e-Jurnal Full Upload.1.1

advertisement
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi
Melalui Metode Diskusi Pelajaran PKN Murid
Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
Hj. ROSMAIDA, S.Pd
Guru SD Negeri 153 Pekanbaru
[email protected]
Abstrak
„Kemampuan berargumentasi merupakan kemampuan yang penting dikuasi oleh Murid sejak dini.
Argumentasi digunakan dalam setiap kegiatan ilmiah baik tulis maupun lisan. Bentuk-bentuk
karangan ilmiah seperti: makalah, esai, dan laporan bercorak argumentasi. Dalam komunikasi
lisan, tuturan bercorak argumentasi dipergunakan dalam diskusi, seminar, dan bertukar pendapat.
Dalam kehidupan sehari-hari, argumentasi diperlukan ketika memberikan tanggapan atas suatu
hal, mengajukan atau menolak sebuah pendapat dengan sejumlah alasan yang mendasarinya‟.
Kata Kunci: Kemampuan, Argumentasi, Metode, Diskusi.
LATAR BELALANG
Argumentasi harus kontekstual artinya
berhubungan dengan konteks yang didiskusikan
atau tidak keluar dari kajian yang didiskusikan.
Tidak mencampur-adukkan hal yang satu
dengan hal yang lain yang tidak semestinya
masuk dalam perdebatan. Seringkali ada orang
yang “nyerocos” tanpa berpikir sebelum bicara.
Berargumentasi dalam berdiskusi tidak lepas
dari
tiga
hal,
yaitu
penyampaian
gagasan/pendapat oleh penyaji, penyampaian
sanggahan oleh peserta dan penyampaian
dukungan juga oleh peserta.
Pertama,
Penyampaian gagasan dalam berdiskusi
dikatakan relevan jika tidak lepas dari upayaupaya pemecahan masalah yang didiskusikan.
Namun demikian, masalah sering perlu
diletakkan salam suatu kerangka berpikir atau
latar belakang sehingga masalah tersebut
menjadi benar-benar bernilai untuk dipecahkan.
Pemecahan masalah akan mendasar kalau di
landasi pengetahuan yang mendalam tentang
hakikat masalah termasuk sub-sub masalahnya
secara detail, termasuk kajian yang mendalam
tentang sebab/akibat dari masalah itu.
Pemecahan masalah biasanya akan membawa
konsekuensi-konsekuensi
dan
bisa
jadi
menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu
pemecahan masalah acap kali perlu dijelaskan
konsekuensin-konsekuensinya, juga tentang
langkah-langkah implementasinya agar tidak
menimbulkan masalah baru. Dengan demikian,
jika dalam suatu diskusi pembicaraan masih
berkisar pada :latar belakang masalah, hakikat
masalah, sebab akibat dari masalah, pemecahan
masalah termasuk konsekuensi dan langkah
implementasinya maka pembicaraan itu bisa
dikatakan relevan. Kedua, Memberi tanggapan
terhadap suatu gagasan bisa bersifat positif
(mendukung, menyutujui, membenarkan), bisa
juga bersifat negatif (menolak, menyanggah,
mengkritik) dan ketiga, penyampaian dukungan.
Kemampuan berargumentasi merupakan
kemampuan yang penting dikuasi oleh Murid
sejak dini. Argumentasi digunakan dalam setiap
kegiatan ilmiah baik tulis maupun lisan. Bentukbentuk karangan ilmiah seperti: makalah, esai,
dan laporan bercorak argumentasi. Dalam
komunikasi lisan, tuturan bercorak argumentasi
dipergunakan dalam diskusi, seminar, dan
bertukar pendapat. Dalam kehidupan seharihari, argumentasi diperlukan ketika memberikan
52
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
tanggapan atas suatu hal, mengajukan atau
menolak sebuah pendapat dengan sejumlah
alasan yang mendasarinya.
Dalam
proses
pembelajaran
guru
diharuskan dan memang harus menggunakan
metodologi/metode pembelajaran. Ada banyak
metode. Dalam perkembangan pendidikan,
metode–metode pembelajaran sangatlah banyak
dan beragam, apabila kita lihat dari
perkembangan metode dalam pembelajaran
sangat banyak sekali, seperti: Metode tanya
jawab, ceramah, diskusi,
demonstrasi/
eksperimen, pemberian tugas, kerja kelompok,
sosio drama, bermain peran, karya wisata/dril
latihan, sistem regu, problem solving, proyek
dan lain–lain. Kesemua itu dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar.129
Metode diskusi adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses
belajar mengajar terjadi, di mana interaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat,
saling tukar menukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat terjadi juga
semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai
pendengar saja. Bahkan di dalam Al–Quran
semangat
pembelajaran dengan metode
diskusi bisa kita lihat dari surat An–
Nahl:125, Yaitu: “Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” (QS. AnNahl:125). 130
Metode diskusi merupakan
cara
penyampaian bahan pelajaran yang mana
guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengadakan perbincangan ilmiah,
mengemukakan pendapat dan menyusun
kesimpulan atau menemukan berbagai
alternatif pemecahan masalah. Dari metode
ini sangat mendukung terhadap peningkatan
kemampuan berargumentasi murid.
