinggi dan di saat bersamaan meminimalkan
risiko, investor umumnya memilih perusahaan terpercaya dan memiliki
profitabilitas yang tinggi. Salah satu alat ukurnya adalah kinerja perusahaan,
khususnya analisa laporan keuangan, termasuk laporan laba rugi. Semakin tinggi
laba, maka dividen yang diperoleh akan semakin tinggi pula.
Akan tetapi, laba tinggi saja tidak cukup. Ada unsur lain yang bisa menjadi
faktor meningkatnya deviden, yaitu wealth added index (WAI), atau kemampuan
perusahaan dalam memberi nilai tambah kekayaan. WAI adalah metode
pengukuran
kinerja
perusahaan
yang dikembangkan
oleh
Stern
Value
Management, sebagai indikator untuk menentukan peningkatan kekayaan yang
dihasilkan perusahaan di atas return minimal yang diharapkan investor.
1
Dalam menghitung WAI, harapan akan return itu didasarkan pula pada
potential cost plus risiko yang ditanggung investor, yang kemudian diterjemahkan
dalam cost of equity (CoE). Sebuah perusahaan yang baik akan menghasilkan
WAI positif, yaitu bila total return yang dihasilkan untuk pemegang saham (Total
Shareholder Return - TSR) lebih besar dari CoE-nya. Artinya, jika saham
perusahaan hanya menghasilkan TSR sama besar dengan CoE-nya, maka saham
itu dianggap belum menghasilkan wealth added. Bahkan jika TSR-nya lebih kecil
dari COE nya, akan menghasilkan WAI negatif yang berarti terjadi penghancuran
kekayaan. Belakangan ini, WAI menjadi salah satu rujukan untuk menentukan
perusahaan yang prospektif untuk berinvestasi (SWA, 2014).
Berdasarkan perhitungan data harian dari Bloomberg periode 2009-2013,
Majalah SWA memeringkat 100 perusahaan Indonesia dengan WAI terbesar
2014. Dalam daftar SWA 100 Indonesia’s Best Wealth Creator 2014 itu, terdapat
23 perusahaan yang ada di peringkat terbawah tahun 2014 dan selalu ada di
Indonesia’s Best Wealth Creator dari tahun 2010-2013. Berikut adalah daftar 23
perusahaan tersebut;
Tabel 1.1
23 Perusahaan Peringkat Terendah dalam Indonesia’s Best Wealth Creator
2014
NO
PERINGKAT
NAMA
KODE
WAI 2009 –
2014
PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
2013 (Rp Juta)
1
24
2
25
3
26
PT Astra Agro
Lestari Tbk
PT Tempo Scan
Pacific Tbk
PT Ultrajaya Trading
& Co Tbk
AALI
TSPC
ULTJ
9.403.461
9.182.689
8.947.317
2
NO
4
PERINGKAT
NAMA
KODE
WAI 2009 –
2014
PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
2013 (Rp Juta)
AKRA
8.794.413
PT AKR Corporindo
27
Tbk
PT XL Axiata Tbk
5
28
8.384.686
EXCL
PT Astra Autoparts
6
30
Tbk
7.673.019
AUTO
PT PP London
7
38
Sumatra Indonesia
Tbk
LSIP
4.116.800
PT Citra Marga
8
9
43
Tbk
CMNP
PT Matahari Putra
44
Prima Tbk
MPPA
PT Holcim Indonesia
10
46
11
Nusaphala Persada
56
12
57
13
67
14
68
Tbk
PT Ramayana Lestari
Sentosa Tbk
PT Tunas Ridean
Tbk
PT Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk
PT Bentoel
Internasional
3.429.705
3.075.886
2.979.455
SMCB
RALS
TURI
INKP
RMBA
312.704
161.539
-1.891.479
-2.246.292
3
NO
PERINGKAT
NAMA
KODE
WAI 2009 –
2014
PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
2013 (Rp Juta)
FASW
-2.804.330
Investama Tbk
15
71
PT Fajar Surya
Wisesa Tbk
PT Barito Pacific
16
Tbk
81
83
18
84
Realty Tbk
PT Medco energy
internasional Tbk
PLIN
MEDC
PT Energi mega
86
persada Tbk
ENRG
PT Aneka tambang
20
Tbk
92
98
-38.161.025
Tbk
-45.996.271
BUMI
PT Telekomunikasi
100
-8.316.560
ISAT
99
23
-6.709.171
ANTM
PT Bumi resources
22
-6.709.089
-12.498.686
PT Indosat Tbk
21
Sumber
BRPT
PT Plaza Indonesia
17
19
-5.993.406
Indonesia Tbk
-83.071.039
TLKM
: Majalah SWA 2014
4
Awal mulanya pemeringkatan SWA 100 Indonesia’s Best Wealth Creator
setiap tahunnya dipilih terlebih dahulu 100 perusahaan berkapitalisasi besar, lalu
dihitung memakai rumus WAI itu sendiri.Besar-kecilnya nilai WAI dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berasal dari luar perusahaan,
misalnya kondisi makroekonomi Indonesia, ekonomi global, atau pasar
internasional. Adapun faktor internal ditentukan oleh kinerja dan kondisi di dalam
perusahaan itu sendiri.
