Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 ANALISA PERBANDINGAN FILTER HARMONISASINGLE TUNE DAN DOUBLE TUNE PADA PENYEARAH SINUSOIDAL PULSE WIDTH MODULATION (SPWM) Parlin Siagian1, Usman Baafai2, Marwan Ramli3 Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, 2013 [email protected] Abstrak Penyearah SPWM (sinusoidal pulse width modulation) satu fasa merupakan salah satu peralatan non linier yang banyak dipergunakan di masyarakat. Peralatan ini memberikan arus harmonisa ke jaringan sistem tenaga pada orde harmonisa rendah seperti harmonisa ke-3, 5, 7, 9, 11 dan 13. Oleh sebab itu perlu dilakukan filterisasi harmonisa. Filterisasi harmonisa dilakukan dengan terlebih dahulu merancang filter yang akan digunakan yaitu filter single tune dan double tune. Untuk melihat penurunan harmonisa sebelum dan sesudah menggunakan filter single tune dan double tune pada penyearah SPWM dilakukan melalui simulasi menggunakan program Matlab/simulink pada beban 2000 watt dengan konfigurasi beban R dan RL, pada kondisi beban maksimum dan beban 50%. Arus harmonisa setelah dilakukan filterisasi pada penyearah SPWM untuk semua konfigurasi beban secara keseluruhan telah memenuhi standar IEC61000-3-2 kelas D. Penurunan THDi yang dihasilkan penyearah SPWM sesudah penggunaan filter single tune adalah sebesar 51,9% sampai dengan 87,89% dan pada filter double tune sebesar 51,18% sampai dengan 87,34%. Kata kunci: SPWM, single tune, double tune, matlab, simulink 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak konsumen tenaga listrik menggunakan beban tidak linier, baik konsumen rumah tangga, perkantoran maupun industri yang disebabkan pemakaian peralatan elektronik dan penyearah AC ke DC. Dari peralatan penyearah yang digunakan masyarakat kebanyakan adalah penyearah satu fasa gelombang penuh dibandingkan penyearah tiga fasa yang biasanya dipakai oleh industri. Salah satu jenis penyearah yang banyak digunakan adalah modulasi lebar pulsa atau Pulse Width Modulation (PWM) hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan penyearah dioda dan SCR yang ada sebelumnya seperti tegangan keluaran tidak dapat dikendalikan sehingga besar nilai tegangan keluaran sangat tergantung pada besar tegangan masukan. Sedangkan penyearah SCR menimbulkan distorsi harmonisa yang besar pada jala-jala dan mempunyai faktor daya masukan yang rendah Gelombang tegangan input penyearah SPWM mendekati gelombang sinusoidal murni, akan tetapi gelombang arus input bukan merupakan gelombang sinusoidal murni tetapi mengandung distorsi harmonisa ke jaringan. Harmonisa yang ditimbulkan oleh penyearah perlu dikurangi agar tidak mengganggu kerja peralatan lain yang tersambung pada sumber yang sama. Untuk menurunkan harmonisa dapat dilakukan dengan menggunakan filter pasif seperti filter single tune.Selain filter single tune dapat digunakan filter double tune yang mempunyai fungsi yang sama seperti single tune yang mana meredeuksi beberapa frekuensi harmonisa pada frekuensi tertentu yang dipilih. Pemasangan filter double tune ini juga dapat digunakan untuk tingkat daya kecil sampai daya besar. Filterisasi ini dilakukan sampai diperoleh nilai harmonisa sesuai standar IEC 61000-3-2. Penggunaan filter pasif harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat, karena tanpa melakukan perhitungan yang tepat akan semakin mendistorsi gelombang input penyearah SPWM dan tidak mereduksi harmonisa yang dihasilkan. Filterisasi terhadap harmonisa yang dihasilkan penyearah SPWM dapat dilakukan dengan filter pasif jenis LCL sehingga diperoleh harga yang sesuai standar IEC 61000-3-2. Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 56 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 Penelitian ini bermaksud menganalisa perbandingan penggunaan filter harmonisa jenis single tune dengan double tune yang akan mereduksi atau mengurangi harmonisa pada input penyearah SPWM. 1.2 Permasalahan 1. Penyearah SPWM adalah penyearah yang menghasilkan arus harmonisa ke dalam system jaringan tenaga listrik sehingga diperlukan cara merancang filter single tune dan double tune untuk mereduksi harmonisa tegangan dan arus harmonisa pada penyearah SPWM satu fasa. 2. Bagaimana harmonisa yang dihasilkan sebelum dan sesudah filter single tune dan double tune terpasang pada penyearah SPWM satu fasa? 3. Bagaimana perbandingan harmonisa setelah filterisasi dengan menggunakan filter single tune dan double tune pada penyearah SPWM satu fasa? yang mempunyai suatu frekuensi yang merupakan kelipatan dari frekuensi dasarnya. Sedangkan interharmonisa adalah penyebaran komponen pada frekuensi yang bukan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi dasar sistem. Gambar 2.2 adalah ilustrasi dari bentuk gelombang fundamental, gelombang harmonik dan gelombang yang terdistorsi. Misalnya bila frekuensi fundamentalnya (h1) 50 Hz maka harmonisa ke-3 (h3) adalah gelombang sinusoidal dengan frekuensi 150 Hz, harmonisa ke-5 (h5) gelombang sinusoidal dengan frekuensi 250 Hz, harmonisa ke-7 (h7) gelombang sinusoidal dengan frekuensi 350 Hz dan seterusnya. Gambar 1.Bentuk tegangan dan arus akibat harmonisa 1.3 Batasan masalah Batasan permasalahan pada penelitian nini adalah:: 1. Penyearah SPWM yang digunakan merupakan penyearah SPWM satu fasa yang menggunakan IGBT. 2. Beban yang digunakan adalah beban resistif murni dan beban RL. 3. Filter single tune dan double tune untuk mereduksi harmonisa dipasang pada bagian input penyearah SPWM. 4. Analisa harmonisa hanya dibagian input penyearah SPWM. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan penggunaan filter harmonisa single tune dan double tune pada penyearah SPWM satu fasa dan merancang model filter single tune dan double tune untuk meredam harmonisa untuk mencapai standar yang ditentukan oleh IEC 610003-2 2. ISSN : 2301-9425 2.1 Prinsip kerja penyearah PWM Prinsip dasar daripada penyearah SPWM satu fasa adalah mengatur waktu untuk mematikan atau menyalakan masing-masing IGBT pada jembatan penyearah. Prinsip dasarnya dapat dijelaskan dengan mempergunakan Gambar 2.6 dimana IGBT pada gambar tersebut digantikan dengan S1, S2, S3 dan S4. Pada setengah siklus gelombang pertama, S1 dan S2 akan tertutup pada waktu yang bersamaan S3 dan S4 terbuka, arus akan mengalir melalui S1 melewati beban dan mengalir lagi melalui S2 menuju trafo. Pada setengah siklus berikutnya S1 dan S2 akan terbuka, pada saat yang sama S3 dan S4 akan tertutup arus mengalir melalui S4 kemudian mengalir ke beban selanjutnya melewati S3 dan kembali lagi menuju trafo. Dasar Teori Harmonisa dapat dinyatakan sebagai suatu penyebaran komponen dari gelombang periodik Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 57 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 dipindahkan ke beban. Pada saat yang sama, arus dari kapasitor C mengalir juga ke beban. Rangkaian ekuivalen untuk moda operasi ini ditunjukkan pada Gambar 4: Gambar 2. Rangkaian ekuivalen penyearah jembatan PWM satu fasa Adapun prinsip kerja dari keempat saklar pada rangkaian ekuivalen penyearah SPWM Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Selama 0 ≤ t ≤ dTs, Saklar S3 dan S4 terhubung (ON), arus Is mengalir dari jala-jala sumber Vs melalui Ls, S4, C, S3 dan kembali ke jala-jala. Pada interval waktu ini magnituda arus induktor naik dan energi disimpan dalam induktor. Rangkaian ekuivalen untuk keadaan ini ditunjukkan pada Gambar 3: Gambar 4. Rangkaian ekuivalen PWM untuk keadaan setengah siklus positif kedua Untuk operasi frekuensi konstan, tegangan ratarata dari induktor selama satu siklus pensaklaran dalam kondisi setengah mantap (quasi steady-state) adalah seimbang, yaitu [8]: atau: sehingga: dimana: Gambar 3. Rangkaian ekuivalen PWM untuk setengah siklus positif pertama [8] Persamaan arus yang mengalir pada rangkaian ditunjukkan