6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transformator Daya Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau bisa terus menerus tanpa berhenti). Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu transformator harus dipelihara dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik dan tepat. Untuk itu regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian transformator dan bagian-bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian yang lainnya. Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi transformator 500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut Interbus Transformator (IBT). Transformator 150/20 kV dan 70/20 kV disebut juga trafo distribusi. Titik netral transformator ditanahkan 7 sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan / proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan rendah atau tahanan tinggi atau langsung di sisi netral 20 kV nya. Transformator dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian seperti: • Transformator Mesin (Pembangkit ) • Transformator Gardu Induk • Transformator Distribusi Transformator dapat juga dibagi menurut Kapasitas dan Tegangan seperti: • Transformator besar • Transformator sedang • Transformator kecil 2.2 Konstruksi Bagian-Bagian Transformator 2.2.1 Bagian Utama 2.2.1.1 Inti besi Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempenganlempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current. 8 Gambar 2.1 Inti Besi 2.2.1.2 Kumparan Transformator Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Gambar 2.2 Kumparan Trafo 9 2.2.1.3 Minyak Transformator Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam dalam minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai isolasi dan media pemindah, sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu : a. Kekuatan isolasi tinggi b. Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat. c. Viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki kemampuan pendinginan menjadi lebih baik. d. Titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat menimbulkan bahaya. e. Tidak merusak bahan isolasi padat. f. Sifat kimia yang stabil. Minyak transformator baru harus memiliki spesifikasi sebagai berikut : 10 Tabel 2.1. Spesifikasi minyak baru transformator. 2.2.1.4 Bushing Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo. Gambar 2.3 Contoh Bushing Transformator 11 Gambar 2.4 Konstruksi Bushing 2.2.1.5 Tangki Konservator Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan konservator. Gambar 2.5 Tangki Konservator 12 2.3 Dissolved Gas Analysis (DGA) DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai analisis kondisi transformer yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak trafo. DGA pada dunia industri dikenal juga sebagai tes darah atau blood test pada transformator. Darah manusia adalah suatu senyawa yang mudah melarutkan zat-zat lain yang berada disekitarnya. Melalui pengujian zat-zat terlarut pada darah, maka akan diperoleh informasi-informasi terkait tentang kesehatan manusia. Begitu pula dengan transformator, pengujian zat-zat terlarut (biasanya gas) pada minyak trafo akan memberikan informasi-informasi terkait akan kesehatan dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan. Uji DGA dilakukan pada suatu sampel minyak diambil dari unit transformator kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah di ekstrak lalu dipisahkan, diidentifikasikan komponenkomponen individualnya, dan dihitung kuantitasnya (dalam satuan Part Per Million – ppm). Keuntungan utama uji DGA adalah deteksi dini akan adanya fenomena kegagalan yang ada pada transformator yang diujikan. Namun kelemahan utamanya adalah diperlukan tingkat kemurnian yang tinggi dari sampel minyak yang diujikan. Rata-rata alat uji DGA memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga ketidakmurnian sampel akan menurunkan tingkat akurasi dari hasil uji DGA. 2.3.1 Teori Dasar DGA Prinsipnya gas yang terbentuk dalam transformator dapat disebabkan oleh dua hal yaitu panas dan kegagalan elektrik. Kelonggaran konduktor yang disebabkan karena pembebanan dapat 13 menimbulkan gas, gas juga dapat terbentuk karena tingginya suhu dari fenomena busur api. 2.3.2 Metode Ekstraksi Gas Dua metode pada pengujian DGA yang digunakan untuk mengekstrak fault gas yang terlarut pada minyak trafo, yaitu metode Gas Chromatograph (GC) dan metode Photo-Acoustic Spectroscopy (PAS). 