Rumus WAI = Kapitalisasi Pasar (di awal periode) x (TSR – CoE)
Memiliki WAI yang rendah adalah alasan yang jelas mengapa 23 perusahaan
tersebut terdapat di rangking terbawah. Sedangkan, jika memiliki WAI yang
rendah pastinya dapat menghancurkan penambahan kekayaan para pemegang
saham atau para investor. Sehingga kinerja perusahaan pun akan terlihat lebih
menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Maka dari itu kinerja perusahaan pun
dapat dikatakan sebagai pengukur WAI, karena jika WAI menurun pastinya akan
menurunkan kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja perusahaan adalah sebuah acuan para investor, untuk berminat
investasi di perusahaan tersebut atau tidak. Kinerja keuangan juga merupakan
gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas(Jumingan,
2008).Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas
yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar (Fahmi, 2011).
5
Menilai sebuah kinerja perusahaan dapat dibuktikan dengan melihat dan
menganalisa laporan keuangan, salah satu yang menggunakan rasio keuangan
adalah penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan
memprediksikan financial distress sebuah perusahaan.
Banyaknya induk perusahaan maupun anak perusahaan yang listing membuat
persaingan antar perusahaan semakin ketat, baik dalam satu sektor yang sama
ataupun dalam sektor yang berbeda. Menurut Wahyu (2009), persaingan antar
perusahaan yang semakin ketat menyebabkan biaya yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan akan semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk bersaing maka perusahaan tersebut
akan mengalami kerugian, yang pada akhirnya bisa membuat suatu perusahaan
mengalami financialdistress. Masalah keuangan yang dihadapisuatu perusahaan
apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan.
Menurut Lenox et al dalam Pasaribu (2008), kebangkrutan biasanya diawali
dengan terjadinya moment gagal bayar, hal ini disebabkan semakin besar jumlah
hutang, semakin tinggi probabilitas financial distress. Perusahaan dengan banyak
kreditor akan semakin cepat bergerak ke arah financialdistress, dibanding
perusahaan dengankreditor tunggal. Apabila suatu perusahaan pembiayaannya
lebih banyak menggunakan hutang, hal ini beresiko akan terjadi kesulitan
pembayaran di masa yang akan datang akibat utang lebih besar dari aset yang
dimiliki. Jika keadaan ini tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya
financial distress pun semakin besar.
Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu
perusahaan melalui rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan tersebut.
Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntasi yang penting
dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan
tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun
kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.
6
Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan dalam
menjalankan usahanya, distribusi aktiva, keefektifan pengguna aktiva, hasil usaha
yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan potensi kebangkrutan yang
akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi suatu perusahaan apabila dibiarkan
berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan
yang mengalami masalah keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan
melakukan pinjaman dan penggabungan usaha atau sebaliknya ada yang menutup
usahanya.
Rasio likuiditas juga dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya financial
distress. KarenaMartono dan Agus (2002), rasio likuiditas merupakan rasio yang
menunjukan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan
hutang lancar, rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya yang harus segera di penuhi.
Rasio likuiditas yang biasa dipakai dalam berbagai penelitian adalah current ratio
& quick ratio. Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancarnya. Sedangkan quick ratio dapat menunjukan kemampuan aktiva
lancar yang paling lancar mampu menutupi utang lancar.
Menurut Toto (2008), ketidakmampuan membayar kewajiban secara tepat
waktu akan langsung dirasakan oleh kreditor, terutama kreditor yang berhubungan
dengan operasional perusahaan (supplier). Menurut Luciana (2003), hal ini telah
mengindikasikan adanya sinyal distress yang menyebabkan adanya penundaan
pengiriman dan masalah kualitas produk.
Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka
pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress
akan semakin kecil.
7
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalamcurrent ratio dan
quick ratioselama 5 tahun:
Analisa dari grafik 1.1 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata –
rata current ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Kemudian grafik
ini mencerminkan bahwa rata – rata current ratio setiap perusahaan paling tinggi
adalah PT Ultrajaya Trading & Co Tbkdengan hasil trend equation sebesar y =
20,048x + 150,62, sedangkan rata – rata current ratio setiap perusahaan paling
rendah adalah PT AKR CorporindoTbk dengan hasil trend equation sebesar y = 118,42x + 594,71.
