BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Massa 2.1.1. Pengertian Media Massa Media massa merupakan kependekan dari media komunikasi massa. Media massa lahir untuk menjebatani komunikasi antar massa. Massa adalah masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantuangan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu menyalurkan hasrat, gagasan, dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh yang lain. Penyaluran hasrat, gagasan, dan kepentingan tersebut disebut “pesan” (message).1 Adapun pengertian komunikasi massa yang paling sederhana, yakni komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, seperti surat kabar, televisi, radio dan film. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti pengajian majelis ta‟lim di lapangan luas, jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikasi massa. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi bagi dibaurkan dengan 1 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2007. Hal 3. 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 informasi dan hiburan. Maka dari itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal. 2 Selain itu, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Gerbner dalam Elvinaro Ardianto (2007), adalah “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies”. Artinya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.3 Dari uraian diataslah kita bias menyimpulkan media massa merupakan organisasi yang menyampaikan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan memcerminkan budaya didalam masyarakat. Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Budaya, sosial, politik dipengaruhi oleh media (Agee dalam Ardianto, 2007 : 58). Media massa dikatakan sebagai kebudayaan yang bercerita. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan.4 2 Ibid Ibid 4 Ibid. Hal 58 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2.1.2. Jenis–Jenis Media Massa Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteris sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (Internet).5 A. Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guternberg di Jerman. 6 Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif) fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. 7 Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal demi tercapainya tujuan komunikasi, makas seorang komunikator harus memahami kekurangan dan kelebihan media tersebut. Dengan kata lain, komunikator harus memahami secara tepat karakteristik media massa yang akan digunakan. Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan. 8 B. Majalah Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar sejarah majalah diawali dari negara-negara 5 Elvinaro Ardianto. Lukiati Komala dan Siti Karlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 103. 6 Ibid. Hal 105. 7 Ibid. Hal 111 8 Ibid. Hal 112. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Eropa dan Amerika. 9 Mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai berita didalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah dewasa wanita Femina, meskipun isinya menyangkut bebagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus fungsi utamanya adalah memberikan pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi. 10 Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membuthkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan lues menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: (a) penyajian lebih dalam; (b) niali aktualitas lebih lama; (c) gambar/foto lebih banyak; (c) kover sebagai daya tarik. 11 C. Radio Siaran Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah media cetak ditemukan. Donal McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa ”terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannyasuaru pesan (meesage) 9 Ibid. Hal 116. Ibid. Hal 120. 11 Ibid. Hal 121-122. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dengan jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.12 Radio siaran (broadcasting) yang digunakan sebagai alat komunikasi massa, mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum. Karakteristik radio siaran yaitu broadcastyle atau gaya radio siaran yang mencakup: auditori, paling aktual, imajinatif, akrab, memiliki gaya percakapan, dan dapat menjaga mobilitas. 13 D. Televisi Televisi merupakan media elektronik yang dapat menerima siaran gambar bergerak (video) dan suara. Sebagaimana media lainnya, televisi juga mempunyai karakteristik terserndiri yaitu: bersifat audiovisual, berpikir dalam gambar (think in picture0, dan pengoprasianya lebih kompleks. 14 E. Film Film adalah suatu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, bisa juga termasuk yang disiarkan.15 Menurut UU No. 33 tahun 2009 tentang perfilman, Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat 12 Ibid. Hal 124 Ibid. Hal 125-133. 14 Ibid. Hal 134-139. 15 Cangara Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta, 2002, Hal 138. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. F. Komputer dan Internet Menurut Laquey (1997) asal mula internet adalah tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu proyek eksperiment Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA (Departement of Defense Advanced Research Project Agency). Misi alwalnya sederhana, yaitu mencoba menggali tekhnologi jaringan yang dapat menghubungkan para penelti dengan berbagai sumber daya yang jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data yang besar. Internet adalah prakakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronik. Informasi mengenai suatu pristiwa tertentu dapat di transmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif. 16 2.1.3. Fungsi Media Massa Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa karena media yang menyampaikan komunikasi massa adalah media massa, sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut. Devito mengatakan, bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa dapat dipertahankan apabila 16 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karnlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 149-153. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 mereka menjalakan beragam fungsi pokok. Enam di antara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut:17 1. Fungsi Menghibur, Devito menyebutkan bahwa media mendesain programprogram mereka untuk menghibur khalayak. 2. Fungsi Meyakinkan, meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). 3. Menginformasikan, Menurut Devito sebagian besar informasi, kita dapatkan bukan dari sekolah, melaikan dari media. 4. Menganugrahakan status, Daftar seratus orang tepenting. Selain itu Menurut Lasswell dan Wright komunikasi massa memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah:18 1. Surveillance (Pengawasan Lingkungan ) Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news 2. Correlation ( Korelasi ) Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi ediotorial dan propaganda. 17 18 Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2010. Hal 11. Ibid. Hal 12. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 3. Transsmission ( Tranmisi ) Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan normanorma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi pendidikan. 4. Entertaiment ( Hiburan ) Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikasi yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan tanpa efek-efek tertentu. Selain itu juga Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D.Lasswell yang meyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut:19 1. Surveillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi The Watcher. 2. Correlation of the parts of society in responding to the environment 3. Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi The Forum. 19 Ibid. Hal 10-11. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 4. Tranmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan social dari satu generasi ke generasi selanjutnya.Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi The Teacher. 2.1.4. Karakteristik Media Massa Media massa memiliki karakter yang mementingkan isi (contens). Melembaga menjadi karakteristik media massa, hal ini dikarenakan media massa merupakan lembaga atau organisasi yang terdiri atas perkumpulan orang-orang, yang digerakkan oleh suatu sistem manajemen, dalam mencapai tujuan tertentu (Sudarman, 2008:10).20 Sedangkan Karakteristik Media Massa menurut Cangara (2003):21 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana 20 21 Sudarman. Menulis di Media Massa. Pustaka Pelajar. Yogjakarta, 2008. Hal 10. Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003. Hal 134 -135. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa. 2.2. Film 2.2.1. Pengertian Film Film adalah suatu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat menpengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, bisa juga termasuk yang disiarkan. 22 Menurut UU No. 33 tahun 2009 tentang perfilman. Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, 22 Cangara Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta. 2002. Hal 138. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 seperti bias ideologi atau politik dari si pembuat film. Media yang paling sering dipakai secara kolektif adalah film kemudian disusul televisi. 23 Mungkin lebih dari lebih dari pada media lainnya, film menjadi cermin masyarakan yang menciptakan mereka. Beberapa pembuatan dasar film menawarkan pesan politik. Film lain mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial, meski beberapa film lainnya hanya baik untuk hiburan. 24 Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial meyakinkan para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat. Dalam banyak penelitian film dipahami secara linier, artinya film mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (Message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu di buat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kemudian memproyeksikannya ke atas layar. 25 Film, hendaknya dimaknai sebagai esensi yang meminta kecermatan dan ketepatan memilih, secara individu maupun kebudayaan. Ketika film telah direspon sebagai entitas seni dan kreativitas yang harus memberi warna cerah dalam wajah kebudayan, maka film tidak lagi sekadar menghibur belaka. Ada 23 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996. Hal 22. Shirley Biagi. Media/impact, Edisi 9 Pengantar Media Massa, Cengage Learning. Jakarta. 