Ipomea reptans Poir - Digital Library UNS

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh Variasi Dosis Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)
sebagai Agen Sedatif dengan Melihat Lama Waktu Tidur Mencit Balb/c
Berdasarkan Parameter Refleks Balik Badan
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh:
ANAFIA AZZAHRA PRATIWI
M 3509005
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis didalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta,
Juli 2012
Anafia Azzahra Pratiwi
NIM. M3509005
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh Variasi Dosis Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir)
sebagai Agen Sedatif dengan Melihat Lama Waktu Tidur Mencit Balb/c
Berdasarkan Parameter Refleks Balik Badan
ANAFIA AZZAHRA PRATIWI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Masyarakat telah menggunakan kangkung darat (Ipomea reptans Poir) secara
luas sebagai sayuran. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggara
(2009) dilaporkan bahwa ekstrak kangkung darat dosis 2mg/kgBB memberikan efek
sedasi dengan metode rotarod. Oleh karena itu perlu dilakukan uji efek sedasi ekstrak
kangkung darat dengan berbagai variasi dosis untuk mengetahui pengaruh variasi dosis
dengan metode reflek balik badan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test
Only Controlled Group Design. menggunakan mencit jantan galur balb/c.Hewan
percobaan dibagi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 mencit. Kelompok I sebagai
kontrol negatif menggunakan aquadest. Kelompok II sebagai kontrol positif
menggunakan luminal 6mg/kgBB. Kelompok III, IV, V diinjeksi ekstrak dengan dosis 8
mg/KgBB, 16 mg/KgBB dan 32 mg/KgBB secara peroral. Pengamatan dilakukan dengan
mencatat lama waktu tidur mencit yang ditandai dengan kembalinya refleks balik badan
mencit. Data dianalisa menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi ekstrak kangkung darat berpengaruh
terhadap lama waktu tidur mencit. Dosis 32 mg/KgBB memberikan waktu tidur terlama.
Kata Kunci : Ipomea reptans Poir, balik badan, efek sedasi.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Effect of dose variation of Ipomea reptans Poir’s Extract
Sedative Agent For Mice Sleep Duration
Based on Body Back Reflex
ANAFIA AZZAHRA PRATIWI
D3 Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Community has been using Ipomea reptans Poir’s extract extensively as a
vegetable. Based on previous research, Ipomea reptans Poir’s extract sedation with
rotarod method. Therefore necessary to test the effect of sedation Ipomea reptans Poir’s
extract a variety of doses to based on effect of variations in doses to the body through the
reflex method.
This study was an experimental research design Post Test Only Controlled Group
Design, used male mice strain balb/c. Test animals divided by 5 groups, each group
consisted of 6 mice. Group I as a negative control using distilled water. Group II as a
positive control using luminal 6mg/kgBB. Group III, IV, V injected extract with dose of 8
mg / kgBW, 16 mg / kgBW and 32 mg / kgBW be peroral. Observations made by noting
the length of time sleep mice are characterized by the return of the body through the
reflex of mice. Results were analyzed using SPSS 16.0 for Windows.
The results showed that the extract doses variations has effect on the long sleep
of mice. Dose of 32 mg / kgBW gave the longest sleep time.
Keywords: Ipomea reptans Poir, body back, the effect of sedation.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Bertindaklah dengan berani maka kekuatan yang terpendam akan datang
membantumu.
Ketika hidup memberikan seratus alasan bagi kita untuk menangis, tunjukkanlah
bahwa hidup juga memberikan seribu alasan bagi kita untuk tersenyum.
Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar
(QS. Al- Mujaadillah : 11)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada :
Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan AnugrahNYA kepada penulis,
yang telah memberikan ”Orang-orang Super” disekitar penulis ::
Bapak ….Ibu… yang selalu mendukung baik dana maupun semangat ..Tanpa
kalian aku bukan siapa-siapa dan tidak akan jadi apa-apa...
Bapak Wisnu …terimakasih banyak atas bimbingan dan motivasi yang selalu
diberikan kepada saya..
Sahabat-sahabatku Asty, Loreta, Riska… terimakasih untuk semangat dan
waktunya serta bantuannya dalam menyelesaikan praktek dan terlebih untuk
Chairull Umam yang selalu memberikan dukungan, semangat, bantuan dan doa…
Anak farmasi semua yang tidak bisa disebutkan satu-satu, salam kompak !! karena
kita saudara !!
Keluarga Besar D3 Farmasi UNS Surakarta dan semuanya saja... yang tidak cukup
untuk ditulis disini...
commit
to user
“semua yang
telah kita
lewati dan lalui takkan terlupakan teman......”
