BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Massa 2.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Media Massa
2.1.1. Pengertian Media Massa
Media massa merupakan kependekan dari media komunikasi massa. Media
massa lahir untuk menjebatani komunikasi antar massa. Massa adalah masyarakat
luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantuangan
antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu menyalurkan hasrat,
gagasan, dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh yang
lain. Penyaluran hasrat, gagasan, dan kepentingan tersebut disebut “pesan”
(message).1
Adapun pengertian komunikasi massa yang paling sederhana, yakni
komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, seperti
surat kabar, televisi, radio dan film. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti pengajian majelis ta‟lim di
lapangan luas, jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikasi
massa. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu
untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi bagi dibaurkan dengan
1
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa
Rekatama Media. Bandung. 2007. Hal 3.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
informasi dan hiburan. Maka dari itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu
orang, melainkan suatu organisasi formal. 2
Selain itu, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
adalah Gerbner dalam Elvinaro Ardianto (2007), adalah “Mass communication is
the technologically and institutionally based production and distribution of the
most broadly shared continous flow of messages in industrial societies”. Artinya,
komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi
dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri.3
Dari uraian diataslah kita bias menyimpulkan media massa merupakan
organisasi yang menyampaikan informasi berupa produk budaya atau pesan yang
mempengaruhi dan memcerminkan budaya didalam masyarakat. Media massa
yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi
massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak.
Budaya, sosial, politik dipengaruhi oleh media (Agee dalam Ardianto, 2007 : 58).
Media massa dikatakan sebagai kebudayaan yang bercerita. Media membentuk
opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan.4
2
Ibid
Ibid
4
Ibid. Hal 58
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.1.2. Jenis–Jenis Media Massa
Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi
kriteris sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media
elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film,
media on-line (Internet).5
A. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar
dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternberg di Jerman. 6
Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif)
fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. 7
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi
tercapainya tujuan komunikasi, makas seorang komunikator harus memahami
kekurangan dan kelebihan media tersebut. Dengan kata lain, komunikator
harus memahami secara tepat karakteristik media massa yang akan digunakan.
Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas,
periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan. 8
B. Majalah
Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat
kabar. Sebagaimana surat kabar sejarah majalah diawali dari negara-negara
5
Elvinaro Ardianto. Lukiati Komala dan Siti Karlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar
Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 103.
6
Ibid. Hal 105.
7
Ibid. Hal 111
8
Ibid. Hal 112.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Eropa dan Amerika. 9 Mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik maka
fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti
Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai
berita didalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah
dewasa wanita Femina, meskipun isinya menyangkut bebagai informasi dan
tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan
mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus
fungsi utamanya adalah memberikan pendidikan mengenai cara bercocok
tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi. 10
Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih
mudah mengelolanya, serta tidak membuthkan modal yang banyak. Majalah
juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat
dengan leluasa dan lues menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya.
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan
dengan surat kabar karena memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: (a)
penyajian lebih dalam; (b) niali aktualitas lebih lama; (c) gambar/foto lebih
banyak; (c) kover sebagai daya tarik. 11
C. Radio Siaran
Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah media cetak
ditemukan. Donal McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space
menyatakan bahwa ”terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai
pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannyasuaru pesan (meesage)
9
Ibid. Hal 116.
Ibid. Hal 120.
11
Ibid. Hal 121-122.
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dengan jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat
beraliran listrik.12
Radio siaran (broadcasting) yang digunakan sebagai alat komunikasi
massa, mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De
Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan
kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes
kepada masyarakat umum. Karakteristik radio siaran yaitu broadcastyle atau
gaya radio siaran yang mencakup: auditori, paling aktual, imajinatif, akrab,
memiliki gaya percakapan, dan dapat menjaga mobilitas. 13
D. Televisi
Televisi merupakan media elektronik yang dapat menerima siaran gambar
bergerak (video) dan suara. Sebagaimana media lainnya, televisi juga
mempunyai karakteristik terserndiri yaitu: bersifat audiovisual, berpikir dalam
gambar (think in picture0, dan pengoprasianya lebih kompleks. 14
E. Film
Film adalah suatu media komunikasi massa yang merupakan suatu
kekuatan yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam
pengertian yang lebih luas, bisa juga termasuk yang disiarkan.15 Menurut UU
No. 33 tahun 2009 tentang perfilman, Film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
12
Ibid. Hal 124
Ibid. Hal 125-133.
14
Ibid. Hal 134-139.
15
Cangara Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta, 2002, Hal 138.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
dipertunjukkan.
F. Komputer dan Internet
Menurut Laquey (1997) asal mula internet adalah tercipta oleh suatu
ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu
proyek eksperiment Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama
DARPA (Departement of Defense Advanced Research Project Agency). Misi
alwalnya sederhana, yaitu mencoba menggali tekhnologi jaringan yang dapat
menghubungkan para penelti dengan berbagai sumber daya yang jauh seperti
sistem komputer dan pangkalan data yang besar.
