LITURGI leitourgia, yang berarti kerja bersama. Kerja bersama ini mengandung makna peribadatan kepada Allah dan pelaksanaan kasih, dan pada umumnya istilah liturgi lebih banyak digunakan dalam tradisi Kristen, antara lain umat Katolik. Masa Liturgi Penanggalan liturgi Gereja dimulai pada hari Minggu Adven dengan Hari pertama, lalu akan ditutup Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Masa Adventus Adventus dalam Bahasa Latin berarti "kedatangan", istilah ini dahulu kala dipakai untuk umum dalam Imperium Romawi untuk kedatangan kaisar yang dianggap sebagai dewa, kemudian dipakai oleh umat Kristiani untuk menyatakan kedatangan Kristus sang Raja Masa Advent dan Tuhan. adalah masa persiapan sebelum Natal, yakni masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Yesus, sesuai denngan penantian Mesias oleh umat Israel yang terungkap dalam Perjanjian Lama, juga sehubungan dengan kedatanganNya pada akhir zaman. Warna Liturgi masa Advent adalah Ungu untuk hari Minggu Advent I, II, dan IV, dan warna merah muda untuk hari Minggu Advent III (Minggu Gaudete). Masa Natal Masa Natal dirayakan Gereja berturut-turut dimulai dari Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus hingga hari sebelum hari raya Penampakan Tuhan. Warna liturgi yang digunakan adalah warna Putih. Masa Prapaskah Masa Prapaskah merupakan masa persiapan sebelum paskah. Ada yang memulainya dengan Septuagesima, yakni hari ke sembilan sebelum paskah. Tetapi yang lebih umum adalah masa 40 hari sebagai persiapan dengan berpantang dan berpuasa. Masa Prapaskah dimulai dengan Hari Rabu Abu. Warna liturgi selama masa Prapaskah adalah Ungu. Namun pada Minggu Palma ada yang menggunakan warna Ungu tetapi ada juga menggunakan warna Merah. Masa Paskah Masa Paskah dirayakan mulai dari Hari Raya Kebangkitan Tuhan Yesus, sampai sebelum Hari Raya Pencurahan Roh Kudus (Pentakosta). Warna liturgi selama masa Paskah adalah warna Putih. Masa Biasa Masa biasa merupakan dimulai setelah hari raya Pentakosta. Dalam masa-masa ini merupakan peringatan masa-masa Gereja berjuang di tengah dunia. Hari Tuhan Hari Minggu adalah hari di mana umat berkumpul merayakan liturgi, "untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah" (Sacrosanctum Concilium no 106). Peringatan Orang Kudus Dalam daur tahunan, Gereja merayakan peringatan para martir dan orang kudus sebagai perayaan Paska Tuhan di dalam mereka "yang telah menderita dan dimuliakan bersama Kristus. Gereja memaparkan teladan mereka kepada umat beriman dalam menarik semua orang kepada Allah Bapa melalui Kristus, dan atas pahala-pahala yang diterima para martir dan orang kudus, Gereja memohon karunia-karunia dari Allah" (Sacrosanctum Concilium no 104). Ibadat Harian (Horarium) Horarium merupakan doa seluruh Gereja. Setiap orang ambil bagian di dalamnya sesuai dengan tempatnya di Gereja dan menurut status hidupnya: para imam, biarawan dan biarawati, dan awam menurut kemungkinan yang ada pada mereka. Ibadat Harian dapat dilakukan bersama atau secara perorangan. Ibadat Harian seakan-akan merupakan kelanjutan dari perayaan Ekaristi. arti warna Warna Penggunaan Wajib Hari Tuhan dan Feria dalam Masa Biasa Hari Tuhan dan Feria dalam Masa Adven Hari Tuhan dan Feria dalam Prapaskah Liturgi pada Sabtu Suci (kecuali Ibadat Malam Paskah) Sakramen Tobat Sakramen pengurapan orang sakit Hijau Ungu Penggunaan Opsional (sebagai pengganti warna wajib yang ditentukan) Pink Masa Natal (dari Natal hingga Pembaptisan Tuhan) Kamis Putih Masa Paskah (dari Ibadat Malam Paskah hingga sebelum Vigili Pentakosta) Hari Raya Tritunggal Mahakudus Perayaan Tuhan kita selain Sengsara-Nya Hari Raya Maria[5] Pesta para Malaikat Perayaan-perayaan para santo non-martir atau pengaku iman Pesta Santo Yohanes Pesta Takhta Santo Petrus Pesta Bertobatnya Santo Paulus Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis Hari Raya Semua Orang Kudus Sakramen Baptis Sakramen Perkawinan Sakramen Imamat (Tahbisan) Minggu Palma Jumat Agung Hari Raya Pentakosta Peringatan Sengsara Tuhan Peringatan Martir, Para Rasul, dan Putih Merah Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman Misa Requiem dan ibadat harian bagi arwah Minggu Gaudete (Minggu Ketiga Masa Adven) Minggu Laetare (Minggu Keempat Masa Prapaskah) Misa Requiem dan ibadat harian untuk arwah di mana Konferensi Uskup setempat telah memberikan izin.