BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
1.
Aktualitas
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan dari hari ke hari telah menjadi suatu topik yang hangat dibicarakan
begitu juga di Indonesia program CSR pun sedang digalakan pelaksanaannya.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada topik ini,
khususnya dari praktik CSR yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel di Cilegon.
Banten.
PT Krakatau Steel adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang memproduksi baja untuk kebutuhan dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 47 Tahun 2012
TentangTanggung
mewajibkan
Jawab
perusahaan
Sosial
dan
melaksanakan
Lingkungan
tanggung
Perseroan
jawab
Terbatas
sosial
dan
lingkungannya, pereseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Regulasi tersebut
menjadi acuan untuk melaksanakan segala kegiatan program yang bertujuan
untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar perusahaan
yang terkena dampak dari kegiatan perusahaan.
Bentuk dari program CSR PT Krakatau Steel ini berupa bantuan pendidikan,
kesehatan, pinjaman modal, tanggap bencana, penghijauan dan pembangunan
1
fasilitas yang dilakukan di sekitar perusahaan maupun diluar provinsi. Hasil dari
program CSR tersebut adalah berdirinya sekolah-sekolah di kecamatan Citangkil
yang berada di daerah ring 1 dan 2. Selain pembangunan infrastruktur
pendidikan
tak
ketinggalan
bantuan beasiswa
bagi masyarakat
yang
membutuhkan. Kemudian dibangunnya Masjid Agung Cilegon di pusat Kota
Cilegon yang kini menambah kuat suasana religi, dan program dalam bentuk
lainnya.
Banyaknya hasil dari program CSR PT. Krakatau Steel yang dinikmati
masyarakat sekitar menjadi alasan peneliti memilih tema ini. Peneliti ingin
mengetahui apa yang terjadi pada tubuh masyarakat sekitar terkait program CSR
yang mereka rasakan sejauh ini. Ketertarikan peneliti dalam hal ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pelembagaan program CSR PT Krakatau Steel dan
dampak-dampak yang dihasilkan program CSR kepada masyarakat yang
kebanyakan belum memahami sepenuhnya arti dari CSR itu sendiri.
2.
Orisinalitas
Penelitian yang mengangkat tema Corporate Social Responsibility telah
banyak dilakukan, baik secara kulitatif ataupun kuantitatif. Namun fokus yang
banyak diangkat adalah keefektifan program CSR suatu perusahaan. Tema yang
diangkat yaitu CSR, tetapi yang membedakan penelitian lain adalah fokus yang
mengarah pada suatu kelembagaan masyarakat terkait program CSR PTKrakatau
Steel. Terdapat penelitian tentang keefektifan program CSR PT Krakatau Steel
dengan fokus pinjaman modal kepada masyarakat kecamatan Citangkil periode
2010-2011 yang dilakuakan pada tahun 2012 oleh Marina, mahasiswi fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sultan
2
Ageng Tirtayasa, namun pada penelitian tersebut, peneliti lebih memfokuskan
kepada keefektifan program CSR PT Krakatau Steel pada bidang Usaha Kecil
Menengah (UKM).
Peneliti belum menemui kajian yang sama dengan yang akan diteliti,
sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar tanpa adanya berbagai spekulasi
yang mengatas namakan penelitian orang lain.
3.
Revelansi
Dengan
Jurusan
Pembangunan
Sosial
Dan
Kesejahteraan
Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat. Mempelajari masyarakat ini termasuk
mempelajari kehidupan dan pola masyarakat, seperti hubungan antar
masyarakat dan pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat ini
meliputi segala tindakan manusia untuk menciptakan keseimbangan hubungan
antara kebutuhan (needs) dengan sumber daya (resources) demi mendapatkan
kesejahteraan mental,fisik, dan sosial masyarakat.
Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejateraan dalam konsentrasinya
memiliki
3
fokus
keilmuan,
diantaranya
yaitu
Social
Policy,
Community,Development, dan Coorporate Social Responsibility. Dalam
perkembangannya community development memiliki kaitan dengan arah
pembangunan yang berkelanjutan yang ada dinegara kita. Pembangunan yang
sekarang dilakukan oleh negara kita lebih mengarah pada pemberdayaan
dimana dalam proses perwujudannya membutuhkan adanya partisipasi dari
masyarakat dan di kelola secara berkelanjutan. Masyarakat merupakan subjek
dalam proses pembangunan berbasis pemberdayaan. Masyarakat menjadi
3
objek dalam pemberdayaan agar terjadi pengembangan pada diri masyarakat
sehingga nantinya akan timbul masyarakat yang berdaya. Dam mandiri dan
mampu menghadapi masalah yang terjadi dalam perekonomian mereka
sendiri.
B. Latar Belakang
Di era globlaisasi saat ini, semua negara, baik negara maju ataupun negara
berkembang sedang berlomba-lomba dalam membangun negaranya masingmasing dengan tujuan agar di negara tersebut dapat menghasilkan sesuatu untuk
rakyatnya menuju kesejahteraan. Tak terkecuali Indonesia sebagai negara
berkembang dengan sumber daya manusia yang sangat banyak juga diimbangi
oleh sumberdaya alam yang begitu melimpahnya seakan semua kebutuhan
manusia bisa terpenuhi.
Tanah di Indonesia menjadi sasaran empuk bagi pihak kapitalis untuk
berinvestasi dibidang industri. Banyak perusahaan berdiri kokoh dari Sabang
maupun Merauke, mencakupbidang pertambangan, perkebunan, tekstil dan
lainnya.
Dengan
adanya
perusahaan-perusahaan
tersebut
menjadikan
kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja demi mensejahterakan dirinya
sendiri dan keluarganya. Tidak dipungkiri lagi perusahaan-perusahaan tersebut
menjadi faktor terpenting bagi pembangunan Indonesia yang sesungguhnya
membutuhkan lagi perusahaan untuk terus memanfaatkan sumberdaya alam
yang melimpah dengan melibatkan masyarakat yang memerlukan pekerjaan. Hal
itu adalah sebuah hubungan saling ketergantungan satu sama lain antara pihak
perusahaan dan masyarakat.
4
Baik pihak masyarakat dan perusahaan sama pentingnya ketika sifat saling
ketergantungan menjadi dasarnya. Perusahaan berusaha untuk mendapatkat apa
yang menjadi tujuannya dari masyarakat begitu juga sebaliknya. Tujuan
perusahaan adalah mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya dari hasil
produksi. Akan tetapi tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya perlu dilakukan sebuah strategi dimana pihak perusahaan harus
memikirkan masyarakat juga, karena masyarakat merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Strategi itu kini banyak dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di dunia yaitu memberikan sebuah tanggung jawab
sosial atau kini dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility.
Suhandari (dikutip dalam Untung 2008) mengatakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalampengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan
antara
perhatianterhadap
aspek
ekonomis,
sosial,
dan
lingkungan.1
Dengan adanya CSR, perusahaan tidak lagi memikirkan keuntungan(profit)
saja, tetapi perlu juga mementingkan aspek lingkungan dan masyarakat.
Perusahaan perlu memberikan tanggung jawabnya terhadap lingkungan
dikarenakan perusahaan dalam proses produksinya pasti membutuhkan
sumberdaya alam seperti air, tanah, pohon, batu bara, bahan bakar minyak
ataupun gas. Begitu juga ketika dalam tahap penyelesaian produksi, pasti
perusahaan akan membuang sisa-sisa yang tidak terpakai atau limbah dalam
1
Untung, Hendrik.Budi. 2008. Corporate Social Responsibility, Jakarta
5
bentuk apapun ke air, tanah dan udara. Hal ini akan menjadi sebuah polusi
lingkungan yang akibatnya akan sangat fatal bila terus terjadi. Sehingga bentuk
tanggung jawab perusahaan diperuntukan agar menjaga lingkungan agar
lingkungan tidak rusak karena proses produksi. Bentuk tanggung jawab terhadap
lingkungan antara lain berupa penanaman pohon-pohon di sekitar perusahaan,
pengolahan limbah, menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan
menyediakan air bersih.
Selain tanggung jawab terhadap lingkungan (planet), perusahaan perlu
bertanggung jawab terhadap masyarakat (people) yang secara langsung
merasakan dari proses produksi tersebut.Konsep Triple Bottom Line yaitu Profit,
Planet and People (3P)yangdiciptakan oleh John Elkington tahun 1994,
dipublikasikan secara luas tahun 1997 melalui buku “Cannibals with Forks - the
Triple Bottom Line of 21st Century Business”.2
Program CSR yang diberikan pihak perusahaan kepada masyarakat antaralain
seperti program pendidikan, beasiswa, pelatihan, kesehatan, kemitraan,
pembangunan fasilitas umum seperti sekolah dan masjid, dan bantuan bencana
alam. Program CSR yang diberikan ke masyarakat sekitar berdirinya perusahaan
bertujuan agar masyarakat merasa dirinya diperhatikan oleh perusahaan karena
perusahaan mamiliki tugas tanggung jawab atas permasalahan sosial di
sekitarnya secara merata.