2010. Hal 171. 25 Alex Sobur. Semiotoka Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 127. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 dampak positif yang melintasi dimensi hiburan. Dalam konteks ini, film akan digagas dengan kreatifitas dan berorientasi untuk mengkonstruksi realitas yang tujuannya adalah untuk membuka wawasan maupun mempertahankan identitas. Sehingga film akan diapresiasi dengan pikiran terbuka dan kemaluan tertutup. Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul. Namun yang pasti, isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, seperti bias ideologi atau politik dari si pembuat film. Media yang paling sering dipakai secara kolektif adalah film kemudian disusul televisi. 26 2.2.2. Jenis-Jenis Film Ada beberapa jenis film yang biasa dibuat berdasarkan durasi dari lamanya film tersebut, Beberapa jenis film tersebut adalah. 27 1. Film Dokumenter (Documentary Film) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere. Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan ( travelogues ) yang dibuat sekitarnya tahun 1890-an. Grierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang-orang atau kelompok tertentu.Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. 26 Dennis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996. Hal 22. Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film ( Jangan Cuma Bisa Nonto. Ayo Bikin Filmmu Sendiri). Mumtaz Media. Suranaya. 2011. Hal 3. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2. Film Pendek (Short Film) Film jenis ini biasanya menjadi batu loncatan bagi para film maker sebelum memproduksi film panjang. Film pendek adalah sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit. 3. Film Panjang (Feature-Length Film) Film panjang adalah cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.Pada umumnya, film panjang berdurasi antara 90 sampai lebih dari 120 menit. Adapun film-film jenis lainnya:28 a. Film Laga (Action) Film laga merupakan jenis film yang biasanya berisi adegan-adegan berkelahi yang menggunakan kekuatan fisik atau supranatural. Biasanya didominasi oleh aktor , meski sekarang ini banyak juga aktris yang menekuni film laga. Contohnya, film Girls with Guns Movie, Heroic Bloodshed, Die Hard Scenario, dll.a b. Film Petualangan (Adventure) Jenis film ini biasanya bercerita tentang seorang tokoh yang melakukan perjalanan, memecahkan teka-teki atau bergerak dari titik A ke titik B sepanjang film. Contohnya, Road movie. 28 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2007. Hal 149. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 c. Film Kartun (Cartoon Film) Film Kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, disepanjang filmnya akan membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba para penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuannya menghibur film kartun juga bisa mengandung unsur pendidikan. Contohnya, Film Popeye, the Sailor man, Tom and Jerry, Bernard, Upin & Ipin, film-film produksi Disney (Donald Duck, Mickey Mouse, Minny Mouse, Duffy). d. Film Fantasy Jenis film ini biasanya didominasi oleh situasi yang tidak biasa dan cenderung aneh. Misalnya cerita-cerita tentang ilmu sihir, naga, dan kehidupan peri. Contohnya, film High Fantasy, Sword and Sorcery, dan Fantasy Anime. e. Film Horror Jenis film ini menghibur penontonnya dengan mengaduk-ngaduk rasa takut dan ngeri. Ceritanya selalu melibatkan kematian dan alam gaib. Contohnya, Kalung Jelangkung. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 2.2.3. Karateristik Film Faktor-faktor yang dapat yang dapat menunjukan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi. 29 a. Layar yang Luas/Lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang beukuran jumbo yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya di ruangan terbuka. Seperti dalam pertunjukan musik dan sejenisnya. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. b. Pengambilan Gambar Sebagai kosekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extream long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberikan kesan artistik dan syasaba yang sesungguhnya. Disamping itu melalui pano-ramic shot kta sebagai penonton dapat memperoleh sedikit gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu yang di jadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung ke tempat tersebut. 29 Elvinaro Ardianto. Lukiati Komala dan Siti Karnlinah. KOMMUNIKASI MASSA Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung. 2014. Hal 145-147. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 c. Konsentrasi Penuh Saat menonton film dibioskop kita terbebas dari hiruk pikuk. Semua mata tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan tertuju pada alur cerita. Emosipun terbawa suasana, kita aka terbahak-bahak manakala adegan film lucu atau sedikit senyum dikulum apabila ada adegan yang menggelitik. Namun dapat pula kita menjerit ketakutan bila adegan menyeramkan menangis bila melihat film yang menyedihkan. d. Identifikasi Psikologis Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam, sering kali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis (Effendu, 1981: 192). 