Adapun judul penelitian ini yaitu „Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi
Melalui Metode Diskusi Pelajaran PKN Murid
Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru‟.
KAJIAN TEORI
Metode berasal dari bahasa Yunani
“Greek”, yakni “Metha”, berarti melalui, dan
“Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya.
Dengan kata lain, metode artinya “jalan atau
cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tertentu.” 131 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah “cara yang
teratur dan berpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud.” 132 Sedangkan
dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah “cara kerja
yang sistematis untuk mempermudah sesuatu
kegiatan dalam mencapai maksudnya. 133
Dalam metodologi pengajaran agama Islam
pengertian metode adalah “suatu cara, seni
dalam mengajar.” 134
Sedangkan secara terminologi atau
istilah, menurut Mulyanto Sumardi, bahwa
metode adalah “rencana menyeluruh yang
berhubungan dengan penyajian materi
pelajaran secara teratur dan tidak saling
bertentangan
dan
didasarkan
atas
approach.” 135 Selanjutnya H. Muzayyin
Arifin mengatakan bahwa metode adalah
131
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Buna Aksara), 1987, h.97.
132
W. J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1986, h. 649.
133
Peter Salim, et-al, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English), 1991, h. 1126.
134
Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama
Islam, (Jakarta: Kalam Mulya), 2001, cet. ke-3, h. 107
135
Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing,
(Jakarta: Bulan Bintang), 1997, h. 12.
129
Zuharaini dkk. Metode Khusus Pendidikan
Agama. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 83 – 112.
130
Departemen Agama RI, Al–Quran dan
Terjemahnya. (Bandung: Dipenogoro, 2007). Hal. 281
53
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
“salah satu alat atau cara untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.” 136
Dari beberapa pengertian tersebut di atas
jelaslah bahwa metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka
diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu
sendiri. Perumusan tujuan yang sejelasjelasnya merupakan persyaratan terpenting
sebelum seorang guru menentukan dan
memilih metode mengajar yang tepat.
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan metode diskusi adalah “Cara belajar
atau mengajar yang melakukan tukar pikiran
antara murid dengan guru, murid dengan
murid sebagai peserta diskusi.” 137 Namun
tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat
dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G.
Arsjad dan Mukti U.S, diskusi pada dasarnya
adalah “Suatu bentuk tukar pikiran yang
teratur dan terarah, baik dalam kelompok
kecil atau besar, dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,
dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah. 138
Sedangkan menurut Zuhairini dkk.,
yang diaksud metode diskusi ialah “suatu
metode didalam mempelajari bahan atau
menyampaikan
bahan
dengan
jalan
mendiskusikannya,
sehingga
berakibat
menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku murid .”139 Dari beberapa
pengertian diatas dapat penulis simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi
ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran
dengan
jalan
bertukarpikiran
atau
mendiskusikannya, baik antara guru dengan
siswa ataupun sesama siswa. Seiring dengan itu,
metode diskusi berfungsi untuk merangsang
murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya
sendiri mengenai persoalan-persoalan yang
kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi
memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang
mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).
Dari beberapa jawaban atau jalan keluar yang
ada bagaimana mendapatkan jawaban yang
paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai
dengan ilmu yang ada pada kita. Jadi, metode
diskusi tidak hanya percakapan atau debat,
melainkan cara untuk mendapatkan jawaban
dari permasalahan yang dihadapi.