Grafik 1.1
Perkembangan Current Ratio
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Current Ratio
1000
800
600
400
200
0
2010
2011
2012
2013
2014
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : Olahan peneliti 2015
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya perusahaan PT Ultrajaya Trading &
Co menjadi perusahaan paling maksimum yaitu memiliki nilai peringkat ketiga
tertinggi pada tahun 2014 sebesar 252,85% lalu dibandingkan PT Tempo Scan
Pacific Tbk sebesar 27,02% dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar
278,53%. Keadaan yang membuat PT Ultrajaya Trading & Co Tbk menjadi
8
peringkat terbesar dikarenakan peningkatan yang selalu stabil dari tahun 2010
hingga 2014.
PT Ultrajaya Trading & Co Tbk pun memiliki nilai paling besar di tahun
2014, dikarenakan memiliki nilai current asset paling tinggi sebesar Rp 1,740,631
dibandingkan pada tahun 2013 sebesar Rp 1,565,511 dan juga pada tahun 2012
sebesar Rp 1,196,427, karena semakin tinggi current asset akan meningkatkan
current ratio.
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT AKR
CorporindoTbk menjadi perusahaan paling minimum adalah nilai yang rendah
pada tahun 2014 sebesar 108,67% kemudian dibandingkan pada PT Fajar Surya
Wisesa Tbk sebesar 108,9% dan Telekomunikasi Tbk sebesar 100,14%. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan current liabilites dari tahun 2012 sebesar Rp
5,142,346 menjadi Rp 6,593,626 pada tahun 2013 dan Rp 6,183,756 pada tahun
2014. Karena semakin tingginya current liabilities akan menurunkan current
asset.
Analisa dari grafik 1.2 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata
quick ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan
bahwa rata – rata quick ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT XL Axiata
Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 13,841x + 10,339, sedangkan rata –
rata quick ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT Aneka Tambang Tbk
dengan hasil trend equation sebesar y = -116,52x + 675,58.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT XL Axiata Tbkmenjadi
perusahaan yang memiliki rata- rata quick ratio paling maksimum yaitu karena
dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami peningkatan yang baik, walaupun dari
setiap tahun tidak memiliki nilai yang paling besar, tetapi peningkatannya hampir
selalu stabil. Terlihat bahwa perusahaan ini memiliki nilai paling besar pada tahun
2014 sebesar 85,93%, lalu dibandingkan pada PT Astra Autoparts Tbk sebesar
88,63% dan PT Barito Pacific Tbk sebesar 76,75%.
9
Kemudian yang menyebabkan PT XL Axiata Tbk memiliki nilai yang tinggi
pada tahun 2014disebabkan memiliki nilai current asset yang meningkat pada
tahun 2013 sebesar Rp 5,844,144 menjadi Rp 13,309,762 pada tahun 2014.
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Aneka Tambang
Tbkmenjadi perusahaan paling minimum dalam rata-rata quick ratio dikarenakan
memiliki nilai yang rendah pada tahun 2014 sebesar 114,98% lalu dibandingkan
pada PT Medco Energy Internasional Tbk sebesar 152,18% dan PT Ultra Jaya
Trading & Co Tbk sebesar 149,25%.
Grafik 1.2
Perkembangan Quick Ratio
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Quick Ratio
1000
800
600
400
200
0
2010
2011
2012
2013
2014
RMBA
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
BUMI
TLKM
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
ISAT
Sumber : olahan peneliti 2015
PT Aneka Tambang Tbk pun memiliki nilaiquick ratio yang terus menurun
dari tahun 2011 sebesar 867%, tahun 2012 sebesar 203,75%, tahun 2013 sebesar
120,2%, dan pada tahun 2014 sebesar 114,98%. Penurunan yang terjadi dari tahun
2013 ke 2014 dikarenakan PT Aneka Tambang Tbk memiliki nilai current
liabilities yang meningkat dari tahun 2013 sebesar Rp 3,855,512dan sebesar Rp
10
4,592,850 pada tahun 2014. Karena meningkatnya current liabilities akan
menurunkan quick ratio.
Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress. Menurut Mamduh (2010), rasio profitabilitas merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat
penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio ini dicerminkan dalam Return on
Asset (ROA), rasio yang tinggimenunjukkan efisiensi manajemen aset. Begitu
juga dengan Return on Equity (ROE) rasio ini digunakan untuk melihat tingkat
efisiensi perusahaan dalam mengelola equitynya untuk menghasilkan laba bersih
perusahaan.