Perusahaan tidak akan bertahan lama bila hanya mementingkan dan
mengandalkan keuntungan semata. Maka dari itu lingkungan dan masyarakat
wajib diikutsertakan dalam keberlangungan perusahaan itu sendiri dan pada
2
Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century Business. London, UK:
Capstone Publishing Limited
6
akhirnya juga akan menguntungkan. Akan tetapi bisa saja perusahaan tidak
melakukan program CSR apabila tidak ada hukum yang mengatur. Untung saja
sudah ada undang-undang yang mengatur. Bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap sosial dan lingkungan telah diatur didalam diatur ketat dalam regulasi
melalui Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang
dijabatkan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 47 Tahun 2012
Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
mewajibkan melaksanakan tanggung jawab social (CSR) dan lingkungannya,
pereseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Arti dari Responsibility itu sendiri adalah tanggung jawab secara etis dan
moral.
Adapun
tanggung
jawab
yang
berdasarkan
hukum
yaitu
Liability.Tanggung jawab secara bermoral artinya apa yang menjadi tanggung
jawab perusahaan haruslah memikirkan apakah ada dampak negatifnya atau
tidak, sehingga tidak akan terjadi masalah baru. Dalam melakukan CSR,
perusahaan diharapkan memiliki sifat kesadaran atas apa yang telah dirasakan
masyarakat serta diperlukan kecintaan dan keberanian dalam memberikan apa
yang dibutuhkan masyarakat dan lingkungan saat ini dan nanti.
Lalu, sebenarnya apa manfaat CSR bagi perusahaan? Menurut Suhandari
(dikutip oleh Untung 2008) manfaat CSR bagi perusahaan antara lain3:
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
3
Untung, Hendrik.Budi. 2008. Corporate Social Responsibility, Jakarta
7
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan penghargaan.
Ketika kegiatan CSR sudah atau sedang dilakukan, maka akan timbul suatu
hubungan antara masyarakat terhadap perusahaan, begitu juga sebaliknya.
Hubungan ini bisa bersifat baik atau buruk, tergantung pihak perusahaan yang
menganggap masyarakat itu seperti apa. Bila perusahaan memandang
masyarakat sebagai permasalahan besar, maka masyarakat juga akan
memandang perusahaan adalah pihak yang memberikan masalah peruhaan.
Begitu juga sebaliknya bila perusahaan memandang masyarakat adalah pihak
yang sangat berjasa dan menguntungkan bagi perusahaan, maka masyarakat juga
akan membuat perusahaan merasa diiuntungkan juga.
Peranan dari pihak masyarakat sama pentingnya dengan peran pemilik saham
ataupun pelanggan setia. Gibson (dikutip oleh Heath 2004) For supporters of the
‘‘stakeholder theory’’ (SHT) of the firm, shareholders are but one of a number
of important stakeholder groups. Like customers, suppliers, employees, and
local communities, shareholders have a stake in, and are affected by, the firm’s
success or failure. According to one typical formulation of the claim, ‘‘In the
8
same way that a business owes special and particular duties to its investors it
also has different duties to the various stakeholder groups.4
Artinya, baik pemegang saham, karyawan, pemasok dan masyarakat lokal
memiliki kepentingan yang sama. Masyarakat juga memiliki kekuasaan terhadap
perusahaan walaupun tidak terlihat seperti pemegang atau pemilik saham.
Keberhasilan atau terpuruknya perusahaan tergantung kepada masyarakat. Maka
dari itu perusahaan haruslah merasa bahwa masyarakat adalah bagian dari
perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan telah membentuk suatu
sikap di dalam sistem kemasyarakatan. Sikap tersebut adalah peran masyarakat
itu sendiri terhadap perusahaan. Hal ini membuat sebuah kondisi dimana ada
sifat
timbal balik antara perusahaan dan stakeholder yang mengharuskan
perusahaan untuk selalu memenuhi kebutuhan keduanya.
Ada dua stakeholder perusahaan yang sebenarnya. Memenurut the Clarkson
Center of Business Ethics (1999) dalam magnes (2008) stakeholders perusahaan
dibagi dalam dua bentuk besar yaitu Primary Stakeholders dan Secondary
Stakeholders.Primary Stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dengan menanggung resiko
seperti misalnya investor, kreditor, karyawan, komunitas lokal dan pemerintah.
Sedangkan Secondary Stakeholders yaitu dimana sifat keduanya saling
mempengaruhi namun hidup namun hidup perusahaan secara ekonomi tidak
ditentukan oleh stakeholder ini antara lain, media, lembaga sosial dan serikat
buruh.5
4
Heath, Joseph. 2004. “: Stakeholder Theory, Corporate Governance and Public Management: What can
the History of State-Run Enterprises Teach us in the Post-Enron era?” Journal of Business Ethics, No 53,
pp. 247-265.
5
http://irwanirawan.com/2009/06/08/teori-stakeholder/. Dakses pada tanggal 29 April 2013
9
Baik buruknya nasib perusahaan tentu saja dipengaruhi “kelakuan” primary
stakeholdernya. Bila memang perusahaan secara sadar harus melakukan kegiatan
CSR, maka mereka akan mendukung tujuan dari perusahaan, akan tetapi bila
perusahaan enggan melakukan CSR karena dianggap tidak penting dan
membuang tenaga saja, maka para stakeholder akan melakukan tuntutantuntutan secara keras agar perusahaan mau melakukan CSR. Tuntutan-tuntutan
itu merupakan hak bagi parastakeholder dan menjadi kewajiban perusahaan
karena pemerintah sudah mengatur CSR didalam undang-undang yang sudah
disebutkan di atas. Pemerintah juga akan menghukum perusahaan “nakal”
dikarenakan pemerintah sudah memberikan dana bagi perusahaan yang berstatus
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan kegiatan CSR. Ketika
perusahaan tidak melaksanakan CSR maka ada indikasi bahwa perusahaan telah
melakukan korupsi, seperti mamanipulasi laporan laba persuahaan yang telah
digabungkan dengan pengeluaran dana program CSR sehingga akan ada
keringanan wajib pajak yang bisa merugikan keuangan negara. Tidak hanya
perusahaan BUMN saja yang bisa terkena sanksi, perusahaan swasta pun bisa
juga.
Hal yang harus ditekankan bahwa kegiatan CSR dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat. Masyarakat harus dibangun konstruksi sosialnya.
Menurut Ngangi (2011) Kontruksi sosial adalah sebuah pernyataan keyakinan (a
claim) dan juga sebuah sudut pandang (a viewpoint) bahwa kandungan dari
kesadaran, dan cara berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh
kebudayaan dan masyarakat. Menurut Iyan Rory (yang dikutip Ngangi 2011)
Mencakup di dalamnya pandangan bahwa semua kuantitas metafisik riil dan
10
abstrak yang dianggap sebagai suatu kepastian itu dipelajari dari orang lain
disekitar kita.6
Dalam kornstruksi sosial, budaya pasti akan mempengaruhi tingkah laku dan
pola pikiran sebuah masyarakat. Kemudian budaya ini bisa timbul dari
implementasi CSR perusahaan kepada masyarakat yang menerima langsung
program tersebut. Mau tidak mau perusahaan sudah membentuk suatu budaya di
tubuh masyarakat yang memang harus terkena imbasnya. Perusahaan
bertanggung jawab atas pemberdayaan masyarakat, bukan malah memperdaya
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat berarti membuat sebuah tubuh
masyarakat memiliki dan membangun potensi terhadap dirinya sendiri untuk
melakukan kegiatan kemasyarakatan secara mandiri yang berkelanjutan.
Berbeda bila perusahaan memperdaya masyarakat dengan iming-imingan uang
yang besar saja tanpa memikirkan keberlajutan dan peran aktif terhadap
lingkungan sekitar. Untung (2008) mengatakan bahwa sebenarnya bukan uang
saja, uang itu hanya sebagian nilai karena ada nilai intangible yang sangat
penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang.
Ketika CSR diimplementasikan langsung kepada masyarakat, menurut Prince
of Wales Foundation(dikutip oleh untung. 2008)ada lima hal penting yang dapat
mempengaruhi implementasi CSR, pertama, menyangkut human capital atau
pemberdayaan manusia.
Kedua, environtments
yang berbicara tentang
lingkungan. Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social
cohesion. Artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan
6
Ngangi, Charles.R. 2011. “Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial.” ASE, Vol 2, No. 2, pp.1-4. Diunduh pada
tanggal 2 Mei 2013.
11
kecemburuan sosial. Kelima adalah economic strenght atau memberdayakan
lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi.7
Sifat yang tidak terlepas dari implementasi CSR adalah pencitraan positif
perusahaan. Semua perusahaan pasti akan mengkui hal tersebut, artinya
masyarakat akan menilai perusahaan tersebut punya “kelakuan” baik kepada
mereka. Dengan citra baik yang melekat di nama perusahaan, maka perusahaan
bisa melakukan tujuan-tujuannya dengan mudah tanpa ada pandangan miring
atau kecurigaan dari masyarakat. Metode pencitraan positf adalah public
relation. Menurut Sukada et al (dalam Imran: 2013) Public Relations adalah
metodekomunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi, atas
dasar menghormati kepentingan bersama.8
Hubungan perusahaan dengan masyarakat memang harus terus dikuatkan.