2.2.4. Unsur-Unsur Film Sebagian besar film yang didistribusikan oleh studio besar dan diputar di teater lokal diproduksi oleh perusahaan independent dibawah perjanjian dengan studio individual. Meskipun perusahaan-perusahaan produksi bekerja secara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 mandiri, dan diselenggarakan setiap perusahaan berbeda, pekerja film terbagi dalam kategore sebagai berikut:30 1. Penulis skenario Skenario ibarat kerangka tubuh manusia. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang sesuai dengan tuntutan sebuah film. 2. Produser Produser adalah orang yang bertanggung jawab atas terlaksanya kegiatan produksi perfilman ini dan mampu memimpin para pekerja film lainnya karena produser adalah tangga teratas dalam tatanan pekerja film dan membatu proses pengumpulan dana untuk membuat proyek film. 3. Sutradara Sutradara memiliki tanggung jawab meliputi aspek-aspek kreatif dan teknis dari sebuah produksi film. Sutradara juga harus mampu membuat film dengan wawsan serta keartistikan untuk mengontrol film dari awal produksi hingga tahap penyelesain. 4. Aktor Akting film diaratikan sebagai kemampuan berlaku sebagai orang lain. Seorang pemain harus memliki kecerdesan untuk menguasai diri dan melakukan pengamatan serta latihan sebelum pelaksanaa syuting. 30 Shirley Biagi. Media/impact, Edisi 9 Pengantar Media Massa. Cengage Learning. Jakarta. 2010. Hal 188-189. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 5. Produksi Produksi meliputi semua orang yang turut serta dalam pembuatan film-oprator kamera, set designer, editor film, supervisor naskah dan costumer. 6. Pemasaran dan administrasi. Orang yang bekerja dibidang administrasi membantu dalam menyimpan semua catatan yang diperlukan untuk membayar gaji dan pengeluaran karyawan, serta mendata dokumen yang terlibat dalam pengorganisasian bisnis. Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual), secara teori unsur-unsur audio visual dalam film di kategorikan ke dalam unsur naratif dan unsur sinematik:31 1. Unsur naratif adalah materi atau bahan olahan, kalau dalam film yang dimaksud unsur naratif adalah penceritaannya. 2. unsur sinematik adalah cara atau gaya seperti apa bahan olahan itu di garap dalam film. Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yaitu: a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada didepan kamera. Terdapat 4 elemen penting dalam mise-en-scene yaitu Setting, Tata cahaya, Kostum dan make up, Akting Dan dialog pemain beserta pergerakannya. http://sinthiasinor.blogdetik.com/2011/07/17/tentang-film , Diakses Tanggal 6 Angustus 2015 Pukul 22.14 WIB. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. c. Editing, yaitu proses pemilihan, penyambungan transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Melalui editing struktur,ritme serta penekanan dramatik dibangun/diciptakan. d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui effect. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dua unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah film. Terdapat pula unsur-unsur yang membangun secara fisik sebuah film secara fisik yang dipecah dalam unsur-unsur sebagai berikut:32 1. Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering di istilahkan satu kali take ( pengambilan gambar). Sementara shot setelah film telah jadi (pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam. 2. Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri dari 32 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri dari 30-35 adegan. 3. Sequence (Sekuen) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Atausequence adalah sebuah rangkaian adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibaratkan bab atau sekumpulan bab. Film cerita biasanya terdiri dari 8-15 sequence. 2.2.5. Fungsi Film Tujuan khalayak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy, 1981: 212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.33 Fungsi film sebagai salah satu alat komunikasi yang menarik dan mudah dicerna oleh masyarakat.Film memiliki fungsi sebagai alat penyampaian pesan kepada khalayak dari pembuatnya. 33 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala. Suatu Pengantar Komunikasi Massa Edisi Revisi. Simbiosa Rekanatama Media. Bandung, 2007, Hal 145. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Beberapa fungsi film antara lain adalah sebagai berikut.34 1. Sebagai Alat penerangan Dalam film segala informasi yang akan disampaikan secara audio visual, sehingga diharapkan dapat lebih mudah dimengerti. 2. Sebagai Alat Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat positif dan tauladan dalam masyarakat.Diharapkan film dapat menjadi salah satu alat pendidikan dalam masyarakat dengan mempertontonkan perbuatan yang baik. 3. Sebagai Alat Hiburan Dapat mensejahterakan rohani manusia, karena dengan film didapatkan kepuasan batin tersendiri untuk secara visual serta pembinaan kebudayaan yang coba dikemas semenarik mungkin.Film juga sudah dianggap bisa mewakili komunitas tersendiri karena sifatnya yang universal. 