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam rasio
ROA(Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)selama 5 tahun:
Grafik 1.3
Perkembangan Return on Asset
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 – 2014
Return on Asset
40
30
20
10
0
-10
2010
2011
2012
2013
2014
-20
-30
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
11
Sumber : olahan peneliti 2015
Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata return on
asset menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan bahwa
rata – rata return on asset setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Matahari
Putra Prima Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 2,266x - 1,774,
sedangkan rata – rata return on asset setiap perusahaan paling rendah adalah PT
Bentoel Internasional Investama Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 6,95x + 15,072.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Matahari Putra Prima
Tbkmenjadi perusahaan paling maksimum dikarenakan memiliki nilai yang terus
meningkat dari tahun 2010 hingga 2014, dan nilai yang paling tinggi berada pada
tahun 2014 sebesar 9,51%, lalu dibandingkan pada PT Ramayana Lestari Sentosa
Tbksebesar 7,8% dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk sebesar
7,76%.Perusahaan ini juga meningkat di tahun 2010 hingga 2014 dikarenakan
turunnya total asset, pada tahun 2010 sebesar Rp 11,420,600, pada tahun 2011
sebesar Rp 10,308,169, Rp 8,225,206 pada tahun 2012, Rp 6,579,518 pada tahun
2013, dan Rp 5,827,294 pada tahun 2014.
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel
Internasional Investama Tbkmenjadi perusahaan paling minimum adalah
penurunan yang sangat drastis, dan memiliki nilai yang rendah pada tahun 2014
sebesar -22,23% lalu dibandingkan pada PT Bumi Resources Tbk sebesar -1,86%
dan PT Aneka Tambang Tbksebesar -2,48%.Penurunan yang sangat drastis terjadi
dari tahun 2010 hingga 2014, hal ini dikarenakan mengalami kenaikan total asset,
dibuktikan dengan pada tahun 2010 sebesar Rp 12,218,890, tahun 2011 sebesar
Rp 15,201,235, pada tahun 2012 sebesar Rp 19,708,541, pada tahun 2013 sebesar
21,865,117 dan pada tahun 2014 sebesar 22,711,374,karena semakin tingginya
total asset, return on asset akan menurun.
12
Analisa dari grafik 1.4 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata
return on equity menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan
mencerminkan bahwa rata – rata return on equity setiap perusahaan paling tinggi
adalah PT Indosat Tbk dengan trend equation sebesar y = 20,885x - 37,057.
Sedangkan rata – rata return on equity setiap perusahaan paling rendah adalah PT
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -47,859x +
88,733.
PT Indosat Tbk pun memiliki nilai yang besar di tahun 2011 disebabkan
perusahaan memiliki nilai total assetyang menurun dari tahun 2010 sebesar Rp
52,818,187 dan tahun 2011 sebesar Rp 52,172,311, karena menurunnya total asset
akan meningkatkan return on equity.
Grafik 1.4
Perkembangan Return on Equity
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Return on Equity
250
200
150
100
50
0
-50
2010
2011
2012
2013
2014
-100
-150
-200
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : olahan peneliti 2015
13
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata return on equitypaling
minimum adalah karena memiliki nilai yang rendah pada tahun 2011 sebesar 0,15% lalu dibandingkan pada PT Barito Pacific Tbk sebesar -0,15%.
Return on equity yang turun pada tahun 2010 ke tahun 2011dikarenakan PT
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk memiliki nilai total asset yang meningkat pada
tahun 2010 sebesar Rp 53,195,656, sedangkan tahun 2011 sebesar 57,299,196.
Karena meningkatnya total asset akan menurunkan return on equity.
Rasio Leverage
dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi
terjadinya financial distress. Menurut Keown (2008), rasio utang/leverage
menunjukkan seberapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset
perusahaan. Rasio leverage yang akan digunakan adalah debt ratio dan debt
equity ratio. Debt ratio yaitu total utang dibagi dengan total aktiva, informasi
rasio utang ini juga penting karena melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur
seberapa tinggi risiko utang yang diberikan kepada suatu perusahaan. Sedangkan
debt equity ratioadalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap
ekuitas.
Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk melihat
seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka debt equity ratio
maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap
likuiditas perusahaannya.
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam debt ratio dan
debt equity ratioselama 5 tahun:
Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata debt ratio
menunjukan arah yang positif atau meningkat. Bahkan mencerminkan bahwa rata
– rata debt ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT Bentoel Internasional
14
Investama Tbkdengan hasil trend equation sebesar y = 14,004x + 37,468,
sedangkan rata – rata debt ratio setiap perusahaan paling rendah adalah PT
Ultrajaya Trading & Co Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -2,158x +
38,048.