[6] Misa Votif dan misa lainnya di mana umumnya Hijau digunakan. Misa Merah dan Misa Votif Roh Kudus Pemakaman Paus (dan kardinal) — merah adalah warna berkabung bagi Paus menurut adat Bizantium kuno Penginjil Sakramen Penguatan Hitam Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman Misa Requiem Alat – Alat Liturgi Bagian 1 Nah, teman-teman Putra Altar Putri Sakristi, kali ini saya akan membahas tentang alat-alat liturgi yang wajib di ketahui oleh anggota PAPS pada umumnya. Semua materi ini saya kumpulkan dari beberapa blog dan buku panduan Misdinar. Monstran Tempat untuk pentakhtaan Sakramen Mahakudus yang di gunakan untuk perarakan Sakramen Mahakudus sekaligus pemberkatannya. Monstran terdiri dari Lunula penjepit Sakramen Mahakudus dan Custodia yang merupakan bagian kacanya. Sibori Sibori hampir seperti piala tetapi di gunakan untuk tempat hosti-hosti kecil yang akan di konsekrasikan menjadi Tubuh Kristus. Sibori umumnya memiliki tutup dan bila akan di simpan di tabernakel maka sibori akan di tutup dengan kain. Piala Piala sering disebut juga dengan Chalix, adalah di mana air anggur akan di konsekrasikan. Piala biasanya terbuat dari logam mulia yang biasanya di hias dengan indah dan agung. Fungsi dari piala secara umum untuk menampung air anggur yang telah berubah menjadi Darah Kristus Purifikatori Disebut juga dengan kain piala, kain ini berbentuk persegi empat yang dilipat tiga memanjang. Digunakan untuk membersihkan piala dan alas selubung bagi tangan petugas pembagi komuni Cocelarium Maaf untuk yang satu ini, gambarnya belum di upload. Cocelarium atau istilah awamnya adalah sendok kecil yang di sertakan dalam piala, biasanya di gunakan untuk mengambil air dari ampul untuk di campurkan pada anggur. Patena Patena adalah semacam piring kecil yang di gunakan untuk meletakkan hosti besar. Patena biasanya di buat logam mulia yang di beri lapisan emas. Pala Pala berbentuk segi empat berwarna putih yang terbuat dari bahan yang pipih-keras dan dilapisi kain putih. Fungsinya adalah menutup piala dari benda-benda seperti debu dan serangga Korporal Korporal adalah kain persegi empat yang dilipat simetris dua kali dua, sehingga terdapat sembilan bujur sangkar saat di gelar. Piksis Sebuah tempat untuk membawa hoti-hosti suci yang akan di gunakan untuk mengirim komuni orang sakit. AMPUL adalah dua bejana yang dibuat dari kaca atau logam, bentuknya seperti buyung kecil dengan tutup di atasnya. Ampul adalah bejana-bejana darimana imam atau diakon menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selaluada dua ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa. LAVABO berasal dari bahasa Latin “lavare” yang berarti “membasuh”, adalah bejana berbentuk seperti buyung kecil, atau dapat juga berupa mangkuk,tempat menampung air bersih yang dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam. TURIBULUM (disebut juga Pedupaan/wiruk), berasal dari bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”, adalah bejana di mana dupa dibakar untuk pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari suatu badan dari logam dengan tutupterpisah yang menudungi suatu wadah untuk arang dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara api, lalu di atasnya ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa membubung dan menyebarkan bau harum.Dupa adalah harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan Pujian kepada Sakramen Mahakudus. NAVIKULA (disebut juga Wadah Dupa) adalah bejana tempat menyimpan serbuk dupa. Dupa adalah getah yang harum dan rempah-rempah yang diambil daritanam-tanaman, biasanya dibakar dengan campuran tambahan gunamenjadikan