JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS Laras Astuti Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract Traffic accidents can occur in children. Delinquency due to reckless driving does not respect fellow road users often make children vulnerable to traffic accidents. This study aims to determine the form of the protection of children in conflict with the law which caused the death of another person along with recovery efforts. This research is normative juridical approach statute approach. The results showed that children in conflict with the legal form of the solution is to use a system of diversion is to perform the transfer of the case out of the criminal justice system. Restorative justice approach is used to emphasize the recovery process into its original state in order to fulfill the rights and obligations of both the children in facing law conflict. Recommendations are children in conflict with the law should be given protection in order to return in its original state both physically and psychologically so that kids really can again become a better person and not repeat their delinquency again. Key Words: Children, Traffic accident, Legal protection termasuk AQJ, A. Pendahuluan Kecelakaan lalu lintas menjadi hal yang juga ikut menjadi korban yang terkena luka dari peristiwa naas itu.1 yang sering terjadi dan melibatkan anak baik sebagai korban maupun pelaku. Kasus Berkaca pada kasus kecelakaan lalu yang menggemparkan terjadi ketika anak lintas yang melibatkan anak tersebut dari musisi kawakan Ahmad Dhani yang tentunya berinisial AQJ yang pada saat itu masih dipersalahkan sepenuhnya kepada anak- berusia mobil anak semata. Orang tua juga memiliki Mitsubishi Lancer B 80 SAL yang peran dalam proses tanggung jawab atas menabrak mobil Toyota Avanza B 1882 apa yang terjadi pada anak-anaknya. UZJ dan Daihatsu Gran Max B 1349 TFM. Meskipun tanggung jawab secara pidana Kejadian ini kemudian disebut sebagai tidak dapat digantikan sehingga anak tetap 13 tahun mengendari tidak serta merta dapat kecelakaan maut di tol Jagorawi karena menyebabkan tujuh orang meninggal 1 http://megapolitan.kompas.com/read/201 3/09/26/0257097/Apa.yang.Bisa.Dipetik.dari.Kecel akaan.Anak.Ahmad.Dhani. Diakses pada Rabu, 21 Desember 2016. dunia, dan sebelas orang juga luka parah, 144 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA harus mempertanggung jawabkan menimpanya dan tetap dapat meneruskan ketika hidupnya tanpa terikat dengan traumatis kecelakaan tersebut ternyata memakan yang mendalam akibat kecelakaan lalu korban jiwa maupun korban dengan luka- lintas yang menimpanya. perbuatannya. Terlebih lagi luka. Anak yang menjadi pelaku dalam B. Pembahasan kecelakaan lalu lintas kemudian dapat Penyelesaian disebut sebagai anak yang berhadapan Berhadapan dengan Hukum dalam Hukum dengan hukum. Anak yang berhadapan Positif di Indonesia dengan hukum2 tentu harus mendapatkan konsekuensi atas apa yang terhadap Anak yang Anak yang berhadapan dengan terjadi hukum yaitu mereka yang dapat menjadi kepadanya. Tidak hanya anak sebagai pelaku, korban, bahkan saksi. Pengaturan pelaku, korban dan saksi juga memiliki anak yang berhadapan dengan hukum di porsi konsekuensi yang harus diperhatikan Indonesia dikenal dalam Undang-Undang dan dipertanggungjawabkan. Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Penyelesaian yang baik dan adil selalu menjadi bagian dari Peradilan Pidana Anak dimana dijelaskan bentuk bahwa yang dimaksud dengan anak yang konsekuensi atas kecelakaan yang terjadi. dapat Dalam penyelesaian tersebut harus dilihat mereka yang berusia 12 (dua belas) tahun bagaimana bentuk perlindungan terhadap tetapi belum berusia 18 (delapan belas) anak yang berhadapan dengan hukum tahun. Sedangkan anak yang menjadi terlebih korban maupun saksi adalah mereka yang dalam kecelakaan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia menjadi pelaku pidana adalah belum berusia 18 (delapan belas) tahun. sehingga hak-hak dan kewajiban para Proses peradilan pidana merupakan pihak tetap terpenuhi dan terlindungi suatu proses yuridis, dimana hukum dengan ditegaskkan sebaik-baiknya. Yang lebih dengan tidak penting lagi adalah bagaimana anak yang mengesampingkan berhadapan dengan hukum tersebut tetap mengeluarkan pendapat dan pembelaan dapat dimana keputusannya diambil dengan pulih atas kejadian yang mempunyai 2 Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 bahwa Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. kebebasan motivasi mengesampingkan tertentu. kebebasan Selain dalam mengeluarkan pendapat dan pembelaan 145 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA diperlukan pula hak-hak anak yang dengan diaturnya pemidanaan anak dalam seharusnya diperhatikan karena berkaitan sistem peradilan pidana anak kemudian dengan perlindungan hukum terhadap memberikan batasan pertanggungjawaban anak.3 bagi anak. Tanggung jawab bukan mutlak Undang-undang sistem peradilan menjadi tanggung jawab anak semata pidana anak memberikan ruang bagi dalam pelaku, maupun korban dan saksi untuk perbuatan yang dilakukannya. Dalam kecelakaan lalu lintas, justru orang menyelesaikan tua lah yang memiliki andil terbesar karena sepanjang kesepakatan terjadi diantara kelalaian dan keacuhan orang tua yang mereka. Kesepakatan tersebutlah yang membiarkan anak yang belum layak untuk kemudian menjadi modal awal untuk mengemudi berkeliaran dengan kendaraan diterapkannya diversi. Hanya saja dalam bermotor jalanan, undang-undang ini diversi baru dapat meskipun tanggung jawab orangtua tidak diterapkan5 dimana diversi hanya berlaku menggantikan pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana dengan ancaman anak sebagai pelaku. pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; secara bebas di Kembali kepada anak, bahwa anak perkara secara damai dan perbuatan tersebut bukan merupakan perlu membangun kesadaran berlalu lintas pengulangan tindak pidana. dengan menyentuh dunia pendidikan sejak Pidana yang dijatuhkan dalam dini, kesadaran tentang peraturan hukum kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan dan Dengan meninggalnya orang lain6 yaitu dengan demikian anak akan mempunyai rasa pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun tanggungjawab dalam berkendara. dan/atau keselamatan Kecelakaan berkendara. banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). mengakibatkan korban meninggal dunia Menilik dari pidana yang dijatuhkan termasuk kecelakaan lalu lintas berat.4 tersebut sepanjang kecelakaan tersebut Sehingga kecelakaan yang melibatkan merupakan anak akan pertama kali dan bukan pengulangan, mendapatkan sanksi yang berat. Tetapi apabila kecelakaan dilakukan oleh anak- pengemudi lintas paling yang sebagai lalu denda tentu perbuatan yang dilakukan 5 Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 6 Lihat dalam Pasal 310 ayat 4 UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 3 Wagiati Soetodjo, 2010, Hukum Pidana Anak. Bandung. Refika Aditama. Hlm. 29. 4 Pasal 229 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan 146 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA anak, maka sesungguhnya diversi dapat yang kemudian dikenal dengan istilah dilaksanakan. meskipun diversi. Diversi8 merupakan ide dasar mengakibatkan untuk menghilangkan dampak negatif dari Karena kecelakaan tersebut meninggalnya orang lain tetapi ancaman sistem pidana penjaranya hanyalah 6 tahun menghasilkan maksimal, kemudian sedangkan syarat untuk diberlakukannya diversi terhadap tindak peradilan pidana yang selalu negatif yang anak-anak sesuai stigma melabel dengan perbuatan yang terjadi