Grafik 1.5
Perkembangan Debt Ratio
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Debt Ratio
120
100
80
60
40
20
0
2010
2011
2012
2013
2014
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : olahan peneliti 2015
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel Internasional Investama
Tbkmenjadi perusahaan paling maksimum dalam rata – rata debt ratio
dikarenakannya memiliki nilai yang terus menerus naik dari tahun 2010 – 2014,
dan memiliki nilai yang paling tinggi pada tahun 2014 sebesar 113,62%,
kemudiandibandingkan pada PT Bumi Resources Tbk sebesar 104,86%,dan PT
XL Axiata Tbk sebesar 78,08%.
15
PT Bentoel Internasional Investama Tbkpun memiliki nilai yang terus
meningkat, disebabkannilai total debt yang meningkat dari tahun 2010 sebesar Rp
2,773,070, dibandingkan pada tahun 2011 sebesar Rp 4,086,673, tahun 2012
sebesar Rp 6,935,601, tahun 2013 sebesar Rp 8,350,151, dan pada tahun 2014
sebesar Rp 11,647,399. Karena meningkatnya total debt akan meningkatkan debt
ratio.
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Ultrajaya Trading
& Co Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata debt ratio paling
minimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yangturun dari tahun 2011 hingga
2014, dan yang paling memiliki nilai yang rendah adalah pada tahun 2014 sebesar
28,02% dibandingkan dengan PT Astra Autoparts Tbk sebesar 29,51% dan PT
Citra Marga Nusaphala Persada Tbk sebesar 29,71%. Hal – hal yang
memungkinkanturunnya nilai debt ratio pada PT Ultrajaya Trading & Co Tbk
pada tahun 2011 hingga 2014 adalah meningkatnya total asset pada tahun 2011
sebesar Rp 2,179,182, pada tahun 2012 sebesar Rp 2,420,793, pada tahun 2013
sebesar Rp 2,811,621, dan pada tahun 2014 sebesar 3,037,558.
Analisa dari grafik 1.6 dibawah ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata
debt equity ratio menunjukan arah yang positif atau meningkat. Bahkan
mencerminkan bahwa rata – rata debt equity ratio setiap perusahaan paling tinggi
adalah PT Bumi Resources Tbk dengan hasil trend equation yang sama sebesar y
= 20,885x - 37,057, sedangkan rata – rata debt equity ratio setiap perusahaan
paling rendah adalah PT Aneka Tambang Tbk dengan hasil trend equation
sebesar y = -5,896x + 29,138.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bumi Resources Tbkmenjadi
perusahaan paling maksimum adalah dikarenakannya memiliki nilai yang terus
meningkat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, nilai tertinggi berada pada
tahun 2012 sebesar 17,75x, lalu dibandingkan pada PT Bentoel Internasional
Investama Tbk sebesar 2,8x dan PT Medco Energy Internasional Tbk sebesar
2,15x.
16
PT Bumi Resources Tbkpun memiliki nilai paling besar di tahun
2012dikarenakan memiliki nilai total equityyang turunpada tahun 2011 sebesar
Rp 10,667,629 dibandingkan pada tahun 2012 sebesar Rp 3,792,088. Karena
semakin kecilnya total equity akan menurunkan total debt to total equity.
Grafik 1.6
Perkembangan Debt Equity Ratio
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Debt Equity Ratio
250
200
150
100
50
0
-50
2010
2011
2012
2013
2014
-100
-150
-200
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : olahan peneliti 2015
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Aneka Tambang
Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata rata debt equity ratio paling minimum
adalah dikarenakannya memiliki nilai yang rendah pada tahun 2010sebesar 0,27x
lalu dibandingkan pada PT Tempo Scan Pacific Tbk sebesar 0,36x dan PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0,3x.
17
Dalam penelitian ini variabel pertumbuhan penjualan/sales growth digunakan
peneliti sebagai variabel independen juga. Variabel ini adalah pendapatan lazim
dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada
pelanggan atas barang(Simamora, 1991). Berdasarkan teori, hubungan rasio
pertumbuhan penjualan dengan financial distress adalah negatif. Hal ini
disebabkan semakin kecil nilai rasio pertumbuhan penjualan menandakan semakin
rendah tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan sehingga probabilitas
perusahaan terhadap financial distress akan semakin tinggi.