2.3. Rasisme 2.3.1. Pengertian Ras Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia “razza”, yang dapat diartikan sebagai:35 Pertama, perbedaan variasi dari penduduk, atau pembedaan keberadaan manusia atas dasar; (1) tampilan fisik, seperti rambut, mata, warna kulit, bentuk 34 Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film: Jangan Cuma Bisa Nonton, Ayo Bikin Filmmu Sendiri. Mumtaz Media. Surabaya. 2011. Hal 36. 35 Alo Liliweri dan LKiS. PRASANGKA & KONFLIK Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LKiS Yogyakarta. Yogyakarta. 2005. Hal 18-19. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 tubuh, yang secara tradisional ada tiga, yakni Kaukasoid, Negroid, dan Mongolid. Meskipun ada rinciannya lagi, ketiganya dikenal sebagai ras; (2) tipe atau golongan keturunan; (3) pola-pola keturunan; dan (4) semua kelakuan bawaan yang tergolong unik sehingga mereka dibedakan dengan penduduk asli. Kedua, menyatakan tentang identitas berdasarkan (1) pemilikan perangai; (2) kualitas perangai tertentu dari suatu kelompok penduduk; (3) menyatakan kehadiran setiap kelompok penduduk berdasarkan geografi tertentu; (4) menyatakan tanda-tanda aktivitas suatu kelompok penduduk berdasarkan kebiasaan, gagasan, dan cara berpikir; (5) sekelompok orang yang memiliki kesamaan keturunan, keluarga, klan atau hubungan kekeluargaan; dan (6) artu biologis yang menunjukan adanya subspesies atau varietas, kelahiran atau kejadian dari suatu spesies tertentu (Webster New World Dictionary, hlm. 1106). Beberapa pengertian ras menurut para ahli adalah sebagai berikut:36 a. Bruce J. Cohen Ras adalah kategori individu yang secara turun menurun memiliki ciriciri fisik dan biologis tertentu yang sama. b. Horton dan Hurt Ras adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam segi ciri-ciri fisik bawaan. Disamping itu banyak juga ditentukan oleh pengertian yang digunakan oleh masyarakat. 36 Janu Murdiatmoko. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Media Pratama Grafindo. Bandung. 2007. Hal 6. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 c. Alex Thio Ras adalah sekelompok orang yang dianggap oleh masyarakat memiliki cirri cirri biologis yang berbeda. d. Stephen K. Sanderson Ras adalah suatu kelomok atau kategori orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sendiri dan diidentifikasikan oleh orangorang lain sebagai perbedaan social yang dilandasi oleh cirri-ciri fisik dan biologis tertentu. 2.3.2. Jenis-Jenis Ras Pembagian dan penyebaran ras di dunia secara garis besar seperti yang dikemukakan oleh A.L. Kroeber (Horton, 1987: 61) didunia ini terdapat ras-ras besar, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Austroloid, dan ras-ras khusus lainnya. Bagaimana penyebaran dan penggolongan ras ras besar tersebut? Berikut penjelasannya. 37 1. Kaukasoid Ras Kaukasoid terdiri atas subras berikut ini. a. Nordic di Eropa Utara, sekitar laut Baltik. b. Alpine berada di Eropa Tengah dan Eropa Timur c. Mediterania berada disekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran. 37 Andreas Soeroso. Sosiologi 2. Quadra. Bogor. 2008. Hal 141. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 d. Indic berada di Pakistan, India, Bangladesh dan Sri Lanka 2. Mongoloid Ras Mongoloid terdiri atas subras berikut ini. a. Asiatic Mongoloid berada di Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur. b. Malayan Mongoloid berada di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina dan penduduk asli Taiwan. c. American Mongoloid berada di Amerika “Indian‟. 3. Negroid Ras Negroid terdiri atas subras berikut ini. a. African Negroid berada di Afrika. b. Negrito berada di Afrika Tengah, Semenanjung Malaya dan Filipina. c. Melanesian berada di Papua dan Melanesia. 4. Australoid Ras Australoid terdiri atas subras Aborigin yang berada di Australia. 5. Ras-ras Khusus Ras-ras ini tidak dapat di klasifikasikan kedalam empat ras diatas. a. Bushman berada di Gurun Kalahari, Afrika Selatan. b. Veddoid berada di Sri Lanka dan Sulawesi Selatan. c. Polynesian terdapat di kepulauan Mikronesia dan Polinesia. d. Ainu berada di Pulau Karafuto dan Hokaido, Jepang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 2.3.3. Pengertian Rasisme Rasisme adalah suatu kepercayaan bahwa kenyataan seseorang, nilai-nilainya dan sifat-sifatnya ditentukan dan dilihat bukan dari penilaian atas (kualitas) akalnya, melainkan dari factor anatomi (tubuh) atau “darah”-nya. Pandangan ini menyebabkan orang dinilai atau dihargai atas keanggotaan rasialnya. Hal yang perlu diwaspadai dalam masyarakat multicultural adalah munculnya rasisme, dalam bentuk baru. Orang mempunyai pandangan superfisial (dangkal) atas rasisme. Mereka melihatnya hanya sebagai kepercayaan, atau kenyakinan bahwa, satu ras lebih unggul daripada ras lain. Namun, sebenarnya lebih dari itu. Atas hakikat manusia, pandangan tersebut pada dasarnya tidak benar. Rasisme adalah pernyataan ras seseorang yang menentukan identitas orang lain. 38 Rasisme dihasilkan dari transformasi prangka antarras dan atau etnosentrisme melaui ujicoba penerapan kekuasaan, dari suatu kelompok ras sehingga menjadikan suatu ras lebih inferior dari pada ras yang lainnya. 