kepadanya. pidana dengan ancaman penjara dibawah 7 Ide dasar diversi mulai di gagas tahun. dalam United Nations Standard Minimum Sejak di berlakukannya Undang- Undang Sistem Anak Juatice (SMRJJ) atau yang dikenal dengan penyelesaian hukum terhadap anak yang The Beijing Rules.9 Diversi merupakan berhadapan pemberian kewenangan kepada aparat dengan mengedepankan kesejahteraan, Peradilan Rules for the Administration of Juvenile hukum nilai-nilai dan semakin keadilan, menjunjung penegak tinggi hukum untuk mengambil tindakan-tindakan kebijaksanaan dalam perlindungan hak asasi manusia terhadap menangani atau menyelesaikan masalah restoratif7 pelanggar anak dengan tidak mengambil sebagaimana yang diamanatkan dalam jalan formal antara lain menghentikan atau undang-undang tersebut menjadi muatan tidak meneruskan/melepaskan dari proses yang benar-benar membawa angin segar peradilan pidana atau memgembalikan/ dalam konteks penyelesaian tindak pidana. menyerahkan kepada masyarakat dalam Sehingga penyelesaian tidak lagi bertujuan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan sosial untuk pembalasan semata tetapi lebih lainnya.10 anak. Nuansa keadilan ditekankan kepada pemulihan kembali Diversi dalam keadaan semula. diamanatkan sebagaimana dalam yang Undang-Undang Penyelesaian secara adil yang di Sistem Peradilan Pidana Anak masih kemas dalam bentuk keadilan restoratif melibatkan instrumen penegak hukum tersebut kemudian diwujudkan dalam 8 Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Genta Publishing. Yogyakarta. Hlm. 14. 9 Angger Sigit Pramukti, Fuady Primaharsya, 2015, Sistem Peradilan Pidana Anak. Pustaka Yustisia. Jakarta. Hlm. 67. 10 Ibid, Hlm. 68. bentuk pengalihan penyelesaian perkara yang keluar jalur sistem peradilan pidana 7 Afthonul Afif, 2015, Pemaafan, Rekonsiliasi, dan Restorative Justice. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm. 328. 147 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA dalam sistem peradilan pidana. Sehingga menelantarkan yang terjadi antara anak diversi tidak benar-benar dapat dilakukan dengan orang dewasa sekitarnya. secara murni sebagai suatu penyelesaian Anak merupakan faktor terpenting yang mencoba keluar jalur dari sistem dalam kemajuan maupun perkembangan peradilan pidana. Konsekuensinya adalah suatu negara. Sebagai generasi penerus diversi menjadi tanggung jawab sejak bangsa yang memiliki peranan penting, tahap dan maka dibutuhkan seorang anak dengan pengadilan sampai pembinaan di lembaga mental yang kuat, serta kemampuan pemasyarakatan. dari intelektual yang cukup merupakan hal dibebankannya seluruh instrumen dalam yang wajib untuk meneruskan suatu cita- sistem peradilan pidana tersebut adalah cita untuk mengurangi efek negatif (negative penyelesaian perkara anak harus benar- effect) keterlibatan anak dalam proses benar memperhatikan kondisi anak di penyidikan, tersebut. penuntutan Harapan 11 yang hakiki.13 bangsa Sehingga masa yang akan datang. Penyelesaian terhadap anak Diversi menjadi jawaban atas memang dirasa sangat bersifat khusus. Hal tujuan dari penyelesaian perkara anak tersebut dikarenakan sifat anak dilihat dari secara adil. Hanya saja dalam menerapkan usia memiliki diversi diperlukan beberapa persyaratan kematangan baik secara fisik maupun tertentu. Diversi baru dapat dilakukan14 mental dengan melihat usia anak, sifat perbuatan anak-anak sehingga belum anak belum dapat membedakan hal yang baik dan benar dan tersebut cenderung melakukan segala sesuatunya dilakukan secara spontan tanpa berpikir panjang. pengulangan, diberlakukan dalam tindak Diperlukannya perhatian khusus terlebih pidana ringan, adanya persetujuan dari bagi anak yang hidup 12 apakah atau baru pertama merupakan kali bentuk dalam lingkungan korban dan kesepakatan para pihak, serta dimana lingkungan tersebut menghasilkan kerelaan masyarakat untuk mendukung suatu hubungan dengan penuh kekerasaan proses diversi. dan kecenderungan untuk tidak peduli atau Catatan penting dalam penyelesaian diversi kemudian adalah 11 Barda Nawawi Arief, 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Citra Aditya. Bandung. Hlm. 165 12 Bagong Suyatno, 2010. Masalah Sosial Anak. Kencana. Jakarta. Hlm.5 13 Darwan Prinst, 1997. Hukum Anak Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1997. Hlm 4. 