Menurut Armai Arief, di dalam bukunya
Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, disebutkan bahwa diantara keunggulan
metode diskusi adalah antara lain:
a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa
mengarahkan perhatian atau pikirannya
kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Dapat menaikan prestasi kepribadian
individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi,
berpikir kritis, sistematis, sabar dan
sebagainya.
c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami
siswa, karena mereka mengikuti proses
berpikir sebelum sampai kepada suatu
kesimpulan.
d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi
peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya
dalam suatu musyawarah.
e. Membantu
murid
untuk
mengambil
keputusan yang lebih baik.
f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu
yang kadang-kadang salah, penuh prasangka
dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat
mempertimbangkan alasan-alasan/pikiranpikiran orang lain.140
Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya
Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa
kekurangan penggunaan metode diskusi antara
lain:
a. Kadang-kadang
bisa
terjadi
adanya
pandangan dari berbagai sudut bagi masalah
yang
dipecahkan,
bahkan
mungkin
pembicaraan
menjadi
menyimpang,
sehingga memerlukan waktu yang panjang.
136
H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan
Agama, (Semarang: PT. CV. Toha Putera), 1987, h. 90.
137
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h.
740
138
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia,(Jakarta:
Erlangga, 1991), Cet. Ke-2, h. 37
139
H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-8, h.
89
140
Armai Arief, pengatar ilmu dan metodologi
pendidikan islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 148149.
54
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian
logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta;
dan tidak merupakan jawaban yang hanya
dugaan atau coba-coba saja.
c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang
besar.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan
yang lebih formal.141
Berkenaan dengan argumentasi menurup
terminologi; argumentasi adalah salah satu jenis
engembangan paragraf dalam penulisan yang
ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau
membujuk [butuh rujukan] pembaca. Dalam
penulisan argumentasi isi dapat berupa
penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan
obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan
sebab akibat.
Tujuannya adalah agar pembaca yakin
bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut
adalah benar dan terbukti. Dilihat dari struktur
informasinya, dalam paragraf argumentasi akan
ditemukan:
a. Pendahuluan, bertujuan untuk menarik
perhatian pembaca, memusatkan perhatian
pembaca kepada argumen yang akan
disampaikan, atau menunjukkan dasar-dasar
mengapa argumentasi dikemukakan.
b. Tubuh
argumen,
bertujuan
untuk
membuktikan
kebenaran
yang
akan
disampaikan dalam paragraf argumentasi
sehingga kesimpulan yang akan dicapai juga
benar. Kebenaran yang disampaikan dalam
tubuh argument harus dianalisis, disusun,
dan dikemukakan dengan mengadakan
observasi, eksperimen, penyusun fakta, dan
jalan pikiran yang logis.
c. Kesimpulan atau ringkasan, bertujuan untuk
membuktikan kepada pembaca bahwa
kebenaran yang ingin disampaikan melalui
proses penalaran memang dapat diterima
sebagai sesuatu yang logis.142
Berargumentasi Melalui Metode Diskusi
Pelajaran PKN Murid Kelas VI di SDN 153
Pekanbaru dapat digambarkan bahwa pada
Siklus I aktivitas proses pembelajaran guru
masih belum terlaksana secara profesional
akan tetapi pada siklus II telah terlaksana
dengan sangat baik. Begitu pula aktivitas
proses pembelajaran siswa pada siklus I
pertama belum terlaksana dengan baik akan
tetapi pada siklus II dapat terlaksana dengan
baik. Siklus I dilakukan untuk melihat
kekurangan dalam pelaksanaan aktivitas
baik guru maupun siswa. Sementara siklus II
adalah perbaikan dari kekurangan yang
ditemukan pada siklus I, sehingga secara
rasional tentu akan didapati perbaikan dan
peningkatan pada proses sebelumnya. Hal
ini tergambar dari proses Silklus I – II dari
aktivitas guru dan siswa di atas. Peningkatan
yang didapati cukup signifikan.
2. Gambaran Peningkatan Aktivitas Murid
Berdasarkan hasil observasi berkenaan
dengan Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berargumentasi Melalui Metode Diskusi
Pelajaran PKN Murid Kelas VI di SDN 153
Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan
aktivitas siswa dari Siklus I – II yaitu:
NO
1
2
3
4
PEMBAHASAN
1. Gambaran Peningkatan Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi berkenaan
dengan Upaya Meningkatkan Kemampuan
5
141
Roetiyah N.K., strategi belajar mengajar,
(jakarta: bina aksara, 1988), cet. Ke-2, hal. 6
142
https://id.wikipedia.org/wiki/Argumentasi
6
55
AKTIVITAS
MURID
Murid
menjawab
salam
Murid
mendengarkan
Orientasi dan
Motivasi Guru
Murid
Mendengarkan
Materi
yang
Akan
didiskusikan
Murid
Membagi
Kelompok
Diskusi
Murid
Mendengarkan
Penyajian
Materi Diskusi
Murid
Mendiskusikan
Materi Setiap
Kelompoknya
FREKUENSI
SIKLUS I
FREKUENSI
SIKLUS II
37
37
29
37
21
37
18
37
5
30
2
30
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
Murid
Memberikan
7
Pendapat atau
Sanggahan
Murid
Mendengarkan
8
Hasil
Kesimpulan
Materi
Siswa
Menutup
9
Pelajaran
dengan Do‟a
JUMLAH MURID
2
30
30
37
37
37
181
312
Dari gambaran tabel di atas dapat
terlihat peningkatan hasil belajar dari
siklus I ke Siklu II. Klasifikasi sangat
tinggi pada siklus I sebanyak 9 murid
dan pada siklus II mendapatkan
peningkatan
menjadi
33
Murid.