39 Pengejawantahan kebencian, pelecehan, penindasan, dan kezhaliman terhadap orang lain atas dasar suku, bangsa, warna kulit, bahasa, ataupun budaya adalah tulisan ringkas yang berusaha menjelaskan konsep rasisme. 40 38 Ubed Abdilah S. Politik Identitas Etnis; Pergulatan Tanda Tanpa Identitas. IndonesiaTera. Mangelang. 2002. Hal 182. 39 Alo Liliweri. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. LKiS. Yogyakarta. 2002. Hal 93. 40 Syamsuddin Arif. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Gema Insani. Jakarta. 2008. Hal 121. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 2.3.4. Sejarah Rasisme di Amerika Sikap dan prilaku rasisme telah mendapat justifikasi dari Aristoteles. Menurut pemikiran yunani purba ini, penduduk daerah dingin (Eropa) pada umumnya kurang trampil dan kurang cerdas, sementara orang-orang Asia kurang mampu berpikir bersaing sehingga mereka terus-menerus dijajah dan diperbudak. Adalah „kehendak alam‟ bahwa manusia berbeda-beda bentuk dan warna kulitnya. Maka wajar saja jika terlahir sebagai manusia merdeka, sedang yang lainnya dilahirkan untuk menjadi budak. Pembagian ini sudah adil katanya. Sejarawan kuno Herodus menulis bahwa orang-orang Ethiopia (kulit hitam) suka makan ular, kadal, dan binatang melata lainnya, tidak dapat bicara layaknya manusia dan hanya mampu mengeluarkan suara mengarut sepeti bunyi kelelawar. Demikian pula Tacitus, penulis sejarah Romawi terkemuka itu, mengidolakan bangsa Jerman (Eropa Utara) karena cirri-ciri fisik mereka (kulit terang, rambut pirang, mata biru) yang dianggapnya masih murni belum bercampur ras-ras lain. Kombinasi tiga hal (karakter fisik, mental, dan perasaan paling unggul) inilah yang dijadikan acuan oleh generasi kemudian untuk membangun teori keunggulan ras dan menjustifikasi berbagai penindasan dan peperangan. 41 Bagi orang-orang Eropa, warna hitam adalah lambang kejahatan, kekurangan, kehinaan dan kutukan. Kata hitam memiliki konotasi jelek, kotor, licik, dosa dan kematian. Anggapan buruk ini tercermin pada istilah „black death‟, „black magic‟, „black market‟ dalam bahasa Inggris, „bete noir‟ dalam bahasa Perancis, „schwarz 41 Ibid, Hal 125. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Fahrer‟ dalam bahasa Jerman. Yang juga diserap kedalam bahasa kita menjadi „pasar gelap‟, „penumpang gelap‟ dan sebagainya (bukan „pasar hitam‟ atau „penumpang hitam‟). Mitos yang coba dikukuhkan ialah bahwa orang-orang kulit hitam itu liar dan tak berakal, buas dan pemakan daging manusia. 42 Dalam tempo 20 tahun setelah Columbus menapakan kakinya dikepulauan karibia. Para ahli demografi histori memperkirakan, hanya dalam beberapa generasi, sekitar 80 juta atau 90 persen hingga 98 persen penduduk asli benua Amerika terbunuh. Sesudah melakukan aksi „pembersihan masal‟ terhadap kaum pribumi, bangsa-bangsa Eropa yang bertapak di „dunia baru‟ itu merasa pelu mendatangkan orang kulit hitam. Setiap tahun tidak kurang dari 100.000 orang ditangkap, diculik dan diangkut dari pesisir barat Afrika, Guinea, Kongo dan Angola, dengan cara paksa, sogokan atau tipuan untuk dipekerjakan sebagai budak.43 Walaupun demikian, masih banyak kulit putih di amerika yang menentang perbudakan, sampai akhirnya terpilih lah salah satu pemimpin di Amerika yang menentang perbudakan yaitu Abraham Lincoln. Lincoln dengan lantang menolak perbudakan sampai-sampai menjadi salah satu pemicu terjadi perpecahan dan perang saudara di negaranya. Dukungan masyarakat luas mulai meningkat kepada para anggota Kongres yang memperjuangkan bahwa warga kulit hitam di Amerika harus diberikan kewarganegaraan penuh. Pada Juli 1866, Kongres telah meloloskan rancangan Undang-undang tentang hak warga sipil dan membentuk 42 43 Ibid. Hal 126. Ibid. Hal 127. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Biro Orang-orang Terbebaskan yang baru – keduanya dirancang untuk menghindari diskriminasi rasial badan pembuat Undang-undang di Selatan. Setelah itu, Kongres mengesahkan amendemen Undang-undang ke-14, yang menyatakan bahwa “semua orang yang bab 7: perang saudara dan pembangunan kembali lahir dan dinaturalisasi di Amerika Serikat dan tunduk kepada hukum dan kekuasaannya, adalah warga negara Amerika Serikat dan Negara bagian di mana mereka tinggal.” Hal ini membatalkan keputusan hakim Dred Scott, yang menolak hak kewarganegaraan para budak.44 Namun isu rasial tidak hanya sampai disitu, setelah perbudakan dihapuskan orang Afrika-Amerika masih menjadi sasaran diskriminasi, sampai-sampai adanya segregasi atau pemisahan (suatu golongan dari golongan lainnya): pengasingan; pengucilan terhadap orang kulit hitam. Seperti orang Afrika-Amerika tidak dibolehkan naik taksi bersama-sama dengan orang kulit putih, atau memasuki gedung dari pintu masuk yang sama. Orang Afrika-Amerika harus minum dari pancuran air minum yang terpisah dari pancuran air minum kulit putih, pergi ke kamar kecil terpisah, bersekolah di sekolah khusus kulit hitam, dikubur di pemakaman terpisah, dan bahkan disumpah dengan memakai Alkitab terpisah. Mereka dikucilkan dari rumah makan dan perpustakaan umum. Taman-taman banyak yang melarang orang kulit hitam untuk masuk, dan memasang plang pengumuman yang berisi tulisan, "Negro dan Anjing Dilarang Masuk". Sebuah kebun binatang kota bahkan menyediakan jam buka terpisah untuk kulit hitam dan kulit putih. 