dalam Persamaan (1) dan (2): 2. Selama d.Ts ≤ t ≤ Ts, S3 dan S4 tidak terhubung (off), S1 dan S2 terhubung, arus Is mengalir dari jala-jala sumber Vs melalui L, D1, beban, D2, dan kembali ke jala-jala. Pada interval waktu ini, arus induktor turun dan energi dari induktor d = siklus kerja saklar S2 dan S3 Is = arus masukan Vs = tegangan masukan Vo = tegangan keluaran VL = tegangan inductor tON = waktu terhubung saklar S2 dan S3 tOFF = waktu padam saklar S2 dan S3 2.2 Batasan Harmonisa Untuk mengurangi harmonisa pada suatu sistem secara umum tidaklah harus mengeliminasi semua harmonisa yang ada, tetapi cukup dengan mereduksi sebagian harmonisa tersebut sehingga diperoleh nilai dibawah standar yang diizinkan. Hal ini berkaitan dengan analisa secara teknis dan ekonomis, dimana dalam mereduksi harmonisa secara teknis dibawah standar yang diizinkan sementara dari sisi ekonomis tidak membutuhkan biaya yang besar. Standar yang digunakan sebagai batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical Commission (IEC) yang mengatur batasan harmonisa pada beban beban kecil satu fasa ataupun tiga fasa. Untuk beban tersebut umumnya digunakan standar IEC 61000-32. Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 58 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 Tabel 1. Batasan arus harmonisa menurut IEC 61000-3-2 Harmonisa Arus harmonisa maksimum yang ke-n diizinkan (A) Harmonisa Ganjil 3 2,30 5 1,14 7 0,77 9 0,40 11 0,33 13 0,21 15≤n≤39 2,25/n 3.2 Filter Harmonisa Tujuan utama dari filter harmonisa adalah untuk mengurangi amplitudo satu frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus. Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. 3.3 Filter single tune ISSN : 2301-9425 hubungan seri komponen-komponen pasif induktor, kapasitor dan tahanan. Adapun langkah-langkah dalam merancang filter single tune untuk orde harmonisa ke-h: a. Menentukan ukuran kapasitor Q, berdasarkan kebutuhan daya reaktif untuk perbaikan faktor daya, dimana daya reaktif kapasitor Qc dapat ditentukan dengan Persamaan (2.38). Dimana: P= beban (kW) , b. Menentukan reaktansi kapasitor (Xc): Dimana, V: tegangan terminal filter c. Menentukan kapasitansi dari kapasitor (C): d. Menentukan reaktansi induktif dari induktor ( ) pada saat resonansi seri: dimana : orde harmonisa yang dituning. e. Menentukan induktansi dari induktor (Ln): Gambar 5. Rangkaian listrik filter single tune Filter single tune (ST) adalah rangkaian R, L dan C yang dihubungkan secara seri yang ditala untuk meredam satu frekuensi harmonisa saja, umumnya memiliki karakteristik impedansi harmonisa yang rendah. Total impedansi yang diberikan adalah: f. Menentukan reaktansi karakteristik filter pada orde tuning: dari g. Menentukan tahanan (R) dari inductor dimana Q: faktor kualitas filter. 3. 3.2 Filter double tune Perancangan filter single tune Perancangan filter single tune untuk menentukan besarnya komponen-komponen dari filter single tune tersebut, dimana filter single tune terdiri dari Rankaian dari sebuah ditunjukkan oleh Gambar 6: Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan filter double tune 59 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 Gambar 6. Rangkaian dasar filter double tune [11] Sebuah filter double tune adalah diturunkan dari dua buah filter single tune seperti Gambar 7: Gambar 8. Grafik hubungan impedansi (Z) vs frekuensi (ω) filter single tune paralel dan filter double-tune ekuivalen [11] Berikut ini merupakan transformasi atau konversi dua buah filter single tune pada frekuensi yang berbeda menjadi filter double tune [11,14]. Gambar 7. Konversi filter single tune menjadi double tune. (a) filter single tune paralel, (b) ekuivalen filter double tune. Penggambaran karakteristik filter berupa hubungan antara impedansi filter (Z) versus frekuensi sudut (ω) antara dua buah filter single tune dan satu buah filter double tune ekuivalennya terlihat pada Gambar 8: Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 60 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 Dimana: Umumnya R1 tetap sedangkan R2 dan R3 dimodifikasi sehingga impedansi mendekati resonansi yang mana dalam prakteknya sama. Sedangkan L1 akan mempunyai tahanan yang sama yang mana nilainya sesuai dengan Persamaan (2.50). 