Akan tetapi ada hal yang perlu dicermati dan tidak boleh dilupakan yaitu adanya
kelompok masyarakat. Ada dua kelompok masyarakat, yang pertama adalah
masyarakat menengah ke bawah, dan yang kedua adalah masyarakat menengah
ke atas. Sudut pandang kedua kelompok masyarakat tersebut tentu saja berbeda
satu sama lain. Fatal bila ada perbedaan penilaian di keduanya terhadap
implementasi CSR perusahaan. Terjadinya perbedaan bisa disebabkan karena
perusahaan tidak tepat sasaran, artinya CSR yang harusnya dibeerikan kepada
mayoritas masyarakat menengah kebawah yang memang sangat memerlukan,
tetapi malah sampai ke tangan kelompok masyarakat menengah ke atas yang
bisa dibilang tidak begitu membutuhkan walaupun pantas-pantas saja bila
7
Untung, H.B. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika
Imran, Maharani. “Peran Public Relations Pada CSR Dalam Rangka Meningkatkan Citra Positif
Perusahaan.” http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/paradigma/article/download/152/239.
diunduh tanggal 2 mei 2013.
8
12
mereka terkena langsung dampak dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan, namun akan lebih bijaksana perusahaan bisa memetakan masyarakat
mana saja yang sangat memerlukan dan yang tidak terlalu memerlukan tindakan
tanggung jawab perusahaan.
Selain hal tersebut, bisa saja ada permasalahan dimana masyarakat merasa
tidak diperhatikan oleh perusahaan yang tidak memberikan bantuan CSR secara
optimal atau seadanya menurut masyarakat. Akan tetapi berbeda dengan pihak
perusahaan yang menyebutkan bahwa mereka sudah memberikan apa yang
masyarakat butuhkan namun tidak bisa dimaksimalkan dengan baik. Di sini ada
dua pandangan yang berbeda yang bisa berakibatkan konflik antara keduanya
yang mungkin saja sangat merugikan keduanya. Hal ini tentu saja ada salah satu
pihak yang memang melakukan kesalahan namun tidak mengakui kesalahanya,
namun tetap saja berdalih dirinya benar dan orang lain yang salah. Sikap egoistis
memang selalu ada di tubuh tiap individu. Hal itu wajar bila sikap egoistis bisa
dikendalikan, tetapi sangat berbahaya bila tidak bisa dikendalikan dan terus
menjadi besar. Maka dari itu perlu adanya suatu pemahaman dari peneliti untuk
mengetahui apa penyebab yang sebenarnya. Bila hal tersebut terjadi, sangat
disayangkan karena CSR adalah alat untuk memenuhi kebutuhan antara
perusahaan dan masyarakat.
Hal yang menjadi titik fokus penelitian ini buakan melihat dari apa yang
dilakukan perusahaan dengan program CSRnya kepada masyarakat, akan tetapi
peneliti melihat dan mencoba memahami kepada apa yang dirasakan oleh
masyarakat terhadap program-program CSR yang diberikan perusahaan kepada
13
masyarakat disekitar. Tentu saja ada berbagai macam hal-hal menarik yang
ditawarkan atas hubungan keduanya.
Dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya, Kota Cilegon yang
menjadi daerah subur bagi para pengusaha dibidang industri dikenal dengan
sebutan Kota Baja. Sebutan itu diberikan karena di Kota Cilegon berdiri
perusahaan besar yaitu PT. Krakatau Steel yang memproduksi baja. Sempat
menjadi perusahaan penghasil baja terbesar di Asia saat tahun 90an dan bajabaja yang dihasilkan banyak diekspor ke berbagai benua karena memang
kualitasnya sangat baik. Tidak heran kini kota Cilegon yang pada awalnya
adalah daerah pertanian, kini berubah menjadi daerah industri karena banyak
perusahaan atau pabrik yang berdiri hampir sejajar di ujung barat pulau Jawa.
Walaupun sudah menjadi daerah industri, ada permasalahan yang muncul
yaitu terjadi pengangguran bagi mantan petani yang lahannya kini ditempati
perusahaan. Hal ini menjadi sebuah permasalahan yang ditimbulkan oleh PT.
Krakatau Steel terhadap masyarakat kota Cilegon. Dimana bila suatu daerah
masih banyak masyarakat yang menganggur maka daerah tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai daerah yang sejahtera. Pada era globalisasi saat ini
sseharusnya daerah-daerah yang memiliki banyak industri bisa mensejahterakan
masyarakatnya dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi hal
tersebut tidak begitu saja berjalan lancar. Masyarakat Cilegon secara tahap
pendidikan masih bisa dibilang kurang memenuhi syarat untuk bekerja di
perusahaan seperti PT. Krakatau Steel, sehingga banyak karyawan PT. Krakatau
Steel berasal dari luar kota Cilegon. Hal ini seharusnya menjadi perhatian
khusus bagi pihak perusahaan agar tidak terus menjadi penyebab utama
14
permasalah ini. Maka PT. Krakatau Steel melakukan langkah pencegahan
tersebut dengan CSR. Selain mencegah permasalahan, CSR juga memberikan
dampak positif bagi nama PT. Krakatau Steel sendiri karena bisa bermanfaat
bagi masyarakat Cilegon.
Ikhtiar tanggung jawab sosial juga digelar dengan program Krakatau Steel
Peduli. Begitu juga kegiatan CSR dilakukan lewat beberapa unit usaha: Baitul
Maal Krakatau Steel Group, Yayasan Pendidikan Krakatau Steel, Serikat
Karyawan Krakatau Steel, dan Badan Pembina Olahraga dan Seni Krakatau
Steel. Selain sebagai kewajiban eksistensial Krakatau Steel, pelaksanaan PKBL
juga amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012
Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Berikut adalah 5 program CSR PT. Krakatau Steel:
1. Program Peduli Pendidikan
2. Program Peduli Kesehatan
3. Program Peduli Sarana dan Prasarana Umum
4. Program Peduli Usaha Kecil
5. Program Tanggap Bencana
15
Bagan 1
Realisasi Program Bina Lingkungan Tahun 2011
Sumber: Buku CSR PT. Krakatau Steel. Hlm 47
Bagan 2
Realisasi Program Kemitraan Tahun 2011
Sumber: Buku CSR PT. Krakatau Steel. Hlm 4
16
Tabel 1
Daerah Penerima Program PT. Krakatau Steel
Sumber: Data PKBL PT. Krakatau Steel (dikutip oleh Marina 2012)9
Dari uraian dan data di atas, ada hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam
lagi. Dengan dana yang sangat besar yang dikeluarkan dari lemari baja PT
Krakatau Steel kepada masyarakat, khususnya di daerah Cilegon yang notabene
lokasinya sangat dekat dengan pabrik. Seharusnya kesejahteraan masyarakat
Kota Cilegon bisa ditingkatkan oleh kontribusi yang memadai oleh PT Krakatau
Steel yang mengutamakan daerah terdekat dalam menyalurkan program CSR.
Peneliti kemudian memfokuskan terhadap program CSR PT Krakatau Steel
dalam membantu masyarakat untuk berbudidaya ikan lele. Proses kemitraan di
9
Marina. 2012. “ Efektifitas Program Corporate Social Responsibility PT. Krakatau Steel di Kecamatan
Citangkil Periode 2010-2011.” Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universita Sultan Ageng Tirtayasa.
http://repository.fisip-untirta.ac.id/20/1/skripsi_marina.pdf. Diunduh tanggal 31 Januari 2013.
17
bidang budidaya lele ini menarik diteliti karena tidak sedikit jumlah mitra dan
dana yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Tabel 2: Kemitraan Budidaya Lele
Kota
Mitra Binaan Dana Kemitraan
Cilegon
39 orang
Rp. 465.951.431
Serang
46 orang
Rp. 798.295.508
Pandeglang 54 orang
Rp. 802.583.929
Lebak
10 orang
Rp. 83.100.000
Total
149 orang
Rp. 2.149.930.868
Dalam penyaluran keseluruhan dana kemitraan di Kota Cilegon sebesar Rp
18.759.569.820 ( Delapan belas miliyar tujuh ratus lima puluh sembilan juta
lima ratus enam puluh sembilan ribu delapan ratus dua puluh rupiah).
Dana kemitraan pada program budidaya lele untuk Kota Cilegon yang
tersebar di 7 Kecamatan berjumlah Rp. 465.951.431 (Empat ratus enam puluh
lima juta sembilan ratus lima puluh satu ribu empat ratus tiga puluh satu rupiah).