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Variasi
Dosis Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Terhadap Lama Waktu Tidur
Mencit Berdasarkan Parameter Refleks Balik Badan” sebagai syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma 3 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Wisnu Kundarto, S.Farm., Apt., selaku pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penyusunan
tugas akhir ini.
2. Bapak Sukidi, selaku laboran yang telah membantu menemani penulis
selama melakukan penelitian di laboratorium.
3. Bapak dan Ibu dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu karyawan perpustakaan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang membantu mendapatkan buku-buku sebagai pedoman
pembuatan tugas akhir ini.
5. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2009 yang membantu
commit
user
memberikan semangat untuk
terustomenyelesaikan
tugas akhir ini.
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Chairull Umam yang selalu memberikan semangat, waktu dan bantuan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu tersusunnya tugas akhir ini.
Harapan kami selaku penulis adalah tugas akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dalam penelitian
selanjutnya.
.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
i
PERSETUJUAN ....................................................................................................
ii
PERNYATAAN ......................................................................................................
iii
INTISARI ...............................................................................................................
iv
ABSTRACT ..............................................................................................................
v
MOTTO ..................................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
2
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) .....................................................
4
B. Sedasi ........................................................................................................
6
commit to user
C. Fenobarbital ...............................................................................................
x
10
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
D. Ekstraksi .....................................................................................................
13
E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................
15
F. Hipotesa ......................................................................................................
15
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 16
B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 16
C. Alat dan Bahan ................................................................................ 16
D. Jalannya Penelitian .......................................................................... 17
E.
Pengumpulan Data .......................................................................... 20
F.
Analisa Data ................................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi ...................................................................................... 21
B. Maserasi ........................................................................................... 21
C. Uji efek sedasi .................................................................................. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 27
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel durasi masing-masing kelompok perlakuan ............................................
commit to user
xii
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) ..............................
4
Gambar 2.
Grafik efek benzodiazepin dan barbiturat .........................................
9
Gambar 3.
Struktur kimia fenobarbital ................................................................ 11
Gambar 4.
Tempat ikatan berbagai obat pada reseptor GABAA ........................ 12
Gambar 5.
Simplisia kangkung darat................................................................... 46
Gambar 6.
Ekstrak kangkung darat ..................................................................... 46
Gambar 7.
Maserasi kangkung darat ................................................................... 46
Gambar 8.
Uji efek sedasi .................................................................................... 46
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi Perhitungan Dosis .............................................................. 30
Lampiran 2. Volume Maksimum Penyuntikan ...................................................... 31
Lampiran 3. Perhitungan Dosis .............................................................................. 32
Lampiran 4. Tabel Onset dan Durasi ..................................................................... 40
Lampiran 5. One Way Anova ................................................................................ 41
Lampiran 6. Determinasi ........................................................................................ 45
Lampiran 7. Gambar - gambar ............................................................................... 46
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktifitas yang padat, cenderung membuat manusia mengabaikan tidur dan
akhirnya mengalami gangguan tidur. Sampai saat ini kasus insomnia atau kurang
tidur merupakan gangguan tidur yang paling banyak dikeluhkan. Angka
pravalensi insomnia di Indonesia adalah 10% dari jumlah penduduk, sementara di
Amerika 10-15%. Tingginya angka kejadian tersebut disebabkan karena
penanganan insomnia belum memadai (Ariani, 2010).
Susah tidur ditentukan lebih pada kualitas tidur, bukan pada lamanya
waktu tidur. Ciri-ciri seseorang dikatakan mengalami sulit tidur jika sering terjaga
lama sekali sampai larut malam, tidak bisa tidur nyenyak, serta sering terbangun
pada malam hari atau pagi sekali dan tidak bisa tertidur kambali. Penyebab sulit
tidur antara lain seperti stres atau tekanan emosi, terlalu lelah, perubahan pola
hidup, terlalu banyak mengkonsumsi minuman atau obat-obatan tertentu yang
mengandung kafein, dan kondisi kesehatan yang tidak fit (Wijayakusuma, 2008).