4. Pelaksanaan Penelitian Pada penelitian ini akan digunakan metode simulasi dengan menggunakan program komputer Matlab/Simulink versi 7.7 R2008b untuk menganalisis penggunaan dua buah filter untuk meminimalisir harmonisa pada sisi input suatu penyearah SPWM satu fasa. Dalam hal ini ada empat rangkaian kerja yang diperlukan, yaitu rangkaian penyearah SPWM satu fasa sebelum pemasangan filter single tune dengan beban R dan beban RL. Setelah diperoleh data simulasinya, maka pada rangkaian tersebut dipasang filter single tune dan dipasang filter double tune. Berikut ini adalah digram alir pelaksanaan penelitian: Gambar 9. Diagram alir pelaksanaan penelitian 4.2 Rangkaian Simulasi Sebelum dilakukan simulasi maka terlebih dahulu dihitung besar tahanan (R) dan induktansi (L) yang terpasang pada rangkaian. Ada beberapa ketentuan untuk merancang rangkaian simulasi yaitu sebagai berikut: 1. Tegangan input (Vrms) adalah 220 Volt merupakan tegangan rms jala-jala satu fasa. Daya output beban (Pout) dimisalkan sebesar 2000 Watt. Frekuensi input adalah 50 Hz yang Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 61 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 merupakan frekuensi jala-jala sumber tenaga listrik di Indonesia dan frekuensi switching IGBT adalah 2000 Hz. 2. Sebelum dilakukan simulasi akan diambil dua kondisi konfigurasi beban yang mewakili kondisi beban penyearah pada umumnya. Yaitu beban maksimum atau Vdcmax hal ini karena pada kondisi ini adalah kemampuan maksimum penyearah dan beban 50% beban maksimum atau Vdc50% karena pada saat Vdc50% effisiensi penyearah paling rendah atau terburuk sebesar 13,42% [5]: 3. Tegangan dc output maksimum (Vdcmax) dihitung dengan menggunakan Persamaan: Dengan frekuensi switching IGBT = 2000 Hz, maka ada 2000 buah pulsa dalam satu periode. Jumlah pulsa untuk setengah periode dari 0 sampai π adalah 2000/2=1000 pulsa. Dengan demikian jumlah pulsa yang akan dijumlahkan sebanyak 1000 buah (p=1000) dan ISSN : 2301-9425 maka diperoleh Vdcmax = 198,1675 Volt 198 Volt. 4. Beban penyearah SPWM untuk kondisi beban maksimum penyearah dihitung sebagai berikut: 5. Beban penyearah SPWM untuk kondisi beban 50% beban maksimum penyearah dihitung sebagai berikut: Tegangan output dc pada saat ketika Vdc = Vdc50%. . Untuk menghitung hasilnya dapat menggunakan bantuan program Matlab berikut ini: function Vdc a=0; c=220; vm=1.4142*c; pi=3.14; alfa_m=0; delta_m=0; n=1000; for alfa_m=1:n; delta_m=1:n; Vd=(vm/pi)*((cos(alfa_m*(p i/n)))cos(alfa_m*(pi/n)+(pi/n))) ; a=Vd+a; end abs(a) 6. Induktansi beban (L) ketika Vdc = Vdc50% : Diasumsikan XL = (3R) Ω 7. Induktansi beban (L) ketika Vdc = Vdcmax, dengan nilai R = 20 Ω Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 62 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 8. Untuk membuat kondisi beban R dan L pada beban Vdcmax dan Vdc50% dilakukan dengan mengatur induktansi input dan indeks modulasi pada rangkaian kontrol pulsa IGBT. Pada penyearah SPWM pengaturan tegangan dc output dapat dilakukan dengan mengatur lebar pulsa gate IGBT. Pulsa gate IGBT yang digunakan pada simulasi ini dihasilkan oleh generator 4 pulsa. Generator 4 pulsa ini menghasilkan gelombang seperti Gambar 10: Gambar 12. Model Simulink rangkaian simulasi SPWM IGBT Selected signal: 0.6528 cycles. FFT window not shown (invalid settings) 1.25 1 G1 4.3 Perhitungan Parameter Filter Single Tune Selected signal: 0.6528 cycles. FFT window not shown (invalid settings) 1.250 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 Time (s) G3 1 Selected