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam Sales Growth
selama 5 tahun;
Grafik 1.7
Perkembangan Sales Growth
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Sales Growth
200
150
100
50
0
-50
2010
2011
2012
2013
2014
-100
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : olahan peneliti 2015
Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata sales
growth ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan mencerminkan
18
bahwa rata – rata sales growth ratio setiap perusahaan paling tinggi adalah PT
Matahari Putra Prima Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = 4,275x - 3,327,
sedangkan rata – rata sales growth ratio setiap perusahaan paling rendah adalah
PT Holcim Indonesia Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -26,343x +
97,945.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Matahari Putra Prima Tbkmenjadi
perusahaan yang memiliki rata – rata sales growth paling maksimum adalah
dikarenakannya memiliki nilai yang meningkat dari tahun 2011 ke 2012, nilai
tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 21,99%, lalu dibandingkan pada PT
Holcim Indonesia Tbk sebesar 19,76% dan PT AKR Corporindo Tbk sebesar
15,25%. Walaupun PT Matahari Putra Prima Tbkmengalami penurunan yang dari
tahun 2012 - 2013, tetapi dikarenakan pada tahun 2012 memiliki angka yang
tinggi sehingga mendapatkan hasil rata-rata sales growth ratio paling tinggi.
PT Matahari Putra Prima Tbkpun memiliki nilai paling besar di tahun 2012 di
karenakan memiliki nilai sales growth yang lebih tinggi pada tahun 2012 sebesar
Rp 10,868,164 dibandingkan pada tahun 2011 sebesar Rp 8,908,611.
Selanjutnya, Hal- hal yang memungkinkan PT Holcim Indonesia
Tbkmenjadi perusahaan yang memiliki rata – rata sales growth paling minimum
adalah dikarenakannya memiliki penurunan yang cukup drastis dari tahun 2010
sampai tahun 2012, kemudian memiliki nilai yang paling rendah pada tahun 2013
sebesar 7,49% dibandingkan pada PT Astra Agro Lestari Tbk sebesar 9,6% dan
PT Barito Pacific Tbk sebesar9,75%.
Rasio lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio penilaian
(valuation ratios), rasio ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi.
Rasio penilaian (valuation ratio) merupakan ukuran yang paling lengkap tentang
prestasi perusahaan, karena mencerminkan rasio risiko dan rasio pengembalian.
Rasio ini sangat penting karena rasio tersebut berkaitan langsung dengan tujuan
memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaaan para pemegang saham. Salah
19
satu bagian dari rasio ini adalah Market to Book Value (M2BV).
Rasio market to book value digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga
saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sutrisno,
2000). Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth)
yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam rasio market to
book value selama 5 tahun;
Grafik 1.8
Perkembangan Market to Book Value
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
MARKET TO BOOK VALUE
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
2010
2011
2012
2013
2014
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
RMBA
Sumber : olahan peneliti 2015
Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata market to
book value ratio menunjukan arah yang negatif atau menurun. Bahkan
mencerminkan bahwa rata – ratamarket to book value ratio setiap perusahaan
paling tinggi adalah PT Matahari Putra Prima Tbkdengan hasil trend equation
sebesar y = 2,432x - 4,196, sedangkan rata – rata market to book value ratiosetiap
20
perusahaan paling rendah adalah PT Bumi Resources Tbk dengan hasil trend
equation sebesar y = -3,019x + 12,689.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya perusahaan PT Matahari Putra Prima
Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata market to book value ratio
paling maksimum karena dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan, nilai paling tinggi ada pada tahun 2014 sebesar 10,48x, lalu
dibandingkan pada PT PP London Sumatra Indonesia Tbk sebesar 1,98x dan PT
AKR Corporindo Tbk sebesar 1,47x.
Walaupun PT Matahari Putra Prima Tbk mengalami penurunan dari tahun
2012 ke 2013, tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi
sehingga membuat PT Matahari Putra Prima Tbk mendapatkan rata – rata paling
tinggi dalam rasio ini.
PT Matahari Putra Prima Tbkmemiliki nilai yang tinggi pada tahun 2014
karena memiliki market price yang tinggi pada tahun 2014 sebesar Rp 3,050
dibanding tahun 2013 sebesar Rp 1,940.
Selanjutnya, hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bumi Resources
Tbkmenjadi perusahaan paling minimum adalah turunnya nilai dari tahun 2010
sampai dengan 2014, nilai yang paling rendah ada pada tahun 2013 sebesar 1,74x lalu dibandingkan pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk sebesar
0,01x,dan pada PT Barito Pacific Tbk sebesar 0,012x.Rendahnya nilai pada tahun
2013 disebabkan turunnya market price dari tahun 2012 sebesar Rp 590 menjadi
Rp 300 pada tahun 2013.
Rasio lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas (cashflow)
Laporan arus kas merupakan campuran antara laporan laba-rugi dengan neraca
(Subramanyam, 2010). Laporan arus kas dapat mengekspresikan laba bersih
perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan sehingga jika arus kas
meningkat, maka laba perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkan
nilai perusahaan dan selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan.