2.3.2.1 Gas Chromatograph (GC) Gas Chromatograph adalah sebuah teknik untuk memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah senyawa gabungan, biasanya zat-zat tersebut dipisahkan berdasarkan tingkat penguapannya. Metode ini dapat memberikan informasi kuantitatif dan kualitatif dari masing-masing komponen individual pada sampel yang diuji. Sampel yang diujikan bisa saja sudah berbentuk gas ataupun dipanaskan dan diuapkan terlebih dahulu samopai berwujud gas. Metode ini menggunakan beberapa komponen utama, yaitu tabung sempit yang dikenal sebagai “kolom” , oven/elemen pemanas, gas pembawa dan detector gas. Gas pembawa yang digunakan biasanya merupakan jenis gas yang lembam, seperti nitrogen atau argon. 14 Gambar 2.6 Gas Chromatograph 2.3.2.2 Photo-Acoustic Spectroscopy (PAS) Masing-masing jenis fault gas (hydrogen, metana, oksigen dan lain lain) pada dasarnya memiliki kemampuan penyerapan radiasi elektromagnetik yang unik dan khas. Kemampuankemampuan yang unik ini biasanya diaplikasikan pada teknik spektroskopi inframerah untuk menghasilkan efek foto-akustik. Penyerapan radiasi elektromagnetik oleh gas akan meningkatkan temperature dari gas tersebut. Peningkatan temperature ini berbanding lurus peningkatan tekanan dari gas (dengan kondisi gas berada pada wadah tertutup). Dengan menggetarkan sumber radiasi, tekanan dari gas pada wadah tertutup ini akan berfluktuasi secara sinkron sehingga amplitude daru resultan gelombang tekanan dapat dideteksi menggunakan mikrofon yang sensitif. Dua faktor utama yang menyebabkan efek foto akustik dapat digunakan untuk pengukuran analitis : a. Setiap gas memiliki spektrum penyerapan yang unik dan khas sehingga frekuensi dari sumber inframerah dapat disesuaikan 15 untuk memperoleh karakteristik yang diinginkan dari sampel. b. Tingkat penyerapan radiasi inframerah secara langsung sebanding dengan tingkat konsentrasi dari gas sampel. Memilih panjang gelombang yang tepat serta mengukur tingkat resultan sinyal yang dihasilkan oleh reaksi gas terhadap radiasi sinar inframerah akan memungkinkan mendeteksi kehadiran dan tingkat konsentrasi dari masing-masing jenis gas. Kedua hal ini merupakan prinsip dasar dari photo-acoustic spectroscopy. Gambar 2.7 Ilustrasi Photo-acoustic Spectroscopy Proses pengukuran dengan metode PAS dimulai dengan sumber radiasi yang menciptakan radiasi gelombang elektromagnetik sinar inframerah. Radiasi tersebut dipantulkan pada cermin parabolic lalu menuju piringan pemotong (Chopper) yang berputar dengan kecepatan konstan dan menghasilkan efek stoboskopik terhadap sumber cahaya. Radiasi ini diteruskan melalui filter optic, yaitu filter yang secara selektif dapat meneruskan sinar dengan karakteristik tertentu (biasanya panjang gelombang tertentu) dan 16 memblokir sinar-sinar lain yang karakteristiknya tidak diinginkan. Sinar yang sudah di filter ini lalu masuk ke ruang pengujian (analysis chamber) dan bereaksi dengan senyawa gas-gas yang telah diekstrak dari minyak. Selanjutnya mikrofon-mikrofon yang sensitive akan mendeteksi jumlah/konsentrasi dari masing-masing jenis gas. Proses ini terus diulangi untuk setiap filter optic yang telah di set oleh peralatan ukur DGA. Sampel minyak yang digunakan untuk pengujian dapat diambil secara langsung dari transformator dan memasukkan ke botol sampel. Minyak diaduk menggunakan