14 Setya Wahyudi, Op.Cit. Hlm. 15 148 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA diversi tidak lah selalu berhasil dilakukan. sehingga mengarah pada kenakalan anak Diversi hanya dapat diupayakan dan (juvenile delinquency).15 ditawarkan kepada para pihak berdasarkan Kenakalan anak dikaitkan dalam kesepakatan dan terpenuhinya syarat untuk teori kontrol sosial maka kenakalan atau dilakukan diversi. Diversi yang berhasil delinkuensi membawa konsekuensi bahwa para pihak beberapa variabel. Variabel tersebut lebih harus melaksanakan keputusan tersebut banyak dengan kerelaan dan keikhlasan sesuai kenakalan terjadi dilihat dari truktur dengan yang keluarga, pendidikan, kelompok dominan. tertuang dalam bentuk penetapan yang di Reiss dalam buku Nandang Sambas16 keluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri menjelaskan, setempat. Apabila kesepakatan dan syarat komponen dari kontrol sosial di dalam diversi tidak terpenuhi maka perkara menjelaskan tersebut akan dikembalikan dan akan Komponen tersebut dijelaskan sebagai diproses secara formal bentuk kurangnya kontrol internal semasa butir-butir kesepakatan dapat bersifat dikaitkan dengan sosiologis bahwa ada kenakalan karena beberapa anak/remaja. kecil, hilangnya kontrol tersebut sehingga A. Kecelakaan Lalu Lintas ebagai Bentuk tidak adanya pemahaman terhadap norma Kenakalan Anak sosial sehingga terjadinya konflik antar Lingkungan dalam pergaulan anak norma baik di sekolah dengan orang tua jelas dapat mempengaruhi perkembangan maupun lingkungan terdekat. seorang anak. Lingkungan yang baik tentu Travis Hirschi Sambas juga dalam buku akan membentuk anak menjadi sosok yang Nandang baik. Berkembangnya suatu zaman yang bahwa teori kontrol sosial berangkat dari semakin maju ternyata juga berdampak anggapan dasar bahwa individu dalam pada perkembangan seorang anak. Anak masyarakat akan mudah menjadi sosok yang kasar yang sama untuk menjadi “baik” atau apabila terlalu terbawa pada dampak “jahat”.17 mempunyai menerangkan kecenderungan negatif dari perkembangan zaman. Baik lingkungan maupun perkembangan zaman yang 15 Kartini Kartono, 2010, Patologi Sosial :Kenakalan Remaja. Rajawali Press. Jakarta. Hlm. 7. 16 Nandang Sambas, 2010, Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia, Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm 123. 17 Ibid. tidak baik tentu akan membentuk anak menjadi sosok yang tidak baik dan akan cenderung melakukan kenakalan 149 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Kecelakaan lalu lintas sebagai bukti menjadi baik. Begitu juga sebaliknya, keteledoran dan ketidakpedulian akan apabila berkendara dengan baik menjadi perhatian menjadi buruk maka anak akan ikut lebih lanjut terutama para pihak yang menjadi pribadi yang tidak baik. Begitu terlibat adalah anak-anak. Anak baik juga dengan kecelakan lalu lintas yang sebagai pelaku, korban maupun saksi tentu terjadi sebagai salah satu bentuk kenakalan akan mengalami trauma yang sangat besar anak dapat terjadi karena adanya faktor terlebih tersebut internal yang dipengaruhi oleh keacuhan kemudian mengakibatkan meninggalnya orang tua dalam memberikan perhatian orang lain atau mengakibatkan kegagalan dan faktor eksternal dalam masyarakat fungi tubuh tertentu sehingga menghalangi yang terjadi karena keinginan anak-anak gerak aktivitas secara