signal: 0.6528 cycles. FFT window not shown (invalid settings) G2 G4 Mag (% of Fundamental) Mag (% of Fundamental) Mag (% of Fundamental) Mag (% of Fundamental) 1.25 200 0 0.002 0.004 1 0.006 0.008 0.01 0.012 Time (s) 15 10 Selected signal: 0.6528 cycles. FFT window not shown (invalid settings) 1.25 0 20 0 0.002 0.004 51 0.006 0.008 0.01 0.012 Time (s) 15 0 10 200 0 0 100 200 0.002 300 0.004 0.006 600 700 0.008 800 0.01 900 1000 0.012 Time (s) 5 15 0 10 400 500 Frequency (Hz) 0 100 200 300 400 500 Frequency (Hz) 600 700 800 900 1000 0 100 200 300 400 500 Frequency (Hz) 600 700 800 900 1000 Gambar 10: Gelombang pulsa gate IGBT dari atas ke bawah: pulsa IGBT1, IGBT3, IGBT2, IGBT4 20 Filter single tune dirancang dengan menggunakan rumus-rumus pada sub Bab 2.6.4, yaitu Persamaan (7) sampai (13). Untuk penyearah SPWM dengan beban R= 5 Ω perhitungan parameter filter single tune adalah sebagai berikut: 1. Menghitung kebutuhan daya reaktif yang diperlukan oleh rangkaian sesuai dengan cos φ yang ada mula-mula (cos φ1) menjadi nilai yang diinginkan (cos φ2). Daya reaktif yang diperlukan adalah: 5 15 0 10 5 Adapun rangkaian simulasi Simulink pembangkit pulsanya adalah seperti Gambar 11: 0 0 100 200 300 400 500 Frequency (Hz) 600 700 800 900 1000 2. Menghitung nilai reaktansi kapasitif filter yang diperlukan: Untuk dua buah filter single tune yang akan dipasang yaitu filter harmonisa orde ke-3 dan orde ke-5, maka kebutuhan daya reaktif masing masing filter adalah kebutuhan total dibagi dengan jumlah filter single tune yang akan dipergunakan orde ke-3 dan 5 yaitu: Gambar 11. Model Simulink rangkaian kontrol pembangkit 4 pulsa IGBT SPWM 3. Harga C dari masing-masing filter adalah: Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 63 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 ISSN : 2301-9425 4. Harga XL dari masing-masing filter adalah: Dari perhitungan di atas diperoleh parameterparameter filter single tune masing-masing orde harmonisa ke-3 dan 5 seperti ditunjukkan oleh Tabel 2: Tabel 2. Parameter filter single tune untuk filter harmonisa orde ke-3 dan 5 dengan beban R =5Ω 5. Harga Ln dari masing-masing filter adalah: 6. Harga R (Ω) L (mH) C (µF) Filter h(3) 0,0372 3,9 285,59 Filter h(5) 0,0223 1,4 285,59 dari masing-masing filter adalah: Gambar 13. Model Simulink rangkaian simulasi SPWM IGBT dengan filter single tune 4.4 Perhitungan Parameter Filter Double Tune Parameter filter double tune dilakukan dengan menggunakan parameter filter single tune dan rumus-rumus dari Persamaan (7) sampai (19). Untuk penyearah SPWM adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil perhitungan parameter filter double tune Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 64 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 Parameter filter Nilai hasil perhitungan R1 (Ω) 0,1 L1 (mH) 1,04 C1 (µF) 571,11 R2 (Ω) 0,00179 L2 (mH) 0,29711 C2 (µF) 2579,3 R3 (Ω) 0,02659 ISSN : 2301-9425 dengan menggunakan filter single tune yang diparalelkan sebanyak 2 buah untuk Vdc50% beban R= 5 Ω, RL(R = 5 Ω, L= 50 mH) maka THDi secara keseluruhan dapat diturunkan menjadi di bawah 5,0%. Namun untuk kondisi Vdcmax beban maksimum dengan RL(R= 20 Ω, L = 200 mH) THDi masih berada sedikit di atas 5,0%. Tabel 4. Perbandingan THDi sebelum dan sesudah pemasangan filter single tune THDi (%) Beban Orde harmonisa yang difilter Awal Akhir R=5 Ω 4,22 2,03 3 dan 5 R=20 Ω 28,99 3,51 3,5,7 dan 9 14,88 4,46 32,50 9,28 R=5 Ω, L=50 mH R=20 Ω, L= 200 mH 3 dan 5 3,5,7 dan 9 5.3 Pengaruh penggunaan filter double tune untuk mengurangi harmonisa penyearah SPWM Gambar 14. Rangkaian simulasi penyearah SPWM IGBT dengan filter double tune 5. Hasil dan Analisis Setelah dilakukan simulasi pada penyearah SPWM satu fasa dengan beban-beban R dan RL sebelum dilakukan filterisasi nilai THDv untuk semua rangkaian tidak melewati standar IEC610003-2 yaitu 0%. Dari semua konfigurasi