Dewasa ini konsumsi sayuran di Indonesia cenderung meningkat seiring
dengan makin berkembangnya kesadaran akan pentingnya sayuran untuk
kesehatan manusia. Gerakan kembali ke alam (back to nature) yang tren saat ini
menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi obat tradisional. Hal
ini disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami,
commit
to user (Mangonting dkk., 2005). Salah
lebih aman, dan tidak menimbulkan
efek samping
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia untuk keperluan
sayuran adalah tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Beberapa orang
yang telah mengkonsumsi sayuran kangkung dalam jumlah banyak mengaku
merasakan kantuk. Hal ini disebabkan karena kandungan yang terdapat dalam
kangkung memiliki sifat sebagai antiracun, sedatif (penenang), peluruh
perdarahan, diuretik (pelancar kencing), antiradang. Untuk memberikan efek
sedasi, daun kangkung sering dikonsumsi dalam bentuk tumis kangkung
(Hendrinova, 2008).
Nilai nutrisi dalam 1 porsi makanan sayuran kangkung per 100 gram
mengandung kalium 228,00 mg dan natrium 23,00 mg (Anonimb, 2010). Kalium
dan natrium tersebut merupakan persenyawaan garam bromida. Senyawa-senyawa
ini bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya yang dapat menekan susunan
saraf pusat (Mycek dkk., 2001). Sayur kangkung yang dapat dikonsumsi dalam
menimbulkan efek sedasi yaitu dalam jumlah 500 gram (Sysaragih, 2012).
Berdasarkan penelitian Anggara (2009), dalam dosis 2 mg/kgBB telah
efektif dalam menimbulkan efek sedasi pada mencit dengan menggunakan metode
rotarod. Rotarod adalah suatu batang berputar yang kecepatannya dapat diatur
secara otomatis, hewan coba yang digunakan (mencit atau tikus) diletakkan di
rotarod untuk mengetahui kemampuannya bertahan di rotarod. Efek sedasi akan
terlihat dengan adanya penurunan aktivitas (waktu mencit bertahan di rotarod),
dimana pada mencit normal dapat bertahan di rotarod dalam waktu yang lama
(Jannah, 2009). Maka perlu dilakukan penelitian serupa dengan rentang dosis
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih tinggi terhadap lama waktu tidur mencit dilihat dari parameter reflek
balik badan.
B. Rumusan Masalah
Apakah variasi dosis ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir.)
berpengaruh terhadap lama waktu tidur mencit ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kenaikan dosis ekstrak kangkung darat
(Ipomea reptans Poir.) terhadap lama waktu tidur mencit.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi kepada masyarakat dan kalangan medis tentang efek
sedatif yang dimiliki kangkung darat.
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang pengobatan tradisional menggunakan
kangkung darat.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.)
1. Sistematika Tanaman
Kingdom
: Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio
: Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Familia
: Convolvulaceae ( suku kangkung-kangkungan ) .
Genus
: Ipomea
Spesies
: Ipomea reptans Poir.
Ipomea aquatica Forks. (Dalimartha, 2006)
Tanaman kangkung darat dapat dilihat pada Gambar 1:
commit to user
4
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1. Tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) (Anonimᵃ ,
2010)
2. Deskripsi tanaman
Kangkung ini memiliki panjang sekitar 3 meter. Batang, bulat,
beruas dan berongga, gundul, bercabang, berwarna hijau dan tumbuh
menjalar. Daun tunggal, bertungkai panjang dan letak berseling. Helaian
daun berbentuk segitiga memanjang, tepi rata, pangkal berbentuk baji,
ujung runcing, pertulangan menyirip, panjang 6-15 cm, lebar 3-9 cm,
warna permukaan atas hijau tua sedang bagian bawah lebih muda. Bunga
majemuk dengan karangan bunga keluar dari ketiak daun. Mahkota bunga
berbentuk corong tumbuh tegak, diameter sekitar 5 cm, berwarna ungu
muda dengan tepi pucat atau putih. Buah kotak, berbentuk bulat telur,
berbiji 2-4 (Dalimartha, 2006).
3. Nama Lain
Sinonim dari kangkung darat adalah Ipomea repens Roth dan
Convolvulus repens Vahl. Sedangkan nama untuk daerah Sumatera yaitu
rumpun, kalayau, kangkueng, lasdih; untuk daerah Jawa yaitu kangkung,
kangkong;
untuk
daerah
Nusa
Tenggara
yaitu
pangpung,
lara,
nggongodano, angodono; untuk daerah Sulawesi yaitu kangko, kanto,
tatanggo, tango, naniri, lare; dan untuk daerah
Maluku biasa disebut
dengan Utangko, beehob, takoko, kangko. Nama asing dari kangkung
darat adalah Weng cai dan Water spinach serta nama simplisianya adalah
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ipomea aquatica Herba (Herba Kangkung) dan Ipomea aquatica Radix
(Akar Kangkung) (Dalimartha, 2006).