Internet
adalah
prakakas
sempurna
untuk
menyiagakan
dan
mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronik. Informasi mengenai
suatu pristiwa tertentu dapat di transmisikan secara langsung, sehingga
membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif. 16
2.1.3. Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa karena media
yang menyampaikan komunikasi massa adalah media massa, sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut. Devito mengatakan, bahwa popularitas
dan pengaruh yang merasuk dari media massa dapat dipertahankan apabila
16
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karnlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar
Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 149-153.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
mereka menjalakan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling
penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:17
1. Fungsi Menghibur, Devito menyebutkan bahwa media mendesain programprogram mereka untuk menghibur khalayak.
2. Fungsi Meyakinkan, meskipun fungsi media yang paling jelas adalah
menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to
persuade).
3. Menginformasikan, Menurut Devito sebagian besar informasi, kita dapatkan
bukan dari sekolah, melaikan dari media.
4. Menganugrahakan status, Daftar seratus orang tepenting.
Selain itu Menurut Lasswell dan Wright komunikasi massa memiliki beberapa
fungsi diantaranya adalah:18
1. Surveillance (Pengawasan Lingkungan )
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai
kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat.
Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news
2. Correlation ( Korelasi )
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah
laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di
identifikasikan sebagai fungsi ediotorial dan propaganda.
17
18
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2010. Hal 11.
Ibid. Hal 12.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3. Transsmission ( Tranmisi )
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan normanorma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari
anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di
identifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
4. Entertaiment ( Hiburan )
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk
memberikan hiburan tanpa mengharapkan tanpa efek-efek tertentu.
Selain itu juga Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi
sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa mendecode
lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya,
mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat
Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D.Lasswell yang
meyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut:19
1. Surveillance of the environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut
sebagai decoder yang menjalankan fungsi The Watcher.
2. Correlation of the parts of society in responding to the environment
3. Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang
melakukan fungsi The Forum.
19
Ibid. Hal 10-11.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
4. Tranmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan social dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.Schramm
menamakan
fungsi
ini
sebagai
encoder
yang
menjalankan fungsi The Teacher.
2.1.4. Karakteristik Media Massa
Media massa memiliki karakter yang mementingkan isi (contens).
Melembaga menjadi karakteristik media massa, hal ini dikarenakan media massa
merupakan lembaga atau organisasi yang terdiri atas perkumpulan orang-orang,
yang digerakkan oleh suatu sistem manajemen, dalam mencapai tujuan tertentu
(Sudarman, 2008:10).20
Sedangkan Karakteristik Media Massa menurut Cangara (2003):21
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada
penyajian informasi.
2. Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun
terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana
20
21
Sudarman. Menulis di Media Massa. Pustaka Pelajar. Yogjakarta, 2008. Hal 10.
Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003. Hal 134 -135.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu
yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar,
dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.2. Film
2.2.1. Pengertian Film
Film adalah suatu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan
yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti
sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih
luas, bisa juga termasuk yang disiarkan. 22 Menurut UU No. 33 tahun 2009 tentang
perfilman. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan
media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan
atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.
Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan
yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul.
Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu,
22
Cangara Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta. 2002. Hal 138.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
seperti bias ideologi atau politik dari si pembuat film. Media yang paling sering
dipakai secara kolektif adalah film kemudian disusul televisi. 23
Mungkin lebih dari lebih dari pada media lainnya, film menjadi cermin
masyarakan yang menciptakan mereka. Beberapa pembuatan dasar film
menawarkan pesan politik. Film lain mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial,
meski beberapa film lainnya hanya baik untuk hiburan. 24
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen
sosial
meyakinkan para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
khalayaknya, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak
film terhadap masyarakat. Dalam banyak penelitian film dipahami secara linier,
artinya film mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan
pesan (Message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang
muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret
dari masyarakat di mana film itu di buat. Film selalu merekam realitas yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kemudian memproyeksikannya ke
atas layar. 25
Film, hendaknya dimaknai sebagai esensi yang meminta kecermatan dan
ketepatan memilih, secara individu maupun kebudayaan. Ketika film telah
direspon sebagai entitas seni dan kreativitas yang harus memberi warna cerah
dalam wajah kebudayan, maka film tidak lagi sekadar menghibur belaka. Ada
23
Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996. Hal 22.
Shirley Biagi. Media/impact, Edisi 9 Pengantar Media Massa, Cengage Learning. Jakarta. 2010.
Hal 171.
25
Alex Sobur. Semiotoka Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 127.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
dampak positif yang melintasi dimensi hiburan. Dalam konteks ini, film akan
digagas dengan kreatifitas dan berorientasi untuk mengkonstruksi realitas yang
tujuannya adalah untuk membuka wawasan maupun mempertahankan identitas.
Sehingga film akan diapresiasi dengan pikiran terbuka dan kemaluan tertutup.
Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang
dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul.
Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu,
seperti bias ideologi atau politik dari si pembuat film. Media yang paling sering
dipakai secara kolektif adalah film kemudian disusul televisi. 26
2.2.2. Jenis-Jenis Film
Ada beberapa jenis film yang biasa dibuat berdasarkan durasi dari lamanya
film tersebut, Beberapa jenis film tersebut adalah. 27
1.
Film Dokumenter (Documentary Film)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere. Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan ( travelogues ) yang
dibuat sekitarnya tahun 1890-an. Grierson berpendapat bahwa dokumenter
merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Film dokumenter tak
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda
bagi orang-orang atau kelompok tertentu.Intinya film dokumenter tetap
berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
26
Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996. Hal 22.
Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film ( Jangan Cuma Bisa Nonto. Ayo Bikin Filmmu
Sendiri). Mumtaz Media. Suranaya. 2011. Hal 3.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.
Film Pendek (Short Film)
Film jenis ini biasanya menjadi batu loncatan bagi para film maker
sebelum memproduksi film panjang. Film pendek adalah sebuah karya film
cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit.
3.
Film Panjang (Feature-Length Film)
Film panjang adalah cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.Pada
umumnya, film panjang berdurasi antara 90 sampai lebih dari 120 menit.
Adapun film-film jenis lainnya:28
a.
Film Laga (Action)
Film laga merupakan jenis film yang biasanya berisi adegan-adegan
berkelahi yang menggunakan kekuatan fisik atau supranatural. Biasanya
didominasi oleh aktor , meski sekarang ini banyak juga aktris yang menekuni
film laga. Contohnya, film Girls with Guns Movie, Heroic Bloodshed, Die
Hard Scenario, dll.a
b. Film Petualangan (Adventure)
Jenis film ini biasanya bercerita tentang seorang tokoh yang melakukan
perjalanan, memecahkan teka-teki atau bergerak dari titik A ke titik B
sepanjang film. Contohnya, Road movie.
28
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa
Rekatama Media. Bandung. 2007. Hal 149.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
c. Film Kartun (Cartoon Film)
Film Kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film
kartun, disepanjang filmnya akan membuat kita tertawa karena kelucuan para
tokohnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba para penontonnya
karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuannya menghibur film kartun juga
bisa mengandung unsur pendidikan. Contohnya, Film Popeye, the Sailor man,
Tom and Jerry, Bernard, Upin & Ipin, film-film produksi Disney (Donald
Duck, Mickey Mouse, Minny Mouse, Duffy).
d. Film Fantasy
Jenis film ini biasanya didominasi oleh situasi yang tidak biasa dan
cenderung aneh. Misalnya cerita-cerita tentang ilmu sihir, naga, dan
kehidupan peri. Contohnya, film High Fantasy, Sword and Sorcery, dan
Fantasy Anime.
e. Film Horror
Jenis film ini menghibur penontonnya dengan mengaduk-ngaduk rasa
takut dan ngeri. Ceritanya selalu melibatkan kematian dan alam gaib.
Contohnya, Kalung Jelangkung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
2.2.3. Karateristik Film
Faktor-faktor yang dapat yang dapat menunjukan karakteristik film adalah
layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi. 29
a. Layar yang Luas/Lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan film
adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang beukuran
jumbo yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan
terbuka. Seperti dalam pertunjukan musik dan sejenisnya. Layar film yang
luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan
yang disajikan dalam film.
b. Pengambilan Gambar
Sebagai kosekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot
dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extream long shot, dan
panoramic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai
untuk memberikan kesan artistik dan syasaba yang sesungguhnya. Disamping
itu melalui pano-ramic shot kta sebagai penonton dapat memperoleh sedikit
gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu
yang di jadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung ke tempat
tersebut.
29
Elvinaro Ardianto. Lukiati Komala dan Siti Karnlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar
Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 145-147.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
c. Konsentrasi Penuh
Saat menonton film dibioskop kita terbebas dari hiruk pikuk. Semua mata
tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan tertuju pada alur cerita.
Emosipun terbawa suasana, kita aka terbahak-bahak manakala adegan film
lucu atau sedikit senyum dikulum apabila ada adegan yang menggelitik.
Namun dapat pula kita menjerit ketakutan bila adegan menyeramkan
menangis bila melihat film yang menyedihkan.
d. Identifikasi Psikologis
Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah
membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena
penghayatan kita yang amat mendalam, sering kali secara tidak sadar kita
menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang
pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang sedang berperan.
Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis
(Effendu, 1981: 192).
2.2.4. Unsur-Unsur Film
Sebagian besar film yang didistribusikan oleh studio besar dan diputar di
teater lokal diproduksi oleh perusahaan independent dibawah perjanjian dengan
studio individual. Meskipun perusahaan-perusahaan produksi bekerja secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
mandiri, dan diselenggarakan setiap perusahaan berbeda, pekerja film terbagi
dalam kategore sebagai berikut:30
1. Penulis skenario
Skenario ibarat kerangka tubuh manusia. Skenario film harus
disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan
beserta dialog yang sesuai dengan tuntutan sebuah film.
2. Produser
Produser adalah orang yang bertanggung jawab atas terlaksanya
kegiatan produksi perfilman ini dan mampu memimpin para pekerja film
lainnya karena produser adalah tangga teratas dalam tatanan pekerja film
dan membatu proses pengumpulan dana untuk membuat proyek film.
3. Sutradara
Sutradara memiliki tanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif dan
teknis dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat
film dengan wawsan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal
produksi hingga tahap penyelesain.
4. Aktor
Akting film diaratikan sebagai kemampuan berlaku sebagai orang lain.
Seorang pemain harus memliki kecerdesan untuk menguasai diri dan
melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaa syuting.
30
Shirley Biagi. Media/impact, Edisi 9 Pengantar Media Massa. Cengage Learning. Jakarta. 2010.