normal. untuk apabila kecelakaan Kebut-kebutan, berkendara dengan lingkungan ikut-ikutan masyarakatnya sehingga anak terpengaruh dan melakukan kenakalan. teledor dan tidak memiliki kesadaran dalam berlalu lintas yang baik sehingga Hak-hak dan Kewajiban Anak mengganggu keamanan dalam berlalu Berhadapan lintas dan membahayakan jiwa sendiri dan Kecelakaan Lalu Lintas orang lain dapat mengakibatkan dengan Hukum yang dalam Akses transportasi di jalan raya kecelakaan lalu lintas. Perilaku tersebut baik merupakan salah satu dari lima belas penumpang saat ini tidak lagi hanya milik tingkah mereka yang dalam kategori dewasa. laku yang menjurus kepada sebagai pengemudi masalah Juvenile Delinquency menurut Anak-anak yang Alder dalam buku Kartini Kartono.18 berkembang di lahir era dan maupun tumbuh transportasi dan Kesimpulan dari apa yang telah teknologi yang maju dengan pesat tidak dikemukakan tersebut bahwa bagaimana lagi hanya berperan sebagai penumpang perkembangannya seorang anak tersebut kendaraan melainkan sudah aktif menjadi tergantung pada pengemudi kendaraan tersebut. Tidak akan masyarakatnya dan perkembangan zaman. menjadi masalah apabila dilakukan jika Jika masyarakat suatu lingkungan baik sudah sesuai dengan kriteria yang disebut maka sebagai pengemudi. Sesuai dengan amanat sepenuhnya perkembangan anak kemudian 18 Alder dalam Buku Kartini Kartono, Op Cit. Hlm. 21-23. 150 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA undang-undang.19 bahwa yang kemudian didukung dengan ketidak pedulian orang dapat dikatakan sebagai pengemudi adalah tua mereka yang telah memiliki surat izin membebaskan mengemudi. mengemudikan Sedangkan untuk dan adanya kecenderungan anaknya untuk kendaraan bermotor mendapatkan surat izin mengemudi adalah menjadi suatu hal yang kemudian menjadi mereka yang sudah berusia minimal 17 permasalahan akibat keteledoran dalam tahun. mengemudikan kendaraan bermotor yang Catatan penting dalam berujung pada kecelakan lalu lintas. perkembangan transportasi dan teknologi Anak sebagai pelaku tersebut ternyata melahirkan aktor baru memiliki sebagai pelaku maupun korban tindak mempertanggungjawabkan perbuatannya. pidana. Pelaku atau korban tindak pidana Karena sifat khusus anak maka dalam tidak lagi terbatas pada setiap orang mempertanggungjawabkan dengan kategori dewasa baik laki-laki anak akan melalui tahap dalam sistem maupun perempuan, melainkan juga sudah peradilan pidana sepanjang diversi gagal merambah pada setiap orang dengan atau kategori belum dewasa yakni anak-anak diterapkan. Dalam tataran tertentu baik yang dapat menjadi pelaku atau korban anak yang masuk dalam ranah diversi tindak pidana.20 maupun non diversi wajib diperhatikan Fenomena yang terjadi kemudian kewajiban tentu tidak memenuhi untuk perbuatannya syarat untuk hak-hak serta kewajibannya dalam rangka adalah sudah banyak anak-anak yang memenuhi berusia dibawah 17 tahun kemudian hukum terhadap anak yang berhadapan dengan dengan hukum. bebas kendaraan menjadi bermotor. pengemudi Secara hukum tujuan dari Konsekuensi perlindungan terburuk apabila mereka tentu sudah melanggar ketentuan diversi tidak dapat dilaksanakan karena undang-undang. Kurangnya pemahaman tidak terjadinya kesepakatan adalah maka mereka tentang bagaimana mengendarai proses kendaraan bermotor dengan baik, ketidak Meskipun tahuan terkait aturan berkendaraan, yang mendapatkan perlindungan. Perlindungan hukum akan demikian tetap anak berlanjut. tetap tersebut dilihat dari hak-hak anak yang 19 Pasal 1 Butir 23 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 20 Anang Priyatno, 2012, Kriminologi. Ombak .Yogyakarta. 2012. Hlm. 85. 151 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA akan diberikan.21 Dasar pelaksanaan 4. Setiap anak berhak untuk diperlakukan perlindungan terpenting dari hak-hak anak adil dan setara, bebas dari segala bentuk 22 adalah : diskriminasi. 