4. Kegunaan
Khasiat
antitoksik,
antiradang,
peluruh
kencing
(diuretik),
penghenti pendarahan (hemostatik) dan sedatif (Dalimartha, 2006).
5. Kandungan Kimia
Kangkung mengandung kalium dan natrium yang merupakan
persenyawaan garam bromida. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai obat
sedatif berdasarkan sifatnya yang menekan susunan saraf pusat (Anggara,
2009). Di dalam kangkung juga terdapat vitamin A, vitamin B1, vitamin
C, protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol. Bahanbahan yang dikandung oleh kangkung memiliki manfaat untuk mengobati
berbagai gangguan kesehatan seperti anti inflamasi, diuretik dan
hemostatik (Dalimartha, 2006). Senyawa kimia dikandung kangkung
adalah saponin, flavonoid, dan polifenol (Mangonting dkk., 2005).
B. Sedasi
1. Pengertian Sedasi
Hipnotik sedatif adalah golonan obat depresan susunan saraf pusat
(SSP) yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu
menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan hingga yang berat (kecuali
benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan
mati, bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan
aktivitas,
menurunkan
commit to user
respons terhadap
rangsangan
emosi
dan
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis
(Handoko, Toni dan Wiria, M.S., 2003).
Sedasi dapat didefinisikan sebagai suatu penekanan (supresi) dari
kesiapsiagaan terhadap suatu tingkat stimulasi tetap, dengan penurunan
aktivitas spontan, penurunan ketegangan dan penurunan timbulnya ide-ide.
Perubahan perilaku ini terjadi pada dosis efektif yang terendah dari obat
hipnotik-sedatif yang biasa digunakan (Anggara, 2009).
2. Penggunaan Obat Sedasi
Suatu bahan sedatif yang efektif harus dapat mengurangi rasa
cemas dan mempunyai efek menenangkan dengan sedikit atau tanpa efek
penekanan terhadap fungsi mental dan motorik. Derajat depresi sistem
saraf pusat yang disebabkan harus minimum dengan konsistensi efikasi
terapeutik. Untuk mendapatkan efek sedatif biasanya digunakan dosis
yang lebih rendah dari dosis untuk obat tidur. Dosis untuk obat tidur
memiliki efek hipnotik yang dapat menyebabkan kantuk dan tidur, pada
dosis yang lebih besar dapat menimbulkan anestesia dan depresi sistem
saraf pusat (Anonim, 2007). Efek sedatif juga bisa diperoleh dari penenang
antipsikosis, obat-obatan antidepresan trisiklik, dan senyawa antihistamin
tertentu (Katzung, 2002). Adapun golongan obat sedatif sebagai berikut:
a. Golongan Benzodiazepin
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara kualitatif benzodiazepine memiliki efek yang hampir sama,
namun
secara
kuantitatif
spektrum
farmakodinamik
serta
data
farmakokinetiknya berbeda. Hal ini mendasari aplikasi klinik sangat luas
golongan ini. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot,
ansiolitik, dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda. Derivat
benzodiazepine antara lain: alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam,
klorazepat,
diazepam,
lorazepam
sebagai
ansiolitik.
Quazepam,
midazolam, estazolam, flurazepam, temazepam, triazolam sebagai
hipnotik (Mycek dkk, 2001). Penggunaan benzodiazepine ditandai sebagai
usaha untuk menghindarkan sifat-sifat yang tidak diinginkan dari
barbiturat,
termasuk
potensinya
yang
menyebabkan
terjadinya
ketergantungan psikologis dan fisiologis pada pemakainya (Katzung,
2002).
b. Golongan Barbiturat
Selama beberapa waktu barbiturat telah digunakan secara ekstensif
sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang selain untuk beberapa
penggunaan yang spesifik, golongan obat ini telah digantikan oleh
benzodiazepine yang lebih aman (Anonim, 2007). Barbiturat digolongkan
berdasarkan durasi kerjanya. Tiopental merupakan obat yang bekerja
sangat singkat (beberapa menit). Pentobarbital, sekobarbital, dan
amobarbital adalah obat-obat yang bekerja singkat (beberapa jam), dan
fenobarbital adalah obat yang bekerja lama (beberapa hari) (Stringer,
2006).
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai
hilangnya kesadaran, dan dosis kecil barbiturat dapat meningkatkan reaksi
terhadap rangsangan nyeri (Anonim, 2007). Skema efek benzodiazepine
dan barbiturate dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema efek benzodiazepin dan barbiturat (Stringer, 2006).