asapnya lebih tebal dan aromanya lebih harum. Asap dupa yangdibakar naik ke atas melambangkan naiknya doa-doa umat beriman kepadaTuhan. Ada pada kita catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awalkisah Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan semangat umatKristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi keutamaankeutamaan dannaiknya doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik kepada Tuhan. ASPERGILUM berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola logam yangberlubang-lubang, dipergunakan untuk merecikkan air suci pada orangatau benda dalam Asperges dan pemberkatan. Bejana Air Suci adalah wadahyang dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya aspergilumdicelupkan. SACRAMENTARIUM atau Buku Misa adalah buku pegangan imam pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi doa-doa dan tata perayaan Ekaristi. Simbol dari gerakan tubuh Contoh simbol yang menggunakan gerakan tubuh antara lain: Penumpangan Tangan. Penumpangan tangan mempunyai makna pencurahan Roh Kudus. Biasanya dilakukan pada penahbisan pendeta atau imam. Bersalaman, mengungkapkan wujud dari Kasih dan Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika kita saling memberikan Salam Damai. Berlutut, merupakan salah satu sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.[4] Simbol dari benda alamiah Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam merupakan contoh simbol liturgis dari benda alamiah. Roti dan Anggur, yang digunakan dalam perayaan Ekaristi atau Perjamuan Kudus menyimbolkan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus. Air, dipakai dalam berbagai macam perayaan liturgi. Misalnya dalam baptisan memiliki makna simbolis yaitu untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan penciptaan baru Minyak, yang biasa digunakan adalah minyak dari pohon zaitun (meskipun demikian, menurut buku-buku pontifikal Romawi minyak liturgi bisa berasal dari tumbuhan lain). Minyak dapat merupakan simbol bagi anugerah kepenuhan hidup dan kesuburan (Mazmur 128:3 dan Mazmur 133:2). Minyak dalam liturgi juga melambangkan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi perjuangan hidup dan penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan.[1] Garam, biasanya digunakan sebagai pembersih atau pengawet. Dalam liturgi merupakan simbol pembersihan dan digunakan secara fakultatif dalam persiapan perayaan pembaptisan dan pemberkatan air suci. Simbol dari benda buatan Simbol-simbol yang berasal dari benda buatan seperti: Salib, merupakan simbol keselamatan. Pengorbanan Kristus yang rela mati untuk meenebus dosa-dosa manusia. Lilin, sering dipakai juga dalam bermacam-macam perayaan liturgi dan salah satunya adalah saat perayaan Paska. Lilin Paska menyimbolkan kehidupan yang baru yang menyala. Api adalah lambang semangat yang berkobar-kobar. Yesus telah bangkit dan lilin itu menyimbolkan kebangkitan Yesus. Lilin juga berfungsi sebagai pendorong dan pembantu meditasi.[2] Simbol warna Warna putih Warna putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian.[5] Warna putih juga dikaitkan dengan kehidupan baru.[1] Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi.[1] Biasanya warna ini dipertukarkan atau digunakan bersamasama dengan warna kuning.[5] Warna putih dapat dipakai pada hari raya seperti Natal, Paska, Kamis Putih.[5] Warna kuning Hampir sama dengan warna putih, warna kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan.[5] Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna yang mencolok sehingga lebih kuat menunjukkan makna kemuliaan.[1] Warna ini juga dapat dipakai saat Natal, Paskah, Kamis Putih.[1] Warna merah Warna merah biasanya melambangkan api dan darah.[1] Selain itu juga dapat menyimbolkan Roh Kudus, cinta kasih, pengorbanan dan kekuatan.[1] Di dalam tradisi Romawi kuno, warna merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu kaisar.[1] Warna merah biasanya digunakan ada saat hari raya Jumat Agung, Pentakosta, Minggu Palma.