1. Dasar filosofis, mendasarkan pancasila 5. Setiap anak berhak untuk dalam perlindungan anak disegala segi mengekspresikan pandangan mereka kehidupan. dan didengar pendapatnya. 2. Dasar etis, dilaksanakan profesi yang menghindari perlindungan sesuai dnegan berkaitan dari harus 6. etika perlakuan sehingga perlakuan Setiap anak berhak dilindungi dari yang 7. dan Setiap anak berhak diperlakukan dengan kasih sayang dan penghargaan 3. Dasar yuridis, harus berdasarkan pada akan harkat martabat sebagai manusia UUD 1945 dan peraturan perundangan yang sedang tumbuh kembang. yang berlaku kemudian. 8. Supeno kemudian mengembangkan Setiap anak berhak atas jaminan kepastian hokum. prinsip-prinsip perlindungan anak tersebut 9. Program pencegahan menjadi 13 prinsip keadilan bagi anak remaja yaitu 23 : perlakuan dan eksploitasi 1. Pelaku kenakalan anak adalah korban. kenakalan pencegahan salah, secara terhadap kekerasan, umum dan harus menjadi bagian utama dari sistem 2. Setiap anak berhak agar kepentingan dijadikan kekerasan eksploitasi. mungkin menyimpang. terbaiknya salah, peradilan anak. sebagai 10. Perenggutan kebebasan dalam bentuk pertimbangan utama. apa pun harus selalu digunakan hanya 3. Tidak mengganggu tumbuh kembang sebagai upaya terakhir dan apabila anak. terpaksa dilakukan hanya untuk jangka waktu yang paling singkat. 21 Hak-hak anak terdapat dalam Pasal 2 huruf a-j Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 22 Arif Gosita, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak Anak. Era Hukum. Jurnal Ilmiah Hukum. No. 4/Th.V/April 1999. Fakultas Hukum Tarumanegara. Jakarta. Hlm. 264-265. 23 Hadi Supeno, 2010, Kriminalisasi Anak : Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm. 90-91. 11. Perhatian khusus harus diberikan kepada kelompok paling rentan dari anak, seperti anak korban konflik senjata, anak di daerah konflik sosial, anak di daerah bencana, anak tanpa pengasuh utama, anak dari kelompok 152 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA minoritas, anak yang cacat, anak yang keluarga berdasarkan kesepakatan dengan terimbas migrasi, dan anak yang keluarganya maka baik korban maupun terinfeksi HIV/AIDS. pelaku 12. Pendekatan peka gender harus diambil wajib mematuhi kesepakatan dan poin-poin tidak boleh di setiap langkah. Stigmasi dari melanggarnya. Sedangkan bagi korban kerentanan khas yang dialami anak adalah wajib untuk menerima maaf dan perempuan dalam sistem peradilan memaafkan secara tulus atas perbuatan harus diakui sebagai sebuah problem yang dilakukan oleh pelaku sepanjang nyata yang banyak berkaitan dengan korban sudah menyepakati adanya diversi. status dan peran gendernya sebagai Karena diversi harus benar-benar anak perempuan. dilakukan dengan niat yang tulus dan 13. Mengembangkan perspektif futuristis ikhlas, sehingga proses kembali menjadi dengan meniadakan penjara anak. sosok yang lebih baik lagi dapat tercapai dan para pihak tetap dapat menjalin Tidak berhenti pada hak yang akan silaturahmi dengan sebaik-baiknya. diterima oleh anak sebagai pelaku, anak sebagai pelaku kecelakaan kewajiban24 kendaraan yang lalu untuk terlibat lintas Undang-undang Sistem Peradilan dalam Anak25 Pidana memiliki memberikan hak-hak terhadap anak sebagai korban. Anak menghentikan korban yang sedang dikemudikan, maupun memperoleh segera memberikan pertolongan kepada saksi berhak untuk baik medis rehabilitasi maupun sosial, dijamin keselamatannya korban, melaporkan kecelakaan kepada baik fisik, mental dan sosial serta tetap Kepolisian Negara Republik Indonesia mendapatkan terdekat dan memberikan keterangan yang informasi mengenai perkembangan perkaranya. Perlindungan terkait dengan kejadian kecelakaan. anak26 sebagai korban dapat pula berupa Korban sebagai salah satu bagian ganti kerugian, restitusi dan kompensasi. dari anak yang berhadapan dengan hukum Tujuan juga memiliki hak dan kewajiban sebagai diversi ternyata tidak selamanya memberikan angin segar dalam bentuk perlindungan terhadapnya. Apabila diversi menjadi pilihan yang diambil oleh 25 Pasal 90 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 26 Rena Yulia, 2010, Viktimologi : Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm.178-180. 