beban yang dilakukan simulasi harga THDi sebelum pemasangan filter melebihi standar yang ditetapkan IEC61000 3-2 kelas D. Sebelum pemasangan filter rangkaian simulasi untuk menghasilkan tegangan keluaran dilakukan dengan mengatur pulsa masukan ke setiap gate IGBT. Oleh karena itu pulsa untuk menghidupkan atau mematikan IGBT harus dapat menghasilkan tegangan dc keluaran yang diinginkan dalam penelitian ini. Secara teratur lebar pulsa akan berubah sesuai dengan frekuensi gelombang referensi pada generator pulsa untuk IGBT. Secara teori hal ini sesuai dengan pembahasan pada landasan teori tentang pengaturan pulsa gate IGBT. Penggunaan filter double tune dilakukan dengan berdasarkan pada perancangan filter single tune, yaitu ditune pada orde yang arus harmonisa yang besar dan melebihi standar IEC61000-3-2 kelas D. Dengan mengacu pada parameter filter single tune diperoleh perbandingan hasil filterisasi antara dua buah filter single tune dengan sebuah filter double tune dengan frekuensi tune yang sama. Pada simulasi penggunaan filter double tune untuk berbagai konfigurasi beban diperoleh penurunan THDi yang cukup besar, walaupun ada konfigurasi beban yang nilainya masih di atas 5% untuk Vdc50% beban R= 5 Ω, R= 20 Ω, RL(R= 5 Ω, L= 50 mH) maka THDi secara keseluruhan dapat diturunkan menjadi di bawah 5,0%. Namun untuk kondisi Vdcmax beban maksimum dengan, RL(R= 20 Ω, L = 200 mH) nilai THDi masih berada di atas 5,0%. Tabel 5. Perbandingan THDi sebelum dan sesudah pemasangan filter double tune THDi (%) 5.2 Pengaruh Penggunaan Filter Single Tune Beban Untuk Mengurangi Arus Harmonisa Penyearah SPWM R=5 Ω Pada simulasi penggunaan filter single tune untuk berbagai konfigurasi beban diperoleh bahwa Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan Awal Akhir 4,22 2,06 Orde harmonisa yang difilter 3 dan 5 65 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 R=20 Ω R=5 Ω, L=50 mH R=20 Ω, L= 200 mH 28,99 3,67 14,88 4,46 32,50 9,50 3,5,7 dan 9 3 dan 5 3,5,7 dan 9 5.4 Perbandingan Hasil Penggunaan Filter Single Tune dan Double Tune Pada Penyearah SPWM Pemasangan filter single tune dan double tune mampu menurunkan harmonisa yang dihasilkan penyearah SPWM. Penurunan harmonisa yang dihasilkan oleh kedua filter tersebut berbeda satu sama lain. Untuk melihat harmonisa yang dapat dikurangi oleh masing-masing filter tersebut, maka harmonisa yang dihasilkan setelah filterisasi dengan menggunakan filter single tune dibandingkan dengan harmonisa yang dihasilkan setelah penggunaan filter double tune. Perbandingan hasil filterisasi ditunjukkan oleh Tabel 6 sampai Tabel 10. Tabel 6. Perbandingan arus harmonisa hasil filterisasi filter single tune dengan double tune pada penyearah SPWM beban R= 5 Ω Para- Se- meter belum ISSN : 2301-9425 arus harmonisa orde ke-3 dengan filter single tune dari nilai 2,38 A menjadi 0,11 A atau sebesar 95,37% dan dengan filter double tune menjadi 0,35 atau 85,29%, pada harmonisa orde ke-5 dengan filter single tune dari nilai 0,27 menjadi 0,01 atau 96,30% dan dengan filter double tune menjadi 0,02 atau 88,66%. Sementara itu pada orde lain seperti orde ke-7 dan ke-9 juga terkoreksi, hal ini disebabkan kecuraman kurva filter single tune yang akan berpengaruh kepada frekuensi di sekitar orde tuning-nya. Pada filter double tune pada frekuensi di sekitar orde tuning penurunan arus harmonisanya tetap ada namun tidak sebesar akibat filter single tune. Tabel 7. Perbandingan arus harmonisa hasil filterisasi filter single tune dengan double tune pada penyearah SPWM beban R= 20 Ω Sebelum Setelah Filterisasi MengMenggunakan filter gunakan filter single tune double tune 91,40 193,15 193,56 Setelah Filterisasi Para meter Ifund (A) Meng- Meng- I3 (A) 25,21 0,52 2,45 gunakan gunakan I5(A) 4,19 0,02 0,20 filter single filter double I7(A) 0,30 0,01 0,13 tune tune I9(A) 0,21 0,00 0,01 Ifund (A) 67,02 77,43 77,46 I11(A) 0,18 0,06 0,06 I3 (A) 