[5] Warna hijau Warna hijau pada umumnya menandakan sebuah ketenangan, kesegaran dan melegakan.[1] Selain itu juga dapat melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan.[5] Warna ini dipilih dan dipakai dalam minggu biasa di dalam liturgi sepanjang tahun.[1] Pada masa-masa itu manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya Tuhan.[1] Warna ungu Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri.[1] Selain itu warna ini juga mengungkapkan pertobatan.[5] Digunakan pada masa Prapaska dan Adven[5] ketika manusia diundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan Natal dan Paska.[1] Warna hitam Warna hitam biasanya dipakai untuk melambangkan kematian, kegelapan[1], kesedihan dan kedukaan.[5]. Warna ini digunakan pada saat ibadah atau peristiwa kematian.[1] ARTI SIMBOL DALAM LITURGI / SIKAP DALAM LITURGI 11 Juni 2010 pukul 22:41 ARTI SIMBOL DALAM LITURGI / SIKAP DALAM LITURGI TANDA SALIB Tanda salib dibuat ketika : Memasuki gereja sambil menandai diri dengan air suci yang ada disamping pintu masuk gereja sebagai tanda peringtan pembaptisan yang telah kita terima. Mengawali dan Mengakhiri Perayaan Ekaristi Menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai Pernyataan Tobat. Tanda tersebut mengungkapkan kesadaran kita sebagai anak-anak Allah dan kesetiaan pada janji Baptis Memulai bacaan injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut dan dada untuk mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh sabda Tuhan. Menerima berkat mengutusan pada bagian penutup PERARAKAN Perarakan imam, prodiakon, misdinar pada hari-hari biasa bergerak dari sakristi langsung menuju altar. setelah selesai perayaan Ekaristi keluar melalui jalan yang sama. Pada hari Raya, perarakan dari sakristi melewati lorong tengah umat menuju altar. urutan perarakan, misdinar paling depan, disusul oleh prodikaon dan imam (terakhir). Perarakan masuk biasanya diiringi oleh lagu pembukaan, dimana umat menyambut dengan berdiri. maksdu dari lagu pembukaan adalah untuk mengarahkan perhatian umat kepada perayaan yang mulai berlangsung, memeriahkan upacara suci, menciptakan kebersamaan. Perarakan biasanya juga dilakukan oleh beberapa wakil umat untuk mengantarkan persembahan berupa: roti, anggur, lilim, bunga dan kolekte ke altar. Segala hasil karya umat hendak disatukan dengan kurban Krsitus dalam Ekaristi. Inilah bukti keterlibtan aktif umat dalam merayakan Ekaristi. MEMERCIKI Sebagai tanda penyucian dan peringatan akan pembatisan kita. memerciki dilakukan pada permulaan Ekaristi 9kadang-kadang masih ada imam yang melakukannya). Dan juga dilakukan setelah pembaharuan janji naptis pada Malam Paska, saat menerima daun Palma pada perarakan Minggu Palma. memerciki juga dilakukan untuk kepentingan pernikahan, pemakaman, pemberkatan tempat/gedung, pemberkatan benda-benda devosi lainnya. MEMBUNGKUK. Imam agung yang memimpin ibadat berdoa dengan membungkuk, hal ini sudah dilaksanakan sejak Perjanjian Lama, dimana juga gerakan ini dipakai untuk mengiringi doa dan uangkapan menyembah Tuhan. Membungkukan badan merupakan tanda penghormatan yang lebih besar daripada menundukan kepadla. Rombongan imam, prodiakon, misdinar juga melakukan penghormatan dengan membungkuk terhadp altar Tuhan. membungkuk dilakukan : oleh Imam dan para pembantunya (prodiakon, misdinar) didepan altar ketekika memulai dan sesaat sebelum meninggalkan gereja (setelah berakhirnya perayaan Ekaristi) oleh imam pada waktu Konsekrasi oleh umat ketika mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan maria” (Syahadat para rasul), sebagai tanda ungkapan iman oleh umat ketika berada di depan salib oleh umat ketika masuk di gereja atau kapel yang didalamnya tersimpan sakramen mahakudus MENGECUP mengecup dilakukan oleh imam sebelum memakai pakaian liturgi, misalnya alba, amik, stola, kasula dll, maknanya adalah ungkapan rasa hormat terhadap "barangbarang suci" mengecup juga dilakukan oleh imam pada altar, sebelum dan sesudah perayaan Ekaristi, Mkasudnya