24 Pasal 231 ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 153 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA penyelesaian terhadap anak yang Selain itu dengan di penjara justru berkonflik dengan hukum. Kadang kala, anak meskipun anak sebagai pelaku telah mengenai kejahatan dan bukan tidak bertanggung jawab dan telah terjadi mungkin perdamaian tahanan anak justru akan terjerat pada dengan keluarga korban, ternyata tidak menghentikan proses atau menggugurkan Meskipun perkara demikian mendapatkan selepas perbuatan pidananya.27 bantuan akan yang ilmu menghabiskan sama atau baru masa mungkin perbuatan yang lebih besar lagi levelnya. 28 yang Pendekatan keadilan restoratif diberikan kepada ahli waris korban yang sebagaimana yang sudah diamanatkan meninggal dapat meringankan hukuman dalam Undang-undang sistem peradilan bagi anak. pidana Sistem peradilan anak anak memberikan pergeseran paradigma pemidanaan,29 terutama dalam pernah berlandaskan pada keadilan retributif yang perkara anak. menekankan pada pembalasan atas apa Pemidanaan tidak lagi merupakan yang ditimbulkan dan hanya memberikan hubungan antara pelaku dengan negara dan wewenang mendeskreditkan korban didelegasikan pada aparat penegak hukum pembalasan menjadi seperti polisi, jaksa, hakim dan sipir melainkan penjara. hubungan antara pelaku dengan korban, kepada negara yang yang pemidanaan kini sehingga tujuannya, menjadi Pelaku (Anak Berkonflik Hukum) keluarga, dan masyarakat yang lebih dan korbannya sedikit sekali mendapat menekankan pada proses pemulihan untuk kesempatan untuk menyampaikan versi menghindari dampak negatif dari proses keadilan yang mereka inginkan. Karena peradilan. disini negara yang menentukan derajat Amanat dalam Undang-undang keadilan bagi korban dengan memberikan sistem peradilan pidana anak memandang hukuman penjara pada pelaku. Sebagai pidana penjara sebagai bentuk pidana konsekuensi anak paling akhir. Sehingga tidak perlu lagi ada dikenai sanksi pidana penjara. Padahal anak yang harus dipenjara. Penjara ibarat dari perbuatannya penjara bukan merupakan tempat yang 28 DS. Dewi, Fatahillah A. Syukur, 2011, Mediasi Penal : Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Anak Indonesia, Indie Publishing, Depok. Hlm 25-26. 29 Eva Achjani Zulfa, 2011, Pergeseran Paradigma Pemidanaan. Lubuk Agung, Bandung. Hlm 63-64. baik untuk pertumbuhan mereka. 27 Lihat dalam Pasal 229 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 154 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA sekolah yang menjadikan anak justru lebih hukum tertulis maupun hukum tidak pandai tertulis.30 lagi dalam melakukan kejahatannya. C. Penutup Penjara sudah seharusnya Anak yang berhadapan dengan ultimum remidium hukum tidak hanya terbatas pada pelaku sebagaimana yang sudah diterapkan dalam saja, melainkan anak sebagai korban dan undang-undang sistem peradilan pidana. anak sebagai saksi. Penyelesaian terhadap Tekankan pengembalian anak yang yang berhadapan diatur dalam kedalam keadaan semula agar para pihak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tetap kembali tentang Sistem Peradilan Pidana Anak beraktifitas secara normal. Pemulihan baik dimana terdapat diversi sebagai bentuk fisik, mental dan sosial tetap harus penyelesaiannya yaitu dengan melakukan dilaksankan, mungkin pengalihan perkara keluar sistem peradilan memaafkan