Hal 188-189.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
5. Produksi
Produksi meliputi semua orang yang turut serta dalam pembuatan
film-oprator kamera, set designer, editor film, supervisor naskah dan
costumer.
6. Pemasaran dan administrasi.
Orang yang bekerja dibidang administrasi membantu dalam
menyimpan semua catatan yang diperlukan untuk membayar gaji dan
pengeluaran karyawan, serta mendata dokumen yang terlibat dalam
pengorganisasian bisnis.
Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual), secara teori
unsur-unsur audio visual dalam film di kategorikan ke dalam unsur naratif dan
unsur sinematik:31
1. Unsur naratif
adalah materi atau bahan olahan, kalau dalam film yang dimaksud unsur
naratif adalah penceritaannya.
2. unsur sinematik
adalah cara atau gaya seperti apa bahan olahan itu di garap dalam film. Unsur
sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yaitu:
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada didepan kamera. Terdapat 4
elemen penting dalam mise-en-scene yaitu Setting, Tata cahaya, Kostum
dan make up, Akting Dan dialog pemain beserta pergerakannya.
http://sinthiasinor.blogdetik.com/2011/07/17/tentang-film , Diakses Tanggal 6 Angustus 2015
Pukul 22.14 WIB.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan objek yang diambil.
c. Editing, yaitu proses pemilihan, penyambungan transisi sebuah gambar
(shot) ke gambar (shot) lainnya. Melalui editing struktur,ritme serta
penekanan dramatik dibangun/diciptakan.
d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui
effect.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dua unsur tersebut saling
berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah film.
Terdapat pula unsur-unsur yang membangun secara fisik sebuah film secara
fisik yang dipecah dalam unsur-unsur sebagai berikut:32
1. Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak
kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering di
istilahkan satu kali take ( pengambilan gambar). Sementara shot setelah film
telah jadi (pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang
tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot biasanya
dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah
belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik,
beberapa menit, bahkan jam.
2. Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu,
isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari
32
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri dari 30-35
adegan.
3. Sequence (Sekuen) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu
rangkaian peristiwa yang utuh. Atausequence adalah sebuah rangkaian
adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling
berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibaratkan bab atau
sekumpulan bab. Film cerita biasanya terdiri dari 8-15 sequence.
2.2.5. Fungsi Film
Tujuan khalayak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan
tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan
persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa
selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media
edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character
building (Effendy, 1981: 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional
memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.33
Fungsi film sebagai salah satu alat komunikasi yang menarik dan mudah
dicerna oleh masyarakat.Film memiliki fungsi sebagai alat penyampaian pesan
kepada khalayak dari pembuatnya.
33
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa
Rekanatama Media. Bandung, 2007, Hal 145.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Beberapa fungsi film antara lain adalah sebagai berikut.34
1.
Sebagai Alat penerangan
Dalam film segala informasi yang akan disampaikan secara audio visual,
sehingga diharapkan dapat lebih mudah dimengerti.
2.
Sebagai Alat Pendidikan
Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat positif dan tauladan
dalam masyarakat.Diharapkan film dapat menjadi salah satu alat pendidikan
dalam masyarakat dengan mempertontonkan perbuatan yang baik.
3.
Sebagai Alat Hiburan
Dapat mensejahterakan rohani manusia, karena dengan film didapatkan
kepuasan batin tersendiri untuk secara visual serta pembinaan kebudayaan
yang coba dikemas semenarik mungkin.Film juga sudah dianggap bisa
mewakili komunitas tersendiri karena sifatnya yang universal.
2.3. Rasisme
2.3.1. Pengertian Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia “razza”, yang dapat diartikan
sebagai:35
Pertama, perbedaan variasi dari penduduk, atau pembedaan keberadaan
manusia atas dasar; (1) tampilan fisik, seperti rambut, mata, warna kulit, bentuk
34
Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film: Jangan Cuma Bisa Nonton, Ayo Bikin Filmmu
Sendiri. Mumtaz Media. Surabaya. 2011. Hal 36.
35
Alo Liliweri dan LKiS. PRASANGKA & KONFLIK Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur. LKiS Yogyakarta. Yogyakarta. 2005. Hal 18-19.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
tubuh, yang secara tradisional ada tiga, yakni Kaukasoid, Negroid, dan Mongolid.
Meskipun ada rinciannya lagi, ketiganya dikenal sebagai ras; (2) tipe atau
golongan keturunan; (3) pola-pola keturunan; dan (4) semua kelakuan bawaan
yang tergolong unik sehingga mereka dibedakan dengan penduduk asli.
Kedua, menyatakan tentang identitas berdasarkan (1) pemilikan perangai; (2)
kualitas perangai tertentu dari suatu kelompok penduduk; (3) menyatakan
kehadiran setiap kelompok penduduk berdasarkan geografi tertentu; (4)
menyatakan tanda-tanda aktivitas suatu kelompok penduduk berdasarkan
kebiasaan, gagasan, dan cara berpikir; (5) sekelompok orang yang memiliki
kesamaan keturunan, keluarga, klan atau hubungan kekeluargaan; dan (6) artu
biologis yang menunjukan adanya subspesies atau varietas, kelahiran atau
kejadian dari suatu spesies tertentu (Webster New World Dictionary, hlm. 1106).