memberi penghormatan terhdapa altar sebagai menja perjamuan Tuhan dan untuk menhormati Allah ditengah-tengah umat-Nya. Mengecup juga dilakukan oleh umat, pada peringatan Jumat Agung, dimana semua umat yang ikut didalam ibadat tersebut mendapat kesempatan mengcup salin, tepatnya mengecup luka pada kaki Yesus. Dimana kita diajak untuk melakukan penghormatan bagi Yesus kristus yang wafat disalib. MENDUPAI Mendupai dilakukan untu Paus atau uskup waktu perarakan menuju altar ktetika akan merayakan Ekaristi Agung. Untuk imam, altar, bahan persembahan, salib, umat dan barang lainnya yang disucikan. Maksdu dari pendupaan ini adalah untuk menciptakan suasana doa dan kurban bagi Allah. Pendupaan altar bergerak dari bagian kiri ke kanan mengelilingi altar. Pendupaan/mendupai dilakukan pada hari raya Paskahm natal, Pentakosta dan peringatan para kudus atau martir dan saat-saat hening lainnya misalnya tahbisan imam, uskup, upacara kematian. ma,un pada hari-hari biasapun mendupai/pendupaan tetap dianjurkan. Asap putih yang mengepul keatas sekan melambangkan persembahan kita diterima oleh Allah. MENUNDUKAN Sikap hormat ini sebagai tanda penghormatan, dimana menundukan kepala dilakukan oleh: Imam ketika mengucapkan kata Yesus, Santa Perawan Maria dan santo santa yang diperingati pada hari itu Oleh imam sebelum dan sesudah mendupai salib, altar dan bahan persembahan oleh misdinar sebelum dan sesudah mendupai imam dan umat. MENUMPANGKAN Penumpangan tangan dilakukan dalam Upacara tahbisan Imam, Uskup dan seluruh Imam/Uskup yang hadir menumpangkan tangan diatas kepla calon imam baru. menumpangkan tangan juga dilakukan untuk memberkati seorang tahbisan Diakon, Imam, Uskup. Serta dilakukan pada saat mendatangkan penyembuhan jiwa dan badan seseorang. oleh lektor atau petugas lainnya yang akan menuju altar untuk menghormati altar Tuhan dan imam. MEMBERKATI Memberkati dan menguduskan umat memang menjadi tugas seorang imam. memberkati adalah Doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya terkabulkan, terjadi, terlaksana. Memberkati disertai dengan gerakan tangan yang "bertanda salib" dengan mengucapkan "Atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus". Tiada berkat imam yang tidak diberikan dalam tanda salib!. Memberikati dilakukan oleh Uskup sambil mengurapi kedua telapak tangan calon imam baru. Telapak tangan dipilih sebagai tempat pengurapan supaya imam baru itu ingat akan paku yang melukai telapak tangan Yesus yang wafat di salib. Juga dilakukan oleh Imam pada waktu menerima persembahan dari wakil umat, pada saat menjelang Konsekrasi, pada akhir perayaan Ekaristi. Pemberkatan juga dilakukan oleh Imam pada : pernikahan, menempati rumah/gedung baru, pemberkatan barang-barang devosi atau benda berharga lainnya. MENEGADAHKAN KEPALA Sebagai sikap doa yang mengungkapkan permohonan dengan kebulatan hati. menegadahkan kepala dilakukan oleh imam ketika mempersembahkan roti dan anggur serta dilakukan oleh umat ketika berdoa pribadi dihadapan Yesus atau Bunda Maria dengan kebulatan hati untuk memohon. BERSALAMAN Berjabat tangan atau bersalaman mengungkapkan wujud dari Kasih dan Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika kita saling memberikan Salam Damai. Ungkapan Salam Damai berbeda-beda menurut adat istiadat setempat. ada yang mengungkapkannya berpelukan atau mencium pipi. Dan juga dilakukan oleh Imam dengan para pembantunya (prodiakon atau mesdinar) BERGANDENGAN TANGAN Merupakan tanda kesatuan dan kebersamaan. Bergandengan tangan dilakukan oleh imam dan umat saat menyanyikan atau mendoakan Bapa Kami (kalau tempatnya memungkinkan) DUDUK Duduk dilakukan ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai suatu ungkapan kesediaan mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Persiapan persembahan sebagai ungkapan kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Petugas membacakan penguman sebagai tanda ungkapan kesediaan mendengarkan dan melaksakan tugas kewajiban BERSILA Sikap duduk dengan