magnet berlapis teflon yang dimasukkan ke dalam botol sampel untuk membuat gas-gas yang terlarut dalam minyak naik ke permukaan minyak. Gas-gas ini akan terus naik ke bagian headspace botol sampel dan bergerak melewati saluran tertentu dan diteruskan ke modul PAS. 2.3.3 Analisa Kondisi Transformator Berdasarkan Hasil Pengujian DGA Setelah diketahui karakteristik dan jumlah dari gas-gas terlarut yang diperoleh dari sampel minyak, selanjutnya perlu dilakukan interprestasi dari data tersebut untuk selanjutnya dilakukan analisis kondisi transformator. Terdapat beberapa metode untuk melakukan interprestasi data dan analisis yaitu: 1. Standard IEEE 2. Key Gas 3. Roger’s Ratio 17 2.3.3.1 Standard IEEE IEEE telah menerapkan standarisasi untuk melakukan analisis berdasarkan jumlah gas terlarut pada sampel minyak, yaitu pada IEEE std. C57-104.1991. Tabel 2.2. Batas Konsentrasi Gas Terlarut dalam Satuan Per Milion (ppm) berdasarkan IEEE. Jumlah gas terlarut yang mudah terbakar atau TDCG (Total Dissolved Combustible Gas) akan menunjukkan apakah transformator yang diujikan masih berada pada kondisi operasi normal, waspada, peringatan atau kondisi gawat/kritis. Sebagai catatan, hanya gas karbon dioksida (CO2) saja yang tidak termasuk kategori TDCG. IEEE membuat pedoman untuk mengklarifikasi kondisi operasional transformator yang terbagi dalam empat kondisi, yaitu: Pada kondisi 1,transformator beroperasional normal. Namun tetap perlu dilakukan pemantauan kondisi gas-gas tersebut. Pada kondisi 2, tingkat TDCG mulai tinggi. Ada kemungkinan timbul gejala-gejala kegagalan yang harus mulai diwaspadai. Perlu dilakukan pengambilan sampel minyak yang lebih rutin 18 dan sering. Pada kondisi 3, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya dekomposisi dari isolasi kertas dan atau minyak transformator. Sebuah atau berbagai kegagalan mungkin sudah terjadi. Pada kondisi ini transformator sudah harus diwaspadai dan perlu perawatan lebih lanjut. Pada kondisi 4, TDCG pada tingkat ini menunjukkan adanya dekomposisi/kerusakan pada isolator kertas dan atau minyak trafo sudah meluas. Standar IEEE ini juga menetapkan tindakan operasional yang disarankan berdasarkan jumlah TDCG-nya dalam satuan ppm dan rata-rata pertambahan TDCG dalam satuan ppm per hari (ppm/day) yang mengacu pada table berikut : Tabel 2.3. Tindakan operasi yang harus dilakukan berdasarkan kondisi jumlah TDCG. 19 Kondisi transformator disesuaikan dengan jumlah nilainilai yang tercantum pada tabel 2.4. Sebagai contoh, jika jumlah TDCG bernilai diantara 1941 ppm s.d 4630 ppm, maka transformator pada kondisi 3. Standar IEEE merupakan standar utama yang digunakan dalam analisis DGA. Namun fungsinya hanyalah sebagai acuan, karena hanya menunjukkan dan menggolongkan tingkat konsentrasi gas dan jumlah TDCG dalam berbagai tingkatan kewaspadaan. 2.3.3.2 Key Gas Key gas didefinisikan oleh IEEE std C57-104.1991 sebagai “gas-gas yang terbentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif dapat digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperature”. Pendefinisian tersebut jika dikaitkan dengan berbagai kasus kegagalan transformator yang sering kali terjadi, maka dapat dibuat menjadi table sebagai berikut : 20 Tabel 2.4 Jenis Kegagalan Menurut Analisis Key Gas Tabel tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut : Gambar 2.11 Analisis Dengan Menggunakan Metode Key Gas 2.3.3.3 Roger’s Ratio Metode Roger Ratio dikembangkan R.R. Rogers. Umunya roger ratio digunakan bukan untuk sebagai alat utama analisa kondisi transformer namun hanya sebagai alat bantu 21 analisa kondisi transformator. Gas yang digunakan dalam metode ini hanya lima gas yaitu CH4, C2H6, C2H4, dan C2H2. Roger’s ratio menggunakan 3 buah gas ratio seperti yang terlihat pada tabel 2.6. Nilai dari ratio tersebut akan menentukan diagnosa kegagalan dari minyak trafo. Tabel 2.5 Roger’s Ratio