Beberapa pengertian ras menurut para ahli adalah sebagai berikut:36
a. Bruce J. Cohen
Ras adalah kategori individu yang secara turun menurun memiliki ciriciri fisik dan biologis tertentu yang sama.
b. Horton dan Hurt
Ras adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda dengan
kelompok-kelompok lainnya dalam segi ciri-ciri fisik bawaan. Disamping
itu banyak juga ditentukan oleh pengertian yang digunakan oleh
masyarakat.
36
Janu Murdiatmoko. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Media Pratama Grafindo.
Bandung. 2007. Hal 6.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
c. Alex Thio
Ras adalah sekelompok orang yang dianggap oleh masyarakat
memiliki cirri cirri biologis yang berbeda.
d. Stephen K. Sanderson
Ras
adalah suatu
kelomok
atau
kategori
orang-orang
yang
mengidentifikasi diri mereka sendiri dan diidentifikasikan oleh orangorang lain sebagai perbedaan social yang dilandasi oleh cirri-ciri fisik dan
biologis tertentu.
2.3.2. Jenis-Jenis Ras
Pembagian dan penyebaran ras di dunia secara garis besar seperti yang
dikemukakan oleh A.L. Kroeber (Horton, 1987: 61) didunia ini terdapat ras-ras
besar, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Austroloid, dan ras-ras khusus
lainnya. Bagaimana penyebaran dan penggolongan ras ras besar tersebut? Berikut
penjelasannya. 37
1. Kaukasoid
Ras Kaukasoid terdiri atas subras berikut ini.
a. Nordic di Eropa Utara, sekitar laut Baltik.
b. Alpine berada di Eropa Tengah dan Eropa Timur
c. Mediterania berada disekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia,
Arab dan Iran.
37
Andreas Soeroso. Sosiologi 2. Quadra. Bogor. 2008. Hal 141.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
d. Indic berada di Pakistan, India, Bangladesh dan Sri Lanka
2. Mongoloid
Ras Mongoloid terdiri atas subras berikut ini.
a. Asiatic Mongoloid berada di Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur.
b. Malayan Mongoloid berada di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia,
Filipina dan penduduk asli Taiwan.
c. American Mongoloid berada di Amerika “Indian‟.
3. Negroid
Ras Negroid terdiri atas subras berikut ini.
a. African Negroid berada di Afrika.
b. Negrito berada di Afrika Tengah, Semenanjung Malaya dan Filipina.
c. Melanesian berada di Papua dan Melanesia.
4. Australoid
Ras Australoid terdiri atas subras Aborigin yang berada di Australia.
5. Ras-ras Khusus
Ras-ras ini tidak dapat di klasifikasikan kedalam empat ras diatas.
a. Bushman berada di Gurun Kalahari, Afrika Selatan.
b. Veddoid berada di Sri Lanka dan Sulawesi Selatan.
c. Polynesian terdapat di kepulauan Mikronesia dan Polinesia.
d. Ainu berada di Pulau Karafuto dan Hokaido, Jepang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.3.3. Pengertian Rasisme
Rasisme adalah suatu kepercayaan bahwa kenyataan seseorang, nilai-nilainya
dan sifat-sifatnya ditentukan dan dilihat bukan dari penilaian atas (kualitas)
akalnya, melainkan dari factor anatomi (tubuh) atau “darah”-nya. Pandangan ini
menyebabkan orang dinilai atau dihargai atas keanggotaan rasialnya. Hal yang
perlu diwaspadai dalam masyarakat multicultural adalah munculnya rasisme,
dalam bentuk baru. Orang mempunyai pandangan superfisial (dangkal) atas
rasisme. Mereka melihatnya hanya sebagai kepercayaan, atau kenyakinan bahwa,
satu ras lebih unggul daripada ras lain. Namun, sebenarnya lebih dari itu. Atas
hakikat manusia, pandangan tersebut pada dasarnya tidak benar. Rasisme adalah
pernyataan ras seseorang yang menentukan identitas orang lain. 38
Rasisme dihasilkan dari transformasi prangka antarras dan atau etnosentrisme
melaui ujicoba penerapan kekuasaan, dari suatu kelompok ras sehingga
menjadikan suatu ras lebih inferior dari pada ras yang lainnya. 39 Pengejawantahan
kebencian, pelecehan, penindasan, dan kezhaliman terhadap orang lain atas dasar
suku, bangsa, warna kulit, bahasa, ataupun budaya adalah tulisan ringkas yang
berusaha menjelaskan konsep rasisme. 40
38
Ubed Abdilah S. Politik Identitas Etnis; Pergulatan Tanda Tanpa Identitas. IndonesiaTera.
Mangelang. 2002. Hal 182.
39
Alo Liliweri. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. LKiS. Yogyakarta. 2002. Hal 93.
40
Syamsuddin Arif. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Gema Insani. Jakarta. 2008. Hal 121.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
2.3.4. Sejarah Rasisme di Amerika
Sikap dan prilaku rasisme telah mendapat justifikasi dari Aristoteles.
Menurut pemikiran yunani purba ini, penduduk daerah dingin (Eropa) pada
umumnya kurang trampil dan kurang cerdas, sementara orang-orang Asia kurang
mampu berpikir bersaing sehingga mereka terus-menerus dijajah dan diperbudak.