melipatkan dan menyilangkan kedua kaki disebut bersila. Bersila dilakukan bila tidak ada kursi atau bangku, perempuan kadang-kadang dengan "bersimpuh". Bersila atau bersimpuh merupakan sikap doa umum di Asia khususnya bagian selatan dan timur seperti Indonesia, Jepang serta India. MERENTANGKAN TANGAN Merupakan tanda penyerahan kita kepada kehendak Allah. Yesus merentangkan tangan di kayu salib. Dengan merentangkan tangan, orang membuka seluruh genggaman/kepalan tangan, dengan arti kita membuka seluruh genggaman/kepalan sebagai wujud menyerahkan yang kita miliki kepada Tuhan. Merentangkan tangan dilakukan oleh imam ketika mendoakan pembukaan dan penutup ekaristi, doa persembahan, doa Bapa Kami, dan Doa Syukur Agung, serta dilakukan oleh umat ketika menyerahkan hidup dan segala permohonan kepada Tuhan BERLUTUT Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya. Berlutut dilakukan: Oleh umat ketika berdoa pribadi pada saat mengawali dan mengakhiri Ekaristi, saat konsekrasi, serta sebelum dan sesudah komuni sebagai sikap sembah sujud untuk hormat kepda Allah. Mengucapkan Doa Tobat untuk menunjukan sikap kerendahan hati dan permohonan ampun. Waktu Mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel) atau “yang dikandung dari Rohdukus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (Syahadat para rasul) khusus pada Hari Raya Natal sebagai tanda ungkapan iman yang mendalam. Iman mendoakan kisah Institusi (Kisah Perjamuan Tuhan) dalam Doa Syukur Agung, termasuk didalamnya kata-kata konsekrasi, sebagai tanda hormat dan pujian oleh umat dihadapan Sakramen mahakudus atau tarbernakel Oleh Imam dan umat untuk merenungkan wafat Tuhan Yesus pada saat pembacaan Kisah sengsara pada hari raya jumat Agung. Tahun Liturgi, yang disebut juga Tahun Kristiani, merupakan Kalender Kristiani/siklus masa liturgi dalam gereja-gereja Kristiani yang menentukan kapan hari-hari orang kudus, hari- hari peringatan, dan hari-hari besar harus dirayakan serta bagian mana dari Kitab Suci yang diasosiasikan dengan hari-hari raya tersebut.. Tahun liturgi, warna liturgi dan Perayaan liturgi yang digolongkan dalam beberapa tingkat, menurut pentingnya Tahun Liturgi Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri yang mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasa, selama 1 tahun. Jadi, dalam kalender Gereja Katolik tersebut diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan. Kita umumnya mengenal Tahun Masehi yang berawal pada tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Tahun Liturgi berbeda dengan Tahun Masehi. Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November – awal Desember], yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam [akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman. Sepanjang tahun liturgi, Gereja menghadirkan seluruh misteri keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan. Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan. Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius. Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus. Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan. Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009 dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B. Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun ganjil/genap [tahun I / tahun II]. Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst]; tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst]. Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama. Maka bila kita setia mengikuti Misa hari Minggu, dalam tiga tahun kita sudah “menyelesaikan” hampir seluruh isi alkitab. Seandainya kita juga rajin mengikuti misa harian, hampir seluruh alkitab sudah kita dengarkan dalam waktu dua tahun. Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi Pesta-pesta Yesus disusun menurut urutan historis, memberi kita kesempatan untuk menghayati kembali peristiwa-peristiwa besar dari hidup-Nya melalui sikap doa dan meditasi. Yesus adalah PENEBUS sejak inkarnasi-Nya. Maka dari itu, kita merayakan dan mengalami kuasa penebusan-Nya dalam setiap peristiwa yang disajikan tahun liturgi Gereja kepada kita. Dengan memasukkan peristiwa-peristiwa ke dalam perayaan liturgis, Gereja membantu menghantar kuasa penebusan Kristus SECARA SAKRAMENTAL kepada kita. Apa yang dulu pernah dilakukan Yesus dalam pelayanan historis-Nya, sekarang Ia lakukan (sebagai Tuhan yang bangkit, melalui Roh Kudus) dalam misteri-misteri liturgi. Berikut adalah perayaan liturgi yang digolongkan sebagai tingkat “Hari Raya”, tingkat “Pesta” dan tingkat “Peringatan”, masing-masing menurut pentingnya. (Bdk. PTL 59) 1. Hari Raya/ Solemnity: Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta/ feast. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan bacaan – bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya. 1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah 6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska 40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan 50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus 24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis 29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus 15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga 1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam 8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda 25 Desember: Hari Raya Natal Beberapa hari raya ini merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Ada hari raya yang hanya berlaku di Indonesia, yaitu: Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08). 2. Pesta/ Feast Pesta/ Feast adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8 September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2 November) 3. Peringatan/ Memorial Peringatan/ Memorial adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib maupun fakultatif/ optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/ daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan hari raya/ solemnity, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau Oktaf Paskah. 4. Masa musim liturgis Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari peringatan khusus yang dilakukan. 5. Masa Biasa Hari- hari dalam masa biasa. Tentang Hari Raya, Pesta dan Peringatan: “Orang-orang kudus yang mempunyai arti penting untuk seluruh Gereja, diperingati secara wajib di seluruh Gereja. Para kudus lainnya dicantumkan dalam penanggalan umum sebagai peringatan fakultatif, atau peringatannya diserahkan kepada kebijaksanaan Gereja setempat, bangsa atau tarekat yang bersangkutan.” (PTL 9) “Dalam merayakan misteri Kristus sepanjang tahun liturgi, Gereja menghormati juga Santa Maria Bunda Allah dengan cinta yang khusus. Kecuali itu para beriman diajak merayakan hari-hari peringatan para martir dan para kudus lainnya.” (PTL 8) “Perayaan-perayaan liturgi dibagi menurut pentingnya. Ada tingkat hari raya, tingkat pesta dan tingkat peringatan. Hari raya merupakan hari liturgi yang paling besar. Perayaannya dimulai pada hari sebelumnya dengan Ibadat Sore. Beberapa hari raya mempunyai Misa sore khusus pada hari sebelumnya; rumus ini dipakai bila ada Misa sore.” (PTL 10-11) Di Indonesia, ada 4 hari libur nasional dari tradisi Gereja Katolik, yang tidak selalu jatuh pada hari Minggu: Tahun Baru (Gregorian) 1 Januari dan juga Kelahiran, Wafat dan Kenaikan Yesus Kristus. Di negara-negara lain, ada juga hari libur nasional untuk Hari Raya Penampakan Tuhan (=Epifani, 6 Jan), Tubuh dan Darah Kristus (=Corpus Christi, Kamis kedua setelah Pentakosta), Hari Minggu selama tahun liturgi dianggap sangat penting. Terutama hari Minggu selama Adven, Prapaskah dan Paskah. Hanya Pesta memperingati Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut yang boleh menggantikan perayaan hari Minggu. Misalnya, Hari Raya St. Perawan Maria Bunda Allah (1 Januari) jika jatuh hari Minggu maka akan dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta Penampakan Tuhan misalnya, jika jatuh hari Minggu (di negara di mana harinya