18
Tabel 3: Jumlah mitra binaan budidaya lele di Cilegon
Kecamatan
Mitra Binaan Jumlah
Citangki
10 orang
Rp. 118.834.111
Ciwandan
1 orang
Rp. 9.920.00
Cibeber
5 orang
Rp. 109.297.065
Grogol
2 orang
Rp. 11.903.898
Purwakarta
7 orang
Rp. 70.037.513
Cilegon
1 orang
Rp. 11.200.000
Jombang
13 orang
Rp. 134.758.847
Total
39 orang
Rp. 465.951.431
Melihat jumlah dana yang dikeluarkan di setiap kecamatan tentu
sangat berbeda dikarenakan jumlah mitraan yang tidak sama dan tiap mitra
binaan membutuhkan dana yang berbeda juga. Jumlah mitra binaan yang
berada di kecamatan Citangkil berada di posisi ke dua terbanyak di bawah
kecamatan Jombang. Perbedaan jumlah bisa dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dalam menyediakan tempat atau lahan untuk dijadikan kolam
lele. Semakin luas lahan kosong yang tersedia maka akan mudah untuk
melakukan budi daya lele.
Kemudian peneliti memilih penilitian ini terkait program budidaya
lele karena program budidaya lele membutuhkan proses yang tidak mudah
dan panjang sehingga diperkirakan ada proses-proses tertentu yang membuat
mitra binaan dan PKBL PT Krakatau Steel saling bekerjasama dalam
pelembagaan program CSR ini. Lalu kecamatan Citangkil dipilih sebagai
lokasi penelitian dikarenakan kecamatan Citangkil merupakan Kecamatan
terdekat dengan PT Krakatau Steel sehingga peneliti berasumsi bahwa
masyarakat Citangkil akan lebih mendapatkan perhatian lebih dari PKBL PT
19
Krakatau Steel yang menangani program CSR. Hal yang menarik bagi
peneliti adalah adanya mitra binaan terbaik PT Krakatau Steel dibidang
budidaya lele yang telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dan
banyak mengikuti acara-acara pameran produk mitra binaan antar
perusahaan di berbagai kota karena telah memproduksi makanan olahan dari
lele.
Pertanyaannya adalah apakah salah satu keberhasilan mitra binaan
diprogram budidaya lele ini merupakan sebuah hasil kerjasama antara mitra
binaan dengan perusahaan atau ada pihak lain yang terkait? Lalu bagaimana
dengan mitra binaan budidaya lele lainnya? Apakah mendapatkah hal yang
sama? Tentu yang menjadi pertanyaan besarnya adalah bagaimana suatu
pelembagaan program CSR PT Krakatau Steel yang dijalakan oleh PKBL
dalam memberikan tanggung jawabnya kepada masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana pelembagaan program budidaya lele oleh Corporate Social
Responsibility PT Krakatau Steel melalui proses kemitraan di kecamatan
Citangkil ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan apa yang terjadi di masyarakat terkait hubungannya
dengan program Corporate Social Responsibility PT Krakatau Steel melalui
pelembagaan kemitraan di bidang budidaya lele.
20
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dalam penelitian ini:
1. Memberikan gambaran kepada masyarakat seperti apa mereka menilai atau
menanggapi program Corporate Social Responsibility PT. Krakatau Steel.
2. Memberikan gambaran hubungan timbal balik antara program Corporate
Social Responsibility dengan masyarakat sekitar.
3. Memberikan masukan kepada PT. Krakatau Steel dan pemerintah dalam
mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility.
4. Memberikan referensi dan kontribusi kepada peneliti selanjutnya.
F. Tinjauan Pustaka
1.
Konsep Corporate Social Responsibility(CSR)
Suhandari (dikutip oleh Untung 2008) mengatakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalampengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan
lingkungan.10
Menurut Sukada et al (2007) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya
manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan,
10
Untung, Hendrik.Budi. 2008. Corporate Social Responsibility, Jakarta
21
dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di
setiap pilar.11
CSR menurut World Business Council For Sustainable Development
(WBCSD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada
komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya.
"Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by
business to contribute to economic development while improving the
quality of life of the workforce and their families as well as of the
community and society at large." (The WBCSD definition of CSR).12
Bank Dunia mendefinisikan: “CSR is the commitmen of business to
contribute to sustainable economic development working with employeer
and their representatives, the local community and society at large to
improve quality of live, in ways that are booth good for business and good
rof development”.13
Pernyataan tersebut menjelaskan CSR sebagai bentuk komitmen perusahaan
untuk turut berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dimana baik pekerja dan pemberi kerja, serta masyarakat lokal maupun
keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup. Sehingga perusahaan harus
pada posisi yang baik untuk bisnis dan baik untuk pembangunan.
Menurut (A+ CSR Indonesia), Upaya sungguh-sungguh dari perusahaan
untuk meminimumkan dampak negatif, mengkompensasi dampak negatif
residual dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi,
11
Sukada S et al. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Indonesia Business Links
http://www.wbcsd.org/work-program/business-role/previous-work/corporate-socialresponsibility.aspx. diakses pada tanggal 25 mei 2013
13
http://id.scribd.com/doc/93459915/Definisi-CSR. diakses tanggal 6 April 2013
12
22
sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. 14
Maiganan and Farel ( 2004 ) dalam Susanto ( 2007 ) Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai “ a business act in sociallyresponsible manner
when its decision and action account for and balance diversestakeholder
interests”.15Definisi ini lebih menekankan bahwa perlunya memberikan
perhatian secara seimbang terhadap kepentingan sebagai stakeholder yang
beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku
bisnis melalui perilaku yang secara bertanggung jawab. Definisi CSR sangatlah
beragam, tergantung dari visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan “
need, desire, wants dan interest “ masyarakat. Berikut merupakan beberapa
definisi CSR dalam Rahman (2009b)16, yaitu:
1. Melakukan tindakan
sosial termasuk kepedulian terhadap lingkungan
hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undang-undang
(Chambers dalam Irantara, 2004:49)
2. Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi
untuk
meningkatkan
ekonomi
bersamaan
dengan
peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal
dan masyarakat yang lebih luas (Trinidads dan Tobacco Bureau of
Standards).
14
www.csrindonesia.com%2Fdata%2Farticles%2F20090525112040a.pdf&ei=BsCgUfLlD5CrrAeZzIHwCg&usg=AFQjCNF9RFFCCdA2qRS7IMZdmevigTG6A&sig2=ZxCMe2zhs_JeryX79d_OCw&bvm=bv.47008514,d.bmk&cad=rja.
Diunduh tanggal 25 Mei 2013
15
Susanto, A.B. 2007. A Strategic Management Approach: Corporate Social Responsibility, Cetakan I, The
Jakarta Consulting Group, Jakarta.Di unduh pada tanggal 25 Juni 2013
16
Rahman, Reza. 2009b. CSR Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta. MedPress . Di unduh pada
tanggal 16 Juli 2013
23
3. Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan
tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup (The World
BusinessCouncil for Sustainable Development).
Beberapa definisi CSR di atas adalah bentuk CSR yang telah banyak
berubah dari sebelumnya hanya sebuah kegiatan derma berkembang menjadi
sebuah kewajiban yang harus di lakukan oleh sekelompok komunitas atau
perusahaan dalam menjalakan bisnisnya. Perusahaan akan tetap melakukan
usaha bisnis, akan tetapi masyarakat juga perlu sebuah bentuk “giving back“ dari
perusahaan agar keharmonisan antara perusahaan dan masyarakat tetap terjaga
dan akan terus berlanjut kedepannya, karena jelas tujuan dari di bentuknya CSR
di perusahaan adalah karena inginnya tiap perusahaan dengan bisnis apapun
menginginkan keberlanjutan dan kestabilan usaha, karena keberlanjutan akan
mendatangkan keuntungan sebesar-sebesarnya bagi perusahaan. Setidaknya ada
3 alasan penting mengapa kalangan dunia usaha wajib merespon CSR agar
sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional perusahaannya, seperti yang
di kemukakan oleh Wibisono ( 2007 ).17
1.
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karena itu
wajar
bila
perusahaan
memperhatikan
kepentingan
masyarakat.
Perusahaan mestinya menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu
tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan social ini berfungsi sebagai
kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan saham yang bersifat
17
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility.
Fascho Publishing: Gersik.Di unduh pada tanggal 17 Juli 2013
24
ekpansif atau eksploratif, di samping sebagai kompensasi social karena
timbul ketidaknyamanan pada masyarakat.
2. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan
yang bersifat simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan
pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
3. Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau
bahkan menghindari konflik social. Potensi konflik itu berasal akibat dari
dampak operasional perusahaan akibat kesenjangan structural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen masyarakat.
Tabel 4:
Pengertian 5 Dimensi CSR menurut A+ CSR
No
Dimensi
Pengertian
1
Ekonomi, Sosial,
Lingkungan
perusahaan dalam menjalankan CSR harus
memperhitungkan keseimbangan ketiganya,
tak boleh ada trade offdalam jangka panjang di
antara ketiganya, dan ketiganya harus
mengalami kemajuan.
2
Pemangku
Kepentingan
perusahaan dalam menjalankan CSR harus
memperhatikan seluruh pemangku
kepentingan internal dan eksternalnya, dan
mencari keseimbangan terbaik bagi pemuasan
seluruh kepentingan mereka.
