Efek Syariah adalah semua Efek yang memenuhi kriteria

advertisement
Efek Syariah adalah semua Efek yang memenuhi kriteria Syariah. Efek adalah aset keuangan
yang menjadi objek transaksi atau investasi di pasar keuangan. Efek dapat disebut juga sebagai
produk pasar modal atau sekuritas. Pada dasarnya, semua Efek dapat menjadi Efek Syariah
sepanjang memenuhi kriteria Syariah.
Berdasarkan jenisnya, Efek dikategorikan menjadi:
1. Efek Ekuitas (Equity) adalah Efek yang berbasis penyertaan modal. Semua pemegang
atau investor Efek ekuitas akan diperlakukan sebagai pemegang saham karena dengan
membeli Efek Ekuitas maka investor ikut menambah modal perusahaan sehingga menjadi
bagian dari pemilik perusahaan. Efek yang paling dikenal dari kelompok ini adalah
saham (share/stock). Efek ini dapat menjadi Efek Syariah sepanjang memenuhi kriteria
Syariah yaitu: jenis usahanya sesuai Syariah dan atau rasio keuangan (sumber dana dan
pendapatan) memenuhi kriteria Syariah.
2. Efek Berpendapatan Tetap (Fixed Income Securities) adalah Efek yang berbasis hutang.
Pemegang atau investor Efek ini diperlakukan sebagai pemberi hutang karena transaksi
antara institusi penerbit Efek dengan pembeli Efek adalah hutang piutang. Efek ini
mempunyai jangka waktu dan memberikan bunga dengan nilai yang tetap secara
periodik. Efek ini tidak dapat menjadi Efek Syariah karena transaksi hutang piutang
dengan objek uang dilarang oleh Syariah dan kegiatan meminjamkan uang adalah bagian
dari transaksi tabarru (tolong menolong).
3. Efek Terstruktur (Structured Product) adalah Efek yang berasal dari struktur Efek
lainnya. Efek ini merupakan turunan dari Aset keuangan lainnya. Efek ini biasanya
diciptakan oleh lembaga keuangan lain bukan oleh penerbit dari Aset keuangan. Tujuan
dari diciptakannya Efek ini adalah selain untuk melindungi nilai investasi (hedge
transaction) juga untuk memberikan pilihan investasi bagi para investor di pasar modal.
Efek ini dapat menjadi Efek syariah sepanjang memenuhi kriteria Syariah. Salah satu
jenis Efek Syariah dari kategori ini adalah Exchange Traded Funds (ETF) Syariah.
4. Efek Berbasis Sekuritisasi Aset (Asset Backed Securities) adalah Efek yang diciptakan
dari Aset yang di sekuritisasi. Oleh sebab itu, Efek ini selalu mempunyai underlying
asset yang menjadi dasar aset yang disekuritisasi. Efek ini biasanya diperlakukan sebagai
Efek berpendapatan tetap karena beberapa karakteristiknya relatif sama, seperti maturity
date (umur Efek), pendapatan imbal hasil yang reguler dan perhitungan imbalannya. Efek
ini bisa menjadi Efek Syariah sepanjang memenuhi kriteria Syariah. Salah satu jenis Efek
Syariah dari kategori ini adalah Sukuk.
5. Efek Derivatif (Derivatives Product) adalah Efek yang diciptakan dari Efek lainnya atau
sering juga disebut sebagai Efek turunan. Efek ini hanya dapat diciptakan apabila ada
Efek yang menjadi underlying, tidak harus aset. Terdapat beberapa kemiripan
karakteristik Efek Derivatif dengan Efek produk terstruktur, misalnya perlu ada
underlying Efek, dan tujuannya untuk hedging dan speculating. Ada beberapa jenis dari
Efek derivatif yang dapat menjadi Efek Syariah, sepanjang underlying yang digunakan
memenuhi kriteria Syariah.
Pengertian Obligasi
Obligasi adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga
kepada pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit obligasi
membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang obligasi
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini.
Obligasi biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap
saat. Obligasi adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU dari penerbitnya. Obligasi ini
tidak menawarkan hak istimewa kepada pemilik perusahaan. Contohnya, 10 tahun obligasi AT &
T memberikan hak untuk menerima pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok
atau face value pada saat jatuh tempo. Pemegang obligasi tidak memiliki suara dalam
pengambilan keputusan di perusahaan.
Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond atau sekuritas yang berpendapatan tetap karena
perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual dan tetap sepanjang waktu. Bagaimana pun
beberapa obligasi membayar dalam bentuk variabel income dan mengacu pada Floating-Rate
Bond. Jangka waktu obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara
umum risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula. Biasanya
obligasi kurang liquid daripada saham dan umumnya relatif tinggi cashflow secara periodik
(untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi) (Levy 28).
Karakteristik Obligasi
1. Nilai obligasi (jumlah dana yang dipinjam)
Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang
dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya
jumlah penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja
bisnis perusahaan.
2. Jangka waktu obligasi
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara
umum masa jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun.
Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena
dianggap risikonya kecil.
3. Principal dan Coupon rate
Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar
dibayarkan kepada pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan
dengan redemption value, maturity value, par value or face value. Coupon rate juga disebut
nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada pemegang
obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun
kepada pemilik obigasi selama jangka waktu obligasi dinamakan coupon.
Tingkat persentase coupon dikali nilai prinsipal obligasi menghasilkan besarnya coupon.
Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai par nya adalah $1,000 akan membayar
bunga per tahun sebesar $80.
4. Jadwal pembayaran
Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala sesuai
dengan kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.
5. Diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah (Levy 29-30).
Jenis-Jenis Obligasi
Sekuritas pasar modal meliputi instrumen-instrumen yang lebih besar dari satu tahun dan
isntrumen-instrumen yang tidak memiliki masa jatuh tempo. Secara umum, pasar ini terjadi
karena adanya instrumen yang berisi sekumpulan aliran kas yang dijanjikan, atau menawarkan
partisipasi untuk mendukung profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Dalam
sekuritas pasar modal ni terdapat dua macam instrumen yaitu fixed income securities dan equity
income securities.
Fixed income securities terbagi dua kategori besar yaitu:
1. Government Bond
Seperti T-Bills, US Treasury Notes dan US Teasury Bond adalah sekuritas pemerintah yang
digunakan untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semiannual. Ketika diterbitkan, US Treasury Notes memiliki masa jatuh tempo 2 (dua) sampai 10
(sepuluh) tahun dan US Treasury-Bond memiliki masa jatuh temponya lebih dari 10 (sepuluh)
tahun. Jenis-jenis obligasi pemerintah yaitu pertama, Callable Bond yang biasanya dibeli
kembali oleh penerbitnya pada harga tertentu di masa yang akan datang. Kedua, Federal Agency
Bond. Ketiga, Municipal Bond, yang diterbitkan oleh pemerintah lokal untuk mendanai
highways, sistem perairan pendidikan dan capital project lainya. Ada 2 (dua) tipe Multicipal
Bond yaitu General Obligation Bond dan Revenue Bond. (Levy 40-41)
2. Corporate Bond
Corporate Bond adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan
untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada
pemlik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menerbitkan obligasi disebut
debitur, sedangkan investor yang membeli obligasi disebut kreditur. (Timothy and Joseph 408).
Jenis-jenis Corporate Bond adalah:
- Secured Bonds
Secured Bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh sejumlah aset.
- Mortgage bonds
Mortgage bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh aset riil (bukan dalam bentuk
finansial).
- Unsecured bonds (Debentures)
Unsecured bonds adalah obligasi yang penerbitannya tidak memiliki jaminan. Pembayaran
sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan dari perusahaan penerbit untuk memberikan
bunga yang dijanjikan dan membayar pokok pinjaman sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
Jika terjadi gagal bayar, maka pemegang obligasi akan menjadi unsecured creditors. Investor
tidak memiliki hak atas harta perusahaan.
- Convertible bonds
Convertible bonds adalah salah satu jenis obligasi yang memiliki kekhususan. Obligasi ini dapat
dikonversi ketika terdapat keputusan pemilik obligasi menjadi sejumlah sekuritas lain yang
diterbitkan oleh perusahaan yang sama. Biasanya sekuritas lain
tersebut adalah common stock.
- Variable-Rate bonds
Obligasi yang memberikan pembayaran kupon yang bervariasi mengikuti frekuensi bunga yang
berlaku di pasar atau market rate index.
- Putable bonds
Putable bonds adalah obligasi yang dapat dicairkan sebelum jatuh tempo sesuai dengan
keputusan dari pemilik obligasi.
- Junk bonds
Junk bonds biasanya dikenal dengan sebutan high-yield bonds, adalah obligasi yang memiliki
peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi
yang berkategori investment grade.
- International bonds
International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain. Obligasi dapat diperdagangkan
dalam satuan mata uang negara lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata
uang perusahaan penerbit biasanya disebut Eurobonds.
- Super Long-Term bonds
Obigasi yang memiliki masa jatuh tempo lebih besar atau sama dengan 100 tahun.
(Timothy and Joseph 415-420)
Mengenal Obligasi (Fixed Income)
Obligasi adalah nama lain dari surat utang. Istilah yang sering digunakan dalam dunia keuangan
yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta
janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal
jatuh tempo pembayaran, biasanya kupon ditentukan Rp xxx / tahun, namun akan dibayarkan per
3 bulan. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya
identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh
penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap di atas 10 tahun.
Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang di bawah 1 tahun
disebut "Surat Perbendaharaan". Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun
yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang di bawah 1 tahun
yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Obligasi secara ringkasnya adalah utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" obligasi adalah
sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah pemberi pinjaman atau kreditur
dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur.
Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh
pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.
Obligasi dan saham keduanya adalah instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya
adalah bahwa pemilik saham adalah bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, sedangkan
pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit
obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangka waktu yang ditetapkan dimana setelah
jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki
selamanya.
Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
1. Dilihat dari sisi penerbit:
a. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c. Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.
Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai
dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan
sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum
jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average
time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank
pemerintah dan swasta.
3. Dilihat dari hak penukaran/opsi:
a. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik
penerbitnya.
c. Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan
emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.
4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
a. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau
dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya
adalah:
a
i.
Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan
penangguangan dari pihak ketiga
ii.
Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
iii.
Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit
dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin
dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
5. Dilihat dari segi nilai nominal:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1
miliar per satu lot.
b. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik
corporate bonds maupun government bonds.
6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon
bunga.
b. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan
bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
1. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
2. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa
sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
Karakteristik Obligasi:
1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh
pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala
(kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi
dinyatakan dalam annual prosentase.
3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo
obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh
tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang
lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga
nya.
4. Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor
sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari
penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu
(disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
Harga Obligasi:
Berbeda dengan harga saham yang
dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu
persentase dari nilai nominal.
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
1. Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai
nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50
juta = Rp 50 juta.
2. at premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x
Rp 50 juta = Rp 51 juta.
3. at discount (dengan Discount): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x
Rp 50 juta = Rp 49 juta.
Yield Obligasi:
Pendapatan atau imbal hasil atau returnyang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan
sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk
dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus
mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian
tahunan yang akan diterima.
Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity.
1. Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima selama satu
tahun terhadap harga obligasi tersebut.
Current yield = bunga tahunan
harga obligasi
Contoh:
Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17% per tahun
sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp 1.000.000.000,
maka:
Current Yield
= Rp 170.000.000 atau 17%
Rp 980.000.000
98%
= 17.34%
2. Sementara itu yiled to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang
akan diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang
seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM,
sebagai berikut:
YTM approximation =
C+ R–P
n
x 100%
R+P
2
Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = redemption value
P = harga pemeblian (purchase value)
Contoh:
Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25% memiliki kupon
sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007. Berapakah
besar YTM approximationnya?
C = 16%
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 tahun
R = 94.25%
P = 100%
YTM approximation
= 16 + 100 – 94.25
3.853
= 100 + 94.25
2
= 18.01 %
Fixed Income (Pendapatan Tetap)
Sebuah jenis investasi atau budgeting dimana tingkat pengembalian atau pendapatan berkala
diterima dalam interval reguler pada level yang sudah dijanjikan.
Biasanya para pensiunan mempercayakan arus kas stabil untuk kehidupannya lewat investasi
Fixed Income. Namun, pendapatan tetap dari fixed income dapat terkikis nilainya karena faktor
inflasi. Contoh instrumen Fixed Income yang paling populer adalah obligasi yang diterbitkan
oleh negara atau perusahaan-perusahaan besar.
What it is:
A fixed income security is an investment that pays regular income in the form of
a coupon payment, interest payment or preferred dividend.
How it works/Example:
Fixed income securities provide periodic income payments at an interest or dividend rate known
in advance by the holder. The most common fixed-income securities include Treasury bonds,
corporate bonds, certificates of deposit (CDs) and preferred stock.
Holders of Treasury bonds and CDs receive a fixed interest rate based on a par value over a
specific period of time. Holders of preferred stock are entitled to a periodic fixed dividend
specified by the issuing company for as long as they own the shares.
To illustrate, suppose an investor owns a Treasury bond with a par value of $1,000 and an annual
yield of 6%. This investor is guaranteed a payment of $60 each year for the life of the bond.
Similarly, an investor who holds preferred stock in Company XYZ might be promised a
quarterly dividend payment of $5 per share, which he can dependably receive for as long as he
holds the shares.
Why it Matters:
Fixed income securities are an excellent choice for risk-averse investors seeking a stable source
of income payments at predictable intervals. Fixed income investors and prospective investors
should understand that the relatively low risk of fixed income securities generally translates into
relatively lower returns
Fixed income
Fixed income refers to any type of investment under which the borrower/issuer is obliged to
make payments of a fixed amount on a fixed schedule: for example, the borrower has to pay
interest at a fixed rate once a year, and to repay the principal amount on maturity.
Fixed-income securities can be contrasted with equity securities, often referred to as stocks and
shares, that create no obligation to pay dividends or any other form of income. In order for a
company to grow its business, it often must raise money: to finance an acquisition, buy
equipment or land or invest in new product development. The terms on which investors will
finance the company will depend on the risk profile of the company. The company can give up
equity by issuing stock, or can promise to pay regular interest and repay the principal on the loan
(bonds or bank loans). Fixed-income securities also trade differently than equities. Whereas
equities, such as common stock, trade on exchanges or other established trading venues, many
fixed-income securities trade over-the-counter on a principal basis.[1]
The term "fixed" in "fixed income" refers to both the schedule of obligatory payments and the
amount. "Fixed income securities" can be distinguished from inflation-indexed bonds, variableinterest rate notes, and the like. If an issuer misses a payment on a fixed income security, the
issuer is in default, and depending on the relevant law and the structure of the security, the
payees may be able to force the issuer into bankruptcy. In contrast, if a company misses a
quarterly dividend to stock (non-fixed-income) shareholders, there is no violation of any
payment covenant, and no default.
The term fixed income is also applied to a person's income that does not vary materially over
time. This can include income derived from fixed-income investments such as bonds and
preferred stocks or pensions that guarantee a fixed income. When pensioners or retirees are
dependent on their pension as their dominant source of income, the term "fixed income" can also
carry the implication that they have relatively limited discretionary income or have little
financial freedom to make large or discretionary expenditures.
Types of borrowers
Governments issue government bonds in their own currency and sovereign bonds in foreign
currencies. Local governments issue municipal bonds to finance themselves. Debt issued by
government-backed agencies is called an agency bond. Companies can issue a corporate bond or
obtain money from a bank through a corporate loan. Preferred stocks share some of the
characteristics of fixed interest bonds. Securitized bank lending (e.g. credit card debt, car loans
or mortgages) can be structured into other types of fixed income products such as ABS – assetbacked securities which can be traded on exchanges just like corporate and government bonds.
Terminology
Some of the terminology used in connection with these investments is:

The issuer is the entity (company or government) who borrows the money
by issuing the bond, and is due to pay interest and repay capital in due
course.

The principal of a bond – also known as maturity value, face value, par value
– is the amount that the issuer borrows which must be repaid to the lender. [2]

The coupon (of a bond) is the annual interest that the issuer must pay,
expressed as a percentage of the principal.

The maturity is the end of the bond, the date that the issuer must return the
principal.

The issue is another term for the bond itself.

The indenture, in some cases, is the contract that states all of the terms of
the bond.
Investors
Investors in fixed-income securities are typically looking for a constant and secure return on their
investment. For example, a retired person might like to receive a regular dependable payment to
live on like gratuity, but not consume principal. This person can buy a bond with their money,
and use the coupon payment (the interest) as that regular dependable payment. When the bond
matures or is refinanced, the person will have their money returned to them. The major investors
in fixed-income securities are institutional investors, such as pension plans, mutual funds,
insurance companies and others.[3]
Pricing factors
The main number which is used to assess the value of the bond is the gross redemption yield.
This is defined such that if all future interest and principal repayments are discounted back to the
present, at an interest rate equal to the gross redemption yield (gross means pre-tax), then the
discounted value is equal to the current market price of the bond (or the initial issue price if the
bond is just being launched). Fixed income investments such as bonds and loans are generally
priced as a credit spread above a low-risk reference rate, such as LIBOR or U.S. or German
Government Bonds of the same duration.[4] For example, if a 30-year mortgage denominated in
US dollars has a gross redemption yield of 5% per annum and 30 year US Treasury Bonds have a
gross redemption yield of 3% per annum (referred to as the risk free yield), the credit spread is
2% per annum (sometimes quoted as 200 basis points). The credit spread reflects the risk of
default.[4] Risk free interest rates are determined by market forces and vary over time, based on a
variety of factors, such as current short-term interest rates, e.g. base rates set by central banks
such as the US Federal Reserve, the Bank of England in the UK, and the Euro Zone ECB. If the
coupon on the bond is lower than the yield, then its price will be below the par value, and vice
versa.
In buying a bond, one is buying a set of cash flows, which are discounted according to the
buyer's perception of how interest and exchange rates will move over its life.
Supply and demand affect prices, especially in the case of market participants who are
constrained in the investments they make. Insurance companies and pension funds usually have
long term liabilities that they wish to hedge, which requires low risk, predictable cash flows,
such as long dated government bonds.
Some fixed-income securities, such as mortgage-backed securities, have unique characteristics,
such as prepayments, which impact their pricing.[5]
Inflation-linked bonds
There are also inflation-indexed bonds, fixed-income securities linked to a specific price index.
The most common examples are US Treasury Inflation Protected Securities (TIPS) and UK
Index Linked Gilts. The interest and principal repayments under this type of bond are adjusted in
line with a Consumer Price Index (in the US this is the CPI-U for urban consumers). This means
that these bonds are guaranteed to outperform the inflation rate (unless (a) the market price has
increased so that the "real" yield is negative, which is the case in 2012 for many such UK bonds,
or (b) the government or other issuer defaults on the bond). This allows investors of all types to
preserve the purchasing power of their money even at times of high inflation. For example,
assuming 3.88% inflation over the course of 1 year (just about the 56 year average inflation rate,
through most of 2006), and a real yield of 2.61% (the fixed US Treasury real yield on October
19, 2006, for a 5 yr TIPS), the adjusted principal of the fixed income would rise from 100 to
103.88 and then the real yield would be applied to the adjusted principal, meaning 103.88 x
1.0261, which equals 106.5913; giving a total return of 6.5913%. TIPS moderately outperform
conventional US Treasuries, which yielded just 5.05% for a 1 yr bill on October 19, 2006.
Derivatives
Fixed income derivatives include interest rate derivatives and credit derivatives. Often inflation
derivatives are also included into this definition. There is a wide range of fixed income derivative
products: options, swaps, futures contracts as well as forward contracts. The most widely traded
kinds are:

Credit default swaps[6]

Interest rate swaps

Inflation swaps

Bond futures on 2/10/30-year government bonds

Interest rate futures on 90-day interbank interest rates

Forward rate agreements
Risks
Fixed income securities have risks that may include but are not limited to the following, many of
which are synonymous, mutually exclusive, or related:

inflation risk – that the buying power of the principal and interest payments
will decline during the term of the security

interest rate risk – that overall interest rates will change from the levels
available when the security is sold, causing an opportunity cost

currency risk – that exchange rates with other currencies will change during
the security's term, causing loss of buying power in other countries

default risk – that the issuer will be unable to pay the scheduled interest
payments or principal repayment due to financial hardship or otherwise

reinvestment risk – that the purchaser will be unable to purchase another
security of similar return upon the expiration of the current security

liquidity risk – that the buyer will require the principal funds for another
purpose on short notice, prior to the expiration of the security, and be unable
to exchange the security for cash in the required time period without loss of
fair value

duration risk

convexity risk

credit quality risk

political risk – that governmental actions will cause the owner to lose the
benefits of the security

tax adjustment risk

market risk – the risk of market-wide changes affecting the value of the
security

event risk – the risk that externalities will cause the owner to lose the
benefits of the security
DAFTAR PUSTAKA
http://icmspecialist.com/efek-syariah/
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/05/obligasi-pengertian-karakteristik-dan.html
http://www.svta.co.id/article_detail/53/4/Mengenal_Obligasi_%28Fixed_Income%29.html
http://www.tradergods.com/know/dict/term/DT00000188.aspx
http://www.investinganswers.com/financial-dictionary/income-dividends/fixed-income-security1809
https://en.wikipedia.org/wiki/Fixed_income
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Lina%20Nur%20%20Hidayati,%20SE,
%20MM/Bab%209%20Treasury_FIXED%20INCOME.pdf
Download