21
Suatu perusahaan memiliki arus kas operasi yang tinggi berarti memiliki
sumber dana untuk melakukan aktivitas operasinya seperti untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Menurut Almilia (2003), rasio arus kas bersih meningkat, maka laba
perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan dan
selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan sehingga perusahaan tidak akan
mengalami financial distress.
Berikut adalah grafik perkembangan setiap perusahaan dalam cashflowselama
5 tahun;
Grafik 1.9
Perkembangan Cash Flow
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014
Cash Flow
1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
-200.00
2010
2011
2012
2013
2014
-400.00
-600.00
FASW
BRPT
PLIN
MEDC
ENRG
ANTM
ISAT
BUMI
TLKM
RMBA
AALI
TSPC
ULTJ
AKRA
EXCL
AUTO
LSIP
CMNP
MPPA
SMCB
RALS
TURI
INKP
Sumber : olahan peneliti 2015
Analisa dari grafik ini terlihat bahwa pergerakan secara rata – rata cash flow
menunjukan arah yang positif dan meningkat. Bahkan mencerminkan bahwa rata
– rata cashflow setiap perusahaan paling tinggi adalahPT Fajar Surya Wisesa Tbk
22
dengan hasil trend equation sebesar y = 99,839x - 175,8.Sedangkan rata – rata
cashflow setiap perusahaan paling rendah adalah PT Bentoel Internasional
Investama Tbk dengan hasil trend equation sebesar y = -192,48x + 690,34.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Fajar Surya Wisesa Tbk
menjadi perusahaan yang meiliki rata – rata cash flow paling tinggi adalah
dikarenakannya memiliki nilai yang terus meningkat, dan memiliki nilai paling
besar pada tahun 2014 sebesar 532,58%, lalu dibandingkan pada PT AKR
Corporindo Tbk sebesar 210,6% dan PT Aneka Tambang Tbk sebesar 149,1%.
Hal ini dikarenakan PT Fajar Surya Wisesa Tbk memiliki nilai arus kas aktivitas
yang meningkat dari tahun 2013 sebesar Rp 209,910,765,041 ke tahun 2014
sebesar Rp 1,327,852,701,205 sehingga mengalami peningkatan yang tinggi
sehingga membuat perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang memiliki nilai
cash flow paling maksimum.
Hal- hal yang memungkinkan terjadinya PT Bentoel Internasional Investama
Tbk menjadi perusahaan yang memiliki rata – rata cash flow paling rendah karena
memiliki penurunan yang cukup banyak dari tahun 2010 hingga tahun 2013, nilai
yang paling rendah ada pada tahun 2012 sebesar -340,26%, lalu dibandingkan
pada PT AKR Corporindo Tbk sebesar -118,08% dan PT Tunas Ridean Tbk
sebesar -120,04%. PT Bentoel Internasional Investama Tbk pun memiliki nilai
paling rendah di tahun 2012 di karenakan pada tahun 2012 memiliki nilai cash
flow yang rendah sebesar – Rp 344,108 dibandingkan pada tahun 2011 sebesar
Rp 143,218.
Seluruh rasio yang digunakan dalam penelitian ini telah diteliti oleh penelitian
terdahulu, seperti dalam penelitian Orina Andre (2005)yang memberikan hasil
bahwa (1) Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam
memprediksi financial distress pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di
BEI, (2) Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress pada
perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI, (3) Leverage mempunyai
pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada
23
perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI.
Rasio yang tidak diteliti oleh Orina Andre dan ada dalam penelitian ini,
dijelaskan kembali oleh penelitian DinaRossely Martha (2008) memberikan hasil
bahwa secara parsial rasio Current Liabilities to Total Assets berpengaruh
signifikan terhadap financial distress.Sedangkan rasio Current Assets to Total
Assets, Net Fixed Assets to Total Assets,Total Liabilities to Total Asset dan Sales
Growth secara parsial tidak berpengaruhsignifikan terhadap financial distress.
Secara simultan rasio Current Assets toTotal Assets, Net Fixed Assets to Total
Assets, Total Liabilities to Total Asset,Current Liabilities to Total Assets dan
Sales Growth berpengaruh signifikanterhadap financial distress.
Kemudian diperkuat oleh penelitian yang diteliti olehImam Mas’ud dan
Reva Maymi Srengga (2006-2010) memberikan hasil bahwa (1) profitabilitas
berpengaruh terhadap kondisi financial distress, (2) financial leverage tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress, dan (3) Operation Cash Flow
berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI.