Pada dosis yang lebih tinggi, barbiturat menghasilkan suatu tingkat
anestesi, dan pada dosis yang lebih tinggi lagi, barbiturate menimbulkan
depresi medula dan kematian (Stringer, 2006).
c. Hipnotik- sedatif lain
Merupakan depresan SSP yang dapat menghasilkan efek hipnotik
yang nyata dengan sedikit atau tanpa efek analgetik (Anonim, 2007). Obat
hipnotik lain seperti zolpidem, buspiron, hidroksizin. Obat sedatif non
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
barbiturat
seperti
kloral
hidrat,
antihistamin
(difenhidramin
dan
doksilamin) dan alkohol atau etanol (disulfiram) (Mycek dkk., 2001).
C. Fenobarbital
Fenobarbital merupakan obat sedatif-hipnotik dari golongan
barbiturat. Golongan barbiturat digunakan secara luas sebagai obat sedatifhipnotik pada pertengahan awal abad ke 20. Banyak masalah yang
berhubungan
dengan
obat
golongan
ini,
antara
lain
tingginya
penyalahgunaan obat, indeks terapi yang sempit dan efek samping yang
tidak menyenangkan. Fenobarbital saat ini digunakan sebagai lini pertama
untuk mengatasi gejala bangkitan kejang, status epilepsi, dan sebagai obat
sedasi pada siang hari (Anggara, 2009).
1. Kimia dan Farmakokinetiknya
Fenobarbital merupakan derifat asam barbiturat dengan ikatan
gugus etil pada rantai karbon 5a dan phenyl pada rantai karbon 5b.
Fenobarbital ini bila digunakan sebagai anti hipnotik-sedatif, diberikan
secara oral. Obat ini diabsorbsi cepat dan beredar luas di seluruh tubuh.
Ikatan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan
lemak tidak begitu tinggi. Dosis sedasi 15-30 mg. Fenobarbital mencapai
kadar puncak dalam 60 menit dengan durasi kerja 10 hingga 12 jam.
Waktu paruh dari fenobarbital adalah 80 hingga 120 jam. Fenobarbital
dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin. Kira-kira 25%
fenobarbital diekskresi di urin dalam bentuk utuh (Anggara, 2009).
commit to user
Struktur kimia fenobarbital dapat dilihat pada Gambar 3.
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3. Struktur kimia fenobarbital (Anonim, 2012)
2. Efek Farmakologi
Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat.
Efek ini dicapai dengan cara berikatan dengan komponen-komponen
molekuler reseptor GABAA pada membran neuron sistem saraf pusat.
Ikatan ini akan meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida yang
diaktivasi oleh GABA. Pada konsentrasi tinggi, fenobarbital juga bersifat
sebagai GABA-mimetik yang akan mengaktifkan kanal klorida secara
langsung. Peristiwa ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan
neuron sehingga potensial intramembran neuron menjadi lebih negatif.
Gambar tempat ikatan reseptor GABA dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tempat ikatan pada reseptor GABAA (Ikawati, 2008).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GABA melakukan aksinya sebagai neurotransmiter inhibitor. Aktivasi
reseptor GABA tadi menyebabkan efek-efek depresi sistem saraf pusat seperti
efek sedasi, hipnotik, dan antikonvulsan (Ikawati, 2008).
3. Efek Non Terapi
Pada
beberapa
individu,
pemakaian
ulang
fenobarbital
lebih
menimbulkan eksitasi daripada depresi. Fenobarbital sesekali menimbulkan
mialgia, neuralgia, atralgia, terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita
insomnia. Bila diberikan dalam keadaan nyeri dapat menimbulkan gelisah,
eksitasi, bahkan delirium. Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa dermatosis,
erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati (Anggara, 2009).
4. Indikasi dan kontraindikasi
Fenobarbital digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus,
eklamsia, status epilepsi, keracunan konvulsan. Fenobarbital juga digunakan
sebagai obat sedasi. Fenobarbital tidak boleh pada pasien yang alergi pada
fenobarbital, penyakit hati atau ginjal, dan penyakit Parkinson (Anggara,
2009).
D. Ekstraksi
1. Pengertian
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia (Dinda, 2008). Biasanya metode ekstraksi dipilih
berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat (Ansel,
1989).