44 -, Oleh (by) M Garis Besar Sejarah Amerika. Biro Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri A.S.. Jakarta. 2005. Hlm. 164-165. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika terdiri dari banyak gerakan perjuangan politik dan reformasi antara tahun 1945 dan 1970. Gerakan ini bertujuan mengakhiri diskriminasi terhadap orang Afrika-Amerika dan kelompok-kelompok tak berdaya lainnya, serta secara hukum mengakhiri segregasi rasial di Amerika Serikat, khususnya di Amerika Serikat Selatan. Jackie Robinson adalah seorang perintis Gerakan Hak-Hak Sipil dalam bidang olahraga. Ia dikenal sebagai orang Afrika-Amerika pertama yang menjadi atlet profesional di liga mayor. Robinson pertama kali bergabung dengan Major League Baseball bersama tim Brooklyn Dodgers pada 15 April 1946. Pertandingan liga mayor yang pertama kali diikutinya berlangsung satu tahun sebelum terintegrasinya Angkatan Darat Amerika Serikat, 7 tahun sebelum Brown v. Board of Education, 8 tahun sebelum Rosa Parks, dan sebelum Martin Luther King Jr. memimpin Gerakan Hak-Hak Sipil. 45 Pada 1999 sosiolog William J. Wilson menerbitkan bukunya, The Declining Significance of Race, bahwa di era modern ini nasib orang negro Amerika lebih banyak ditentukan oleh kelas sosialnya ketimbang oleh warna kulitnya. Namun, pendapat optimitis ini disanggah oleh Joe R. Feagin. Bagi penulis artikel berjudul “The Countinuing Significance of Race” ini menyatakan bahwa kini orang-orang kulit hitam Amerika masih sering mengalami pelecehan meskipun mereka tergolong kelas menengah. Pelecehan itu bisa berupa perlakuan diskriminasi ditempat kerja, sikap ataupun pelayanan beda di tempat perbelanjaan, hingga ucapan atau kata-kata yang mengandung penghinaan. Hasil penelitian lapangan 45 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 mengenai „rasisme terselubung‟ (covert racism) yang disebut terakhir telah cukup banyak di bahas. 46 2.3.5. Praktik Rasisme Menurut Carmichael dan Hamilton (1967) menyatakan ada dua tipe praktik rasisme, yaitu individual atau personal dan institusional. Rasisme individual terjadi ketika seseorang dari ras tertentu membuat aturan dan bertindak keras dan kasar kepada ras lain, karena anggota ras lain berada dalam kekuasaannya. Rasisme institusional adalah tindakan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas yang dilakukan oleh lembaga atau institusi sosial. Seperti sekolah, perusahaan, rumah sakit dan lain-lain. 47 Wodak juga menyebut tiga praktik rasisme yaitu :48 a. Rasisme yang bersifat ideologi Rasisme dalam bentuk ideologi sering dilakukan dalam kehidupan seharihari baik disengaja ataupun tidak. Karena mengacu pada fenomena sosial. Rasisme bentuk ini tersembunyi dalam sebuah pandangan yang terstruktur. Biasanya mengarah pada etnosentrisme, yaitu menganggap bahwa budayanya lebih unggul dibanding budaya yang lain. b. Rasisme berdasarkan prasangka 46 Syamsuddin Arif. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Gema Insani. Jakarta. 2008. Hal 129. Alo Liliweri dan LKiS. PRASANGKA & KONFLIK Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LKiS Yogyakarta. Yogyakarta. 2005. Hal 171. 48 Filosa Gita Sukmono dan Fajar Junaedi. Komunikasi Multikultur Melihat Multikulturalisme Dalam Genggaman Media. Buku Litra. Yogyakarta. 2014. Hal 50-52. 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Rasisme ini didasari prasangka yang berlebih terhadap kelompok ras lain. Prasangka adalah pemikiran seseorang terhadap individu dan kelompok lain. Prasangka memiliki kecenderungan bersifat negatif terhadap kelompok atau hal-hal khusus seperti ras, agama, dan lain-lain. c. Perilaku rasis Yang dimaksud perilaku rasis adalah rasisme sebagai praktik diskriminasi, penganiayaan dan pemusnahan. 2.4. Semiotika 2.4.1. Pengertian Semiotika Secara etimologis, semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berati tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensial sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.49 Tokoh semiotika yang terkenal ada dua tokoh yakni, Ferdinand de Saussure ( 1857-1913 ) dab Charles Sander Peirce ( 1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan 49 Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta/Bogor/Yogyakarta. 2011. Hal 5. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi, sedangkan Peirce menyebutnya semiotika. 50 Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini di mungkinkan karena adanya kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa. Maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. 51 Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu gerak syaraf, berjalan sempoyongan, kelengahan, menatap, kekhawatiran, kesabaran, semuanya itu dianggap sebagai tanda. 