3
Voluntari
perusahaan dalam menjalankan CSR harus
mematuhi seluruh regulasi yang berlaku
kemudian berusaha melampauinya sejauh
mungkin
25
1.1 Implikasi CSR
Bagan 3
Pyramid of Corporate Social Responsibility and Performance (sumber: Carroll, 2004:116)
Menurut Carroll (1991), piramida tersebut telah meliputi berbagai perspektif
dari apa yang masyarakat harapkan terhadap perusahaan, baik secara ekonomi
maupun sosial. Carroll membagi tanggung jawab yang dilakukan perusahaan ke
dalam empat tingkatan yang masing-masing tingkatan memiliki dasar dan tujuan
tanggung jawab yang berbeda.
 Economic Responsibility (Tanggung jawab Ekonomi) merupakan tingkat
yang paling dasar, dianggap sebagai pondasi inti dari sebuah tanggung jawab
perusahaan. Dimana perusahaan bertanggungjawab kepada investor dan
stakeholder lainnya, memberikan lapangan pekerjaan, menghasilkan baran atau
jasa yang berujuan mendapatkan keuntungan.
26
 Legal Responsibility (Tanggung Jawab Hukum) merupakan tingkat kedua
pada piramid, dimana tanggung jawab ini menunjukkan bahwa perusahaan
melakukan kegiatan perusahaan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
suatu wilayah. Perusahaan wajib melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai dengan
peraturan, walaupun hal tersebut menghambat peningkatan kinerja ekonomi
mereka. Contohnya seperti membayar pajak kepada negara.
 Ethical Responsibility (Tanggung Jawab Etis) merupakan bentuk tanggung
jawab perusahaan yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan
reputasinya, seperti mengikuti norma tidak tertulis, standar, dan harapan dari
para stakeholder.
 Philantropic Responsibility (Tanggung Jawab Filantropi) merupakan puncak
dari piramida CSR. Menurut Carroll (1991; 2004) perbedaan antara tanggung
jawab etis dan tanggung jawab filantropi adalah bahwa tanggung jawab
filantropis tidak diharapkan dalam sudut pandang etika atau hukum. Hal ini lebih
dianggap sebagai apa yang diinginkan dari para pemangku kepentingannya.
Sehigga dapat berbeda bentuk kegiatannya di setiap lokasi, tergantung pada
kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan.
Menurut Emirzon, di era pasar bisnis yang baik adalah metode yang telah
menggunakan paradigma baru dan sistem yang baru, dengan menjalankan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance (
GCG ).Konsep dasar dan pengertian GoodCorporate Governance yaitu sebagai
sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan.
Definisi Good Corporate Governance yang disampaikan diatas, memiliki
kesamaan makna yang menekankan pada bagaimana mengatur hubungan antara
27
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang diwujudkan dalam satu
sistem pengendalian perusahaan. Terdapat lima prinsip dalam GCG dalam
Emirzon (2006)Vol.4. Hal. 8 18Yaitu :
1.
Transparancy, sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan.
2.
Accountability,
kejelasan
fungsi,
struktur,
sistem
dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
3.
Responsibility,
kesesuaian (kepatuhan)
di dalam
pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan
yang berlaku.
4.
Independency, suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
professional tanpa benturan kepentingan manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
5.
Fairness, perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangundangan yangberlaku.
1.3 Implementasi Program Corporate Social Responsibility
Mengimplementasikan program CSR terdapat perencanaan yang matang
yang kemudian dipraktekan di masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan dalam
18
Emirzon, op.cit
28
mengimplementasikan adalah identifikasi masalah,menyusun perencanaan,
pelaksanaan, hingga tahap evaluasi.
Menurut DeMartinis dalam Rahman (2009b)19 menyebutkan beberapa
langkah yang dilakukan oleh perusahaan non-profit dalam menyusun
program CSR, yaitu:
1. Merumuskan Komunitas Organisasi
Yaitu dengan melakukan penyusunan pembatasan kategori masyarakat
lokal, mengidentifikasi norma, adat, nilai dan hukum setempat,
mengidentifikasi pemuka pendapat yang berpengaruh dan memiliki
komunitas primer dan sekunder.
2. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan dapat dilakukan dengan menemukan data yang
terdapat dilapangan kemudian diformulasikan menjadi tujuan program
CSR, atau dapat juga diarahkan dalam upaya aplikasi dari visi dan misi
organisasi yang bersangkutan.
3. Menyusun pesan yang hendak disampaikan.
Program CSR mengandung sejumlah isu yang menjadi fokus
kegiatannya, maka perlu disampaikan kepada masyarakat. Kesuksesan
program CSR sangat ditentukan oleh pemilihan isu yang tepat.
4. Memilih metode yang paling baik dalam penyampaian pesan
Pemilihan metode merupakan sebuah tahap eksekusi dari mekanisme
pemilihan pesan. Eksekusi dalam hal ini, berkaitan dengan pemilihan
19
Rahman, Reza. 2009b. CSR Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta. MedPress . Di unduh pada tanggal
16 Juli 2013
29
apakah
akan
menggunakan
media
atau
communication/nonmediatedcommunication),
tidak
(mediated
maupun
penggabungannya dan metode komunikasi seperti apa yang digunakan.
Cara penyampaian pesan harus selaras dengan kemampuan audiens
dalam memahami pesan.
5. Realisasi program
Realisasi dari sejumlah perencanaan yang dilakukan merupakan
tahapan berikutnya. Menjalankan sejumlah aktivitas dan isu yang telah
disepakati, merupakan hal wajib dilakukan.
6. Analisis hasil/evaluasi
Evaluasi harus dilakuan, untuk mengetahui efektifitas dan tingkat
keberhasilan program CSR yang dijalankan.
Dalam tahap menyusun program CSR yang di lakukan oleh perusahaan
non-profit lebih kepada maksud dan tujuan program CSR itu di buat dan di
sesuaikan dengan visi dan misi perusahaan.dan juga melakukan pemilihan
metode penyampaian pesan dalam tahap eksekusi dari mekanisme pemilihan
pesan yang akan di sampaikan apakah melalui media ataupun penggabungan
dengan metode komunikasi tergantung audiens dalam memahami pesan.
Pesan akan di sesuaikan dengan tingkat pemahaman yang di miliki oleh
audiens sehingga nantinya program CSR tersebut tidak mengalami miss
understanding dalam pelaksanaannya.
30
Dalam tahap implementasi yang efektif dengan prioritas perhatian
perusahaan dan untuk mempermudah implementasi program dalam Soemanto
(2007)20, pemilihan dampak dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Ring 1 yaitu daerah yang menerima dampak paling besar. Daerah yang
menjadi prioritas pertama ini tidak selalu berada dekat dengan
perusahaan. misalnya, daerah yang jauh dari aktivitas produksi
perusahaan, tetapi menjadi daerah pelintasan truk membawa bahan
mentah. Tidak bisa dipungkiri bahwa aktivitas pengangkutan bahan
mentah menimbulkan debu yang merugikan masyarakat.
b) Ring 2 yaitu daerah yang menjadi tempat pembanguan infrastruktur
pendukung perusahaan seperti pipa air atau sarana lainnya. Adanya
pemabangunan infrastruktur ini menimbulkan dampak fisik maupun
psikologi.
c) Ring 3 yaitu wilayah yang menerima dampak paling kecil atau sama
sekali tidak ada dampak negatif. Selain ketiga ring tersebut, perusahaan
juga memiliki komitmen untuk membantu masyarakat di berbagai
daerah Indonesia. Dalam pelaksanaan CSR harus mengetahui daerahdaerah yang akan diberikan suatu program agar program yang diberikan
sesuai dengan apa yang dialami oleh masyarakat setempat. Terdapat
tiga pilar utama yang harus diperhatikan dalam Mapisangka (2009),
yaitu pertama, format CSR yang sesuai dengan nilai lokal masyarakat;
20
Soemanto, Bakdi dkk. 2007. Sustainable Corporate Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan
Masyarakat. PT. Semen Gersik (persero) Tbk: Gersik.Di Unduh pada tanggal 16 Juli 2013.
31
kedua, kemapuan diri perusahaan tekait dengan kapasitas SDM dan
institusi dan ketiga, adalah peraturan dan kode etik dalam dunia usaha.
Menurut Edward III (1980) dan Emerson, Grindle, serta Mize 21 dari
beberapa ahli ada 4 variabel yang harus di perhatikan dalam implementasi
program, yaitu komunikasi atau kejelasan informasi, konsistensi informasi
(communications), ketersediaan sumberdaya dalam jumlah dan mutu tertentu
(resources), sikap dan komintment dari pelaksana program atau kebijakan
birokrat (disposititon), dan strukutur birokrasi atau standar operasi yang
mengatur tata laksana (bureaucratic structure).
Variabel-variabel tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk
mencapai tujuan implementasi kebijakan ;
1. Komunikasi (communications): berkenaan dengan bagaimana kebijakan
dikomunikasikan pada organisasi dan atau publik, ketersediaan
sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para
pelaku yang terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana
kebijakan. Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan
untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Bagi suatu
organisasi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi,
ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam
rangka
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Keberhasilan
komunikasi ditentukan oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran
komunikasi, konsistensi komunikasi dan kejelasan komunikasi. Faktor
21Edward
III, Merilee S. 1980. Implementing Public Policy. Congressional Quarterly Press,
Washington. Diunduh tanggal 24 juni 2013
32
komunikasi dianggap penting, karena dalam proses kegiatan yang
melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu berurusan
dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.