2. Metode ekstraksi
Dibagi menjadi 4 yaitu perkolasi, maserasi, sokletasi dan infundasi.
a. Maserasi
Maserasi adalah proses paling tepat yaitu serbuk simplisia yang sudah
halus memungkinkan untuk direndam dalam menstruum atau cairan penyari
sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah
larut akan melarut. Dalam proses ini, obat yang akan diekstraksi ditempatkan
pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, bersama cairan penyari yang
telah ditetapkan volumenya, bejana ditutup rapat, dan isinya dikocok berulangulang, lamanya biasanya 2-14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut segar
mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh serbuk yang sudah halus. Ampas
dapat dipisahkan dengan menapis atau menyaring. Dilakukan pada temperatur
15-20⁰C (Ansel, 1989).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian bahan serbuk simplisia dengan
pelarut yang cocok dengan melewatkan secara perlahan pada sebuah kolom.
Serbuk simplisia dimasukkan dalam sebuah wadah khusus yang disebut
perkolator. Dalam proses ini, mengalirnya penyari melalui kolom dari atas ke
bawah menuju celah untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat cairan pada
kolom (Ansel, 1989).
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Sokletasi
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi
di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas
yang mengandung kantung diletakkan di antara labu penyulingan dengan
pendingin alir balik melalui pipet, berkondensasi di dalam, menetes ke atas
bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan
berkumpul dalam wadah gelas setelah mencapai tinggi maksimum, secara
otomatis dipindahkan ke dalam labu. Cara ini memerlukan bahan pelarut dalam
jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas
bahan aktif berlangsung secara terus menerus. Kekurangan metode ini adalah
waktu ekstraksi cukup lama (Voigt, 1995).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka Pemikiran
Prevalensi gangguan
tidur setiap tahun
cenderung meningkat dan
pemberian obat hipnotik
mempunyai efek samping
yang buruk
Ekstrak kangkung darat
telah teuji berefek sedatif
dengan metode rotarod
Perlu dilakukan
penelitian kembali
dengan dosis yang lebih
tinggi dan rentang dosis
yang lebih besar dengan
melihat lama waktu
tidur mencit
berdasarkan parameter
reflek balik badan
F. Hipotesis
Kenaikan dosis ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir.)
yang diberikan sebanding dengan lama waktu tidur mencit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post
Test Only Controlled Group Design, dengan variabel sebagai berikut :
-
Variabel bebas : dosis ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir)
-
Variabel tergantung :
efek sedasi yang timbul pada mencit.
Parameter efek sedasi adalah perhitungan durasi waktu tidur mencit
berdasarkan metode reflek balik badan.
-
Variabel terkendali : umur, jenis kelamin, dan berat badan mencit.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Mei 2012.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
a. Alat untuk membuat ekstrak
: bejana, batang pengaduk, beker glass
250 ml (Pyrex®), labu ukur 50 ml
(Pyrex®).
b. Alat untuk menguji efek sedatif : spuit 1 cc, sonde oral (gavage), kandang
mencit, stopwatch , timbangan digital
(Precisa®),
commit lampu.
to user
16
beaker
glass
(Pyrex®),
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Bahan
a. Bahan untuk pembuatan sampel adalah kangkung darat.
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) diperoleh dari desa Ngruki, Cemani,
Grogol, Sukoharjo.
b. Bahan untuk uji farmakologi : luminal sebagai kontrol positif, aquadest
sebagai kontrol negatif.
c. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur
balb/c berumur 8 minggu dengan bobot 20-30 g. Mencit sebanyak 30 ekor,
dibagi 5 kelompok, tiap kelompok sebanyak 6 ekor.
D. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari
tanaman yang akan digunakan dalam percobaan. Determinasi dilakukan di
Universitas Setia Budi Surakarta.
2. Penyiapan sampel
Sebanyak 5 kilogram kangkung darat segar dicuci hingga tidak ada
kotoran. Dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan sinar matahari yang ditutup
dengan kain hitam kemudian dihaluskan dan ditimbang bobot keringnya
sebesar 476,60 gram. Masukkan serbuk kangkung darat dalam bejana lalu
ditambahkan 3,57 liter alkohol 70% dan diaduk. Biarkan termaserasi selama 5
hari dalam bejana tertutup dengan pengadukan setiap hari. Maserat dienapkan
selama sehari semalam kemudian disaring. Filtrat hasil penyaringan kemudian
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diuapkan di atas penangas air, hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
yang diperoleh selanjutnya dihitung bobotnya dan rendemennya.
3. Pemberian obat
Tiga puluh ekor dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari enam ekor mencit yang dipilih secara acak.
a.
Kelompok I sebagai kontrol negatif yang diinjeksi per oral
menggunakan aquadest
b.
Kelompok II sebagai kontrol positif yang diberi luminal 6 mg/KgBB
dalam aquadest
c.
Kelompok III
diinjeksi peroral menggunakan sampel ekstrak
kangkung darat sebanyak 8 mg/kgBB dalam aquadest
d.