tidak dipindahkan ke hari Minggu terdekat) akan tetap dirayakan menggantikan hari Minggu. Pesta lain yang berkenaan dengan Santo/Santa, Pendirian Gereja, dsbnya akan diabaikan, karena lebih rendah dari hari Minggu derajatnya. Selama 3 masa tersebut: Adven, Prapaskah, Paskah, derajat hari Minggu menjadi mutlak dan tidak bisa digantikan oleh apapun. Jika ada Pesta Tuhan atau Hari Raya yang jatuh pada hari Minggu pada masa-masa tersebut, maka akan digeser ke hari Sabtu. (DOKUMEN GEREJA: PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (LITTERAE CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRAEPARANDIS ET CELEBRANDIS #11) Dalam contoh kasus di atas, Pesta Salib Suci jatuh pada hari Minggu di luar 3 masa tersebut. Pesta ini digolongkan pada Pesta Tuhan. Karenanya dirayakan menggantikan hari Minggu. Warna Liturgi Dalam Perayaan Ekaristi warna sangat dimanfaatkan sebagai unsur virtual yang sangat penting dalam menciptakan suasana religius, sekaligus memberi sentuhan atmosfir sedemikian rupa sehingga sungguhsungguh dapat mengantar umat kepada pertemuan dengan yang Ilahi. Gereja Katolik mempunyai pemahaman norma tersendiri dan baku akan warna. Setiap warna merefleksikan nilai dan makna rohani tertentu. Begitu juga kapan waktu pemakaian warna tersebut dipakai disesuaikan dengan masa-masa dan perayaan-perayaan atau pesta tertentu menurut penaggalan kalender liturgi. Warna yang dimaksud dalam liturgi adalah warna Stola (selempang/selendang) dan Kasula (Mantol Lebar/Pakaian Paling Luar Imam) yang dipakai oleh Imam, begitu juga dengan warna yang dikenakan Prodiakon, Lektor/Lektris dan Putra/Putri Altar disesuaikan dengan warna yang dipakai imam sesuai kalender liturgi. Penggunaan warna liturgi berkembang bersama-sama dengan pakaian luturgi dalam sejarah liturgi. Perkembangan pemilihan warna liturgi berlatar belakang pada teknik pembuatan warna pada zaman kuno. Pada zaman kuno bahan pewarna diambil dari getah utama keong dengan lama pemasakan, maka orang mengatur warna yang diinginkan. Semakin lama pemasakan, semakin mahal harganya. Warna merah tua dan gelap merupakan warna yang paling mahal, maka pesta liturgi yang disimbolkan juga semakin meriah. Pemilihan warna liturgi amat dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol warna sebagaimana dipahami suatu budaya dan masyarakat tertentu. De facto, penafsiran terhadap simbol warna bisa bermacam-macam dan berbeda antarasuatu bangsa-budaya yang satu dengan yang lain. Meskipun begitu, kita boleh meringkas makna simbolis warna-warna liturgi secara umum dan penggunaannya. Dalam liturgi, warna melambangkan: 1. Sifat dasar misteri iman yang kita rayakan, 2. Menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi HIJAU (H) Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang. Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah. PUTIH DAN KUNING (U) Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenkan jubah, single dan solideo putih. Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yakni makana kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan bersama-sama atau salah satu. Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus bukan martir, pada hari raya semua orang kudus (1 November), Santo Yohanes Pembaptis (24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember), Takhta Santo Petrus Rasul (22 Februari), dan Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari) MERAH (M) Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman. Dalam liturgi warna mereh dipakai untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam perayaan perayaan sengsara Kristus, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan dalam perayaanperayaan para martir. UNGU (U) Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat. Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman. HITAM (T) Warna hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam, kematian, dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara paling itntensif. Warna hitam bisa