Penelitian terdahulu ini memberikan hasil yang berbeda dengan hasil
penelitian Orina Andre, dikarenakan hasil return on asset yang berbeda.Penelitian
tersebut diteliti oleh Muhammad Arif Hidayat dan Wahyu Meiranto
(2014)memberikan hasil bahwa debt ratio, current ratio, dan total asset turnover
signifikan terhadap prediksi financial distress, sedangkan return on asset tidak
signifikan terhadap financial distress.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya karena Widarjo dan
Setiawan (2009), memasukan variabel yang jarang diteliti yaitu quick ratio, dan
menggunakan 7 rasio keuangan untuk memprediksi financial distress. Rasio-rasio
tersebut adalah rasio current assets to current liabilities, quick ratio, cash ratio,
net income to total assets, total liabilities to total assets, current liabilities to total
24
assets dan sales growth. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa quick ratio dan
net income to total assets berpengaruh negatif terhadap financial distress
sedangkan rasio keuangan lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap financial
distress.
Penelitian terdahulu yang terakhir ini memberikan hasil current ratio yang
sama dengan penelitian Orina Andre. Kali ini diteliti oleh Evanny Indri Hapsari
(2012), yangmemberikan hasil bahwa rasio likuiditas (current ratio) dan rasio
profitabilitas (profit margin on sales) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kondisi financial distress. Sedangkan rasio profitabilitas (return on asset) dan
rasio leverage (current liabilities to total asset) berpengaruh negatif terhadap
kondisi financial distress.
Berdasarkan informasi di atas dan beberapa penelitian terdahulu, maka
peneliti tertarik untuk mengambil topik tersebut dengan judul “Pengaruh Rasio
Keuangan terhadap Prediksi Financial Distress pada Perusahaan yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)periode 2010-2014”
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah yang
dapat dikemukakan sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut;
1. Bagaimanaperkembangancurrent ratio, quick ratio, return on asset,
return on equity, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market
price to book value,dan cash flow pada perusahaan yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
2. Bagaimana pengaruh current ratio, quick ratio, return on asset, return
on equity, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price to
book value,dan cash flowterhadap financial distresspada perusahaan
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014?
25
1.3 Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi Manajemen S-1, Fakultas Bisnis dan Manajemen,
Universitas Widyatama serta memberi gambaran sekaligus masukan tentang
“Pengaruh Rasio Keuangan terhadap prediksi financial distress pada
perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014”
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah;
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangancurrent ratio, quick ratio,
return on asset, return on equtiy, debt ratio, debt equity ratio , sales
growth, market price to book value,dan cash flow pada perusahaan yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
2. Untuk mengetahui pengaruhcurrent ratio, quick ratio, return on asset,
return on equtiy, debt ratio, debt equity ratio , sales growth, market price
to book value,dan cash flow terhadap financial distress pada perusahaan
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada;
1. Perusahaan
Khususnya pihak manajemen perusahaan,
dapat
menyumbangkan
pemikiran yang mungkin berguna bagi perusahaan dalam usaha
memecahkan masalah yang di hadapi untuk menyempurnakan kekurangan
–kekurangan yang ada.
2. Masyarakat
Terutama bagi civitas perguruan tinggi diharapkan hasil ini dapat
dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan sebagai salah satu
referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan problematika
sejenis.
26
3. Penulis
Hasil penelitian di harapkan akan dapat menambah pengetahuan penulis
dan sebagai sarana untuk membandingkan aplikasi atau ilmu dalam
praktek yang sebenernya dengan teori yang telah di peroleh selama
mengikuti kuliah.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memakai metode penelitian yaitu metode
deskriptif dan verifkatif. Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif yaitu,
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain. Menurut Hasan (2010), metode
verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang
telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang mengunakan
perhitungan statistik.
Pengujian statistik dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama
digunakan analisis diskriminan agar terlihat bahwa variabel mana saja yang
menjadi variabel dominan dalam penelitian ini. Penerapan analisis rasio
keuangan untuk memprediksi kebangkrutan masih terbatas, karena dilakukan
secara terpisah. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan analisis rasio
keuangan tersebut, dapat digunakan model multivariate, yaitu model yang
menggunakan beberapa rasio keuangan yang berperan sebagai variabel
independen
secara
bersama-sama
(simultan)
untuk
memprediksi
kebangkrutan. Model tersebut menggunakan analisis diskriminan (Hanafi,
2010).
Tahapan kedua memakai analisis regresi berganda, berguna untuk
melihat apakah variabel dominan dalam analisis diskriminan berpengaruh
pula dalam analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda
adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen
(X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
27
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2010 – 2014 dengan mengambil data sekunder
berupa laporan keuangan perusahaan – perusahaan tersebut dari Bursa
Efek Indonesia Kantor Perwakilan Kota Bandung serta data lainnya
melalui internet. Waktu penelitian dilakukan dari pertengahan agustus
hingga awal november 2015.
28
Download