Kelompok IV diinjeksi peroral menggunakan sampel ekstrak
kangkung darat sebanyak 16 mg/kgBB dalam aquadest
e.
Kelompok V diinjeksi peroral menggunakan sampel ekstrak
kangkung darat sebanyak 32 mg/kg BB dalam aquadest.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Uji daya sedasi
Mencit umur 8 minggu,berat
badan 20-30 gram
Adaptasi pakan standar selama 1 minggu
Randomisasi
Kontrol
Positif
(KP) 6 ekor
Luminal 6
mg/kgBB
diberikan
secara peroral
Kontrol
Negatif (KN) 6
ekor
Aquadest
diberikan
secara
peroral
Perlakuan1
(P1) 6 ekor
ekstrak
kangkung darat
8 mg/kgBB
diberikan
secara peroral
Mencit diterlentangkan ditengah
bejana pengamatan yang telah
diberi alas kapas dan diterangi
dengan lampu (Vogel, 2002)
Dicatat durasi lama tidur
commit to user
Perlakuan2
(P2) 6 ekor
Perlakuan3
(P3) 6 ekor
ekstrak
kangkung
darat 16
mg/kgBB
diberikan
secara peroral
ekstrak
kangkung darat
32 mg/kgBB
diberikan
secara peroral
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari lama
waktu tidur setelah pemberian ekstrak kangkung darat dalam berbagai dosis.
F.Analisis Data
Data yang diperoleh pada uji refleks balik badan oleh ekstrak kangkung
darat adalah lama waktu tidur yang diukur sejak munculnya efek sedasi sampai
hilangnya efek pada setiap perlakuan. Data yang didapat diolah menggunakan
SPSS 16.0 for Windows. Distribusi data diuji dengan Kolmogorov Smirnov,
sedangkan keseragaman variannya diuji dengan Levene Test. Apabila data
terdistribusi normal dan seragam variannya, dilakukan uji One Way ANOVA
(Analysis of Variance) kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tests dengan
p<0,05 untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kangkung darat
(Ipomea reptans Poir) dan bagian tanaman yang digunakan daunnya. Tanaman
kangkung sebelum digunakan dilakukan determinasi terlebih dahulu untuk
memastikan identitas yang benar. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan
diketahui bahwa tanaman yang digunakan benar-benar kangkung darat (Ipomea
reptans Poir). Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 6.
B. Maserasi
Ekstrak kangkung darat diperoleh dengan cara maserasi yaitu dengan merendam
simplisia dengan cairan penyari. Alasan dipilih ekstraksi secara maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana serta mudah diusahakan. Selain itu,
metode ekstraksi maserasi merupakan proses paling tepat untuk obat yang halus dan
memungkinkan direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah terlarut akan terlarut (Ansel, 1989).
Cairan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70% v/v
karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol dengan kadar diatas
20%, tidak beracun, netral, absorbsinya baik. Etanol dapat bercampur dengan air pada
segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Sebanyak
5 kilogram tanaman kangkung darat, didapatkan 476,60 gram kangkung darat kering dan
menghasilkan 108,6 gram ekstrak kental, dengan rendemen sebesar 22,78% b/b.
commit to user
21
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Uji Efek Sedasi
Kangkung darat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
penenang (sedatif) yang dibuktikan dengan kemampuan dalam menghasilkan durasi tidur
lebih lama dibandingkan dengan kontrol negatif. Penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan ekstrak etanolik daun kangkung darat dalam menimbulkan efek sedasi yang
dilihat dari parameter reflek balik badan mencit. Pengelompokan hewan uji dilakukan
secara acak dengan masing-masing kelompok 6 ekor hewan uji. Sebelum diberikan
perlakuan semua hewan uji dipuasakan 16 jam terlebih dahulu, dengan tetap diberi
minum. Hal ini bertujuan untuk menyamakan kondisi dari masing-masing hewan uji.
Kontrol negatif yang digunakan adalah aquadest, karena ekstrak etanol daun
kangkung darat larut dalam air. Kontrol negatif berfungsi untuk membuktikan bahwa
tidak ada efek sedasi yang ditimbulkan dengan pemberian aquadest.
Kontrol positif yang digunakan adalah luminal, karena obat ini adalah salah satu
obat anestesi yang sering dimanfaatkan efek sedasinya untuk menenangkan pasien. Selain
itu fenobarbital relatif murah dan mudah didapat dibandingkan golongan barbiturat
lainnya. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding terhadap efek sedasi yang dapat
ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun kangkung darat.