2. Ketersediaan sumberdaya (resources): berkenaan dengan sumber daya
pendukung untuk melaksanakan kebijakan yaitu :
a. Sumber daya manusia: merupakan aktor penting dalam pelaksanaan
suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat
keberadaannya pada seseorang meliputi fisik maupun non fisik
berupa kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari
latar belakang pengalaman, keahlian, keterampilan dan hubungan
personal.
b. Informasi: merupakan sumberdaya kedua yang penting dalam
implementasi kebijakan atau program. Informasi yang disampaikan
atau diterima haruslah jelas sehingga dapat mempermudah atau
memperlancar pelaksanaan kebijakan atau program.
c.
Kewenangan: hak untuk mengambil keputusan, hak untuk
mengarahkan pekerjaan orang lain dan hak untuk memberi perintah.
d. Sarana dan prasarana: merupakan alat pendukung dan pelaksana
suatu kegiatan. Sarana dan prasarana dapat juga disebut dengan
perlengkapan yang dimiliki oleh organisasi dalam membantu para
pekerja di dalam pelaksanaan kegiatan mereka.
e.
Pendanaan:
membiayai
operasional
implementasi
kebijakan
tersebut, informasi yang relevan, dan yang mencukupi tentang
bagaimana cara mengimplementasikan suatu
kebijakan atau
program, dan kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang
33
terlibat dalam implementasi kebijakan atau program tersebut. Hal ini
dimaksud agar para implementator tidak melakukan kesalahan
dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.
3. Sikap
dan
komitmen
berhubungan dengan
dari
pelaksana
program
kesediaan dari para
(disposition):
implementor
untuk
menyelesaikan kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak
mencukupi tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan
kebijakan. Disposisi menjaga konsistensi tujuan antara apa yang
ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci
keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah sikap pekerja
terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau dukungan yang
telah ditetapkan.
4. Struktur birokrasi (bureaucratic strucuture).: berkenaan dengan
kesesuaian
organisasi
birokrasi
yang
menjadi
penyelenggara
implementasi kebijakan publik. Struktur birokrasi menjelaskan susunan
tugas dan para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian
tugas serta menetapkan prosedur standar operasi.
2.
Konsep Stakeholder
Menurut Ullman 1982, hal. 552 dalam Ghozali dan Chariri, 2007,
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya
power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri,
34
2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian
sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media
yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan
untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan
(Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, “ketika
stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan,
maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan
stakeholder”.22
Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun
lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan
sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga
untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan
atau klaim terhadap perusahaan (Untung, dikutip Waryanti, 2009). Mereka
adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan,
kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham
yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan.
(Waryanti, 2009)23
Menurut Freeman (1984:46), stakeholder merupakan sebuah organisasi,
kelompok, atau individu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh upaya
pencapaian tujuan dari sebuah perusahaan.
22
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 4. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro : Semarang. Dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro : Semarang.
23
Waryanti, 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1 Akuntansi UNDIP.
35
“A stakeholder in an organization (by definition) or any group or
individual who can affect or is affected by the achievement of the
organization’s objectives” (Freeman, 1984 hal. 46)
Sukada et al (2007) memaparkan bahwa organisasi bisnis memiliki dua
kategori pemangku kepentingan, yakni primer dan sekunder. Pemangku
Kepentingan primer adalah pemilik perusahaan, konsumen, karyawan, pemasok,
dan mitra bisnis. Di luar itu, terdapat pemangku kepentingan kritis yaitu
masyarakat dan pemerintah. Dimana keberadaannya berperan sangat penting
terhadap keberlangsungan operasional perusahaan. Selain itu, perusahaan juga
harus memperhatikan pemangku kepentingan sekunder khusus. Dimana
pemangku kepentingan ini muncul karena ada kepentingan tertentu, aktivitas
bisnis, atau tujuan perusahaan sendiri. Misalnya seperti media massa, kelompok
masyarakat sipil, ornop (NGO/LSM), organisasi internasional mitra bisnis,
asosiasi dagang, maupun asosiasi industri.24
Pada kenyataannya menyatukan banyaknya kepentingan merupakan hal yang
sulit, sehingga sangat memungkinkan menghasilkan sebuah permasalahan.
Prayogo (2008) menetapkan tiga stakeholder penting yang sering bermasalah
dalam relasinya dengan perusahaan, yaitu komunitas lokal, pekerja, dan
konsumen. Berikut ini merupakan gambaran umum tingkat dinamika konflik
antara perusahaan dengan pemangku kepentingannya:
24
Sukada S et al. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Indonesia Business Links
36
Tabel 5.
Tingkat dinamika konflik antara perusahaan dengan pemangku
kepentingannya
Jenis Industri
Komunitas lokal
Pekerja
Konsumen
Ekstraktif
Tinggi:
Sedang:
Rendah:
Sangat rentan
terjadi konflik
hingga ke bentuk
kekerasan;
korporasi dipersepsikan
mengambil sumber
daya alam lokal.
Tidak terlalu
rentan terjadi
konflik; tingkat
upah dan fasilitas
kerja sangat baik,
kalaupun terjadi
konflik berbentuk
non kekerasan.
Hampir tidak ada
laporan konflik karena
suplai hasil tambang
terbatas, terkecuali
boikot produk karena
alasan lingkungan.
Sedang:
Tinggi:
Rendah:
Tidak terlalu
rentan terjadi
konflik; terkecuali
ada masalah
khusus seperti
dampak lingkungan.
Sangat rentan
terjadi konflik
karena marjin
keuntungan
korporasi sangat
terkait dengan
tingkat upah
pekerja.
Jarang terjadi konflik,
terkecuali keluhan
terhadap kualitas dan
higienitas produk.
Rendah:
Sedang:
Tinggi:
Tidak rentan
terhadap konflik;
interaksi dan silang
kepentingan jarang
terjadi.
Tidak terlalu
rentan terjadi
konflik; terkecuali
pada perusahaan
yang bermasalah
dengan
manajemennya.
Sangat rentan terjadi
konflik karena selisih
yang tajam antara
harga dan kualitas
pelayanan.
Manufaktur
Jasa
Sumber: Prayogo, 2008
Secara umum, terdapat kecenderungan bahwa tingkat dinamika konflik tinggi
dapat terjadi pada interaksi: (1) korporasi dengan komunitas lokal pada industri
ekstraktif; (2) korporasi dengan pekerja pada industri manufaktur; dan (3) korporasi
37
dengan konsumen pada industri jasa. Pola dinamika konflik ini dapat diperlakukan
sebagai sebuah kecenderungan, namun sangat membantu menjelaskan variasi
tingkat dinamika konflik antar jasa industri (Prayogo, 2008).25
3.
Konsep ISO 2600
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab
suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap
masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis).26
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions
and activities on society and the environment, through transparent and
ethical behaviour that contributes to sustainable development, health and
the welfare of society; takes into account the expectations of
stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with
international norms of behaviour; and is integrated throughout the
organization and practiced in its relationships.” (ISO 26000: 2010
Guidance on Social Responsibility)
Inti dari pernyataan di atas adalah perusahaan harus bertanggung jawab
kepada masyarakat dan lingkungan atas apa yang telah dilakukan. Bentuk
tanggung jawab tersebut berupa hal yang bisa memberikan kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara
etis. Mempertimbang kepentingan stakeholder adalah sesuai dengan hukum
yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku internasional, dan
terintegrasidi seluruh organisasi dan dipraktekkan dihubungan perusahaan.
25
Prayogo D. 2008. Konflik antara Korporasi dengan Komunitas Lokal: Sebuah Kasus Empirik pada Industri
Geotermal di Jawa Barat. FISIP UI Press
26
Bambang Rudito dan Melia Famiola,Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia,Rekayasa Sains,hlm 15
38
Bagan 4.
ISO 26000
Sumber: http://planetarycitizens.net/governance/ISO%2026000.html
Berikut adalah 7 subjek inti ISO 26000

Tata Kelola Organisasi: Sistem pemerintahan dapat bervariasi,
tergantung pada ukuran dan jenis organisasi dan ekonomi, politik, budaya
dan sosial konteks di mana ia beroperasi. Meskipun, proses tata kelola dan
struktur mengambil berbagai bentuk, baik formal maupun informal, semua
organisasi
membuat
dan
melaksanakan
keputusan
dalam
sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan dalam suatu organisasi diarahkan oleh
orang atau sekelompok orang yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Hak Asasi Manusia: Sementara negara memiliki kewajiban utama
untuk melindungi, mempromosikan dan menegakkan hak asasi manusia,
39
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyerukan kepada setiap
individu dan setiap organ masyarakat untuk memainkan perannya dalam
mengamankan pelaksanaan hak-hak yang diatur dalam Deklarasi. Oleh
karena itu organisasi memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-hak
asasi manusia dalam operasinya, serta dalam lingkup yang lebih luas dari
pengaruh.