tetapi akan sulit melupakan pidana. Hanya saja untuk dapat diterapkan apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga diversi diperlukan persyaratan tertentu diperlukan kerjasama para pihak terutama selain adanya kesepakatan dari para pihak, keluarga untuk mengembalikan anak dan yaitu tindak pidana yang diancam dibawah membebaskan mereka dalam lingkaran 7 (tujuh) tahun dan tindak pidana tersebut traumatis yang mendalam. bukan merupakan pada nyaman proses dan karena Perlindungan dapat anak anak merupakan merupakan tindak pidana pengulangan. bentuk usaha untuk menciptakan agar anak Hak-hak dan kewajiban korban yang berhadapan dengan hukum dapat sebagai bentuk perlindungan hukum juga tetap melaksanakan hak dan kewajibannya diatur secara lebih spesifik dalam undang- dengan sebaik-baiknya. Semua dilakukan undang sistem peradilan pidana anak yang agar anak dapat tetap tumbuh dengan didasarkan wajar, baik secara fisik maupun psikis dan hukum yang terdiri dari dasar filosofis, etis sosial. Perlindungan anak sebagai bentuk dan yuridis. Pendekatan keadilan restoratif perwujudan eksistensinya keadilan dalam sebagaimana masyarakat. undang-undang sistem peradilan pidana Dengan demikian pada prinsip yang perlindungan ditawarkan dalam perlindungan anak akan selalu membawa 30 akibat hukum, baik kaitannya dengan Maidin Gultom, 2010. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Refika Aditama. Bandung. Hlm.33 155 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA anak juga menekankan pada proses Hadi Supeno, 2010, Kriminalisasi Anak : pemulihan kedalam keadaan semula dalam Tawaran rangka pemenuhan hak-hak dan kewajiban Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, baik terhadap anak yang berhadapan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. dengan hukum. Gagasan Radikal Eva Achjani Zulfa, 2011, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung. Daftar Pustaka Buku Kartini Kartono, 2010, Patologi Sosial Afthonul Afif, Rekonsiliasi, 2015, Pemaafan, :Kenakalan Remaja, Rajawali Press, dan Restorative Jakarta. Justice. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Anang Priyatno, 2012, Maidin Kriminologi. Sigit Pramukti, Anak, Fuady Refika Aditama, Bandung. Pustaka Nandang Sambas, 2010, Pembaharuan Yustisia, Sistem Yogyakarta Rena Anak, Kencana. Jakarta. Hukum Pidana. 1997, Citra 2010, Viktimologi Hukum : terhadap Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Hukum Aditya Anak Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bakti, Genta Publishing, Yogyakarta. Bandung. Wagiati Soetodjo, 2010, Hukum Pidana DS. Dewi, Fatahillah A. Syukur, 2011, Mediasi di Yogyakarta. Citra Aditya, Bandung. Indonesia, Anak Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Yulia, Perlindungan Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Prinst, Pemidanaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta. Bagong Suyatno, 2010, Masalah Sosial Darwan Perlindungan Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Primaharsya, 2015, Sistem Peradilan Pidana 2010, Hukum terhadap Anak dalam Sistem Ombak, Yogyakarta. Angger Gultom, Penal : Anak, Refika Aditama, Bandung. Penerapan Restorative Justice di Pengadilan Jurnal Anak Arif Indonesia,Indie Publishing, Depok. Gosita, 1999, Aspek Hukum Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-hak Anak, Era Hukum. Jurnal 156 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380 JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Ilmiah Hukum. No. 4/Th.V/April 1999. Fakultas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Hukum tentang Lalu Lintas dan Angkutan Tarumanegara, Jakarta. Jalan (LNRI Tahun 2009 Nomor 96) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (LNRI Tahun 2012 Nomor 153) 3. Undang-Undang 157 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380