Adalah „kehendak alam‟ bahwa manusia berbeda-beda bentuk dan warna kulitnya.
Maka wajar saja jika terlahir sebagai manusia merdeka, sedang yang lainnya
dilahirkan untuk menjadi budak. Pembagian ini sudah adil katanya. Sejarawan
kuno Herodus menulis bahwa orang-orang Ethiopia (kulit hitam) suka makan ular,
kadal, dan binatang melata lainnya, tidak dapat bicara layaknya manusia dan
hanya mampu mengeluarkan suara mengarut sepeti bunyi kelelawar. Demikian
pula Tacitus, penulis sejarah Romawi terkemuka itu, mengidolakan bangsa
Jerman (Eropa Utara) karena cirri-ciri fisik mereka (kulit terang, rambut pirang,
mata biru) yang dianggapnya masih murni belum bercampur ras-ras lain.
Kombinasi tiga hal (karakter fisik, mental, dan perasaan paling unggul) inilah
yang dijadikan acuan oleh generasi kemudian untuk membangun teori keunggulan
ras dan menjustifikasi berbagai penindasan dan peperangan. 41
Bagi orang-orang Eropa, warna hitam adalah lambang kejahatan, kekurangan,
kehinaan dan kutukan. Kata hitam memiliki konotasi jelek, kotor, licik, dosa dan
kematian. Anggapan buruk ini tercermin pada istilah „black death‟, „black magic‟,
„black market‟ dalam bahasa Inggris, „bete noir‟ dalam bahasa Perancis, „schwarz
41
Ibid, Hal 125.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Fahrer‟ dalam bahasa Jerman. Yang juga diserap kedalam bahasa kita menjadi
„pasar gelap‟, „penumpang gelap‟ dan sebagainya (bukan „pasar hitam‟ atau
„penumpang hitam‟). Mitos yang coba dikukuhkan ialah bahwa orang-orang kulit
hitam itu liar dan tak berakal, buas dan pemakan daging manusia. 42
Dalam tempo 20 tahun setelah Columbus menapakan kakinya dikepulauan
karibia. Para ahli demografi histori memperkirakan, hanya dalam beberapa
generasi, sekitar 80 juta atau 90 persen hingga 98 persen penduduk asli benua
Amerika terbunuh. Sesudah melakukan aksi „pembersihan masal‟ terhadap kaum
pribumi, bangsa-bangsa Eropa yang bertapak di „dunia baru‟ itu merasa pelu
mendatangkan orang kulit hitam. Setiap tahun tidak kurang dari 100.000 orang
ditangkap, diculik dan diangkut dari pesisir barat Afrika, Guinea, Kongo dan
Angola, dengan cara paksa, sogokan atau tipuan untuk dipekerjakan sebagai
budak.43
Walaupun demikian, masih banyak kulit putih di amerika yang menentang
perbudakan, sampai akhirnya terpilih lah salah satu pemimpin di Amerika yang
menentang perbudakan yaitu Abraham Lincoln. Lincoln dengan lantang menolak
perbudakan sampai-sampai menjadi salah satu pemicu terjadi perpecahan dan
perang saudara di negaranya. Dukungan masyarakat luas mulai meningkat kepada
para anggota Kongres yang memperjuangkan bahwa warga kulit hitam di
Amerika harus diberikan kewarganegaraan penuh. Pada Juli 1866, Kongres telah
meloloskan rancangan Undang-undang tentang hak warga sipil dan membentuk
42
43
Ibid. Hal 126.
Ibid. Hal 127.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Biro Orang-orang Terbebaskan yang baru – keduanya dirancang untuk
menghindari diskriminasi rasial badan pembuat Undang-undang di Selatan.
Setelah itu, Kongres mengesahkan amendemen Undang-undang ke-14, yang
menyatakan bahwa “semua orang yang bab 7: perang saudara dan pembangunan
kembali lahir dan dinaturalisasi di Amerika Serikat dan tunduk kepada hukum dan
kekuasaannya, adalah warga negara Amerika Serikat dan Negara bagian di mana
mereka tinggal.” Hal ini membatalkan keputusan hakim Dred Scott, yang menolak
hak kewarganegaraan para budak.44
Namun isu rasial tidak hanya sampai disitu, setelah perbudakan dihapuskan
orang Afrika-Amerika masih menjadi sasaran diskriminasi, sampai-sampai adanya
segregasi atau pemisahan (suatu golongan dari golongan lainnya): pengasingan;
pengucilan terhadap orang kulit hitam. Seperti orang Afrika-Amerika tidak
dibolehkan naik taksi bersama-sama dengan orang kulit putih, atau memasuki
gedung dari pintu masuk yang sama. Orang Afrika-Amerika harus minum dari
pancuran air minum yang terpisah dari pancuran air minum kulit putih, pergi ke
kamar kecil terpisah, bersekolah di sekolah khusus kulit hitam, dikubur di
pemakaman terpisah, dan bahkan disumpah dengan memakai Alkitab terpisah.
Mereka dikucilkan dari rumah makan dan perpustakaan umum. Taman-taman
banyak yang melarang orang kulit hitam untuk masuk, dan memasang plang
pengumuman yang berisi tulisan, "Negro dan Anjing Dilarang Masuk". Sebuah
kebun binatang kota bahkan menyediakan jam buka terpisah untuk kulit hitam dan
kulit putih.