Klasifikasi tinggi pada siklus I sebanyak
9 murid dan pada siklus II mendapatkan
peningkatan
menjadi
2
Murid.
Klasifikasi sedang pada siklus I
sebanyak 9 murid dan pada siklus II
hanya menjadi 2 Murid dengan nilai
sedang sementara Klasifikasi rendah
pada siklus I sebanyak 10 murid dan
pada siklus II tidak terdapat murid yang
mendapat nilai rendah.
4. Faktor Lain
Adapun
faktor
lain
yang
mempengaruhi Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berargumentasi Melalui
Metode Diskusi Pelajaran PKN Murid
Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru yaitu
sarana prasarana, lingkungan dan sosial
antar peserta didik.
Dari gambaran tabel di atas dapat
terlihat bahwa pada point Murid
Mendengarkan Penyajian Materi Diskusi
dari 5 menjadi 30. Point Murid
Mendiskusikan
Materi
Setiap
Kelompoknya 2 menjadi 30 dan point
Murid Memberikan Pendapat atau
Sanggahan dari 2 menjadi 30 orang
murid.
Hal ini terlihat ada peningkatan
secara kuantitatif berkenaan dengan
Upaya Meningkatkan
Kemampuan
Berargumentasi Melalui Metode Diskusi
Pelajaran PKN Murid Kelas VI di SDN
153 Pekanbaru dari Siklus I kepada
Siklus II dengan perbandingan angka
kuantitatif 181 menjadi 312
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab
IV dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses Pembelajaran guru dan siswa pada
siklus II terjadi peningkatan dari siklus II.
2. Ada
peningkatan
secara
kuantitatif
berkenaan dengan Upaya Meningkatkan
Kemampuan
Berargumentasi
Melalui
Metode Diskusi Pelajaran PKN Murid Kelas
VI di SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I
kepada Siklus II dengan perbandingan angka
kuantitatif 181 menjadi 312.
3. Evaluasi hasil belajar murid berkenaan
dengan Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berargumentasi Melalui Metode Diskusi
Pelajaran PKN Murid Kelas VI di SDN 153
Pekanbaru terjadi peningkatan dari siklus I
ke Siklu II.
.
3. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar
Murid dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil evaluasi hasil
belajar murid berkenaan dengan Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Berargumentasi Melalui Metode Diskusi
Pelajaran PKN Murid Kelas VI di SDN
153 Pekanbaru dapat digambarkan
peningkatan Hasil Belajar Murid dalam
Pembelajaran dari Siklus I – II yaitu:
KLASIFIKASI
SKOR
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
85-100
71-84
56-70
0-55
-
SIKLUS
I
9
9
9
10
37
SIKLUS
II
33
2
2
37
56
Open Journal System Indragiri Volume 1 Nomor 3 September 2017
REFERENSI
Poerwadarminta, W.J.S, 1986. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, H. Muzayyin, 1987. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Buna Aksara.
Ramayulis, 2001. Metodologi Pengaaran
Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulya.
___________________, ____. Kapita Selekta
Umum dan Agama. Semarang: PT. CV.
Toha Putera.
Salim, Peter, et-al, 1991. Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English.
Arief, Armai, 2002. Pengantar dan Metodologi
Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Sumardi, Mulyanto, 1997. Pengajaran Bahasa
Asing. Jakarta: Bulan Bintang.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S., 1991.
Pembinaan
Kemampuan
Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sholahuddin, Mahfuz, dkk., 1986. Metodologi
Pendidikan Islam. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
Daradjat, Zakiyah, 1995. Metodi Khusus
Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudijono, Anas, 2001. Pengantar Statistik
Pendidikan.
Jakarta:
RajaGrafindo
Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000. Guru Dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djumhur dan Moh. Surya, 1975. Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV.
Ilmu.
Usman, M. Basyiruddin, 2002. Metodologi
Pembelajaran Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Zuhairini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan
Agama. Surabaya: Usaha Nasional.
57
Download