2,38 0,11 0,35 I13(A) 0,12 0,06 0,06 I5(A) 0,27 0,01 0,02 I7(A) 0,08 0,04 0,04 I9(A) 0,02 0,02 0,01 I11(A) 0,01 0,01 0,01 I13(A) 0,02 0,02 0,01 Dari Tabel 6 dapat dianalisa bahwa perancangan parameter filter single tune dan double tune dapat menurunkan arus harmonisa pada frekuensi tuningnya yaitu harmonisa orde ke-3 dan 5. Penurunan Pada Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa dengan melakukan filterisasi terhadap arus harmonisa untuk 4 orde frekuensi sekaligus yaitu orde ke-3, 5, 7 dan 9 kejadian yang sama tetap terjadi sebagaimana analisa Tabel 6 seperti penurunan arus harmonisa pada frekuensi di dekat orde yang difilter. Penurunan arus harmonisa pada orde harmonisa yang difilter juga mengalami penurunan yang besar yaitu orde ke-3(97,94%), ke-5(96,67%), ke7(99,52%) dan ke-9(100%) atau secara umum di atas 95% pada kedua jenis filter single tune dan double tune. Pada orde ke-11 penurunan arus sebesar 66,66% dan 84% pada orde ke-13. Tabel 8. Perbandingan arus harmonisa hasil filterisasi filter single tune dengan double Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 66 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 tune pada penyearah SPWM beban R= 5 Ω, L=50 mH Setelah Filterisasi Parameter Sebelum filterisasi Ifund (A) 8,54 9,40 9,38 I3 (A) 2,22 0,34 0,35 I5(A) 1,19 0,07 0,08 I7(A) 0,71 0,02 0,03 I9(A) 0,44 0,01 0,01 I11(A) 0,26 0,13 0,13 I13(A) 0,16 0,13 0,13 ISSN : 2301-9425 dapat menurunkan arus harmonisa cukup besar. Semua konfigurasi beban yang digunakan dalam simulasi rata-rata arus harmonisa ganjil telah memenuhi standar standar IEC61000-3-2 mengenai arus harmonisa ganjil pada peralatan kelas D. Mengguna kan filter single tune Menggunakan persentase penurunan filter double Tabel 10. Perbandingan THDi menggunakan filter single tune dan tune double tune Ifund 18,65 26,58 26,65 (A) THDi I3 (A) 2,46 0,04 0,11 sebelum THDi setelah Penumengmenggunakan I5(A) 0,71 0,01 0,00 Beban runan gunakan filter (%) I7(A) 0,30 0,18 0,17 filter (%) (%) I9(A) 0,23 0,15 0,15 Single 2,03 51,90 tune I11(A) 0,13 0,11 0,11 R= 5 Ω 4,22 Double 2,06 51,18 I13(A) 0,11 0,07 0,07 tune Single 3,51 Analisa Tabel 8 memperlihatkan penurunan arus tune 87,89 R= 20 Ω 28,99 harmonisa terbesar pada orde harmonisa yang Double 3,67 87,34 difilter dan penurunan juga terjadi pada frekuensi di tune dekat frekuensi harmonisa yang difilter. Single 4,46 R= 5 Ω, tune 70,03 Tabel 9. Perbandingan arus harmonisa hasil L= 50 14,88 Double filterisasi filter single tune dengan double mH 4,46 70,03 tune tune pada penyearah SPWM beban R = 20 Single Ω, L = 200 mH 9,28 R= 20 Ω, tune 71,45 L= 200 32,5 Double mH 9,50 tune 70,77 Setelah Filterisasi Sebelum filter Parameter Dari Tabel 10 dapat kita amati bahwa pada filter double filterisasi single beberapa konfigurasi beban pada penyearah SPWM tune tune untuk menurunkan harmonisa arus ke-3, 5, 7 dan 9 Analisa Tabel 9 memperlihatkan penurunan arus harmonisa terbesar pada orde harmonisa yang difilter dan penurunan juga terjadi pada frekuensi di dekat frekuensi harmonisa yang difilter. Dari Tabel 6 sampai Tabel 9 terlihat bahwa penggunaan filter pasif single tune dan double tune ternyata dengan menggunakan filter single tune lebih baik dibandingkan filter double tune. Secara keseluruhan THDi yang menjadi ukuran keseluruhan arus harmonisa yang dihasilkan peralatan telah dapat diturunkan dengan menggunakan filter single tune dan double tune. Sebagai contoh untuk penyearah SPWM dengan beban R= 20 Ω, menggunakan filter single tune THDi awal 28,99% dapat diturunkan menjadi 3,51% dan filter double tune menjadi 3,67%. Ini berarti menurunkan harmonisa arus sebesar 87,89% untuk single tune dan 87,34% untuk filter double tune. Dari Tabel 10 juga menunjukkan hasil filterisasi untuk semua konfigurasi beban dalam penelitian ini. 6. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 1. Penyearah SPWM yang menghasilkan arus harmonisa ke dalam sistem jaringan tenaga Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 67 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 listrik dengan filter single tune dan double tune menghasilkan penurunan arus harmonisa sampai di bawah standar IEC610003-2 kelas D. Filter single tune menurunkan arus harmonisa lebih baik dibandingkan dengan filter double tune. 2. Arus harmonisa yang dihasilkan penyearah SPWM satu fasa dengan beban sebesar 2000 watt sebelum pemasangan filter single tune dan double tune berada di atas standar IEC610003-2 kelas D. Sedangkan nilai THDi yang dihasilkan untuk beban R= 5 Ω sebesar 4,22%, R= 20 Ω sebesar 28,99%, RL(R = 5 Ω L= 50 mH) sebesar 14,88% dan RL(R= 20 Ω, L= 200 mH) sebesar 32,5%. Sementara itu sesudah filter single tune dan double tune terpasang pada penyearah SPWM satu fasa nilai arus harmonisa sudah sesuai standar IEC61000-3-2. 3. THDi yang dihasilkan rangkaian setelah pemasangan filter single tune untuk bebanbeban R= 5 Ω sebesar 2,03%, R= 20 Ω sebesar 3,51%, RL(R= 5 Ω L= 50 mH) sebesar 4,46%, RL(R= 20 Ω, L= 200 mH) sebesar 9,28%. THDi yang dihasilkan rangkaian setelah pemasangan filter double tune untuk bebanbeban R= 5 Ω sebesar 2,06%, R= 20 Ω sebesar 3,67%, RL(R= 5 Ω L= 50 mH) sebesar 4,46% dan RL(R= 20 Ω , L= 200 mH) sebesar 9,50%. B. Saran 1. Pada penyearah SPWM satu fasa penggunaan filter single tune dan double tune dipergunakan pada frekuensi harmonisa tertentu yang dipilih. Perlu ada filter harmonisa jenis lain untuk mengurangi harmonisa pada orde tinggi untuk beban maksimum penyearah SPWM satu fasa. DAFTAR PUSTAKA [1] Mohan, N. et.al., Power Electronics: Converters, Application and Design, John Willey and son, Inc., 1995. [2] Rivas, Darwin, et al, Improving Passive Filter Compenstion Performance with Active Techniques, IEEE, 2000, pp. 232. [3] Babu, G. Suresh, Design Of Optimal Tuning Frequency Of A Single Tuned Harmonic Filter ISSN : 2301-9425 For An Alternator With Rectifier, Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 2010. [4] Zargari, Navid R., et al., Input Filter Design for PWM Current-Source Rectifiers, IEEE 1994, pp. 1557. [5] Lastya, Hari Anna, Analisa Perbandingan Perancangan Filter LCL Pada Penyearah terkendali satu Fasa Full Converter Dengan Penyearah PWM Satu Fasa Full Bridge, Program Studi Magister Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan 2012. [6] Kusko, Alexander and Thompson, Marc T., Power quality in Electrical Systems, Mc Graw Hill Companies Copyright © 2007, pp. 55. [7] J. Bauer, Single-Phase Pulse Width Modulated Rectifier, Vol. 48 No. 3/2008. [8] Ahmudiarto, Yoyon, Aplikasi IGBTs Pada Static Inverter Kereta Rel Listrik Jabotabek, Buletin IPT, No. 1, Vol. VII, Januari - Februari 2001, ISSN 0854-4700. [9] Basu, Supratim, Bollen, Math H.J. and Undeland, Tore M. PFC Strategies In Light Of EN66 61000-3-2, Department Of Power Electronics Norwegian University Of Science And Technology, Trondheim, Norway, 2004. [10] Cho, Young-Sik and Cha, Hanju, Single-tuned Passive Harmonic Filter Design Considering Variances of Tuning and Quality Faktor, Journal of International Council on Electrical Engineering Vol. 1, No. 1, pp. 7-10, 2011. [11]. Das, J. C, Power System Analysis-ShortCircuit Load Flow and Harmonics, Marcel Dekker, Inc, 2002, Chapter 20, pp. 25-26. [12] Basu, Supratim, , Single Phase Active Power faktor Correction Converter, Thesis For The Degree Of Doctor of Philosophy, Chalmers University Technology, Goteborg, Sweden, 2006. [13] Dugan, Roger C. et al, Electrical Power System Quality, McGraw-Hill Companies, 2004. [14] Arrillaga. J. and N.R. Watson, Power System Harmonics, Second Edition John Wiley & Sons, Ltd ISBN: 0-470-85129-5, 2003. Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan 68 Pelita Informatika Budi Darma, Volume III Nomor : 2 , April 2013 Diterbitkan Oleh : STMIK Budi Darma Medan ISSN : 2301-9425 69