Praktik Ketenagakerjaan: Praktek-praktek ketenagakerjaan dapat
memiliki dampak yang besar pada masyarakat dan dengan demikian dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Penciptaan lapangan kerja, serta upah dan kompensasi lainnya yang
dibayarkan untuk pekerjaan yang dilakukan antara dampak ekonomi
organisasi yang paling penting. Pekerjaan yang berarti dan produktif
merupakan elemen penting dalam pembangunan manusia.

Lingkungan: Menanggapi isu-isu lingkungan tidak hanya merupakan
prasyarat untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan generasi kita, itu
adalah tanggung jawab generasi kita yang harus terpenuhi sehingga
memungkinkan generasi mendatang untuk menikmati lingkungan global
yang berkelanjutan. Suatu organisasi harus sadar bahwa tanggung jawab
lingkungan merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dari setiap
organisasi.

Praktik Operasi yang Adil: Praktek operasi yang adil memperbaiki
lingkungan di mana organisasi berfungsi dengan: mendorong persaingan
yang sehat, meningkatkan keandalan dan kewajaran transaksi komersial,
mencegah korupsi dan mempromosikan proses politik yang adil.
40
Organisasi harus menggunakan kekuatan relatif mereka dan posisi dalam
hubungan mereka dengan organisasi lain untuk mempromosikan hasil
positif.

Konsumen: Konsumen antara stakholders organisasi penting. Operasi
organisasi dan output memiliki dampak yang kuat pada orang-orang yang
menggunakan barang atau jasa, terutama ketika mereka adalah konsumen
individu. Konsumen adalah wasit di pasar yang kompetitif, dan preferensi
dan keputusan mereka memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan
sebagian besar organisasi.

Pelibatan
dan
Pengembangan
Masyarakat:
Kebutuhan
untuk
kontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi untuk mengurangi
kemiskinan dan memperbaiki kondisi sosial yang buruk diterima secara
universal. Kebutuhan penting untuk mengatasi isu-isu pembangunan sosial
dan ekonomi tercermin dalam Deklarasi Milenium PBB.
41
Tabel 6. ISO 26000
No
Subjek Inti ISO 26000
Contoh Subjek Inti ISO 26000
1
Tata Kelola Organisasi
-Proses dan struktur pengambilan keputusan
-Pendelegasiankekuasaan
2
Hak Asasi Manusia
-Non diskriminasi dan perhatian pada kelompok
rentan
-Menghindari kerumitan
-Hak-hak sipil dan politik
-Hak-ha kekonomi, sosial dan budaya
-Hak-hak dasar pekerja
3
Praktik Ketenaga Kerjaan
- Kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan
-Kondisi kerja dan jaminan sosial
-Dialog dengan berbagai pihak
-Kesehatan dan keamanan kerja
-Pengembangan sumberdaya manusia
4
Lingkungan
-Pencegahan polusi
-Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
-Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
-Perlindungan dan pemulihan lingkungan
5
Praktik Operasi yang Adil
-Anti korupsi
-Keterlibatan yang bertanggung jawab dalam
politik
-Kompetisi yang adil
-Promosi tanggung jawab sosial dalam rantai
pemasok(supply chain)
-Penghargaan atas property rights
6
Konsumen
-Praktik pemasaran, informasi dan kontrak yang
adil
-Penjagaan kesehatan dan keselamatan konsumen
-Konsumsi yang berkelanjutan
-Penjagaan data dan privasi konsumen
7
Pelibatan dan Pengembangan
Masyarakat
-Pendidikan dan penyadaran
-Keterlibatan di masyarakat
-Penciptaan lapangan kerja
-Pengembangan teknologi
-Kekayaan dan pendapatan
-Investasi yang bertanggung jawab
-Pendidikan dan kebudayaan
-Kesehatan
-Peningkatan kapasitas
sumber:www.csrindonesia.com
42
4.
Konsep Institusionalisasi/ Pelembagaan
Pengembangan inovasi pengetahuan dan teknologi yang efektif hanya dapat
dicapai apabilasemua komponen mekanisme, proses serta kelembagaan dalam
institusi lokal secara kondusifmendukungnya (World Bank, 2002).
Lembaga sosial terbentuk sebagai akibat adanya norma-norma sosial yang
mengalami proses pelembagaan(institusionalisasi). Di masyarakat selalu terdapat
norma-norma sosial yangberfungsi sebagai pengatur perilaku warga masyarakat
dalam berinteraksi. Suatunorma dikatakan mengalami proses pelembagaan,
apabila norma tersebut telahdiketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati, dan
dihargai oleh warga masyarakat.Proses institusionalisasi menjadikan norma
sosial bersifat mengikat bagi wargamasyarakat untuk mematuhinya. 27
Douglass C. North (1991) menjelaskan bahwa institusi bisa dilihat dalam
wujud batasan informal misalnya sanksi, adat istiadat, atau tradisi maupun dalam
bentuk aturan formal semisal konstitusi, hukum atau hak milik. North juga
menegaskan bahwa sepanjang sejarah, institusi diciptakan untuk mengatur tata
kelola sekaligus mengurangi ketidakpastian dalam proses berinteraksi.
Horton and Hunt (1993:69) menyatakan bahwa lembaga adalah sistem
hubungan sosial yang terorganisasi yang mewujudkan nilai-nilai dan tata cara
umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Dengan kata
lain lembaga (institution) adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu
tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau secara
formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu
27
http://www.scribd.com/doc/58384948/30/Proses-Pelembagaan hlm 110 diakses tanggal 27 Mei 2013
43
kegiatan pokok manusia. Lembaga adalah proses-proses terstruktur (tersusun)
untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu (Horton and Hunt, 1993: 244).28
Mengutip Horton dan Hunt, Robert MZ Lawang, 1986 mengatakan bahwa
institusi sosial adalah suatu sistem hubungan sosial terorganisasi, yang
memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur bersama, dan yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu dari masyarakat. Institusi sosial yang
dimaksudkan adalah pola-pola yang terorganisir mengenai kepercayaankepercayaan dan tingkah laku yang berpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial
dasar.29
Menurut
Bossuyt
komprehensif
dan
(2001),
koheren.
mengadopsi
Hari-hari
strategi
berlalu
implementasi
bahwa
yang
pengembangan
kelembagaan bisa disamakan dengan penguatan organisasi atau meningkatkan
basis
sumber
daya
manusia.
Sekarang
diterima
secara
luas
bahwa
pengembangan kelembagaan adalah di atas semua latihan dalam transformasi
sosial dan karena itu membutuhkan dukungan "sistemik". Ini berarti dengan
mempertimbangkan faktor-faktor politik, ekonomi dan budaya yang dapat
mempengaruhi kinerja kelembagaan. Ini menyiratkan kapasitas untuk campur
tangan secara koheren pada tingkat yang berbeda (individu, organisasi, sektor
dan masyarakat). Ini panggilan untuk fokus pada "unsur lunak" seperti insentif,
norma dan nilai-nilai, sikap. Semua ini tidak mungkin untuk menyederhanakan
kehidupan lembaga donor. Namun tidak ada alternatif daripada mengadopsi
seperti strategi implementasi comprehense dan koheren untuk dukungan efektif.
28
29
http:repository.unhas.ac.id/Proposal_S3_/Mansyu/Radjab.doc. Diakses tanggal 27 Mei 2013
Institusi Sosial. Binus University. Diunduh tanggal 27 Mei 2013
44
Adopt a comprehensive and coherent implementation strategy. The
days are gone that institutional development could be equated to
strengthening organisations or improving the human resource base. It is
now widely accepted that institutional development is above all an
exercise in social transformation and therefore needs “systemic” support.
This means taking account of the political, economic and cultural factors
that may affect institutional performance. It implies a capacity to intervene
coherently at different levels (the individual, the organisation, the sector
and societal). It calls for a focus on “soft elements” such as incentives,
norms and values, attitudes. All this is not likely to simplify the life of
donor agencies. Yet there is no alternative than to adopt such a
comprehense and coherent implementation strategy for support to be
effective (Bossuyt 2001).30
Menurut Cantero (2005-2006), pengembangan kelembagaan berkaitan
dengan proses dan isi perubahan institusi yang ada untuk meningkatkan
efektivitas mereka dalam mempromosikan pertumbuhan dan pelayanan. Hal ini
bergantung pada dukungan dan partisipasi dari orang-orang pada tingkat politik
tinggi dan juga dari pelaku utama dan pemangku kepentingan
Cantero (2005-2006). Institutional development is concerned with the
process and content of changing existing institutions to improve their
effectiveness in promoting growth and service delivery. It relies on support
and participation from those at a high political level and also from key
actors and stakeholders.31
Di dalam sosiologi yang dimaksud dengan lembaga sosial (institusi sosial)
adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma
saling berkaitan yang telah disusun guna mencapai suatu tujuan atau kegiatan
dan oleh masyarakat dianggap penting. Jadi, lembaga adalah proses-proses yang
tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya lembaga
agama. Lembaga agama tersebut bukan sekelompok orang, melainkan suatu
sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan. Lembaga sekolah bukan
30
“MAINSTREAMING INSTITUTIONAL DEVELOPMENT: WHY IS IT IMPORTANT AND HOW CAN IT BE
DONE?”European Centre for Development Policy Management (ECDPM), pp 1-17. Diunduh tanggal 27 Mei 2013.