Untuk mengetahui adanya efek sedasi digunakan parameter reflek balik badan
mencit yang dapat dilihat dari waktu durasi atau lama tidur setelah mendapatkan
perlakuan secara peroral yang dibandingkan dengan kontrol negatifnya. Semakin lama
durasi maka semakin besar efek sedasinya. Pengamatan onset digunakan untuk
mengetahui mula kerja obat sehingga dapat dihitung durasi. Data waktu durasi masingmasing kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel I. Data waktu durasi masing-masing kelompok perlakuan
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Waktu durasi (menit) tidur mencit
Kelompok
Kontrol
Kontrol
(-)
1
(+)
Dosis 8
mg/kgBB
Dosis 16
mg/kgBB
Dosis 32
mg/kgBB
0
222
41
48
63
2
0
235
15
63
80
3
0
236
12
42
82
4
0
235
15
57
67
5
0
220
15
57
77
6
0
220
40
57
102
Mean ±SD
0
228,00±8,075
15,83±2,714
54,00±7,589
68,50±14,977
Efek sedasi ditinjau dari durasi tidur mencit setelah mendapat perlakuan. Durasi
dihitung ketika mencit mulai tidur kemudian ditelentangkan hingga mencit dapat
membalikkan badannya. Hasil data durasi pada uji reflek badan ekstrak kangkung darat
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan semakin lama waktu tidurnya.
Hasil data durasi pada uji reflek balik badan ektrak daun kangkung darat yang
diperoleh selanjutnya diuji dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yang bertujuan
untuk mengetahui distribusi data tersebut. Hasil menunjukan data terdistribusi normal
yaitu dilihat dari signifikasi durasi kontrol positif (0,080>0,05), dosis 8 mg/kgBB
(0,133>0,05), dosis 16mg/kgBB (0,054>0,05) dan dosis 32mg/kgBB (0,200>0,05).
Analisa dilanjutkan dengan uji Levene Test untuk mengetahui homogenitas varian. Hasil
menunjukkan varian yang diperoleh homogen (0,001<0,05). Data selanjutnya diuji One
Way ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing
kelompok. Hasil analisa data dapat dilihat pada Lampiran 5.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil ini terdapat perbedaan durasi yang signifikan dari kelima perlakuan
yang ditunjukkan dengan harga signifikasi 0,000. Artinya rata-rata waktu durasi tidur
untuk tiap kelompok perlakuan memiliki perbedaan. Kemudian dilanjutkan dengan uji
Pos Hoc Tests untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing kelompok.
Berdasarkan uji Post Hoc Tests terdapat perbedaan yang signifikan antara kontrol
positif dengan ekstrak kangkung darat dosis 8 mg/kgBB, 16 mg/kgBB dan 32 mg/kgBB.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari nilai signifakasinya yaitu 0,000.
Untuk ekstrak kangkung darat dosis 8 mg/kgBB dapt dilihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif (sig = 0,000), ekstrak kangkung darat
dosis 16 mg/kgBB (sig = 0,000) dan dosis 32 mg/kgBB (sig = 0,001).
Untuk ekstrak kangkung darat dosis 16 mg/kgBB dapt dilihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif (sig = 0,000) dan ekstrak kangkung
darat dosis 8 mg/kgBB (sig =0,000), sedangkan dengan dosis 32 mg/kgBB tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (sig = 0,298).
Untuk ekstrak kangkung darat dosis 32 mg/kgBB dapt dilihat bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dengan kontrol positif (sig = 0,000) dan ekstrak kangkung
darat dosis 8 mg/kgBB (sig = 0,001), sedangkan dengan dosis 16 mg/kgBB tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (sig = 0,298).
Perbedaan yang tidak signifikan antara dosis 16 mg/kgBB dengan dosis 32
mg/kgBB mungkin dikarenakan pada faktor variasi fisiologi hewan uji sehingga efek
sedasi yang ditimbulkan setiap hewan uji berbeda pula. Ekstrak kangkung darat bekerja
dengan cara berikatan dengan reseptor untuk memberikan suatu efek yaitu dengan
membuka kanal ion (Anggara, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kenaikan dosis ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir)
sebanding dengan kenaikan lama waktu tidur (durasi) mencit.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian uji toksisitas dari kangkung darat, baik
toksisitas akut, sub kronis maupun kronis dengan berbagai dosis. Uji
toksisitas diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis
maksimal yang aman, mengingat banyaknya obat tradisional yang
berkhasiat namun memiliki toksisitas terhadap banyak organ terutama
hepar, ginjal, otak dan saluran cerna.
commit to user
25
Download