44
-, Oleh (by) M
Garis Besar Sejarah Amerika. Biro Program Informasi
Internasional Departemen Luar Negeri A.S.. Jakarta. 2005. Hlm. 164-165.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika terdiri dari banyak gerakan perjuangan
politik dan reformasi antara tahun 1945 dan 1970. Gerakan ini bertujuan
mengakhiri diskriminasi terhadap orang Afrika-Amerika dan kelompok-kelompok
tak berdaya lainnya, serta secara hukum mengakhiri segregasi rasial di Amerika
Serikat, khususnya di Amerika Serikat Selatan. Jackie Robinson adalah seorang
perintis Gerakan Hak-Hak Sipil dalam bidang olahraga. Ia dikenal sebagai orang
Afrika-Amerika pertama yang menjadi atlet profesional di liga mayor. Robinson
pertama kali bergabung dengan Major League Baseball bersama tim Brooklyn
Dodgers pada 15 April 1946. Pertandingan liga mayor yang pertama kali
diikutinya berlangsung satu tahun sebelum terintegrasinya Angkatan Darat
Amerika Serikat, 7 tahun sebelum Brown v. Board of Education, 8 tahun sebelum
Rosa Parks, dan sebelum Martin Luther King Jr. memimpin Gerakan Hak-Hak
Sipil. 45
Pada 1999 sosiolog William J. Wilson menerbitkan bukunya, The Declining
Significance of Race, bahwa di era modern ini nasib orang negro Amerika lebih
banyak ditentukan oleh kelas sosialnya ketimbang oleh warna kulitnya. Namun,
pendapat optimitis ini disanggah oleh Joe R. Feagin. Bagi penulis artikel berjudul
“The Countinuing Significance of Race” ini menyatakan bahwa kini orang-orang
kulit hitam Amerika masih sering mengalami pelecehan meskipun mereka
tergolong kelas menengah. Pelecehan itu bisa berupa perlakuan diskriminasi
ditempat kerja, sikap ataupun pelayanan beda di tempat perbelanjaan, hingga
ucapan atau kata-kata yang mengandung penghinaan. Hasil penelitian lapangan
45
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
mengenai „rasisme terselubung‟ (covert racism) yang disebut terakhir telah cukup
banyak di bahas. 46
2.3.5. Praktik Rasisme
Menurut Carmichael dan Hamilton (1967) menyatakan ada dua tipe praktik
rasisme, yaitu individual atau personal dan institusional. Rasisme individual
terjadi ketika seseorang dari ras tertentu membuat aturan dan bertindak keras dan
kasar kepada ras lain, karena anggota ras lain berada dalam kekuasaannya.
Rasisme institusional adalah tindakan kelompok mayoritas terhadap kelompok
minoritas yang dilakukan oleh lembaga atau institusi sosial. Seperti sekolah,
perusahaan, rumah sakit dan lain-lain. 47
Wodak juga menyebut tiga praktik rasisme yaitu :48
a. Rasisme yang bersifat ideologi
Rasisme dalam bentuk ideologi sering dilakukan dalam kehidupan seharihari baik disengaja ataupun tidak. Karena mengacu pada fenomena sosial.
Rasisme bentuk ini tersembunyi dalam sebuah pandangan yang terstruktur.
Biasanya mengarah pada etnosentrisme, yaitu menganggap bahwa budayanya
lebih unggul dibanding budaya yang lain.
b. Rasisme berdasarkan prasangka
46
Syamsuddin Arif. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Gema Insani. Jakarta. 2008. Hal 129.
Alo Liliweri dan LKiS. PRASANGKA & KONFLIK Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur. LKiS Yogyakarta. Yogyakarta. 2005. Hal 171.
48
Filosa Gita Sukmono dan Fajar Junaedi. Komunikasi Multikultur Melihat Multikulturalisme
Dalam Genggaman Media. Buku Litra. Yogyakarta. 2014. Hal 50-52.
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Rasisme ini didasari prasangka yang berlebih terhadap kelompok ras lain.
Prasangka adalah pemikiran seseorang terhadap individu dan kelompok lain.
Prasangka memiliki kecenderungan bersifat negatif terhadap kelompok atau
hal-hal khusus seperti ras, agama, dan lain-lain.
c.
Perilaku rasis
Yang dimaksud perilaku rasis adalah rasisme sebagai praktik diskriminasi,
penganiayaan dan pemusnahan.
2.4. Semiotika
2.4.1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis, semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berati
tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensial
sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda.49
Tokoh semiotika yang terkenal ada dua tokoh yakni, Ferdinand de Saussure (
1857-1913 ) dab Charles Sander Peirce ( 1839-1914). Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama
lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan
49
Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta/Bogor/Yogyakarta. 2011.
Hal 5.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang
dikembangkannya semiologi, sedangkan Peirce menyebutnya semiotika. 50
Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai kajian ke dalam
berbagai cabang keilmuan ini di mungkinkan karena adanya kecenderungan untuk
memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain,
bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa.
Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap
sebagai fenomena bahasa. Maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda.
Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. 51
Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat
teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda.
Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu,
suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah
isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu gerak syaraf, berjalan
sempoyongan, kelengahan, menatap, kekhawatiran, kesabaran, semuanya itu
dianggap sebagai tanda. 52
Tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang
dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang antara tanda
dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa disebut metafora. Contoh
ikon adalah potret. Bila ada hubungan kedekatan eksistensi, tanda demikian
50
Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra. Yogyakarta. 2008. Hal 11.
Ibid. Hal 11.
52
Ibid. Hal 12.
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
disebut indeks. Tanda seperti ini disebut metomini. Contoh indeks adalah tanda
panah petunjuk arah bahwa disekitar tempat itu ada bangunan tertentu. Langit
berawan tanda hari akan hujan. Simbol adalah tanda yang diakui keberadaannya
berdasarkan hukum konvensi. Tanda–tanda tersebut menyampaikan suatu
informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang
lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. 53
Semiotika
adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memakai
(to signifty) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak
hanya
membawa
informasi,
dalam
hal mana objek-objek
itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur tanda. 54
Penelitian ini menggunakan teori Peirce melihat subjek sebagain bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari proses signifikasi. Model Triadic Peirce tanda dalam
pandangan Peirce selalu berada dalam proses perubahan tanpa henti yang disebut
proses semiosis tak terbatas (unlimitied semiosis), yaitu proses penciptaan
rangkain interpretan tanpa akhir. Model Triadic Peirce ini memperhatikan tiga
elemen utama pembentuk tanda, yaitu
53
54
representamen
(sesuatu yang
Ibid. Hal 14.
Alex Sobur. Semiotika Komunikas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 15.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
merepresentasikan sesuatu yang lain), objek (sesuatu yang direpresentasikan) dan
intepretan (interpretasi seseorang tentang tanda).55
Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada
pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan
mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua menjadi
kenyataan dan keberadaanya berkaitan dengan objek individual, ketika kita
menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa
hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotif sebagai akibat dari suatu kebiasaan
ketika kita menyebut tanda dengan sebuah simbol. 56
Semiotika , sebagaimana dijelaskan Ferdinand de Saussure dalam Course in
General Linguistic, adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai
bagian dari kehidupan sosial. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur,
jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam
masyarakat. Oleh sebab itu semiotika mempelajari relasi diantara komponenkomponen tanda, serta relasi antara komponen-komponen tersebut dengan
masyarakat penggunaannya.57
Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang
semakin kuat dan luas, signifikasi semiotika tidak saja sebgai metode kajian
(decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Sebagai
metode kajian, semiotika memperlihatkan kekutannya di dalam berbagai bidang
55
Yasraf Amir Piliang. Hipersemiotika Tafsir Cultural Atas Matinya Makna. Jalasutra.
Yogyakarta2010. Hal 267.
56
Ibid. Hal 35.
57
Alex Sobur. Semiotika Komunikas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2009. Hal 47.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies, dan
cultural studies. Sebagai metode penciptaan semiotika mempunyai pengaruh pula
pada bidang-bidang desain produk, arsitektur, desain komunikasi visual, seni tari,
seni rupa, dan juga seni film. 58
Tanda-tanda (sign) adalah baris atau dasar dari seluruh komunikasi kata pakar
komunikasi Little John manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan
komunikasi dengan sesamanya dan banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia
ini. 59
2.4.2. Teori Semiotika Charles Sander Peirce
Menurut Peirce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Peirce
disebut teori segitiga makna atau Triangle Meaning,60 diantaranya :
a. Tanda
Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca
indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda
itu sendiri.
b. Object (acuan tanda)
Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang
dirujuk tanda.
58
Ibid. Hal 35.
Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta/Bogor/Yogyakarta. 2011.
Hal 6.
60
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana. Jakarta.
2008. Hal 265.
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
c. Interpretant (pengguna tanda)
Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam
benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna (Triangle of Meaning)
Sign
Interpretant
Object
Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimakna makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi 61.
Analisis ini bersifat subjektif. Peneliti seolah-olah ia memahami pemikiran subjek
yang dirisetnya. Tentu saja peneliti harus menyertakan konteks sosial budaya,
teori-teori, konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan
interpretasinya62.
Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something
in some respect or capacity”. Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang
mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. sesuatu yang
digunakan
61
62
agar
tanda
bisa
berfungsi,
oleh
Peirce
Ibid
Ibid. Hal 267.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
disebut
Ground.
48
Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan
triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas hubungan ini, Peirce
mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya
menjadi qualisign, sinsign,, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada
tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah
eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur
atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa
ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda,
misalnya rambu-rambu lalulintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak
boleh dilakukan manusia.63
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks),
dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda atau
petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan,
misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan
alamiah antara tanda dan petandanya yang bersifat kausal atau hubungan sebab
akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling
jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan
hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya
63
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 41.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat.64
Berdasarkan interpretan, tanda di bagi atas rheme, dicent sign atau dicisign
dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan
bahwa orang itu baru menangis, atau menderita sakit mata, atau mata kemasukan
insekta atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau decisign adalah tanda
sesuai kenyataan. Misalnya, jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi
jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi
kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang
sesuatu.65
64
65
Ibid. Hal 41-42.
Ibid. Hal 42.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download