31
Thomas Steger, Rainhart Lang, Friederike Groeger, (2011) "Expatriates and the institutionalisation of HRM
practices", Baltic Journal of Management, Vol. 6 Iss: 1, pp.7 – 24. http://www.emeraldinsight.com/journals.
Diakses tanggal 27 Mei 2013.
45
sekelompok siswa, melainkan mendidik para anggota suatu kelompok dan
melestarikan warisan budaya dalam kehidupan suatu masyarakat. Lembaga
perkawinan berfungsi kontrol terhadap pola relasi seks dan melahirkan generasi
baru.
Proses suatu norma berkembang menjadi pranata sosial disebut proses
instituonalization (institusionalisasi). Dengan kata lain, proses institusionalisasi
iniadalah suatu proses yang dilewati oleh suatu norma kemasyarakatan yang
baru untukmenjadi bagian dari salah satu pranata sosial. Dengan proses
institusionalisasi, normakemasyarakatan itu oleh masyarakat dikenal, diakui,
dihargai, dan kemudian ditaatidalam kehidupan sehari-hari.32
5.
Teori Difusi Inovasi ( S Curve Adoption of Institutionalization)
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya
tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan
Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya
menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok
orang dilihat dari dimensi waktu.Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu
yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu
yang lainnya
menggambarkan dimensi waktu.Rogers (1983) juga mengatakan, Tarde’s Sshaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have
an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat
difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
32
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2097420-proses-terjadinya-pranata-sosial/#ixzz2UQupyDfI.
Diunduh pada tanggal 27 Mei 2013
46
Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan
bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial
terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi
(diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses
dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses
dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial,
sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil
dari adopsi atau penolakan inovasi. 33
Walter Bagehot Fisika dan Politik Definisi Difusi Inovasi. Dalam Difusi buku
komprehensif tentang Inovasi , Everett Rogers mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari
waktu ke waktu di antara para anggota suatu sistem sosial . Definisi Rogers
berisi empat unsur yang hadir dalam difusi inovasi proses. Keempat unsur utama
adalah:( 1 ) inovasi - ide , praktek , atau benda yang dianggap tahu oleh unit
individu atau lainnya adopsi .( 2 ) saluran komunikasi - sarana yang pesan
mendapatkan dari satu orang ke orang lain. ( 3 ) waktu- tiga faktor waktu adalah:
(a)prosesinovasi-keputusan (b) waktu yang relatif dengan dimana suatu inovasi
diadopsi oleh individu atau kelompok. (c) tingkat inovasi terhadapadopsi.( 4 )
sistem sosial - satu set unit yang saling terkait yang terlibat dalam pemecahan
masalah bersama untuk mencapai tujuan bersama .
Rogers mengatakan bahwa " pada saat ini tampaknya ada lima fungsi utama "
. Kelima tahapan tersebut adalah:
33
Rogers, E.M. dan Shoemaker,F.F., 1971, Communication of Innovations,London: the Free Perss diakses
13 november 2013
47
1. Awareness
2. Interest
3. Evaluation
4. Trial
5. Adoption
Pada tahap awareness individu terkena inovasi tetapi tidak memiliki
informasi yang lengkap tentang hal itu". Pada tahap bunga atau informasi
"individu menjadi tertarik pada ide baru dan mencari informasi tambahan
tentang hal itu". Pada tahap evaluasi "mental individu berlaku untukinovasi
yang situasinya saat ini dan diantisipasi di masa depan, dan kemudian
memutuskan apakah atau tidak untuk mencobanya". Selama tahap uji coba"
individu membuat penuh penggunaan inovasi". Pada tahap adopsi " individu
memutuskan untuk melanjutkan penggunaan penuh inovasi". Mengapa Proses
Adopsi relevansi dengan pengiklan? Tujuan dari pemasaran dan periklanan
adalah
untuk
meningkatkan
Menjual,
yang
diharapkan
menghasilkan
keuntungan meningkat . Ini adalah melalui menganalisis dan memahami proses
adopsi yang ilmuwan sosial, pemasar dan pengiklan dapat mengembangkan
pemasaran dan komunikasi rencana terintegrasi difokuskan pada tahap yang
telah ditentukan dari proses adopsi .34
Farquhar dan Surry ( 1994) menggunakan teori difusi untuk mengidentifikasi
dan faktor-faktor yang menganalisis mungkin menghambat atau membantu
adopsi inovasi pembelajaran dalam organisasi. Teori difusi juga diperuntukan
sebagai dasar mengevaluasi program.
34
Diffusion of Innovation Theory, http://www.peecworks.org/PEEC/PEEC_Gen/I01795F8D diunduh
tanggal 13 November 2013
48
S-shaped adoption curve adalah ide penting yang Rogers ( 1995) telah
dijelaskan. Kurva ini menunjukkan bahwa kesuksesan inovasi akan melalui
periode adopsi yang lambat sebelum mengalami masa adopsi tiba-tiba yang
cepat dan kemudian berharap penyamarataan.
Tampaknya ada tren yang berkembang dalam penelitian inovasi jauh dari
adopsi dan difusi terhadap implementasi dan pelembagaan . Sebagai proses
adopsi dan difusi bergerak sepanjang , penggunaan aktual atau pelaksanaan
suatu inovasi dalam pengaturan tertentu menjadi lebih dan lebih penting.
Indikator Pelembagaan ( Eiseman , Fleming & Roody , 1990) , ada enam
indikator yang diterima secara umum pelembagaan :
1. Penerimaan peserta yang relevan - persepsi bahwa inovasi sah milik
2. Inovasi stabil dan dirutinkan
3. Meluasnya penggunaan inovasi di seluruh lembaga atau organisasi
4. Harapan kuat bahwa penggunaan praktek dan / atau produk akan terus
dalam lembaga atau organisasi
5. Kelanjutan tidak tergantung pada tindakan individu tertentu tetapi pada
budaya organisasi , struktur atau prosedur , dan
6. Alokasi rutin waktu dan uang
49
Bagan 5: S Curve Adoption
Sumber: http://pmtoolsthatwork.com/why-change-management-oriented-projects-arehard-and-how-to-succeed-anyway/
G. Kerangka Pemikiran
Program Corporate Social Responsibility adalah sebuah bentuk tanggung
jawab perusahaan kepada masyarakat yang baik secara langsung ataupun tidak
terkena dampak dari apa yang dilakukan perusahaan. Ada 4 tingkat CSR
menurut
Caroll:Economic
responsibility,
Legal
responsibility, dan Philanthropic responsibility.
responsibility,
Ethical
Hal ini merupakan suatu
strategi perusahaan agar tercipta sebuah hubungan yang baik terhadap
masyarakat sehingga nantinya perusahaan bisa tetap beroperasi sesuai rencana
dan tentunya mendapatkan keuntungan.
Baik pihak perusahaan ataupun masyarakat diposisikan sama-sama mendapat
keuntungan. Dari pihak perusahaan, ini adalah sebuah image building atau
pencitraan yang tentu saja sangat menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan
masyarakat diuntungkan karena mendapatkan berbagai macam jenis bantuan
50
dana ataupun barang, dan bisa merasakan fasilitas-fasilitas yang disediakan
perusahaan untuk kepentingan masyarakat.
Masyarakat tentu saja menjadi yang terpenting karena masyarakat adalah
stakholder yang memiliki kepentingan yang sama besarnya seperti pemilik
saham, pemerintah dan konsumen. dalam Committee Draft ISO 26000 Guidance
on Social Responsibility pada tahun 2010, tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tanggung jawab organisasi atau perusahaan atas dampak dari keputusan
dan kegiatan di masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku transparan dan etis
yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan juga turut
mempertimbangkan
harapan stakeholder, melakukan kegiatan sesuai dengan hukum yang berlaku
dan konsisten dengan perilaku norma-norma internasional, dan terintegrasi di
seluruh organisasi dan dipraktekkan dihubungan perusahaan .
Peran perusahaan juga sangat besar terhadap sebuah institusionalisasi
program CSR terhadap masyarakat yang mengacu pada sebuah peranan sosial,
norma-norma, nilai-nilai dan perilaku masyarakat. Masyarakat mau tidak mau
akan merespon apa yang telah dilakukan dan diberikan oleh perusahaan kepada
masyarakat. Positif atau negatif tergantung persepsi dari masyarakat itu sendiri
karena merekalah yang langsung merasakan.
51
Bagan 6.
Kerangka Pemikiran
PERUSAHAAN
MASYARAKAT
STAKEHOLDER
PROGRAM CSR
= Fokus Penelitian
52
INSTITUSIONALISASI/
PELEMBAGAAN
Download