52 Tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang antara tanda dengan acuannya ada hubungan kemiripan dan biasa disebut metafora. Contoh ikon adalah potret. Bila ada hubungan kedekatan eksistensi, tanda demikian 50 Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra. Yogyakarta. 2008. Hal 11. Ibid. Hal 11. 52 Ibid. Hal 12. 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 disebut indeks. Tanda seperti ini disebut metomini. Contoh indeks adalah tanda panah petunjuk arah bahwa disekitar tempat itu ada bangunan tertentu. Langit berawan tanda hari akan hujan. Simbol adalah tanda yang diakui keberadaannya berdasarkan hukum konvensi. Tanda–tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. 53 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memakai (to signifty) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur tanda. 54 Penelitian ini menggunakan teori Peirce melihat subjek sebagain bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses signifikasi. Model Triadic Peirce tanda dalam pandangan Peirce selalu berada dalam proses perubahan tanpa henti yang disebut proses semiosis tak terbatas (unlimitied semiosis), yaitu proses penciptaan rangkain interpretan tanpa akhir. Model Triadic Peirce ini memperhatikan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu 53 54 representamen (sesuatu yang Ibid. Hal 14. Alex Sobur. Semiotika Komunikas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 15. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 merepresentasikan sesuatu yang lain), objek (sesuatu yang direpresentasikan) dan intepretan (interpretasi seseorang tentang tanda).55 Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua menjadi kenyataan dan keberadaanya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda dengan sebuah simbol. 56 Semiotika , sebagaimana dijelaskan Ferdinand de Saussure dalam Course in General Linguistic, adalah ilmu yang mempelajari peran tanda (sign) sebagai bagian dari kehidupan sosial. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat. Oleh sebab itu semiotika mempelajari relasi diantara komponenkomponen tanda, serta relasi antara komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunaannya.57 Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas, signifikasi semiotika tidak saja sebgai metode kajian (decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekutannya di dalam berbagai bidang 55 Yasraf Amir Piliang. Hipersemiotika Tafsir Cultural Atas Matinya Makna. Jalasutra. Yogyakarta2010. Hal 267. 56 Ibid. Hal 35. 57 Alex Sobur. Semiotika Komunikas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2009. Hal 47. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang desain produk, arsitektur, desain komunikasi visual, seni tari, seni rupa, dan juga seni film. 58 Tanda-tanda (sign) adalah baris atau dasar dari seluruh komunikasi kata pakar komunikasi Little John manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya dan banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. 59 2.4.2. Teori Semiotika Charles Sander Peirce Menurut Peirce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Peirce disebut teori segitiga makna atau Triangle Meaning,60 diantaranya : a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu sendiri. b. Object (acuan tanda) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. 58 Ibid. Hal 35. Indiwan Seto. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta/Bogor/Yogyakarta. 2011. Hal 6. 60 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana. Jakarta. 2008. Hal 265. 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 c. Interpretant (pengguna tanda) Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna (Triangle of Meaning) Sign Interpretant Object Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimakna makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi 61. Analisis ini bersifat subjektif. Peneliti seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja peneliti harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya62. Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. sesuatu yang digunakan 61 62 agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce Ibid Ibid. Hal 267. http://digilib.mercubuana.ac.id/ disebut Ground. 48 Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant. Atas hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign,, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalulintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.63 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda atau petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petandanya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya 63 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi: PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal 41. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.64 Berdasarkan interpretan, tanda di bagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita sakit mata, atau mata kemasukan insekta atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau decisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.65 64 65 Ibid. Hal 41-42. Ibid. Hal 42. http://digilib.mercubuana.ac.id/ http://digilib.mercubuana.ac.id/